01 Modul APBJ 2018 PDF
01 Modul APBJ 2018 PDF
sd
ik
la
tw
as
BP
KP
Pu
sd
ik
la
tw
as
BP
KP
KP
BP
Audit Pengadaan Barang/Jasa
as
tw
la
ik
sd
Pu
Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP dalam rangka
Diklat Audit Pengadaan Barang/Jasa (APBJ)
KP
Dr. Daissy Erdhianty
Pereviu : David Bobby
Penyunting : Erwin Adiyatno
BP
Penata Letak : Didik Hartadi as
tw
la
ik
sd
Pu
Pusdiklatwas BPKP
Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 - 8249003
Fax. (0251) 8248986 - 8248987
Email : [email protected]
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e-Learning : http://lms.bpkp.go.id
Perubahan lingkungan menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat,
hal ini menuntut setiap orang untuk selalu memutakhirkan dan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengikuti pendidikan
dan pelatihan.
Pusdiklatwas BPKP sebagai salah satu instansi penyelenggara pendidikan dan pelatihan
(diklat), berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para pengguna jasanya. Melalui
proses analisis terhadap kebutuhan diklat dan evaluasi atas materi diklat, diikuti dengan
langkah perbaikan berkelanjutan serta kendali mutu yang memadai, kami berusaha untuk dapat
menyajikan modul dengan materi terkini untuk mendukung pencapaian kompetensi para
peserta diklat sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
KP
Modul ini adalah salah satu bahan ajar tertulis untuk digunakan pada proses pembelajaran diklat
teknis substansi yang dilaksanakan oleh Pusdiklatwas BPKP. Materi modul juga dirancang
BP
untuk dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapannya di tempat kerja. Namun, modul ini
tidak dimaksudkan untuk menjadi satu‐satunya referensi yang berkenaan dengan substansi
materinya. Peserta diklat diharapkan memperkaya pemahamannya melalui berbagai referensi
as
lain yang terkait.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi
tw
Djoko Prihardono
Pu
KP
A. KONSEPSI PENGADAAN BARANG/JASA ........................................................................ 5
B. TUJUAN, KEBIJAKAN, PRINSIP DAN ETIKA PENGADAAN BARANG/JASA ...................... 6
BP
C. PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA ......................................................................... 10
D. PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK, SUMBER DAYA MANUSIA DAN KELEMBAGAAN,
PENGAWASAN, PENGADUAN, SANKSI, DAN PELAYANAN HUKUM ........................... 12
as
E. PERENCANAAN PENGADAAN ..................................................................................... 17
F. PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA .................................................................... 19
tw
KP
Lampiran 1.......................................................................................................................................... 83
Lampiran 2.......................................................................................................................................... 89
BP
Lampiran 3-1 ...................................................................................................................................... 91
Lampiran 3.2 .................................................................................................................................... 111
as
Lampiran 3.3 .................................................................................................................................... 119
Lampiran 3.4 .................................................................................................................................... 121
tw
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
KP
Ilustrasi 4.2 Hubungan KKA dengan Program Kerja Audit (PKA) ....................................................... 69
Ilustrasi 4.3 Simpulan Hasil Pengujian ............................................................................................... 70
BP
Ilustrasi 4.4 Temuan Hasil Audit ........................................................................................................ 72
as
tw
la
ik
sd
Pu
A. LATAR BELAKANG
Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian dari kegiatan dalam pelaksanaan anggaran
belanja pemerintah baik pusat maupun daerah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
barang/jasa dalam rangka berjalannya tugas pokok dan fungsi organisasi pemerintah dalam
pemberian layanan publik kepada masyarakat.
Karena melibatkan jumlah anggaran yang besar, pengadaan barang/jasa merupakan suatu kegiatan
yang memiliki risiko tinggi dalam ketidakefisienan dan ketidakefektifan, serta penyelewengan/
KP
kecurangan. Salah satu titik rawan korupsi, khususnya di pemerintahan, adalah pengadaan
barang/jasa.
BP
Sebagai bagian dari manajemen organisasi pemerintahan, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) berperan untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa telah efisien,
as
ekonomis, dan efektif serta memberikan pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya (value
for money), berkontribusi dalam meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, meningkatkan
tw
peran Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta pembangunan berkelanjutan. Audit
atas pengadaan barang/jasa bertujuan untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa telah
la
dilaksanakan secara efektif, efisien, ekonomis, dan taat pada peraturan, serta untuk menjamin
ik
Untuk dapat melaksanakan audit pengadaan barang/jasa dengan efektif, APIP harus memiliki
kompetensi yang memadai. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman tentang ketentuan dan tata
Pu
cara pelaksanaan pengadaan barang/jasa serta teknik-teknik dalam pelaksanaan audit pengadaan
barang/jasa.
Dengan kompetensi tersebut diharapkan hasil audit APIP bisa memberi manfaat bagi manajemen
dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
Modul ini disusun untuk memenuhi materi pelajaran pada Diklat Teknis Substansi Audit Pengadaan
Barang/Jasa bagi APIP. Setelah mengikuti diklat tersebut, peserta mampu melaksanakan audit
pengadaan barang/jasa dengan efektif.
Modul ini membekali peserta dengan materi berupa konsep, teknik, serta contoh tentang audit
pengadaan barang/jasa instansi pemerintah, yang terdiri atas pokok bahasan dan sub pokok
KP
bahasan sebagai berikut.
BP
Bab ini membahas konsepsi pengadaan barang/jasa, cara dan tahapan pengadaan,
prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa, kebijakan umum, dasar hukum/peraturan
as
pengadaan barang/jasa, organisasi pengadaan barang/jasa, etika pengadaan
barang/jasa, pengendalian dan pengawasan pengadaan barang/jasa, persiapan
tw
pengadaan barang/jasa.
la
Bab ini membahas konsepsi audit pengadaan barang/jasa, output dan outcome yang
sd
diharapkan, pemilihan pengadaan yang akan diaudit dan penetapan yang akan
mengaudit, penerapan outcome based audit, tahapan audit pengadaan barang dan
Pu
jasa.
D. METODE PEMBELAJARAN
Agar peserta mampu memahami konsep PBJ dan audit PBJ beserta implementasinya, proses
KP
belajar mengajar menggunakan pendekatan pembelajaran orang dewasa (andragogi). Dengan
metode ini, peserta didorong untuk berperan serta secara aktif melalui komunikasi dua arah.
BP
Metode pembelajaran ini menerapkan kombinasi proses belajar mengajar dengan cara ceramah,
tanya jawab, dan diskusi/latihan pemecahan kasus. Instruktur akan membantu peserta dalam
memahami materi dengan metode ceramah dan pembahasan contoh kasus. Dalam proses ini
as
peserta diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau menanggapi materi pelajaran. Agar
proses pendalaman materi dapat berlangsung dengan lebih baik, dilakukan diskusi kelompok
tw
sehingga peserta benar-benar dapat secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar. Modul ini
dilengkapi dengan buku kerja yang berisi kasus-kasus dan pertanyaan untuk diskusi dalam rangka
la
~
sd
Pu
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta diklat mampu memahami
proses dan ketentuan yang berlaku di dalam pengadaan barang/jasa.
KP
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya dimulai
sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
BP
Ruang lingkup pengadaan barang/jasa bersumber dari APBN/APBD, termasuk untuk pengadaan
barang/jasa yang:
as
• sebagian atau seluruh dananya bersumber dari pinjaman dalam negeri dan/atau hibah dalam
negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
tw
• sebagian atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri.
la
Ketentuan pengadaan barang/jasa diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 16 Tahun
ik
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Ketentuan tersebut dijabarkan lebih lanjut
sd
KP
f. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
BP
g. Mendorong pemerataan ekonomi;
h. Mendorong Pengadaan berkelanjutan.
as
2. Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa (PBJ)
tw
Terdapat tujuh prinsip dalam kegiatan pengadaan barang/jasa, yaitu: efisien, efektif,
transparan, terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel.
b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran
yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
KP
bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang/jasa yang berminat
serta oleh masyarakat pada umumnya.
BP
d. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa
yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
as
yang jelas.
tw
pengadaan barang/jasa.
sd
f. Adil, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa
Pu
g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Melalui penerapan ketujuh prinsip di atas diharapkan dapat membuat pengadaan barang/
jasa dapat berjalan seperti yang diharapkan serta memberi manfaat yang maksimal bagi
semua pihak. Apabila prinsip-prinsip tersebut dapat dilaksanakan, diharapkan akan diperoleh
barang/jasa yang tepat. Di samping itu, dari sisi penyedia barang/jasa akan terjadi persaingan
yang sehat dan pada gilirannya akan mendorong peningkatan kualitas dan kemampuan
penyedia barang/jasa.
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai
sasaran, kelancaran, dan ketapatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa
b. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut
sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
persaingan usaha yang tidak sehat
KP
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
BP
dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait
h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
sd
menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang
diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa
Pu
Para pihak tidak boleh memiliki peran ganda atau terafiliasi dalam proses pengadaan demi
menjamin perilaku yang konsisten dari para pihak dalam melakukan pengadaan. Contoh
peran ganda adalah sebagai berikut.
• Dalam suatu badan usaha, seorang anggota direksi atau dewan komisaris merangkap
sebagai anggota direksi atau dewan komisaris pada badan usaha lainnya yang menjadi
peserta pada tender/seleksi yang sama;
• Beberapa badan usaha yang mengikuti Tender/Seleksai yang sama, dikendalikan baik
langsung maupun tidak langsung oleh pihak yang sama, dan/atau kepemilikan
sahamnya lebih dari 50% (lima puluh persen) dikuasai oleh pemegang saham yang
sama.
Para pihak dalam proses pengadaan harus memegang teguh etika pengadaan seperti yang
KP
diuraikan di atas. Pelanggaran terhadap salah satu atau lebih etika kemungkinan besar akan
melanggar prinsip-prinsip pengadaan seperti yang diuraikan di atas. Sebagai contoh apabila
BP
melanggar etika 1), yaitu bekerja dengan tidak tertib akan melanggar prinsip akuntabel dan
atau efisien dan atau efektif. Demikian juga bila melanggar etika 2), yaitu bekerja secara
profesional dan mandiri serta menjaga kerahasiaan akan melanggar prinsip bersaing dan atau
as
adil dan atau akuntabel dan atau transparan.
tw
Semakin banyak etika yang dilanggar dapat semakin besar kemungkinan bahwa tujuan
pengaturan proses pengadaan barang/jasa melalui Perpres Nomor 16 Tahun 2018 menjadi
la
Pelaku pengadaan barang/jasa adalah para pihak yang terlibat dalam proses pengadaan barang/
jasa baik melalui swakelola maupun penyedia.
1. Pengguna barang/jasa yang terdiri dari Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan/Pejabat
Pengadaan dan Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PjPHP/PPHP), yang bertujuan
untuk pemenuhan nilai manfaat (value for money) dan berkontribusi dalam peningkatan
penggunaan produk dalam negeri, peningkatan peran Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah (UMKM) serta pembangunan berkelanjutan.
KP
2. Pelaksanaan pekerjaan, dibagi menjadi:
BP
a. Penyelenggara swakelola, yaitu pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
swakelola, yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang tidak
bisadilaksanakan oleh penyedia barang/jasa
as
b. Penyedia barang/jasa, adalah pelaku usaha baik berbentuk badan usaha maupun
tw
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA
untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tidanakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah.
Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk
mengelola pemilihan penyedia. Sedangkan Pejabat Pengadaan adalah pejabat
adminstrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas untuk melaksanakan pengadaan
langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau e-Purchasing.
5. Agen Pengadaan
KP
Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh
kepercayaan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi
BP
pekerjaan.
6. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PjPHP) dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PjPHP)
as
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PjPHP) adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan
tw
barang/jasa. Sedangkan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PjPHP) adalah tim yang bertugas
memeriksa adminstrasi hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa.
la
ik
7. Penyelenggara Swakelola
sd
Tim persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan
rencana biaya.
Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan fisik maupun
administrasi swakelola.
Kemajuan teknologi informasi telah menyediakan sistem dan sarana dalam menunjang proses
pengadaan dari cara manual ke arah pengadaan secara elektronik. Keberadaan sistem ini
memberikan banyak manfaat kepada pelaku PBJ berupa efisiensi, transparansi dan akuntabilitas
serta memberikan kesempatan yang luas kepada penyedia untuk berpartisipasi dalam PBJ.
Pengadaan barang/jasa secara elektronik adalah pengadaan yang dilakukan oleh organisasi
pembeli dengan penyedia. Transaksi secara elektronik dapat dilakukan antara organisasi
bisnis dengan organisasi bisnis yang lain, organisasi bisnis dengan konsumen atau organisasi
KP
pemerintah dengan bisnis sebagai penyedia.
