0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan36 halaman

LP Ca Mammae

Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker payudara di rumah sakit Baladhika Husada Jember. Laporan ini membahas anatomi dan fisiologi payudara, definisi kanker payudara, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, dan patofisiologi kanker payudara.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan36 halaman

LP Ca Mammae

Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker payudara di rumah sakit Baladhika Husada Jember. Laporan ini membahas anatomi dan fisiologi payudara, definisi kanker payudara, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, dan patofisiologi kanker payudara.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER

PAYUDARA (CA MAMMAE) DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT


BALADHIKA HUSADA (DKT) JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN

Oleh
Novian Dwi Roessanti
NIM 1523101011164

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER
PAYUDARA (CA MAMMAE) DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT
BALADHIKA HUSADA (DKT) JEMBER
disusun untuk memenuhi tugas Aplikasi Klinis

Oleh
Novian Dwi Roessanti
NIM 1523101011164

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi Fisiologi Mammae
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan
kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus.
Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat.
Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang
merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, dan
arteri interkostalis posterior (Haryono et al., 2011).

Gambar 1. Anatomi mammae anterior


Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola dan
pleksus profunda. Pleksus subareola mencakup bagian tengah payudara, kulit,
areola dan puting yang akan mengalir kearah kelenjar getah bening pektoralis
anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus profunda
mencakup daerah muskulus pektoralis menuju kelenjar getah bening rotter,
kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula . Persarafan sensorik payudara
diurus oleh cabang pleksus servikalis dan cabang saraf interkostalis kedua sampai
keenam sehingga dapat menyebabkan penyebaran rasa nyeri terutama pada
punggung, skapula, lengan bagian tengah, dan leher (Soetrisno, 2010).
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus.
Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur protein yang
disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam
bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, kelenjar
payudara dipengaruhi oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin seperti
hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar hipofisis anterior memiliki
pengaruh terhadap hormonal siklik follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan
progesteron yang merupakan hormon siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid
yang paling sering menimbulkan dampak yang nyata adalah payudara terasa
tegang, membesar atau kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan pada masa
pramenopause dan perimenopause sistem keseimbangan hormonal siklus haid
terganggu sehingga beresiko terhadap perkembangan dan involusi siklik
fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi diganti jaringan stroma payudara,
dapat timbul fenomena kista kecil dalam susunan lobular atau cystic change yang
merupakan proses aging (Soetrisno, 2010).

1.2 Definisi Ca Mammae


Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel
yang tidak terkendali dan kemapuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan ertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (Setiawan, 2015). Kanker
payudara (Carcinoma mammaee) dalam bahasa inggrisnya disebut breast cancer
merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum menyerang
wanita, walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinan
sangat kecil dengan perbandingan 1 diantara 1000. Kanker ini terjadi karena pada
kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,
sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali,
atau kanker payudara sering didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang
ganas yang berasal dari parenchym (Sloane, Ethel., 2003).
1.3 Epidemiologi Ca Mammae
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
menyerang perempuan. Kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien
rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia yaitu sebanyak 16,85% .Kejadian
kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker (Siswono,
2002). Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan diberbagai negara
berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini.
Demikian pula di Bali, kini jumlah kasusnya meningkat dan menempati urutan
kedua terbanyak setelah kanker serviks dan cenderung bergeser ke arah yang lebih
muda.
1.4 Etiologi Ca Mammae
Menurut C. J. H. Van de Velde tahun 1996, etiologi ca mammae bisa
disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
1. Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ
berpasangan
2. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini,
dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
3. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah
ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang
porliferatif sedikit meningkat.
4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan
berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor
yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.
5. Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun
serta menarche kurang dari 12 tahun
6. Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker
1.5 Klasifikasi Ca Mammae
Klasifikasi stadium kanker payudara dibagi menjadi 4, yaitu (Diananda R, 2009) :
1. Tahap 0: Kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya
didalam payudara yang normal
2. Tahap I: Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus
limfe dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
3. Tahap II: Terdiri tas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5
cm dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
4. Tahap III: Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm atau tumor dengan
sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding dengan nodus limfe
terfiksasi positif dalam area klavikular dan tanpa bukti adanya metastasis.
5. Tahap IV: Teridri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe
normal atau kankerosa dan adanya metastasis jauh.

