Subneting
Subneting
JOB VII
“SUBNETING DAN NETMASK”
Disusun oleh :
I. TUJUAN
a) Mahasiswa mengerti dan memahami tentang IP Subnetting.
b) Mahasiswa mampu menghitung secara efisien kebutuhan IP dalam suatu
rancangan jaringan.
c) Mahasiswa mampu menggambar diagram jaringan beserta kebutuhan subnettingnya.
d) Mahasiwa mampu mengimplementasikan diagram jaringan yang dirancang ke
dalam praktikum.
II. PERALATAN
a) Beberapa PC sebagai client
b) Hub/Switch
c) NIC yang tertancap pada setiap PC
d) Kabel jaringan secukupnya
III. DASAR TEORI
a) Subnetting
Pada dasarnya subnetting itu sendiri mempunyai peran yang dapat memecah sebuah
network besar menjadi beberapa buah subnetwork yang ukurannya lebih kecil. Subnetting
juga menyebabkan “pengurangan” jumlah host pada suatu subnetwork, sehingga “beban”
yang harus ditanggung oleh subnetwork menjadi lebih ringan, jika kita ingin menggabungkan
beberapa network menjadi sebuah network yang berukuran besar maka untuk mengatasi
masalah tersebut digunakan teknik supernetting.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP address kelas A, IP Address kelas B
dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan,
tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Apa tujuan Subnetting?
Apa tujuan Subnetting, Mengapa perlu subnetting atau Apa manfaat subnetting? Ada
beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa
memaksimalkan penggunaan IP Address.
2. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya
host dalam suatu network.
b) Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
Metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas) banyak diterapkan, yakni
dengan pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain Routing (CIDR).
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk suatu jaringan
secara lebih spesifik, disebut juga dengan Network Prefix. Biasanya dalam menuliskan
network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash) “/”, diikuti
dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam bit, jadi CIDR merupakan
teknik pendistribusian IP address dari IP Public.
Misalnya, ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi IP 12.xxx.xxx.xxx,
network prefix-nya dituliskan sebagai 12/8. Angka /8 menunjukan notasi CIDR yang
merupakan jumlah bit yang digunakan oleh network prefix, yang berarti netmask-nya
255.0.0.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak 16.777.214 node. Contoh
lain untuk menunjukan suatu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan: 167.205/18.
Angka /18 merupakan notasi CIDR, yang berarti netmask yang digunakan pada jaringan ini
adalah 255.255.192.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak 16.382 node.
Setelah CIDR digunakan, broadcast address tidak harus selalu berakhir dengan nilain 255,
lihat tabel di bawah ini,
CIDR pada dasarnya adalah metode yang digunakan oleh ISP (Internet Service
Provider) untuk mengalokasikan sejumlah alamat pada suatu perusahaan, ke setiap tempat
para pengguna layanan dari ISP tersebut, dalam hal ini ISP menyediakan alamat dalam
ukuran blok (block size) tertentu. Dari mulanya CIDR dikembangkan untuk penggabungan
network yang dibentuk oleh beberapa router internet dan lazimnya CIDR diimplementasikan
oleh provider Internet, jika diperlukan CIDR dapat juga diimplementasikan untuk keperluan
LAN, sepanjang sistem operasi atau protocol yang digunakan sudah mendukung CIDR.
c) VLSM (Variable length Subnet Mask)
VLSM merupakan implementasi pengalokasian blok IP yang dilakukan oleh pemilik
network (network administrator) dari blok IP yang telah diberikan padanya (sifatnya local
dan tidak dikenal di internet, adapun keuntungan dari subnetting vlsm :
1. Mengurangi lalu lintas jaringan (reduced network traffic)
2. Teroptimasinya unjuk kerja jaringan (optimized network performance).
3. Pengelolaan yang disederhanakan (simplified management)
4. Membantu pengembangan jaringan ke jarak geografis yang jauh (facilitated spanning
of large geographical distance)
