TUGAS PERBANKAN (Perbankan Syariah)
TUGAS PERBANKAN (Perbankan Syariah)
TUGAS PERBANKAN (Perbankan Syariah)
1 Harif Amali Rivai, et. al., “Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen dalam memilih
Jasa Perbankan: Bank Syariah vs Bank Konvensional” http://www.bi.go.id/id/publikasi/perbankan-dan-
stabilitas/arsitektur/Documents/be97b7ef957a461a90ec56f3a78022b3IdentifikasiFaktorPenentuKeputusa
nKonsumenDalamMem.pdf diakses pada 2 Maret 2018
6 Ibid, hlm. 51
7 Ibid, hlm. 52
8Ibid, Penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf c
9Muammar Arafat Yusmad, Aspek Hukum Perbankan Syariah, (Sleman: Deepublish, 2012), hlm. 45
10 Ibid, hlm. 46
11 Ibid, hlm. 55
12 Pamungkas Aji, “Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil
Perbankan Syariah (Studi Kasus PT BRI Syariah Kantor Cabang Malang)” Jurnal Ilmiah Universitas
Brawijaya, 2013, hlm. 12-14. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=189068&val=6467&title=IDENTIFIKASI%20FAKTOR%20YANG%20MEMPENGARUHI
%20RENDAHNYA%20%20PEMBIAYAAN%20BAGI%20HASIL%20PERBANKAN%20SYARIAH
%20%20(Studi%20Kasus%20Bank%20BRI%20Syariah%20Cabang%20Malang)
1) Internal bank syariah
Kurangnya pemahaman sumber daya manusia perbankan syariah merupakan
permasalahan utama karena semua SDM berasal dari perbankan konvensional dan tidak
diberikannya tarining yang memadai sebagai bekal untuk mengoperasikan perbankan
dengan konsep perbankan syariah. Sedangkan di negara Islam, keberhasilan dari
pembiayaan bagi hasil sangat ditentukan oleh pihak perbankan yang memahami seluk
beluk bisnis yang akan dibiayai.
2) Nasabah
Dalam perbankan biasanya ada adverse selection, dalam hal ini terjadi kesulitan
untuk mengetahui karakter nasabah yang sesungguhnya dan kemampuan nasabah yang
sesungguhnya dalam menjalankan usaha yang akan diberikan pembiayaan dengan akad
mudharabah dan musyarakah. Untuk dapat mengetahui dengan benar mengenai
informasi yang diberikan calon nasabah kepada bank sebagai shahibul maal, bank harus
mengeluarkan biaya verifikasi yang tinggi ntuk memeriksa dan mendapatkan kebenaran
mengenai informasi calon nasabah. Verifikasi dengan biaya yang tinggi tidak akan
dilakukan bank karena hanya akan menghasilkan pendapatan yang kecil bagi pihak bank,
sebab tingginya biaya verifikasi. Selain kemampuan nasabah dalam menjalankan usaha,
bank juga harus dapat memprediksi usaha yang diajukan nasabah. Usaha tersebut harus
dapat menghasilkan profit dan dapat memiliki prospek yang bagus kedepannya. Bank
akan memprediksi profit yang akan dihasilkan oleh usaha nasabah, karena bank syariah
dalam menyalurkan pembiayannya memiliki tingkatan profit yang diinginkan, jika pihak
bank syariah melihat bahwa usaha yang akan dibiayai tidak mampu menghasilkan profit
seperti yang diinginkan, maka bank tidak akan memberikan pembiayaan kepada
nasabah/mudharib tersebut.