Klasifikasi Ca Mammae menurut (Price, A. Sylvia & Lorraine Mc. Carty


Wilson, 2006) bisa diklasifikan sebagai berikut :
1. Tumor primer (T)
a. Tx: Tumor primer tidak dapat ditentukan
b. To: Tidak terbukti adanya tumor primer
c. Tis:
1) Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor
2) Kanker intraduktal atau lobuler insitu
3) Penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor
d. T1: Tumor < 2 cm
1) T1a: Tumor < 0,5 cm
2) T1b: Tumor 0,5 – 1 cm
3) T1c: Tumor 1 – 2 cm
e. T2: Tumor 2 – 5 cm
f. T3: Tumor diatas 5 cm
g. T4: Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding
thorax atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot
seratus anterior, tidak termasuk otot pektoralis
1) T4a: Melekat pada dinding dada
2) T4b: Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah
payudara yang sama
3) T4c: T4a dan T4b
4) T4d: karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N)
a. Nx: Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b. N0: Tidak teraba kelenjar aksila
c. N1: Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak
melekat.
d. N2: Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu
sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e. N3: Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
3. Metastas jauh (M)
a. Mx: Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b. M0: Tidak ada metastase jauh
c. M1: Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

1.6 Patofisiologi Ca Mammae


Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,
dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kirakira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat
dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh
adalah paru, pleura, dan tulang. (Price, 2012)
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat
mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan
terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman
operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif.
Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron
endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh
dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan
banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan
syock akan terjadi. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di
metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan
suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein
yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan
dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal.
1.7 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala kanker payudara menurut American Cancer Society
tahun 2016, yaitu:
1. Terdapat benjolan baru
2. Bengkak pada sebagian atau seluruh payudara (bahkan jika tidak ada benjolan
yang diarasakan)
3. Iritasi kulit atau lesung kulit
4. Nyeri pada payudara atau puting susu
5. Retraksi puting susu
6. Kemerahan, bersisik, atau penebalan puting susu atau kulit payudara
7. Discharge/keluarnya cairan dari puting susu (selain ASI)
Kemenkes RI (2017) membagi tanda adanya kanker payudara menjadi
dua, yaitu tanda primer dan tanda sekunder. Berikut tanda primer dan sekunder
kanker payudara:
1. Tanda primer:
a) Densitas yang meninggi pada tumor
b) Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnta atau batas yang tidak jelas (komet sign)
c) Gambaran translusen di sekitar tumor
d) Gambaran stelata
e) Adanya mikrokalsifikasi sesuai criteria Egan (klasifikasi dengan lokasi di
parenkim payudara, ukuran kurang dari 0,5 mm, jumlah dari 5, dan
bentuk stelata)
f) Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis
2. Tanda sekunder:
a) Retraksi kulit atau penebalan kulit
b) Bertambahnya vaskularisasi
c) Perubahan posisi putting
d) Kelenjar getah bening aksila (+)
e) Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
f) Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pennunjang menurut Komite Penanggulangan Kanker
Nasional Kemenkes RI, 2002 yaitu sebagai berikut :
1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan
yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan
yang keluar dari ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi
pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker
diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan
sirkulasi sekitar sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ
lain
1.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional Kemenkes RI, 2002
penatalaksanaan ca mammae sebagai berikut:
1. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental
(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai
kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan
atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk
penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya,
seluruh isi aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe
mamaria interna.
2. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi
pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe,
aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang
lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen,
antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer,
dkk. 2002. hal: 1596-1600).

1.9 Penatalaksanaan
Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional Kemenkes RI, 2002
penatalaksanaan ca mammae sebagai berikut:
1.9.1 Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan
jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi
(pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan
contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi
dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.
Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh
isi aksila.
c. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal, namun ditambah dengan kelenjar limfe
mamaria interna.
1.9.1 Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe,
aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk. 2002. hal: 1596-
1600).
BAB 2. CLINICAL PATHWAY
Pathway CA Mammae
v dan resiko tinggi Interupsi sel syaraf
Faktor Predisposisi Mendesak sel syaraf
hiperplasia pada sel mammae
Nyeri Kronis

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai nutrisi ke jaringan CA Mendesak pembuluh darah

Menekan jaringan pada Hipermetabolisme ke jaringan Aliran darah terhambat


mammae

Hipermetabolisme ke jaringan Hipoksia


Peningkatan konsistensi menurun – BB turun
mammae
Nekrosis jaringan - Bakteri
Ketidakseimbangan Nutrisi:
Kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko infeksi

