Uji Organoleptik
Uji Organoleptik
Uji Organoleptik
Home
▼
Friday, 11 September 2015
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK
ANALISIS PENDAHULUAN
1. TUJUAN
1. Melakukan analisis kualitatif pendahuluan secara sifat organoleptic terhadap
sampel yang mengandung senyawa anorganik.
2. Menganalisis data yang diperoleh untuk menentukan sifat fisika kelarutan
sampel dan uji nyala/ uji mutu.
2. DASAR TEORI
Kimia Analitik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai cara - cara
penganalisaan zat kimia yang terdapat didalam suatu sampel yang akan dianalisa baik
jenis maupun kadarnya. Dalam bidang kimia analitik, suatu analisis harus melalui
beberapa tahapan seperti pemilihan dan penyiapan sampel (sampling), perlakuan awal
(pretreatment), pemisahan, pengukuran, dan analisis data. Kimia Analitik dibagi
menjadi dua golongan yakni kimia analitik kualitatif dan kimia analitik kuantitatif.
Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam
cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam
larutan. Definisi dari analisis kualitatif adalah pemeriksaaan kimiawi tentang jenis
unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran beberapa zat (Ir.
C.Poliling.1982).
Dalam analisis secara kualitatif tahap awal yang dilakukan adalah uji organoleptis
sebagai hipotesis awal untuk mengetahui kandungan zat dalam suatu sampel.
Organoleptik berarti kesan indra atau organ. analisis organoleptik mencakup aplikasi
penglihatan, bau, rasa, sentuhan, dan kadang-kadang bahkan suara. Sampel diamati
sifat-sifat fisik dan kimiawinya dengan beberapa metode analisis pendahuluan,
dengan tujuan mendapatkan informasi awal untuk menduga komponen yang
terkandung didalamnya. Pengamatan meliputi sifat fisik seperti bentuk, warna, bau,
pelarut yang sesuai dan warna nyala jika memungkinkan. Perubahan secara fisika dan
kimia seperti dalam proses pelarutan dan pemanasan menjadi pengamatan yang
penting dalam analisis pendahuluan. Harus disadari bahwa untuk melakukan analisa
kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat
fisis bahan-bahan yang dianalisa.
Analisa pendahuluan bersifat dugaan dan hasilnya baru di prediksi tetapi belum pasti
(tidak sampai menghasilkan zat yang diingkan). Pemeriksaan pendahuluan meliputi
pengamatan sifat fisik secara organoleptik, pengamatan bentuk dan warna pada
pemanasan, uji kelarutan, dan warna nyala. Pengamatan secara organoleptik meliputi
bentuk, wujud, dan warna dari suatu sampel. Suatu senyawa mempunyai penampakan
fisik yang khas baik dari bentuk maupun warna yang dimiliki. Warna dapat dijadikan
sebagai salah satu hipotesis keberadaan salah satu komponen senyawa kimia.
Beberapa senyawa memberikan warna khas, seperti garam Kobalt(II)klorida berwarna
merah jambu, Mangan(II)Sulfat berwarna merah muda pucat, Tembaga(II)sulfat
berhidrat berwarna biru, Nikel Sulfat berwarna hijau, dan sebagainya.
Analisis komponen suatu senyawa umumnya dilakukan dalam bentuk larutan. Dalam
tahap selanjutnya dari analisis pendahuluan adalah uji kelarutan. Kebanyakan
senyawa kimia larut pada pelarut tertentu, secara berurutan sampel dicoba dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai. Urutan pelarut yang digunakan adalah air, asam klorida
encer, asam kolorida pekat, asam nitrat encer, asam nitrat pekat dan terakhir adalah air
raja yang semuanya masing-masing dalam keadaan dingin dilanjutkan dalam kondisi
panas.
Dalam analisis pendahuluan klasik meliputi pula uji mutu boraks, uji nyala dan uji
reaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat. Pengamatan pada uji mutu
boraks dilakukan dengan mengamati pembentukan warna tertentu suatu senyawa yang
melekat pada manik yang dipanaskan. Test pemeriksaan dengan manik boraks
mempunyai prinsip yaitu pengamatan warna nyala sampel pada manik boraks yang
dipanasi diatas nyala api oksidasi dan reduksi baik dalam dingin ataupun panas.
