RKS Rsud Subang Tahap I
RKS Rsud Subang Tahap I
RKS Rsud Subang Tahap I
PENDAHULUAN
Syarat-syarat umum pelaksanaan pekerjaan Sipil, Arsitektur, instalasi Plumbing dan Elektrikal ini
merupakan bagian dari Dokumen Lelang. Apabila ada klausul dari syarat-syarat umum ini
dituliskan kembali dalam Spesifikasi Teknis, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-
klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari Dokumen Lelang
Gambar-gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini merupakan satu kesatuan dan tidak
dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada suatu bagian dari pekerjaan atau bahan atau peralatan yang
diperlukan agar instalasi ini bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar
perencanaan atau spesifikasi teknis saja, kontraktor harus tetap melaksanakannya tanpa ada biaya
tambahan.
PERSIAPAN PELAKSANAAN
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk
pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta Rencana
Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran informasi di
dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas dan
Direksi Pelaksana untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan
dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini.
Tata LaksanaBanan Asramangunan PercekatercantGambar Kerja.
1.1. PEKERJAAN PERSIAPAN
- Meliputi :pembuatan papan nama proyek, pekerjaan pembersihan
proyek, dokumentasi, As Built Drawing, pelaporan serta pengadaan
listrik dan air kerja.
Pasal 2
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal Penunjukan dan Perintah Kerja Pelaksanaan
Pekerjaan (SPK), Pihak Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata
di lapangan.
Dan apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh
Panitia Lelang.
Pembuatan kantor pemborong, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan.
3.3. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat membuat berbagai
perubahan, pengurangan dan/atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya.
3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor/Pemborong
harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
Pasal 4
PAPAN NAMA PROYEK
Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat maka Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan
Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor/Pemborong.
Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
biasa disebut ‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan
dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal sarjana muda
teknik sipil atau sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun.
5.2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
5.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pemimpin/Ketua Proyek dan
Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat perasetujuan.
5.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin/Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas bahwa
‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertuli suntuk mengganti ‘Pelaksana’.
5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor/Pemborong harus
sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor/Pemborong sendiri (penanggung
jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 6
RENCANA KERJA
6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan
Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor/Pemborong.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi
Tugas/Pemimpin/Ketua Proyek.
6.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana.
6.4. Kontraktor/Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan sesuai dengan
Rencana Kerja tersebut di atas.
6.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor/pemborong berdasarkan Rencana
Kerja tersebut.
Pasal 7
LOS PENGAWAS, LOS KERJA, GUDANG BAHAN,
PAGAR PROYEK DAN LAIN-LAIN
7.5. Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh
Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut, harus
segera dibongkar/dibersihkan oleh pihak Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik
pemborong.
Pasal 8
KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN PEKERJA
8.1. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
tempat pekerjaan untuk para pekerja.
8.3. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor
bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis serta
konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas, dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka
kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
8.6. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.
30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk
maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, pihak
Kontraktor/Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam
program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.
Pasal 9
TENAGA DAN SARANA KERJA
Kontraktor/Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat
bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama
masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan
diserahterimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
Pasal 10
PERSYARATAN DAN STANDARISASI
Pasal 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun Adminstratif.
11.2. Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan menurut keadaan sebenarnya.
11.3. Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan mingguan dan Laporan bulanan secara rutin.
11.4. Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan
monitoring.
Pasal 12
PENJELASAN RKS & GAMBAR
12.1. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS.
12.3.Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya
untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian
dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan
Pengawas.
12.4.Ukuran
12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi :
As – as
Luar – luar
Dalam – dalam
Luar – dalam
12.4.2.Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam mm (milimeter).
12.4.3.Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran jadi
seperti dalam keadaan selesai (“finished”).
12.4.4.Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan
dipakai dan dijadikan pegangan.
12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak
boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui Konsultan Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas dan disyahkan secara tertulis.
Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di
dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Direksi, dan segala akibat yang terjadi
adalah tanggung jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.
12.5.Perbedaan gambar
12.5.1.Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku.
12.5.2.Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka Kontraktor
wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya setelah
berkonsultasi dengan Perencana.
12.5.3.Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrikal/ Listrik dan
Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar
kerja Arsitektur.
