BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era kemajuan ilmu kesehatan saat ini, pendidikan merupakan suatu hal yang
penting dalam mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan, berdasarkan hal tersebut
maka untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakan perlunya sistem pendidikan yang
bermutu dan mempunyai orientasi pada ilmu pengetahuan yang berkembang pesat seperti
saat iniyang (Febriyani, 2014).Peningkatan permasalahan pasien yang kompleks
membutuhkan keterampilan dan pengetahuan dari beberapa tenaga profesional
(Keshtkaran et al., 2014). Oleh karena itu kerja sama dan kolaborasi yang baik antar
profesi kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kepuasan pasien dalam
melakukan pelayanan kesehatan.
Pendekatan kolaborasi yang masih berkembang saat ini yaitu interprofessional
collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya mewujudkan praktik kolaborasi yang
efektif antar profesi. Terkait hal itu maka perlu diadakannya praktik kolaborasi sejak dini
dengan melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa pendidikan
kesehatan. Sebuah grand design tentang pembentukan karakter kolaborasi dalam praktik
sebuah bentuk pendidikan yaitu interprofessional education (IPE) (WHO, 2010,
Department of Human Resources for Health).
IPC merupakan wadah kolaborasi efektif untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada pasien yang didalamnya terdapat profesi tenaga kesehatan meliputi
dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, dan fisioterapi (Health Professional Education Quality
(HPEQ), 2011). Sedangkan IPE merupakan proses satu kelompok mahasiswa yang
berhubungan dengan kes ehatan yang memiliki latar belakang jurusan pendidikan yang
berbeda melakukan pembelajaran bersama dalam masa pendidikan dengan berinteraksi
untuk mencapai tujuan yang penting dengan berkolaborasi dalam upaya promotif,
preventif, kuratif, rehablitatif (WHO, 2010, Department of Human Resources for Health).
Perkembangan praktek interprofesional dan fungsional yang terbaik dapat dicapai melalui
pembelajaran antar professional (Williams et al., 2013). Menurut Luecth et al. (1990)
didalam IEPS (Interdisciplinary Education Perception Scale) diterangkan terdapat empat
komponen persepsi tentang Interprofessional Education yaitu kompetensi dan otonomi,
persepsi kebutuhan untuk bekerja sama, bukti kerjasama yang sesungguhnya, dan
pemahaman terhadap profesi lain.
Interprofessional Education penting diimplementasikan untuk pencapaian Patient
safety, lemahnya kolaborasi yang pada tenaga kesehatan antarprofesi secara tidak
langsung membuat pasien dalam sebuah resiko kesalahan dalam perawatan yang akan
mempengaruhi keselamatan nyawa pasien. Sudah dapat dibuktikan bahawa
Interprofessional Education (IPE) dapat meningkatkan upaya Interprofessional
Collaboration karena apabila peningkatan hanya dialami oleh satu profesi belum tentu
akan berpengaruh terhadap profesi lain. Interprofessional Education yang dilakukan sejak
dini akan meningkatkan fokus pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh antar profesi
tenaga kesehatan (Health Professional Education Quality [HPEQ], 2011). Hal tersebut
juga didukung oleh penelitian Bennet et al. (2011) bahwa IPE akan meningkatkan
kolaborasi diseluruh hambatan antara tenaga kesehatan dan meningkatkan peran utama
dalam melayani konsumen pada pelayan kesehatan yang berkulitas.
Interprofessional Education mempunyai kekurangan, bahwa dalam proses IPE
berfluktuasi pada sekolah kedokteran dan kolaborasi tingkat budaya terancam ketika
kelompok berinteraksi dengan buruk. Hambatan IPE yang bersifat individual yaitu tingkat
perasaan terintimidasi oleh sekolah kedokteran. Pada proses IPE terdapat kurangnya
penilaian formal pada tingkat budaya yang dikecualikan mahasiswa kedokteran
berinteraksi dengan perawat. Fasilitator dalam IPE berada pada tingkat krisis afektif
(Visse et al., 2017).
