Assignment 3 - TRK-02
Assignment 3 - TRK-02
Assignment 3 - TRK-02
Disusun Oleh:
Membuat table stoikiometri yang dapat digunaka untuk kedua reakator, baik CSTR dan PFR.
Species Feed Rate to Reactor Change within Effluent Rate from
(mol/min) Reactor (mol/min) Reactor (mol/min)
A Fao -FaoX Fa = Fao (1-X)
B 0 FaoX Fb = FaoX
C 0 3FaoX Fc = 3FaoX
Total Fao Ft = Fao(1+3X)
Karena ini adalah reaksi fase gas, dengan perubahan jumlah mol, laju aliran volumetrik (ν)
tidak akan konstan. Sederhanakan Persamaan 3-41 dalam Fogler untuk gas ideal kondisi
konstan (P dan T):
(a) If the reactor is a CSTR, what reactor volume is required to achieve 90% conversion?
Persamaan desain untuk volume CSTR (Eq 2-13 in Fogler):
Memasukkan nilai yang diketahui ke persamaan desain di atas:
Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk CSTR, besarnya volume reaktor yang dibutuhkan untuk
bisa mencapai konversi 90% adalah 1,7 x 103 L.
(b) If the reactor is a PFR and the pressure drop is negligible, what reactor volume is required
to achieve 90% conversion?
Mengabaikan pressure drop sehingga didapatkan persamaan desain untuk PFR dalam
konversi:
(c) If you had a PFR half the volume you computed in part (b), and then fed its output into a
CSTR half the volume you computed in part (a), what would the conversion be? What if you
hooked them up the other way round: the half-size CSTR first and the half-size PFR
afterwards?
Mencari X pada kombinasi CSTR/PFR untuk volume yang diberikan. Pertama-tama, kita
melakukan PFR terlebih dahulu baru diikuti dengan CSTR, di mana volume dari setiap
reactor adalah ½ volume yang terkalkulasi di jawaban (1) dan (2).
Persamaannya sama dengan yang diturunkan pada b, tetapi dengan V = ½ VPFR, dan X = X1:
(d) What will the pressure be in the isothermal batch reactor when the reaction has run to
90% conversion?
Untuk nilai volume reactor batch adalah sama, sehingga perubahan mol saat reaksi berjalan
akan menaikkan tekanan, untuk proses isotermal, volume yang konstan pada batch reactor.
𝑷 = 𝑃0 (1 + 3𝑋) = 2.7𝑎𝑡𝑚 (1 + 3(0.9)) = 𝟗 𝒂𝒕𝒎
Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya tekanan pada reaktor saat konversi sudah mencapai
90% adalah 9 atm.
(e) What would the batch reactor volume have to be if we were to process 3600 moles/day (=
2.5 moles/minute) of cooking oil this way? Assume that the batch reactor can be emptied and
refilled very rapidly, and that it is not necessary to clean the reactor between batches.
Memproses 2,5 mol/min minyak goreng di batch reactor dengan downtime diabaikan,
didapat:
Jadi, volume yang dibutuhkan untuk memproses 3000 mol/hari cooking oil adalah 423,84 L.
(f) Which reactor (CSTR, PFR, batch) would you recommend be used for this process?
Explain briefly.
PFR lebih baik dalam proses yang terjadi di soal karena karakteristik dari waktu reaksi berada
dalam order menit. Apabila diinginkan volume kecil dalam desain, maka single PFR
diperlukan. Sedangkan untuk memaksimalkan konversi, setengah ukuran PFR dipakai dan
dilanjutkan dengan setengah ukuran CSTR sebagai kombinasi yang terbaik.
Problem 2. Two configurations of CSTRs are contemplated for performing reversible
a. Menggambar volume control
Menentukan reaksi
Reaktor 1 mengikuti hubungan yang sama dengan sistem reaktor tunggal, tetapi dengan
volume yang berbeda. Karenanya keseimbangan material yang sama berlaku, dan persamaan
terakhir dalam hal [B]:
Pertama-tama identifikasi pembagian laju aliran untuk dapat menghitung konsentrasi baru
dari keseimbangan A dan B. Karena separator memperlakukan B dan C sama, konsentrasi ini
akan terus sama di semua aliran yang keluar separator.) Persamaan separator adalah:
Oleh karena itu menggunakan definisi laju aliran molar, diketahui bahwa [B]0 = [C]0, dan
hubungan separator di atas, diperoleh:
Dengan asumsi fase cair densitas konstan, didapatkan keseimbangan volume sebagai berikut:
Hal terakhir yang harus dihitung pada langkah ini adalah konsentrasi yang dimasukkan ke
reaktor berikutnya. Menggunakan keseimbangan mol pada A:
Semua persamaan yang sama berlaku dengan konsentrasi awal dan laju aliran yang berbeda.
