RKS Rsud Subang Tahap I

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

DAFTAR ISI

BAB I. SYARAT – SYARAT UMUM DAN TEKNIS


Pendahuluan..................................................................................................................................03
Pasal 1 Lingkup Pekejaan.......................................................................................................................03
Pasal 2 Memulai....................................................................................................................................03
Pasal 3 Mobilisasi...................................................................................................................................03
Pasal 4 Papan Nama Proyek...................................................................................................................04
Pasal 5 Kuasa Kontraktor dilapangan......................................................................................................04
Pasal 6 Rencana Kerja............................................................................................................................04
Pasal 7 Los Pengawas, Los Kerja, Gudang Bahan, Pagar Proyek, dan lain-lain...........................................05
Pasal 8 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja........................................................................................06
Pasal 9 Tenaga dan Sarana Kerja............................................................................................................06
Pasal 10 Persyaratan dan Standarisasi......................................................................................................07
Pasal 11 Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan.....................................................................................08
Pasal 12 Penjelasan RKS dan Gambar.......................................................................................................08
Pasal 13 Tanggung Jawab Kontraktor.......................................................................................................10
Pasal 14 Ketentuan dan Syarat – syarat Bahan........................................................................................11
Pasal 15 Pemeriksaan Bahan – bahan......................................................................................................12
Pasal 16 Supplier dan Sub Kontraktor......................................................................................................13
Pasal 17 Pembersihan Tempat Kerja.......................................................................................................13
Pasal 18 Drainase / Saluran.....................................................................................................................14
Pasal 19 Pengukuran Kondisi Tapak dan Penentuan Peil ± 0.00................................................................14
Pasal 20 Pemasangan Patok Ukur dan Papan Bangunan ( Bouwplank )....................................................15
Pasal 21 Pemeriksaan Hasil Pekerjaan.....................................................................................................16
SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1 Pekerjaan Tiang Pancang......................................................................................................17
Pasal 2 Pekerjaan Beton Struktur......................................................................................................26
Pasal 3 Pekerjaan Galian dan Urugan...............................................................................................32

SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR


Pasal 1 Pekerjaan Pasangan Dinding Batu Bata.......................................................................................39
Pasal 2 Pekerjaan Pelapisan Dinding.......................................................................................................40
Pasal 3 Pekerjaan Pelapisan Lantai dan Dinding......................................................................................42
Pasal 4 Pekerjaan Pengecatan................................................................................................................44

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


1
BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM & TEKNIS

PENDAHULUAN
Syarat-syarat umum pelaksanaan pekerjaan Sipil, Arsitektur, instalasi Plumbing dan Elektrikal ini
merupakan bagian dari Dokumen Lelang. Apabila ada klausul dari syarat-syarat umum ini
dituliskan kembali dalam Spesifikasi Teknis, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-
klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari Dokumen Lelang
Gambar-gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini merupakan satu kesatuan dan tidak
dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada suatu bagian dari pekerjaan atau bahan atau peralatan yang
diperlukan agar instalasi ini bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar
perencanaan atau spesifikasi teknis saja, kontraktor harus tetap melaksanakannya tanpa ada biaya
tambahan.

PERSIAPAN PELAKSANAAN

Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk
pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta Rencana
Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran informasi di
dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas dan
Direksi Pelaksana untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan
dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini.
Tata LaksanaBanan Asramangunan PercekatercantGambar Kerja.
1.1. PEKERJAAN PERSIAPAN
- Meliputi :pembuatan papan nama proyek, pekerjaan pembersihan
proyek, dokumentasi, As Built Drawing, pelaporan serta pengadaan
listrik dan air kerja.

Pasal 2
MEMULAI KERJA

Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal Penunjukan dan Perintah Kerja Pelaksanaan
Pekerjaan (SPK), Pihak Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata
di lapangan.
Dan apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh
Panitia Lelang.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


2
Pasal 3
MOBILISASI

Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :


3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan
bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

Pembuatan kantor pemborong, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan.

3.3. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat membuat berbagai
perubahan, pengurangan dan/atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya.

3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor/Pemborong
harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

Pasal 4
PAPAN NAMA PROYEK

Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat maka Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan
Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor/Pemborong.

Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
biasa disebut ‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan
dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal sarjana muda
teknik sipil atau sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun.

5.2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
5.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pemimpin/Ketua Proyek dan
Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat perasetujuan.

5.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin/Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas bahwa
‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertuli suntuk mengganti ‘Pelaksana’.

5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor/Pemborong harus
sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor/Pemborong sendiri (penanggung
jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6
RENCANA KERJA

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


3
6.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan
Tenaga.

6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan
Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor/Pemborong.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi
Tugas/Pemimpin/Ketua Proyek.

6.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana.

6.4. Kontraktor/Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan sesuai dengan
Rencana Kerja tersebut di atas.

6.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor/pemborong berdasarkan Rencana
Kerja tersebut.

Pasal 7
LOS PENGAWAS, LOS KERJA, GUDANG BAHAN,
PAGAR PROYEK DAN LAIN-LAIN

7.1. Direksi keet (los pengawas).


Kontraktor/Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk keperluan Pengawas
Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi permanen seluas ± 12 m² dengan
menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: lantai diplester, dinding tripleks/papan/asbes, rangka
bangunan dari bahan kayu kelas III, atap dari bahan genteng, pintu dari bahan papan kayu kelas III,
diperlengkap dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Dalam hal ini Pemborong
dapat memanfaatkan sementara ruangan pada area bangunan yang belum akan dibongkar yang
akan ditentukan oleh Pengawas.
7.2. Kantor pemborong, los kerja dan gudang bahan.
Kontraktor/Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor pemborong di lapangan,
los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-
barang, yang mana tempatnya akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan/Personalia Proyek.

7.3. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menjaga kebersihan los pengawas serta


inventarisnya.

7.4. Pagar Proyek.


Untuk keamanan lapangan kerja, kepada pemborong wajib untuk memagari sekelilingnya sehingga
aman.
Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang
BJLS 32 dicat, kolom setempat dari rangka kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan
kekuatan, atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.

7.5. Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh
Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut, harus
segera dibongkar/dibersihkan oleh pihak Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik
pemborong.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


4
7.6. Direksi Keet dan pagar Pengaman (butir 1 & 4 di atas) yang dibuat oleh Kontraktor/ Pemborong,
setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut akan ditentukan pemanfaatannya
oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu Direksi dapat memerintahkan kepada Pemborong
untuk segera membongkarnya dan membersihkannya.

Pasal 8
KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN PEKERJA

8.1. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
tempat pekerjaan untuk para pekerja.

8.2. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK ditempat pekerjaan.

8.3. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor
bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis serta
konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas, dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka
kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.

8.4. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong selekas mungkin memberitahukan kepada


Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan
itu.

8.5. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran :


Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor wajib menyediakan tabung alat pemadam
kebarakaran (Fire Extinguisher) lengkap dengan isinya, dengan jumlah sekurang-kurangnya 4
(empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 15 Kg.

8.6. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.
30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk
maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, pihak
Kontraktor/Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam
program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.

Pasal 9
TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor/Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat
bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama
masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan
diserahterimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.

9.1. Tenaga kerja /tenaga ahli

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


5
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

9.2. Peralatan bekerja.


Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat pengangkat dan pengangkut
serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
9.3. Bahan-bahan bangunan
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

9.4. Penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja.


9.4.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di tapak
proyek atau disuply dari luar.
9.4.2. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
9.4.3. Kontraktor harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa terisi penuh
dengan kapasitas 3,5 M3.
9.4.4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan sementara
PLN setempat selama masa pembangunan.
Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan
sementara atas petunjuk pengawas.

Pasal 10
PERSYARATAN DAN STANDARISASI

10.1. Persyaratan pelaksanaan.


Untuk menghindari klaim dari ‘User’/Proyek dikemudian hari maka Kontraktor harus betul-betul
‘memperhatikan’ pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan ‘ukuran jadi
(finished)’ sesuai persyaratan ukuruan pada gambar kerja dan penjelasan RKS. Kontraktor wajib
melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan
persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana kerja dan
Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan
melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur,
Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing/Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Konsultan
Pengawas.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon pemborong harus menyediakan :
- Wakil sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli
dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan
guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.
- Buku harian untuk :
 Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
 Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan.
- Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
 1 (satu) kamera.
 1 (satu) alat ukur schuifmat.
 1 (satu) alat ukur panjang 50 m, 5 m.
 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.

10.2. Standard yang dipergunakan.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


6
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia, Standard
Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan antara
lain :
PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia
NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan
PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia
PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia
SII : Standard Industri Indonesia
SK SNI T-15-1991-03
(PBI – 1991) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
Serta :
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1981
 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan tentang keselamatan
tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang
penanggulangan bahaya kebakaran.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku
Peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen
bahan/material/komponen yang bersangkutan.
Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :
 Dokumen Lelang yang sudah disyahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja,
RKS, BQ, A.A. Aanwijzing dan Surat Perjanjian Kontrak).
 Shop Drawing yang dibuat oleh pemborong dan sudah disetujui/disahkan oleh
pemberi tugas dan Pengawas.

Pasal 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun Adminstratif.

11.2. Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan menurut keadaan sebenarnya.

11.3. Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan mingguan dan Laporan bulanan secara rutin.

11.4. Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan
monitoring.

Pasal 12
PENJELASAN RKS & GAMBAR

12.1. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


7
12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignment, loksasi, seksi (bagian) dan detail gambar
mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan
dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian antara gambar dan
spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan sepsifikasi atau
gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.

12.3.Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya
untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian
dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan
Pengawas.

12.4.Ukuran
12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi :
As – as
Luar – luar
Dalam – dalam
Luar – dalam
12.4.2.Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam mm (milimeter).
12.4.3.Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran jadi
seperti dalam keadaan selesai (“finished”).
12.4.4.Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan
dipakai dan dijadikan pegangan.
12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak
boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui Konsultan Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas dan disyahkan secara tertulis.
Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di
dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Direksi, dan segala akibat yang terjadi
adalah tanggung jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.