Menurut Sabres et al. (2016) menyatakan bahwa IPE mempunyai kelebihan.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa memenuhi atau melampaui kompetensi minimum
selama enam hari dari perilaku yang dievaluasi. Hasil penelitian juga mengungkapkan
bahwa acara IPE yang diadakan secara ekstrakurikuler setengah hari ini dipandang baik
oleh professional siswa kesehatan dan menciptakan tempat untuk siswa memiliki profesi
kesehatan yang berbeda program jurusan dapat masuk kedalam diskusi belajar tentang
masing-masing peran dan tanggung jawab terhadap pelayanan ke pasien .
Menurut penelitian Fallatah et al. (2016) menyatakan terdapat 11,4% dari 105
peserta mengetahui arti IPE, peserta tersebut adalah mahasiswa medis. 77 dari 105 (75%)
merupakan siswa keperawatan menanggapi bahwa IPE itu penting. Penelitian juga
menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran berpikir penerapan IPE dalam pendidikan
mereka akan dilakukan untuk memperbaiki kepuasan pasien dan perawatan kesehatan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2016), Israbiyah dan Dewi (2016)
menunjukkan bahawa persepsi mahasiswa baik terhadap IPE.
Berdasarkan keterangan coordinator IPE UMS 2018 menyatakan bahwa
pelaksanaan IPE di Universitas Muhammadiyah Surakarta menggunakan model kuliah
klasikal Problem based solving yang berupa mahasiswa kedokteran umum, farmasi dan
keperawatan dikelompokkan. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok berupa
Small Group Discussion (SGD) dan didalam kelompok tersebut harus terdapat mahasiswa
dari kedokteran umum, farmasi dan keperawatan.
Hasil studi pendahuluan peneliti melakukan wawancara pada lima mahasiswa
keperawatan, empat mahasiswa kedokteran dan empat mahasiswa farmasi menyatakan hal
yang sama yaitu tidak mengerti dengan IPE dan tujuannya. Untuk mengetahui lebih
khusus tentang persepsi mahasiswa tentang IPE, menurut peneliti perlu dilakukan
penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap proses IPE.
Penelitian persepsi mahasiswa terhadap IPE merupakan bentuk kajian awal yang
sangat diperlukan dan sangat penting untuk dilakukan oleh Universitas dibeberapa negara
yang telah melaksanakan dan proses mengambangkan IPE karena mahasiswa berperan
penting dalam upaya pengembangan dan peningkatan program IPE yang dilaksanakan
sejak tingkat universitas. Dalam upaya pengembangan IPE perlunya persepsi mahasiswa
yang menjadi modal utama.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas rumusan masalah yang muncul sebagai berikut :
1. Apa definisi dari interprofesional collaboration?
2. Bagaimana hubungan perawat dengan dokter?
3. Bagaimana hubungan perawat dengan kesehatan tenaga lain?
C. Tujuan
Tujuann disusun makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas konsep dasar keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian interprofesional collaraboration.
b. Untuk mengetahui dan memahami hubungan perawan dengan dokter.
c. Untuk mengetahui dan memahami hubungan perawat dengan kesehatan tenaga
lain.
D. Manfaat
Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mahasiswa
Menambah pengetahuan konsep dasar keperawatan
2. Untuk institusi stikes zainul hasan genggong.
Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar.
3. Untuk pembaca
Pembaca Dapat mengetahui,memahami dan menguasai tentang pandangan
interprofesional collaboration.
BAB ll
PEMBAHASAN
A. Interprofessional collaboration (IPC)
1. Definisi interprofesional collaboration
The Canadian interprofessional health collaborative menyebutkan
interprofessional collaborative adalah kemitraan antara tim penyedia layanan
kesehatan dan klien dalam pendekatan kolaboratif dan terkoordinasi partisipatif
untuk pengambilan keputusan bersama seputar masalah kesehatan dan sosial.
Praktik interprofessional collaboration telah didefinisikan sebagai proses yang
mencakup komunikasi dan pengambilan keputusan memungkinkan pengaruh
sinergis dari pengetahuan dan keterampilan yang dikelompokkan.
Elemen praktik kolaboratif termasuk tanggung jawab, akuntabilitas, koordinasi,
komunikasi, kerjasama, otonomi, saling percaya dan saling menghormati.
