Tafsir Tarbawi
Tafsir Tarbawi
Tafsir Tarbawi
b. Q.S. An-Nahl
Surah An-Nahl terdiri dari 128 ayat, yang termasuk, kelompok surah ,Makiyyah, Kecuali
tiga ayat terakhir, Ayat-ayat ini turun pada waktu Rasulullah SAW kembali dari peperangan
Uhud. Surah iini di namakan An-Nahl yang berarti “Lebah” ,karenadidalamnyaterdapatfirman
Allah ayat 68 yang artinya, “dantuhanmu ,mewahyukankepadalebah”. Lebahadalahmakhluk
yang sangatbergunabagimanusia. Ada persamaanhakikatantara, madu yang
dihasilkanlebahdenganintisari yang terdapatdidalam Al-Qur’an.
٤٣ َسلُ ٓو ْا أَ ۡه َل ٱل ِّذ ۡك ِر إِن ُكنتُمۡ اَل ت َۡعلَ ُمون َ َِو َمٓا أَ ۡر َس ۡلنَا ِمن قَ ۡبل
ٔ_ََٔۡ َك إِاَّل ِر َجااٗل نُّو ِح ٓي إِلَ ۡي ِهمۡۖ ف
43. Dan Kami tidak mengutus sebelumkamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui,
Bukanlah manusia dijungkir balikkan wajah mereka di neraka karena lidah mereka?
(Riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Mu’az bin jabal)
Untuk dapat mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda, atau yang disebut berbicara, lidah
bekerjasama dengan beberapa organ lainnya, seperti bibir, rongga mulut paru-paru,
kerongkongan dan pita suara. Kita dapat berkomunikasi dengan berbicara, setelah seluruh
masyarakat menyepakati arti dari satu bunyi. Kemudian bunyi-bunyi yang masing-masing
sudah disepakati artinya tersebut digabungkan dalam susunan yang tepat untuk menjadi
kalimat. Pada tahap selanjutnya, akan tercipta suatu bahasa. Bahasa diuraikan dalam salah
satu ayat Allah demikian:
٢٢ َت لِّ ۡل ٰ َعلِ ِمين َ ِٱختِ ٰلَفُ أَ ۡل ِسنَتِ ُكمۡ َوأَ ۡل ٰ َونِ ُكمۡۚ إِ َّن فِي ٰ َذل
ٖ َك أَل ٓ ٰي ۡ ض َو ُ َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِهۦ َخ ۡل
ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ أۡل
ِ ت َوٱ َ ۡر
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.(Ar-Rum/30:22)
Tafsir Jalalain
(1) (Yang mahapemurah)yakni Allah SWT. (2) (Telah Mengajarkan) Kepada Siapa
yang dikehendakin-Nya (Al-Qur’an). (3) (Dia menciptakan manusia) jenis manusia. (4)
(Mengajarnya pandai berbicara) atau dapat berbicara.
Tafsir Ar-Rahman
(1) surat yang mulian nan agung ini allah awali dengan (salah satu) namanya, yaitu ar-
rahman(yang maha pengasih), yang menunjukan betapa luas rahmat dan pemberiannya, serta
betapa melimpah kebaikan dan karunianya. Kemudian allah menyebutkan ap yang
menunjukan rahmatnya serta pengaruh yang allah berikan kepada para hamba berupa nikmat
keduniaan, keagamaan, dan keakhiratan. Stelah Allah menyebutkan segala macam dan jenis
kenikmatannya, selanjutnya dia memperingatkan jin dan manusia untuk bersyukur kepadanya,
dengan berfirman,
ِّ َ فَبِأ
ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(2) Allah SWT menyebutkan (dalam ayat ini) bahwa Dia عَلّ َم القرانTelahmengajarkan Al-
Qur’an, Yakni mengajarkan para hamba-Nya lafadz-lafadz dan makna Al-Qur’an serta
memudahkannya untuk mereka. Hal ini merupakan karunia teragung dan kasih sayang yang
dia anugrahkan kepada hamba-hamba-Nya, diman Dia telah menurunkan Al-Quran berbahasa
Arab dengan lafadz paling indah dan makna paling jelas, yang mencakup segala bentuk
kebaikan dan mencegah dari segala kejahatan.