12.5.Perbedaan gambar
12.5.1.Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku.
12.5.2.Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka Kontraktor
wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya setelah
berkonsultasi dengan Perencana.
12.5.3.Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrikal/ Listrik dan
Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar
kerja Arsitektur.
12.5.4.Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksnaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di dalam hal terdapat
ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan
keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada
Konsultan Pengelola Proyek secara tertulis, mengadakan pertemuan dengan Konsultan
Direksi dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


8
12.5.5.Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.

12.6.Istilah
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut
STR : Struktur,
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan Perhitungan Konstruksi, Bahan Konstruksi
Utama dan Spesifikasinya, Dimensionering kolom, Balok dan tebal Lantai.

ARS : Arsitektur,
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bangunan secara
menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun estetika.

ELK : Elektrikal,
yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan Daya Listrik dan Penerangan.

MEK : Mekanikal,
yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih – Air Kotor – Drainase, Sistem Pemadam
Kebakaran, Sistem Instalasi Diesel – Generator Set, dan Sistem Pengkondisian Udara.

12.7.Shop drawing
Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh
Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan
lapangan.
Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam
Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.
dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan
termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara
lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini.
Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk
diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek dan harus digambar pada
kertas kalkir yang dapat direproduksi.
12.8.Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built drawing”.
12.8.1.Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan
disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
12.8.2.Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat
gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing). Biaya
untuk penggambaran “As-Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

Pasal 13
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR

13.1.Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

13.2.Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur,
atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


9
13.3.Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan
pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor
sendiri.

13.4.Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan, maka Kontraktor
berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan
Pengawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan yang timbul.

13.5.Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

13.6.Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan menjadi
tangung-jawab Kontraktor.

13.7.Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material, barang


milik Proyek, Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan
yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang
maupun belum; adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya
pekerjaan tambah.

13.8.Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-
barang maupun keselamatan jiwa.

13.9.Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran dan sisa-
sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal 14
KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN

14.1.Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam
berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material,
peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang
dimaksudkan.

14.2. Merk pembuatan bahan/material & komponen jadi.


14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini, semua merk pembuatan atau merk dagang
dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan
kualitas/setara dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat.
Setiap keterangan mengenai peralatan, material, barang atau proses, dalam bentuk nama
dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standard atau kualitas
dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan; dan Kontraktor harus
dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


10
penilaian Konsultan Pengawas dan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh
material patent itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
14.2.2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar dan RKS, memenuhi standard spesifikasi bahan tersebut,
mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga akhli yang
ditunjuk oleh pabrik dan atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.
Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan claim sebagai pekerjaan tambah.
14.2.4. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk
setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus disertai
test dari Laboratorium lokal/dalam negeri baik kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan
Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung
oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai biaya tambah.

14.3.Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang


diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan Perencana untuk
mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan/dipakai.
Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Perencana adalah
sebanyak empat (4) buah dari satu bahan yang ditentukan untuk menetapkan “standad of
appearance” dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah
dua (2) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.

14.4.Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada
Kontraktor selama tidak lebih dari tujuh (7) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan
tersebut.

14.5.Penyimpanan material
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan, dan
atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
14.5.1.Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaiannya untuk
pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta
harus ditutupi.
Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan. Benda-benda
milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari
Pemiliknya.
14.5.2.Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling) menurut
petunjuk Konsultan Pengawas.
14.5.3.Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai
dengan ketentuan, sehingga memberikan drainasi/pematusan dari kandungan air/cairan
yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga
gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan
diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari satu meter. Tinggi
tempat penyimpanan tidak lebih dari lima meter.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


11
Pasal 15
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

15.1.Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah


disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.

15.2.Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir/ditolak
oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-lambatnya
dalam tempo 3 X 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
15.3.Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/Direksi/Perencana dan
ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Perencana berhak
memerintahkan pembongkaran kembali kepada kontraktor yang mana segala kerugian yang
diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor sepenuhnya disamping
pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu permil) dari harga borongan.

15.4.Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan
tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke Laboratorium balai Penelitian Bahan-
Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada
Pengawas/Direksi/Perencana secara tertulis.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.
15.5.Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari
bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.

15.6.Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan penjelasan lengkap tertulis
mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Pasal 16
SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR

16.1.Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan (Sub-Kontraktor) didalam hal
pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor ‘wajib’ memberitahukan terlebih
dahulu kepada Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

16.2.Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan khusus
dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi
pabrik.

Pasal 17
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

17.1.Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan, dan
pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di dalam daerah kerja, kecuali
benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai
dengan ketentuan pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


12
Pekerjaan ini mencakup juga perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang
ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.

17.2.Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu busuk, tunggul, akar,
serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang tidak
diperuntukan berada di sana, harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila perlu. Pada
daerah galian, segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai kedalaman sekurang-
kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja.
Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan material yang memadai dan dipadatkan
sampai 90% dari kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T 99.

Pasal 18
DRAINASE / SALURAN

18.1.Pembuatan drainase / saluran tapak sementara.


Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di tapak, Kontraktor wajib
membuat saluran air sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang ada untuk menjaga
agar lahan konstruksi tetap kering.
Arah aliran ditujukan ke daerah permukaan yang terendah yang ada di tapak atau ke saluran yang
sudah ada di lingkungan daerah pembangunan.
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.

18.2.Pemeliharaan drainase yang sudah ada


Kontraktor harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau mempengaruhi tempat
kerja.
Kewajiban ini mencakup, bila diminta oleh Konsultan Pengawas pembersihan saluran-saluran, parit
dan pipa-pipa menuju hulu dan hilir sampai sejauh 100 meter di luar batas daerah konstruksi dan
daerah milik jalan (right-of way).
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.

18.3. Lokasi dan perlindungan utilitas.


18.3.1.Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor/Pemborong harus melakukan survey
untuk mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan kena pengaruh oleh pekerjaan. Hasil
survey harus dicatat dalam format rencana sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas,
dan patok permukaan (surface pegs) pada tempat kerja yang menunjukkan lokasi seluruh
utilitas yang berada di bawah tanah, harus sudah ditancapkan.
Patok-patok itu harus tetap terpancang selama berlakunya kontrak.
18.3.2.Bila Kontraktor akan melaksanakan pekerjaan sementara atau permanen pada daerah
sekitar utilitas itu, Kontraktor harus mempergunakan metoda konstruksi yang memadai,
menyediakan peralatan perlindungan yang semestinya, tanpa ada pembayaran tambahan,
dalam rangka mencegah kerusakan pada utilitas itu. Segala kerusakan pada utilitas yang
disebabkan langsung atau tidak langsung oleh pekerjaan Kontraktor dianggap sebagai
tanggung jawab dari Kontraktor.

Pasal 19
PENGUKURAN KONDISI TAPAK
DAN PENENTUAN PEIL + 0.00

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


13
19.1.Pekerjaan pengukuran kondisi tapak
19.1.1.Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran kondisi
“existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan
kepada Direksi / Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
19.1.2.Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya di
lapangan, harus segera dilaporkan ke Konsultan Pengawas dan Perencana untuk diminta
keputusannya.
19.1.3.Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolit.
19.1.4.Pengkuruan sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga Phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Perencana.
19.1.5.Personil dan peralatan survey harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada :
a. Personil :
1 orang surveyor ahli
1 orang pekerja surveyor

b. Peralatan Pengukuran (Survey) :


1 wild ROS Theodolite (360 derajat);
1 wild TO Theodolite (360 derajat);
2 wild NAK levels;
2 pita meteran baja dengan panjang 50 m;
2 steel measuring rod (4 m);
5 target poles dengan tripod;
patok-patok survey, dan macam-macam alat yang diperlukan dalam survey.

Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap (bila diminta) termasuk tripod, dll.
Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor harus mengadakan survey dan pengukuran
tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, seperti patok kemiringan (slopes
stakes), temporang grade stakes, lay out dari jembatan dan gorong-gorong, offset line, dan
lain-lain.
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor harus dijaga
baik-baik, bila terganggu atau rusak harus segera diperbaiki oleh Kontraktor atas
tanggungan biaya sendiri. Setiap jenis pekerjaan, dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan
sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh Pengawas.

19.1.6. Kontraktor harus mengajukan tiga salinan (copy) penampang melintang (cross section)
kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah satu salinan atau merevisinya,
kemudian mengembalikan kepada Kontraktor.
Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan/revisi, Kontraktor harus mengajukan
lagi salinan cross section untuk persetujuan di atas.
Cross section dari Kontraktor harus digambar di atas kertas kalkir untuk memungkinkan
reporduksi. bila cross section itu akhirnya disetujui, maka kontraktor harus menyerahkan
gambar kalkir asli dan tiga lembar hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek.

19.2.Pekerjaan penentuan peil + 0.00


Pekerjaan penentuan peil + 0.00 (finishing Arsitektur) adalah permukaan lantai
finshing ruangan lantai dasar (Hall) bangunan seperti tertera dalam gambar kerja yaitu
+ 0.00 cm pada lantai dasar Bangunan Tata Laksana.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


14
Selanjutnya peil + 0.00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 20
PEMASANGAN PATOK UKUR
DAN PAPAN BANGUNAN (‘BOUWPLANK’)

20.1.Patok ukur
20.1.1. Kontraktor harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-garis sesuai dengan
gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan. Bila dianggap perlu Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan
dan meminta Kontraktor untuk membetulkan patok-patok.
Kontraktor harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana pematokan atau
penentuan permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat
puluh delapan) jam, agar susunan patok itu dapat diperiksa.
20.1.2. Patok ukur dibuat dari bahan beton bertulang secukupnya, berpenampang 15x15 cm,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul di atas muka
tanah cukup untuk memberikan indikasi peil + 0.00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya
ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian di atas peil + 0.00.

