Ema Amilia - Laporan Praktikum Kimia Organik IV
Ema Amilia - Laporan Praktikum Kimia Organik IV
Ema Amilia - Laporan Praktikum Kimia Organik IV
(TPK18225)
PERCOBAAN IV
ANALISIS KUALITATIF UNSUR-UNSUR DALAM SENYAWA
ORGANIK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Organik
(TPK18225)
Dosen Pengampu:
Ratna Kartika Irawati, S.Pd., M.Pd.
Asisten Dosen:
Rahmiati
Raudatul Janah
Disusun Oleh:
Ema Amilia
180101090170
I. DASAR TEORI
Dulu senyawa karbon tidak dapat dibuat di dalam laboratorium akan
tetapi setelah Fredich Wohler berhasil membuat urea melalui pemanasan pada
tahun 1923, maka senyawa organik lain mulai dibuat dilaboratorium. Adanya
unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik, secara lebih pasti dapat
ditunjuk melalui cara kimia yaitu dengan uji pembakaran. Pembakaran sampel
organik akan karbon (C) menjadi karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H)
menjadi H2O. Gas CO2 dapat dikenali berdasarkan sifatnya yang mengeruhkan
air kapur, sedang air dapat dikenali dengan kertas kobalt. Air dapat mengubah
warna kertas kobalt dari biru menjadi merah muda (pink).
Sampel + oksidator → CO2(g) + H2O(l)
CO2(g) + Ca(OH)2 → CaCO3(s) + H2O(l)
Kertas kobalt biru + H2O → kertas kobalt merah muda
Karbon dan hidrogen akan teoksidasi menjadi CO2 dan H2O. karbon
dioksida (CO2) dikenali dengan menggunakan air kapur, sedang air dikenali
dengan menggunakan kertas kobalt (Ralph, 2001)
Analisis unsur senyawa organik dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Sejumlah massa tertentu sampel dibakar dan karbon dioksida dan air yang
dihasilkan dijebak dengan absorben yang tepat, dan peningkatan massa
absorben diakibatkan oleh karbon dioksida dan air yang diserap. Dari nilai ini
jumlah karbon dan hidrogen dan hidrogen dalam sampel dapat ditentukan.
Metode pembakaran telah dikenal sejak dulu. Metode ini telah digunakan oleh
Lavoisieur dan secara signifikan disempurnakan oleh Liebig. Metode modern
untuk menentukan jumlah karbon dioksida dan air adalah dengan kromatografi
gas bukan dengan metode penimbangan. Namun, prinsipnya tidak berubah
sama sekali. (Yoshito, 2009)
Identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang dihadapi
dalam laboratorium kimia organik. Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil
suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam. Dalam sintesis seringkali
dijumpai senyawa baru atau senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam isolasi
bahan akan diperlukan suatu analisis struktur dari bahan yang diisolasi untuk
mengetahui senyawa yang diperoleh.
Untuk keperluan identifikasi senyawa organik tersebut, diperlukan cara
yang sistematis dan logis. Cara umum untuk mendukung keperluan identifikasi
senyawa yang belum diketahui terdiri dari beberapa langkah:
1. Penentuan konstantan sifat fisika
2. Analisa kualitatif unsur yaitu menentukan unsur-unsur yang ada dalam
suatu senyawa.
3. Penentuan sifat kelarutan dari senyawa tersebut.
4. Analisis gugus fungsi dengan bantuan spektrofotometer inframerah.
5. Uji karakteristik kimia yaitu untuk menentukan golongan (keton, alkohol,
dll) bahan yang belum diketahui.
6. Penelusuran studi literatur untuk senyawa yang mempunyai golongan yang
sama dapat dipastikan dengan mudah nama senyawa yang tidak diketahui.
7. Pembuatan senyawa turunan yaitu untuk memastikan senyawa yang
diidentifikasi.
Sekalipun telah banyak ditemukan unsur yang terdapat di alam. Namun
unsur yang ada dalam senyawa organik pada umumnya meliputi unsur-
unsur nitrogen, klorida, iodide, belerang, hidrogen, oksigen dan karbon.
Unsur hidrogen, belerang dan klorida dapat dideteksikan sebagai senyawa
ionic yang dihasilkan dari reaksi antara natrium dengan unsur-unsur tersebut
pada suhu tinggi. Di dalam reaksi senyawa organik diubah menjadi natrium
halide dan belerang diubah menjadi natrium sulfide.
Beberapa identifikasi unsur dalam senyawa organik adalah sebagai
berikut:
a. Identifikasi Hidrogen
Karena jumlah senyawa organik yang tidak mengandung hidrogen
adalah sangat sedikit. Identifikasi hidrogen dalam senyawa organik
tidak begitu banyak bermanfaat. Hidrogen diisolasi dengan jalan
pembakaran dan air yang dihasilkan ditentukan dengan pereaksi Karl-
fiber, pereaksi kalsium karbida, magnesium nitirida ataupun
spektroskopi IR.
[C, H] + O2 → H2O
b. Identifikasi Oksigen
Identifikasi oksigen dalam senyawa organik membutuhkan
peralatan yang khusus dan mahal. Senyawa yang dicampur aarang
diuraikan dalam nitran gas nitrogen dan uap yang terjadi dialirkan pada
kontak kaca yang dipanaskan pada suhu 1000C. Dalam hal ini oksigen
organik senyawa kualitatif diubah menjadi karbon monoksida yang
diidentifikasi yang diidentifikasikan dengan iod peroksida.