Adapun proses dari uji mutu boraks adalah manik boraks dibuat dalam
lingkaran/cincin kecil pada ujung kawat Pt atau Ni/Cr dengan mencelupkan kawat
panas dan dibersihkan kedalam boraks padat, kemudian dipanaskan dalam api
Bunsen, didapat manik yang tidak berwarna dan transparan. Kemudian manik panas
dicelupkan ke dalam sampel dan dipanaskan dalam nyala oksidasi Bunsen. Warna
manik tersebut diamati, dalam keaadaan panas dan dingin. Manik tersebut dipanaskan
lagi dalam nyala reduksi dan diamati pula warnanya dalam keadaan panas dan dingin
sehingga diperoleh warna yang menunjukkan apakah zat itu mengandung kation atau
anion. Beberapa logam akan membentuk warna yag khas pada manik yang
dipanaskan pada nyala. Berikut penampakan warna-warna unsur setelah identifikasi
uji mutu boraks tersaji pada tabel II.
No
Logam
Oksidasi
Reduksi
Panas
Dingin
Panas
Dingin
1
Cu
Hijau
Biru
Tidak Berwarna
Merah
2
Fe
Coklat Kuning
Kuning
Hijau
Hijau
3
Cr
Kuning Gelap
Hijau
Hijau
Hijau
4
Mn
Violet
Violet
Tidak Berwarna
Tidak berwarna
5
Co
Biru
Biru
Biru
Biru
6
Ni
-
Coklat Merah
-
Abu-abu
Tabel II. Pemeriksaan dengan Mutiara/maniak Boraks
Uji nyala dengan mengamati warna nyala senyawa yang dipanaskan dengan pembakar
Bunsen. Prinsipnya adalah pengamatan warna nyala yang dihasilkan oleh sampel
yang dipanaskan diatas nyala api Bunsen. Beberapa logam memberikan warna
spektrum yang khas apabila dikenakan pada nyala Bunsen. Proses uji nyala ini adalah
sedikit zat (+ 50 mg) diletakkan dalam plat tetes kawat Cr, sebelum digunakan
dicelupkan dulu ke dalam HCl pekat lalu bakar untuk membersihkannya dari kotoran
yang menempel lalu celupkan ke dalam sampel kemudian bakar dalam api oksidasi
Bunsen. Nyala Na dapat menutupi nyala unsur lainnya, untuk menanggulanginya
dapat dilakukan dengan melihat nyala melalui kaca kobalt, dimana warna nyala Na
diserap sehingga warna unsur lainnya tampak lebih jelas. Berikut penampakan warna-
warna unsur setelah identifikasi uji nyala tersaji pada tabel III.
No
Unsur
Warna Nyala Langsung
Warna Nyala melalui Kaca Kobalt
1
Na
Kuning Emas
-
2
K
Violet
Merah padam
3
Ca
Merah bata
Hijau terang
4
Sr
Merah padam
Violet
5
Ba, Mo
Hijau kekuningan
Hijau kebiruan
6
Cu, Borat
Hijau
-
7
Pb, As, Sb, Bi
Biru pucat
-
Tabel III. Pemeriksaan Tes Nyala
Dalam reaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat mengamati beberapa
anion yang diuraikan oleh asam sulfat menjadi gas-gas yang mudah dikenali. Misal
anion karbonat diuraikan oleh asam sulfat encer menjadi karbon dioksida yang
teramati pada percobaan dengan dibebaskannya gas tak berbau dan tak berwarna yang
mengeruhkan air kapur, juga terbentuknya gas CO yang terbakar dengan nyala biru
sebagai hasil peruraian formiat oleh asam sulfat pekat.
3. METODOLOGI
3.1 Alat-Alat :
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Gelas arloji
4) Gelas kimia
5) Pipet tetes
6) Mikroskop
7) Pengaduk gelas
8) Cawan penguapan
9) Spatula
10) Lampu spiritus
11) Kaki tiga
12) Kassa
13) Kertas lakmus merah
14) Kertas lakmus biru
15) Korek api
16) Penjepit tabung reaksi
3.2 Bahan :
1) Pb(NO3)2
2) Cu(NO3)2.3H2O
3) Cd(NO3)2.4H2O
4) FeCl3.6H2O
5) Cr(NO3)3.9H2O
6) NiSO4.6H2O
7) NH4NO3
8) KNO3
9) Aquades
10) H2SO4 encer
11) H2SO4 pekat
12) HNO3 encer
13) HNO3 pekat
Uji organoleptis merupakan uji pendahuluan pada tahap kering. Uji kering ini
dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan. Pada dasarnya senyawa
mempunyai bentuk dan warna khas yang bisa berasal dari kation atau anion yang
terkandung di dalamnya. Atau bisa juga dikarenakan oleh bias cahaya kerena adanya
molekul air terhisrat dalam senyawa. Selain bentuk dan rupa beberapa senyawa juga
mempunyai bau yang khas atau sifat yang lain sebagai identitas senyawa tersebut.