20.1.3. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas; sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan
berlangsung.

20.1.4. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga
keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan
Pengawas untuk dibongkar.

20.2.Papan bangunan
20.2.1.Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm dan lebar
15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
20.2.2.Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama lain adalah 1.50 m;
tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
20.2.3.Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar atau sesuai dengan
keadaan setempat.
20.2.4.Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan atau rata waterpass, kecuali
dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
20.2.5.Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
20.2.6.Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan
ini sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 21
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


15
21.1. Ijin memasuki tempat kerja
Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat
memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang
dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang dibuat.

21.2.Pemeriksaan pekerjaan
21.2.1.Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena
bahan/material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh
Konsultan Pengawas/Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
21.2.2.Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan
persetujuan pengawas dan pemborong harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada
pengawas ahli untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak
terlihat.
21.2.3.Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan setiap pekerjaan sudah siap atau
diperkirakan akan siap diperiksa.
21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari Raya) tidak
dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/Direksi, maka Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.
21.2.5. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor,
tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan
waktu pelaksanaan.

21.3. Kemajuan pekerjaan


21.3.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh kontraktor
demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa,
sehingga diterima oleh Pengawas.
21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu
yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang maka pengawas harus
memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan
laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
21.4. Perintah untuk pelaksanaan (foreman)
Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja di mana Konsultan
Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau perintah itu
harus dituruti dan dilaksanakan oleh semua petugas Pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh
Kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.

21.5. Toleransi
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan toleransi
yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


16
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1
PEKERJAAN TIANG PANCANG

1.1. LINGKUP KERJA DAN PENJELASAN


a. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out (penentu titik posisi tiang di lapangan sesuai dengan
gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan pemancangan tiang pancang
beton bertulang termasuk percobaan beban pada tiang.
b. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, bahan tenaga kerja yang berpengalaman,
pengawsan untuk pemancangan dan percobaan beban serta pemotongan kepala tiang sesuai
dengan uraian dan syarat-syarat di dalam persyaratan teknis dan gambar perencanaan.

1.2. GAMBAR KERJA


a.. Gambar kerja harus diserahkan sesuai dengan petunjuk dalam penjelasan Umum.
b. Gambar-gambar ini harus meliputi :
- Ukuran tiang pancang yang sesuai dan besi beton yang sudah diperhitungkan beban dan
pengaruh-pengaruh lain dalam pembuatan, penyimpanan, pengiriman/pemancangan.
- Perincian peralatan pancang dan perlengkapan.

3.1. BAHAN-BAHAN
Bahan-bahan untuk bekisting, besi beton dan beton supaya disesuaikan menurut persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan.

3.2. TIANG PANCANG BETON BERTULANG


3.4.1 Ukuran Tiang Pancang
a. Tiang pancang yang digunakan disini adalah tiang pancang beton bertulang berbentuk
kotak dengan 25 x 25 cm, panjang antara tiang pancang seperti yang tertera pada
gambar rencana, dan harus dipasang sampai tiang mencapai tanah keras.
b. Bila diijinkan oleh Direksi/Perencana, Kontraktor dapat mengajukan usulan alternatif
jenis tiang yang lain dari yang disebutkan diatas, dengan melampirkan gambar-gambar
dan perhitungan perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan.

3.4.2 Cetakan dan Acuan


a. Cetakan untuk tiang harus dibuat sesuai dengan persyaratan umum yang tercantum
didalam PBI 191-NI-2.
b. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga tidak terjadi kemungkinan penyimpangan

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


17
atau perubahan ukuran dan lolosnya semen atau agregat halus dari beton.
c. Batas maksimum toleransi yang diijinkan sebagaimana tercantum dalam buku ini harus
diperhitungkan dalam pembuatan cetakan.

3.4.3 Besi Beton


a. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi daya lekat.
b. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau dibengkokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan persyaratan yang
tercantum pada PBI 1971 kecuali ada petunjuk yang lain dari Perencana.
c. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi tulangan sesuai dengan
rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran
berlangsung.
d. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PBI
1971.
e. Batang-batang baja lunak polos atau ulir yang bulat harus mempunyai keluluhan bawah
tekan minimum = 2400 kg/cm2 atau 3900 kg/cm2 seperti yang disyaratakan dalam
gambar-gambar struktur.
f. Tebal selimut beton bila tidak dicantumkan dalam gambar untuk tulangan utama
minimal 45 mm.
g. Tulangan utama untuk tiang pancang yang kurang dari 12 m panjangnya harus
merupakan suatu kesatuan yang utuh (tunggal). Besi beton yang lebih dari 12 m
panjangnya harus disambung maksimum satu penyambungan.
h. Pengelasan sambungan tulangan jika diperkenankan oleh Perencana harus sesuai
dengan AWS D12.1.1.

3.4.4 Beton
a. Bahan-bahan :
1. Mutu Semen.
Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard Internasional atau NI-8
untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan
kimia.
2. Pasir agregat halus dan koral/batu pecah-agregat kasar. Jenis dan syarat campuran
agregat harus memenuhi PBI-71 Bab 3.5.

Mutu Pasir : Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung bahan-
bahan organis.
Ukuran Pasir : Sisa diayakan 4 mm harus minimum 2% berat; sisa diayakan harus
minimum 10% berat; sisa diayakan 0.25 mm harus berkisar
antara 80% dan 90% berat.
Mutu Koral : Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir
pipih maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat aktif
alkali.

Ukuran Koral : Sisa diatas ayakan 31.5 mm harus 0% berat; sisa diayakan 4 mm
harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara sisa-
sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.

3. Mutu Air.
Air tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


18
bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat
baja. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

4. Kawat Pengikat.
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

b. Adukan
Adukan beton harus diadakan trial mix sebelumnya dan disamping itu mutu beton harus
sesuai dengan mutu standar PBI 1971, minimal kuat tekan karakteristik rata-rata
sebesar 500 kg/cm2 atau K-500.

c. Pengujian/Pemeriksaan Mutu Beton


1. Pengujian mutu beton, ditentukan melalui pengujian satu benda uji kubus 15 x 15 x
15 cm setiap m3 sesuai PBI 1971.
2. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump
harus dalam batas 100 mm sampai 125 mm.

d. Tebal Penutup Beton Minimum


1. Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton adalah 45 mm.
2. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk
itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan mutu yang akan dicor.
Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang
harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap meter cetakan atau lantai kerja.
Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar merata.

e. Pengecoran
1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971.
2. Tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh melebihi 1.50 m.

3.4.5 Perawatan Tiang Pancang


a. Persyaratan untuk perawatan beton secara umum harus sesuai dengan PBI 1971.
b. Segera setelah pengecoran beton dilindungi dari pengeringan bidang-bidang beton yang
belum pada waktunya, panas yang berlebihan atau temperatur yang dingin dan
kerusakan secara mekanis.
c. Kelembutan minimal yang hilang pada temperatur yang tetap harus dijaga untuk
perioda yang diperlukan untuk pengerasan dari beton tetapi tidak boleh kurang dari 4
(empat) hari setelah pengecoran.

3.4.6 Toleransi
a. Toleransi maksimum dari ukuran yang dapat diterima untuk tiang pancang adalah
sebagai berikut :
1. Penyimpangan dari kelurusan 1/500 atau maksimum 0.1d - 10 mm (d = diameter
tiang).
2. Penyimpangan kelurusan dari sisi-sisi tiang maksimum tan 1 = 0.03.

b. Tiang pancang yang tidak sesuai dengan peraturan/petunjuk akan ditolak.

3.4.7 Pengangkutan dan Penyimpanan Tiang Pancang


a. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


19
kerusakan dari tiang pancang pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan
pemancangan.
b. Tiang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi tegangan-
tegangan yang melebihi rencana.
c. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi
kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus ditempatkan
pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas atau dalam posisi dimana kemungkinan terjadi penekanan dan deformasi
sekecil mungkin.

3.4.8 Peralatan Pemancangan


a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan data lengkap dari peralatan
yang akan dipergunakan, cara pemancangan dan prosedur kerjanya termasuk mesin
pancang dan peralatan yang akan digunakan di lapangan.
b. Sistem pemancangan dapat digunakan jenis alat pancang digunakan drop hammer
(diesel) atau hydroulic jacked. Penggunaan jenis alat pancang harus disesuaikan dengan
petunjuk Konsultan Pengawas atau Direksi.
c. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada bentuknya.
Hammer (pemukul) atau hydraulic jacked harus dipakai yang sesuai untuk type tiang
pancang dan sifat dari bahan.
d. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah kemungkinan untuk
penempatan peralatan pemancangan, pemancangan dan percobaan beban.

3.4.9 Urutan Pemancangan


a. Sebelum melakukan pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usul mengenai urutan
rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan saling
mengganggu.
b. Dalam satu group tiang pancang yang jaraknya saling berdekatan waktu dan tiap kali
pemancangan harus diperhatikan sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu.
c. Konsultan Pengawas dapat meminta kepada Kontraktor untuk merubah urutan
pemancangan kalau menurutnya urutan yang akan dijalankan mengakibatkan gangguan
pada tiang pancang yang sudah selesai. Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan claim
atau perpanjangan waktu karena perubahan tersebut.