12.5.4.Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksnaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di dalam hal terdapat
ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan
keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada
Konsultan Pengelola Proyek secara tertulis, mengadakan pertemuan dengan Konsultan
Direksi dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan.
12.6.Istilah
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut
STR : Struktur,
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan Perhitungan Konstruksi, Bahan Konstruksi
Utama dan Spesifikasinya, Dimensionering kolom, Balok dan tebal Lantai.
ARS : Arsitektur,
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bangunan secara
menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun estetika.
ELK : Elektrikal,
yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan Daya Listrik dan Penerangan.
MEK : Mekanikal,
yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih – Air Kotor – Drainase, Sistem Pemadam
Kebakaran, Sistem Instalasi Diesel – Generator Set, dan Sistem Pengkondisian Udara.
12.7.Shop drawing
Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh
Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan
lapangan.
Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam
Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.
dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan
termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara
lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini.
Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk
diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek dan harus digambar pada
kertas kalkir yang dapat direproduksi.
12.8.Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built drawing”.
12.8.1.Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan
disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
12.8.2.Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat
gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing). Biaya
untuk penggambaran “As-Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
Pasal 13
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR
13.1.Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
13.2.Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur,
atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
13.4.Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan, maka Kontraktor
berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan
Pengawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan yang timbul.
13.5.Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
13.6.Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan menjadi
tangung-jawab Kontraktor.
13.8.Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-
barang maupun keselamatan jiwa.
13.9.Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran dan sisa-
sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.
Pasal 14
KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN
14.1.Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam
berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material,
peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang
dimaksudkan.
14.4.Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada
Kontraktor selama tidak lebih dari tujuh (7) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan
tersebut.
14.5.Penyimpanan material
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan, dan
atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
14.5.1.Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaiannya untuk
pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta
harus ditutupi.
Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan. Benda-benda
milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari
Pemiliknya.
14.5.2.Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling) menurut
petunjuk Konsultan Pengawas.
14.5.3.Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai
dengan ketentuan, sehingga memberikan drainasi/pematusan dari kandungan air/cairan
yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga
gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan
diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari satu meter. Tinggi
tempat penyimpanan tidak lebih dari lima meter.
15.2.Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir/ditolak
oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-lambatnya
dalam tempo 3 X 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
15.3.Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/Direksi/Perencana dan
ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Perencana berhak
memerintahkan pembongkaran kembali kepada kontraktor yang mana segala kerugian yang
diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor sepenuhnya disamping
pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu permil) dari harga borongan.
15.4.Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan
tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke Laboratorium balai Penelitian Bahan-
Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada
Pengawas/Direksi/Perencana secara tertulis.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.
15.5.Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari
bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
15.6.Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan penjelasan lengkap tertulis
mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Pasal 16
SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR
16.1.Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan (Sub-Kontraktor) didalam hal
pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor ‘wajib’ memberitahukan terlebih
dahulu kepada Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
16.2.Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan khusus
dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi
pabrik.
Pasal 17
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
17.1.Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan, dan
pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di dalam daerah kerja, kecuali
benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai
dengan ketentuan pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini.
17.2.Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu busuk, tunggul, akar,
serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang tidak
diperuntukan berada di sana, harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila perlu. Pada
daerah galian, segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai kedalaman sekurang-
kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja.
Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan material yang memadai dan dipadatkan
sampai 90% dari kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T 99.
Pasal 18
DRAINASE / SALURAN
Pasal 19
PENGUKURAN KONDISI TAPAK
DAN PENENTUAN PEIL + 0.00
Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap (bila diminta) termasuk tripod, dll.
Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor harus mengadakan survey dan pengukuran
tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, seperti patok kemiringan (slopes
stakes), temporang grade stakes, lay out dari jembatan dan gorong-gorong, offset line, dan
lain-lain.
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor harus dijaga
baik-baik, bila terganggu atau rusak harus segera diperbaiki oleh Kontraktor atas
tanggungan biaya sendiri. Setiap jenis pekerjaan, dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan
sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh Pengawas.
19.1.6. Kontraktor harus mengajukan tiga salinan (copy) penampang melintang (cross section)
kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah satu salinan atau merevisinya,
kemudian mengembalikan kepada Kontraktor.
Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan/revisi, Kontraktor harus mengajukan
lagi salinan cross section untuk persetujuan di atas.