Berdasarkan table pengamatan diatas dapat dijelaskan beberapa identifikasi yang telah
diperoleh.
1. Senyawa Cd(NO3)2.4H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal yang tak
berwarna dan juga tidak mengeluarkan bau.
2. Senyawa Cu(NO3)2.3H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal yang
berwarna biru. Senyawa ini mengeluarkan bau khas. Saat sampel diambil dan
diletakkan diluar wadah, sampel tetap berbentuk padatan kristal berwarna biru dan
tidak menyerap molekul air (anhigroskopik)
3. Senyawa FeCl3.6H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal berwarna orange
dan berbau menyengat. Mampu menyerap air saat diletakkan di luar wadah
(higroskopis) sehingga tampak seperti cair.
4. Senyawa KNO3 memiliki bentuk berupa padatan serbuk yang berwarna putih.
5. Senyawa NH4NO3 memiliki bentuk berupa padatan kristal yang tak berwarna.
Senyawa ini tidak berbau dan bersifat tidak menyerap air (anhigroskopik).
6. Senyawa Pb(NO3)2 memiliki bentuk berupa serbuk kristal yang berwana putih
dan memberikan bau yang menusuk. Bersifat tidak menyerap air saat diletakkan di
luar wadah (anhigroskopik)
7. Senyawa Cr(NO3)3.9H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal yang
berwarna hitam. Senyawa ini tidak berbau dan bersifat anhigroskopik karena saat
sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel tetap berbentuk padatan dan
tidak menyerap molekul air.
8. Senyawa NiSO4.6H2O memiliki bentuk berupa kristal yang berwarna hijau.
Senyawa ini berbau dan jika diletakkan di luar wadah tidak menyerap air
(anhigroskopik)
2. Uji Pemanasan
No
Nama Zat/ rumus
Warna keadaan dingin
Warna keadaan panas
1
Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate tetrahidrat
Tidak berwarna
Tidak berwarna
2
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper (ii) nitrat trihidrat
biru
Hijau tosca
3
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
Kuning kecoklatan
Orange kecoklatan
4
KNO3
Kalium nitrat
putih
Putih
5
NH4NO3
Ammonium nitrat
Tidak berwarna
Tidak berwarna
6
Pb(NO3)2
Timbal nitrat
Putih
Putih
7
Cr(NO3)3.9H2O
Hitam
Hijau kehitaman
8
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat
Hijau
Hijau tosca
Beberapa garam terhidrat memiliki warna khas pada penampakannya. Misalnya saja
Cu(NO3)2.3H2O memberikan penampakan warna biru. Pada saat dipanaskan,
molekul air pada garam tersebut akan lepas sebab sebenarnya molekul air pada
senyawa garam tidak terikat secara chemistry tetapi hanya terikat secara fisik. Artinya
molekul air hanya mengisi kisi-kisi pada senyawa garam tersebut. Beberapa senyawa
garam akan menampilkan warna yang berbeda setelah molekul air terlepas akibat
proses pemanasan, tetapi ada juga yang tidak mengalami perubahan warna dan ada
pula yag mengalami perubahan warna tapi sebatas pemudaran warna.
1. Pemanasan Cd(NO3)2.4H2O
Sebelum pemanasan garam Cd(NO3)2.4H2O tidak berwarna. Setelah proses
pemanasan dilakukan warna garam tidak berubah tetap tak berwarna. Meskipun
garam ini merupakan garam terhidrat yang akan melepas air saat dipanaskan namun
warna garam tetap tidak berubah.
2. Pemanasan Cu(NO3)2.3H2O
Sebelum pemanasan garam Cu(NO3)2.3H2O memiliki warna biru tua, setelah
pemanasan dilakukan warna garam menjadi hijau tosca. Hal ini menandakan bahwa
molekul air pada garam ini lepas akibat dari pemanasan.
