SKRIPSI
PUTRI SETIARINI
1410711052
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan
PUTRI SETIARINI
1410711052
Putri Setiarini
Abstrak
v
HYPERTENSION PREVENTION BEHAVIOR IN CHILDREN
WITH HYPERTENSION WITH AN INCREASE IN BLOOD
PRESSURE AT PUBLIC HOSPITAL
IN DEPOK CITY
Putri Setiarini
Abstract
Prevention behavior and good health improvement behavior will improve good
blood pressure control behavior and prevent hypertension. Hypertension is an
increase in systolic blood pressure of more than 140 mmHg and a diastolic blood
pressure of more than 90 mmHg in two measurements with an interval of five
minutes in a state of rest or calm. at the public hospital in depok city. This
research uses quantitative design, analytic descriptive withapproach Cross
sectional throughtest Chi-Square and Independent T test for body mass index. The
number of samples was 88 respondents by using techniques accidental sampling.
The results ofanalysis Chi-Square show that the relationship between the behavior
of hypertension prevention and the incidence of hypertension has not been proven
(p= 0.333; OR = 1.480) the results of the independent T test showed that the
relationship between body mass index and the incidence of hypertension had not
been proven (mean 23.97; p = 0.509;). The point of this study is to improve
preventive behavior in children with hypertensive parents to reduce hypertension
risk factors from family history.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Perilaku Pencegahan Hipertensi Pada Anak Penderita
Hipertensi Dengan Kejadian Peningkatan Tekanan Darah di RSUD Kota
Depok”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat
kelulusan sebagai Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
Dalam kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada
Bapak Prof. Dr. Erna Herawati, Ak, CPMA,CA selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, Bapak Dr.drg Wahyu Sulistiadi,
MARS selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta, Ibu Ns. Wiwin Winarti, S.Kep, M.Epid, M.N Kepala
Jurusan Ilmu Keperawatan dan Pembimbing Skripsi saya, Ns. Duma L Tobing,
M.Kep,Sp,Kep.J selaku kepala program S1 Keperawatan dan Ns. Nelly Febriani,
S.Kep, M.Kep selaku Pembimbing Akademik saya yang telah memberikan
masukan dan motivasi.
Terimakasih pula saya ucapkan sebesar-besarnya untuk Papah, Alm.Mamah,
kedua kakak saya dan Agatha Kirana sebagai orang special yang selalu
mendoakan, mendukung, memberi semangat dan merestui jalan saya dalam
penyusunan skripsi ini. Teman-teman yang selalu membantu saya Arlina, Imas,
Tiwi, Alpin, Indah , Fajri dan Anak-Anak Pemuda Sawangan. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
tidak hanya penulis juga bagi pembaca.
Putri Setiarini
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 66
IV.1 Gambara Profil Lahan Penelitian .......................................................... 66
IV.2 Uji Normalitas ....................................................................................... 67
IV.3 Analisa Univariat .................................................................................. 68
IV.4 Analisa Bivariat .................................................................................... 76
IV.5 Keterbatasan Penelitian......................................................................... 94
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR SKEMA
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini peneliti menjelaskan latar belakang dan tujuan penulisian
yang terdiri dari tujuan penulisan , rumusan masalah , manfaat penelitian dan
peran perawat yang digunakan untuk landasan teori penelitian yang akan diteliti.
1
2
0,000). Menurut penelitian lain (South dkk , 2014) didapatkan nilai Signifikan (p)
= 0, 004) artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup :
kebiasaan konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi. Dan hasil dari uji
statistik didapatkan kebiasaan olahraga dengan hipertensi, orang yang tidak teratur
olahraga terbukti adanya hubungan yang bermakna dengan hipertensi didapatkan
nilai signifikan (p=0,000) Artinya, orang yang tidak teratur dalam berolahraga
memiliki risiko tinggi terkena hipertensi sebesar 44 kali dibandingkan dengan
orang yang memiliki kebiasaan olahraga teratur. Hasil analisis menunjukan bahwa
kejadian hipertensi lebih banyak diderita oleh responden yang asupan garamnya
sering (61,3%) dari pada responden yang asupan garamnya tidak sering (9,1%).
Dari uji statistik diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan
garam dengan tekanan darah dengan nilai p= 0,000.
Tingginya angka kejadian hipertensi harus diwaspadai karena berdampak
buruk bagi kesehatan. Tekanan darah tinggi pada usia remaja dapat meningkatkan
resiko hipertensi pada usia dewasa dan menderita komplikasi penyakit yang
ditimbulkan oleh hipertensi yaitu gagal ginjal, infark miokard, gagal jantung
kongestif, stroke dan retinopati.
Menurut (WHO, 2013) perilaku seseorang adalah penyebab utama
menimbulkan masalah kesehatan, tetapi juga merupakan kunci utama pemecahan.
