TUGAS INDIVIDU CMHN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH CMHN

(COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING)

DOSEN : NS. AMELIA SUSANTI, M.KEP,SP.KEP.J

OLEH :

AFRIMA DONI NAFIN


18101050003

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

2019
1. Defenisi CMHN

Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan kesehatan
jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapatkan pelayanan
yang lebih baik.
CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna,
berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stres dan dalam tahap pemulihan
serta pencegahan kekambuhan.
CMHN merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui pelatihan dalam rangka upaya
membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa akibat dampak tsunami, gempa
maupun bencana lainnya. Pelatihan yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu Basic,
Intermediate dan Advance Nursing Training.
Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat CMHN perlu dibekali
pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi perkembangan individu di masyarakat
maupun mengantisipasi dan mengatasi penyimpangan yang menyertai perkembangan psikososial
individu di masyarakat. Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan yang bekerja dimasyarakat
dan bersama masyarakat harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta masyarakat
terutama tokoh masyarakat dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk menjadi kader
kesehatan jiwa (Depkes, 2006).
2. Sejarah CMHN

Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh latar belakang sejarah


bangsa Indonesia. Ini berkaitan dengan yang diterapkan bangsa Eropa dan Jepang terhadap
Indonesia. Tidak bisa kita pungkiri bahwa peran penjajah berpengaruh besar terhadap perkembangan
keperawatan di Indonesia. Secara umum, sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia terbagi
sesuai dengan sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

 Zaman VOC (1602-1799)


Untuk kepentingan usaha perdagangan tentara Belanda,pada 1799 didirikan Binne hospital di
Batavia (sekarang Jakarta).Rumah sakit ini memanfaatkan tenaga perawat yang berasal dari Bumi
Poetra (kaum terjajah) yang disebut dengan pembantu orang sakit (POS).setelah VOC
bubar,didirikan sejumlah usaha dalam bidang kesehatan, antara lain Dinas Kesehatan tentara
(Militaire Gezondsheids Dients) dan Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlike Gezondheids dients).

 Zaman Penjajahan Belanda I (1799-1811)


Tidak ada usaha kesehatan yang menonjol pada masa ini.Secara umum,pemerintah hanya
melanjutkan apa yang telah dirintis oleh pendahulunya (VOC)

 Zaman Penjajahan Inggris (1811-1816)


Pada masa ini,mulai berkembang sebentuk usaha kesehatan yang dipelopori oleh
Raffles.Usaha ini meliputi kegiatan vaksinasi cacar secara masal,perbaikan perawatan kesehatan
jiwa,dan perawatan bagi para tahanan.

 Zaman Penjajahan Belanda II (1816-1942)


Setelah pemerintahan diserahkan kembali kepada Belanda,usaha kesehatan di Indonesia
semakin maju.Pada masa ini, pemerintah berhasil meluncurkan undang-undang kesehatan yang
disusun oleh Prof. Dr. Reinwardt. Selain itu,pada tahun 1819,residen V Pabst mendirikan sebuah
rumah sakit umum yang diberi nama Rumah Sakit Stadsverband dan berkedudukan di
Glodok.Rumah sakit ini kemudian berganti nama menjad Central Burgerlijke Ziekeninrichting dan
dipindahkan ke Salemba.

Pada tahun 1852,Dr. W. De Bosch mendirikan Sekolah Dokter Jawa yang kemudian
berkembang menjadi STOVIA (1898).Ia juga menyelenggarakan program persiapan pendidikan
kebidanan pada tahun 1852, walaupun pada akhirnya program ditutup pada tahun 1875. Pada tahun
1862 didapatkan hasil sensus 600 penderita gangguan jiwa di pulau jawa dan madura, 200 penderita
didaerah lainnya. Tahun 1882 dibuatlah Rumah Sakit Jiwa di Bogor yaitu Rumah Sakit Jiwa pertama
di Indonesia. Rumah Sakit Jiwa Lawang (1902), Rumah Sakit Jiwa Magelang (1923), Rumah Sakit
Jiwa Sabang (1927). Mulai tahun 1910 mulai dicoba hindari Costonial care (penjagaan ketat) dan
restraints (pengikatan). Pasien mulai dilatih bekerja sesuai kemampuan, walaupun ruangan masih
dikunci dan pasien tidak boleh keluar ruangan. Terapi yang diberikan dengan cara dibungkus, terapi
mandi, berjemur, kesibukan dan pekerjaan lain.