3. Pemanasan FeCl3.6H2O
Sebelum pemanasan garam FeCl3.6H2O memiliki warna orange yang terlihat cair
karena adanya molekul air. Setelah pemanasan warna garam berubah menjadi orange
kecoklatan yang menandakan bahwa molekul air dalam garam ini lepas akibat dari
pemanasan yang dilakukan. Bentuk garam FeCl3.6H2O yang terlihat seperti cair
dikarenakan adanya molekul air yang mengisi kisi-kisi molekul FeCl3.6H2O.
4. Pemanasan KNO3
Sebelum pemanasan garam KNO3 memiliki warna putih dan setelah dipanaskan
warna garam tetap putih. Hal ini dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam
senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam keadaan dingin maupun panas.
5. Pemanasan NH4NO3
Sebelum pemanasan garam NH4NO3 tidak berwarna dan setelah pemanasan warna
garam tetap tidak berwarna. Hal ini dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam
senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam keadaan dingin maupun panas.
6. Pemanasan Pb(NO3)2
Sebelum pemanasan garam Pb(NO3)2 berwarna putih dan setelah pemanasan garam
ini tetap berwarna putih. Hal ini dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam
senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam keadaan dingin maupun panas.
7. Pemanasan Cr(NO3)3.9H2O
Sebelum pemanasan warna garam Cr(NO3)3.9H2O ini adalah hitam. Setelah
pemanasan berubah warna menjadi hijau kehitaman. Hal tersebut terjadi karena
adanya molekul air yang terkandung dalam senyawa lepas akibat dari pemanasan
yang dilakukan.
8. Pemanasan NiSO4.6H2O
Sebelum pemanasan garam NiSO4.6H2O berwarna hijau toska dengan bentuk
padatan kristal. Setelah proses pemanasan dilakukan warna garam berubah menjadi
kuning dengan bentuk tetap padatan. Perubahan ini dikarenakan terlepasnya molekul
air pada garam NiSO4. Penampakan warna hijau toska pada NiSO4.xH2O yang
didapat oleh mata disebabkan oleh adanya molekul air terhidrat pada garam tersebut.
Air dapat membiaskan cahaya yang diterima olehnya. Begitu pula pada saat cahaya
memancar dan mengenai senyawa NiSO4.6H2O, molekul air pada kisi-kisi garam
akan membiaskan cahaya tampak sehingga serapan cahaya oleh garam NiSO4.6H2O
tidak lagi menunjukkan warna hijau muda melainkan warna hijau toska.
3. Uji Nyala
No
Garam
Warna nyala
1
Cd(NO3)2.4H2O
Hijau
2
Cu(NO3)2.3H2O
Hijau
3
FeCl3.6H2O
Biru
4
KNO3
Ungu
5
NH4NO3
Hijau
6
Pb(NO3)2
Putih
7
Cr(NO3)3.9H2O
Kuning
8
NiSO4.6H2O
Kuning
Besarnya energy yang diserap atau yang dipancarkan oleh setiap atom unsur logam
yang khas. Hal ini dapat ditunjukkan dari warna nyala atom-atom logam yang mampu
menyerap radiasi cahaya di daerah sinar tampak. Warna nyala berbagia atom unsur
logam telah disajikan melalui table hasil uji nyala diatas.
4. Uji Kelarutan
No
Garam
Air
HNO3
HCl
Air raja
D
P
d
P
D
P
d
p
1
Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate tetrahidrat
Ö
2
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper (ii) nitrat trihidrat
Ö
3
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
Ö
4
KNO3
Kalium nitrat
Ö
5
NH4NO3
Ammonium nitrat
Ö
6
Pb(NO3)2
Timbal nitrat
Ö
7
Cr(NO3)3.9H2O
Ö
8
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat
Ö
5. Uji Gas
a. H2SO4 encer
No
Nama Zat
H2SO4 encer
Kayu pijar
Lakmus basah
berbau
Tidak berbau
1
Cd(NO3)2.4H2O
Ö
Bara api padam
2
Cu(NO3)2.3H2O
Ö
Bara api padam
3
FeCl3.6H2O
Ö
Bara api padam
4
KNO3
Ö
Bara api padam
5
NH4NO3
Ö
Bara api padam
6
Pb(NO3)2
Ö
Bara api padam
7
Cr(NO3)3.9H2O
Ö
Bara api semakin menyala
8
NiSO4.6H2O
Ö
2
Cu(NO3)2.3H2O
3
FeCl3.6H2O
Ö
Berubah merah
4
KNO3
5
NH4NO3
Ö
6
Pb(NO3)2
7
Cr(NO3)3.9H2O
8
NiSO4.6H2O
Ö
2. garam Cu(NO3)2.3H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera
menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak
berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang
menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini
ketika dipanaskan.