Cross section dari Kontraktor harus digambar di atas kertas kalkir untuk memungkinkan
reporduksi. bila cross section itu akhirnya disetujui, maka kontraktor harus menyerahkan
gambar kalkir asli dan tiga lembar hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek.
Pasal 20
PEMASANGAN PATOK UKUR
DAN PAPAN BANGUNAN (‘BOUWPLANK’)
20.1.Patok ukur
20.1.1. Kontraktor harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-garis sesuai dengan
gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan. Bila dianggap perlu Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan
dan meminta Kontraktor untuk membetulkan patok-patok.
Kontraktor harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana pematokan atau
penentuan permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat
puluh delapan) jam, agar susunan patok itu dapat diperiksa.
20.1.2. Patok ukur dibuat dari bahan beton bertulang secukupnya, berpenampang 15x15 cm,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul di atas muka
tanah cukup untuk memberikan indikasi peil + 0.00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya
ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian di atas peil + 0.00.
20.1.3. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas; sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan
berlangsung.
20.1.4. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga
keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan
Pengawas untuk dibongkar.
20.2.Papan bangunan
20.2.1.Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm dan lebar
15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
20.2.2.Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama lain adalah 1.50 m;
tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
20.2.3.Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar atau sesuai dengan
keadaan setempat.
20.2.4.Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan atau rata waterpass, kecuali
dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
20.2.5.Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
20.2.6.Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan
ini sampai tidak diperlukan lagi.
Pasal 21
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
21.2.Pemeriksaan pekerjaan
21.2.1.Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena
bahan/material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh
Konsultan Pengawas/Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
21.2.2.Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan
persetujuan pengawas dan pemborong harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada
pengawas ahli untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak
terlihat.
21.2.3.Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan setiap pekerjaan sudah siap atau
diperkirakan akan siap diperiksa.
21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari Raya) tidak
dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/Direksi, maka Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.
21.2.5. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor,
tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan
waktu pelaksanaan.
21.5. Toleransi
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan toleransi
yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.
Pasal 1
PEKERJAAN TIANG PANCANG
3.1. BAHAN-BAHAN
Bahan-bahan untuk bekisting, besi beton dan beton supaya disesuaikan menurut persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan.
3.4.4 Beton
a. Bahan-bahan :
1. Mutu Semen.
Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard Internasional atau NI-8
untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan
kimia.
2. Pasir agregat halus dan koral/batu pecah-agregat kasar. Jenis dan syarat campuran
agregat harus memenuhi PBI-71 Bab 3.5.
Mutu Pasir : Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung bahan-
bahan organis.
Ukuran Pasir : Sisa diayakan 4 mm harus minimum 2% berat; sisa diayakan harus
minimum 10% berat; sisa diayakan 0.25 mm harus berkisar
antara 80% dan 90% berat.
Mutu Koral : Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir
pipih maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat aktif
alkali.
Ukuran Koral : Sisa diatas ayakan 31.5 mm harus 0% berat; sisa diayakan 4 mm
harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara sisa-
sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
3. Mutu Air.
Air tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau
4. Kawat Pengikat.
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
b. Adukan
Adukan beton harus diadakan trial mix sebelumnya dan disamping itu mutu beton harus
sesuai dengan mutu standar PBI 1971, minimal kuat tekan karakteristik rata-rata
sebesar 500 kg/cm2 atau K-500.
e. Pengecoran
1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971.
2. Tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh melebihi 1.50 m.
3.4.6 Toleransi
a. Toleransi maksimum dari ukuran yang dapat diterima untuk tiang pancang adalah
sebagai berikut :
1. Penyimpangan dari kelurusan 1/500 atau maksimum 0.1d - 10 mm (d = diameter
tiang).
