Penerapan Analisis Pushover Untukmenentukan Fajar Nugroho PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Vol.18 No.

2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

PENERAPAN ANALISIS PUSHOVER UNTUKMENENTUKAN


KINERJA STRUKTUR PADABANGUNAN EKSISTING
GEDUNG BETON BERTULANG

Oleh:

Fajar Nugroho
Dosen Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Padang

Abstrak

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam perencanaan struktur bangunan adalah kekuatan struktur
bangunan, dimana hal ini terkait dengan keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan atau
menerima beban yang bekerja pada struktur.Pada perencanaan struktur khususnya struktur bangunan
gedung beton bertulang yang umum digunakan di Indonesia, harus didesain dengan mempertimbangkan
pengaruh gempa terhadap struktur sehingga bangunan dapat digunakan dengan nyaman dan aman.Analisis
pushover pada struktur gedung adalahsuatu cara analisis statik 2 dimensi atau 3 dimensi linier dan non-
linier, dimana pengaruhgempa rencana terhadap struktur gedung dianggap sebagai beban-beban statik
yangmenangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secaraberangsur-
angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan(sendi plastis) pertama di
dalam struktur gedung.Analisis dilakukan pada struktur atas bangunan.Pada penelitian ini dilakukan
analisis ulang terhadap struktur eksisting 2 lantai, kemudian dilanjutkan dengan analisis struktur untuk 3
lantai. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis pushoveruntuk mengetahuikinerja bangunan tersebut. Hal
yang akan dievaluasi adalah perpindahan ultimit pada struktur gedung dan membatasi kinerja struktur
gedung dalam kondisi Life Safety (LS)

Kata-kata kunci : Pushover, kinerja, beton bertulang

1. Pendahuluan caranya adalah dengan menerapkan analisis


1.1. Latar Belakang pushover untuk menentukan kinerja struktur
apakah dalam kondisi aman atau tidak.
Provinsi Sumatera Barat terletak di Analisis pushover adalahsuatu cara analisis
daerah rawan bencana, khususnya bencana statik 2 dimensi atau 3 dimensi linier dan
gempa bumi. Dengan potensi gempa bumi non-linier, dimana pengaruhgempa rencana
yang tinggi, maka pada perencanaan struktur terhadap struktur gedung dianggap sebagai
khususnya struktur bangunan gedung beton beban-beban statik yangmenangkap pada
bertulang, harus didesain dengan pusat massa masing-masing lantai, yang
mempertimbangkan pengaruh gempa nilainya ditingkatkan secaraberangsur-angsur
terhadap struktur sehingga bangunan dapat sampai melampaui pembebanan yang
digunakan dengan nyaman dan aman. menyebabkan terjadinya pelelehan(sendi
Besarnya gaya gempa yang diterima struktur plastis) pertama di dalam struktur gedung.
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah karakteristik struktur 1.2. Tujuan Penelitian
bangunan antara lain yaitu beban yang
bekerja, bentuk bangunan, massa bangunan, Penelitian ini bertujuan untuk
kekakuan dan lain-lain. menentukan kinerja struktur bangunan
Perencanaan struktur suatu gedung eksisting gedung beton bertulang dengan
harus sesuai peruntukannya, jika pada
menerapkan analisis pushover. Hal yang akan
awalnya direncanakan 2 lantai maka
bangunan tersebut harus 2 lantai. Jika ada dievaluasi adalah perpindahan ultimit pada
penambahan jumlah lantai maka perlu struktur gedung dan membatasi kinerja
dilakukan analisis struktur yang lebih struktur gedung dalam kondisi Life Safety
mendalam pada bangunan tersebut, salah satu (LS).
DOI 10.21063/JM.2016.V18.2.19-25
© 2016 ITP Press. All right reserved. 19
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