Terakhir, untuk reaktor ke 3 nama konsentrasi di ubah. Dengan menggunakan hasil dari
separator 2 maka diperoleh berikut:
Semua persamaan yang sama berlaku dengan konsentrasi awal dan laju aliran yang berbeda
Cara lain untuk menghitungnya adalah dengan menghitung jumlah B yang diperoleh dari
keseluruhan A dan B menyeimbangkan seluruh sistem reaksi (semua A yang menghilang
harus diwakilkan sebagai B):
Dengan menambahkan faktor koreksi ke dalam hasil perhitungan, maka diperoleh hasil:
Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya produksi secara steady state komponen B dengan
sistem yang memiliki separator adalah FB,3rctr = (0,0566 ± 0,0011) mol/h dan FB,1rctr = (00430 ±
0,0009) mol/h.
Nomor 3
Worthless Chemical has been making tirene (B) from butalene (A) (both dark liquids) using a
12 ft3 CSTR followed by a 4,5 ft 3 PFR. The entering flow rate is 100 mol/min of butalene
(A). The feed is heated to 60°C before entering the CSTR. A conversion of 80% (X i) is
typically achieved using this arrangement.
One morning, the plant manager, Dr. Pakbed, arrived and found that the conversion had
dropped to approximately 36% (Xii). After inspecting the reactors, the PFR was found to be
working perfectly, but a dent was found in the CSTR that may have been caused by
something like a fork-lift. He also noted that the CSTR, which normally makes a "woosh"
sound was not as noisy as it had been the previous day.
1. Discuss of all the things that could cause the drop in conversion. Propose tests to
confirm the explanations. Quantify the explanations with numerical calculations,
where possible.
2. In order to meet the production schedules downstream, he needs a conversion of a
least 70%. Can this conversion be obtained without taking time to fix to the CSTR?
Jawab:
1. Discuss of all the things that could cause the drop in conversion. Propose tests to
confirm the explanations. Quantify the explanations with numerical calculations,
where possible.
Konversi (X)
Mol A bereaksi
X=
Mol A masuk
Berdasarkan dari rumus di atas, penurunan konversi dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah mol A yang bereaksi. Jika dihubungkan dengan kasus, CSTR
mengalami penurunan konversi karena berkurangnya volume CSTR akibat adanya
dent.
Persamaan matematis untuk mencari volume CSTR adalah
FA ∙ X
V CSTR = 0
−r A
Dari persamaan di atas, dapat diketahui bahwa laju alir umpan A
mempengaruhi konversi reaktor. Dengan volume CSTR yang konstan, peningkatan
laju alir umpan A akan menyebabkan penurunan konversi. Namun, apabila laju alir
umpan A terlalu kecil juga akan menghasilkan produk yang sedikit, sehingga konversi
pun juga menurun.
Selain dari laju alir, laju reaksi mempengaruhi konversi dari suatu reaktor.
Persamaan umum untuk laju reaksi adalah -rA=kCA. Sehingga konstanta laju reaksi (k)
mempengaruhi laju reaksi (-rA) yang mana konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh
suhu. Apabila suhu reaksi rendah maka nilai konstanta laju reaksi akan rendah dan
berefek pada laju reaksi berjalan lambat sehingga konversi reaktor menjadi berkurang.
Contoh perhitungan numerik:
Diketahui:
mol
V CSTR =12 f t 3 F A =100 X =0,8X 2 =0,36
0
min 1
Jika laju alir umpan A dijaga konstan dan reaktor bekerja secara isothermal, maka:
mol
FA ∙ X 100 ∙0,8 mol
V CSTR = 0
3 min −r A =6,667 3
−r A 12 f t = f t ∙ min
−r A
PFR
CSTR PFR CSTR
Gambar di atas menggambarkan kondisi awal dan akhir setelah reaktor mengalami
dent. Karena CSTR mengalami dent, maka VCSTR 2 akan berkurang menjadi ≤12 ft3.