Kemitraan inilah yang menciptakan tim interprofesional yang dirancang untuk
bekerja pada tujuan bersama untuk meningkatkan hasil pasien. interaksi kolaboratif
menunjukkan perpaduan budaya profesional Dan tercapai meskipun berbagai
keterampilan dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien ada
karakteristik penting yang menentukan efektivitas tim, termasuk anggota yang
melihat peran mereka sebagai penting bagi tim komunikasi terbuka keberadaan
otonomi, dan kesetaraan sumber daya. penting untuk dicatat bahwa kolaboratif
interprofessional yang buruk dapat berdampak negatif pada kualitas perawatan
pasien. dengan demikian keterampilan dalam bekerja sebagai tim
interprofessionaldiperoleh melalui pendidikan interprofessional, penting untuk
perawatan berkualitas tinggi. Guna membentuk suatu team work atau kerjasama tim
yang ideal dibutuhkan kooperasi dan kolaborasi.
Kooperasi (kerjasama) berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama (tetapi bukan tujuan yang semestinya) Contoh kerjasama yaitu
misalnya Anda berkeluarga lalu cara bekerja sama dengan istri Anda dengan
meletakkan pakaian kotor di mesin cuci turut membantu mencuci piring dan
sebagainya. Lalu apa makna kolaborasi? Kolaborasi dalam bahasa inggris
collaboration, berasal dari kata collaborate yang berarti bekerja antara satu dengan
yang lain, berkooperasi satu sama lain. Menurut kamus besar bahasa indonesia
online, kolaborasi adalah suatu perbuatan berupa kerjasama dengan musuh, teman
dan sebagainya. Menurut Arthur T. Himmelman, kolaborasi berupa pertukaran
informasi, berbagai segala sumber pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas satu
dengan yang lain demi tercapainya tujuan bersama. kolaborasi adalah kerjasama
yang lebih terfokus pada tugas atau misi biasa terjadi dalam bisnis, perusahaan atau
organisasi lainnya. Misalnya, untuk menampilkan suatu pentas seni yang luar biasa
perlu kolaborasi antara penari, penyanyi, pemusik, dsb. Kolaborasi adalah proses
yang membutuhkan hubungan dan interaksi antara profesional kesehatan terlepas
dari apakah atau tidak mereka menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim.
(Kolaborasi kesehatan)
2. Hubungan Perawat dengan Dokter
Hubungan dokter-perawat adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan pelayanan kepada pasien.Perspektif yang
berbeda dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya
hambatan hambatan teknik dalam melakukan suatu korelasi dalam pelayanan
kesehatan.
Hambatan dalam hubungan antara dokter dan perawat sering dijumpai pada
tingkat professional dan institusional.Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi
sumber utama ketidak sesuaian hubungan tersebut. Inti sesunguhnya dari konflik
perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap professional mereka terhadap
pasien dan cara berkomunikasi di antara keduanya. Kadang-kadang kecacatan atau
kematian terjadi karena terjadi karena komunikasi yang kurang baik.
Dalam praktiknya, kecenderungan terjadinya hambatan dalam hubungan dokter
perawat dikarenakan adanya kendala psikologis keilmuan dan individual, faktor
sosial, serta budaya yang dapat menjadi aspek negatif yang dapat mempengaruhi
suatu proses kolaborasi antara dokter perawat , yang akan mempengaruhi
selanjutnya pada proses pelayanan kesehatan yang didapatkan oleh pasien.
Hambatan yan sering terjadi pada hubungan antara dokter-perawat yang disebut
di atas, dimana dapat berpengaruh pada mutu pelayanan medis yang akan diberikan
kepada pasien dan tingkat kepuasan pasien, maka perlu pembahasan lebih lanjut
mengenai hubungan antara dokter-perawat, guna meningkatkan kualitas pelayanan
medis yang akan diberikan.
3. Hubungan Kerja Perawat dengan Profesi lain yang terkait
Dalam melaksanakan tugasnya,perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi
dengan profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter,ahli gizi,tenaga
laboratorium,tenaga rontgen dan sebagainya.