Namun, banyak orang yang kurang memahami mengenai bahaya tekanan darah
tinggi. Pengetahuan merupakan sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Pengetahuan inilah yang dapat mempengaruhi pasien hipertensi dalam
melakukan upaya pencegahan terjadinya komplikasi stroke. Sehingga dalam
pelaksanaan perilaku pencegahan hipertensi pada orang dewasa yang memiliki
riwayat hipertensi pada orang tua dapat dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan
(Notoatmodjo, 2012:138).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan Hipertensi merupakan 10 besar
penyakit tertinggi di RSUD Depok, populasi penderita hipertensi pada Tahun
2018 di RSUD Kota Depok berjumlah 800 orang. Peneliti melakukan observasi
dan wawancara pada tanggal 1 oktober 2018 kepada 10 orang pasien dan keluarga
pasien yang berada di poli penyakit dalam di RSUD Kota Depok dengan hasil
yang didapat tujuh dari 10 orang mengatakan jika memiliki keluarga yaitu ayah
5
faktor yang dapat dikontrol adalah faktor lingkungan . Makanan merupakan salah
satu faktor lingkungan yang menyebabkan hipertensi. Hal ini disebabkan makanan
yang mengandung banyak unsur di dalamnya mempunyai peranan dalam
peningkatan tekanan darah. Makanan modern yang beredar di masyarakat saat ini
banyak mengandung zat yang tidak baik untuk kesehatan. Zat yang banyak
terkandung pada makanan tersebut antara lain: lemak jenuh, kadar garam, kadar
gula yang terlalu tinggi, dan zat kimia tambahan. Makanan jenis ini hampir tidak
memiliki kandungan protein, vitamin, ataupun serat dalam jumlah yang
dibutuhkan tubuh.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas peneliti tertarik
untuk meneliti “Bagaimana perilaku pencegahan hipertensi pada anak penderita
hipertensi dengan kejadian peningkatan tekanan darah di RSUD Kota Depok?”
9
10
2) Aktivitas fisik
Orang-orang yang tidak latihan aerobik cukup lebih mungkin untuk
terjadi hipertensi.
3) Alkohol berlebih
Penggunaan alkohol berat merupakan faktor risiko untuk hipertensi
dan stroke.
4) Merokok
Resiko penyakit kardiovaskular lebih tinggi pada perokok.
5) Diabetes
Orang yang memiliki kedua hipertensi dan diabetes tipe dua memiliki
dua kali lipat risiko kardiovaskular.Empat sistem kontrol yang
berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem
baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin, dan autoregulasi vaskular. Hipertensi dapat menimbulkan
kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tak langsung.
Kerusakan organ target yang ditemui pada pasien hipertensi antara
lain pada jantung, otak, ginjal kronis, penyakit arteri perifer, dan
retinopati.Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk
natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan
tubuh, sehingga menyebabkan edema atau asites dan atau hipertensi.
Penyakit-penyakit tertentu seperti sirosis hati, penyakit ginjal tertentu,
13
sedang)
Grade 3 >180 >110
(hipertensi
berat)
Hipertensi ≥140 <90
sistolik
terisolasi
Sub-group: 140-149 <90
perbatasan
Sumber: Nurarif & Kusuma (2013)
zat yang tidak dibutuhkkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan didalam tubuh.
d. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan .
a. Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti otak,
ginjal, paru, minyak kelapa, gajih.
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, seperti
biskuit, kreker, keripik, dan makanan kering yang asin.
c. Makanan yang diawetkan, seperti dendeng, asinan sayur atau buah,
abon, ikan asin, pindang, udang, kering, telur asin, selai kacang.
d. Susu full cream, margarine, mentega, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah sapi atau
kambing, kuning telur, dan kulit ayam.
e. Makanan dan minuman dalam kaleng, seperti sarden, sosis, korned,
sayuran serta buah-buahan kaleng, dan soft drink.
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco, serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung
garam natrium.
g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan
tape
II.2 Perilaku
Penelitian tentang perilaku menunjukan bahwa tindakan masyarakat dalam
pencegahan hipertensi dipengaruhi oleh faktor internal (usia, jenis kelamin,
pendidikan dan pendapatan/penghasilan) dan faktor eksternal (peran media
massa, peran keluarga dan teman), dimana kedua faktor ini mempengaruhi secara
signifikan terhadap tindakan yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap
masyarakat tentang penyakit hipertensi .
21
1) Respon Terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
oleh bidan atau tetangganya.
2) Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai tindakan tingkat kedua. Contoh: seorang anak secara
otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh ibunya.
3) Adopsi
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Contoh: menggosok gigi,
bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang
benar.
Implikasi dari teori ini jika diterapkan dengan baik dapat meningkatkan
status kesehatan. Adanya kemampuan mempertahankan motivasi dalam
memelihara kesehatan dapat menjaga perilaku hidup sehat untuk
mengurangi faktor risiko peyebab penyakit.
e. Self-determination theory (teori menentukan keputusan).
