Pewarnaan Gram Dan Sederhana

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fatimatuzzahroh PJP : Prof. Dr. Aris Tri Wahyudi, M.

Si
NIM : A34180046 Asisten :1. Ibnu Halim (G34170019)
Kelompok :6 2. Devi Risvia Fitri (G34160023)
Lab : Bio 5 3. De Sweeta Alhdiana
(G34170031)

PERSIAPAN OLESAN BAKTERI, PEWARNAAN SEDERHANA DAN


PEWARNAAN NEGATIF
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengenali bentuk sel bakteri melalui pembuatan olesan
bakteri yang akan diwarnai dengan pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif.
Hasil Pengamatan
Bacillus Staphylococcus
subtilis aureus

Gambar 1 Bacillus subtilis Gambar 2 Staphylococcus aureus


Perbesaran : 100x10 Perbesaran : 40x10
Metode olesan kering Metode olesan kering

Mikroba gigi

Gambar 3 mikroba gigi


Perbesaran 100x10
Metode olesan basah
Pembahasan
Penyiapan spesimen untuk pengamatan dilakukan dengan menyiapkan preparat
olesan basah terlebih dahulu. Muwarni (2015) menyatakan bahwa teknik pembuatan
olesan meliputi beberapa tahap seperti: menyiapkan gelas objek yang bersih, agar
spesimen yang dioleskan dapat melekat. Spesimen dioleskan secara tipis pada
permukaan gelas objek (smear step), kemudian dibiarkan kering oleh udara. Spesimen
dari bahan cair dapat dioleskan pada permukaan gelas objek, apabila berasal dari bahan
padat maka koloni disuspensikan dengan aquades steril terlebih dahulu sebelum
dioleskan. Proses fiksasi olesan (fixation step) dengan melewatkan bagian bawah gelas
objek diatas api bunsen beberapa kali atau dengan metil alkohol selama 1 menit.
Harapan dari proses fiksasi olesan spesimen melekat kuat pada gelas objek dan
mikroorganisme yang akan diwarnai mati tanpa merusak strukturnya.
Bakteri hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air tempat sel- sel
bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara mengamati bentuk sel bakteri sehingga
mudah diidentifikasi ialah dengan metode pewarnaan. Pewarnaan sederhana merupakan
teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan karena menggunakan satu jenis zat
warna untuk mewarnai organisme tersebut. Bakteri mudah bereaksi dengan pewarna
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basilofilik (suka akan basa), sedangkan zat
warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat basa (Jiwintarum
2016). Menurut Tshikhudo et al. (2013) jenis pewarna sederhana adalah karbol fuchsin,
gentian violet, biru metilen, dan safarin. Bahan yang paling banyak digunakan untuk
pewarnaan tunggal adalah methylene blue yang menghasilkan warna biru, kristal violet
yang menghasilkan warna ungu, dan karbol fuchsin yang menghasilkan warna merah.
Metode pewarnaan sederhana dilakukan dengan menggoreskan satu ose suspensi
isolat bakteri eksosimbion pada kaca steril, lalu difiksasi dengan cara dilewatkan di atas
api hingga terbentuk lapisan putih kering. Olesan tersebut kemudian ditetesi zat warna
kristal violet dan dibiarkan selama 2 menit. Zat warna yang berlebih kemudian dibilas
dengan air suling hingga air bilasan memudar. Preparat dikering anginkan. Preparat
dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x (Muwarni 2015).
Pewarnaan gram negatif tidak hanya merupakan cara khusus untuk
memvisualisasikan protein saja, namun dapat pula digunakan untuk lipoprotein,
kompleks nukleoprotein, isolasi organela, misalnya mitokondria atau fragmen-
fragmennya. Pewarnaan gram adalah metode yang digunakan untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar (gram-positif dan gram-negatif) (Takenaka
et al. 2012). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pewarna
negrosin tidak mewarnai bakteri, tapi mewarnai preparat sehingga terlihat bakteri
tersebut berwarna bening, hal ini disebabkan karena negrosin dan bakteri sama-sama
bermuatan negatif. Akibatnya negrosin langsung mewarnai preparat, tidak mewarnai
bakteri (Johnson dan Case 1984). Menurut Hadiutomo (1990) komposisi penyusun
dinding sel bakteri mempengaruhi penyerapan zat warna yang diberikan, begitupun
pemanasan atau perlakuan keras dengan menggunakan bahan-bahan kimia akan
menyebabkan penyusutan pada bentuk sel bakteri, sehingga jika dilakukan akan
mempersulit pengamatan morfologi.
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi dan penataan bakteri Staphylococcus
aureus yang diamati dengan teknik pewarnaan sederhana menujukan bentuk bulat dan
bergerombol, pengamatan tersebut dengan pernyataan Karimela et al. (2017)
Staphylococcus aureus berbentuk bulat, bergerombol seperti anggur dan bersifat Gram
positif. Pengamatan morfologi Bacillus subtilis berbentuk batang hidup berkoloni
namun beberapa menyebar, hasil pengamtan morfologi Bacillus subtilis sesuai dengan
pernyataan Bening dan Ariesyady (2010) Bacillus subtilis merupakan bakteri berbentuk
batang, tergolong bakteri gram positif. Pengamatan mikroorganisme pada sampel
goresan dari gigi menunjukkan bentuk bulat terang dengan latar belakang merah
keunguan. Hal tersebut sesuai dengan kaidah pewarnaan bakteri gram negatif yang
dinyatakan (Johnson dan Case 1984) bahwa pewarna negrosin tidak mewarnai bakteri,
tapi mewarnai preparat.