Mmmae bengkak (CA Ukuran mammae abnormal Ansietas


Mammae)

Mammae asimetrik
Massa tumor mendesak ke
jaringan luar
Gangguan Citra Tubuh

Perfusi jaringan terganggu

Ulkus

Kerusakkan integritas kulit

Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015


BAB 3. KONSEP ASUHAN PADA PASIEN DENGAN CA MAMMAE
I. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik:
Kanker Payudara (Ca Mammae)
2. Keluhan Utama:
Pada pasien Ca mammaae keluhan umum yang dikeluhkan pasien adalah
adanya benjolan pada payudara, kadang disertai kadang tidak nyeri, kadang
disertai bengkak, dan pada stadium lanjut disertai pengeluaran abnormal dan
perubahan dalam bentuk, dan penampakan payudara (tidak simetris, kulit
payudara seperti kulit jeruk ‘peau d’orange’ putting tertarik kedalam)
3. Riwayat penyakit sekarang:
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak dan nyeri.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami: Adanya riwayat ca mammae sebelumnya
atau ada kelainan pada mammae, pernah mengalami sakit pada bagian
dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
b. Alergi : Berupa makanan, obat, plester, dan bahan-bahan latek
c. Imunisasi : Imunisasi yang pernah dilakukan oleh pasien
d. Kebiasaan/pola hidup/life style: Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada
pasien dengan Ca Mammae untuk melihat pola hidup atau life stye dalam
kesehariannya yang bisa merujuk untuk diagnosa ca mammae
e. Obat-obat yang digunakan : Obat-obatan apa saja yang digunakan pasien
sebelum dibawa ke rumah sakit
f. Riwayat penyakit keluarga:
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
II. Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Pada klien ca mammae biasaya klien tidak langsung memeriksakan benjolan
yang terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya
benjolan biasa. Namu setelah diketahui diagsa medis megarah ke ca mammae
klien akan menyangkal, takut, cemas, dan mara , depresi dan penerimaan
realistis.
Interpretasi : Terjadi masalah persepsi kesehatan
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
a. Antropometeri : dilakukan dengan menghitung TB, BB, dan IMT
Interpretasi : Kategori IMT: Underweight < 18,5, Normal = 18,5-24,9,
dan Overweight >25
b. Biomedical sign : dilakukan dengan menghitung kadar albumin, globulin,
HB, dan TP
c. Clinical Sign : dilakukan dengan mengkaji status umum pasien meliputi
mukosa bibir, konjungtiva, keadaan umum (lemas atau segar), dll
d. Diet Pattern : dilakukan dengan mengkaji bagaimana pola makan pasien
saat ini dan sebelumnya yang bisa mengarah pada faktor predisposisi
peyakit ca mammae. Misalnya kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan
mengalami anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien
juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
Interpretasi : Terjadi masalah persepsi kesehatan
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : Tidak berpengaruh
- Jumlah : Tidak berpengaruh
- Warna : kuning jernih
- Bau : khas urin
- Karakter : cair
- Alat Bantu : terpasang kateter
- Kemandirian : kemandirian menurun
BAB
- Frekuensi : Semakin jarang (Konstipasi)
- Jumlah : Semakin sedikit
- Warna Bau : Bau khas feses
- Karakter : Padat, terkadang melena, nyeri saat BAB
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : dibantu petugas
Balance Cairan
Pada penderita ca mammae balance cairan dihitung menggunakan rumus balance
cairan (IWL) dengan intake cairan dikurangi jumlah output cairan.
a. Input :
Input dihitung dari jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien bisa
berasal dari cairan infus, air dan makanan yang dikonsumsi selama 24 jam.
b. Balance cairan dihitung menggunakan rumus IWL
1 15 𝑋 𝐵𝐵
IWM :2 x = ........ cc/ jam
24

c. Balance cairan = intake-output = .......cc ( hasilnya +/-)


Interpretasi : hasil balance cairan penderita ca mammae bisa hasilnya positif
atau negatif tergantung dari kondisi pasien dan jumlah cairan yang masuk
dalam tubuh pasien. Hasil dari balance cairan harus disesuaikan dengan hasil
balance cairan yang diitung (IWL).
4. Pola aktivitas & latihan
Pada klien dengan ca mammae maka aktivitas sehari-hari mengalami
penurunan
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum ✓