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
Sumber: Modul LKPP PBJ Elektronik, SDM PBJ, Pengawasan, Sanksi, 2018
a. Penyelenggaraan PBJ menggunakan sistem informasi yaitu SPSE dan sistem pendukung
SPSE merupakan aplikasi PBJ secara elektronik yang dikembangkan oleh LKPP untuk
diterapkan pada K/L/PD di seluruh Indonesia
KP
SPSE bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses pengadaan dan meningkatkan
transparansi dalam pelayanan PBJ. Semua proses dalam ruang lingkup SPSE dilakukan
BP
secara real time, terekam dalam SPSE dan dilakukan secara terintegrasi tidak terpisah-
pisah.
as
b. PBJ secara elektronik memanfaatkan e-Marketplace meliputi katalog elektronik, toko
daring dan pemilihan penyedia.
tw
• Katalog Elektronik
la
Adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis
ik
dan harga barang/jasa tertentu yang telah dilakukan melalui negosiasi atau
tender oleh K/L/PD atau LKPP. Penggunaan katalog elektronik meningkatkan
sd
• Toko daring
Toko Daring atau Toko Dalam Jaringan bisnis online adalah suatu tempat
terjadinya transaksi barang/jasa melalui sebuah sistem yang memungkinkan
penjual dan pembeli melakukan transaksi secara real time.
• Pemilihan penyedia
Pemilihan penyedia secara elektronik dilakukan untuk pengadaan langsung,
penunjukan langsung, tender dan seleksi eletronik. Pemilihan penyedia secara
elektronik merupakan tata cara pemilihan yang dapat diikuti oleh semua
penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan sesuai dengan metode
pemilihan di atas
Pengelola pengadaan barang/jasa adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh untuk melaksanakan kegiatan perencanaan
pengadaan, pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak, dan manajemen aset.
Pengangkatan pengelola pengadaan dilakukan dengan mekanisme pengangkatan
pertama, perpindahan dari jabatan lainnya atu penyesuaian.
KP
Aparatur Sipil Negara/Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik
BP
Indonesia di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Republik Indonesia,
dan/atau dari ASN yang telah bekerja di lingkungan Kementerian Pertahanan dan
Kepolisian Republik Indonesia.
as
Pengangkatan pengelola pengadaan dilakukan dengan mekanisme pengangkatan
tw
c. Personil lain
la
ik
permanen akan membantu pelaku pengadaan dalam mengidentifikasi siapa yang melakukan
apa, memudahkan koordinasi, memudahkan pengelolaan pekerjaan, menjadikan fungsi
pengadaan sebagai lembaga yang independen, mandiri dan kredibel.
a. Pengawasan Internal
b. Pengaduan Masyarakat
Proses penyampaian pengaduan terkait adanya indikasi KKN yang merugikan negara
dalam pengadaan barang/jasa dapat digambarkan sebagai berikut.
KP
Gambar 1.2 Proses Penyampaian Pengaduan
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
Sumber: LKPP, Modul PBJ Elektronik, SDM PBJ, Pengawasan, Pengaduan, Sanksi dan Pelayanan Hukum, 2018.
LKPP juga telah mengembangkan suatu sistem pengaduan pengadaan barang dan jasa
pemerintah.
c. Sanksi
KP
Sanksi dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dikenakan kepada
pelaku pengadaan yang terbukti secara hukum melakukan pelanggaran pada proses
BP
pengadaan barang/jasa.
proses katalog.
la
Sanksi terhadap Peserta Pemilihan dikenakan dalam hal terjadi perbuatan atau
tindakan sebagai berikut:
ik
d. Pelayanan Hukum
E. PERENCANAAN PENGADAAN
Perencanaan pengadaan dilakukan pada kedua cara pengadaan, baik yang melalui swakelola
ataupun melalui pemilihan penyedia. Perencanaan akan memudahkan pelaksanaan pengadaan
dan memberikan indikator-indikator yang dapat terukur seperti, ruang lingkup, biaya, kualitas,
risiko, jadwal dan kriteria penerimaan.
KP
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa adalah perencanaan jenis barang/jasa yang akan diadakan
melalui spesifikasi atau kerangka acuan kerja, bagaimana pengadaan akan dilakukan dan siapa saja
BP
penyedia potensial yang akan diundang. Dalam perencanaan pengadaan, selain membuat
dokumen rencana pengadaan, juga menetapkan cara pengiriman dokumen pemilihan kepada
penyedia, bagaimana penyedia harus merespon dan memberikan penawaran, serta kriteria
as
evaluasi yang akan digunakan untuk memilih penyedia.
tw
1. Identifikasi kebutuhan
2. Penetapan barang/jasa
Penetapan barang/jasa sesuai dengan kebutuhan organisasi dilakukan dengan melihat paket
dan prioritas pengadaan barang/jasa.
KP
Cara pengadaan barang/jasa yang sesuai dengan kebutuhan organisasi dilakukan dengan
melihat kesesuaian paket untuk diadakan melalui swakelola atau melalui pemilihan
BP
penyedia.
PERSIAPAN SWAKELOLA
Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah, Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain, organisasi kemasya-
KP
rakatan, atau kelompok masyarakat.
BP
Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola dituangkan dalam Kerangka acuan kerja (KAK)
Kegiatan/subkegiatan/output meliputi:
5. Rencana biaya.
KP
Persiapan pengadaan barang/jasa melalui Penyedia meliputi:
BP
Spesifikasi adalah karakteristik total dari barang/jasa, yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan pengguna barang/jasa yang dinyatakan secara tertulis
as
Untuk Pengadaan barang/konstruksi/jasa lainnya disebut Spesifikasi, sedangkan untuk
tw
pekerjaan jasa konsultansi disebut Kerangka Acuan Kerja (KAK). KAK berisi uraian ruang
lingkup pekerjaan, kualifikasi tenaga ahli, dan waktu penyelesaian pekerjaan
la
aspek: teknis (mutu barang/jasa), jumlah, lokasi, waktu, dan tingkat pelayanan
sd
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perkiraan harga barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK.
Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PA/KPA/PPK dan Penyedia Barang/Jasa atau
pelaksana Swakelola.
Surat jaminan adalah surat yang menyediakan perlindungan bagi instansi pemerintah bahwa
penyedia akan memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan kontrak.
KP
Surat jaminan dapat diterbitkan oleh Bank Umum/Perusahaan Asuransi/Lembaga Pejaminan
Simpanan. Khusus asuransi dan lembaga penjaminan wajib memiliki ijin dari Otoritas Jasa
BP
Keuangan (OJK).
5. Metode Pemilihan
as
Metode pemilihan pengadaan barang/jasa yaitu
tw
a. E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa rnelalui sistem katalog elektronik
la
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
Pu
KP
jangka waktu operasi tertentu
3 Harga Terendah. Pengadaan dalam hal harga menjadi dasar Pengadaan
BP
penetapan pemenang di antara penawaran komputer
yang memenuhi persyaratan teknis
as
Metode evaluasi untuk pengadaan jasa konsultansi dapat dilihat pada tabel dibawah ini
tw
1 Kualitas dan Biaya Pekerjaan yang ruang lingkup pekerjaan, Jasa Konsultan
sd
KP
- Spesifikasi teknisnya belum bisa ditentukan dengan pasti
- Mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan
BP
desain penerapan teknologi yang berbeda
- Dimungkinkan perubahan sepesifikasi teknis berdasarkan
klarifikasi penawaran teknis yang diajukan
as
- Membutuhkan penyetaraan teknis
tw
Metode penyampaian untuk pengadaan Jasa Konsultansi dapat dilihat pada tabel dibawah
la
ini.
ik
8. Kualifikasi
Jadwal pemilihan untuk setiap tahapannya ditetapkan berdasarkan alokasi waktu yang cukup
bagi Pokja Pemilihan dan peserta pemilihan sesuai dengan kompleksitas pekerjaan.
Dokumen pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan /Pejabata
Pengadaan/Agen Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh
para pihak dalam pemilihan penyedia.
a. Dokumen kualifikasi
KP
Dokumen kualifikasi memuat informasi persyaratan kualifikasi penyedia antara lain
BP
persyaratan kompetensi, kemampuan usaha dan persyaratan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Secara proses, pelaksanaan swakelola untuk semua tipe swakelola dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 1.5 Tahapan Aktivitas Pelaksanaan PBJ Melalui Swakelola
KP
BP
as
tw
la
ik
Tim Pelaksana Swakelola melaksanakan atau mengeksekusi pekerjaan yang telah dibuat
sesusai dengan rencana dalam dokumen Perencanaan Swakelola. Pelaksanaan Pekerjaan
berdasarkan Ruang Lingkup, Waktu, Biaya dan Kualitas akan menghasilkan pekerjaan/ produk
yang bisa diserahterimakan (deliverables). Seandainya terdapat perubahan, maka harus
melalui mekanisme perubahan yang telah ditetapkan.
2. Pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan.
Penyaluran dana dalam swakelola dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pembayaran dilakukan terhadap: tenaga kerja, gaji tenaga ahli perseorangan (apabila
diperlukan) dan pembayaran bahan dan/atau peralatan/suku cadang dilakukan berdasarkan
kontrak pengadaan barang.
Pengawasan pekerjaan Swakelola dilakukan oleh Tim Pengawas dengan melakukan observasi
dan supervisi pekerjaan mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan pekerjaan Swakelola.
Kegiatan ini meliputi pengawasan administrasi, pengawasan teknis dan pengawasan
keuangan yang mencakup cara pembayaran serta efisiensi dan efektifitas penggunaan
keuangan
KP
5. Pelaporan Kemajuan Pelaksanaan
BP
Tim Pengawas memberikan laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang meliputi ruang
lingkup pelaksanaan, jadwal dan biaya. Laporan tersebut disampaikan kepada pihak yang
memerlukan terhadap pelaksanaan swakelola yang berisikan hasil evaluasi, masukan dan
as
rekomendasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan pekerjaan Swakelola
selanjutnya.
tw
Setelah semua pekerjaan selesai dan item-item yang harus diserahterimakan dilakukan
secara menyeluruh, maka swakelola dapat ditutup dengan penandatangan Berita Acara
Serah Terima, oleh pihak yang terlibat dalam kontrak pengadaan barang/jasa melalui
swakelola.
KP
BP
Sumber: LKPP, Modul Pelaksanaan PBJ Melalui Swakelola, 2018.
Berdasarkan Tipe Swakelola di atas, penetapan tim swakelola diatur dengan cara sebagai
as
berikut:
tw
a. Swakelola Tipe I
la
Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA;
ik
b. Swakelola Tipe II
sd
Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA, dan Tim Pelaksana
Pu
Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA, dan Tim Pelaksana
ditetapkan oleh penanggung jawab Organisasi Kemasyarakatan pelaksana Swakelola;
d. Swakelola Tipe IV
Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan Tim Pengawas ditetapkan oleh penanggung jawab
Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui penyedia diawali dengan proses pemilihan penyedia.
Secara umum tahapan proses pemilihan antara prakualifikasi dan pascakualifikasi hampir sama.
Pada prakualifikasi penilaian kualifikasi penyedia dilakukan sebelum pemasukan penawaran
sedangkan untuk pascakualifikasi dilakukan bersamaan dengan proses evaluasi penawaran.
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Untuk barang/jasa yang kontraknya harus ditandatangani pada awal tahun, pemilihan dapat
dilaksanakan setelah penetapan Pagu Anggaran K/L atau persetujuan RKA Perangkat Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilakukan setelah RUP diumumkan
terlebih dahulu melalui aplikasi SIRUP
1. E-purchasing
3. Pengadaan langsung
KP
yang dinilai mampu untuk memasukan penawaran yang disertai dengan klarifikasi serta
negosiasi teknis dan harga kepada Pelaku Usaha untuk Pengadaan Langsung yang
BP
menggunakan SPK.
4. Tender Cepat
la
5. Tender/Seleksi
a. Pelaksanaan Prakualifikasi
Pelaku usaha yang belum memiliki kode akses aplikasi SPSE wajib melakukan
pendaftaran pada aplikasi SPSE/SIKaP dan melaksanakan verifikasi pada layanan
pengadaan secara elektronik untuk mendapatkan kode akses aplikasi SPSE.
KP
3) Pemberian Penjelasan
BP
Untuk memperjelas dokumen prakualifikasi, pokja pemilihan dapat melaksanakan
pemberian penjelasan prakualifikasi (apabila diperlukan)
SPSE. Jika tabel kualifikasi yang tersedia pada aplikasi SPSE belum mengakomodir
data kualifikasi yang disyaratkan Kelompok Kerja Pemilihan, maka data kualifikasi
la
tersebut diunggah (upload) pada fasilitas pengunggahan lain yang tersedia pada
ik
aplikasi SPSE. Pada prakualifikasi, pokja pemilihan wajib meminta peserta untuk
sd
5) Evaluasi Prakualifikasi
b. Undangan Tender/seleksi
KP
Undangan disampaikan untuk calon peserta tender/daftar pendek seleksi yang
dinyatakan lulus prakualifikasi dan masuk daftar pendek. Pengumuman tender/seleksi
BP
pascakualifikasi merupakan awal proses pemilihan.
aplikasi SPSE.
la
d. Pemberian Penjelasan
ik
2) Dalam hal penawaran dengan metode 2 (dua) file, dokumen penawaran file I
terdiri dari penawaran administrasi dan teknis serta file 2 berisi penawaran harga
yang disampaikan dalam waktu bersamaan.
3) Dalam hal penawaran dengan metode 2 (dua) tahap, dokumen penawaran file I
terdiri dari penawaran administrasi dan teknis serta file 2 berisi penawaran harga
yang disampaikan secara terpisah dalam dua tahap (waktu yang berbeda).
Pada batas akhir pemasukan penawaran, Pokja Pemilihan melakukan pengunduhan dan
membuka dokumen penawaran.