Selain rumah sakit pemerintahan, di Indonesi berkembang pula sejumlah rumah sakit swasta.
Di antaranya adalah rumah sakit Cikini di Jakarta, St. Carolus di Jakarta, St. Borromeus di bandung,
dan Elisabeth di Semarang. Seiring dengan kemajuan tersebut, pemerintahan pun mulai mendirikan
sekolah pendidikan bagi perawat. Sekolah pendidikan keperawatan pertama didirikan di RS. Cikini
pada tahun 1900.

 Zaman penjajahan jepang (1942-1945)


Pada zama penjajahan Jepang, keperawatan di Indonesia boleh dikatakan mengalami
kemunduran. Tampak kepemimpinan rumah sakit diambil oleh jepang dan sebagian lagi di pegang
oleh bangsa indonesia. Pada masa ini, wabah penyakit menyebar dimana-mana akibat minimnya
splai obat-obatan. Tidak hanya itu, kita bhkan terpaksa menggunakan daun pisang dan pelepah
batang pisang sebagai ganti balutan yang persediannya sangat tipis. Dapat dikatakan, zaman
penjajahan jepang merupakan zama yang sungguh tidak manusiawi.

Dalam sejarah evolusi keperawatan jiwa, ada beberapa teori dan model keperawatan yang
menjadi core keperawatan jiwa, yang terbagi dalam beberapa periode. Pada awalnya perawatan
pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas kesehatan (custonial care). Sebelum ada
Rumah Sakit Jiwa pasien ditampung di Rumah Sakit Umum, yang ditampung hanya yang
mengalami gangguan jiwa berat. Perawatan bersifat isolasi dan penjagaan. Pasien gangguan jiwa
ditempatkan dalam suatu tempat khusus, yang kemudian berkembang menjadi Primary Consistend of
Custonial Care.

Perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia dimulai sejak zaman dulu kala, ketika gangguan
jiwa dianggap kerasukan, sehingga para dukun berusaha mengeluarkan roh jahat. Seiring
perkembangan keperawatan jiwa di dunia, perkembangan di Indonesia pun turut berkembang. Hal ini
dimulai sejak zaman Kolonial. Sebelum ada RSJ di Indonesia, pasien gangguan jiwa ditampung di
RS Sipil atau RS Militer di Jakarta, Semarang, dan Surabaya, yang ditampung pada umumnya
penderita gangguan jiwa berat. Kemudian, mulailah didirikan beberapa rumah sakit jiwa.
Empat tempat perawatan penderita jiwa dimasa pemerintah Hidia-Belanda adalah RS Jiwa
(untuk rawat inap) pasien pskikosa, kelebihan pasien disalurkan kepenjara sekitar), rumas sakit
sementara (untuk rawat jalan pasien psikosa akut), rumah perawatan (dikepalai perawat berijazah
dibawah pengawasan dokter umum) dan koloni (merupakan tempat penampungan pasien psikoatrik
yang tenang, tinggal di rumah penduduk.

Pada tahun 1900-an, mulai digiatkan gerakan non-Restrain dan terapi kerja bagi pasien
gangguan jiwa. Jawatan urusan penyakit jiwa (JUPJ) telah terbentuk disusul dengan penyelenggaraan
dan bimbingan kesehatan jiwa.

Pada masa kemerdekaan Indonesia (Proklamasi) pada tahun 1945 fokus perawatan terletak
pada penyakit, yaitu model kuratif. Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian pengobatan.
Perawatan kesehatan jiwa diberikan di rumah sakit jiwa yang besar (swasta atau pemerintah) yang
biasanya terletak jauh dari daerah pemukiman padat. Oktober 1947 pemerintah membentuk Jawatan
Urusan Penyakit Jiwa tetapi belum berkembang dengan baik. Tahun 1950 pemerintah memperingati
Jawatan urusan Penyakit Jiwa dan meningkatkan penyelenggaraan pelayanan, dibawah Depkes. Dan
pada tahun 1973 lahirlah PPDGJ 1 dan program integrasi kesehatan jiwa di puskesmas.