3.4.10 Pelaksanaan Pemancangan


a. Ketentuan Umum
- Kontraktor harus dapat menjamin terhadap kualitas dari tiang pancang yang akan
dipancang.
- Data-data sondir dan borings yang dilampirkan dalam dokumen ini adalah untuk
informasi Kontraktor tentang keadaan strata tanah dan kondisi tanah. Tidak
dibenarkan untuk mengklaim sehubungan dengan pekerjaan tambahan yang
dilakukan oleh Kontraktor disebabkan karena ketidaktelitian dalam menerima
informasi.
- Kontraktor harus memancang tiang pancang sampai lapisan tanah pendukung dan
harus dapat menjamin bahwa tiang pancang akan aman mendukung.
b. Persiapan
- Kontraktor agar melakukan/menentukan tiap tiang pancang tepat pada daerah yang
telah ditentukan.
- Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang
telah direncanakan.
- Tiap tiang pancang diberi tanda dengan cat putih setiap interval 0.5 m.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


20
- Kontraktor agar mencatat semua data pemancangan dari setiap tiang dan seteliti
mungkin.
- Kontraktor agar melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari kerusakan pada
kepala tiang pancang selama pemancangan. Untuk maksud tersebut, helmet dan
packing yang cocok dan disetujui oleh Konsultan Pengawas harus dipasang pada
kepala tiang pancang.
c. Instalasi
- Kontraktor harus memberi laporan kepada Konsultan Pengawas tentang pelaksanaan
pemancangan sehingga Konsultan Pengawas dapat melakukan inspeksi.
- Kedalaman tiang pancang ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan tanah, test
penetrasi dan final set dari tiang pancang.
- Kedalaman minimal dari tiang pancang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas
berdasarkan data/catatan hasil pemancangan sebelumnya dan atau gambar kerja.
- Total set untuk 10 pukulan terakhir ditentukan oleh Soil Consultant. Jumlah pukulan
untuk seluruh panjang tiang tidak boleh lebih dari 1000 pukulan. Jika digunakan
hydraulic jacked penetrasi tiang hingga menunjukan beban 2 (dua) kali dari rencana
beban sesuai persetujuan Konsultan Pengawas.
- Bila ada keragu-raguan, Konsultan pengawas boleh memerintahkan untuk
memancang sampai kedalaman tertentu walaupun final set yang disyaratkan telah
terpenuhi.
- Jika ada kerusakan pada tiang pancang selama pamancangan, maka pada bagian
yang rusak tersebut dipotong dan disambung dengan pengarahan dari Konsultan
Pengawas. Jika menurut Konsultan Pengawas tidak memungkinakan Kontraktor
untuk memperbaiki tiang pancang, ia dapat memerintahkan untuk mengganti
dengan yang baru (cadangan). Kontraktor harus menanggung seluruh biaya
perbaikan, pemacangan tiang pengganti dan persiapan perhitungan-perhitungan
serta gambar pondasi, kecuali jika ada persetujuan dengan Konsultan Pengawas.
- Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan alat pancang untuk keperluan
lain/sementara. Semua pekerjaan keperluan lain/sementara, yang menggunakan
alat pancang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

d. Toleransi Pelaksanaan
Ketidaklurusan tiang tidak lebih dari 1 : 40 dalah arah vertikal. Kemiringan tiang tidak
lebih dari 1 : 24 dari sudut yang ditentukan.

e. Laporan Pemancangan
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan laporan kepada Konsultan Pengawas
tentang hasil-hasil pemancangan untuk melengkapi laporan standar. Laporan ini dikirim
kepada Konsultan Pengawas tidak melebihi siang hari waktu pemancangan dengan
disertai data-data sebagai berikut :
- Nomor referensi halaman
- Lokasi
- Nomor pile
- Ukuran pile
- Panjang tiang
- Elevasi muka tanah
- Tanggal dan waktu pemancangan
- Kedalaman tiang
- Elevasi ujung tanah tiang
- Detail tentang final test / beban maksismum pemancangan
- Metoda pengangkatan dan pemancangan tiang

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


21
- Jenis dan type peralatan yang dipakai
- Loncatan /pantauan ram (Ram Stroke)
- Waktu yang diperlukan untuk pemancangan
- Jumlah pukulan
- Nilai daya dukung
Pada akhir pekerjaan pemancangan, Kontraktor harus membuat dan menyerahkan
gambar denah pondasi dan toleransi yang terdapat dilapangan sebanyak yang
diperlukan oleh Pemberi Tugas.

f. Pembuangan Beton Puing dan Tanah Galian


Kontraktor harus memindahkan dan membuang reruntuhan beton, sisa-sisa potongan
besi beton dan tanah galian keluar lapangan/proyek atau ke suatu tempat yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas, dimana biaya untuk pembuangan tersebut
ditanggung oleh pihak Kontraktor.

3.4.11 Pembebanan Tiang Pancang


a. Umum
- Antara pamancangan tiang yang akan ditest dan percobaan pembebanan pada tiang
tersebut harus ada jangka waktu paling sedikit 2 (dua) minggu untuk mengembalikan
kondisi tanah akibat pemancangan tiang kepada keadaan semula. Pemancangan
tiang yang berdekatan dengan tiang percobaan harus ditunda selama adanya
percobaan pembebanan tiang.
- Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman, bahan dan semua
perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan, pencatatan dan pengukuran dari
percobaan beban termasuk penyediaan, penyusunan kentledge yang digunakan dan
pembongkaran kembali.
- Percobaan pembebanan dilakukan pada tiang pancang jika tidak memenuhi
persyaratan yang ditentukan sesuai 4.10.3 d. ditentukan oleh Konsultan Pengawas
untuk system pemancangan yang disetujui. Hasil percobaan yang diterima digunakan
untuk mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pemancangan.
- Gambar kerja dikirim kepada Konsultan Pengawas untuk persetujuan, disertai cara
pelaksanaan percobaan dan peralatannya, jenis beban, alat pengaman dan kalibrasi
alat.

b. Standar Percobaan Pembebanan


Percobaan pembebanan dilakukan minimal pada tiang percobaan yang terdiri dari :
- (dua) used pile untuk percobaan pembebanan vertikal sesuai 4.11.5 (a).
- 1 (satu) used pile untuk percobaan pembebanan lateral sesuai 4.11.5 (b).
Beban percobaan pada tiang adalah sebesar 2 kali beban rencana sesuai dengan ASTM
D 1142-81 dan ASTM D 3966-81.

c. Perlengkapan Pembebanan
- Beban percobaan didapat dari reaksi kentledge melalui jack hidraulis yang besarnya
melebihi dari beban percobaan dan ditempatkan pada platform sebagaimana
harusnya.
- Beban kentledge terdiri dari balok-balok beton dengan ukuran yang sama.
- Plat baja dengan ketebalan yang cukup untuk menerima beban ditempatkan secara
sentris diatas pile cap untuk dapat menyalurkan beban percobaan secara sempurna
kepada tiang.
- Ukuran plat baja tidak boleh lebih kecil dari ukuran pile cap dan juga tidak boleh
lebih kecil dari ukuran jack yang digunakan.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


22
- Jack hidraulic harus ditempatkan senstris pada tiang/pile cap.
- Jack dan alat lainnya termasuk hydraulic ram, hydraulic pump dan pressure gauge
harus dikalibrasi sebelum percobaan dilakukan.

d. Alat Pengukuran Penurunan


Laporan kalibrasi harus disertakan pada semua alat-alat percobaan pembebanan yang
membutuhkan kalibrasi sebelum percobaan beban dilakukan.

e. Prosedur Percobaan
Beban percobaan dikerjakan dalam 4 cycle sesuai dengan ASTM D 3966-81 untuk
percobaan pembebanan lateral.

A. Prosedur Percobaan Pembebanan Vertikal

SCHEDULE PEMBEBANAN VERTIKAL


"CYCLIC-HYDRAULIC"
ASTM D 1143-81 SECTION 5.2

Tahapan Siklus Beban Lama Pembebanan


(dalam % Beban Rencana)
1 0 A
2 25 cycle 1 A
3 50 1 jam
4 25 20 menit
5 0 1 jam
6 50 20 menit
7 75 A
8 100 cycle 2 1 jam
9 75 20 menit
10 50 20 menit
11 0 1 jam
12 50 20 menit
13 100 20 menit
14 125 A
15 150 cycle 3 1 jam
16 125 20 menit
17 100 20 menit
18 50 20 menit
19 0 1 jam
20 50 20 menit
21 100 20 menit
22 150 20 menit
23 175 A
24 200 cycle 4 B
25 175 20 menit
26 150 20 menit
27 100 20 menit
28 50 20 menit

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


23
29 0 20 menit

A: Beban ditahan tetap selama 1 jam dan sampai mencapai penurunan : 0.25 mm/jam
atau maksimum 2 jam.
B: Beban ditahan selama 12 jam dan sampai mencapai penurunan : 0.25 mm/jam atau
maksimum 24 jam.

B. Prosedur Percobaan Pembebanan Horizontal


SCHEDULE PEMBEBANAN HORIZONTAL
"CYCLIC-LOADING"
ASTM D 3966-81 SECTION 6.2

Tahapan % dari Beban Lama Pembebanan 1 Pembacaan Lateral


Siklus Rencana (menit) Movement (menit ke)

1 0 - -
2 25 10 0-5-10
3 50 cycle 1 10 0-5-10
4 25 10 0-5-10
5 0 10 0-5-10
6 50 10 0-5-10
7 75 15 0-5-10-15
8 100 cycle 2 20 0-5-10-15-20
9 50 10 0-5-10
10 0 10 0-5-10
11 50 10 0-5-10
12 100 10 0-5-10
13 125 cycle 3 20 0-5-10-15-20
14 150 20 0-5-10-15-20
15 75 10 0-5-10
16 0 10 0-5-10
17 50 10 0-5-10
18 100 10 0-5-10
19 150 10 0-5-10
20 170 20 0-5-10-15-20
21 180 20 0-5-10-15-20
22 190 20 0-5-10-15-20
23 200 cycle 4 60 0-10-20-30-40-50-60
24 150 10 0-5-10
25 100 10 0-5-10
26 50 10 0-5-10
27 0 10 0-5-10

f. Prosedur Pembacaan
Percobaan Pembebanan Vertikal
Pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Sesudah dan sebelum penambahan beban
- Sesudah dan sebelum penurunan beban
- Setiap 10 menit
- Pada pembebanan 200 % beban rencana, pembacaan dilakukan sebagai