[C,O]n + Cn → nCO dalam senyawa organik
I2O5 + 5 CO → 5 CO2 +I2
c. Identifikasi Nitrogen
Identifikasi ini dilakukan dengan percobaan Lassargne yaitu
destruksi reduksi. Senyawa dengan pemanasan logam natrium. Nitrogen
yang terikat secara organik dalam hal ini diubah menjadi natrium
sianida.
[C,N] + Na → NaCN dalam senyawa organik
Sianida yang terbentuk diidentifikasikan dalam asam asetat dengan
timbel(II) asetat (pewarna hitam) atau dalam larutan alkali dengan
natrium pentasianoferat(II) (pewarna violet)
S2- + Pb2+ → PbS (hitam)
[Fe (CN)5(NO]2- + S2- → [Fe(CN)5NO5]4- (violet)
d. Identifikasi Nitrogen + Belerang
Jika suatu senyawa organik mengandung nitrogen dan belerang
bersama-sama dengan destruksi Lassargne akan terbentuk toisianat,
tergantung dari campuran nitrogen/belerang apakah nantinya akan
terbentuk natrium siania/natrium sulfide. Identifikasi tiosianat dapat
dilakukan dengan besi(III) kloridaa.
[C,N,S] + Na → NaSCN dalam senyawa organik
e. Identifikasi Halogen
Senyawa halogen organik dengan berat molekul rendah yang dapat
terbakar ditunjukkan dengan batang pengaduk gelas dibasahi dengan
ammonia dan diletakkan dalam gas hasil pembakaran, akan terjadi kabut
ammonium halogenida.
[C,X,N] +O2 → HX + CO2 dalam senyawa organik
HX +NH3 → NH4- (mengendap) X= F, CI, Br, I
Senyawa halogen yang sedikit dan tidak mudah menguap dapat
ditentukan dengan percobaan Beilstein. Untuk itu sejumlah kecil
cuplikan dipanaskan dengan kawat tembaga. Jika ada halogen yang akan
terjadi nyala api hijau biru yang disebabkan oleh tembaga halogenida.
[C,X] + Cu → CuX2
Dengan penguraian metode Lassargne, senyawa yang mengandung
halogen memberikan natrium halogenida termasuk natrium flourida.
Oleh karena itu, halogenida ini dapat dikarakterisasi dengan cara sama
yang berlaku untuk anorganik, dengan reaksi.
[C,X] + Na → NaX
f. Identifikasi Fosfor
Dalam sebagian besar senyawa organik seperti farmasenik, fosfor
merupakan turunan asam phospat dan dapat diidentifikasi sebagai fosfor
setelah terhidrolisis. Jika tidak demikian, senyawa fosfor organik
didetruksi oksidatif dengan cara memanaskannya dengan asam nitrat
dan natrium peroksida serta Bom wurzsohiniff (cawan nikel yang
ditutup dan disekrup). Disini juga akan terjadi fosfor yang dapat
diidentifikasi dengan cara terkenal yaitu ammonium.
[C,P] + Na2CO2 → Na3PO3
[C,P] + HNO3 → H3PO4
II. HIPOTESIS
- Unsur yang terkandung dalam gula adalah unsur C, H, dan O
- Unsur yang terkandung dalam kloroform adalah C, H, CI
- Unsur yang terkandung dalam putih telur adalah C, H, O, N, S, P
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
a. Pipa bengkok/selang
b. Pembakar spiritus
c. Penutup gabus
d. Tabung reaksi
e. Pipet tetes
f. Penjepit tabung reaksi
g. Corong
h. Kertas saring
i. Kaki tiga
j. Kawat kasa
k. Cawan porselen
2. Bahan:
a. Kristal FeSO4
b. H2SO4
c. KF 5%
d. CH3COOH
e. Gula
f. Pb Asetat
g. HNO3 encer
h. AgNO3
i. Putih telur
j. Aquades
k. NH4OH
l. CuO
m. Logam Na
n. Ca(OH)2
o. Kloroform
IV. PROSEDUR KERJA
1. Uji unsur C dan H
a. Masukkan 2 gram bubuk CuO dalam cawan penguapan
b. Panaskan dengan menggunakan pembakar spiritus
c. Saat masih panas, campur dengan 0,2 gram gula
d. Masukkan ke dalam tabung reaksi
e. Tutup tabung reaksi dengan gabus
f. Panaskan campuran
g. Amati perubahan yang terjadi
2. Metode Peleburan Na
a. Masukkan potongan logam Na dalam tabung reaksi I dan II yang
kering
b. Tambahkan putih telur dan kloroform pada masing-masing tabung
c. Panaskan secara perlahan
d. Masukkan ke dalam cawan porselen yang berisi aquades
e. Panaskan cawan porselen pada pembakar spiritus
f. Saring dan gunakan filtratnya untuk uji selanjutnya
1) Uji adanya Nitrogen
a) Tambahkan Kristal FeSO4 dalam filtrat peleburan Na.
kemudian panaskan
b) Tambahkan H2SO4 pada larutan dan tambahkan KF 5%
c) Amati perubahan yang terjadi
2) Uji adanya Sulfur/belerang
a) Tambahkan CH3COOH ke dalam filtrate peleburan logam Na
b) Tambahkan Pb asetat ke dalam tabung reaksi
c) Amati perubahan yang terjadi
3) Uji adanya halogen
a) Tambahkan HNO3 encer ke dalam filtrat peleburan logam Na
b) Tambahkan AgNO3 lalu menyaringnya
c) Endapan yang dihasilkan ditambahkan NH4OH
d) Amati perubahan apa yang terjadi
V. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Adanya Unsur C dan H
Sampel Perubahan larutan Dinding tabung reaksi
kapur
Gula Berwarna putih susu Terdapat butiran-
atau keruh butiran embun