Self-determinato theory menggambarkan proses perubahan perilaku
kesehatan sebagai tugas ganda untuk memulai dan mempertahankan
perilaku kesehatan, dimana proses ini berfokus pada bagaimana
seseorang memperoleh motivasi untuk memulai awal baru perilaku
kesehatan yang dapat dipertahankan dari waktu ke waktu. Proses
perubahan perilaku menurut teori ini menentukan kesediaan seseorang
untuk mempertahan perubahan perilaku yang telah ditentukan untuk
dapat dijalankan secara efektif sebagai respon pemeliharaan kesehatan
kesehatan.
e) Rehabilitation.
darah tinggi tekanan darah tinggi) dan pengendalian asap udara (asap
pasif, asbes) air (polutan kimia) dan kebisingan (pelepasan luringness
Mesin) Polusi Untuk mencegah penyakit kronis.
b. Pencegahan Sekunder
Masalah sekunder berkaitan dengan upaya pendidikan edukasi yang
terorganisir dan digunakan untuk mempromosikan kesimpulan kasus
carlyindividu yang menderita penyakit sehingga intervensi segera dapat
dilakukan untuk menghentikan proses patologis dan membatasi
ketidaksuburan. Pendidikan publik untuk mempromosikan pemeriksaan
payudara sendiri dan pemeriksaan diri terhadap testis atau penggunaan
alat rumah tangga untuk pendidikan darah okultisme pada spesimen tinja
adalah contoh pencegahan sekunder. Bila pencegahan primer tidak
tersedia, pencegahan sekunder (diagnosis dini dan suntikan) adalah garis
pertahanan pertama yang menyerang penyakit ini. Dalam situasi lain,
tindakan pencegahan primer mungkin tersedia namun tidak membantu
pencegahan sekunder.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier diarahkan untuk meminimalkan operasi residual dari
penyakit dan membantu klien belajar hidup secara produktif dengan
keterbatasan. Program rehabilitasi jantung yang disertai dengan infark
miokard atau obat kardiovaskular merupakan hasil yang sangat baik dari
layanan pencegahan tersier
SUMBER : Poter & Perry 2010, Notoadmojo 2012, WHO 2013, Nurarif & Kusuma 2012, Anggara & Priyatno 2013, Brunner &Suddart 2013, Depkes RI 2015, Fitri
2016
BAB III
METODE PENELITIAN
40
41
Variabel Perancu
Karakteristik Individu :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
4. Indeks Massa Tubuh
III.3 Hipotesis
Menurut Dharma (2017:64) hipotesis adalah sebuah pernyataan awal pada
peneliti mengenai hubungan antar variabel yang merupakan jawaban peneliti
tentang kemungkinan dari hasil penelitian. Sesuai dengan judul penelitian yang di
ambil yaitu “Perilaku pencegahan hipertensi pada anak penderita hipertensi
dengan kejadian peningkatan tekanan darah di RSUD Kota Depok”
Ho : Tidak ada hubungan perilaku pencegahan hipertensi pada anak dengan
kejadian peningkatan tekanan darah.
Ha : Ada hubungan perilaku pencegahan hipertensi pada anak dengan
kejadian peningkatan tekanan darah.
Tabel 5 Definisi Operasional Variabel Perilaku Pencegahan Hipertensi Pada Orang Dewasa Dengan Orang Tua Penderita
Hipertensi
No Variabel Defisini Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Independent
1. 1Perilaku Pencegahan adalah suatu bentuk Kuesioner Pertanyaan 1. Baik Ordinal
pencegahan usaha atau tindakan yang tentang perilaku Jika ≥4,7 mean
hipertensi: dilakukan secara dini sebelum pencegahan 2.Kurang Baik
Aktivitas suatu kejadian terjadi untuk hipertensi melalui Jika <4,7 mean.
Fisik. mencegah terjadinya suatu hal kuesioner
yang tidak diinginkan dengan
perilaku kesehatan seperti
perilaku pencegahan
2. Perilaku
2 Pencegahan adalah suatu bentuk Kuesioner Pertanyaan 1. Baik Ordinal
pencegahan usaha atau tindakan yang tentang perilaku Jika≥24,56 mean
hipertensi: dilakukan secara dini sebelum pencegahan 2.Kurang Baik
Pola Makan suatu kejadian terjadi untuk hipertensi melalui Jika <24,56 mean.
mencegah terjadinya suatu hal kuesioner
yang tidak diinginkan dengan
44
5. Perilaku
5 Pencegahan adalah suatu bentuk Kuesioner Pertanyaan 1. Baik Ordinal
pencegahan usaha atau tindakan yang tentang perilaku Jika ≥6,3 mean
hipertensi: dilakukan secara dini sebelum pencegahan 2.Kurang Baik
Pola Tidur suatu kejadian terjadi untuk hipertensi melalui Jika <6,3 mean.
mencegah terjadinya suatu hal kuesioner
yang tidak diinginkan dengan
perilaku kesehatan seperti
perilaku pencegahan
6. Perilaku
6 Pencegahan adalah suatu bentuk Kuesioner Pertanyaan 1. Baik Ordinal
pencegahan usaha atau tindakan yang tentang perilaku Jika≥12,05 mean
hipertensi: dilakukan secara dini sebelum pencegahan 2.Kurang Baik
Pengendalian suatu kejadian terjadi untuk hipertensi melalui Jika <12,05 mean
Stress. mencegah terjadinya suatu hal kuesioner
yang tidak diinginkan dengan
perilaku kesehatan seperti
perilaku pencegahan
46
Variabel Dependent
Variabel Perancu
2. Usia
1 Perhitungan tahun kelahiran Kuesioner data Responden 1. Usia dewasa Ordinal
1 seseorang yang didasarkan pada demografi diminta untuk awal 25-35
tanggal dan tahun kelahiran. mengisi kuesioner tahun.
data demografi. 2. Usia dewasa
akhir 36-40
tahun.