Simpulan
Bentuk morfologi yang diperoleh dari pewarnaan sederhana pada Bacillus
subtilis adalah berbentuk batang dengan ujung tumpul dan koloni bergerombol,
sedangkan pada Staphylococcus aureus bentuk morfologi bakteri bulat dan bergerombol
seperti anggur. Bentuk morfologi mikroba gigi dengan pewarnaan gram negatif adalah
bulat dan menyebar. Pewarnaan sederhana mengakibatkan bakteri menyerap warna biru
metil, sedangkan pada pewarnaan gram negatif mikroba gigi menolak zat warna
negrosin sehingga warna mikroba transparan.

Daftar Pustaka
Bening M, Ariesyady HD. 2010. Identifikasi keberagaman bakteri pada commercialseed
pengolah limbah cair cat. Jurnal Teknik Lingkungan. 16 (1): 52-61.
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta (ID): Erlangga.
Jiwintarum Y, Rohmi, Prayuda ID. Buah naga (Hylocereus Polyrhizus) sebagai pewarna
alami untuk pewarnaan bakteri. Jurnal Kesehatan Prima. 10 (2): 1726-
1734.
Johnson RT, Case LC. 1984. Laboratory Experiments in Microbiology. California (US):
The Benjamin Cummings Publishing Company.
Karimela EJ, Ijong FG, Dien HA. 2017. Karakteristik Staphylococcus aureus yang di
isolasi dari ikan asap pinekuhe hasil olahan tradisional kabupaten sangihe.
JPHPI. 20 (1): 188-198.
Khairiri, Puspandari. 2019. The Proportion of The Syndrome Approach and Gram
Staining in Diagnosis of Neisseria gonorrhoeae Infection in Women Sex
Workers. Indonesian Journal on Medical Science. 6(1): 27-32.
Muwarni S. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang (ID): UB Press.
Takenaka Y, Takeda K, Yoshii T, Hashimoto M, Inohara H. 2012. Gram staining for the
treatment of peritonsillar abscess. International Journal of Otolaryngology.
12 (1): 1-5.
Tshikhudo P, Nnzeru R, Ntushelo K, Mudau F. 2013. Review Bacterial species
identification getting easier. African Journal Biotechnology. 12(41): 5975-
5982.

Anda mungkin juga menyukai