835 2130 1 PB PDF
835 2130 1 PB PDF
835 2130 1 PB PDF
Oleh:
Agus1), Syafril2)
1)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Prencanaan
Institut Teknologi Padang
e-mail : [email protected]
2)
MahasiswaTahap Akhir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Prencanaan
Institut Teknologi Padang
Abstrak
Secara umum, sistem struktur dalam suatu konstruksi terdiri dari sistem struktur penahan beban gravitasi
dan sistem penahan beban lateral.Untukmengetahui sejauh mana perbandingan analisa struktur model
portal open frame pada beton bertulang dan baja,juga pada struktur baja menggunakan bresing terhadap
beban gempa. Perbandingan analisa struktur dilakukan pada gedung 7 (tujuh) lantai yang berfungsi sebagai
gedung perkantoran di Padang berdasarkan SNI 03-1726-2012, danbeban gempa dihitung secara analisis
statik ekivalen. Pemodelan struktur dalam 3D dianalisis dengan programSAP2000 Versi 14. Dari hasil
analisis struktur didapatkan rasio simpangan antar lantai pada masing- masing model struktur masih dalam
batas izin, dengan momen dan gaya geser struktur open frame portal beton lebih besar dari model struktur
open frame portal baja, namun perbandingan displacement struktur open frame portal beton lebih kecil dari
model struktur open frame portal baja. Sedangkan pada model struktur baja menggunakan bresing momen,
gaya geser dan perpindahan jauh lebih kecil dibandingkan model struktur portal open frame baja apalagi
struktur open frame beton. Penelitian menunjukkan bahwa model struktur baja menggunakan bresing
rmerupakan model struktur yang efektif, karena displacement dan gaya dalam elemen struktur yang lebih
kecil dibandingkan model struktur open frame beton dan struktur open frame baja dalam menahan beban
gempa.
1. Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi dalam bidang pembangunan konstruksi teknik
sipil mengalami perkembangan yang pesat, membuat kita dituntut untuk lebih produktif, kreatif dan
inovatif, terutama dalam hal perancangan struktur. Salah satu kriteria dalam merencanakan struktur
bangunan bertingkat adalah kekuatan serta perilaku bangunan tinggi. Secara umum, sistem struktur
dalam suatu konstruksi terdiri dari sistem struktur penahan beban gravitasi dan sistem penahan
beban lateral. Sistem struktur penahan beban gravitasi terdiri dari sistem moment resisting frame
(portal penahan momen dengan hubungan balok – kolom), sistem braced frame (pengaku
diagonal), shear wall (dinding geser).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana perbandingan analisa
struktur gedung beton bertulang dan struktur baja model portal open frame,dan struktur portal baja
menggunakan bresing terhadap beban gempa, dan menentukan struktur model portalyang efektif
terhadap beban gempa,Struktur portal open frame gedung beton bertulang atau struktur portal open
frame baja atau struktur portal baja yang menggunakan bresing.
Mengingat luasnya permasalahan dan dengan keterbatasan waktu, maka perlu pembatasan
masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Struktur bangunan yang akan dianalisa adalah struktur bagian atas dan terdiri dari 7 (tujuh)
lantai. Berupa gedung perkantoran di Padang dengan kondisi tanah sedang.
Hanya membandingkan struktur model open frame beton bertulang, struktur model open
frame baja dan struktur baja menggunakan bresing.
Pemodelan struktur portal 3Ddengan analisis menggunakan software SAP2000 Versi 14.
60
Beban gempa yang dihitung adalah beban gempa statik ekivalen.
2. Tinjauan Pustaka
Sifat khusus dari struktur yang berhubungan dengan tingkat layanan bangunan akibat
gempa adalah(Agus, Wardi. S :2013):
- Kekakuan (Stiffness)
- Kekuatan (Strength), diantaranya: Kekuatan Perlu, Kekuatan Ideal, Probable Strength,
Kekuatan Lebih.
Sistem struktur dasar penahan beban lateral secara umum dapat dibedakan atas (SNI 03-
1726-2012):
1) Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM)
- Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)
- Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)
- Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
2) Sistem Dinding Struktural (SDS)
- Sistem Dinding Struktural Biasa (SDSB)
- Sistem Dinding Struktural Khusus (SDSK)
3) Sistem Ganda (gabungan SRPM dan SDS)
Dalam memilih jenis struktur yang tepat, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
misalnya tinggi bangunan, arsitektural, dan fungsi bangunan. Dengan mendesain bangunan sesuai
dengan berbagai ketentuan yang ada di SNI diharapkan struktur bangunan tersebut tidak
mengalami keruntuhan pada saat terjadi gempa (Agus, 2002).