2. Tinjauan Pustaka 2.2. Studi Pendahuluan


2.1. State Of The Art
Tingkat performa bangunan terhadap
Beberapa penelitian tentang kinerja gempa dikenal sebagai seismic performance
struktur pada bangunan gedung telah banyak level dari suatu bangunan, yang terdiri atas
dilakukan. Dewobroto (2006) melakukan
kekakuan, periode getar dan partisipasi
evaluasi kinerja bangunan baja tahan gempa
dengan SAP 2000. Dari hasi analisis studi massa, kekuatan serta daktilitas.Prosedur
kasus portal baja 3D disimpulkan bahwa titik untuk mendapatkan seismic performance
kinerja yang menentukan adalah metode level ini ditentukan dengan prosedur
Koefisien Perpindahan FEMA-356 (ASCE pushover, dimana penambahan beban
2000), sedangkan metode Spektrum diberikan secara berulang hingga komponen
Kapasitas (ATC 1996) memberi nilai paling struktur mengalami sendi plastis atau
kecil (tidak konservatif). Analisa pushover
keruntuhan pada elemen struktur.
juga menunjukkan bahwa daktilitas portal
berbeda dalam arah yang lain. Pengetahuan tentang perilaku struktur
Wibowo, dkk (2010) melakukan bangunan yang mengalami beban gempa
analisis untuk menentukan level kinerja merupakan faktor penting dalam
struktur beton bertulang pasca gempa. perencananaan bangunan tahan
Sampel yang digunakan adalah sebuah gempa.Pengetahuan perilaku tersebut
gedung perkantoran di wilayah kota bermanfaat untuk mengetahui kekuatan
Surakarta. Hasil kajian menunjukkan bahwa
elemen struktur bangunan yang diperlukan
secara struktural, gedung yang menjadi
sampel kajian, masuk kategori Immediate untuk mengantisipasi resiko gempa yang
Ocupancy (IO) yang berarti belum terjadi telah ditetapkan.
kerusakan struktur yang berarti akibat gempa Salah satu prosedur evaluasi metode
terjadi, namun harus dilakukan perbaikan analisis beban dorong adalah dengan
terhadap beberapa kerusakan agar tidak Displacement Coefficient Method (DCM)
menjadi kerusakan lebih besar akibat gaya
dimana prosedur ini menggunakan koefisien-
gravitasi dan beban layan gedung.
Nissa, dkk (2014) melakukan analisis koefisien tertentu untuk memperkirakan
kinerja struktur pada gedung bertingkat peralihan maksimum dari struktur yang
dengan analisis pushover menggunakan sedang dianalisis.
software etabs (studi kasus : bangunan hotel
di semarang). Kesimpulan dari penelitian ini
menunjukkan bahwa gaya geser dari evaluasi
pushover pada arah x sebesar 557,867 ton.
Nilai displacement adalah 0,112 m.
Displacement pada gedung tidak melampaui
displacement yang diijinkan, sehingga
gedung aman terhadap gempa rencana.
Maksimum total drift adalah 0,0035 m dan
maksimum in elastic drift adalah 0,0034 m, Gambar 2.1. Idealisasi Kurva Force-
sehingga gedung termasuk dalam level Displacement (FEMA 356)
kinerja Immediate Occupancy (IO).
Aribisma, dkk (2015) melakukan
evaluasi gedung MNC tower menggunakan
SNI 03-1726-2012 dengan metode pushover
analysis. Kesimpulan dari penelitian ini
merekomendasikan perkuatan struktur
dengan beberapa metode jika hasil akhir
evaluasi gedung mengalami kelelehan di
beberapa elemen.

20
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Vy : gaya geser dasar pada saat leleh,


dari idealisasi kurva pushover
menjadi bilinear
W : beban gempa efektif
Cm : faktor massa efektif (Tabel 2.2)

C2 : Faktor modifikasi yang memperlihatkan


pengaruh dari efek pinchingpada respon
peralihan maksimum (Tabel 2.3)
C3 : Faktor modifikasi untuk
menggambarkan kenaikan
peralihanakibat pengaruh P-Δ

C3 = 1, untuk kemiringan pasca


leleh positif
3
|α|(R-1)2
C3 =1+ Te
, untuk kemiringan pasca
Gambar 2.2. Skematik Prosedur Metode leleh negatif (2.3)
Koefisien Perpindahan (FEMA
356) Dimana :
α : rasio kekakuan pasca leleh terhadap
Nilai target perpindahan (δt) berdasarkan kekakuan elastik efektif
FEMA 356, ditentukan dari rumus berikut : g : Percepatan gravitasi 9,81 m/s²
T2e
δt = C0 .C1 .C2 .C3 .Sa . .g (2.1)
4π2
Tabel 2.1. Faktor Modifikasi C0 Berdasarkan
Dimana : FEMA 356
C0 : Faktor modifikasi yang menghubungkan
perpindahan spektral dengan peralihan
lantai atap pada bangunan (Tabel. 2.1)
C1 : Faktor modifikasi yang menghubungkan
perpindahan inelastik maksimum dengan
perpindahan yang dihitung dari respon
elastik linier
Tabel 2.2. Faktor Modifikasi Cm Berdasarkan
FEMA 356
C1 = 1 bila Te ≥ Ts