5. Menghemat ruang alamat.
VLSM merupakan bentuk lain dari tehnik subnetting akan tetapi pada subnetting ini
yang digunakan bukan berdasarkan jumlah banyak IP dalam satu subnet/class melainkan
banyak host yang ingin dibuat. Hal ini akan membuat semakin banyak jaringan yang dapat
dipisahkan pada suatu subnet maupun class. Sebagai contoh, suatu jaringan menggunakan
class C dengan alamat network 192.168.32.0. Jaringan tersebut ingin membagi jaringannya
menjadi 5 subnet dengan rincian sebagai berikut :
Subnet #1 : 50 host
Subnet #2 : 50 host
Subnet #3 : 50 host
Subnet #4 : 30 host
Subnet #5 : 30 host
Rincian diatas tidak akan tercapai apabila menggunakan static subnetting. Untuk hal
tersebut apabila menggunakan subnetting 255.255.255.192 maka hanya terdapat 4 subnet
dengan tiap-tiap subnet memiliki 64 host, akan tetapi untuk kasus ini dibutuhkan 5 subnet.
Dan apabila menggunakan subnet 255.255.255.224 mungkin bisa 8 subnet tetapi tiap subnet-
nya hanya memiliki jumlah host maksimal 32 host, padahal kita butuh 50 host dalam satu
subnet.
Untuk itu digunakan VLSM untuk membagi subnet menjadi 4 subnet dengan
menggunakan 255.255.255.192 dan subnet yang terakhir dibagi lagi dengan menggunakan
subnet 255.255.255.224. Sehingga akan diperoleh 5 subnet dengan subnet pertama sampai
ketiga maksimal 64 host dan subnet empat sampai lima maksimal 32 host. Teknik VLSM ini
akan dapat mengurangi beban atau pemborosan IP pada suatu perusahan atau gedung yang
akan membangun suatu jaringan.
Sebagai gambaran untuk mengenal teknik subnetting ini contoh kasusnya kira- kira
seperti berikut, misalkan disebuah perusahaan terdapat 200 komputer (host). Tanpa
menggunakan subnetting maka semua komputer (host) tersebut dapat kita hubungkan
kedalam sebuah jaringan tunggal dengan perincian sebagai berikut:
Misal kita gunakan IP Address Private kelas C dengan subnet mask default-nya yaitu
255.255.255.0 sehingga perinciannya sebagai berikut:
Network Perusahaan
Network ID : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Misalkan diperusahaan tersebut terdapat 2 divisi yang berbeda sehingga kita akan
memecah network tersebut menjadi 2 buah subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita
akan menggunakan subnet mask 255.255.255.128 (nilai subnet mask ini berbeda-beda
tergantung berapa jumlah subnetwork yang akan kita buat) sehingga akan menghasilkan 2
buah blok subnet, dengan perincian sebagai berikut:
Cara menghitung subnet untuk network class C:
Diketahui network id pada jaringan tersebut adalah 192.168.1.0, yang jika dikonversi menjadi
angka biner menjadi seperti pada tabel berikut ini:
Desimal Biner
192.168.1.0 11000000.10101000.00000001.00000000
Dan subnet mask default-nya adalah 255.255.255.0, yang jika dikonversi menjadi angka biner
akan menjadi seperti pada tabel berikut ini;
Desimal Biner
255.255.255.0 11111111.11111111.11111111.00000000
Semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per
subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Tujuan dari jaringan tersebut
diatas adalah untuk memecah jaringan besar diubah menjadi 2 sub jaringan yang lebih kecil
lagi cakupan user yang dilayani. Untuk membuat subnetwork langkah-langkah sebagai
berikut;
1. Menghitung jumlah subnet.
Jumlah subnet = 2x
dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir
untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 2 1 = 2
subnet.
2. Menghitung jumlah host per subnet.
Jumlah host per subnet = 2y - 2
dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir
subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 27 – 2 = 126. Host menghitung jumlah blok
subnet. Menentukan alamat host dan broadcast yang valid.
3. Menghitung Blok Subnet.
Blok Subnet Class C = 256 – nilai oktet terakhir subnet mask
Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Sehingga blok subnet-nya adalah kelipatan dari 128.
Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 128.