3. Garam FeCl3.6H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera
menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak
berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang
menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas Cl2 dalam garam ini
ketika dipanaskan.
4. Garam KNO3
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera
menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak
berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang
menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini
ketika dipanaskan.
5. Garam NH4NO3
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera
menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak
berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang
menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini
ketika dipanaskan.
6. garam Pb(NO3)2
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera
menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak
berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang
menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini
ketika dipanaskan.
7. garam Cr(NO3)3.9H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera
menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak
berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang
menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini
ketika dipanaskan.
8. garam NiSO4.6H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera
menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang berbau
tajam akibat adanya kandungan sulfur di dalamnya. Hal ini menunjukkan adanya gas
SO2 yang terkandung dalam garam. Saat lakmus biru basah dimasukkan dalam
tabung reaksi kertas lakmus tetap dan tidak berubah warna. Hal ini menunjukkan
adanya gas NO2 dalam garam ini ketika dipanaskan.
b. H2SO4 pekat
1. garam Cd(NO3)2.4H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat.
2. garam Cu(NO3)2.3H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat.
3. Garam FeCl3.6H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan berbau menyengat. Hal
ini menunjukkan adanya gas Cl 2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat. Ketika lakmus basah ditempelkan pada mulut tabung menggunakan spatula dan
mengenai gas yang timbul dari reaksi garam dan H2SO4 pekat lakmus berubah
menjadi merah. Hal ini menunjukkan bahwa gas yang keluar bersifat asam.
4. Garam KNO3
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat.
5. Garam NH4NO3
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat.
6. garam Pb(NO3)2
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat.
7. garam Cr(NO3)3.9H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat.
8. garam NiSO4.6H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas SO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat.
7. KESIMPULAN
1. uji organoleptis
dari kedelapan sampel garam setiap garam mempunyai bentuk dan warna yang
berbeda. Beberapa garam lebih dominan dengan bentuk padatan Kristal dan yang
satunya berbentuk padatan serbuk. Warna garam pada suhu kamar juga berbeda-beda
tergantung kelimpahan di alam.
2. Uji pemanasan
Dapat diketahui beberapa garam yang akan berubah ketika dilakukan pemanasan.
Terutama pada garam terhidrat (sampel 1, 2, 3, dan 7) yang akan melepas molekul
airnya ketika dipanaskan sehingga warna garam bisa berubah. Sedangkan garam
anhidrat tidak menunjukkan perubahan warna ketika dipanaskan.
3. Uji nyala
Nyala logam yang berbeda-beda ditunjukkan oleh data penilitian. Sehingga bisa
disimpulkan nyala logam akan timbul ketika mampu menyerap radiasi cahaya di
daerah sinar tampak.
4. Uji kelarutan
Dari kedelapan sampel semuanya larut dalam pelarut pertama yaitu air.
Sampel 1, 2, 4, 5, 6, dan 7 dapat larut dalam air karena merupakan garam nitrat.
Semua garam nitrat dapat larut dalam air.
Sampel 3 dapat larut dalam air karena merupakan garam klorida yang mudah larut
dalam air
Sampel 8 dapat larut dalam air karena merupakan garam sulfat yang mudah larut
dalam air.
5. Uji gas dengan H2SO4
Dari kedelapan sampel tersebut dapat diidentifikasi terdapat ion-ion non logam di
dalamnya
Sampel 1, 2, 4, 5, 6, 7 mengandung ion nitrat (NO3- )
Sampel 3 mengandung ion klorida (Cl-)
Sampel 8 mengandung ion sulfat (SO42-)
8. DAFTAR RUJUKAN
Ibnu, Drs. Sodiq. M.Si,dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Tim Penerbit
Universitas Negeri Malang
KBK KIMIA ANALITIK. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar. Malang :
Tim Penerbit Universitas Negeri Malang
I Wayan Sugiata. BALE BANJAR KIMIA UNDIKSHA.
sugiantozone.blospot.com/2010/03/identifikasi-kation-dengan-uji-nyala.html?m=1
diakses pada tanggal 07 september 2014 pukul 22.03
lutva chers l'amour
Share
No comments:
Post a comment
‹
›
Home
View web version
Powered by Blogger.