1) Struktur Open Frame
Struktur portal open frame terdiri dari kolom dan balok yang digabungkan dengan sambungan
tahan momen. Kekakuan lateral dari portal kaku cenderung tergantung dari kekakuan lentur
dari kolom, balok dan sambungannya (Amrinsyah Nasution, 2009).
2) Struktur Portal Bresing (Braced Frame)
Bresing adalah suatu sistem kantilever berupa truss vertical yang memikul beban lateral
melalui kekakuan aksial portal. Interaksi bresing dan portal Ketika menerima beban lateral,
bresing berdeformasi layaknya sebuah kantilever, sedangkan portal kaku berdeformasi
geser.Menurut Agus (2002), dari ketiga struktur yang telah dianalisis, ternyata struktur dengan
penambahan bracing diagonal pada sudut denah struktur sangat efektif mengurangi pergeseran
dan simpangan pada struktur kerangka terbuka.
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh Gempa Rencana dapat ditinjau sebagai
pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga analisisnya dapat dilakukan berdasarkan analisis
statik ekuivalen. Sedangkan untuk struktur gedung tidak beraturan, pengaruh Gempa Rencana
harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan
berdasarkan analisis respons dinamik.Di dalam SNI 03-1726-2012 dijelaskan mengenai ketentuan-
ketentuan pengelompokan gedung beraturan dan tidak beraturan, daktilitas struktur, pembebanan
gempa nominal, wilayah gempa Indonesia beserta respons spektrum gempa untuk masing-masing
wilayah., kinerja struktur gedung, dan lain-lain.
1) Beban Gravitasi
Beban mati
Menurut Pedoman Perencanaan dan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPuRdG),
beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk
segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang
61
merupakan bagian yang terpisah dari gedung. Apabila beban mati memberikan pengaruh yang
menguntungkan terhadap kekuatan struktur maka beban mati tersebut harus dikalikan dengan
koefisien 0,9.
Beban hidup
Menurut Pedoman Perencanaan dan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPuRdG),
beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang
yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga
mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.
2) Beban Gempa
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPPuRdG), beban gempa adalah
semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan
pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam peraturan bangunan tahan gempa Indonesia,
analisa statik ekivalen ini, digunakan untuk persyaratan sebagai berikut (SNI 03-1726-2012):
- Gedung dengan tinggi maksimum kecil dari 40 m.
- Bentuk dari bangunan gedung beraturan.
- Gedung dengan kekakuan tiap tingkat rata.
- Untuk gedung yang mempunyai loncatan bidang muka, dimana ukuran denah dari bagian
yang menjulang dan masing- masing arah adalah paling sedikit 75%.
Struktur- struktur lainnya yang tidak begitu mudah diperkirakan perilakunya terhadap
gempa harus direncanakan dengan cara analisis dinamis. Beban gempa pada gedung di Indonesia
diatur sepenuhnya pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1726-2012. Tahap perhitungan beban
gempa secara statik ekivalen sebagai berikut:
Menghitung berat total bangunan (W)
Berat total bangunan terdiri dari berat bangunan tiap lantai, antara lain:
- Beban Mati
- Beban Hidup
Menentukan faktor keutamaan (Ie) berdasarkan Kategori Resiko Bangunan Gedung dan
Struktur Lainnya untuk Beban Gempa.
Menentukan S DS, parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentangperioda
pendek.
Menentukan R berdasarkan system struktur bangunan yang digunakan.
Menghitung gaya geser dasar (V)
V = CsW (2.1)
Koefisien respons seismik, Cs, harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut.
(2.2)
(2.4)
Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) harus dihitung sebagai perbedaan
defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Defleksi pusat massa di
tingkat x (δx) harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
δx = (2.7)
Simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin
(Δa) seperti didapatkan dari tabel untuk semua tingkat.
3. Metodologi
3.1. Standar Analisis yang digunakan :
Pedoman Perencanaan dan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPuRdG) 1987
SNI 03-1726-2012 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung.
SNI 03-2847-2002 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
SNI 03-1729-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
Peta Hazard Gempa Indonesia 2010, Departemen Pekerjaan Umum.
63
Jurnal Teknik Sipil ITP Vol. 3 No.1 Januari 2016 ISSN: 2354-8452
Tabel 1: Pemodelan struktur dalam 3D dianalisa dengan program SAP 2000 Versi 14
Model Struktur
Elemen
Struktur Beton Baja Baja Bresing
(mm) (mm) (mm)