Perlu diketahui volume spesifik CSTR setelah dent agar dapat mengoptimalkan
konversi menjadi 70%. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung luas area bawah
grafik (Volume) PFR dari konversi 0,36 hingga konversi X agar diperoleh volume
PFR = 4,5 ft3.
Dengan menggunakan Excel, dilakukan interpolasi untuk luas di bawah kurva untuk
mengetahui konversi yang diperoleh ketika volume PFR 4,5 ft 3. Didapatkan konversi
sebesar 0,29. Sehingga volume CSTR dapat dihitung menggunakan rumus
menghasilkan 13,34 ft3.
Pada saat konversi mencapai 36%, volume CSTR=17,5 ft 3 sehingga dengan kondisi
CSTR setelah dent volumenya menjadi 11,44 ft3 tidak akan mungkin diperoleh
konversi mencapai 70% apabila susuran reaktornya CSTR dan dilanjutkan PFR.
Sehingga dilakukan pengaturan ulang susunan reaktor menjadi reaktor PFR dan
dilanjutkan CSTR. Dihitung apakah dengan konfigurasi seperti itu, dengan VCSTR
2=11,44 ft3 dapat diperoleh konversi hingga 70%.
NOMOR 4 : (P4-2B (k))
Pertanyaan
Web Module on Wetlands from the CD-ROM. Load the Polymath program and vary a
number of parameters such as rainfall, evaporation rate, atrazine concentration, and liquid
flow rate, and wirte a paragraph describing what you find.
Jawab
Lahan basah atau biasa disebut wetland merupakan suatu lahan yang jenuh air dengan
kedalaman air tipikal yang kurang dari 0,6 m yang mendukung pertumbuhan tanaman air
emergent misalnya cattail, bulrush, umbrella plant dan canna. Daerah ini juga sering
digunakan untuk mengolah limbah domestik serta digunakan sebagai reklamasi lahan
penambangan atau gangguan lingkungan lainnya. Ekosistem ini tertutupi oleh air, baik secara
keseluruhan maupun sebagian, pada musim panas, penuh dengan serangga serta berbau
cukup kuat. Wetland sendiri juga kaya akan keanekaragaman dan sering dijadikan sebagai
habitat makhluk hidup. Salah satu daerah wetland yang berada di Indonesia adalah kawasan
Blang Krueng dimana digunakan sebagai pengolahan septic tank limbah rumah tangga dan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Dalam pengaplikasiannya, daerah wetland
ini dapat diasumsikan sebagai reactor PFR, dimana tidak terdapat pengaduk pada daerah
tersebut. Dalam penurunan persamaannya, nilai konversi pada wetland akan semakin tinggi
ketika panjang daerah wetland (reaktor) semakin panjang. Sedangkan pada daerah wetland
yang panjang, nilaimolar flow atrazine semakin kecil di titik keluaran karena atrazine sudah
banyak yangterkonversi serta nilai laju reaksi akan semakin kecil yang dipengaruhi oleh
konversi yang besar dan waktu tinggal yang besar. Wetlands yang dimodelkan adalah salah
satu wetlands yang ada di Des Plaines River Wetlands Project.