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


24
berikut :
* Setiap 10 menit selama 2 jam pertama
* Selanjutnya setiap 1/2 jam
Percobaan Pembebanan Lateral
Pembebanan dilakukan sebagai berikut :
- Sesudah dan sebelum penambahan beban
- Sesudah dan sebelum penurunan beban
- Setiap 5 menit
- Pada pembebanan 100 % beban rencana, pembacaan dilakukan setiap 10
menit

g. Laporan Percobaan Pembebanan


Laporan hasil percobaan dikirim kepada Konsultan Pengawas untuk persetujuan,
terdiri dari :
- Nama proyek dan lokasi
- Laporan penyelidikan tanah dan pencatatan pelaksanaan pemancangan tiang
percobaan
- Sertifikat dari kalibrasi peralatan
- Catatan pembebanan yang meliputi :
1. Tanggal percobaan
2. Waktu pembacaan
3. Beban percobaan
4. Pembacaan dial gauge, dll.
- Grafik load-settlement :
1. Grafik load-time
2. Grafik time-settlement
- Kesimpulan dari hasil percobaan

h. Kriteria Kegagalan dari Percobaan Pembebanan Meliputi :


- Penurunan permanen melampui 6 mm.
- Pergerakan lateral maksimum yang terjadi lebih besar dari 10 mm pada percobaan
lateral.
- Percobaan pembebanan tidak boleh diteruskan jika terjadi ketidakstabilan
kentledge, keruskan dari pile cap ataupun kerusakan lainnya yang dapat
memberikan hasil yang tidak sebenarnya.

i. Kegagalan dan Kerusakan


- Jika percobaan pembebanan tidak sesuai dengan yang disyaratkan maka test
tambahan harus dilakukan dan pelaksanaannya harus atas persetujuan Konsultan
Pengawas dan atas biaya Kontraktor.
- Jika terjadi kerusakan atau/kegagalan pada tiang dalam percobaan pembebanan
maka Kontraktor harus mengganti tiang tersebut dengan tiang yang
lain/tambahan sesuai dengan petunjuk dari Perencana atas biaya Kontraktor.
- Biaya dari percobaan pembebanan tambahan, penggantian atau penambahan
tiang dan persiapan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar fondasi yang
disebabkannya akan dibebankan kepada Kontraktor.

Pasal 2
PEKERJAAN BETON STRUKTUR

1. Persyaratan Mutu.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


25
1.1. Beton
Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai mutu
karateristik minimal sebagai berikut :
a. Mutu beton
- Pile cap, K-350
- Sloof ,K-300
- Kolom struktur K-300
- Beton Praktis K-250
- Ring Balok K-300
- Balok struktur K-300
- Plat beton K-300

a. Adukan Beton
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh pekerjaan struktur menggunakan beton
readymix sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan sebelumnya sudah mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.

1.2. Baja Tulangan


Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai
berikut :
 Mutu baja tulangan Ø 6 s/d Ø 12 mm adalah BJTP U-24
 Mutu baja tulangan Ø 13 mm ke atas (diameter dalam) adalah BJTD U-39 (besi ulir)

1.3. Cetakan (Bekisting)


Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini menggunakan Multipleks 9 mm. Bekisting dari
multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu, untuk mendapatkan kekuatan dan
kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Bekisting untuk beton praktis (kolom praktis, balok latei, meja dapur) bisa menggunakan papan
dengan kayu kualitas III.

1.4. Bonding Agent


Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan/dicor secara terputus,
untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan perhitungannya.
Bonding Agent yang digunakan adalah produk lokal berkwalitas baik atau yang setaraf dicampur
dengan air dan semen.
Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.
1.5. Admixture
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton.
Bahan admixture yang dipakai adalah produk lokal berkwalitas baik atau yang setaraf, dengan
takaran 0,8% dari berat semen.
Takaran yang lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan
dari Konsultan Pengawas.

2. Persyaratan Bahan Beton


2.1. Bahan Semen
a. Persyaratan Umum.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


26
1) Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam
Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standard Inggris
BS 12.
2) Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah yang memenuhi
persyaratan NI-8.
Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.
3) Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh cuaca sepanjang
waktu dan peletakannya harus terangkat setinggi minimal 40 cm dari lantai untuk
menghindari kelembaban.

b. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap
waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang
dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen
yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak
dipergunakan atau diafkir.
Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton,
maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan
diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas
biaya kontraktor.

c. Tempat Penyimpanan
Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap
saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.

2.2. Bahan Pasir


a. Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah Pasir alam yaitu pasir yang
dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan
Pengawas/Direksi.
b. Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari tanah liat,
mika dan hal-hal yang merugikan substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala
macam substansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.
c. Pasir harus mempunyai ‘modulus kehalusan butir’ antara 2 sampai 32 atau jika diselidiki
dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk beton atau dengan
ketentuan sebagai berikut :
d. Ukuran butiran pasir

Persentase satuan timbangan tertinggal


Saringan No.
disaringan

4 0 – 15
8 6 – 15
16 10 – 25
30 10 – 30
50 15 – 35
100 12 – 20
PAN 3–7

2.3. Bahan Agregat Kasar (Kerikil)

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


27
a. Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.
Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
b. Gradasi
1) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm,
sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
 % dan 98% berat
 Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat harus menyesuaikan dengan semua
ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971
2) Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan
Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus
menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk
menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.

2.4. Bahan Air


Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi harus bebas dari
lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas
untuk menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam PBI-1971
untuk bahan campuran beton.

2.5. Bahan Baja Tulangan


a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standard Indonesia
untuk beton NI-2, PBI-1971 atau ASTM Designation A-15, dan harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang
pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan
Konsultan Pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti
tercantum di dalam gambar rencana.
b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak,
gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja
tulangan dengan beton.
c. Ukuran diameter baja tulangan, harus sesuai dengan gambar rencana, dan tidak
diperkenankan adanya toleransi bentuk ukuran. Diameter besi ulir adalah diameter dalam.

3. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton


3.1. Kelas dan Mutu Beton
a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2 PBI-1971.
Bilamana tidak ditentukan lain kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur
dari contoh kubus yang bersisi 15 cm diuji pada umur 28 hari.
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-
benda uji harus memberikan ‘bk’ (kekuatan tekan beton karakteristik) yang lebih besar dari
yang ditentukan di dalam tabel 4.2.1 PBI. 1971.

3.2. Komposisi Campuran Beton.


a. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang ditentukan
sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-
baiknya sampai pada kekentalan yang baik/tepat.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


28
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi ini,
harus dipakai “campuran yang direncanakan” (designed mix).
c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak
boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana
ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.
d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu,
harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga
pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
e. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton, harus
disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton
dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air
semen.
f. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor
air semen ditentukan sebagai berikut :
 Faktor air semen untuk pondasi sloof, poer, maksimum 0,60.
 Faktor air semen untuk kolom balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan
listplank/parapet maksimum 0,60.
 Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap, dan tempat-tempat basah lainnya
maksimum 0,55
g. Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton, dan dapat dihasilkan suatu mutu
sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan faktor air semen
maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer sebagai bahan additive. Pemakaian merk dari
bahan additive tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi.
h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang
dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan kontraktor tidak
berhak atas claim yang disebabkan perubahan yang demikian.

3.3. Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton


Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk
menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan
menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.
Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian biasa
dengan kubus 15x15x15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971.
Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai NI-2 PBI-1971.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh
pemeriksaan yang representatif.

3.4. Baja Tulangan


a. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk
menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan
kawat beton (bindraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton decking) atau kursi-
kursi besi/cakar ayam perenggang.
b. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam gambar
rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan
kesempatan masuknya alat penggetar beton.

3.5. Selimut Beton.


Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan,
serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


29
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi
pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :
a. Kepala tiang (poer), untuk sisi bawah 10 cm untuk sisi lainnya 5 cm.
b. Balok sloof = 3 cm
c. Kolom = 5 cm
d. Balok = 3 cm
e. Pelat Beton = 12 cm

3.6. Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukan pada
gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada
sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika ditetapkan
secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

3.7. Mengaduk
Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu
‘batch mixer’.
Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan
dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan
warna yang merata/seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali
bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsisitensi.
Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

3.8. Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh dari 32 0 C dan tidak kurang dari 4,50 C.
Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27 0 C dan 320 C, beton harus diaduk ditempat
pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.

3.9. Rencana Cetakan


Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana.
Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi
tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan
kerusakan-kerusakan, yang mungkin dapat timbul waktu pemakaian.
Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak
dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera mengambil bentuk yang
diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.

3.10. Konstruksi Cetakan


a. Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat
dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah pengecoran beton.
b. Semua cetakan beton harus kokoh.
Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa
merusak permukaan dari beton yang telah selesai harus tersedia.
Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diminyaki dengan minyak yang
biasa diperdagangkan untuk maksud itu yang mencegah secara efektif lekatnya beton pada
cetakan dan akan memudahkan melepas cetakan beton.
Minyak tersebut dipakai hanya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Penggunaan minyak
cetakan harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan
kurangnya daya lekat.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


30
c. Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak
akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

3.11. Pengecoran
a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan
beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong,
pengikatan dan lain-lainnya selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-
permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
b. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan dicor beton baru,
harus bersih dan lembab ketika dicor denganbeton baru.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-
beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua
genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
c. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang akan masih
berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.
d. Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta staf
Kontraktor yang setaraf ada di tempat kerja, dan persiapan betul-betul telah memadai.
e. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 1.50 meter, semua penuangan
beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm.
Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran
dengan tebal 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.
f.Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, shingga bebas dari kantong-
kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang
diletakkan.
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat
menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di
bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan
airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immerson beroperasi
dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.
3.12. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan
a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan
Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan
pada beton. Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah
cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan yang
tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
b. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan-cetakan dibuka untuk
dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya, tujuh hari untuk
dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap,
tangga dan kolom.
Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal adalah sebagai berikut :
Struktur : Pengerasan Normal :
Kolom dan dinding 4 hari
Pelat lantai atau atap 28 hari
Balok 28 hari

3.13. Perawatan (Curing)


a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau
disemprot dengan Curing Agent ANTISOLS merek SIKA. Konsultan Pengawas berhak

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


31
menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian
pekerjaan.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung
minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dilakukan dengan
menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus
dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan dengan air pada
permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa
dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau
dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut
permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing)
harus memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

3.14. Perlindungan (Protection)


Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum
penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

3.15. Perbaikan Permukaan Beton


a. Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau
ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi
ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila
Konsultan Pengawas memberikan izinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal
mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.

b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang
kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, ketidak rataan
dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda.

c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian bangunan
yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang dinding, yang
tidak memuaskan kelihatannya, kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding
(dengan spesi plesteran 1pc : 3psr) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm demikian juga
pada dinding yang berbatasan, (yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan
Pengawas.
Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar batas toleransi kelurusan (pencekungan atau
pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari L/1000 untuk semua komponen.