R-1 .Ts
1+
Te
C1 = R
bila Te< Ts
Tabel 2.3. Faktor Modifikasi C2 Berdasarkan
Sa
R= V /W . Cm (2.2) FEMA 356
y

Dimana :
Te : Periode alami efektif bangunan
Ts : Periode karakteristik dari respon
spektrum
R : rasio dari permintaan kekuatan
elastis untuk menghitungkoefisien
kuat leleh Taraf kinerja menunjukkan keadaan
Sa : respon spectrum acceleration pada atau tingkat kerusakan yang terjadi pada
periode alami efektif
suatu bangunan bila beban gempa rencana
terjadi.Taraf kinerja dinyatakan sesuai

21
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

kriteria tingkat kerusakan fisik yang terjadi,


ancaman terhadap kerusakan jiwa manusia
dan kemampuan layan struktur pasca gempa.
Berikut ini beberapa macam klasifikasi
taraf kinerja, yaitu:
1. Immediate Occupancy (IO) / taraf
penghunian segera
Pada taraf ini struktur bangunan
aman.Gedung tidak mengalami kerusakan Gambar 2.3. Ilustrasi Hubungan Antara
yang berarti dan dapat segera difungsikan Gaya dan Perpindahan Untuk
kembali setelah mengalami gempa. Menentukan Tingkat Kinerja
Contoh bangunan yang seharusnya berada Bangunan Gedung (FEMA
dalam kategori ini adalah rumah sakit, 273)
gedung bahan bakar/bahan berbahaya dan
kantor pemadam kebakaran. 3. Metodologi Penelitian
2. Life Safety (LS) / taraf keselamatan jiwa 3.1. Prosedur Penelitian
Terjadi kerusakan komponen struktur
tetapi keruntuhan struktural parsial Penelitian dilakukan pada bangunan
maupun total tidak terjadi. Komponen non gedung sekolah yang dibuat dari struktur
struktur masih ada tetapi tidak rangka beton bertulang. Pada saat ini telah
berfungsi.Dapat dipakai lagi jika sudah selesai pembangunannya sampai 2 lantai.
dilakukan perbaikan.Contoh bangunan Namun bangunan tersebut direncanakan
yang berada dalam kategori ini adalah untuk ditambah 1 lantai sehingga menjadi 3
gedung perkantoran, perumahan, gudang, lantai. Untuk mengetahui apakah struktur
bangunan niaga dan lainnya. yang semula direncanakan 2 lantai mampu
3. Collapse Prevention (CP) / taraf menahan beban sampai 3 lantai maka perlu
pencegahan keruntuhan dilakukan analisis untuk mengetahui kinerja
Pada taraf ini terjadi kerusakan yang struktur tersebut. Analisis dilakukan dengan
berarti pada komponen struktur dan non menggunakan bantuan perangkat lunak
struktur.Kekuatan struktur dan komputer (software).
kekakuannya berkurang banyak, hampir Analisis dilakukan pada struktur atas
runtuh.Kecelakaan akibat kejatuhan bangunan. Pada langkah awal penelitian ini
material bangunan yang rusak sangat dilakukan analisis ulang terhadap struktur
mungkin terjadi. eksisting 2 lantai, kemudian dilanjutkan
dengan analisis struktur untuk 3 lantai.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Analisis yang dilakukan adalah analisis
bangunan yang dibahas pada penelitian ini dinamik 3 dimensi serta pembebanan
hendaknya berada pada taraf kinerja meliputi beban mati, beban hidup dan beban
maksimal dengan kondisi Life Safety gempa dinamik respon spektrum.Setelah itu
(LS).Artinya bangunan dapat dikatakan dilanjutkan dengan analisis pushoveruntuk
mempunyai kinerja baik apabila tidak mengetahuikinerja bangunan tersebut. Hal
melewati kondisi LS.Taraf kinerja pada suatu yang akan dievaluasi adalah perpindahan
bangunan dapat diketahui setelah dilakukan ultimit pada struktur gedung dan membatasi
analisis pushover berdasarkan perpindahan kinerja struktur gedung dalam kondisi Life
ultimit yang terjadi. Safety (LS).Prosedur penelitian secara singkat
dapat dilihat pada bagan alir berikut :