3. Riwayat Penilaian adanya riwayat Kuesioner data Responden a. Ada riwayat Ordinal
Keluarga keluarga yang menderita demografi diminta untuk b. Tidak ada
a. Orang hipertensi dan memiliki hubunga mengisi kuesioner riwayat
Tua garis keturunan secara langsung data demografi
b. Saudara
Kandung
48
5. Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang Kuesioner data Responden 1)Pendidikan Ordinal
dilihat berdasarkan Ijazah yang demografi diminta untuk rendah seperti
telah ditamatkan oleh responden mengisi kuesioner Tidak Sekolah,
data demografi. SD, SMP, SMA
2)Pendidikan
Tinggi (PT)
6. IMT Dengan membagi berat badan Kuesioner data Responden 1.<18 Rasio
(dalam kilogram) dengan tinggi demografi diminta untuk 2. 18,5-24k9
badan (dalam kilogram) adalah mengisi kuesioner 3. 25-29,9
cara termudah untuk mengetahui data demografi. 4. 30-39
status gizi seseorang. 5. >40
49
Januari 250
Febuari 200
Maret 150
April 100
Mei 100
Jumlah 800
III.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi dan yang dapat mewakili populasi serta
dipilih menggunakan cara tertentu (Sastroasmoro 2014, hlm.90). Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dengan teknik non probability sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang ataupun kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dan anggota
dalam populasi yang terpilih untuk menjadi sampel dapat disebabkan karena
faktor lain yang sebelumnya telah direncanakan oleh peneliti. Teknik sampling
yang digunakan yaitu accidental samping adalah pengambilan sampel secara
accidental ini dilakukan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia disuatu rumah sakit sesuai dengan konteks penelitian (Notoadmojo,2014).
Adapun kriteria sampel yang peneliti buat adalah:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dengan karakteristik sampel sesuai
dengan kriteria yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Bersedia menjadi responden.
2) Orang Dewasa awal 25- 35 Tahun , Dewasa Akhir 36-40 Tahun
( Menurut Makhfuldi,2009)
51
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan karakteristik atau ciri-cirinya tidak dapat
dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada saat pengambilan data.
2) Tidak bersedia menjadi responden
Keterangan:
N= Besar sampel
Z² 1-a/2 = Standar deviasi normal (1,96²)
P= Proporsi (0,5)
D= Derajat kesalahan yang diterima (0,1)
dan cadangan harus disiapkan peneliti sebanyak 10 % yaitu 8,8 jadi 9 orang. Jadi
berdasarkan perhitungan diatas total jumlah sampel setelah dihitung dengan drop
out sebanyak 97 orang responden sebagai sampel.
penelitian ini adalah berupa formulir dengan daftar pernyataan dan pertanyaan.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyebarkan kuesioner yaitu sekitar 15 menit, isi
kuesioner terdiri dari :
a) Kuesioner A : Karakteristik responden yang terdiri dari usia, jenis
kelamin, pendidikan,indeks massa tubuh dan riwayat
keluarga.
b) Kuesioner B : Perilaku pencegahan hipertensi.
d. Justice (Keadilan)
Responden saat pengambilan data diperlakukan secara adil , hanya
responden anak penederita saja yang ikut dalam proses pengambilan dan
pengsisian data atau kuesioner.
Keterangan :
rhitung :Koefisien korelasi product moment
n : Jumlah responden
X : Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item
Y : Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item
∑X : Jumlah Skor dalam variabel X
∑Y : Jumlah skor dalam cariabel Y
∑XY : Jumlah perkiraan variabel XY
∑X2 : Jumlah kuadrat masing-masing skor X
∑Y2 : Jumlah kuadrat masing-masing skor
diuji diuji
Perilaku
Pencegahan 3 3 0,510- 0,947
Hipertensi : 0,700
Kegiatan
Meningkatkan
Aktivitas Fisik
Perilaku
Pencegahan 19 14 0,311- 0,948
Hipertensi : Pola 0,700
Makan
Perilaku
Pencegahan
Hipertensi : 7 7 0,510- 0,945
Perilaku Merokok 0,700
dan Konsumsi
Alkohol
Keterangan :
r : Koefisien realibility instrument (Cronbach alfa)
k : Banyaknya butir pertanyaan
∑σb2 : Total varians butir
σt 2 : Total varians
Hasil uji reabilitas dapat dilihat berdasarkan dari nilai Cronbach Alfa. Bila
nilai Cronbach Alfa > 0,60 maka pertanyaan dari variabel tersebut adalah reliable,
namun jika nilai Cronbach Alfa < 0,60 maka pertanyaan dari variabel tersebut
adalah tidak reliable (Sujarweni 2015, hlm.37).
60
Me =
61
MdMd==
3) Modus adalah data set yang memunculkan suatu nilai yang memilii
frekuensi paling tinggi.