Selain itu ada juga permasalahan moral hazard, yaitu permasalahan yang timbul
ketika mudharib menggunakan pembiayaan yang diterimanya tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan. Permasalahan moral hazard pada skema bagi hasil lebih besar daripada
skema bunga mengingat dampaknya terhadap besaran bagi hasil. Pada skema bunga,
moral hazard dapat ditoleransi sepanjang debitur tidak melakukan kelalaian. Sedangkan
dalam musyarakah atau mudharabah
3) Regulasi
Kebijakan yang ada kurang mendukung terhadap penyaluran pembiayaan bagi
hasil. Contohnya ialah masalah ketentuan kolektibilatas bagi skema pembiayaan
mudharabah dan musyarakah yang dirasa memberatkan bank. Dimana tingkat
peringatan kolektibilitas untuk pembiayaan bagi hasil dibuat lebih longgar dari
pembiayaan murabahah. Berdasarkan PBI No. 13/9/PBI/2011 tentang perubahan atas
PBI No. 10/PBI/2008 tentang Restrukturisasi pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, setiap terjadi pembiayaan bermasalah, maka bank syariah akan berupaya
untuk meyelamatkan pembiayaan, yaitu dengan restrukturisasi pembiayaan.
Restrukturisasi pembiayaan hanya dapat dilakkan untuk nasabah yang memenuhi
kriteria berikut: a) nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan b)
nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenui kewajiban setelah
restukturisasi. Pembiayaan mudharabah dan musyarakah ini diklasifikasikan lancar
sampai dengan tiga bulan setelah jangka waktu berakhir, tanpa melihat kondisi
pembiayaan maupun bagi hasil yang diberikan untung atau rugi. Sementara itu,
pembiayaan murabahah sudah dapat diklasifikasikan sebagai non performing financing
(kurang lancar) apabila terdapat tunggakan yang melebihi satu bulan, maka jika disaakan
dilihat pada bulan pertama penunggakan, maka hal ini sangat memberatkan bagi hasil
dengan proses yang lebih rumit dan teliti dalam menaksir bagi hasil tersebut. Apabila hal
tersebut disamakan akan menambah kebijakan restrukturisasi pembiayaan yang leih
banyak pada pebiayaan bagi hasil yang juga memperhitungkan rugi.
Dengan demikian, alasan murabahah yang lebih pesat perkembangannya karena skema
pembiayaan dengan mudharabah dan musyarakah belum didukung dengan regulasi dan
praktek yang saling menguntungkan antara bank dan nasabah, juga dikarenakan skema
pembiayaan murabahah lebih mudah pengaplikasinnya dan menguntungkan baik nasabah
maupun bank.
13 Ismail, Perbankan Syariah, ed. 1, cet. 4 (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 109.
3. Upaya apa saja yang seyogyanya dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan pangsa
pasar perbankan syariah?
Berdasarkan data statistik OJK pada tanggal 30 September 2017 mengenai perbankan
syariah di Indonesia, market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional adalah
sebesar 5,57%.18 Angka ini menunjukkan peningkatan yang cukup baik dari market share
sebelumnya di tahun 2016, yaitu sebesar 5,33%. 19 Meski mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya, harus diakui bahwa perkembangan perbankan syariah di indonesia masih sangat
kecil. Dari sisi pangsa pasar, perbankan syariah di Indonesia cukup jauh tertinggal dari negara
lain. Misalnya, Arab Saudi yang pangsa pasar perbankan syariahnya mencapai 51,1% dan Uni
Emirat Arab 19,6%. Bahkan, Negeri Jiran Malaysia pangsa pasar perbankan syariahnya
mencapai 23,8%.20
15 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), hlm. 107.
17 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, ed. 1,
cet. 1 (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), hlm. 44-45.
4. Apa sajakah ke-10 perbedaan antara perbankan konvensional dan perbankan syariah?
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Tentang Perbankan, yang dimaksud dengan
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 28Dalam hal ini
antara bank syariah dan bank konvensional memiliki aktivas atau kegaiatan perbankan yang
20 Lily Rusna Fajirah, “Ini Jurus BI agar Pangsa Pasar Perbankan Syariah Meningkat,
ttps://ekbis.sindonews.com/read/1255600/178/ini-jurus-bi-agar-pangsa-pasar-perbankan-syariah-ri-meningkat-
1510129859, diakses 1 Maret 2018.
23 Ibid.
26 Elif Pardiansyah, “Langkah Strategis Meningkatkan Pertumbuhan Perbankan Syariah”, diakses 1 Maret
2018.