Pasal 3
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN

A. PEKERJAAN GALIAN
1. Uraian
1.1. Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukkan tanah
atau bahan lain dari area site, jalan atau area sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan ini.
1.2. Pekerjaan galian dengan alat berat berupa excavator untuk menggali dan dump truk untuk
mengangkut tanah yang harus dibuang keluar lokasi proyek. Kedalaman penampang galian
harus disesuaikan dengan gambar rencana.
1.3. Jenis galian yang dilaksanakan dapat berupa :

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


32
1.4.
1.4.1.1.1. Galian biasa
1.4.1.1.2. Galian batu
1.4.1.1.3. Galian struktur
1.5. Galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklarifikasi sebagai galian batu, galian
struktur, galian bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal.
1.6. Galian batu harus . mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau lebih dari
seluruh batu atau bahan lainnya yang menurut Konsultan Pengawas/Direksi adalah tidak
praktis menggali tanpa menggunakan alat bertekanan udara atau pemboran dan peledakkan.
Galian ini tidak termasuk galian yang dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang
ditarik olek traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda netto maksimum
sebesar 180 PK (tenaga kuda).
1.7. Galian struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut
atau ditunjukkan dalam gambar struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai galian biasa
atau galian batu tidak dapat dimasukkkan dalam galian struktur.
1.8. Pekerjaan galian struktur terbatas untuk galian pondasi bor pile, galian untuk pile cap, dan
struktur pemikul lainnya. Termasuk pula pekerjaan penimbunan kembali dengan bahan yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan pembuangan tanah galian yang tidak terpakai ke luar
lokasi, galian untuk drainase, turap, penyokong, pembuatan tempat kerja atau cofferdam
beserta pembongkarannya.
Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas/Direksi sebelum bahan ini dipandang cocok untuk proses daur ulang
2. Toleransi dimensi
2.1. Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 25 cm dari yang
ditentukan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi pada
setiap titik.
2.2. Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin
pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

3.Pengajuan kesiapan kerja dan pencatatan


3.1. Untuk setiap pekerjaan galian, sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan
kepada Konsultan Pengawas/Direksi gambar detil penampang melintang yang menunjukkan
elevasi tanah asli sebelum melaksanakan pembersihan, pembongkaran dan penggalian.
3.2. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi, gambar detil seluruh
struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan seperti
penyokong (shoring), pengaku (bracing), cofferdam dan dinding penahan rembesan (cut off
wall). Dan gambara-gambar tersebut harus memperoleh persetujuan dari Konsultan
Pengawas/Direksi sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh struktur
sementara yang diusulkan.
3.3. Kontraktor harus memberitahu kepada Konsultan Pengawas/Direksi untuk setiap galian pada
tanah dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan dan bahan landasan atau
bahan lainnya tidakboleh dihampar sebelum kedalaman galian, sifat dan kekersan bahan
pondasi disetujui lebih dahulu oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
3.4. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi suatu catatan tertulis
tentang lokasi, kondisi dan kuantitas perkerasan beraspal yang akan dikupas atau digali.
Pencatatan pengukuran harus dilakukan setelah seluruh bahan perkerasan beraspal telah
dikupas atau digali.

4. Pengamanan pekerjaan galian

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


33
4.1. Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja,
yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi
galian.
4.2. Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan mampu
menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang
waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang bilamana
permukaan lereng galian mungkin tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.

4.3. Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan
berada atau beroperasi lebih dekat 1,50 meter dari tepi galian parit untuk gorong-gorong
pipa atau galian pondasi untuk struktur terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang
telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan telah dipadatkan.
4.4. Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan air
di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk menjamin
bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan
terjadi.
4.5. Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian dimana
kepala mereka, yang meskipun kadang-kadang saja berada di permukaan tanah, maka
kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya
hanya memantau keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian
cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia di tempat kerja galian.
4.6. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup
untuk mencegah pekerjaan atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka
pada lokasi jalur lalulintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada
malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau
kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan
oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
4.7. Ketentuan yang disyaratkan mengenai Pemeliharaan Lalu Lintas harus diterapkan pada
seluruh galian di Daerah Milik Jalan.

5. Jadwal kerja
5.1. Perluasan setiap galian terbuka pada setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibatasi sepadan
dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus (sound),
dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman akibat hujan dan
gangguan dari pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
5.2. Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus dilakukan dengan pelaksanaan
setengah badan jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk lalu lintas setiap saat.
5.3. Bilamana lalu lintas pada jalan tergganggu karena peledakan atau pekerjaan lainnya,
kontraktor harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu atas jadwal gangguan tersebut
dari pihak yang berwenang dan juga dari Dinas Pekerjaan Umum.
5.4. Kecuali diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas/Direksi maka setiap galian perkerasan
beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal pada hari yang sama sehingga dapat
dibuka untuk lalu lintas.

6. Kondisi Tempat Kerja


6.1. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan kontraktor harus menyediakan semua
bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan),
pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut
off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


34
waktu untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan
pompa.
6.2. Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana air
atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus senantiasa
memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja
sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan disinfectan yang memadai.

7. Perbaikan galian yang tidak memenuhi ketentuan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di atas sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor dengan langkah sebagai berikut :
 Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan Konsultan
Pengawas/Direksi harus digali lebih lanjut sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.
 Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam
gambar atau sebagaimana yang diperintahkan Konsultan Pengawas/Direksi atau lokasi
yang mengalami kerusakan atau menjadi lembek, harus ditimbun kembali dengan bahan
timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi.
 Lokasi galian perkerasan beraspal dengan dimensi dan kedalaman yang melebihi yang
telah ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, harus diperbaiki dengan
menggunakan bahan-bahan yang sesuai dengan kondisi perkerasan lama sampai
mencapai elevasi rancangan.

8. Utilitas Bawah Tanah


8.1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan dan
lokasi utilitas bawah tanah untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang
lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam kontrak.
8.2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah
tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel atau saluran bawah tanah lainnya atau
struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat
peleksanaan pekerjaannya.

9. Penggunaan dan Pembuangan bekas galian


9.1. Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup
kegiatan bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan
atau penimbunan kembali.
9.2. Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat), sejumlah
besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang menurut pendapat
Konsultan Pengawas/Direksi akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang
mengakibatkan atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang
tidak dikehendaki, harus diklasifikasi sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat.
9.3. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang
diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi
syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan akhir galian, juga termasuk
pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dengan jarak tidak melebihi yang
disyaratkan, dan perolehan ijin pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir
tersebut akan dilaksanakan.

10. Pengembalian bentuk dan Pembuangan Pekerjaan sementara


10.1. Kecuali diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas/Direksi, semua struktur sementara
seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar oleh

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


35
kontraktor setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus
dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang
telah selesai.
10.2. Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik kontraktor atau
bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi dapat dipergunakan
untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut mata pembayaran yang relevan sesuai
dengan yang terdapat dalam daftar penawaran.
10.3. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh kontraktor
harus ditinggalkan dalam kondisi yang rata, rapi dengan tepi dan lereng yang stabil serta
saluran drainase yang memadai.
10.4. Satuan pengukuran yang digunakan
Nomor mata Uraian Satuan
pembayaran pengukuran
Galian biasa Meter kubik
Galian batu Meter kubik
Galian struktur dengan kedalaman 0 – 2 m Meter kubik
Galian struktur dengan kedalaman 0 – 2 m Meter kubik
Galian struktur dengan kedalaman 0 – 2 m Meter kubik
Biaya tambahan untuk pengangkutan galian Meter kubik/km
dengan jarak > 5 km

10.5. Sumber rujukan


Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI.03-3422-1994, : Metode pengujian Analisa Ukuran Butir Tanah dengan alat


(ASTHO T.88-90) Hidrometer

SNI.03-1967-1990, : Metode pengujian Batas Cair dengan alat Casagrande


(ASTHO T.89-90)

SNI.03-1966-1989, : Metode pengujian Baltas Plastis


(ASTHO T.90-87)

SNI.03-1742-1999, : Metode Pengujian Kepadatan ringan untuk tanah


(ASTHO T.99-90)

SNI.03-1743-1989, : Metode Pengujian Kepadatan berat untuk tanah


(ASTHO T.180-90)

SNI.03-2828-1992, : Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat konis


(ASTHO T.191-86) pasir

SNI.03-1744-1989, : Metode pengujian CBR Laboratorium


(ASTHO T.193-81) Classification of Soils and Soil Agregate Mixtures for

ASTHO T.145-73 : Highway Construction Purpose

ASTHO T258-78 : Determining Expansive Soils and Remedial Actions

B. PEKERJAAN URUGAN

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


36
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan urugan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan urugan pasir
b. Pekerjaan urugan kembali
c. Pekerjaan tanah dipadatkan