Pada 1960 penderita gangguan jiwa mulai mendapatkan hak-haknya. The Community Mental
Health Centers Act (1963) secara dramatis mempengaruhi pemberian pelayanan kesehatan jiwa.
Undang-undang ini lah yang menjadi fokus dan pendanaan perawatan beralih dari rumah sakit jiwa
yang besar ke pusat-pusat kesehatan jiwa masyarakat yang mulai banyak didirikan. Tahun 1966
PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa dan ditetapkannya UU Kesehatan Jiwa No.3. Adanya Badan
Koordinasi Rehabilitasi Penderita Penyakit Jiwa (BKR-PPJ) dengan instansi diluar bidang kesehatan.
Sejak tahun 1970 pihak swasta pun mulai memikirkan masalah kesehatan jiwa. Fokus perawatan
bergeser ke arah community based care (pengobatan berbasis komunitas) adanya substansi
spesialisasi seperti kedokteran jiwa masyarakat, Psikiatri Klinik, Kedokteran Jiwa Usila dan
Kedokteran Jiwa Kehakiman.
3. Prinsip CMHN

a. Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien).

b. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).

c. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan
jiwa).
d.  Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan
jiwa).

e. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam


keperawatan jiwa).

f. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam


keperawatan jiwa).

g. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam


keperawatan jiwa).

h.  Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan
jiwa).

i. Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan:


dengan standar- standar perawatan).

j. Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi peran
keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).

4. Peran Perawat CMHN

Perawat spesialis jiwa dapat berperan sebagai manajer kasus (Case Manager) dalam tiga
tingkatan pelayanan CMHN yaitu:

1. Basic (dasar)

2. Intermediate

3. Advance (lanjutan)

 Tingkat Dasar
1. Memberikan pelatihan perawat keswamas di tingkat puskesmas untuk mengajarkan
klien gangguan jiwa dan keluarganya agar mampu merawat dirinya sendiri dirumah.
Diagnosa anak: depresi dan perilaku kekerasan
Diagnosa dewasa : perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi sosial, harga diri rendah,
waham, risiko bunuh diri dan defisit perubahan diri
Diagnosa lansia: depresi dan demensia
2. Melakukan supervisi perawat puskesmas dalam melakukan pelayanan kesehatan jiwa
tingkat dasar melalui pendampingan
3. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga yang tidak dapat ditangani
oleh perawat keswamas
4. Melakukan rujukan ketingkat pelayanan kesehatan umum atau rumah sakit jiwa

 Tingkat Intermediate

1. Membentuk desa siaga sehat jiwa:


 Rekruitment kader kesehatan jiwa
 Memberikan pelatihan kepada kader tentang deteksi dini anggota masyarakat
yang mengalami masalah psikososial dan gangguan jiwa
 Memberdayakan kader untuk menggerakkan keluarga mengikuti penyuluhan
kesehatan jiwa (rentang sehat-psikososial dan gangguan jiwa)

2. Memberikan pelatihan pada perawat keswa untuk melakukan pengkajian dan


intervensi (pemberian asuhan keperawatan kepada klien, pendidikan kesehatan pada
keluarga dan pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok) pada klien dengan masalah
psikososial dan gangguan jiwa
3. Melakukan pendampingan perawat kesehatan jiwa dalam mengembangkan
rehabilitasi untuk pasien gangguan jiwa
 Tingkat Advance
1. Mengelola pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat pada tingkat kabupaten atau
kota, bekerjasama dengan dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas dan masyarakat untuk
mengimplementasikan upaya pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier sehingga
upaya-upaya tersebut akan padu dan berhasil meningkatkan status kesehatan jiwa
ditingkat daerah.
2. Memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok formal dan informal (tenaga
kesehatan, pengobatan tradisional, toma toga, guru dan security)
3. Pendidikat kesehatan lanjut pada kader kesehatan jiwa.
4. Melakukan dan melatih perawat CMHN memberikan pendidikan kesehatan untuk
mengantisipasi masalah psikososial pada masyarakat.
5. Melakukan advokasi pada stake holder terkait dengan pengembangan pelayanan
kesehatan jiwasehingga tercapai kebupaten/kota sehat jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic.
Jakarta: EGC.
Makalah Keperawatanku, Community Mental Health Nursing. Post 14 Maret 2012.
Diambil pada tanggal 15 September 2019, dari alamat
http://makalahkeperawatanku.blogspot.com/2012/03/community-mental-health-
nursing.html
Dunia Remaja, Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi pada masa remaja.
Post 23 Februari 2012. Diambil pada tanggal 15 September 2019, dari alamat
http://reni77.wordpress.com/2012/02/23/beberapa-jenis-gangguan-jiwa-yang-banyak-
terjadi-pada-masa-remaja/
Kesehatan komposiana, Gangguan Jiwa Pada Anak. Post 12 April 2013. Diambil pada
tanggal 15 April 2013, dari alamat
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/04/12/gangguan-jiwa-pada-anak
545552.html?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khewp

Anda mungkin juga menyukai