Evaluasi teknis dilakukan terhadap kelengkapan teknis yang ditentukan dalam dokumen
tender
Evaluasi harga dilakukan terhadap kelengkapan harga yang ditentukan dalam dokumen
tender. Evaluasi harga dapat dilakukan dengan reverse auction (penawaran berulang)
KP
Preferensi harga dilakukan untuk produk dalam negeri dengan kandungan TKDN dan
BMP minimal 40 %.
BP
g. Penetapan dan Pengumuman Pemenang
h. Sanggah
3) Khusus pekerjaan konstruksi, jika penyedia jasa konstruksi tidak puas atas
jawaban pokja pemilihan, maka dapat mengajukan sanggah banding ke KPA.
i. Sanggah Banding
Dalam hal peserta pemilihan Pekerjaan Konstruksi yang menyampaikan sanggah tidak
puas terhadap jawaban sanggah, dapat mengajukan Sanggah Banding kepada Kuasa
Pengguna Anggaran dengan jaminan Sanggah Banding sebesar 1% (satu persen) dari
j. Tender/Seleksi Gagal
Apabila tender/seleksi gagal maka Pokja Pemilihan segera melakukan reviu penyebab
kegagalan. Tindak lanjut dari tender/seleksi gagal berikutnya adalah pokja pemilihan
segera melakukan evaluasi penawaran ulang, penyampaian penawaran ulang, atau
tender ulang/seleksi ulang.
Dalam hal Tender/ Seleksi ulang gagal, Pokja Pemilihan dengan persetujuan PA/ KPA
melakukan Penunjukan Langsung dengan kriteria:
1) kebutuhan tidak dapat ditunda; dan
KP
2) tidak cukup waktu untuk melaksanakan Tender/ Seleksi
BP
k. Pelaksanaan Kontrak
m. Perubahan Kontrak
n. Penyelesaian Kontrak
1) Apabila masa pelaksanaan kontrak sudah berakhir namun hasil penilaian prestasi
pekerjaan belum tercapai 100 %, maka PPK melakukan penilaian terhadap
kemampuan penyedia. Jika PPK menilai Penyedia mampu menyelesaikan
KP
pekerjaan, PPK memberikan kesempatan Penyedia untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan pengenaan sanksi denda keterlambatan sesuai ketentuan
BP
kontrak.
Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam Kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK
untuk serah terima barang/jasa.
Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dalam
kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan
dalam kontrak menajdi tidak terpenuhi
Pengadaan khusus adalah pengadaan yang dibedakan, karena suatu keadaan tertentu yang tidak
memungkinkan penerapan ketentuan pengadaan barang/jasa.
Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk
menanggulangi bencana
KP
2. Pengadaan barang/jasa d luar negeri
Kegiatan memperoleh barang/jasa merupakan aktivitas setiap tahun yang dilakukan oleh
BP
setiap kementerian/lembaga/perangkat daerah. Kegiatan tersebut ada yang dilakukan di
dalam negeri dan ada juga yang dilakukan di luar negerinatara lain perwakilan diplomatik dan
konsuler Republik Indonesia serta kantor perwakilan Indonesai pada Organisasi Internasioan
as
seperti Perserikatan Bangsa=-Bangsa dan organisasi internasional lainnya.
tw
Dasar hukum untuk pengadaan barang/jasa di luar negeri mengikuti ketentuan Perpres 16
Tahun 2018, namun dalam hal tidak dapat dilaksanakan makan pengadaan dapat
la
menyesuaikan dengan ketentuan pengadaan barang/jasa setempat yang diatur oleh Menteri
ik
3. Pengecualian
Pu
Pengadaan yang mendapat pengecualian untuk mengikuti ketentuan Perpres 16/2018 adalah
• Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktek bisnis yang sudah
mapan. Contohnya: jasa hotel, jasa pendidikan/kursus/pelatihan dan pembelian Bahan
Bakar Minyak (BBM)
Tujuan dari kegiatan penelitian adalah untuk memperoleh inovasi dan invensi teknologi.
• Kompetisi yang dilaksanakan melalui seleksi proposal penelitian oleh tim ahli di
bidangnya yang dibentuk Kemristekdikti, atau
Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian diatur dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi
KP
5. Tender/seleksi internasional dan dana pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri
BP
Batasan tender/seleksi internasional telah diatur dalam pasal 63 Perpres 16/2018.
Ketentuan perpres 16/2018 berlaku juga untuk pengadaan barang/jasa untuk kegiatan yang
as
pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri, kecuali diatur
lain dalam perjanjian pinjaman luer negeri atau hiah luar negeri.
tw
~
la
ik
sd
Pu
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta diklat mampu memahami
konsepsi audit pengadaan barang/jasa.
KP
1. Pengertian
BP
Definisi audit menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia dan Kode Etik Auditor
Intern Pemerintah Indonesia (Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia, 2013) adalah
proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen,
as
objektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi
tw
pada Bab I, audit pengadaan barang/jasa dapat didefinisikan sebagai proses identifikasi
masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, objektif dan
ik
KP
Audit pengadaan barang/jasa dapat dilakukan terhadap tahapan PBJ yang telah dilaksanakan,
atau setelah selesainya seluruh tahapan PBJ, atau setelah berfungsinya output dari PBJ. Audit
untuk mengukur berfungsinya output dari PBJ atau manfaat hasil PBJ dapat dilakukan dengan
BP
menggunakan outcome based audit.
Pendekatan lain dari pelaksanaan audit pengadaan barang/jasa adalah probity audit. Probity
as
Audit adalah kegiatan penilaian (independen) untuk memastikan bahwa proses pengadaan
barang/jasa telah dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan prinsip penegakan integritas,
tw
kebenaran, dan kejujuran dan memenuhi ketentuan perundangan berlaku yang bertujuan
meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana sektor publik. Dalam pelaksanaannya, probity
la
audit dilakukan bersamaan dengan proses pengadaan barang/jasa atau segera setelah proses
ik
pengadaan barang/jasa terjadi (real time audit) mulai dari perencanaan pengadaan
sd
barang/jasa sampai dengan perolehan dan pemanfaatannya. Dengan demikian, teknik audit
yang lebih diutamakan dalam probity audit adalah peninjauan fisik, observasi, diskusi, dan
Pu
3. Tujuan Audit
Tujuan utama audit pengadaan barang/jasa adalah untuk menjamin bahwa pengadaan
barang/jasa telah dilaksanakan secara efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan
akuntabel.
d. Meyakinkan bahwa barang/jasa yang diperoleh telah memenuhin nilai manfaat (value
for money);
KP
dalam kegiatan pengadaan barang/jasa terhadap ketentuan pengadaan/jasa;
BP
pengadaan barang/ jasa.
adalah Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia (KE-AIPI) dan Standar Audit Auditor
Intern Pemerintah Indonesia (SA-AIPI).
la
ik
KODE ETIK
sd
Kode etik AIPI dimaksudkan sebagai pegangan atau pedoman bagi para pejabat dan auditor
Pu
APIP dalam bersikap dan berperilaku agar dapat memberikan citra APIP yang baik serta
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap APIP. Kode etik AIPI diberlakukan bagi
seluruh auditor dan pegawai negeri sipil yang diberi tugas oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) untuk melaksanakan pengawasan dan pemantauan tindak lanjutnya. Kode
etik AIPI terdiri dari dua komponen, yaitu prinsip-prinsip etika yang merupakan pokok-pokok
yang melandasi perilaku auditor dan aturan perilaku yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-
prinsip perilaku auditor.
Prinsip Etika
Tuntutan sikap dan perilaku auditor dalam melaksanakan tugas pengawasan dilandasi oleh
beberapa prinsip perilaku, yaitu:
b. Objektivitas; adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan
pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan.
c. Kerahasiaan; adalah sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar tidak
diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang mengetahuinya.
d. Kompetensi; adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang, berupa
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan
tugas jabatannya
KP
e. Akuntabel; adalah kemampuan untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang kepada pihak yang
BP
memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
f. Perilaku Profesional; adalah tindak tanduk yang merupakan ciri, mutu, dan kualitas
as
suatu profesi atau orang yang profesional yang memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya
tw
Aturan Perilaku
la
Aturan perilaku mengatur setiap tindakan yang harus dilakukan oleh auditor dan merupakan
ik
pengejawantahan prinsip-prinsip perilaku auditor. Kode Etik AIPI menetapkan aturan perilaku
sd
untuk empat area perilaku auditor, yaitu aturan perilaku individu auditor intern, aturan
perilaku dalam organisasi, aturan perilaku menyangkut hubungan sesama auditor, serta
Pu
STANDAR AUDIT
Standar Audit Auditor Intern Pemerintah Indonesia (SA-AIPI) diterbitkan oleh Asosiasi Auditor
Internal Pemerintah Indonesia (AAIPI) merupakan kriteria atau ukuran mutu bagi seluruh
auditor intern dalam lembaga eksekutif. Seluruh Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AIPI)
wajib berpedoman pada SA-AIPI dalam melakukan kegiatan audit intern.
Standar Audit AIPI terdiri dari dua bagian utama yaitu Standar Atribut dan Standar
Pelaksanaan. Standar Atribut mengatur mengenai karakteristik umum yang meliputi
tanggung jawab, sikap, dan tindakan dari penugasan audit intern serta organisasi dan pihak-
Standar Atribut
a. Prinsip-prinsip Dasar
1) Visi, misi, tujuan, kewenangan dan tanggung jawab APIP (audit charter)
2) Independensi dan Objektivtitas
3) Kepatuhan terhadap Kode Etik
KP
b. Standar Umum
BP
1) Kompetensi dan kecermatan profesional
2) Kewajiban auditor
3) Program pengembangan dan penjaminan kualitas
as
tw
Standar Pelaksanaan
Standar Pelaksanaan dibagi menjadi dua bagian yaitu Standar Pelaksanaan Audit Intern dan
la
KP
BP
B. OUTPUT DAN OUTCOME PENGADAAN BARANG/JASA
Output yang diharapkan atas pelaksanaan audit pengadaan barang/jasa adalah laporan hasil audit
pengadaan barang/jasa yang menyajikan informasi penilaian atas pengadaan barang/jasa ditinjau
as
dari prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel.
tw
Sedangkan outcome yang diharapkan atas pelaksanaan audit pengadaan barang/jasa adalah
dimanfaatkannya laporan hasil audit untuk pengambilan keputusan oleh Kementerian/Lembaga/
la
kegiatan pengadaan barang/jasa agar lebih efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan
sd
akuntabel.
Pu
Pengadaan barang/jasa (PBJ) dalam suatu unit kerja sangat beragam dan diperlukan pertimbangan
yang tepat untuk memilih PBJ yang akan diaudit. Pendekatan yang dilakukan adalah berdasarkan
Faktor Risiko yaitu antara lain: kualitas pengendalian intern, besarnya nilai PBJ, kompleksitas PBJ,
signifikansi PBJ terhadap keberhasilan suatu program, dan perhatian stakeholder terhadap PBJ.
Setelah ditetapkan pengadaan yang akan diaudit, penetuan tim audit yang akan ditugaskan harus
memperhatikan latar belakang pendidikan, kompetensi, dan pengalaman auditor. Terkait dengan
kompetensi, paling tidak dalam suatu tim audit PBJ terdapat satu anggota yang memahami proses
dan aturan PBJ.
Salah satu tujuan pengawasan PBJ adalah pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya.
Pengukuran nilai manfaat dapat dilakukan pada level output maupun level outcome (outcome
based audit).
Sesuai dengan Peraturan Persiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, Outcome (hasil) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
output (keluaran) dari kegiatan-kegiatan dalam suatu program sedangkan output (keluaran) adalah
barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian
sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
Dalam menentukan apakah mengukur manfaat pada level output atau outcome, pimpinan APIP
KP
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Tingginya tingkat risiko kegagalan pemanfaatan;
BP
b. Ketersediaan data untuk mengukur outcome;
c. Kesesuaian saat pengukuran dengan saat telah berfungsinya output dari kegiatan PBJ;
as
d. Besarnya pengaruh outcome PBJ terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi suatu organisasi,
keberhasilan suatu program, pelayanan terhadap masyarakat, dan lain-lain;
tw
e. Keterkaitan dengan kegiatan lain (PBJ/Non PBJ) sangat penting untuk mencapai tujuan
tertentu; dan
la
Identifikasi titik-titik kritis yang lazim terjadi pada tiap tahap pengadaan barang/jasa, sejak tahap
perencanaan sampai pemanfaatan, akan membantu auditor dalam mengungkap penyimpangan
yang terjadi, seperti beberapa contoh berikut ini.
KP
bendahara/petugas LPSE/pejabat yang bertugas melakukan verifikasi SPP/pejabat
yang bertugas menerbitkan SPM/APIP/panitia pemeriksa/penerima barang/jasa
BP
(terjadi conflict of interest).
kebutuhan riil.
la
2) Penggelembungan anggaran, terlihat dari harga satuan yang tidak realistis dan
melebihkan rencana di atas kebutuhan sebenarnya dalam bentuk volume, biaya,
ik
10) Penggabungan beberapa paket pekerjaan yang sifat pekerjaan dan besaran
nilainya seharusnya dapat dilakukan usaha kecil tetapi menjadi satu paket
pekerjaan yang hanya dapat dilaksanakan oleh usaha non-kecil (menengah dan
KP
besar).