2. Pengajuan kesiapan kerja


2.1. Untuk setiap urugan/timbunan harus sesuai dengan dengan spesifikasi yang disyaratkan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi, kontraktor harus menyerahkan pengajuan
kesiapan pelaksanaan pekerjaan berupa :
 Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang telah
dipersiapkan untuk penghamparan timbunan
 Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada permukaan
yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihamparkan cukup memadai,
bilamana diperlukan
2.2. Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut kepada Konsultan Pengawas/Direksi paling
lambat 14 (empatbelas) hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan
pertamakalinya sebagai bahan timbunan yaitu berupa 2 (dua) contoh masing-masing 50
(limapuluh) kg untuk setiap jenis bahan. Satu contoh harus disimpan oleh Konsultan
Pengawas/Direksi untuk rujukan selama periode kontrak. Pernyataan tentang asal dan
komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil
pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut memenuhi
ketentuan yang disyaratkan.
2.3. Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut dalam bentuk tertulis kepada Konsultan
Pengawas/Direksi segera setelah selesainya setiap setiap bagian pekerjaan dan sebelum
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/ Direksi, tidak diperkenankan menghampar
bahan lain di atas pekerjaan timbunan sebelumnya.
 Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan
 Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan bahwa toleransi
permukaan yang disyaratkan dapat dipenuhi

3. Kondisi tempat kerja


3.1. Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan
selama pekerjaan pematangan tanah, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki
lereng melintang yang cukup untuk membentuk drainase badan jalan dari setiap curahan air
hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik.
Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistem
drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus disediakan pada sistem
pembuangan sementara ke dalam sistem pembuangan permanen.
3.2. Kontraktor harus selalu memelihara hasil pekerjaan pematangan tanah selama pekerjaan
berlangsung.

4. Perbaikan terhadap timbunan yang tidak memenuhi ketentuan atau tidak stabil
4.1. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui
atau toleransi permukaan yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggemburkan
permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan
dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
4.2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang
disyaratkan atau seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, harus
diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


37
secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan “motor grader” atau peralatan
yang disetujui.
4.3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-batas kadar
air yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, harus
diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat
lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan , dalam
cuaca cerah. Alternative lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai
dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut. Konsultan Pengawas/Direksi
dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan
bahan yang lebih cocok.
4.4. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
spesifikasi ini menjadi jenuh akibat banjir atau karena hal lain biasanya tidak memerlukan
pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
dalam spesifikasi ini.
4.5. Perbaikan timbunan yang memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat bahan dari
spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan
dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian
kadar air dan pemadatan kembali atau pembuangan dan penggantian bahan.

4.6. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek setelah
pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi,
haruslah seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.

5. Penggunaan dan Pembuangan bekas galian


5.1. Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya
harus secepatnya ditutup kembali oleh kontraktor dan dipadatkan sampai mencapai
kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.
6. Cuaca yang diijinkan untuk bekerja
6.1. Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu cuaca hujan dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di
luar spesifikasi yang disyaratkan.

7. Bahan timbunan
7.1. Bahan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan seksi ”bahan dan
penyimpanan” dalam spesifikasi ini.
7.2. Bahan urugan pasir yang dipakai hanya boleh diklasifikasikan sebagai bahan pasir yang bisa
dipadatkan bila digunakan pada lokasi yang direncanakan. Dalam segala hal seluruh timbunan
pilihan, bila diuji harus sesuai dengan SNI.03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10%
setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai
dengan SNI.03-1742-1989.
7.3. Bahan pilihan yang akan digunakan untuk pemadatan harus berupa pasir atau kerikil atau
bahan berbutir bersih lainnya dengan indeks maksimum 6%.

8. Pemadatan timbunan
8.1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan
dengan peralatan yang memadai dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi sampai
mencapai kepadatan yang disyaratkan.
8.2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar
air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang
diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI.03-1742-1989.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


38
8.3. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan
bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu
mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan tersebut. Lapis penutup ini harus
dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan yang disyaratkan.
8.4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan sesuai dengan yang disyaratkan,
diuji kepadatannya dan harus dapat diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi sebelum
lapisan berikutnya dihamparkan.
8.5. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju arah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
Bilamana memungkinkan, lalu lintas lat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan
timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan
pengaruh usaha pemadatan dari lalulintas tersebut.
8.6. Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur,
maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu
mempunyai elevasi yang hamper sama.
8.7. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap,
pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang
bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat
menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
8.8. Terkecuali disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi, timbunan yang bersebelahan dengan
ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment
sampai struktur bangunan di atasnya telah terpasang.
8.9. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus
dihampar dalam lapisan horisontal dengan tebal gambar tidak lebih dari 15 cm dan
dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis (stamper kodok) atau timbers (tamper) manual
dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat
perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.
8.10. Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana
timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

9. Jaminan mutu
9.1. Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan,
akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, tetapi bagaimanapun juga harus
mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan.
9.2. Setelah mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat Direksi Pekerjaan,
pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya
dapat diamati.
9.3. Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan untuk
mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan
suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan.

SYARAT-SYARAT

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


39
PEKERJAAN ARSITEKTUR

PASAL 1
PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATU BATA

1.1.Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan
dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.

b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambaratau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

1.2. Persyaratan Bahan


- Batu bata harus memenuhi Nl-10
- Semen Portland harus memenuhi Nl-8
- Pasir harus memenuhi Nl-3 Pasal 14 ayat 2.
- Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.

1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Pasangan batu bata/batu merah, dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 4 pasir pasang.
b. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof sampai
ketinggian40 cm di atas permukaan lantai dasar, serta semua dinding yang pada gambar
menggunakan simbol aduk trasraam/kedap air digunakan aduk rapat air dengan campuran 1
PC: 2 pasir pasang
c. Batu bata merah yang digunakan batu bata merah ex lokal dengan kualitas terbaik yang
disetujui Konsultan Pengawas, siku dan sama ukurannya 6,5 x 8 x 21 Cm
d. Setelah bata terpasang dengan baik, nad diisi siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkandengan sapu lidi dan kemudian disiram air
e. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan
siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
f. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 20
lapis setiapharinya, diikuti dengan cor kolom praktis pada luasan lebih dari 12 m
g. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari ditambahkan kolom dan balok penguat
12 m(kolom dan balok praktis) dengan ukuran 13 x 13 cm, dengan tulangan 4 pokok
diameter 12 mm, beugel diameter 10 mm jarak 15 cm
h. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steigersama sekali tidak diperkenankan.
i. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton(kolom) harus diberi penguat/stek-stekbesi beton diameter 10 mm jarak 75 cm, yang
terlebih dahuluditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang
ditanam dalam pasangansekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain
j. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%. Bata yang patah
lebihdari 2 tidak boleh digunakan.
k. Pasangan batu bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 13
cm untukdinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan
benar-benar tegaklurus

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


40
PASAL 2
PEKERJAAN PELAPIS DINDING

2.1. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING


2.1.1. Lingkup Pekerjaan

a. Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan- bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik.
b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan
luar serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

2.1.2. Persyaratan Bahan


a. Semen portland harus memenuhi Nl-8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh
pekerjaan).
b. Pasir harus memenuhi Nl-3 pasal 14 ayat 2.
c. Air harus memenuhi Nl-3 pasal 10
d. Penggunaan adukan plesteran:
- Adukan M1 yaitu: 1 PC : 2 pasir, dipakai untuk plesteran rapat air.
- Adukan M2 yaitu: 1 PC : 4 pasir, dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya
- Adukan M3 yaitu:1 PC : 3 pasir, dipakai untuk plesteran beton yang terlihat
- Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC

2.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Plesteran dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari bahan yang digunakan
sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas, dan persyaratan
tertulis dalam Uraian dan Syarat Pekerjaan ini
b. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau
pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Konsultan Pengawas sesuai uraian
dan Syarat Pekerjaan yang tertulis dalam spesifikasi teknis ini.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya
d. Campuran adukan perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1) Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di bawah
permukaan tanah sampai ketinggian 40 cm dipakai aduk plesteran 1 PC : 2 pasir.
2) Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily bond, dengan
perbandingan1 bagian PC : 1 bagian Daily Bond
3) Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC : 4 pasir.
4) Untuk bidang-bidang beton yang terlihat, diperlukan campuran 1 PC : 3 pasir.
5) Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang (kering benar), untuk adukan plesteran finishing harus
ditambah dengan addivite homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran
berumur 8 hariplamix dengan dosis 200 - 250 gram plamix untuk setiap 40 Kg
semen.
6) Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


41
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan agar jarak
waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan pemasangannya tidak
melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air
e. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan
f. Untuk beton sebelum diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-lubang
bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup plesteran
g. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish
dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan plesterannya).
h. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi kedap
air
i. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi alur-
alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik
terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.
j. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M’, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan bidang
k. Ketebalan pelesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal
plesteran minimum 2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam
untuk membantudan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian
pekerjaan yang diizinkan Konsultan Pengawas
l. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu
bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm,
kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
m. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung
bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, Kontraktor
berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor
n. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak
terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa
mencegah penguapan air secara cepat
o. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus
dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Konsultan Pengawas dengan biaya tanggungan Kontraktor. Selama 7 (tujuh) hari
setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sampai jenuh
sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari
p. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinish, Kontraktor
wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor dan
waiib diperbaiki.
q. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran
berumurlebih dari 2 (dua) minggu.