Wetlands, setelah diteliti, dapat dijadikan suatu fenomena untuk menjadi suatu sarana
peningkatan kualitas air buangan yang alami dan berbiaya rendah. Teknologi alami ini telah
berjalan mulai tahun 1912 di Lexington, Massachusetts. Penggunaan wetlands untuk
menghilangkan material kontaminan disebut dengan phytoremediation dengan memanfaatkan
akar tanaman untuk mendegradasi atau menghilangkan pestisida, pelarut, crude oil, dan
hidrokarbon poliaromatik. Ilustrasi fisik dari wetlands yang diibaratkan sebagai plug-flow
reactor adalah sebagai berikut
Gambar 4.1 Ilustrasi Wetlands sebagai PFR
(Sumber: http://www.limnos.si/index_files/slide0004_image026.jpg)
Kemudian, dibutuhkan juga data tambahan untuk membuat model PFR tersebut:
Langkah pertama dalam membuat model ini adalah menurunkan persamaan untuk laju
alir racun, FA, sebagai fungsi jarak melalui wetlands, z. Dari asumsi yang telah ditaruh
sebelumnya, muncullah persamaan-persamaan dasar:
Fa=Fa 0 ( 1−x ) (1)
dx
Fa 0 =−rA (2)
dV
−rA=k 1 CA (3)
Persamaan pertama menandakan bahwa aliran terakhir racun (Fa) bergantung pada
aliran awal (Fa0) dan apa yang tidak bereaksi. Persamaan kedua adalah persamaan yang
mengaitkan Fa0 dengan laju reaksi, konversi, dan perubahan volume. Persamaan ketiga
menandakan bahwa reaksi berjalan homogen dan berorde satu. Selanjutnya adalah mencari
volumetric flowrate yang mana datanya telah diberikan di awal pembahasan kasus ini. Perlu
diingat bahwa volumetric flowrate akhir, v, merupakan selisih volumetric flowrate awal, v0,
dan volumetric flowrate di ujung akhir PFR. Volumetric flowrate akhir pada kasus ini
didefinisikan sebagai perkalian antara laju penguapan air, Q, dengan luas permukaan
wetlands (Wz) dan dibagi dengan densitas molar, ρm, yang unit akhirnya m3/h.
(4)
Hubungan yang terjadi antara konsentrasi, laju alir molar, dan volumetric flowrate
yang terjadi adalah sebagai berikut.
(5)
(6)
Substitusikan persamaan (3) ke persamaan (2) dan ubah dV pada persamaan (2)
menjadi WD dz (karena nilai W dan D konstan sedangkan fungsi jarak, z, masih merupakan
variabel). Dari persamaan tersebut, ubah variabel FAO menjad bentuk CAO.v0 dan ubah CA
menjadi persamaan (6) sehingga didapatkan persamaan yang siap diintegrasikan.
(7)
Dengan penyusunan ulang dan pengelompokan konstanta, tibalah di persamaan:
(8)
Dengan:
Integrasikan kedua sisi dengan batas bawah x dan z bernilai 0 dan x = X, z = Z sehingga
didapatkan:
(9)
(10)
dengan:
(11)
Substitusikan persamaan (11) ke persamaan (1) sehingga didapatkan:
(12)
yang merupakan persamaan akhir untuk model PFR yang diharapkan untuk wetlands.
Gambar 4.2 Program Polymath untuk model PFR wetlands yang terdapat variasi Q
Dalam program tersebut terdapat beberapa parameter yang broken down menjadi 3
bagian yaitu perubahan konversi terhadap jarak (dx/dz), laju alir molar senyawa kimia (F A),
konsentrasi atrazine (CA), laju reaksi (rA), volumetric flowrate (v), dan laju evaporasi (Q).
Dari model tersebut yang dapat diubah parameternya adalah laju evaporasi (Q 1, Q2, Q3, secara
berurutan mendefinisikan terjadinya evaporasi, tidak terjadi evaporasi, dan evaporasi negatif)
dan konsentrasi awal azatrine (CAO). Mengubah konsentrasi awal azatrine secara langsung
akan mengubah laju alir senyawa kimianya (FAO). Rekayasa pertama adalah mengubah nilai
laju evaporasi sekaligus untuk 3 kondisi aktual cuaca di kehidupan sehari-hari (jenuh, normal,
hujan) dengan konsentrasi awal azatrine tetap yaitu 0.0001 mol/l.
Misalkan:
Q1 = laju evaporasi saat udara jenuh = 0.0001 kmol water / (h . m 2)
Q2 = tidak ada evaporasi yang terjadi = 0 kmol water / (h . m 2)
Q3 = laju evaporasi saat hujan = -0.01 kmol water / (h . m 2)
Pembahasan : diketahui:
Reaksi A B + 2C
Isotermal
Reaktor PFR
Tidak ada pressure drop
Laju spesifik A (@ 50OC = 323 K = 10-4/menit
Ea = 85 kJ/mol
FA0 = 2,5 mol/menit
PA0 = 10 atm
T = 127 OC = 400 K
X = 90% = 0,9
Dit :
(a) V dan τ pada reaktor PFR
(b) V dan τ pada reaktor CSTR
(c) V dan τ pada reaktor PFR, jika α =0,001/dm3 . Tentukan nilai X dan y pada volume
500 dm3.