27 Ibid.
28 Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998 sebagai
Amandemen UU Nomor 7 Tahun 1992, LN No. X, TLN No. X
berbeda, mengingat keduanya dalam jenis yang berbeda walaupun dilihat dari pengkategorian
jenis bank, antara bank syariah dan bank konvensional masuk kedalam kategori bank umum.
Apa saja yang menjadi perbedaan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional?
31 Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kemenkeu RI, “Mengenal Prinsip Dasar Bank
Syariah”, diakses melalui http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-
umum/21054-mengenal-prinsip-dasar-bank-syariah ,pada 3 Maret 2018.
kepada sektor keuangan dan riil. Hal ini dikarenakan pada riel. Hal ini sangat
sektor riil (tidak diutamakan bank syariah dilarang untuk mendukung bagi usaha
pada salah satu sektor menerapkan bunga, sehingga meningkatkan pertumbuhan
tertentu) harus mencari strategi lain ekonomi. Dengan sektor riel
sesuai dengan syariat dalam yang digerakkan, maka
hal mencari keuntungan. perbankan syariah memiliki
andil besar dalam
pengurangan pengangguran
dan pengentasan kemiskinan.
Dunia usaha menjadi lebih
banyak dan besar sehingga
mampu menyerap tenaga
kerja yang lebih besar.
Dampak selanjutnya adalah
berkurangnya pengangguran
dan naiknya pendapatan
masyarakat sehingga
kemiskinan dapat
berkurang.32
Dalam menyalurkan kredit, Pada perbankan syariah, Bank syariah akan menolak
Bank Konvensional tidak pengelolaan dana dari kredit pengajuan kredit yang
memerhatikan mengenai harus untuk kegiatan yang ditujukan untuk hal-hal yang
pengelolaan dana dari kredit sesuai dengan syariat islam dapat melanggar hukum
tersebut oleh nasabah (tidak boleh untuk kegiatan Islam. Yang menjadi poin
(debitur) yang haram) penting pada bank syariah
adalah kegiatan-kegiatan
yang halal dan baik serta
sesuai dengan prinsip
32 Ibid
ekonomi syariah yang ada.
Hal inilah yang menjadi syarat
utama pengajuan kredit di
bank syariah. Bahkan kartu
kredit yang dikeluarkan bank
syariah sendiri juga melarang
penggunaannya untuk
transaksi-transaksi yang tidak
halal.
Dalam menjaankan kegiatan Pada bank syariah, selain Selain itu, perbedaan juga
perbankan dan diawasi oleh OJK dan terlihat pada pengawasan
kelembagaannya, Perbankan ketentuan hukum yang yang ada di bank syariah
Nasional hanya diawasi oleh berlaku, kegiatan perbankan maupun bank konvensional.
OJK dan ketentuan hukum dan kelembagaan juga Setiap transaksi yang
yang berlaku. diawasi oleh Dewan dilakukan oleh bank syariah,
Pertimbangan Syariah (DPS) selalu berada di dalam
pengawasan Dewan
Pengawas. Yang termasuk ke
dalam dewan pengawasan
disini adalah ulama-ulama
serta ahli ekonomi yang
memang menguasai tentang
fiqih muamalah.
5. Pada perbankan syariah apa yang menjadi tugas dan kewenangan dari Dewan
Pengawas Syariah? Apakah DSN bertanggung jawab jika terjadi penyimpangan
syariah? Serta bagaimana hubungannya dengan DSN dan KPS?
Jawab :
dengan kegiatan usaha berprinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris wajib
pula mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam strukurnya. 33 DPS selaku badan
independen yang bertugas melakukan pengarahan (directing), pemberian konsultasi
(consulting), melakukan evaluasi (evaluating) dan pengawasan (Supervising) terhadap
kegiatan bank syariah dalam rangka memastikan bahwa kegiatan bank tersebut
mematuhi prinsip – prinsip syariah sebagaimana yang telah ditentukan oleh syariah
Islam dan Fatwa.34 Dalam Ketentuan Umum UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah tidak didefinisikan secara jelas mengenai Dewan Pengawas Syariah, hanya diatur
mengenai bahwasanya sebuah Bank Umum syariah dan UUS wajib untuk memiliki DPS. 35
DPS tersebut diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas
persetujuan Dewan Syari’ah Nasional (DSN). 36
Mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab DPS tersebut diatur dalam
pasal 32 U NO. 2o tahun 2008 yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada
direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah. Sedangkan
menurut ketentuan pasal 27 PBI No. 6/24/PBI/2004 peraturan bank indonesia
Perbankan Syariah UUadalah sebagai berikut: a. Memastikan dan mengawasi kesesuaian
kegiatan operasional bank terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN . b. Menilai aspek
syariah terhadap pedoman operasional, dan produk yang dikeluarkan bank. c.
Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank secara
keseluruhan dan laporan publikasi bank. d. Menyampaikan laporan hasil pengawasan
syariah sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan kedepan direksi, komasaris, Dewan
syariah nasional dan bank indonesia.
Hubungan antara keduanya sampai sekarang tidak dituliskan atau diatur secara nyata
dalam peraturan, namun terdapat satu hubungan konkret yang tersirat dalam peraturan
yang sudah ada yakni KPS menjadi penyambunglidah daripada BI dalam menafsirkan
33 Pasal 109 UU PT
34 M. Umer, Chapra, dan Habib Ahmed, Corporate Governance Lembaga Keuangan
Syariah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), hal 42
35 Pasal 32 (2) UU Perbankan Syariah.
36 ] pasal 109 (2) UU Perseroan Terbatas Jo. Keputusan Dewan Syari’ah Nasional Majelis
Ulama Indonesia No:03 tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan
Pengawas Syariah Pada Lembaga Keuangan Syari’ah.
37 Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/32/PBI/2008, Pasal 1 angka (1).
dan mengimplementasikan fatwa-fatwa dari Majelis Ulama Indonesia kepada perbankan
syariah. Meskipun bukan sebagai pembuat fatwa, namun KPS memiliki peran sebagai
pihak yang memberikan bantuan kepada Bank Indonesia dalam memaknai dan
mengimplementasikan fatwa-fatwa dari MUI.
Pada level pelaksanaan dalam sistem perbankan syariah, DPS lah yang memiliki tugas
pokok untuk memastikan bahwa prinsip syariah yang difatwakan oleh MUI dapat
diterapkan dengan utuh dengan mengacu kepada tafsirannya dalam bentuk Peraturan
Bank Indonesia yang dibantu oleh KPS. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa DPS dan KPS
punya hubungan dilihat dari segi tugas masing-masing yakni KPS sebagai pihak yang
membantu pembentukan Peraturan Bank Indonesia dan DPS sebagai pihak yang
membantu pihak perbankan syariah untuk tetap pada koridor pelaksanaan prinsip
syariah sesuai fatwa dari Majelis Ulama Indonesia.
Hubungan antara Dewan Pengawas Syariah dengan Dewan Syariah Nasional
terhubung berdasarkan fungsi utama daripada DPS yakni memberi nasihat dan saran
kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah agar sesuai
dengan Prinsip Syariah.38 Selanjutnya, prinsip syariah yang dimaksud dalam Angka (1)
Huruf (B) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/22/DPbS adalah prinsip
hukum Islam yang dalam kegiatan syariah berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia. Hal tersebut berarti bahwa DPS menjadi perpanjangan tangan
daripada DSN untuk mengawasi dan melaksanakan fungsi advisory terhadap kegiatan
yang dilakukan oleh BPRS. Salah satu contoh konkretnya dalam ruang lingkup Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah DPS dapat meminta kepada Direksi BPRS untuk
meminta fatwa kepada DSN-MUI terkait pengaturan yang belum jelas mengenai
sesuatu.39 Sehingga dapat disimpulkan bahwa DPS dan DSN saling berdekatan dengan
DSN memberikan arahan secara luas mengenai praktek pelaksanaan perbankan berbasis
syariah dan DPS memastikan bahwa bank syariah tempatnya melaksanakan arahan
daripada DSN dengan konsisten dan tetap pada koridor prinsip syariah
38 Indonesia, Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/22/DPbS, Angka (1) Huruf (A).
39 Ibid, Angka (2) Huruf (B 2).