22
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Gambar 3.3.Pemodelan Struktur 3 Lantai


(Model B)

3.4. Pembebanan Pada Model Struktur


Gedung
1. Pembebanan Gravitasi
a. Beban mati / Dead Load (DL)
b. Beban mati tambahan / Super Impose
Dead Load (SIDL)
c. Beban hidup / Live Load (LL)
2. Pembebanan Gempa
Pembebanan gempa sesuai dengan SNI
1726:2012 dan sesuai Peta Hazard Gempa
Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian Indonesia 2010, penentuan wilayah gempa
diambil pada level periode ulang gempa
3.2. Deskripsi Bangunan 2% dalam 50 tahun (periode ulang 2500
1. Luas bangunan per lantai: 397 m² tahun).
2. Jenis konstruksi beton bertulang
3. Mutu beton : fc’ = 20,75 MPa (K-250)
3.5. Kombinasi Pembebanan
4. Mutu baja tulangan : fy = 400 MPa 1. Ketahanan struktur terhadap pembebanan
vertikal :
3.3. Pemodelan Struktur Gedung a. U = 1,4 D
b. U = 1,2 D + 1,6 L
2. Ketahanan struktur terhadap pembebanan
gempa :
a. U = 1,2 D + 0,5 L ± E
b. U = 0,9 D + 0,5 L ± E

4. Analisis dan Pembahasan


4.1. Analisis Struktur Model A

Tabel 4.1.Perpindahan Ultimit Model A


Perpindahan Ultimit
Kriteria (cm)
Arah X Arah Y
Kinerja batas
0,98 0,85
ultimit SNI
Gambar 3.2.Pemodelan Struktur Sesuai
Koefisien
Kondisi Eksisting 2 Lantai 8,68 8,53
perpindahan FEMA
(Model A)

23
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Sesuai dengan kriteria kinerja batas 5. Kesimpulan dan Saran