Toileting ✓
Berpakaian ✓

Mobilitas di tempat tidur ✓

Berpindah ✓

Ambulasi / ROM ✓

Ket : 0 : tergantung total, 1 : dibantu petugas dan alat, 2 : dibantu petugas, 3 :


dibantu alat, 4 : mandiri.
5. Pola tidur & istirahat
1. Durasi : semakin sedikit karena mengalami nyeri
2. Gangguan tidur : pola tidur sedikit terganggu
3. Keadaan bangun tidur : -
Interpretasi : Terdapat gangguan pola tidur pasien
6. Pola kognitif & perceptual
a. Fungsi Kognitif dan Memori :
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
b. Fungsi dan keadaan indera :
Keadaan indera pasien akan baik apabila keganasan belum sampai pada
idera tertentu.
Interpretasi : Terdapat gangguan pola kognitif dan perceptual
7. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri : Klien biasanya merasa tidak seperti wanita pada umumnya
apabila payudara yang megalami ca mammae diangkat atau dilakukan
operasi.
b. Identitas diri : dilakukan dengan mengkaji identitas umum klien (jenis
kelamin, umur, dll)
c. Harga diri : Pasien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai
wanita normal.
e. Peran Diri : Pasien dengan ca mammae biasanya adalah seseorang dalam
usia produktif dan sedang bekerja. Pastinya akan menghawatirkan peran
dirinya dalam keluarga.
Interpretasi :
Pola persepsi diri pasien akan mengalami gangguan.
8. Pola seksualitas & reproduksi
a. Pola seksualitas
Pasien mengatakan pola seksualitas pada usia prduktif akan mengalami
gangguan.
b. Fungsi reproduksi
Reproduksi pasien tidak berfungsi dengan baik
Interpretasi : Pola seksualitas dan reproduksi pasien megalami masalah.
9. Pola peran & hubungan
Dilakukan dengan mengkaji bagaimana pola hubungan dan peran klien
sebelum dan sesudah sakit
Interpretasi : Pasien mengalami gangguan bila pola peran dan hubungan
semasa sakit berbeda jauh dan terganggu misalnya pasien menarik diri dari
lingkungnnya dibandingkan dengan sebelum sakit
10. Pola manajemen koping-stress
Dilakukan dengan melihat seberapa besar optimism pasien dalam menghadapi
penyakit tersebut
Interpretasi : Pola koping dikatakan tidak efektif apabila klien tidak memilki
semangat untuk sembuh dan pesimis
11. System nilai & keyakinan
Dilakukan dengan mengkaji agama ataupun kepercayaan klien sebagai
pegangan hidup
Interpretasi : Sistem nilai dan keyakinan dikatakan bermasalah apabila klien
sudah mulai tidak percaya lagi terhadap agamanya maupun apa yang diyakini
IV. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
Pasien tampak lemas, berbaring, kesadaran kompos mentis, dan merasa nyeri
dibagian perlukaa ca mammae.
b. Tanda vital:
c. Tekanan Darah : mm/Hg
d. Nadi : X/mnt
e. RR : X/mnt
f. Suhu : C
Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
Inspeksi : kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam namun
sebagin sudah berubah putih (uban), distribusi normal, tidak mudah rontok.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan,
tidak ada lesi.
2. Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks
pipil terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam.
Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
3. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak
ada kelainan bentuk.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal, tidak teraba
benjolan abnormal pada kedua telinga.
4. Hidung
Inspeksi : hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu
pernafasan
5. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, bisa terpasang alat bantu pernafasan
6. Dada
Inspeksi : terlihat kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi
atau tanda-tanda radang.
Palpasi : teraba adanya benjolan di payudara dengan batas yang tegas.
Auskultasi : suara nafas vesikuler dan terkadang terasa sesak.
7. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
8. Urogenital
Klien terpasang alat bantu kateter, urin pasien di urine bag berwarna kuning,
tidak ada distensi kandung kemih dan tidak ada nyeri tekan.
9. Ekstremitas
Inspeksi: tampak ada kekakuan otot
Palpasi: akral dingin, edema tungkai (-), tugor kuit baik.
10. Kulit dan kuku
Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink tapi
pucat.
Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <3 detik
11. Keadaan local
Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat bantu
pernafasan, kesadaran compos mentis (sadar penuh)

V. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium


Pemeriksaan Diagnostik
1. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik,
identifikasi metastatik dan evaluasi.
2. Biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2
3. Penanda tumor
4. Mammografi
5. Sinar X dada
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbagan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis yang ditandai berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat
badan ideal dan nyeri abdomen.
2. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi yang ditandai dengan
kerusakan integritas kulit.
3. Nyeri Kronis b.d infiltrasi tumor yang ditandai dengan keluhan
karakteristik nyeri dan perubahan pola tidur.
4. Ansietas b.d ancaman kematian terkait penyakit yang ditandai dengan
perilaku gelisah dan fisiologis wajah tegang.
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh dan prosedur bedah
yang ditandai dengan gangguan fungsi tubuh.
6. Resiko Infeksi b.d penyakit kronis ca mammae

3.3 Intervensi
Diagnosa : Ketidakseimbagan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : Setelah dilakukan perawatan selama …x 24 jam maka pasien
menunjukkan indikator:
Status Nutrisi : Makanan dan Intake Cairan.
2. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
3. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
5. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
Manajemen Nutrisi
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Berikan makanan yang terpilih ( sesuai yang diberikan oleh ahli gizi)
3. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Monitoring Nutrisi
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor lingkungan selama makan
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor makanan kesukaan
8. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
9. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

Diagnosa : Kerusakan integritas kulit


NOC : Setelah dilakukan perawatan selama …x 24 jam maka pasien
menunjukkan indikator: Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa
Kriteria Hasil :
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
2. Perfusi jaringan baik
3. Nekrosis jaringan ringan
4. Lesi pada kulit rinngan

NIC :
Perawatan Luka : Tidak Sembuh
1. Gambarkan karakteristik ulkus, catat ukuran, lokasi, cairan, warna,
perdarahan, nyeri bau dan edema.
2. Catat perubahan evolusi ulkus yang diamati
3. Hindari menyeka ulkus ketika membersihkan
4. Diskusikan dengan pasien aspek yang paling menghawatirkan dari ulkus
5. Demonstrasikan kepada klien dan keluarga mengenai prosedur untuk
merawat ulkus, yang sesuai.
6. Demonstrasikan metode untuk melindungi luka dari pukulan, tekanan, dan
gesekan (misalnya penggunaan bantal, alas, atau bantalan)
7. Dorong pasien dan keluarga untuk berperan aktif dalam perawatan dan
rehabilitasi yang sesuai.

Diagnosa : Nyeri Kronis


NOC : Setelah dilakukan perawatan selama …x 24 jam maka pasien
menunjukkan indikator:
1. Tingkat nyeri
2. Kontrol nyeri
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal

NIC :
Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
f. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
g. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
h. Tingkatkan istirahat
i. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Pemberian Analgesik
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
7. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
8. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
9. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

Diagnosa : Ansietas
NOC : Setelah dilakukan perawatan selama …x 24 jam maka pasien
menunjukkan indikator:
1. Kontrol Kecemasa
2. Koping
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol
cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :
1. Penurunan Kecemasan
2. Gunakan pendekatan yang menenangkan
3. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
4. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
6. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
7. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Identifikasi tingkat kecemasan
9. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
10. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
11. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

Diagnosa : Gangguan citra tubuh


NOC : Setelah dilakukan perawatan selama …x 24 jam maka pasien
menunjukkan indikator:
1. Citra Tubuh
Kriteria Hasil :
5. Gambaran internal diri positif pasien sering
6. Deskripsi tubuh yang terkena dampak ditingkatkan ke sering positif
7. Kepuasan dengan penampilan tubuh ditingkatkan ke sering positif
NIC :
Peningkatan Citra Tubuh
1. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan [bagian tubuh]
disebabkan adanya penyakit atau pembedahan, dengan cara yang tepat.
2. Tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada citra diri pasien
3. Bantu pasien untuk mendiskusikan stressor yang mempengaruhi citra diri
terkait dengan kondisi penyakit atau pembedahan.
4. Bantu pasien untuk megidentifikasi bagian dari tubuhya yag memiliki
presepsi positif terkait dengan tubuhnya
5. Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan tindakan yang akan
meningkatkan penampilan.
Peningkatan Harga Diri
1. Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
2. Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
3. Dukung [Melakukan] kontak mata pada saat berkomunikasi dengan orang
lain.
4. Jangan mengkritisi pasien secara negative
5. Buat pernyataan positif menngenai pasien