2. Penyimpangan kelurusan dari sisi-sisi tiang maksimum tan 1 = 0.03.
d. Toleransi Pelaksanaan
Ketidaklurusan tiang tidak lebih dari 1 : 40 dalah arah vertikal. Kemiringan tiang tidak
lebih dari 1 : 24 dari sudut yang ditentukan.
e. Laporan Pemancangan
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan laporan kepada Konsultan Pengawas
tentang hasil-hasil pemancangan untuk melengkapi laporan standar. Laporan ini dikirim
kepada Konsultan Pengawas tidak melebihi siang hari waktu pemancangan dengan
disertai data-data sebagai berikut :
- Nomor referensi halaman
- Lokasi
- Nomor pile
- Ukuran pile
- Panjang tiang
- Elevasi muka tanah
- Tanggal dan waktu pemancangan
- Kedalaman tiang
- Elevasi ujung tanah tiang
- Detail tentang final test / beban maksismum pemancangan
- Metoda pengangkatan dan pemancangan tiang
c. Perlengkapan Pembebanan
- Beban percobaan didapat dari reaksi kentledge melalui jack hidraulis yang besarnya
melebihi dari beban percobaan dan ditempatkan pada platform sebagaimana
harusnya.
- Beban kentledge terdiri dari balok-balok beton dengan ukuran yang sama.
- Plat baja dengan ketebalan yang cukup untuk menerima beban ditempatkan secara
sentris diatas pile cap untuk dapat menyalurkan beban percobaan secara sempurna
kepada tiang.
- Ukuran plat baja tidak boleh lebih kecil dari ukuran pile cap dan juga tidak boleh
lebih kecil dari ukuran jack yang digunakan.
e. Prosedur Percobaan
Beban percobaan dikerjakan dalam 4 cycle sesuai dengan ASTM D 3966-81 untuk
percobaan pembebanan lateral.
A: Beban ditahan tetap selama 1 jam dan sampai mencapai penurunan : 0.25 mm/jam
atau maksimum 2 jam.
B: Beban ditahan selama 12 jam dan sampai mencapai penurunan : 0.25 mm/jam atau
maksimum 24 jam.
1 0 - -
2 25 10 0-5-10
3 50 cycle 1 10 0-5-10
4 25 10 0-5-10
5 0 10 0-5-10
6 50 10 0-5-10
7 75 15 0-5-10-15
8 100 cycle 2 20 0-5-10-15-20
9 50 10 0-5-10
10 0 10 0-5-10
11 50 10 0-5-10
12 100 10 0-5-10
13 125 cycle 3 20 0-5-10-15-20
14 150 20 0-5-10-15-20
15 75 10 0-5-10
16 0 10 0-5-10
17 50 10 0-5-10
18 100 10 0-5-10
19 150 10 0-5-10
20 170 20 0-5-10-15-20
21 180 20 0-5-10-15-20
22 190 20 0-5-10-15-20
23 200 cycle 4 60 0-10-20-30-40-50-60
24 150 10 0-5-10
25 100 10 0-5-10
26 50 10 0-5-10
27 0 10 0-5-10
f. Prosedur Pembacaan
Percobaan Pembebanan Vertikal
Pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Sesudah dan sebelum penambahan beban
- Sesudah dan sebelum penurunan beban
- Setiap 10 menit
- Pada pembebanan 200 % beban rencana, pembacaan dilakukan sebagai
Pasal 2
PEKERJAAN BETON STRUKTUR
1. Persyaratan Mutu.
a. Adukan Beton
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh pekerjaan struktur menggunakan beton
readymix sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan sebelumnya sudah mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap
waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang
dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen
yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak
dipergunakan atau diafkir.
Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton,
maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan
diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas
biaya kontraktor.
c. Tempat Penyimpanan
Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap
saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.
4 0 – 15
8 6 – 15
16 10 – 25
30 10 – 30
50 15 – 35
100 12 – 20
PAN 3–7
3.7. Mengaduk
Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu
‘batch mixer’.
Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan
dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan
warna yang merata/seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali
bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsisitensi.
Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
3.8. Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh dari 32 0 C dan tidak kurang dari 4,50 C.
Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27 0 C dan 320 C, beton harus diaduk ditempat
pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
3.11. Pengecoran
a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan
beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong,
pengikatan dan lain-lainnya selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-
permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
b. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan dicor beton baru,
harus bersih dan lembab ketika dicor denganbeton baru.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-
beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua
genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
c. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang akan masih
berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.
d. Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta staf
Kontraktor yang setaraf ada di tempat kerja, dan persiapan betul-betul telah memadai.
e. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 1.50 meter, semua penuangan
beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm.
Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran
dengan tebal 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.
f.Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, shingga bebas dari kantong-
kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang
diletakkan.