Pertama, mencari nilai konstanta laju reaksi pada kondisi operasi T = 400 K menggunakan
persamaan Arrhenius :
Ea
k = A e RT
k 2 −Ea 1 1
ln
k1
= −
R T2 T1 ( )
J
−85000
k2 mol 1 1
ln −4
10
=
8,31
J
−
400 K 323 K ( )
mol K
J
85000
k2 mol 1 1
ln −4 =
10 8,31
J 323 K
−
400 K( )
mol K
k2 6,096
−4
=e
10
k2
=444,08
10−4
k 2=0,0444 menit −1
dimana,
−r A =k C A
( 1−X )
−r A =k C A 0
( 1+ εX )
ε = y A 1 δ =( 1 )( 2+1−1 )=2
PA0 10 atm mol
C A 0= = =0,305
RT atm L
(0,082 L )(400 K )
mol K
(a) V dan τ pada reaktor PFR
Volume PFR (V PFR ¿
mol
2,5 0,9
menit 1
V PFR =
(0,044
1
)(0,305
mol
)
[ (1+2 ) ln
1−X
−2 X ]0
menit L
mol
2,5
menit 1 1
V PFR=
(0,044
1
menit
)(0,305
mol
L
)
[( ( 1+2 ) ln
1−0,9 )(
−2(0,9) − ( 1+ 2 ) ln
1−0 )]
−2(0)
mol
2,5
menit 1 1
mol [ ( 1 ]
V PFR = ( 3 ) ln −1,8 ¿ ¿ )−( ( 3 ) ln )
1 0,1
(0,044 )(0,305 )
menit L
mol
2,5
menit
V PFR= [ 5,11−0 ]
1 mol
(0,044 )(0,305 )
menit L
V PFR=951,94 L
Waktu tinggal PFR (τ PFR ¿
V PFR
τ=
v0
V PFR C A 0
τ=
F A0
mol
τ=
( 951,94 L ) 0,305( L )
mol
(2,5 menit )
τ =116,14 menit
Jadi, untuk mencapai konversi sebanyak 90% menggunakan reaktor PFR diperlukan volume
reaktor sebesar 951,94 dm3 dan waktu tinggal sebesar 116,14 menit.
(b) V dan τ pada reaktor CSTR
Volume CSTR (V CSTR ¿
Persamaan volume untuk reaktor CSTR :
FA 0 X
V CSTR =
−r A
dimana,
−r A =k C A
( 1−X )
−r A =k C A 0
( 1+ εX )
F A 0 X (1+ εX )
V CSTR =
k C A 0 ( 1− X )
mol
(2,5 )( 0,9)
menit ( 1+( 2)(0,9) )
V CSTR =
0,044 mol
( )(0,305 ) ( 1−0,9 )
menit L
V CSTR =4694,49 L
Waktu tinggal CSTR (τ CSTR ¿
V CSTR
τ=
v0
Dimana,
C A 0 −C A
V CSTR =v 0 ( −r A )
C A 0 −C A
V CSTR =v 0 ( k CA )
( 1− X ) ( 1−0,9 )
C A=C A 0 =( 0,305 ) =0,011
(1+ εX ) ( 1+ ( 2 )( 0,9 ))
Maka,
C A 0−C A
τ=
v0
( k CA )
v0
mol mol
0,305 −0,011
C A 0 −C A L L
τ= =
k CA 0,044 mol
( menit )(
0,011
L )
τ =607,44 menit
Jadi, untuk mencapai konversi sebanyak 90% menggunakan reaktor CSTR diperlukan
volume reaktor sebesar 4694,49 dm3 dan waktu tinggal sebesar 607,44 menit.
(c) Jika α =0,001/dm3dan V = 500 L, tentukan nilai X dan y
Nilai X
dP −α P0
= ( 1+ εX )
dV 2 y
Kemudian, persamaan differensial X dan y diatas dimasukkan kedalam program polymath
Berdasarkan final value diatas, didapatkan nilai X = 0,656 dan y = 0,172