BP
12) Pemilihan metode pengadaan tidak sesuai ketentuan, misalnya penunjukan
langsung untuk kontrak yang seharusnya tender.
as
13) Pemilihan metode evaluasi tidak sesuai ketentuan, misalnya sistem nilai (merit
tw
18) RUP belum diumumkan. Pengumunan minimal dilakukan pada aplikasi SiRUP
KP
penawaran oleh calon pemenang cenderung mendekati HPS.
BP
7) Dokumen referensi dan kertas kerja penyusunan HPS tidak diadministrasikan dengan
tertib sehingga tidak dapat ditelusuri dalam rangka audit.
as
tw
3. Titik Kritis (Red Flag) pada Tahap Persiapan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
pekerjaan.
5) Spesifikasi teknis yang disyaratkan mengarah pada produk atau kelompok penyedia
tertentu.
KP
atau berubah-ubah tanpa pemberian informasi yang memadai.
BP
2) Waktu yang disediakan untuk pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilihan
terlalu singkat.
as
c. Titik Kritis (Red Flag) pada Tahap Pemberian Penjelasan
tw
1) Adanya pre bid meeting atau pemberian penjelasan dilakukan secara tatap
muka/tidak online.
la
peserta.
sd
pertanyaan berakhir.
KP
5) Pokja Pemilihan/pejabat pengadaan tidak melakukan pembuktian kualifikasi.
BP
6) Adanya post bidding, yaitu menambah, mengganti, mengubah, dan/atau
mengurangi dokumen seleksi oleh Pokja Pemilihan dan/atau peserta pengadaan
setelah batas akhir pemasukan dokumen kualifikasi.
as
tw
e. Titik Kritis (Red Flag) pada Tahap Pemasukan dan Pembukaan Dokumen Penawaran
dua hari kerja untuk paket pekerjaan yang mensyaratkan jaminan penawaran).
ik
sd
pemilihan penyedia.
1) Kriteria evaluasi cacat, dengan maksud untuk memenangkan calon tertentu, dari
awal telah dicantumkan hal-hal khusus yang sulit dipenuhi oleh mitra kerja
KP
lainnya dalam rangka justifikasi kelompok tertentu.
BP
(dibandingkan tender sebelumnya) atau peserta tender menurun secara
mencolok. Indikasi adanya tender arisan antara lain:
• format penawaran yang seragam di antara para penawar;
as
• harga penawaran diatur: harga yang hampir sama dengan interval yang
tw
sama, perbedaan harga yang sangat ekstrim dan harga penawaran yang
sangat rendah (tidak wajar);
la
KP
3) Surat penunjukan dikeluarkan terburu-buru.
4) Surat penunjukan tidak sah.
BP
j. Titik Kritis (Red Flag) pada Tahap Penandatangan Kontrak
1) Adanya kejanggalan dalam kontrak.
as
2) Penundaan penandatanganan kontrak secara sengaja.
tw
yang dikecualikan).
ik
aplikasi SPSE.
1) Pada tahap rapat persiapan pelaksanaan kontrak, yaitu tidak dilaksanakannya rapat
persiapan pelaksanaan kontrak dan penyedia pekerjaan konstruksi tidak menyerahkan
program mutu.
2) Tahapan pemberian uang muka dimana pembayaran uang muka tidak didasarkan pada
klausal pembayaran uang muka dalam kontrak.
3) Tahap Penyusunan Program Mutu, dimana PPK tidak melakukan penilaian atas hasil
pekerjaan dalam hal mutu dan kemajuan fisik pekerjaan.
5) Pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan kontrak seperti volume
pekerjaan yang tidak sesuai kontrak, kualitas pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis dalam kontrak/ kualitas pekerjaan rendah, dan penyelesaian pekerjaan
terlambat.
6) Tahapan Pemutusan Kontrak, dimana baik penyedia maupun PPK tidak melakukan
pemutusan kontrak meskipun terjadi kondisi yang memenuhi syarat untuk
dilakukannya pemutusan kontrak seperti penyimpangan terhadap pasal 1266 dan 1267
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
KP
7) Pekerjaan tambah/kurang tidak diantisipasi sejak awal dalam perencanaan.
8) Penentuan harga kurs valuta asing untuk komponen barang impor diambangkan.
BP
9) Dalam kontrak harga satuan (unit price), pekerjaan bervolume kecil harga satuannya
direndahkan, sebaliknya pekerjaan bervolume besar harga satuannya ditinggikan.
as
10) Kontrak yang selayaknya dijadikan kontrak tahunan dibuat sebagai kontrak multiyears,
tw
6. Titik Kritis (Red Flag) pada Tahap Serah Terima Pengadaan Barang/Jasa
ik
2) Kualitas pekerjaan yang diserahkan tidak sama dengan ketentuan dalam spesifikasi
Pu
teknis/kontrak.
4) Perintah perubahan volume/CCO (contract change order) dalam rangka KKN, biasanya
pekerjaan tambah-kurang yang pada akhirnya akan menaikkan nilai kontrak pekerjaan
ke pagu anggaran.
11) Tagihan palsu/pembayaran fiktif, yaitu faktur ditagihkan untuk barang/jasa yang tidak
diserahkan.
12) Butir 1 dan 2 terjadi bilamana berita acara penerimaan/pemeriksaan barang dibuat
hanya formalitas saja untuk melengkapi persyaratan dokumen pembayaran.
13) Duplikasi pembayaran, terjadi apabila terdapat satu faktur yang sama namun
KP
ditagihkan dan dibayar dua kali.
BP
15) Pelaporan tidak dilaksanakan atau dilaksanakan namun tidak sesuai keadaan/tidak
lengkap/tidak sesuai peraturan.
as
tw
7. Titik Kritis (Red Flag) pada Pengadaan melalui Swakelola Pengadaan Barang/Jasa
1) Kebijakan Umum tentang cara pengadaan swakelola tidak sesuai dengan tugas pokok
la
dilaksanakan.
sd
7) Pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan swakelola yang seharusnya melalui
penyedia, tidak dilakukan melalui pemilihan pemyedia sesuai ketentuan pbj
8) Pada swakelola tipe I penggunaan tenaga ahli melebihi dari yang diperkenankan.
10) Pada swakelola tipe II, III, dan IV tidak dibuat kontrak pelaksanaan swakelola.
12) Laporan berkala kemajuan pelaksanaan dan penggunaan keuangan tidak dibuat.
13) Penyerahan pekerjaan selesai kepada PPK tidak dilengkapi dengan Berita Acara Serah
Terima.
KP
Titik kritis (red flag) sebagaimana tersebut di atas merupakan titik kritis terhadap ketaatan
pada setiap tahapan/proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Namun demikian, sesuai
BP
dengan pasal 76 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah disebutkan bahwa APIP dalam melakukan audit intern-nya harus meyakinkan
pemenuhan beberapa aspek yang menjadi tujuan PBJ. Beberapa contoh titik kritis atas
as
pemenuhan aspek-aspek tersebut sebagai berikut.
tw
kontrak.
sd
9. Titik Kritis (Red Flag) pada Aspek Penggunaan Produk Dalam Negeri dan TKDN
1) Preferensi harga tidak diberlakukan untuk pengadaan barang/jasa dengan nilai paling
sedikit di atas Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
2) Tidak menggunakan produk dalam negeri terhadap pengadaan barang/jasa yang diikuit
oleh peserta dengan nilai TKDN dan BMP paling rendah 40% (empat puluh persen).
Sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, tingkat kapabilitas
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada tahun 2019, sebanyak 85% APIP sudah harus
menerapkan audit dengan pendekatan berbasis risiko, maka audit pengadaan barang/jasa juga
akan menggunakan pendekatan berbasis risiko. Audit berbasis risiko adalah audit yang bertujuan
menilai keekonomisan, efisiensi dan efektifitas kegiatan utama dengan menguji efektifitas
KP
pengendalian untuk mitigasi risiko kunci yang menggangu pencapaian tujuan/sasaran yang telah
ditentukan indikator dan target kinerjanya. Bahasan dalam modul ini adalah untuk penugasan
BP
audit individual dalam pengertian bahwa perencanaan pengawasan tahunan atau yang lebih
dikenal dengan istilah Program Kerja Pengawasan Tahunan telah ditetapkan.
Rincian tahapan audit pengadaan barang/jasa sesuai dengan Standar Audit Auditor Intern
as
Pemerintah Indonesia (SA-AIPI) adalah sebagai berikut.
tw
la
ik
sd
Pu
Pembahasan lebih lanjut mengenai tahapan audit tersebut diuraikan dalam BAB III, IV dan V.
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta diklat mampu
melaksanakan perencanaan audit pengadaan barang/jasa.
Perencanaan merupakan tahapan penting dalam kegiatan audit. Tim merencanakan penugasan
dengan harapan dapat mengalokasikan waktu dan upaya yang cukup dalam perencanaan agar
KP
penugasan audit dapat mencapai tujuan secara efisien.
BP
Tahapan dalam perencanaan audit pengadaan barang/jasa sebagai berikut:
a. Penetapan tujuan dan lingkup penugasan
as
b. Pemahaman auditan
c. Identifikasi dan penilaian risiko
tw
e. Evaluasi pengendalian
ik
Tujuan audit pengadaan barang/jasa adalah untuk menjamin bahwa pengadaan barang/jasa telah
dilaksanakan secara efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel.
Lingkup penugasan terkait proses, tingkatan, dan wilayah tertentu yang akan diuji. Audit
pengadaan barang/jasa dapat dilakukan terhadap tahapan PBJ yang telah dilaksanakan, atau
setelah selesainya seluruh tahapan PBJ, atau setelah berfungsinya output dari PBJ.
Pada tahun 2018, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mengada-ada melaksanakan kegiatan
pembangunan jalan Kabupaten sepanjang 10 km. Pelaksanaan pembangunan jalan telah selesai
dilaksanakan pada akhir November 2018. Bupati Kabupaten Mengada-ada melihat ada beberapa
kejanggalan pada pelaksanaan pembangunan jalan tersebut. Oleh karena itu, Bupati Kabupaten
Mengada-ada meminta Inspektorat Kabupaten Mengada-ada untuk mengaudit proyek
pembangunan jalan tersebut. Kejanggalan yang dilihat oleh Bupati Kabupaten Mengada-ada
diantaranya proses pemilihan penyedia yang dinilai tidak sesuai dengan prosedur pengadaan
barang/jasa pemerintah dan terkesan dipaksakan untuk mengarah pada salah satu penyedia.
Berdasarkan informasi tersebut, tujuan audit yang akan dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten
Mengada-ada adalah memastikan kesesuaian prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah
dalam kegiatan pembangunan jalan Kabupaten sepanjang 10 km.
KP
Ruang lingkup audit atas pengadaan barang/jasa pemerintah yang akan dilakukan mencakup
proses pemilihan penyedia kegiatan pembangunan jalan Kabupaten sepanjang 10 km.
BP
as
B. PEMAHAMAN AUDITAN
Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus memahami auditan dan memperoleh
tw
informasi (deskripsi) proses pengadaan barang/jasa yang menjadi lingkup penugasan. Kegagalan
la
dalam memahami auditan dapat berakibat pengujian yang tidak lengkap atau kesalahan
pengalokasian sumber daya.
ik
sd
2. Sejarah singkat, latar belakang, maksud dan tujuan kegiatan/program yang diaudit;
4. Bagan organisasi, job description, dan informasi tertulis lainnya mengenai organisasi auditi;
5. Data keuangan seperti penyediaan dana yang tercantum dalam DIPA/DPA, standar biaya, dll;
• Dokumen anggaran dan rencana kerja (DIPA/DPA-OPD, RKA-KL/ dokumen anggaran lainnya).
KP
pihak yang membutuhkan barang/jasa).
BP
• Dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
• Laporan-laporan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa yang dibuat oleh pelaksana
as
kegiatan pengadaan untuk kepentingan intern maupun ekstern mengenai kegiatan
pengadaan.
tw
• Laporan yang diterbitkan oleh aparat pengawasan intern maupun ekstern yang berkaitan
sd
• Buku pedoman mengenai prosedur, kebijakan, peraturan pelaksanaan atau dokumen sejenis
Pu
• Sumber informasi lainnya yang dapat memberi kejelasan mengenai kegiatan pengadaan yang
diaudit.
3. Nilai HPS yang tercantum dalam aplikasi SPSE sebesar Rp10,5 milyar.
4. Proses pemilihan penyedia dilaksanakan oleh Pokja Pemilihan Dinas Pekerjaan Umum
KP
Kabupaten Mengada-ada.
5. SK Kelompok Kerja Pemilihan ditetapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
BP
Mengada-ada.
Pendekatan audit pengadaan barang/jasa berbasis risiko ditekankan pada risiko yang terkait
Pu
dengan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas dalam pengadaan barang/jasa, risiko yang
kemungkinan besar terjadi pada kegiatan PBJ dan diperkirakan memiliki pengaruh yang besar pada
pencapaian tujuan PBJ.
Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah proses menetapkan apa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana
sesuatu dapat terjadi, sehingga dapat berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan. Hasilnya
berupa suatu daftar risiko pengadaan barang/jasa.