Keterangan:
x =Nilai dari data responden
n = Jumlah sampel
data dalam bentuk skala kategori, dapat diringkas menggunakan:
P= x 100%
Keterangan:
P : persentase (%)
F : jumlah jawaban
n : jumlah skor maksimal
62
a. Analisa bivariat
Analisis bivariat merupakan cara untuk mengetahui apakah ada pengaruh
yang signifikan antara dua variabel yang bersangkutan. Menurut
(Sujarweni, 2015) analisa ini menggunakan dua jenis bivariat yaitu uji T
independent sebagai berikut:
1) Uji Beda dua Mean Independen
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui perbedaan mean dua
kelompok data independen. Syarat/asumsi yang harus dipenuhi
adalah data berdistribusi normal atau simetris, kedua kelompok data
independen, dan variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan
kategori (dengan hanya dua kelompok). Prinsip pengujiam dua mean
adalah melihat perbedaan variasi kedua kelompok data. Oleh karena
itu diperlukan informasi apakah varian kedua kelompok yang diuji
63
Keterangan :
2
S1 = Varian kelompok 1
2
S2 = Varian kelompok 2
n = Jumlah sampel
Pada perhitungan uji F, varian yang lebih besar berfungsi sebagai
pembilang dan varian yang lebih kecil berfungsi sebagai penyebut.
a) Uji Varian Sama
Uji beda dua mean dapat dilakukan dengan menggunakan uji Z
atau uji T, uji Z digunakan apabila standar deviasi populasi telah
diketahui dan jumlah sampel lebih dari 30. Apabila kedua syarat
tersebut tidak terpenuhi maka uji T dilakukan.
Rumus :Uji Varian Sama
df= n1 + n2 – 2
Keterangan :
n1 atau n2 : jumlah sampel kelompok 1 atau kelompok 2
S1 atau S2 : Standar deviasi kelompok 1 dan kelompok 2
64
2) Chi Square
Uji Chi-Square digunakan guna menghubungkan antar dua variabel
yaitu variabel independendan variabel dependen yang bersifat kategorik.
Rumus dalam teknis analisa bivariat yang digunkana untuk menganalisa
data hasil uji analisa Uji Chi-Square adalah:
x2 = ∑
Keterangan:
x2= Nilai Chi Kuadrat
0 = Frekuensi pengamatan untuk tiap kategorik
E = Frekuensi yang diharapkan untuk tiap kategorik
∑= Penjumlahan
66
67
Usia :
Dewasa Awal 25-35 Tahun 53 60,2%
Dewasa Akhir 36-40 Tahun 35 39,8%
Total 88 100%
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Firmansyah , dkk ( 2017) yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga dalam
Pencegahan Primer Hipertensi” Di dapatkan hasil bahwa usia responden yang
memiliki risiko hipertensi sebagian besar pada kelompok usia 21–40 tahun
(60,9%). Hasil penelitian Fetriwahyuni, dkk (2015) juga menyatakan bahwa
sebagian besar penderita hipertensi berada di usia 46-55 tahnun, 55,9%.
Perempuan 39 44,3%
1. Riwayat Keluarga
a. Kedua Orang Tua Hipertensi 63 71,6%
b. Salah Satu Hipertensi 25 28,4%
Total 88 100%
2. Pola Makan
a. Baik 39 44,3%
b. Kurang Baik 49 55,7%
Total 88 100%
3. Perilaku Merokok
a. Baik 45 51,1%
b. Kurang Baik 43 48,9%
Total 88 100%
4. Konsumsi Alkohol
a. Baik 63 71,6%
b. Kurang Baik 25 28,4%
Total 88 100%
5. Pola Tidur
a. Baik 49 55,7%
b. Kurang Baik 39 44,3%
Total 88 100%
6. Pengendalian Stress
a. Baik 50 56,8%
74
Hipertensi Tidak
Hipertensi P Value OR
N % N %
1. Aktivitas Fisik
a. Baik 29 85,3% 5 14,7% 0,580 1,484
b. Kurang
43 79,6% 11 20,4%
Baik
2. Pola Makan
a. Baik 35 89,7% 4 10,3% 0,102 2,838
b. Kurang
37 75,5% 12 24,5%
Baik
77
3. Perilaku
Merokok
a. Baik
37 82,2% 8 17,8% 1,00 1,057
b. Kurang
Baik 35 81,4% 8 18,6%
4. Konsumsi
Alkohol
a. Baik
52 82,5% 11 17,5% 0,767 1,182
b. Kurang
20 80% 5 20%
Baik
5. Pola Tidur
a. Baik 43 87,8% 6 12,2% 0,163 2,471
b. Kurang 29 74,4% 10 25,6%
Baik
6. Pengendalian
Stress
a. Baik
39 78,0% 11 22,0% 0,404 0,537
b. Kurang
Baik
33 86,8% 5 13,2%
Hipertensi Tidak
Hipertensi P Value OR
N % N %
1. Aktivitas Fisik
a. Baik 28 82,4% 6 17,6% 0,324 0,476
b. Kurang Baik
49 90,7% 5 9,3%
2. Pola Makan
a. Baik 36 92,3% 3 7,7% 0,333 1,480
b. Kurang Baik
41 83,7% 8 16,3%
3. Perilaku
Merokok 40 88,9% 5 11,1% 0,755 1,297
a. Baik
37 86,0% 6 14,0%
b. Kurang Baik
4. Konsumsi
Alkohol 55 87,3% 8 12,7% 1,00 0,938
a. Baik
22 88,0% 3 12,0%
b. Kurang Baik
5. Pola Tidur
a. Baik 43 87,8% 6 12,2% 1,00 1,054
34 87,2% 5 12,8%
b. Kurang Baik
80
6. Pengendalian
Stress
a. Baik
42 84,0% 8 16,0% 0,338 0,450
b. Kurang Baik 35 92,1% 3 7,9%
memiliki peluang sebanyak 1,297 kali lebih besar memiliki resiko mengenai
penyakit hipertensi yang dibandingkan dengan perilaku pencegahan perilaku
merokok yang baik. Hal ini kejadian tekanan darah systole dan diastole disebabkan
karena nikotin menempel pada pembuluh darah sehingga terjadi arterosklerosis
maka pembuluh darah menjadi tidak elastic (M.Black & Hawks, 2014).