Diagnosa : Resiko Infeksi


NOC : Setelah dilakukan perawatan selama …x 24 jam maka pasien
menunjukkan indikator:
1. Kontrol resiko : Proses Infeksi
2. Deteksi Resiko
Kriteria Hasil :
Kontrol resiko : Proses Infeksi
1. Mengenali faktor resiko individu terkait infeksi ditingkatkan ke sering
menunjukkan
2. Menngetahui perilaku yang berhubungan dengan resiko infeksi ditingkatkan ke
sering menunjukkan
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi ditingkatkan ke sering menunjukkan

Deteksi Resiko
1. Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan resiko ditingkatkan ke
sering menunjukkan
2. Mengetahuiriwayat penyakit dalam keluarga ditingkatkan ke sering
menunjukkan
3. Menggunakan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan ditingkatkan
ke sering menunjukkan
NIC :
Kontrol Infeksi
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan pasien
3. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
4. Dorong untuk beristirahat
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan
6. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana menghindari infeksi

3.4 Implementasi
Diagnosa Implementasi Paraf
Ketidakseimbagan nutrisi : Manajemen Nutrisi NDR
kurang dari kebutuhan tubuh 1. Mengkaji adanya alergi makanan.
2. Memberikan makanan yang terpilih (sesuai
yang diberikan oleh ahli gizi)
3. Mengajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
4. Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
5. Mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Monitoring Nutrisi
1. BB pasien dalam batas normal.
2. Memonitor adanya penurunan berat badan
3. Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Memonitor lingkungan selama makan
5. Memonitor turgor kulit
6. Memonitor mual dan muntah
7. Memonitor makanan kesukaan
8. Mencatat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
9. Mencatat jika lidah berwarna magenta, scarlet

Kerusakan integritas kulit 1. Menggambarkan karakteristik ulkus, catat


ukuran, lokasi, cairan, warna, perdarahan,
nyeri bau dan edema.
2. Mencatat perubahan evolusi ulkus yang
diamati.
3. Menghindari menyeka ulkus ketika
membersihkan
4. Mendiisusikan dengan pasien aspek yang
paling menghawatirkan dari ulkus
5. Mendemonstrasikan kepada klien dan
keluarga mengenai prosedur untuk merawat
ulkus, yang sesuai.
Nyeri Kronis 1. Melakukan pengkajian nyeri NDR
secarakomprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
4. Mengkontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
5. Memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
6. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
7. Meningkatkan istirahat pasien.Tingkatkan
istirahat
8. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Ansietas 1. Membantu pasien untuk mendiskusikan NDR


perubahan-perubahan [bagian tubuh]
disebabkan adanya penyakit atau
pembedahan, dengan cara yang tepat.
2. Menentukan perubahan fisik saat ini apakah
berkontribusi pada citra diri pasien
3. Membantu pasien untuk mendiskusikan
stressor yang mempengaruhi citra diri
terkait dengan kondisi penyakit atau
pembedahan.
4. Membantu pasien untuk megidentifikasi
bagian dari tubuhya yag memiliki presepsi
positif terkait dengan tubuhnya.
5. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
tindakan tindakan yang akan meningkatkan
penampilan.
Peningkatan Harga Diri
1. Mendukung pasien untuk bisa
mengidentifikasi kekuatan
2. Membantuantu pasien untuk menemukan
penerimaan diri
3. Mendukung ukung [Melakukan] kontak
mata pada saat berkomunikasi dengan
orang lain.
Jangan mengkritisi pasien secara
negative

Gangguan citra tubuh Peningkatan Citra Tubuh NDR


1. Membantu pasien untuk mendiskusikan
perubahan-perubahan [bagian tubuh]
disebabkan adanya penyakit atau
pembedahan, dengan cara yang tepat.
Menentukan perubahan fisik saat ini
apakah berkontribusi pada citra diri
pasien
Membantu cBantu pasien untuk
mendiskusikan stressor yang
mempengaruhi citra diri terkait dengan
kondisi penyakit atau pembedahan.
2. Membantu pasien untuk megidentifikasi
bagian dari tubuhya yag memiliki
presepsi positif terkait dengan tubuhnya
3. Membatu pasien untuk mengidentifikasi
tindakan tindakan yang akan
meningkatkan penampilan.
Peningkatan Harga Diri
1. Dukung pasien untuk bisa
mengidentifikasi kekuatan
2. Bantu pasien untuk menemukan
penerimaan diri
3. Dukung [Melakukan] kontak mata pada
saat berkomunikasi dengan orang lain.
4. Jangan mengkritisi pasien secara
negative.
5. Buat pernyataan positif menngenai
pasien