Setelah mengidentifikasi apa yang dapat terjadi, maka perlu dipertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan penyebab dan skenario- skenario yang dapat terjadi.
Penilaian risiko pada dasarnya merupakan penentuan tingkat kemungkinan terjadinya risiko serta
dampak/akibat yang harus ditanggung.
Untuk memudahkan dalam penilaian risiko, dampak risiko dapat dikelompokkan dan diberi skor
misalnya menjadi: tinggi sekali (4), tinggi (3), rendah (2) dan rendah sekali (1). sedangkan
kemungkinan terjadinya risiko dapat dikelompokkan dan diberi skor misalnya menjadi: sering sekali
(4), sering (3), jarang (2) dan jarang sekali (1).
KP
No. Skor Skor Total
Peristiwa Penyebab Dampak
Kem Damp Skor
BP
1. HPS yang disusun Penyusunan HPS Hasil pengadaan 3 3 9
tidak wajar tidak mengacu pada tidak ekonomis dan
harga pasar efisien
as
2. Dokumen pemilihan Pokja Pemilihan Pengadaan tidak 3 4 12
yang di-upload tidak memahami sesuai dengan
dalam SPSE tidak ketentuan terkait tujuan dan sasaran
tw
pemerintah
ik
Pada tahap ini, tugas auditor internal adalah mengidentifikasi pengendalian yang paling berperan
untuk menekan risiko sampai di level yang dapat diterima, agar kegiatan pengadaan barang/jasa
dapat berjalan sesuai aturan dan menghasilkan manfaat yang diinginkan. Dalam praktek, banyak
pengendalian yang diterapkan dalam suatu proses. Semua pengendalian ini memiliki peran untuk
menekan risiko, namun hanya beberapa yang benar-benar berpengaruh. Pengendalian ini
selanjutnya disebut pengendalian kunci.
Ilustrasi 3.4 Identifikasi Pengendalian Kunci
KP
2. HPS yang disusun tidak wajar Penyusunan HPS harus didukung dengan
kertas kerja pendukung
risiko di level yang dapat diterima. Dalam penugasan audit PBJ, pengujian atas sistem pengendalian
intern diarahkan pada pengujian ketaatan atas pelaksanaan pengadaan berdasarkan Peraturan
la
Melanjutkan ilustrasi 3.4, auditor mengevaluasi kecukupan rancangan pengendalian kunci dengan
membandingkannya dengan berbagai aktivitas pengendalian.
Pu
Hasil evaluasi rancangan pengendalian atas kedua risiko dituangkan dalam matriks berikut:
Risiko Pengendalian Kunci Kecukupan Desain Pengendalian
Dokumen pemilihan Pokja Pemilihan harus Pengendalian kunci yang didesain cukup memadai
yang di-upload memiliki sertifikat ahli untuk mengelola risiko pada acceptable level.
dalam SPSE tidak pengadaan barang/jasa Langkah berikutnya perlu dipastikan bahwa
lengkap pemerintah. pengendalian kunci tersebut telah dijalankan oleh
auditan.
HPS yang disusun Penyusunan HPS harus Pengendalian kunci yang didesain belum cukup
tidak wajar didukung dengan kertas memadai. Kertas kerja pendukung yang
kerja pendukung disyaratkan dalam pengendalian kunci belum dapat
memastikan bahwa nilai HPS yang dihasilkan
merupakan harga yang wajar. Misalnya kertas kerja
pendukung diperoleh dari calon penyedia yang ikut
dalam proses pemilihan
Rencana pengujian disusun untuk memperoleh bukti audit yang tepat dan cukup, untuk
mendukung hasil evaluasi atas pengendalian kunci. Rencana pengujian termasuk sifat pengujian,
waktu dan prosedur yang diperlukan dalam mendapatkan bukti.
Pengujian yang akan dilakukan merupakan pengujian atas pengendalian (control test) dan
pengujian atas kinerja (performance test). Hasil pengujian dan hasil evaluasi pengendalian akan
memberikan simpulan berkaitan dengan jaminan memadai bahwa tujuan pengadaan barang/jasa
tercapai.
Teknik yang dapat digunakan untuk menguji sistem pengendalian intern adalah dengan melakukan
survei, penelaahan dokumen dan pengamatan lapangan/wawancara untuk memperoleh informasi
KP
mengenai efektivitas dan manfaat pengendalian yang telah ditetapkan.
dalam SPSE tidak sertifikat ahli untuk mengelola risiko barang/jasa yang
lengkap pengadaan pada acceptable level. dimiliki oleh Pokja
barang/jasa Langkah berikutnya perlu Pemilihan
la
oleh auditan.
HPS yang disusun Penyusunan HPS Pengendalian kunci yang • Menguji kertas kerja
Pu
Tahap selanjutnya adalah penyusunan Program Kerja Audit (PKA). PKA adalah rancangan prosedur
dan teknik audit yang disusun secara sistematis yang harus diikuti/dilaksanakan oleh auditor dalam
kegiatan audit untuk mencapai tujuan audit. PKA disusun setelah auditor memperoleh pemahaman
yang cukup tentang tujuan auditnya.
Program kerja pelaksanan audit pengadaan barang/jasa meliputi langkah-langkah pengujian yang
perlu dilakukan untuk dapat menyimpulkan kondisi pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang
diaudit serta mengungkapkan ada/tidaknya penyimpangan dalam proses pengadaan barang/jasa.
Audit ini diarahkan untuk menguji aspek-aspek pelaksanaan pengadaan barang/jasa, antara lain:
1. Ketaatan prosedur pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
KP
2. Kewajaran Harga;
3. Ketepatan barang dan jasa yang diterima, yang mencakup kuantitas, kualitas, dan waktu
BP
pelaksanaan kegiatan;
4. Identifikasi indikasi tindak pidana korupsi (TPK);
as
5. Pencapaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN);
tw
8. Pengadaan berkelanjutan;
ik
perundangan yang berlaku (Perpres Nomor 16 Tahun 2018) dituangkan dalam Audit Program yang
dapat dikembangkan sesuai keperluan/jenis penugasan/jenis pengadaan barang/jasanya. Format
dan contoh Program Kerja Audit (PKA) dapat dilihat pada Lampiran 3. PKA tersebut dapat
dikembangkan mengacu kepada pedoman probity audit sesuai kebutuhan dan kedalaman tujuan
audit yang diharapkan.
KP
dokumen pemilihan yang di-upload
dalam SPSE tidak lengkap.
B. Langkah-langkah kerja
BP
1. Inventarisir dan cek sertifikat ahli Iwan 2 jam
pengadaan barang/jasa Pokja
Pemilihan
as
2. Lakukan verifikasi keabsahan sertifikat Wati 3 jam
PBJ yang dimiliki oleh Pokja Pemilihan
tw
Pemilihan
sd
(………………………….) (Budi)
(………………………….)
Langkah terakhir di tahap perencanaan adalah pengalokasian sumber daya (jam kerja auditor dan
dana) yang diperlukan untuk melaksanakan penugasan. Pada tahap ini diperlukan pengalaman
auditor dalam menentukan jumlah waktu, biaya dan jadwal agar penugasan dapat diselesaikan
tepat waktu.
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta diklat mampu
melaksanakan audit pengadaan barang.
Pelaksanaan audit merupakan tahapan utama dari proses audit, yang mencakup langkah-langkah
KP
kerja yang dilakukan auditor dalam proses pembuktian, meliputi reviu/penelaahan, observasi,
analisis, pengujian, konfirmasi, pengecekan fisik, permintaan keterangan dan penggunaan teknik
BP
audit lainnya. Tujuan tahapan pelaksanaan audit pengadaan barang/jasa adalah untuk
memperoleh pembuktian mengenai kondisi pelaksanaan pengadaan apakah telah sesuai dengan
kriteria pengadaan.
as
tw
Pelaksanaan Pengujian
sd
Auditor melakukan pengujian untuk memperoleh dan mengumpulkan bukti audit guna mencapai
tujuan audit pengadaan barang/jasa. Pengujian yang dilaksanakan adalah pengujian sudah
Pu
Auditor harus melaksanakan prosedur dan teknik audit sebagai bentuk pengujian, yang
direncanakan pada PKA, dalam rangka memperoleh informasi audit pengadaan barang/jasa yang
cukup, kompeten dan relevan sebagai bukti audit. Teknik audit tertentu dirancang untuk
memperoleh jenis bukti audit tertentu. Hubungan teknik dan bukti audit dapat digambarkan
sebagai berikut:
Auditor harus mengumpulkan data dan mengidentifikasi informasi yang kompeten dan relevan,
termasuk mengakses data dan informasi proses PBJ secara elektronik melalui fasilitas yang
la
disediakan dalam aplikasi SPSE. Prosedur untuk mengakses dan mendapatkan informasi dari SPSE
ik
dapat mengacu kepada prosedur yang ditetapkan oleh LKPP. Akses terhadap database e-
sd
Hasil pengujian yang dilakukan dapat dituliskan pada Matriks Risiko dan Pengendalian, dengan
Pu
menambahkan kolom Hasil Pengujian, sehingga menjadi Matriks Risiko dan Pengendalian – Hasil
Pengujian (Tabel 4.1).
Pendekatan
Risiko Pengendalian Kunci Kecukupan Desain Hasil Pengujian
Pengujian
Risiko A • Pengendalian A • Cukup memadai • Prosedur A • Hasil Pengujian A
• Pengendalian B • Prosedur B • Hasil Pengujian B
• Pengendalian C • Prosedur C • Hasil Pengujian C
Risiko B • Pengendalian D • Tidak memadai • Prosedur D • Hasil Pengujian D
• Pengendalian E • Prosedur E • Hasil Pengujian E
• Pengendalian F • Prosedur F • Hasil Pengujian F
Risiko C • Pengendalian G • Cukup memadai • Prosedur G • Hasil Pengujian G
• Pengendalian H • Prosedur H • Hasil Pengujian H
• Pengendalian I • Prosedur I • Hasil Pengujian I
KP
Pengumpulan bukti audit dan dokumentasinya
BP
Untuk mencapai tujuan penugasan audit PBJ, Auditor harus menyiapkan dan menatausahakan
pendokumentasian informasi audit pengadaan barang/jasa yang dihasilkan dari pengujian yang
as
telah dilakukan ke dalam bentuk kertas kerja audit. Informasi harus didokumentasikan dan
disimpan secara tertib dan sistematis agar dapat secara efektif diambil kembali, dirujuk, dan
tw
dianalisis.
la
Berikut akan disajikan ilustrasi KKA, dan sebagaimana diuraikan bahwa pengujian dilakukan
ik
berdasarkan rencana yang tertuang dalam PKA, maka juga disajikan ilustrasi hubungan antara KKA
sd
dengan PKA
Pu
KP
3 Duni Anggota Pokja V 1211-009281 Tidak sah Tidak ada
4 Deno Anggota Pokja X - - Tidak ada
BP
5 Dono Anggota Pokja X - - Tidak ada
Simpulan:
as
Pokja Pemilihan tidak memiliki sertifikat Ahli Pengadaan Barang/Jasa yang sah.
tw
la
ik
sd
Pu
KP
dokumen pemilihan yang di-upload
dalam SPSE tidak lengkap.
B. Langkah-langkah kerja
BP
1. Inventarisir dan cek sertifikat ahli Iwan 2 jam 06
pengadaan barang/jasa Pokja
Pemilihan
as
2. Lakukan verifikasi keabsahan sertifikat Wati 3 jam 06
PBJ yang dimiliki oleh Pokja Pemilihan
tw
Pemilihan
sd
(………………………….)
Bukti dan/atau informasi audit yang telah diperoleh auditor harus selalu dilakukan evaluasi,
terutama berkaitan dengan syarat bukti yang memadai. Dalam melakukan evaluasi, auditor selalu
menggunakan asumsi professional sceptism.
Setelah memperoleh bukti audit yang memadai, auditor mengambil kesimpulan berkaitan
pengujian pengendalian dan dihubungkan dengan efektivitas penanganan risiko yang diharapkan.
Auditor harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan audit PBJ pada analisis dan evaluasi
informasi yang tepat.
Simpulan hasil pengujian dapat dituangkan pada Matrik Risiko dan Pengendalian – Simpulan.
KP
Ilustrasi 4.3 Simpulan Hasil Pengujian
BP
Risiko Kecukupan Desain Hasil Pengujian
Kunci Pengujian
Dokumen Pokja Pemilihan Pengendalian kunci Pengendalian kunci Pengendalian kunci
pemilihan harus memiliki yang didesain cukup yang didesain tidak yang didesain tidak
as
yang di- sertifikat ahli memadai untuk dijalankan berjalan
upload pengadaan mengelola risiko sebagaimana sebagaimana
dalam SPSE barang/jasa pada acceptable mestinya. Pokja mestinya sehingga
tw
Setelah melakukan pengujian audit, pengumpulan bukti audit, evaluasi bukti dan simpulan hasil
pengujian, apabila auditor menemukan adanya kondisi yang tidak sesuai dengan kriteria secara
signifikan, auditor harus menyusun dan mengembangkan temuan (finding) serta merumuskan
rekomendasi.