Perilaku pencegahan konsumsi alcohol p=1,00, maka Secara statistik belum
dapat dibuktikan hubungan yang signifikan antara perilaku pencegahan
konsumsi alcohol dengan tekanan darah diastole. Hasil OR= 0,938 yang berarti
responden yang perilaku pencegahan konsumsi alcohol kurang baik memiliki
peluang sebanyak 0,938 kali lebih besar memiliki resiko mengenai penyakit
hipertensi yang dibandingkan dengan perilaku pencegahan konsumsi alcohol yang
baik. Hal ini kejadian tekanan darah systole dan diastole disebabkan karena
alcohol dapat mengganggu sistem saraf simpatis (M.Black & Hawks, 2014).
Perilaku pencegahan pola tidur p=1,00, maka Secara statistik belum dapat
dibuktikan hubungan yang signifikan antara perilaku pencegahan pola tidur
dengan tekanan darah diastole. Hasil analisis OR= 1,054yangberarti responden
yang perilaku pencegahan pola tidur kurang baik memiliki peluang sebanyak
1,054 kali lebih besar memiliki resiko mengenai penyakit hipertensi yang
dibandingkan dengan perilaku pencegahan pola tidur yang baik.
Perilaku pencegahan pengendalian stress p=0,111, maka Secara statistik
belum dapat dibuktikan hubungan yang signifikan antara perilaku pencegahan
pengedalian stress dengan tekanan darah diastole. Hasil analisi OR= 0,450yang
berarti responden yang perilaku pencegahan pengedalian stress kurang baik
memiliki peluang sebanyak 0,450 kali lebih besar memiliki resiko mengenai
penyakit hipertensi yang dibandingkan dengan perilaku pencegahan pengedalian
stress yang baik. Hal ini kejadian tekanan darah systole dan diastole disebabkan
karena stress merrangsang saraf simpatis sehingga melepas hormone katekolamin
yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah (M.Black & Hawks, 2014).
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Anggara (2013) kebiasaan olahraga
dengan hipertensi, tidak teratur olah raga terbukti adanya hubungan yang bermakna
denganhipertensi, dengan (p=0,000) ; OR = 44,1; 95% CI = 8,85 –
219,74).Artinya,orang yang tidak teratur berolah raga memiliki risiko
82
1.Riwayat Keluarga
a. Kedua
Orang Tua 21 84,0% 4 16,0% 25 100%
Hipertensi
0,500 1,524
b. Salah Satu 56 88,9% 7 11,1% 63 100%
Hipertensi
hipertensi diastole. Hasil uji statistik p=1,524 maka secara statistik belum dapat
dibuktikan hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga saudara kandung
dengan kejadian hipertensi diastole. Hasil analisis diperoleh OR=1,524 yang
berarti responden yang memiliki riwayat pada orang tua memiliki peluang
sebanyak 1,524 kali lebih besar memiliki resiko mengenai penyakit hipertensi
diastole yang dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat pada orang
tuanya dan Hasil analisis diperoleh OR=1,880 yang berarti responden yang
memiliki riwayat keluarga saudara kandung memiliki peluang sebanyak 1.880 kali
lebih besar memiliki resiko mengenai penyakit hipertensi diastole . Hal ini
disebabkan oleh faktor genetic yang menyebabkan sifat pembuluh darah dari
keturunan sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah maka terjadi
vasokontriksi yang menyebabkan hipertensi. Hal ini kejadian tekanan darah
systole dan diastole disebabkanoleh faktor genetik yang menyebabkan sifat
pembuluh darah dari keturunan sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah
maka terjadi vasokontriksi yang menyebabkan hipertensi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sartik, dkk (2017) yang
berjudul “Faktor-Faktor Risiko dan Angka Kejadian Pada Penduduk” Di dapatkan
hasil bahwa seseorang dengan kedua orang tuanya hipertensi akan memiliki 50-
70% kemungkinan menderita hipertemsi, sedangkan bila orang tuanya tidak
menderita hipertensi hanya 4-20% kemungkinan menderita hipertensi. Didapatkan
hasil bahwa riwayat saudara kandung hipertensi akan memiliki 20-30%
kemungkinan menderita hipertensi.
88
penelitian ini sejalan dengan Sarasty (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah systole maupun diastole.
