Kritis Asfiksia
Kritis Asfiksia
Kritis Asfiksia
ASFIKSIA
Disusun oleh :
SEMARANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat,Hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, dan ucapan terima
kasih kepada dosen pembimbing Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep dan teman-teman
yang kami cintai, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Kritis
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asfiksia ini dapat
memberikan manfaat maupun ilmu bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................2
Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Definisi.............................................................................................................3
Etiologi.............................................................................................................3
Patofisiologi......................................................................................................4
Manifestasi Klinik............................................................................................9
Pemeriksaan Penunjang....................................................................................10
Asuhan Keperawatan........................................................................................10
Kesimpulan.......................................................................................................19
Saran.................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
B. ETIOLOGI
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum terja
di karenagangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehi
ngga terjadigangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO
2. gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kel
ainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena hal-hal
yang diderita ibu dalam persalinan (Wiknjosastro, 2010).
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat
bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan
3
pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal
maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia(Parer, 2008).
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain :
1. Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat.
3. Faktor bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(DepKes RI, 2009).
4
Menurut Betz et al. (2001), asfiksia dapat dipengaruhi beberapa faktor
yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
b. Keracunan CO
c. Hipotensi akibat perdarahan
d. Gangguan kontraksi uterus
e. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
f. Hipertensi pada penyakit eklampsia
2. Faktor plasenta
a. Plasenta tipis/ kecil
b. Plasenta tidak menempel
c. Solusio plasenta
d. Perdarahan plasenta
3. Faktor fetus
a. Kompresi umbilicus
b. Tali pusat menumbung
c. Tali pusat melilit leher
d. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
4. Faktor neonates
a. Prematur
b. Kelainan kongential
c. Pemakaian obat anestesi
d. Trauma yang terjadi akibat persalinan
5
Faktor predisposisi
1. Faktor dari ibu
a. Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani
b. Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya:
plasenta previa
c. Hipertensi pada eklampsia
d. Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio
plasentae
2. Faktor dari janin
a. Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali
pusat
b. Depresi pernafasan karena obat – obatan yang diberikan
kepada ibu
c. Keruban keruh
C. PATOFISIOLOGI
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen
atau jalan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh arteriol yang
ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan
oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung kanan
tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga
darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu
duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta(Perinasia, 2006).
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai
sumber utama oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam
jaringan paru, dan alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara
akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah di
sekitar alveoli(Perinasia, 2006).
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan
tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik.
6
Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh
darah paru akan mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran
darah bekurang(Perinasia, 2006).
Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah
sistemik, menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah
dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran darah paru meningkat
sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang
diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah
yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri,
kemudian dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada kebanyakan
keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk menginisiasi relaksasi
pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh
paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang
sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan
mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan
tubuh(Perinasia, 2006).
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan
menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan
pertama dan tarikan napas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan
napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama
relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam
pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi
kemerahan(Perinasia; 2006).
Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal ;
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke
dalam paru-parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke
jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol
pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini
terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi
cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat
oksigen(Perinasia, 2006).
7
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi
arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian
aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat untuk
mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah
akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun
demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi
kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh
organ akan berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan
oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi
yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda
klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot
dan organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen;
bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen
pada otot jantung atau sel otak; tekanan darah rendah karena kekurangan
oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah
yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan, takipnu
(pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan
sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah(Perinasia, 2006).
8
Apabila asfiksia berlajut, gerakan pernapasan akan ganti, denyut
jantung akan menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur, dan bayi memasuki periode apnea primer. Jika
berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam denyut jantung
terus menurun. Tekanan darah bayi juga menurun dan bayi akan terlihat
lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apnea skunder. (Towwel.2006).
D. MANIFESTASI KLINIK
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan
tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini (Depkes RI, 2007) :
1. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
3. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan
organ lain
4. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
5. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
6. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang
kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan
7. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-
paru atau nafas tidak teratur/megap-megap
8. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam
darah
9. Penurunan terhadap spinkters dan pucat
9
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
2. Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung,
usaha nafas, tonus otot dan reflek
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
4. Pengkajian spesifik
5. Elektrolit garam
6. USG
7. Gula darah.
8. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
9. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht
43%-61%.
10. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya
kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer (Emergency Nurses Association, 2011)
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan
:
- Chin lift / jaw trust
- Suction / hisap
- Guedel airway
- Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
10
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding
dada.
c. Circulation
Takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah
Awake : A
Respon bicara : V
Respon nyeri 😛
Tidak ada respon : U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan
2. Pengkajian Sekunder (Emergency Nurses Association, 2007)
a. Sirkulasi
- Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
- Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.
- Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
- Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/ cairan
- Berat badan : 2500-4000 gram
11
- Panjang badan : 44-45 cm
- Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
- Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
- Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
- Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek
narkotik yang memanjang)
e. Pernafasan
- Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara
7-10.
- Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
- Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada
awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum
terjadi.
f. Keamanan
- Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah
dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
- Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps),
atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah
(dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis
(kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.
Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
3. Pemeriksaan Diagnostik
12
a. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht
43% 61%.
Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya
- Kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah,
- Menunjukkan kondisi hemolitik.
4. Prioritas Keperawatan
a. Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.
b. Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu
tubuh.
c. Mencegah cidera atau komplikasi.
d. Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi
13
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang tertahan
3. ketidakefektifan pola nafas b.d posisi tubuh yang menghambat ekspensis
paru
4. Hipotermia berhubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen
B. INTERVENSI
14
napas untuk 1. Frekuensi pernapasan 5. Ajarkan teknik
mempertahankan 2. Irama pernapasan pernapasan yang
bersihan jalan napas 3. Kedalaman inspirasi sesuai
4. Kemampuan untuk 6. Kolaborasi
1.
mengeluarkan sekret
5. Suara napas tambahan
3. Ketidakefektifan pola Manajemen jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan
nafas b.d posisi tubuh 1. Posisiskan pasien
keperawatan selama 1x24
yang menghambat untuk
jam diharapkan
ekspensi paru memaksimalkan
ketidakefektifan pola nafas
Definisi: inspirasi dan ventilasi.
dapat teratasi dengan kriteria
atau ekspirasi yang 2. Motivasi pasien
hasil :
tidak memberi untuk bernafas pelan.
Status pernfasan (0415)
ventilasi adekuat 3. Kolaborasi, berikan
1. Frekuensi pernafasan
analgesik.
2. Irama pernafasan
3. Kepatenan jalan nafas
4. Kapasitas vital
4. Hipotermia
Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu (3900)
berhubungan dengan
keperawatan selama 1x24
Monitor suhu paling
peningkatan
jam diharapkan suhu tubuh
tidak setiap 2 jam
kebutuhan oksigen
dalam kisaran normal
sesuai kebutuhan
(00006)
dengan kriteria hasil :
Monitor suhu bayi
Termoregulasi bayi baru
baru lahir sampai
lahir (0801)
stabil
Termogenesis yang
Monitor suhu dan
tidak menggigil
warna kulit
dipertahan kan pada
skala 5 (tidak Selimuti bayi
15
dipertahankan pada kehilangan panas
skala 5 (tidak Tempatkan bbl
terganggu) dibawah penghangat
Perubahan warna kulit jika diperlukan
dipertahankan pada skala 5
(tidak terganggu)
C. IMPLEMENTASI
16
pasien pasien tampak kedinginan
Do : pasien tampak
kedinginan ketika tidak
berada diruangan bayi
D. EVALUASI
No No.Dx EVALUASI
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan ntervensi
17
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia progresif penimbunan CO2 dan asidosis
jika prosese ini berlangsung terlalu jauh dapat mengaibatkan kerusakan
18
otak atau kematian, mempengaruhi fungsi vital lainnya. Asfiksia lahir
ditandai dengan hipoksemia (PaO2 menurun) dan hiperkarbia
(peningkatan PaCO2)
Asfiksia neonatum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapt
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir.
B. SARAN
1. Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini dibuat diharapkan agar mahasiswa
mengetahui bagaimana tentang penyakit asfiksia dan mempelajari
dengan detail penyakit asfiksia.
2. Perguruan Tinggi
Dengan adanya makalah ini dibuat diharapkan dapat membantu
proses pembelajaran di perguruan tinggi.
3. Tenaga kesehatan
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu tenaga
kesehatan dalam berhati-hati karena penyakit asfiksia
4. Masyarakat
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar mayarakat lebih
menjaga kesehatannya agar terhindar dari penyakit asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Saifudin.A. B, 2010 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Indonesia.
19
Prambudi, R. 2013. Prosedur Tindakan Neonatus, dalam. Neonatologi Praktis.
Cetakan Pertama. Bandar Lampung. Anugrah Utama Raharja
Wiknjosastro. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka
Perinesia, 2006, Melindungi, Meningkatkan dan Mendukung Menyusui : Peran
Khusus pada Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui, Jakarta : EGC
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.
20