Temuan merupakan hasil dari perbandingan antara kondisi (apa yang sebenarnya terjadi) dengan
kriteria (apa yang seharusnya terjadi). Selanjutnya mencari penyebabnya serta mengungkap akibat
yang ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan kriteria tersebut. Pengembangan temuan ikut
menentukan keberhasilan tugas audit. Untuk itu, auditor perlu memahami unsur-unsur temuan,
sehingga pengembangan temuan menjadi lebih efektif.
Sebab adalah fakta terkait kelemahan pengendalian yang menyebabkan terjadinya perbedaan
kondisi dengan kriteria.
Akibat adalah tidak tercapainya sasaran kinerja dari kegiatan yang diaudit.
Rekomendasi audit adalah usulan rencana perbaikan yang diberikan oleh auditor untuk
memperbaiki kelemahan pengendalian dan menghilangkan/meminimalkan akibat.
KP
BP
as
tw
la
ik
Judul
Kondisi
Berdasarkan hasil inventarisir dan pengujian terhadap sertifikat ahli pengadaan barang/jasa
pemerintah yang dimiliki oleh Pokja Pemilihan, diketahui bahwa tidak ada anggota Pokja
Pemilihan yang memiliki sertifikat ahli pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Kriteria
KP
Pokja Pemilihan harus memiliki sertifikat ahli pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
BP
Sebab
Kuasa Pengguna Anggaran tidak memahami ketentuan terkait dengan persyaratan penunjukan
anggota Kelompok Kerja Pemilihan.
as
Akibat
tw
Proses pemilihan penyedia tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 16
tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
la
ik
Tanggapan Auditi
sd
Auditi menyatakan sependapat dan akan melaksanakan rekomendasi yang disampaikan oleh
auditor.
Pu
Rekomendasi
• Mencabut SK Pokja Pemilihan yang saat ini berlaku dan menunjuk pegawai yang memiliki
kompetensi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai Pokja Pemilihan yang
dibuktikan dengan sertifikat ahli pengadaan barang/jasa pemerintah.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum akan segera mencabut SK penunjukan Pokja Pemilihan dan
membentuk Pokja Pemilihan dengan menunjuk pegawai yang memiliki kompetensi di bidang
pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai Pokja Pemilihan yang dibuktikan dengan sertifikat
ahli pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pada setiap tahap penugasan audit PBJ, auditor harus disupervisi secara memadai untuk
memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kompetensi auditor.
Supervisi merupakan tindakan yang terus-menerus selama penugasan audit intern, mulai dari
perencanaan hingga dikomunikasikannya hasil akhir audit intern. Supervisi harus diarahkan baik
pada substansi maupun metodologi audit intern dengan tujuan antara lain untuk mengetahui:
3. kelengkapan informasi yang terkandung dalam kertas kerja audit intern untuk mendukung
kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit intern;
KP
4. kelengkapan dan akurasi laporan hasil audit intern yang mencakup terutama pada
BP
kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit intern.
Semua penugasan audit intern harus direviu secara berjenjang sebelum hasil akhir
dikomunikasikan. Reviu secara berjenjang dan periodik dilakukan untuk memastikan bahwa:
as
1. tim audit intern memahami sasaran dan rencana audit intern;
tw
4. kertas kerja audit intern memuat informasi yang mendukung fakta, simpulan, dan
rekomendasi; dan
Pu
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta diklat mampu
melaksanakan komunikasi hasil audit pengadaan barang/jasa pemerintahi.
KP
Komunikasi hasil audit merupakan bagian tidak terpisahkan dari seluruh proses dan tahapan
penugasan audit. Selama pelaksanaan penugasan, auditor secara teratur berkomunikasi dengan
BP
manajemen dan personil auditi. Pada umumnya komunikasi dilakukan dalam bentuk tatap muka
atau media komunikasi lainnya untuk menyampaikan permasalahan-permasalahan yang ditemui.
as
Komunikasi selama proses penugasan dapat membantu auditor internal untuk bahwa memastikan
data dan informasi yang ditemukan benar-benar akurat. Apabila terdapat hasil audit (observasi,
tw
temuan, hal-hal lain yang perlu diperhatikan) yang penting dan mendesak, dapat disegera
la
disampaikan kepada manajemen (auditi), untuk dapat diperoleh rekomendasi dan langkah koreksi
terbaik dan segera.
ik
sd
Secara umum komunikasi hasil audit tersebut mencakup dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi
lisan dan tulisan. Komunikasi lisan harus dilakukan sebelum komunikasi tulisan dalam bentuk
Pu
1. Mengomunikasikan hasil penugasan audit PBJ kepada auditi dan pihak lain yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan sehingga hasil audit dapat digunakan sebagai
alat pengendalian pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
3. Menyajikan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam melakukan
tindakan perbaikan bagi auditi dan instansi terkait lainnya.
Komunikasi audit harus mencakup sasaran dan ruang lingkup penugasan audit serta kesimpulan
yang berlaku, rekomendasi, dan rencana tindak lanjut. Komunikasi akhir hasil audit PBJ yang berisi
simpulan auditor harus didukung oleh informasi yang cukup, kompeten, relevan, dan berguna.
Auditor juga didorong untuk mengakui kinerja yang memuaskan dalam komunikasi audit.
Jika komunikasi audit PBJ akhir mengandung kesalahan atau kelalaian yang signifikan, pimpinan
APIP harus mengomunikasikan informasi yang telah diperbaiki kepada semua pihak yang telah
menerima laporan asli hasil audit PBJ sebelumnya. Jika dalam proses Pengadaan Barang/Jasa
dijumpai adanya penyimpangan material yang merugikan keuangan Negara, maka dapat
dipertimbangkan untuk ditindaklanjuti dengan audit investigasi.
KP
BP
B. PENYAMPAIAN SIMPULAN SEMENTARA
Konsep temuan yang telah disusun oleh tim audit disampaikan kepada pimpinan auditan untuk
dibahas dan diberikan komentar/tanggapan. Komentar/tanggapan auditan tersebut kemudian
as
didokumentasikan dan dianalisis. Apabila auditan tidak setuju dengan temuan hasil audit tersebut,
tw
maka alasan tidak setuju tersebut harus juga dianalisis. Terhadap temuan yang tidak disetujui,
apabila dari hasil analisis atas tanggapan auditan beserta bukti‐bukti pendukungnya, tim audit
la
menerima alasan yang disampaikan, temuan tersebut dapat dihilangkan dari temuan hasil audit
atau memberi tanda silang (x) pada konsep temuan. Selanjutnya ketua tim atau pengendali teknis
ik
audit bersama-sama dengan pimpinan auditan memparaf tiap halaman temuan hasil audit. Apabila
sd
seluruh temuan audit telah disepakati oleh tim dan auditan, ketua tim dan/atau pengendali teknis
audit bersama-sama dengan pimpinan auditan menandatangani halaman terakhir dari halaman
Pu
temuan tersebut.
Komunikasi audit melalui laporan hasil audit (LHA) harus dibuat dalam bentuk dan isi yang dapat
dimengerti oleh auditi dan pihak lain yang terkait. LHA juga harus memenuhi laporan yang efektif
dan baik, yaitu disusun secara tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, konstruktif,
jelas, serta ringkas dan singkat.
Bentuk laporan pada dasarnya bisa berbentuk surat atau bab. Bentuk surat digunakan apabila dari
hasil audit tidak diketemukan banyak fakta berupa kelemahan dalam sistem pengendalian intern
serta adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan
Laporan audit PBJ, baik bentuk surat maupun BAB, setidaknya harus memuat:
1. Dasar Audit
Dasar audit adalah semua peraturan atau ketentuan yang mendasari dilakukannya suatu
audit, termasuk surat tugas untuk melakukan audit dari pejabat yang berwenang. Dalam
audit pengadaan barang/jasa, dasar audit yang harus menjadi acuan dan harus diungkapkan
dalam laporan hasil audit antara lain adalah Perpres No. 16 Tahun 2018 dan peraturan terkait
lain yang berlaku.
2. Identifikasi Auditi
KP
Idenifikasi Auditi yaitu data pengenal auditi sesuai dengan kondisi auditi yang melaksanakan
BP
kegiatan pengadaan barang/jasa. Jika lebih dari satu kegiatan/kontrak yang diaudit dari unit
kerja yang bersangkutan, dibuatkan untuk setiap kegiatan/kontrak.
3. Tujuan/sasaran, lingkup, dan metodologi audit; yaitu sesuai dengan petunjuk/pedoman audit
as
PBJ yang telah ditetapkan sebagaimana diuraikan pada BAB II di atas.
tw
4. Pernyataan bahwa penugasan dilaksanakan sesuai dengan standar audit; yaitu Standar Audit
Intern Pemerintah Indonesia.
la
ik
5. Kriteria yang digunakan; yaitu aturan atau kebijakan yang digunakan untuk menilai
fakta/kondisi yang ada/riil.
sd
6. Hasil audit PBJ berupa kesimpulan, fakta dan rekomendasi; termasuk adanya kelemahan
Pu
Temuan audit mempunyai atribut yaitu judul, kondisi, kriteria, penyebab, akibat yang
ditimbulkannya, serta rekomendasi perbaikan ditambah dengan tindak lanjut, jika sudah ada.
Penyajian kondisi dan akibat harus sinkron dan harus mengungkapkan secara jelas jenis
proses pengadaan barang dan jasa yang menjadi temuan.
Penomoran temuan untuk seluruh atributnya agar disajikan sesuai dengan pedoman
pengkodean temuan yang berlaku.
7. Tanggapan dari pejabat auditi yang bertanggung jawab; yaitu tanggapan penanggungjawab
kegiatan dan tanggapan auditor atas tanggapan penanggungjawab kegiatan tersebut.
KP
8. Pernyataan adanya keterbatasan dalam audit serta pihak-pihak yang menerima laporan.
BP
9. Pelaporan informasi rahasia apabila ada.
10. Hal-hal penting lainnya yang perlu diperhatikan; yaitu uraian secara ringkas hal-hal yang tidak
as
dapat disajikan sebagai temuan audit namun sangat penting untuk diinformasikan kepada
pengguna laporan.
tw
la
Laporan hasil audit harus dibuat dalam format yang dapat dimengerti oleh auditi dan pihak lain
sd
yang terkait. Contoh format laporan audit pengadaan barang/jasa dapat dilihat pada Lampiran 4.A
untuk bentuk Bab dan Lampiran 4.B untuk bentuk surat.
Pu
Tahapan penyusunan LHA dimulai setelah permasalahan yang dijumpai dalam pelaksanaan audit
disampaikan dan dibahas dengan auditi (tahap penyelesaian audit). Hal ini dimaksudkan agar
semua materi yang akan dituangkan dalam LHA memiliki landasan yang kuat dan tidak akan
ditentang oleh auditi. Jika diperlukan hasil pembahasan dituangkan dalam berita acara
pembahasan hasil audit yang memuat kesepakatan tindak lanjut.
Tahapan penyusunan LHA meliputi: pendokumentasian KKA (penyusunan dan reviu), drafting, dan
finalisasi. Uraian ringkas tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Pendokumentasian KKA dilakukan melalui inventarisasi kelengkapan KKA sesuai tujuan audit
serta penyusunannya dalam urutan yang mudah digunakan dalam rangka penyusunan LHA
dan proses reviu.
• lengkap;
• bebas dari kesalahan, baik kesalahan hitung mauapun kesalahan penyajian informasi;
KP
• memuat hal penting dan relevan dengan pemeriksaan;
BP
• sedapat mungkin menghindari pekerjaan menyalin ulang; dan
Drafting atau penyusunan konsep LHA PBJ merupakan proses penyusunan LHA berdasarkan
data dan informasi yang diperoleh dari audit yang didiukung dengan KKA, berdasarkan
la
format yang dipilih (bentuk bab atau surat). Permasalahan penting/temuan yang dituangkan
ik
dalam konsep LHA hendaknya telah melalui proses pembahasan dengan auditi. Pembahasan
sd
Konsep LHA disusun oleh ketua tim yang selanjutnya akan direviu secara berjenjang oleh
pengendali teknis dan pengendali mutu/penanggung jawab audit. Pengendali teknis
melakukan reviu konsep LHA untuk keseluruhan aspek (fisik, format, maupun substansi).
Reviu tersebut mencakup pengujian kesesuaian antara konsep LHA dengan simpulan-
simpulan hasil pelaksanaan audit yang tertuang dalam KKA. Reviu oleh pengendali
mutu/penanggung jawab audit mencakup kesesuaian laporan dengan tujuan audit dan
dilakukan sebelum pemberian persetujuan penerbitan laporan. Tanggal laporan adalah
tanggal disetujuinya konsep laporan oleh pengendali mutu/penanggung jawab audit.
Finalisasi laporan merupakan proses penyelesaian laporan audit berdasarkan draft laporan
yang telah direviu secara berjenjang oleh pengendali teknis, dan pengendali
mutu/penanggung jawab audit. Finalisasi laporan audit PBJ dilakukan oleh ketua tim. Dalam
finalisasi laporan audit PBJ, dilakukan proses call yaitu pembandingan antara printout laporan
audit PBJ dengan draft laporan yang telah direviu. Proses ini diperlukan untuk
mengidentifikasi adanya kesalahan/ketidaksesuaian. Agar lebih optimal, proses call dilakukan
oleh personil selain ketua tim. Laporan hasil audit final adalah laporan yang telah diberi
nomor dan tanggal laporan.