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat
menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di
bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan
airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immerson beroperasi
dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.
3.12. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan
a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan
Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan
pada beton. Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah
cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan yang
tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
b. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan-cetakan dibuka untuk
dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya, tujuh hari untuk
dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap,
tangga dan kolom.
Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal adalah sebagai berikut :
Struktur : Pengerasan Normal :
Kolom dan dinding 4 hari
Pelat lantai atau atap 28 hari
Balok 28 hari
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang
kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, ketidak rataan
dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda.
c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian bangunan
yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang dinding, yang
tidak memuaskan kelihatannya, kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding
(dengan spesi plesteran 1pc : 3psr) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm demikian juga
pada dinding yang berbatasan, (yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan
Pengawas.
Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar batas toleransi kelurusan (pencekungan atau
pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari L/1000 untuk semua komponen.
Pasal 3
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
A. PEKERJAAN GALIAN
1. Uraian
1.1. Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukkan tanah
atau bahan lain dari area site, jalan atau area sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan ini.
1.2. Pekerjaan galian dengan alat berat berupa excavator untuk menggali dan dump truk untuk
mengangkut tanah yang harus dibuang keluar lokasi proyek. Kedalaman penampang galian
harus disesuaikan dengan gambar rencana.
1.3. Jenis galian yang dilaksanakan dapat berupa :
4.3. Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan
berada atau beroperasi lebih dekat 1,50 meter dari tepi galian parit untuk gorong-gorong
pipa atau galian pondasi untuk struktur terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang
telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan telah dipadatkan.
4.4. Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan air
di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk menjamin
bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan
terjadi.
4.5. Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian dimana
kepala mereka, yang meskipun kadang-kadang saja berada di permukaan tanah, maka
kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya
hanya memantau keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian
cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia di tempat kerja galian.
4.6. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup
untuk mencegah pekerjaan atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka
pada lokasi jalur lalulintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada
malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau
kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan
oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
4.7. Ketentuan yang disyaratkan mengenai Pemeliharaan Lalu Lintas harus diterapkan pada
seluruh galian di Daerah Milik Jalan.
5. Jadwal kerja
5.1. Perluasan setiap galian terbuka pada setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibatasi sepadan
dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus (sound),
dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman akibat hujan dan
gangguan dari pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
5.2. Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus dilakukan dengan pelaksanaan
setengah badan jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk lalu lintas setiap saat.
5.3. Bilamana lalu lintas pada jalan tergganggu karena peledakan atau pekerjaan lainnya,
kontraktor harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu atas jadwal gangguan tersebut
dari pihak yang berwenang dan juga dari Dinas Pekerjaan Umum.
5.4. Kecuali diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas/Direksi maka setiap galian perkerasan
beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal pada hari yang sama sehingga dapat
dibuka untuk lalu lintas.
B. PEKERJAAN URUGAN
4. Perbaikan terhadap timbunan yang tidak memenuhi ketentuan atau tidak stabil
4.1. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui
atau toleransi permukaan yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggemburkan
permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan
dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
4.2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang
disyaratkan atau seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, harus
diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air
4.6. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek setelah
pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi,
haruslah seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.
7. Bahan timbunan
7.1. Bahan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan seksi ”bahan dan
penyimpanan” dalam spesifikasi ini.
7.2. Bahan urugan pasir yang dipakai hanya boleh diklasifikasikan sebagai bahan pasir yang bisa
dipadatkan bila digunakan pada lokasi yang direncanakan. Dalam segala hal seluruh timbunan
pilihan, bila diuji harus sesuai dengan SNI.03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10%
setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai
dengan SNI.03-1742-1989.
7.3. Bahan pilihan yang akan digunakan untuk pemadatan harus berupa pasir atau kerikil atau
bahan berbutir bersih lainnya dengan indeks maksimum 6%.
8. Pemadatan timbunan
8.1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan
dengan peralatan yang memadai dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi sampai
mencapai kepadatan yang disyaratkan.
8.2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar
air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang
diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI.03-1742-1989.
9. Jaminan mutu
9.1. Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan,
akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, tetapi bagaimanapun juga harus
mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan.