3.5 Evaluasi

Diagnosa Evaluasi Paraf


Ketidakseimbagan nutrisi : S : Pasien mengatakan mampu memenuhi NDR
kurang dari kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisinya dengan baik, lemas
lagi.
O : berat badan pasien kembali normal, pasien
mampu menghabiska 1 porsi makanan
A : Masalah pasien teratasi
P : Hentikan intervensi
Kerusakan integritas kulit S : Pasien mengatakan mampu lesi yang sudah
mengering.
O : lesi kering, tidak tampak pus.
A : Masalah pasien teratasi
P : Hentikan intervensi
Nyeri Kronis S : Pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi NDR
O : tidak ada warna kemerahan, nyeri tekan
A : Masalah pasien teratasi
P : Hentikan intervensi
Ansietas S : Pasien mengatakan sudah bisa mengontrol NDR
emosinya.
O : tidak tegang dan gelisah, dan memahami
mengenai penyakitnya.
A : Masalah pasien teratasi
P : Hentikan intervensi
Gangguan citra tubuh S : Pasien mengatakan mampu menerima NDR
perubahan yang ada pada dirinya.
O : tidak ada warna kemerahan, nyeri tekan,
mau menerima dirinya apa adanya
A : Masalah pasien teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB 4. DISCHARGE PLANNING
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) Discharge planning untuk klien dengan
CA Mammae adalah :
1. Terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan endokrin
2. Lakukan pemeliharaan kulit/diri dengan benar, yang terdiri dari:
a. menggunakan sabun ringan dengan penggoskan minimal.
b. hindari sabun berparfum atau berdeodoran
c. gunakan lotion hidrofilik untuk keringanan
d. gunakan sabun aveno jika terjadi pruritus
e. hindari pakaian yang ketat, kutang dengan kawat penyangga, dan suhu
yang berlebihan atau cahaya ultraviolet.
3. Hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan shampo ringan untuk
menghindari kerontokan
4. Biarkan rambut mengering secara alami dan jangan menyikat rambut
5. Konsultasikan dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal
6. Istirahat cukup dan olahraga secara teratur
7. Makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh
8. Jika mengingkan kehamilan konsultasikan dengan dokter karena
kebanyakan diminta menunggu selama 2 tahun
9. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Adapun tata cara sadari (periksa payudara sendiri) adalah sebagai berikut:
a. berdirilah didepan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. bila terdapat kelainan itu
atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke
dokter.
b. letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara. kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung
tergantung ke bawah, & periksa lagi.
c. berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal dibawah bahu kiri. rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. kemudian periksa juga apakah ada benjolan atan
pembengkakan pada ketiak kiri.
d. periksalah dan rabalah puting susu dan sekitarnya. pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa
kenyal dan mudah digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari
tempatnya). bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1cm atau lebih,
segeralah pergi ke dokter. makin dini penanganan, semakin besar
kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

C. J. H. Van de Velde (1996), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono”Penerbit


Kedokteran, Jakarta, EGC
Diananda R, 2009. Kanker Payudara. Dalam: Saleh AQ. Mengenal seluk beluk
kanker. Jogjakarta: Katahati. hlm. 61–74.
Kemenkes RI. (2002). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Jakarta.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional Kemenkes RI. Diunduh dari
http://digilib.unila.ac.id/6397/16/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Diakses
tanggal 09 Januari 2018.

NANDA International. (2015). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


Edisi 10, 2015-2017. Jakarta : EGC.

Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. (2013). Nursing Interventions Classification


(NIC) Edisi 6 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. (2013). Nursing Outcomes Classification


(NOC) Edisi 5 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction

Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta.
Setiawan, S. D. (2015). The Effect of Chemotherapy in Cancer Patient to Anxiety,
4, 94–99.
Siswono, 2002. Kanker Payudara Bisa Dideteksi Sendiri. (Online),
(http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1010552074,29807,
diakses 24 Desember 2009)
Sloane, Ethel. (2003). Anatomi dan Fisiologi . Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Soetrisno E, 2010. Payudara. Dalam: Nasar IM, Himawan S, Marwoto W. Buku
ajar patologi II. Edisi ke–1. Jakarta: Sagung Seto. hlm. 156–78

Anda mungkin juga menyukai