95% CI
Variabel IMT N Mean P
Lower Upper
Value
Tekanan Hipertensi 72 23,99
Darah Tidak 18 24,56 0,636 -2,985 1,832
Sistole Hipertensi
Tekanan Hipertensi 77 23,97
Darah 0,509 -3,741 1,871
Tidak 11 24,91
Diastole
Hipertensi
darah diastolik adalah 0,246. Perolehan p hitung = 0,04, yang menunjukkan ada
hubungan antara indeks massa tubuh dan tekanan darah diastolik.
V.1 Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan gambaran
karakteristik responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
berat badan dan tinggi badan serta menganalisis hubungan perilaku pencegahan
hipertensi pada anak penderita hipertensi dengan kejadian peningkatan tekanan
darah di RSUD Kota Depok maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil univariat responden di RSUD Kota Depok didapatkan
hasil bahwa usia didominasi usia <36 tahun (60,2%). Hasil jenis kelamin
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu
(55,7%) responden. Hasil tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar
responden pada penelitian ini berpendidikan rendah (67,0%).Diperoleh rata-rata
(mean) dari Indeks Massa Tubuh responden anak penderita hipertensi adalah
24,09 yang bermakna indeks massa tubuh dalam kategori berat badan normal dan
standar deviasi 4,365. Indeks Massa Tubuh responden kategori Berat Badan Ideal
dengan nilai 18 dan Indeks Massa Tubuh responden kategori Berat badan gemuk
dengan nilai 46.
Dapat diketahui 63 responden (71,6%) memiliki riwayat pada kedua orang
tua, dan 25 responden (28,4) memiliki riwayat pada salah satu orang tuanya.
Dapat diketahui 36 responden (40,9%) memiliki riwayat pada saudara
kandungnya. Pada Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden pada penelitian ini memiliki riwayat pada kedua orang tuanya (71,6%).
Dapat diketahui hasil perilaku pencegahan aktivitas fisik kurang baik
sebanyak54 responden (61,4%) perilaku pencegahan pola makan kurang baik
sebanyak 49 responden (55,7%). Perilaku pencegahan Perilaku Merokok yang
baik 45 responden (51,1%). Perilaku pencegahan konsumsi alcohol yang baik 63
responden (71,6%). Perilaku pencegahan pola tidur yang baik 49 responden
(55,7%). Perilaku pencegahan pengendalian stress yang baik 50 responden
(56,8%).
95
96
Perilaku pencegahan konsumsi alcohol p=1,00, maka secara statistik belum dapat
dibuktikan hubungan yang signifikanantaraperilaku pencegahan konsumsi alcohol
dengan tekanan darah diastole. Hasil OR= 0,938. Perilaku pencegahan pola tidur
p=1,00, maka secara statistik belum dapat dibuktikan hubungan yang signifikan
antara perilaku pencegahan pola tidur dengan tekanan darah diastole. Hasil analisis
OR= 1,054. Perilaku pencegahan pengendalian stress p=0,338,maka secara statistik
belum dapat dibuktikan hubungan yang signifikan antaraperilaku pencegahan
pengedalian stress dengan tekanan darah diastole. Hasil analisis OR= 0,450.
Hasil usia p=0,164 maka secara statistikbelum dapat dibuktikan hubungan
yang signifikan antara usia dengan kejadian peningkatan tekanan darah hipertensi
systole. Hasil analisis diperoleh OR=2,275. Hasil usia p=0,164 maka secara
statistik belum dapat dibuktikan hubungan yang signifikan antara usia dengan
kejadian peningkatan tekanan darah hipertensi diastole. Hasil analisis diperoleh
OR=0,527.Hasil riwayat keluarga p= 0,375 maka secara statistik belum dapat
dibuktikan hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga orang tua dengan
kejadian peningkatan tekanan darah hipertensi sistole. Hasil riwayat keluarga
p=0,481, maka secara statistik belum dapat dibuktikan hubungan yang signifikan
antara riwayat keluarga saudara kandung dengan kejadian peningkatan tekanan
darah hipertensi sistole. Hasil analisis diperoleh OR=1,647. Hasil riwayat
keluarga p= 0,500 maka secara statistikbelum dapat dibuktikan hubungan yang
signifikan antara riwayat keluarga orang tua dengan kejadian peningkatan tekanan
darah hipertensi diastole. Hasil riwayat saudar kandung p=0,346 maka secara
statistik belum dapat dibuktikanhubungan yang signifikan antara riwayat keluarga
saudara kandung dengan kejadian peningkatan tekanan darah hipertensi diastole.
Hasil analisis diperoleh OR=1,524 .
Hasil uji statistik jenis kelamin p=0,782 maka secara statistik belum dapat
dibuktikan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian
peningkatan tekanan darah hipertensi sistole. Hasil analisis diperoleh OR=1,323.
Hasil uji statistikjenis kelamin p=0,748 maka secara statistik belum dapat
dibuktikan hubungan yang signifikan antarajenis kelamin dengan kejadian
peningkatan tekanan darah hipertensidistole. Hasil analisis diperoleh OR=0,686.