Kolom 600 x 600 IWF 400 x 400 IWF 350 x 350
a. Arah X b. Arah Y
64
Jurnal Teknik Sipil ITP Vol. 3 No.1 Januari 2016 ISSN: 2354-8452
Drift Ratio
a. Arah X b. Arah Y
Gambar 4. Simpangan antar lantai
Gaya Dalam
Gaya dalam ditinjau dari portal 1 untuk arah X dan portal A untuk arah Y
1) Diagram Momen
65
Jurnal Teknik Sipil ITP Vol. 3 No.1 Januari 2016 ISSN: 2354-8452
2) Diagram Geser
4.3. Pembahasan e.
Dari hasil analisis struktur model portal Open frame Beton Bertulang, Open frame Strukutur
Baja dan Baja menggunakan Bresing pada bangunan gedung 7 (tujuh) lantai, didapatkan perbandingan
displacement dan gaya dalam. Dimensi pada masing- masing pemodelan diuraikan pada tabel berikut:
Perpindahan (Displacement)
Dari nilai displacement pada pemodelan struktur dapat diketahui bahwa displacement arah X dan
Y pada model struktur baja lebih besar dibandingkan model struktur portal yang menggunakan
beton bertulang. Namun displacement pada Struktur Baja menggunakan bresing jauh lebih kecil
dengan dimensi baja yang juga lebih kecil.
Rasio Simpangan Antar Lantai (Drift Ratio)
Pada pemodelan yang dilakukan didapat rasio simpangan antar lantai semua model struktur
masih dalam batas izin,
Gaya Dalam
Dari hasil analisis gaya dalam dari struktur yang didapatkan pada pemodelan awal dan pemodelan
ulang sebagai berikut:
1) Perbandingan nilai momen dan gaya geser pada struktur ditinjau dari portal 1 untuk arah X,
dan portal A untuk arah Y.
2) Nilai momen dan gaya geser model struktur Beton bertulang lebih besar dari model struktur
baja dan struktur baja menggunakan bresing.
3) Pada momen dan gaya geser kolom jauh lebih kecil pada struktur baja menggunakan bresing
dibandingkan model struktur open frame baja dan beton bertulang.
4) Dengan model struktur baja menggunakan bresing dapat menggunakan dimensi baja untuk
kolom dan balok yang lebih kecil dibandingkan struktur open frame rangka baja.
66
Jurnal Teknik Sipil ITP Vol. 3 No.1 Januari 2016 ISSN: 2354-8452
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis perbandingan struktur portal beton bertulang model open frame,
struktur baja model open frame dan struktur portal baja menggunakan bresing terhadap beban gempa,
dapat disimpulkan hal- hal sebagai berikut:
1. Struktur portal baja menggunakan bresing yang menghasilkan Gaya dalam, diantaranya momen
dan gaya geser lebih kecil dibandingkan model struktur portal open frame baja dan portal open
frame beton bertulang.
2. Model struktur portal Baja menggunakan bresing merupakan model struktur yang efektif, karena
displacement dan gaya dalam elemen struktur yang lebih kecil dibandingkan model struktur portal
open framebaja dan struktur portal open frame beton bertulangdalam menahan beban gempa.
3. Untuk denah dan tinggi tingkat bangunan yang sama ( dalam hal ini tujuh tingkat ), pemakaian
model struktur portal open frame baja dan model struktur baja menggunakan bresing dapat
menggunakan dimensi kolom dan balok yang lebih kecil dari model struktur portal open frame
beton bertulang. Karena kwalitas bahan yang lebih baik dan daktalitas tinggi.
4. Meskipun demikian struktur portal open frame baja displacementnya lebih besar dari struktur portal
open frame beton, tapi masih dalam batas izin.
5. Untuk mengatasi displacement yang besar pada struktur baja dilakukan dengan
penambahan bresing sehingga diperoleh displacementnya jauh lebih kecil dari model
struktur portal open frame beton, juga dimensi balok dan kolomnya lebih kecil dari portal
open frame baja apalagi dengan portal open frame beton bertulang.
Daftar Pustaka
Agus. 2002. Rekayasa Gempa – Untuk Teknik Sipil. Padang: ITP Press.
Agus.Wardi.S.2013. Rekayasa Gempa - Perencanaan Struktur Gedung Berdasarkan Peraturan Gempa
Indonesi Terbaru ( SNI-03-1726-2012) (Erang R, Ed.). Yogyakarta: Andi
Amrinsyah Nasution. 2009. Analisis Dan Desain Struktur Beton Bertulang. Bandung: ITB.
Badan Standarisasi Nasional 2002,Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-2847-2002.
Badan Standarisasi Nasional 2002,Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung ,
SNI 03-1729-2002.
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
Gedung dan Non Gedung, SNI 03-1726-2012.
Pedoman Perencanaan dan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPuRdG).1987.
Putri, Prima Yane. 2007. Analisis dan Desain Struktur Rangka dengan SAP2000 Versi Student.
Padang: UNP Press.
Wahana Komputer. 2010. Panduan Praktis Analisis Struktur Bangunan dan Gedung dengan SAP2000
Versi 14. Yogyakarta: Andi
67