ultimit SNI, dengan perpindahan ultimit (δt) 5.1. Kesimpulan
arah X = 0,98 cm, kinerja yang diperlihatkan
oleh struktur tidak ada yang melewati kondisi 1. Pada bangunan model A (sesuai kondisi
LS. Sedangkan sesuai dengan kriteria eksisting) berdasarkan kriteria SNIkinerja
koefisien perpindahan FEMA, dengan struktur tidak ada yang melewati kondisi
perpindahan ultimit (δt) arah X = 8,68 cm, LS sehingga kinerja struktur dapat
kinerja yang diperlihatkan oleh struktur sudah dikatakan baik, sedangkan berdasarkan
ada yang melewati kondisi LS bahkan kriteria FEMA kinerja struktur sudah
mengalami collapse. melewati kondisi LS bahkan mengalami
Sesuai dengan kriteria kinerja batas collapse sehingga kinerja struktur dapat
ultimit SNI, dengan perpindahan ultimit (δt) dikatakan tidak baik. Berdasarkan kriteria
arah Y = 0,85 cm, kinerja yang diperlihatkan SNI tersebut maka bangunan eksisting
oleh struktur tidak ada yang melewati kondisi yang semula 2 lantai dapat ditambah
LS. Sedangkan sesuai dengan kriteria menjadi 3 lantai.
koefisien perpindahan FEMA, dengan 2. Pada bangunan model B (3 lantai)
perpindahan ultimit (δt) arah Y = 8,53 cm, berdasarkan kriteria SNIkinerja struktur
kinerja yang diperlihatkan oleh struktur sudah tidak ada yang melewati kondisi LS
ada yang melewati kondisi LS bahkan sehingga kinerja struktur dapat dikatakan
mengalami collapse. baik, sedangkan berdasarkan kriteria
FEMA kinerja struktur sudah melewati
4.2. Analisis Struktur Model B kondisi LS bahkan mengalami collapse
sehingga kinerja struktur dapat dikatakan
Tabel 4.2.Perpindahan Ultimit Model B tidak baik.
Perpindahan Ultimit 3. Nilai perpindahan ultimit yang diperoleh
Kriteria (cm) berdasarkan FEMA 356 lebih besar
Arah X Arah Y daripada nilai perpindahan ultimit yang
Kinerja batas diperoleh berdasarkan SNI-1726-2002, hal
1,29 1,57 ini disebabkan karena pada rumus untuk
ultimit SNI
Koefisien perhitungan pada FEMA 356 terdapat
13,49 14,35 beberapa faktor modifikasi (faktor
perpindahan FEMA
pengali) sehingga nilai perpindahan
Sesuai dengan kriteria kinerja batas ultimit yang diperoleh lebih besar.
ultimit SNI, dengan perpindahan ultimit (δt)
arah X = 1,29 cm, kinerja yang diperlihatkan 5.2. Saran
oleh struktur tidak ada yang melewati kondisi
LS. Sedangkan sesuai dengan kriteria 1. Evaluasi kinerja struktur diperlukan
koefisien perpindahan FEMA, dengan terutama untuk bangunan yang terletak di
perpindahan ultimit (δt) arah X = 13,49 cm, daerah rawan gempa dengan intensitas
kinerja yang diperlihatkan oleh struktur sudah tinggi.
ada yang melewati kondisi LS bahkan 2. Pada daerah rawan gempa sebaiknya
mengalami collapse. bangunan dirancang dengan bentuk
Sesuai dengan kriteria kinerja batas struktur beraturan untuk meminimalisir
ultimit SNI, dengan perpindahan ultimit (δt) kerusakan akibat terjadinya gempa.
arah Y = 1,57 cm, kinerja yang diperlihatkan
oleh struktur tidak ada yang melewati kondisi Daftar Pustaka
LS. Sedangkan sesuai dengan kriteria
koefisien perpindahan FEMA, dengan Aribisma, F., Raka, I.G.P., Tavio. 2015.
perpindahan ultimit (δt) arah Y = 14,35 cm, Evaluasi Gedung MNC Tower
kinerja yang diperlihatkan oleh struktur sudah Menggunakan SNI 03-1726-2012
ada yang melewati kondisi LS bahkan dengan Metode Pushover
mengalami collapse. Analysis.Jurnal Teknik ITS, 4 (1): 71-
75.
ASCE. 2000. FEMA 356 – Prestandard And
Commentary For The Seismic

24
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Rehabilitation Of Buildings.Virginia:
ASCE.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Beban
Minimum Untuk Perancangan
Bangunan Gedung dan Struktur Lain
SNI 1727:2013.Jakarta: Standar
Nasional Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional. 2013.
Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung SNI
2847:2013.Jakarta: Standar Nasional
Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung SNI 1726:2012.Jakarta:
Standar Nasional Indonesia.
Dewobroto, Wiryanto. 2006. Evaluasi
Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa
dengan SAP 2000.Jurnal Teknik Sipil,
3 (1): 7-24.
Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Pedoman
Teknis Bangunan Sekolah Tahan
Gempa.Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional.
Nissa,Z.R.,Purwanto, E., Suptiyadi, A. 2014.
Analisis Kinerja Struktur Pada Gedung
Bertingkat Dengan Analisis Pushover
Menggunakan Software ETABS (Studi
Kasus : Bangunan Hotel di
Semarang).E-Jurnal Matriks Teknik
Sipil: 681-687.
Panitia Teknik Bangunan dan Konstruksi.
2002. Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung SNI-1726-
2002.Bandung: Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Permukiman.
Panitia Teknik Standarisasi Bidang
Konstruksi dan Bangunan. 2006.
Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan
Gedung Tahan Gempa.Jakarta:
Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Tim Revisi Peta Gempa Indonesia. 2010.
Peta Hazard Gempa Indonesia 2010
Sebagai Acuan Dasar Perencanaan
dan Perancangan Infrastruktur Tahan
Gempa . Jakarta: Kementrian
Pekerjaan Umum.
Wibowo, Purwanto, E., Yanto, D. 2010.
Menentukan Level Kinerja Struktur
Beton Bertulang Pasca Gempa.Media
Teknik Sipil, X (1): 49-54.

25

Anda mungkin juga menyukai