Dalam menjalankan tugasnya,setiap profesi dituntut untuk mempertahankan
kode etik profesi masing-masing.kelancaran tugas masing-masing profesi
tergantung dari ketaatannya dalam menjalankan dan mempertahankan kode etik
profesinya. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai,maka hubungan kerja
sama akan dapat terjalin dengan baik.walaupun pada pelaksanaan nya sering jugak
terjadi konflik-konflik etis.
Hubungan perawat dan dokter telah seiring dengan perkembangan kedua
profesi ini,tetapi tidak terlepas dari sejarah,yaitu berkaitan dengan sifat disiplin
ilmu/pendidikan,latar beakang personal,dan lain-lain. Bila dilihat dari sudut
sejarah,bidang kedokteran telah di kembangkan lama sebelum bidang
keperawatan.
Kedokteran dan keperawatan walaupun kedua disiplin ilmu ini sama-sama
berfokus pada manusia,pathernalistik,yang mencerminkan figure seseorang
bapak,pemimpin dan pembuat keputusan.sedangkan keperawatan lebih bersifat
mothernalistik,yang mencerminkan figus ibu (mother instinct)dalam memberikan
asuhan,kasih saying dan bantuan.
Perkembangan ilmu keperawatan saat ini maju pesat,terlihat dari berbagai
perkembangan teori dan konsep dalam sikap dan pandangan terhadap keperawatan
serta pelaksanaan pelayanan asuhan keperawtan pandangan tentang keperawatan
sebagai pelayanan professional,mendorong perkembangnya dan dimanfaatkannya
ilmu keperawatan,yaitu pemberian pelayanan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan dengan menggunakan pendekatan penyelesaian masalah
serta berdasarkan kepada etika dan etiket keperawatan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien serta hubungan dengan
dokter,dikenal beberapa peran perawat,yaitu peran mandiri merupakan peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat di
pertanggungjawabkan oleh perawat secara mandiri,kemudian perawat delegatif
perawat dalam melaksanakan program kesehatan yang bertanggungjawabnya di
pegang oleh dokter,misal dalam pemberian obat-obatan di delegasikan tugas
dokter kepada perawat dan peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam
mengatasi permasalahan secara team work tim kesehatan.
Dalam pelaksanaannya,apabila setiap profesi telah dapat saling
mengharagai,menghormati,hubugan kerjasama akan dapat terjalin dengan baik
walaupun pada pelaksanaannya sering terjadi konflik etis.
Contoh:seorang ahli bedah,kepala staf pembedahan,mengunjungi unit
keperawatan rumah sakit di suatu petang untuk membahas pembedahan klien pada
keesokan harinya.perawat mencium bau alcohol dalam nafas ahli bedah tersebut
dan pembicaraan ahli bedah tersebut sambung menyambug serta langkahnya tidak
seimbang.
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
IPC memberikan kemampuan untuk berbagi keterampilan dan pengetahuan antara
profesi dan memungkinkan untuk pemahaman yang lebih baik,nilai-nilai bersama,dan
menghormati peran profesional kesehatan lainnya hasil akhir yang diinginkan adalah
untuk mengembangkan interprofesional,berbasis tim,pendekatan kolaboratif yang
meningkatkan pasien dan kualitas perawatan.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami mengenai interprofesional collaboration(IPC) serta dapat
memberi kritik dan sarannya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Demikian saran yang dapat penulis sampaikan.semoga dapat memberi manfaat bagi
semua pembaca.
Daftar pustaka
Jembatan,D.R.,Davidson,R.A.,odegrad,P.S., Maki, I. V,& tomkowiak,J.
(2014).praktek terbaik dari pendidikan interprofessional. (April 2o11),0-10.
Kurniawan ,D.(2014),Interprofessional collaboration sebagai upaya membangun kemampuan
perawat dalam berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Retrieved from
Interprofesional-collaboration-sebagai upaya membangun kemampuan perawat dalam
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain .
Usman , a G. (1998). Persepsi mahasiswa terhadap program interprofesional collaboration.1-
10.
Utami, L.,& Hapsari ,S. (2016). Hubungan antara sikap dan perilaku rumah sakit panti Rapih.
(1).