4. Mencari host dan broadcast yang valid.
Berdasarkan tabel host dan broadcast yang valid tersebut maka dapat diubah menjadi
2 subnetwork dengan 2 divisi A dan B yaitu sebagai berikut :
a) Network Divisi A
Alamat Jaringan / Subnet A : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.126
Broadcast Address : 192.168.1.127
b) Network Divisi B
Alamat Jaringan / Subnet B : 192.168.1.128
Host Pertama : 192.168.1.129
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Dengan demikian dengan teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang
masing-masing network maksimal terdiri dari 126 host (komputer). Masing- masing
komputer dari subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling berkomunikasi
sehingga meningkatkan security. Apabila dikehendaki agar beberapa komputer dari
network yang berbeda tersebut dapat saling berkomunikasi maka kita harus
menggunakan Router.
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Teknik subnetting dengan konsep CIDR
a) Simulasi 1.
1. Buka aplikasi Cisco paket tracert 5.3.
2. Buatlah simulasi jaringan menggunakan Packet Tracert dengan 8 buah PC host dan 1
buah switch, seperti gambar berikut:
4. Untuk melakukan pengaturan IP address dan Subnet mask, klik pada salah satu PC
kemudian pilih tab Desktop. Klik ip configuration kemudian masukan IP address dan
Subnet mask dan Klik close untuk menyimpan.
5. Uji koneksi antar ke delapan PC tersebut dari setiap skenario percobaan.
6. Untuk mengujinya klik pada salah satu PC host, kemudian klik Desktop dan pilih
command prompt.
7. Misalkan test apakah antara PC0 dan PC1 bisa terkoneksi atau tidak, jika masuk dari
command prompt PC0 dengan ip address 192.168.1.1 maka target ping adalah alamat
ip address PC1 yaitu 192.168.1.2.
8. Jika hasil ping nya berupa Reply from …. , menandakan kedua PC host tersebut
terkoneksi, namun jika hasil ping nya berupa Request time out … menandakan PC
host tersebut tidak terkoneksi.
9. Buatlah 4 tabel pengujian dan lengkapi hasilnya untuk setiap skenario percobaan.
Percobaan 1. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.0
Percobaan 2. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.128
Percobaan 3. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.192
Percobaan 4. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.224
b) Simulasi 2
1. Buatlah simulasi pada paket tracert yang terdiri minimal 10 buah komputer yang
tersambung pada sebuah switch. Kemudian setting IP address 5 buah komputer
dengan SubnetID A 192.168.1.0/28 dan 5 buah komputer yang lain dengan SubnetID
B 192.168.1.128/28.
4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
c) Simulasi 3
1. Buatlah contoh teknik subnetting pada IP address kelas B dimana jumlah maksimum
host-nya adalah 1022 dari alamat jaringan awal 172.16.0.0/16. Lengkapi dengan
perhitungan subnet (mulai dari SubnetID-1 sampai SubnetID-5), host pertama, host
terakhir, dan broadcast id.
2. Buatlah simulasi pada paket tracert dimana per subnetwork-nya diwakili oleh 2 buah
komputer.
3. Lakukan tes ping antar PC dalam Subnet ID yang sama, bagaimana hasilnya?
Jawaban:
4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
V. Data Percobaan
a) Simulasi 1
Tabel Hasil Percobaan
c) Simulasi 3
1. 172.16.0.0 /22
Jumlah subnet = 26 = 64 subnet
Jumlah host per subnet = 210 – 2 = 1022 host
Subnet mask = 255.255.252.0
Block subnet = 256 – 252 = 4 (Kelipatan 4)
Subnet 172.16.0.0 172.16.4.0 172.16.8.0 172.16.12.0 172.16.16.0
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.4.1 172.16.8.1 172.16.12.1 172.16.16.1
Host Terakhir 172.16.3.254 172.16.7.254 172.16.11.254 172.16.15.254 172.16.19.254
Broadcast 172.16.3.255 172.16.7.255 172.16.11.255 172.16.15.255 172.16.19.255
Subnet ID 2
Subnet ID 3
Subnet ID 4
Subnet ID 5
3. Hasil ping Subnet ID yang berbeda