(3-4) " "خلق االنسانDia menciptakan manusiadalam bentuk yang sebaik baiknya, dengan
anggota badan yang sempurna dan bentuk tubuh yang mantap. Allah SWT benar-benar telah
menciptakannya dengan sempurna, dan telah memberinya keistimewaan. Sehingga berbeda
dengan binatang, dimana dia ""علم__ه البي__انMengajarnya pandai berbicara, untuk dapat
menjelaskan apa yang ada di dalam hatinya. Hal ini mencakep pengajaran berbicara dan
menulis. Oleh karena itu, kemampuan berbicara (menjelaskan) yang dengannya Allah SWT
mengistimewakan manusia daripada makhluk lainnya, adalah diantara nikmat yang paling
agung dan paling besar.
b. Q.S. An-Nahl
Tafsir Kemenag
(43) Allah menyatakan bahwa Dia tidak mengutus seorang rasul pun sebelum Nabi
Muhammad kecuali manusia yang diberi-Nya wahyu. Ayat ini menggamabrkan bahwa rasul-
rasul yang di utus itu hanyalah laki-laki dari keturunan Adam a.s sampai Nabi Muhammad
saw yang bertugas membimbing umatnya agar mereka beragama tauhid dan mengikuti
bimbingan wahyu. Oleh karena itu, yang pantas di utus untuk melakukan tugas itu adalah
rasul-rasul dari jenis mereka dan berbhasa mereka. Pada waktu Nabi Muhammad saw diutus,
orang-orang Arab menyangkal bahwa Allah tidak mungkin mengutus utusan yang berjenis
mausia seperti mereka. Mereka menginginkan agar yang di utus itu haruslah seorang
malaikat, seperti firman Allah swt:
ُ ۡ
َك فَيَ ُكونٞ َنز َل إِلَ ۡي ِه َمل ِ وا َما ِل ٰهَ َذا ٱل َّرسُو ِل يَأ ُك ُل ٱلطَّ َعا َم َويَمۡ ِشي فِي ٱأۡل َ ۡس َو
ِ اق لَ ۡوٓاَل أ ْ َُوقَال
Dan firman-Nya:
Tafsir Jalalain
(ؤ م__ا ا ر س__لنا من قبل__ك ا الال ر جلال ن__ؤ حي ا ليهمDan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka) bukannya para malaikat
( فسئلؤااهل ا ل__ذ كرmaka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan) yakni para
ulama yang ahli dalam kitab Taurat dan kitab Injil
( ا ن كنتم ال تعلم_ؤ نjika kalian tidak mengetahui ) hal tersebut, mereka pasti mengetahuinya
karena kepercayaan kalian kepada mereka lebih dekat daripada kepercayaan kalian terhadap
Nabi Muhammad SAW.
b. Q.S. An-Nahl
Wahai Muhammad, Kami tidak mengutus para rasul sebelum kamu kepada umat-umat
terdahulu kecuali orang-orang lelaki yang telah Kami beri wahyu sesuai dengan kehendak
Kami. Kami tidakpernahmengutusmalaikat sebagaimana yang dikehendaki oleh kaummu
yang kafir. Jika kalian, hai orang-orang kafir, tidak mengetahui itu, maka bertanyalah kepada
orang-orang berilmu yang mengetahui kitab-kitab samawi. Kalian akantahubahwasemuarasul
Allah itumanusia, bukanmalaikat.
QS. An- Nahl : 43 memerintah kita untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu. Kita
juga diajarkan untuk bersabar dalam pendidikan, baikdalam proses menuntut ilmu maupun
mengajarkan ilmu kita.
ص ْونَ هللاَ َمآ أَ َم َر ُه ْم ُ َّس ُك ْم َوأَ ْهلِ ْي ُك ْم نَا ًرا َوقُ ْو ُدهَا الن
ِ ٌاس َوال ِح َجا َرةُ َعلَ ْي َها َمآلئ َكةٌ ِغالَظ
ُ شدَا ٌد الَ يَ ْع َ ُيَاأَيُّ َهاال ِذيْنَ أَ َمنُ ْواقُ ْوآ أَ ْنف
َويَ ْف َعلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
2. Tafsir mufrodat surat At-Tahrim ayat 6
Untuk lebih memahami kandungan surat At-Tahrim ayat 6, maka peneliti akan
memaparkan terlebih dahulu penafsiran beberapa mufrodat sebagai berikut:
َ ُقٌ ْوا أَ ْنف,Qu Anfusakum, peliharalah diri kamu antara lain dengan meneladani Nabi
س ُكم
َوأَ ْهلِ ْي ُك ْم, WaAhlikum,dan keluargamu yakni istri, anak-anak dan seluruh yang berada di bawah
tanggung jawab kamu dengan membimbing dan mendidik mereka agar terhindar dari api
neraka.