PASAL 3
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING

3.1 PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING KERAMIK TILES DAN PASANGAN BATU ALAM

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


42
3.1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lain untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pasangan lantai dan keramik tiles serta pasangan batu alam ini dipasang pada
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar

3.1.2. Persyaratan Bahan


a. Lantai dan dinding keramik yang digunakan:
Ukuran : 60 x 60 cm seperti tercantum pada gambar
60x30 cm untuk tangga
20 x 20 cm untuk KM/WC
Produksi : Roman, Ezensa,Granito
Warna : Ditentukan kemudian
Kualitas : Kualitas Nomor Satu
Type : Polish dan Unpolish Tile
Ketebalan minimum 6 mm atau sesuai gambar
Daya resap 1%
Kekerasan minimum 6 skala Mohs
Kekuatan tekan minimum 900 kb per cm2
Daya tanah lengkung minimum 350 kg/cm2
Mutu tingkat 1 (satu), Extruded Single Firing, tahan asam dan basa
Chemical Resistance konsisten terhadap PVBB 1970 (NI-3) pasal 33 D ayat17-23
Bahan pengisi semen berwarna
Bahan perekat adukan spesi 1 pc : 3 pasir pasang ditambah bahan perekat
Warna akan ditentukan kemudian
b. Dinding Keramik yang digunakan :
Ukuran : 20 x 25 dan list 7/20 cm untuk KM/WC
Produksi : Roman, Setara
Warna : Ditentukan kemudian
Kualitas : Nomor Satu
Type : Ditentukan kemudian
Persyaratan lain :
 Bahan keramik tidak boleh ada cacat/retak-retak
 Permukaan rata
 Ukuran persis/akurat
Pemasangan/Pelaksanaan :
- Dinding-dinding bata, beton dan kolom beton dibersihkan dari kotoran dan sisa- sisa
semen yang menempel, kemudian permukaan yang tertera dalam gambar hingga rata
dan tidak bergelombang.
- Kemudian permukaan plesteran tersebut dikasarkan (dengan menggaruk
menyilang) agar lapisan yang akan dipasang terikat kuat.
- Keramik tile dipasang menggunakan semen setebal minimal 1 cm. Naad diisi dengan
semen putih hingga mencapai permukaan yang rata dan tegak lurus kemudian
dibersihkan dengan air keras.
- Pemotongan keramik harus dilakukan dengan mesin.
- Pada bagian-bagian sudut/pojok/tekukan pendek, harus dipasang bahan–bahan
yang khusus dibuat untuk itu (tile accessories).

Dinding Lapis Granite


Persyaratan Bahan :
Ukuran : 40 x 40 cm

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


43
Produksi : Granito
Type : - Pallazo Sanrosa / Sandra
- Salsa Brick
Persyaratan lain :
 Bahan tidak boleh ada cacat/retak-retak
 Permukaan rata
 Pola sesuai dengan petunjuk Direksi
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM,
Peraturan Keramik Indonesia (NI-19). PVBB 1970 dan PVBI 1982.
c. Semen Portland harus memenuhi Nl-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam PVBB 1970 (NI-3) dan SK SNI T-15-1991-03 (Nl-2) dan ASTM
d. Untuk batu alam dipakai jenis batu sisir warna hitam dan batu tempel acak. Lokasi
pemasangan batu sisir pada bagian fasade bangunan. Sedangkan pasangan batu sisir
diletakkan pada kolom-kolom teras.
e. Bahan-Bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya kepada Konsultan Pengawas

3.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuatshop drawing mengenai
pola lantai.
b. Keramik tile dan batu alam yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat
dan bernoda. Batu alam dan batu sisir harus terpasang serta dilapis coating transparan
c. Adukan pasangan/pengikat dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir pasang dan
ditambah bahan perekat seperti yang disyaratkan atau dapat pula digunakan acian
PC murni danditambah bahan perekat.
d. Bahan keramik tile dan batu alam sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih
(tidakmengandung asam alkali) sampai jenuh
e. Hasil pemasangan lantai dan dinding harus merupakan bidang permukaan yang benar-
benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan di daerah basah dan
teras
f. Pola, arah dan awal pemasangan lantai harus sesuai gambar detail atau sesuai
petunjukKonsultan Pengawas
g. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik dan batu alam satu sama lain (siar-siar),
harus sama lebarnya, maksimum 3 mm, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang
sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk
sudut siku yang saling berpotongan tegak lurus sesamanya
h. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang
telah disyaratkan di atas dan disesuaikan dengan warna keramik yang dipasang.
i. Pemotongan unit-unit keramik tiles dan batu alam harus menggunakan alat
pemotong keramik khusus sesuai persyaratan dari pabrik.
j. Keramik dan batu alam yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam
noda pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih. Terutama untuk batu alam,
karena akan dilapisi coating.
k. Keramik dan batu alam yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban selama 3
x24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain

PASAL 4
PEKERJAAN PENGECATAN

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


44
4.1 Umum

- Pekerjaan pengecatan baru boleh dilakukan setelah :


Dinding/bagian yang akan dicat selesai diperiksa dan disetujui Konsultan Pengawas.
- Dinding/bagian yang akan dicat tidak basah lembab atau berdebu.
- Didahului dengan membuat percobaan pengecatan pada bidang yang cukup luas dan disetujui
Konsultan Pengawas.
- Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh tenaga-tenga dimana cat tersebut diproduksi atau
tenaga ahli pengecatan dengan pengawas/petunjuk dari pabrik cat tersebut.
- Kontraktor bertanggung jawab bahwa bahan tidak palsu dan warna sesuai dengan petunjuk
Perancang dan pemberi Tugas.
- Meskipun beberapa material finishing telah ditentukan warnanya namun sebelum dilaksanakan
harus dipresentasikan kepada Pemberi Tugas untuk menentukan warna yang akan dipakai.
4.2 Cat Dinding Dalam
Persyaratan bahan :
Produksi : Mowilex, setara
Warna : Ditentukan kemudian
Kualitas : Vinyl Acrylic Emulsion
Perysaratan lain : Highly Acrylic Emulsion Interior Wall Paint

Pemasangan/Pelaksanaan :
- Pengerjaan pengecatan harus dikerjakan di bawah pengawasan spesialis pabrik yang ditunjuk
dan disertai dengan bukti garansi tidak kurang dari 1 tahun.
- Pekerjaan pengecatan baru boleh dikerjakan setelah :
- Dinding plester yang akan dicat betul-betul kering dan tidak berdebu, bagian-bagian yang
retak dan pecah diperbaiki sedangkan bagian yang kotor dibersihkan dimana hal itu telah
selesai diperiksa dan disetujui Konsultan Menejemen Konstruksi.
- Semua permukaan dinding diplamur.
- Didahului dengan percobaan pengecatan pada dinding atau bagian yang akan dicat.
- Bila persyaratan-persyaratan tersebut di atas telah dipenuhi, maka dilakukan persiapan-
persiapan sebagai berikut :
- Membersihkan permukaantembok daripengkristalan/ pengapuran (efflorescence) yang biasanya
terjadi pada tembok baru dengan amplas (emerald paper) kemudian dibersihkan dengan lap
yang benar-benar bersih.
- Pada bagian dimana banyak reaksi alkali dipakai lapisan Alkali Resisting Primer.
- Pada bagian-bagian dimana terdapat rembesan air dipakai lapisan plamur Acrylic Water Filter.
- Setelah kering permukaan tersebut diamplas lagi dengan amplas halus.
- Pengecatan akhir dilakukan berulang kali (2 – 3 kali) sampai mencapai warna yang dikehendaki
dengan memakai semprot/roller.

4.3 Cat Dinding Luar


Persyaratan bahan :
Produksi : Mowilex, setara
Warna : Ditentukan kemudian
Kualitas : Vinyl Acrylic Emulsion
Perysaratan lain : Highly Acrylic Emulsion Exterior Wall Paint
Pemasangan/Pelaksanaan :
- Pengecatan dikerjakan di bawah pengawasan spesialis pabrik yang ditunjuk dan disertai dengan
bukti garansi tidak kurang dari 1 tahun.
- Pekerjaan pengecatan baru boleh dikerjakan setelah :
 Dinding plester yang akan dicat betul-betul kering dan tidak berdebu, bagian-bagian yang
retak dan pecah diperbaiki sedangkan bagian yang kotor dibersihkan dimana hal itu telah
selesai diperiksa dan disetujui Konsultan Pengawas.
 Didahului dengan percobaan pengecatan pada dinding atau bagian yang akan dicat.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


45
- Bila persyaratan-persyaratan tersebut di atas telah dipenuhi, maka dilakukan persiapan-
persiapan sebagai berikut :
 Membersihkan permukaan tembok terhadap pengkristalan dan pengapuran (efflorescence)
yang biasanya terdapat pada tembok baru dengan amplas (emerald paper) kemudian
dibersihkan dengan lap yang benar-benar bersih.
 Pada bagian dimana banyak reaksi alkali dipakai lapisan Alkali Resisting Primer.
 Pada bagian-bagian dimana terdapat rembesan air dipakai lapisan plamur Acrylic Water Filter.
- Setelah kering permukaan tersebut diamplas lagi dengan amplas halus.
- Pengecatan akhir dilakukan berulang kali (2 – 3 kali) sampai mencapai warna yang dikehendaki
dengan memakai semprot/roller.

4.4 Cat Plafond


Persyaratan bahan :
Produksi : Mowilex, setara
Warna : Ditentukan kemudian
Kualitas : Vinyl Acrylic Emulsion
Perysaratan lain : Highly Acrylic Emulsion Interior Wall Paint

Pemasangan/Pelaksanaan :
- Pengecatan dikerjakan dibawah pengawasan spesialis pabrik yang ditunjuk dan disertai dengan
bukti garansi tidak kurang dari 1 tahun.
- Pekerjaan pengecatan baru boleh dikerjakan setelah :
 Plafond yang akan dicat betul-betul kering dan tidak berdebu, bagian yang retak dan pecah
diperbaiki, bagian yang kotor dibersihkan dan hal itu telah diperiksa Konsultan Pengawas.
 Didahului percobaan pengecatan pada plafond yang akan dicat.
- Bila persyaratan di atas telah dipenuhi, maka Pengecatan akhir dilakukan berulang kali (2 – 3
kali) sampai mencapai warna yang dikehendaki dengan memakai semprot/roller.

Persyaratan Teknis PenyusunanDED Rawat Inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang


46

Anda mungkin juga menyukai