9.2. Setelah mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat Direksi Pekerjaan,
pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya
dapat diamati.
9.3. Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan untuk
mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan
suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan.
SYARAT-SYARAT
PASAL 1
PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATU BATA
1.1.Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan
dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambaratau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
a. Pasangan batu bata/batu merah, dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 4 pasir pasang.
b. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof sampai
ketinggian40 cm di atas permukaan lantai dasar, serta semua dinding yang pada gambar
menggunakan simbol aduk trasraam/kedap air digunakan aduk rapat air dengan campuran 1
PC: 2 pasir pasang
c. Batu bata merah yang digunakan batu bata merah ex lokal dengan kualitas terbaik yang
disetujui Konsultan Pengawas, siku dan sama ukurannya 6,5 x 8 x 21 Cm
d. Setelah bata terpasang dengan baik, nad diisi siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkandengan sapu lidi dan kemudian disiram air
e. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan
siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
f. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 20
lapis setiapharinya, diikuti dengan cor kolom praktis pada luasan lebih dari 12 m
g. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari ditambahkan kolom dan balok penguat
12 m(kolom dan balok praktis) dengan ukuran 13 x 13 cm, dengan tulangan 4 pokok
diameter 12 mm, beugel diameter 10 mm jarak 15 cm
h. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steigersama sekali tidak diperkenankan.
i. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton(kolom) harus diberi penguat/stek-stekbesi beton diameter 10 mm jarak 75 cm, yang
terlebih dahuluditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang
ditanam dalam pasangansekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain
j. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%. Bata yang patah
lebihdari 2 tidak boleh digunakan.
k. Pasangan batu bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 13
cm untukdinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan
benar-benar tegaklurus
a. Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan- bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik.
b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan
luar serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
PASAL 3
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING
3.1 PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING KERAMIK TILES DAN PASANGAN BATU ALAM
PASAL 4
PEKERJAAN PENGECATAN
Pemasangan/Pelaksanaan :
- Pengerjaan pengecatan harus dikerjakan di bawah pengawasan spesialis pabrik yang ditunjuk
dan disertai dengan bukti garansi tidak kurang dari 1 tahun.
- Pekerjaan pengecatan baru boleh dikerjakan setelah :
- Dinding plester yang akan dicat betul-betul kering dan tidak berdebu, bagian-bagian yang
retak dan pecah diperbaiki sedangkan bagian yang kotor dibersihkan dimana hal itu telah
selesai diperiksa dan disetujui Konsultan Menejemen Konstruksi.
- Semua permukaan dinding diplamur.
- Didahului dengan percobaan pengecatan pada dinding atau bagian yang akan dicat.
- Bila persyaratan-persyaratan tersebut di atas telah dipenuhi, maka dilakukan persiapan-
persiapan sebagai berikut :
- Membersihkan permukaantembok daripengkristalan/ pengapuran (efflorescence) yang biasanya
terjadi pada tembok baru dengan amplas (emerald paper) kemudian dibersihkan dengan lap
yang benar-benar bersih.
- Pada bagian dimana banyak reaksi alkali dipakai lapisan Alkali Resisting Primer.
- Pada bagian-bagian dimana terdapat rembesan air dipakai lapisan plamur Acrylic Water Filter.
- Setelah kering permukaan tersebut diamplas lagi dengan amplas halus.
- Pengecatan akhir dilakukan berulang kali (2 – 3 kali) sampai mencapai warna yang dikehendaki
dengan memakai semprot/roller.
Pemasangan/Pelaksanaan :
- Pengecatan dikerjakan dibawah pengawasan spesialis pabrik yang ditunjuk dan disertai dengan
bukti garansi tidak kurang dari 1 tahun.
- Pekerjaan pengecatan baru boleh dikerjakan setelah :
Plafond yang akan dicat betul-betul kering dan tidak berdebu, bagian yang retak dan pecah
diperbaiki, bagian yang kotor dibersihkan dan hal itu telah diperiksa Konsultan Pengawas.
Didahului percobaan pengecatan pada plafond yang akan dicat.
- Bila persyaratan di atas telah dipenuhi, maka Pengecatan akhir dilakukan berulang kali (2 – 3
kali) sampai mencapai warna yang dikehendaki dengan memakai semprot/roller.