اسُ َّ َوقُ ْو ُدهَا الن, Waquduhannas, bahan bakarnyamanusia yang kafir
ُالح َجا َرة ِ و, َ Walhijarah, dan batu yang dijadikan berhala.
ٌ َمآلئ َكة,malaikat penjaga neraka
غ َل اظ,Ghilaz,
ِ kasar hati dan perlakuannya
شدَاد,Syidad,
ِ keras perlakuannya dalam melaksanakan tugas penyiksaan
َ ُ الَ يَ ْع, Laa ya’shuuna Allaha maa amarahum, tidak mendurhakai Allah
َر ُه ْمddآ أ َمdd ْونَ هللاَ َمddص
menyangkut apa yang Dia diperintahkan kepada mereka sehingga siksa yang dijatuhkan
sesuai dengan kesalahan yang diperbuat penghuni neraka.
Dalam ayat ini, Allah Swt memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memberi
peringatan kepada kaum kerabatnya yang terdekat dan agar bergaul dengan orang-orang
mukmin dengan lemah lembut. Imam Bukhari dan Imam Muslim menyebutkan riwayat dari
Ibnu Abbas r.a, bahwa ketika Allah menurunkan ayat di atas, Nabi SAW naik ke bukit Shafa
lalu berseru, “Wahai orang-orang, sudah pagi.” Lalu orang-orang berkumpul kepadanya, ada
yang datang sendiri dan ada yang mengutus utusannya.
Kemudian Rasulullah SAW berpidato, “Wahai Bani Abdul Muththalib, wahai Bani
Fihr, wahai Bani Lu’ay, apa pendapat kalian jika aku memberitahu kalian bahwa di kaki bukit
ini ada seekor kuda yang hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?”
Mereka menjawab, “Ya, kami mempercayai anda.”Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku
memperingatkan kalian akan azab yang sangat keras.”Abu Lahab berkata, “Celakalah kamu
untuk selama-lamanya! Apakah hanya untuk ini kamu memanggil kami?” Maka Allah SWT
menurunkan surat Al-Lahab, di antaranya sebagai berikut:
َب ٍ تَبَّتْ َيدَآاَبِ ْي لَ َه
َّ ب َّوت
Artinya :
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.” (Al-
Lahab: 1)
Menurut Al-Maraghi, pemberian peringatan dalam surat Asy-Syu’ara’: 214 di atas,
sifatnya adalah pemberian peringatan secara khusus, dan ini merupakan bagian dari
peringatan yang bersifat umum, yang untuk itulah Rasulullah s.a.w. diutus. Sebagaimana
firman Allah SWT :
َولِتُ ْن ِذ َراُ َّم ا ْلقُرى َو َمنْ َح ْولض َها
Artinya :
“Dan agar kamu member peringatan kepada (penduduk) Ummul qura (Makkah) dan
orang-orang yang berada di lingkungannya.” (QS. Al-An’am: 92)
Al-Maraghi juga menambahkan, bahwa kedekatan nasab atau keturunan tidak
memberi manfaat sama sekali seandainya jalan keimanan yang ditempuh berbeda. Dalam
kisah ayat di atas terdapat dalil pembolehan interaksi antara mukmin dan kafir, serta
memberinya petunjuk dan nasehat. Lalu ayat selanjutnya -ayat 215 menerangkan tentang
perintah agar rasulullah SAW bersikap lemah lembut terhadap pengikutnya, karena itulah
yang lebih tepat buat Nabi, lebih menarik hati pengikutnya, membuat kecintaan mereka pada
Nabi, serta lebih mendatangkan pertolongan dan keikhlasan mereka dalam berjuang bersama
Nabi SAW.
Artinya:
“(12) Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada
Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya,
Maha Terpuji.” (13) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benarbenar kezaliman yang besar.” (14) Dan Kami perintahkan
kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”
(Depag RI, 2010:545)