Hasil uji statistiktingkat pendidikan p=0,245 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
98
V.2 Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan
pelayanan rumah sakit dalam mengadakan program pasien hipertensi.
b. Bagi Perawat
Perawat diharapkan dapat mengembangkan program pada pasien
hipertensi. Perawat berikan edukasi tentang perilaku pencegahan dan
pengontrolan tekanan darah untuk meningkatkan kesehatan.
c. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memanfaatkan informasi ini dengan menjaga perilaku
pencegahan yang dilakukan seperti pengontrolan tekanan darah rutin,
dapat juga menerapkan peningkatan kesehatan seperti olahraga, pola
makan, dan gaya hidup. Serta masyarakat dapat mengadakan program di
99
DAFTAR PUSTAKA
Ade Yonata & Arif Satria Putra Pratama 2016, Hipertensi sebagai Faktor
Pencetus Terjadinya Stroke. Majority, Volume 5, No.3,September 2016:17.
Adib 2012, Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi, Jantung, Dan
Stroke. Yogyakarta: Dianloka.
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma 2013, Aplikasi asuhan keperawatan NIC
NOC, jilid 1 edisi revisi. Yogyakarta .
Bagus Ramanto Saputra, Rahayu, Iwan Sis Indrawanto 2013, Profil Penderita
Hipertensi Di Rsud Jombang PeriodeJanuari-Desember 2011. Jurnal
Kesehatan,Volume 9 No 2;Desember 2013.
Black, Joyce M, Jane Hokanson Hawks 2014, Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8-Buku 3.PT Salemba Emban Patria:Jakarta.
101
Brunner & Suddarth 2013, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC.
Dina Rianti Fitri 2016, Ι Enforcement of Diagnosis and Treatment High Blood
Pressure’,vol.4, no.3,januari 2016.
Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, Julius Fajar Aji Sasmita, Albertus Bayu
Handyasto, Stefanus Sofian Arissaputra, Natalia Kuswantiningsih,
2017.Peningkatan Pengetahuan tentang HipertensiGuna Perbaikan Tekanan
Darah pada Anak Mudadi Dusun Japanan, Margodadi, Sayegan, Sleman,
Yogyakarta. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1,
September 2017
Hidayat 2012, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Salemba Medika:
Edisi 2.
Hartanti, dkk 2016, ” Terapi Nafas Dalam Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol IX, No. 1, Maret 2016”.
102
Kiki ,Melisa 2013, Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress, Dan Pola Makan
Dengan Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal Pronkes, Vol. 1, No. 2
Desember 2013:111-117.
Mahmudah ,Dkk 2015, Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun
2015.
Meylen Suoth, Hendro Bidjuni, Reginus T. Malara 2014, Hubungan Gaya Hidup
Dengan Kejadian HipertensiDi Puskesmas Kolongan Kecamatan
KalawatKabupaten Minahasa Utara. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume
2. Nomor 1. Februari 2014.
Mendri, Ni Ketut & Prayogi, Agus Sarwo 2017, Etika Profesi & Hukum
Keperawatan.Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
Megi A,S 2009, Risiko faktor hereditas, obesitas dan asupan natrium terhadap
kejadian hipertensi. Jurnal keperawatan, voume.10 , no.1 juli 2009.
Nieky Greyti Dien , Mulyadi , Rina M. Kundre 2014, Hubungan Indeks Massa
Tubuh (Imt) Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Poliklinik Hipertensi Dan Nefrologi Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
Poter & Perry 2010, Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi
7. Vol. 3. Jakarta : EGC.
Ranny Wahyu Ningrat& Budi Santosa 2012, Pemilihan Diet Nutrien bagi
Penderita HipertensiMenggunakan Metode Klasifikasi Decision Tree. Jurnal
Teknik Its Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271.
Sumayku Irene Moudy 2014, Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar
Pinggang dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakulta Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi.
Shofa Roshifanni 2016, Risiko Hipertensi Pada Orang Dengan Pola Tidur Buruk
Di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya.
Yogiantoro 2009, Hipertensi Esensial dalam Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III Edisi
V. Depok: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
PENDIDIKAN FORMAL
1. MI Raudhatul Muta’alimin Limo
2. SMP Yapan Indonesia Sawangan Baru
3. SMK Kesehatan Bhakti Insani Depok
4. UPN ‘Veteran’ Jakarta
Lampiran 2
Penjelasan Penelitian
PENJELASAN PENELITIAN
KepadaYth,
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu
Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta.
NRP : 1410711052
Hormat Saya,
Putri Setiarini
Lampiran 7
Di Tempat
Dengan hormat,
E-mail : [email protected]
Yang Menyatakan,
(Putri Setiarini)
Lampiran 8
A. Lembar informed
INFORMED
SURAT PERMOHONAN
Hormat saya,
Putri Setiarini
1410711052
Lampiran 9
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
B. Lembar Consent
CONSENT
SURAT PERSETUJUAN
Saya telah membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar
permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai
responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan UPN “Veteran” Jakarta, yaitu:
NIM/NRP : 1410711052
Pekerjaan : Mahasiswa
Depok,.............................. 2018
Responden
Lampiran 10
(....................................................)
LEMBAR KUESIONER
Tanggal :
Petunjuk penelitian :
No Pertanyaan Ya Tidak
lain-lain ?
8 Apakah anda melakukan kegiatan/aktifitas sehari-hari
melakukan pekerjaan rumah, mencuci, membersihkan
rumah,) ≥30 menit dalam sehari ?
Lembar Observasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Lampiran 12