KP
Distribusi laporan audit pengadaan barang/jasa mengikuti ketentuan yang berlaku di lingkungan
BP
organisasi masing-masing Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
as
F. TUJUAN DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL AUDIT
tw
Efektivitas suatu audit sangat ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan pelaksanaan tindak lanjut
atas hasil audit. Tindak lanjut adalah pelaksanaan atas rekomendasi hasil audit yang telah
la
disampaikan oleh pimpinan auditi. Pemantauan tindak lanjut diperlukan untuk mendorong
percepatan pelaksanaan serta ketepatan pelaksanaan tindak lanjut sesuai rekomendasi. Aparat
ik
Pengawasan Intern Pemerintah sebagai auditor APBJ harus memantau sejauh mana rekomendasi
sd
merupakan indikasi lemahnya pengendalian auditi dalam mengelola sumber daya yang diserahkan
kepadanya.
Dalam rangka memantau dan mendorong tindak lanjut, APIP harus mendokumentasikan fakta dan
rekomendasi hasil audit untuk keperluan pemantauan tindak lanjut dan memutakhirkannya sesuai
dengan informasi tentang tindak lanjut yang telah dilaksanakan auditi. Kemudian secara periodik
dilakukan pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut, dicatat dan kemudian dibuat laporannya.
Pemantauan meliputi hal-hal sedang atau belum dilaksanakan disertai penjelasan mengenai
hambatan pelaksanaan tindak lanjut dimaksud. Apabila auditi telah menindaklanjuti rekomendasi
dengan cara yang berlainan dengan rekomendasi yang diberikan, auditor harus menilai efektifitas
penyelesaian tindak lanjut tersebut. Auditor tidak harus memaksakan rekomendasinya
ditindaklanjuti namun harus dapat menerima langkah lain yang ternyata lebih efektif.
Mendahului penyampaian laporan, harus diterbitkan surat penegasan, segera setelah pembahasan
final hasil audit dengan pihak auditi. Jika dalam waktu satu bulan setelah laporan terbit, auditi
belum melaksanakan tindak lanjut, maka perlu diterbitkan surat penegasan kedua. Dua bulan
setelah surat penegasan kedua dikirimkan dan tindak lanjut belum dilaksanakan, diterbitkan surat
KP
penegasan ketiga dengan tembusan kepada atasan auditi yang bersangkutan.
Dalam hal rekomendasi belum ditindaklanjuti maka auditor yang bersangkutan membahas secara
BP
tuntas dengan pimpinan auditi sebab-sebab tidak dilakukan tindak lanjut, apakah karena
rekomendasi dimaksud cacat atau sebab-sebab lain.
as
Dalam hal tindak lanjut atas rekomendasi belum dilaksanakan seluruhnya, auditor yang
bersangkutan wajib membahas secara tuntas dengan pimpinan auditi mengenai keadaan tersebut
tw
dan menyampaikan laporan secara tertulis hasil-hasil pemantauannya kepada Penanggung Jawab
la
Audit. Penanggung Jawab Audit perlu segera mengambil keputusan lebih lanjut.
ik
Apabila setelah surat penegasan ketiga dari penerbitan laporan, auditi belum melaksanakan tindak
sd
lanjut atas rekomendasi finansial, maka Penanggung Jawab Audit perlu mempertimbangkan untuk
melakukan pendalaman audit atau audit investigasi.
Pu
Outcome based audit merupakan pengawasan yang tidak hanya mencakup pengendalian
atas suatu risiko namun juga melihat dampak lebih jauh terhadap ukuran – ukuran outcome-
nya. Dari sisi output, mungkin risiko telah termitigasi, namun apabila dilihat dari sisi outcome,
mungkin timbul risiko baru. Auditor perlu meminta manajemen untuk meninjau kembali
kebijakan dan tindakan pengendalian/manajemen risikonya. Outcome based audit mencakup
pemberian keyakinan yang memadai bahwa outcome telah tercapai. Outcome dalam hal ini
dapat didefinisikan sebagai perolehan manfaat dari tercapainya tujuan.
KP
Outcome based audit dalam konteks pemerintahan saat ini adalah pengawasan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan/program telah mendukung
BP
pembangunan yang berkualitas yaitu pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat kemiskinan,
penurunan tingkat pengangguran, penurunan Gini Ratio dan peningkatan indeks
pembangunan manusia.
as
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, definisi output dan outcome adalah:
tw
- Output (keluaran) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
la
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
ik
Mengacu kepada definisi outcome dalam Perpres di atas, outcome dalam konteks PBJ adalah
Pu
Auditor PBJ dapat memperoleh pemahaman tentang outcome suatu PBJ berdasarkan
dokumen perencanaan pengadaan antara lain: Renja, Dokumen Penetapan Barang/Jasa,
KAK/TOR/POK, RUP, serta Dokumen KPI K/L/PD. Setelah indikator outcome diperoleh
selanjutnya auditor memastikan bahwa indikator outcome tersebut telah memadai. Jika
berdasarkan analisis dokumen, indikator outcome belum memadai maka dilakukan revisi. Jika
dalam dokumen tersebut tidak jelas outcome-nya, identifikasikan indikator outcome PBJ
dapat dilakukan berdasarkan analisis dokumen pengadaan, dan/atau melalui diskusi dengan
stakeholder, pakar terkait, dan masyarakat untuk dapat lebih memahami outcome. Indikator
outcome yang telah direvisi atau diidentifikasikan oleh auditor perlu disepakati dengan auditi
untuk memastikan ketersediaan data yang cukup, indikator yang akan digunakan dapat
mengukur outcome secara jelas dan efektif serta saat pengukuran telah tepat. Jika hal-hal
tersebut tidak dapat disepakati, maka ketidaksepakatan diungkap dalam laporan hasil audit
1. Terdapat pengadaan perangkat komputer dalam jumlah yang besar dan signifikan di
suatu Kantor APIP. Kamputer tersebut akan dibagikan kepada para auditor yang
sebelumnya belum seluruhnya memiliki komputer/laptop sehingga dalam
melaksanakan tugasnya para auditor harus menggunakan komputer secara bergantian.
Hal ini menyebabkan keterlambatan penyelesaian penugasan.
KP
sudah diterima dan dapat digunakan oleh para auditor di kantor APIP.
3. Jika auditor PBJ akan melakukan outcome based audit maka yang diaudit adalah
BP
outcome, yang dalam contoh ini antara lain waktu penyelesaian penugasan lebih cepat,
persentase penyelesaian penugasan tepat waktu meningkat, penurunan biaya lembur,
dan lain-lain.
as
B. LANGKAH KERJA OUTCOME BASED AUDIT DALAM PENGADAAN BARANG/JASA
tw
Pelaksanaan outcome based audit dalam audit pengadaan barang dan jasa dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
la
Sesuai dengan Peraturan Lembaga LKPP Nomor 7 Tahun 2018, proses pengadaan
barang/jasa pemerintah (PBJ) dimulai berdasarkan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, dengan tahapan sebagai berikut:
Pu
KP
Sesuai dengan Pedoman Evaluasi dan Indikator Kinerja Pembangunan yang dikeluarkan
oleh Kementerian PPN/Bappenas tahun 2009, persyaratan indikator yang baik salah
BP
satunya menggunakan persyaratan Simple, Measurable, Attributable, Reliable, dan
Timely (SMART), dengan penjelasan sebagai berikut:
as
- Simple (Sederhana): Indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam
pengumpulan data maupun dalam perhitungan untuk mendapatknnya
tw
- Reliable (Dapat Dipercaya): Indikator yang ditentukan harus dapat didukung oleh
pengumpulan data yang baik, benar, dan teliti.
Pu
- Timely (Tepat Waktu): Indikator yang ditentukan harus dapat didukung oleh
pengumpulan data dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang
waktunya sesuai dengan saat pengmbilan keputusan yang dilakukan.
KP
Jika diperlukan, auditor dapat berdiskusi dengan stakeholder, pakar terkait, dan
masyarakat untuk dapat lebih memahami outcome.
BP
2. Melakukan Pengujian Capaian Outcome
Jika terdapat perbedaan antara outcome yang diharapkan dengan capaian outcome,
sd
auditor harus menggali penyebab (root cause) dari tidak tercapainya outcome yang
diharapkan. Untuk dapat lebih menggali penyebab permasalahan, auditor dapat
berdiskusi dengan pemakai barang/jasa, pakar terkait, dan masyarakat terkait.
Pu
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa telah menghasilkan outcome yang
direncanakan dan mengidentifikasi permasalahan, penyebab permasalahan, dan usulan
rekomendasi yang diperlukan.
Langkah Kerja:
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
KP
a. Inventarisir dokumen perencanaan
pengadaan antara lain: Renja, Dokumen
Penetapan Barang/Jasa, KAK/TOR/POK,
BP
RUP, serta Dokumen KPI K/L/PD.
b. Cek apakah di dalam dokumen pengadaan
sudah terdapat indikator outcome yang
as
jelas dan analisa apakah indikatornya
memadai.
tw
KP
a. Lakukan pengujian capaian outcome
dengan analisis dokumen, wawancara,
BP
FGD, dan/atau kuesioner.
b. Bandingkan capaian outcome dengan
indikator outcome yang telah disepakati.
as
c. Inventarisir daftar indikator outcome yang
tidak tercapai.
tw
masyarakat terkait.
sd
KP
c. Ruang lingkup SPSE:
1) Perencanaan Pengadaan
BP
2) Persiapan pengadaan
3) Pemilihan penyedia
4) Pelaksanaan kontrak
as
5) Serah terima
tw
e-procurement, memberikan audit trail yang dapat dimanfaatkan oleh auditor dalam
sd
pelaksanaan audit.
oleh auditor terhadap data informasi yang ada pada database PBJ tersebut
Pengujian dan langkah kerja audit PBJ dengan database e-procurement pada dasarnya sama
dengan audit PBJ konvensional.
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
Tujuan:
Menilai bahwa organisasi pengadaan, identifikasi kebutuhan, dan penetapan barang/jasa,
telah dilakukan sesuai dengan persyaratan ketentuan perundangan yang berlaku.
Langkah Kerja:
KP
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
BP
Oleh Waktu Oleh Waktu
KP
6) Lakukan pengujian apakah keputusan-
keputusan yang diambil oleh PPK telah
bebas dari pengaruh pimpinan/pejabat
BP
yang lebih tinggi.
7) Uji mekanisme kerja pokja
pemilihan/pejabat pengadaan.
as
8) Buat simpulan hasil audit.
tw
b. Identifikasi Pengadaan
1) Lakukan pengujian apakah identifikasi
la
KP
memperhatikan jumlah produsen;
• Pasokan (supply) telah
BP
memperhatikan apakah barang
yang diperlukan merupakan
produk dalam negeri/ impor,
pabrikan/manual/kerajinan
as
tangan;
• Penentuan kebutuhan telah
tw
keamanan dalam
penggunaan/pemanfaatannya;
• Telah mengetahui riwayat
Pu
• Telah mempertimbangkan
pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh Usaha Kecil;
• Telah mempertimbangkan waktu
penyelesaian pekerjaan;
• Telah mempertimbangkan asal
material, dari dalam atau luar
negeri;
• Telah mempertimbangkan
komponen dalam negeri pada
keseluruhan pekerjaan;
KP
• Telah dilakukan studi kelayakan;
• Untuk pekerjaan konstruksi tahun
BP
jamak (multy years), apakah telah
mendapat persetujuan dari
pejabat yang berwenang; dan
• Pekerjaan yang memerlukan
as
lahan, apakah telah
memperhatikan syarat
tw
penggunaan lahan.
c) Jasa Konsultasi
la
KP
• Apakah telah mempertimbangkan
waktu pelaksanaan pekerjaan;
BP
• Apakah telah mempertimbangkan
penggunaan barang/material
dalam negeri atau luar negeri;
dan
as
• Apakah telah mempertimbangkan
bagian/komponen dalam negeri
tw
c. Penetapan Barang/Jasa
ik
terintegrasi.
2) Lakukan pengujian apakah kategorisasi
pengadaan telah mengacu pada
Klasifikasi Baku Komoditas Indonesia
(KBKI) yang telah dikeluarkan oleh BPS
atau mengacu pada peraturan yang
dikeluarkan oleh kementerian teknis
terkait.
Tujuan:
1) Untuk memberikan keyakinan bahwa perencanaan persiapan pengadaan telah sesuai
dengan tujuan, kebijakan, prinsip, dan etika pengadaan barang/jasa.
2) Mengidentifikasi kelemahan/permasalahan yang signifikan dalam proses perencanaan
persiapan pengadaan barang/jasa.
3) Memberikan saran perbaikan yang diperlukan.
Langkah Kerja:
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
KP
a. Penetapan Spesifikasi Teknis/Kerangka Acuan
Kerja (KAK)
BP
1) Inventarisir dokumen Kerangka Acuan
Kerja yang mendukung kegiatan
pengadaan barang/jasa.
as
2) Lakukan analisis materi yang tertuang
dalam Kerangka Acuan Kerja.
tw
b. Penetapan HPS
1) Inventarisir dokumen HPS yang telah
selesai disusun oleh PPK dan dokumen
pendukungnya.
2) Analisis kesesuaian HPS dengan data
pendukungnya.
3) Lakukan pengujian atas hasil perhitungan
dalam kertas kerja HPS.
4) Lakukan konfirmasi harga melalui survei
ke pasar dan/atau browsing internet
KP
dan/atau media cetak dan/atau media
elektronik lainnya dan/atau sumber data
lainnya yang dapat
BP
dipertanggungjawabkan sebagai
pembanding kewajaran harga satuan
HPS.
as
5) Lakukan pengujian apakah komponen
biaya pada HPS sudah memasukkan
unsur:
tw
KP
3. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
BP
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan pemilihan pemenang telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
as
tw
Langkah Kerja:
la
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
ik
a. e-audit
Inventarisir kode akses auditor dari admin
Pu
b. Pemberian Penjelasan
1) Lakukan evaluasi apakah pelaksanaan
pemberian penjelasan sesuai dengan
jadwal dalam aplikasi SPSE.
2) Lakukan pengujian apakah semua
pertanyaan dari calon penyedia melalui
SPSE telah dijawab dengan tepat (sesuai
dengan ketentuan baik dalam dokumen
tender/seleksi maupun ketentuan lainnya
yang berlaku) dan oleh Pokja Pemilihan
KP
ada diskusikan dengan Pokja Pemilihan
dan PPK.
BP
c. Pengunggahan (Upload) Dokumen
Penawaran
1) Inventarisir daftar peserta tender/seleksi
as
yang mengunggah dokumen penawaran
dari Pokja Pemilihan atau dengan
mengunduh dokumen tersebut melalui e-
tw
audit.
2) Bandingkan daftar peserta yang
la
KP
pembukaan dokumen penawaran.
2) Jika terdapat perubahan waktu
BP
pembukaan dokumen penawaran,
lakukan analisis terhadap alasan
perubahan tersebut apakah telah sesuai
ketentuan yang berlaku.
as
3) Cek apakah Pokja Pemilihan telah
mengunduh semua dokumen penawaran
tw
KP
2) Cek apabila penawaran yang masuk
kurang dari 3 (tiga) peserta, apakah
BP
pemilihan penyedia dilanjutkan dengan
melakukan negosiasi teknis dan
harga/biaya.
3) Inventarisir kertas kerja hasil koreksi
as
aritmatik dan mintakan hasil urutan
penawaran sebelum dan setelah koreksi
tw
Catatan:
ik
Evaluasi Teknis
8) Cek apakah unsur-unsur yang dievaluasi
teknis sesuai dengan yang ditetapkan
dalam dokumen pemilihan.
9) Cek apakah Pokja Pemilihan
menggugurkan/tidak menggugurkan
penawaran teknis peserta terhadap hal-
hal yang kurang jelas dalam dokumen
penawaran teknis sebelum melakukan
klarifikasi.
10) Cek apakah Pokja Pemilihan telah
KP
melakukan evaluasi teknis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Evaluasi Harga
BP
11) Cek apakah Pokja Pemilihan telah
melakukan evaluasi harga sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
as
f. Pembuktian Kualifikasi
tw
(LDK).
3) Apabila dari BA pembuktian kualifikasi
Pu
KP
4. Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
BP
Tujuan:
Langkah Kerja:
la
Rencana Realisasi
ik
KP
terjadi kegagalan pelaksanaan pekerjaan;
• ketentuan perlindungan tenaga kerja;
BP
• ketentuan bentuk dan tanggung jawab
gangguan lingkungan;
• ketentuan bentuk dan tanggung jawab
as
gangguan lingkungan; dan
• ketentuan mengenai penyelesaian
tw
perselisihan;
la
KP
5. Serah Terima Pengadaan Barang/Jasa
BP
as
Tujuan:
tw
Untuk memastikan bahwa hasil pekerjaan konstruksi telah selasai sesuai kontrak dan telah
diserahkan kepada PPK/PA/KPA sesuai ketentuan
la
ik
Langkah Kerja:
sd
Rencana Realisasi
Pu
KP
pekerjaan yang mempunyai indikasi
belum selesai, analisis bagian pekerjaan
tersebut untuk diprioritaskan pada saat
BP
dilakukan pemeriksaan fisik.
6) Lakukan permintaan informasi dari
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan,
as
apakah telah mempunyai pedoman/
standar operating procedures (SOP)
untuk melakukan pemeriksaan, jika tidak
tw
oleh auditor.
8) Inventarisir jadwal pemeriksaan fisik/
pengujian yang akan dilakukan Panitia/
Pejabat penerima hasil pekerjaan.
9) Lakukan pengamatan atas pemeriksaan/
pengujian yang dilakukan oleh Panitia/
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan apakah
telah sesuai dengan pedoman
pemeriksaan/standar operating
procedures (SOP) yang telah ditetapkan,
jika tidak sesuai telaah kemungkinaan
dampaknya, jika berpengaruh terhadap
mutu, prestasi pekerjaan dan harga
sampaikan kepada PPK untuk dilakukan
pemeriksaan dan pengujian.
KP
peninjauan untuk memastikan perbaikan
telah dilakukan.
13) Inventarisir Berita Acara Serah Terima
BP
Pekerjaan dari Penyedia kepada Panitia/
pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
14) Tuangkan dalam daftar uji dan buat
as
simpulan hasil audit.
tw
KP
6) Tuangkan dalam daftar uji dan buat
simpulan hasil audit.
BP
as
6. Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola
tw
Tujuan:
la
ketentuan
sd
Langkah Kerja:
Pu
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
a. Perencanaan
1) Lakukan pengujian apakah perencanaan
pengadaan swakelola telah meliputi:
- Penetapan tipe swakelola
- Penyusunan spesifikasi teknis/KAK
- Penyusunan perkiraan biaya/RAB
2) Lakukan pengujian pada swakelola tipe
II,III, dan IV apakah terdapat Nota
Kesepahaman antara PA/KPA
penganggung jawab anggaran dengan
b. Persiapan
1) Lakukan pengujian bahwa PA/KPA telah
KP
menetapkan sasaran pekerjaan swakelola
2) Lakukan pengujian bahwa PPK telah
BP
menetapkan rencana kegiatan, jadwal
pelaksanaan, dan RAB dengan
memperhitungkan tenaga ahli/peralatan/
bahan tertentu.
as
3) Lakukan pengujian apakah penggunaan
tenaga ahli pada swakelola tipe I
tw
Pelaksana Kontrak.
Pu
c. Pelaksanaan
1) Lakukan pengujian jumlah penggunaan
tenaga ahli pada swakelola tipe I.
2) Lakukan pengujian bahwa pengadaan
barang/jasa yang memenuhi syarat untuk
dilakukan melalui penyedia, dilaksanakan
sesuai ketentuan dalam Perpres PBJ.
3) Inventarisir dokumen pembayaran
swakelola dan uji bahwa pembayaran
swakelola sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4) Inventarisir dan uji laporan berkala
kemajuan pelaksanaan dan penggunaan
keuangan dari tim pelaksana swakelola
kepada PPK
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
Tujuan:
Untuk memperoleh keyakinan bahwa harga kontrak telah memenuhi syarat paling
menguntungkan dan dapat dipertanggungjawabkan, serta pajak dan PNBP yang
berkaitan dengan pengadaan barang/jasa telah dipungut atau disetor sesuai dengan
ketentuan.
KP
Langkah Kerja:
BP
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
as
a. Penetapan Harga Perhitungan Sendiri (HPS)
1) Inventarisir HPS yang dibuat pokja
tw
KP
dilaksanakan;
• perkiraan perhitungan biaya/harga
BP
satuan yang dilakukan oleh konsultan
perencana (engineer’s estimate);
• informasi biaya/harga satuan
barang/jasa di luar negeri untuk
as
tender/seleksi internasional;
• informasi lain yang dapat
tw
dipertanggungjawabkan;
• terkait dan data lain yang dapat
la
dipertanggungjawabkan, daftar
ik
KP
disusun berdasarkan PO.
8) Buat simpulan hasil audit.
BP
b. Kewajaran Harga
1) Evaluasi apakah harga kontrak tidak
melewati pagu anggaran.
as
2) Evaluasi kewajaran harga kontrak apabila
HPS tidak dipakai sebagai acuan (tidak
tw
wajar).
3) Periksa kebenaran pendekatan
la
KP
bahan yang dijadikan dasar untuk
menghitung harga satuan, dimana bahan
tersebut sudah tidak ada atau sulit
BP
didapatkan di daerah pelaksanaan
dengan tujuan menaikkan harga satuan,
namun dalam pelaksanaannya akan
diganti dengan bahan yang harganya
as
lebih murah dan biasa digunakan
masyarakat (tersedia di toko/daerah
setempat).
tw
KP
11) Lakukan pengujian apakah atas barang
impor yang bea masuknya dibebaskan
BP
tidak terdapat lagi unsur bea masuk
dalam harga kontraknya.
12) Lakukan pengujian apakah realisasi impor
telah sesuai dengan yang dibutuhkan
as
(sesuai dengan Rencana Impor Barang/
RIB).
tw
Catatan:
apabila realisasi lebih kecil bisa
la
Tujuan:
Untuk menilai kewajaran harga kontrak dan kesesuaian pelaksanaan jasa konsultansi
dengan ketentuan yang berlaku.
Langkah Kerja:
KP
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
BP
Oleh Waktu Oleh Waktu
KP
rapat-rapat konsultansi dan dalam kegiatan
lain yang berkaitan dengan kontrak yang
diperiksa.
BP
j. Cek apakah terdapat penggantian tenaga
konsultan selama masa pelaksanaan kontrak
konsultan baik yang diajukan oleh penyedia
as
jasa maupun pengguna jasa. Bila ada, periksa
apakah penggantian tersebut tidak
mengakibatkan kualifikasi tenaga konsultan
tw
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa realisasi kuantitas pengadaan barang/jasa telah sesuai dengan
kuantitas yang ditetapkan dalam kontrak dan pembayaran telah dilakukan sesuai dengan
realisasi fisik/pekerjaan.
Langkah Kerja:
KP
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
BP
a. Inventarisir dan uji berita acara penyelesaian
pekerjaan (BAPP) pengadaan barang/jasa dan
bandingkan dengan kontrak.
as
b. Lakukan opname/perhitungan fisik untuk
memastikan bahwa jumlah barang yang diterima/
tw
KP
(termasuk termin) telah didasarkan pada saat dan
tingkat kemajuan fisik pekerjaan (progress report),
serta tatacara pembayaran yang tercantum dalam
BP
kontrak.
i. Cek apakah terdapat pemblokiran dana untuk
menghindari hangusnya anggaran dengan cara
as
membuat BA kemajuan pekerjaan yang tidak benar.
(Biasanya dilakukan menjelang akhir tahun
anggaran).
tw
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa kualitas pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan (spesifikasi) yang ditetapkan dalam kontrak.
Langkah Kerja:
Rencana Realisasi
KP
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
BP
untuk mengetahui persyaratan kualitas barang/jasa
yang diperjanjikan dalam kontrak.
b. Untuk pekerjaan konstruksi, lakukan pengujian
as
apakah prosedur pengawasan mutu seperti
pengujian mutu material, test mix, pengawasan
tw
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa penyelesaian pengadaan barang/jasa telah sesuai atau tidak
melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak dan addendum-nya.
Langkah Kerja:
Rencana Realisasi
KP
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
BP
terkait untuk mengetahui batas waktu penyelesaian
pekerjaan dan sanksi diberikan atas keterlambatan
penyelesaian pekerjaan.
as
b. Inventarisir Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
(BAPP), atau dokumen sejenis untuk mengetahui
tw
seharusnya/sesuai kontrak.
ik
KP
oleh penyedia barang/jasa, penyedia membayar
denda/ganti rugi kepada negara/daerah, penyedia
dimasukandalam daftar hitam untuk jangka waktu
BP
tertentu.
e. Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
karena kelalaian pengguna barang/jasa, maka
dikenakan sanksi ganti rugi kepada penyedia
as
barang/jasa, sesuai yang tercantum dalam kontrak
dan peraturan perundangan yang berlaku.
tw
Tujuan:
Untuk mengidentifikasi adanya indikasi TPK dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sebagai berikut:
a. Pengadaan yang seharusnya dengan tender, namun dilaksanakan dengan penunjukan
langsung dan berdampak merugikan keuangan negara.
b. Pengaturan tender atau disebut juga pelelangan kolutif, yang disertai pemberian fee
kepada yang kalah.
KP
c. Spesifikasi pengadaan barang/jasa yang telah dikerjakan/diserahkan tidak sesuai dengan
kontrak, namun dibayar dengan harga kontrak.
d. Penetapan spesifikasi mengarah ke satu barang atau merk tertentu, dan tidak
BP
menguntungkan negara.
e. Pengadaan barang/jasa fiktif.
f. Pembayaran dua kali atas suatu pengadaan barang/jasa.
as
g. Tagihan palsu.
tw
Langkah Kerja:
sd
Rencana Realisasi
Pu
KP
kemungkinan penyerahan permasalahan ke aparat
penegak hukum (APH).
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa telah memaksimalkan penggunaan
komponen dalam negeri.
Langkah Kerja:
Rencana Realisasi
KP
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
BP
dokumen pemilihan dan kontrak terkait
penggunaan komponen dalam negeri. Pelajari dan
bandingkan, untuk mengetahui persyaratan yang
as
diperjanjikan.
b. Cek spesifikasi teknis/KAK mengenai penggunaan
tw
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa telah memaksimalkan penggunaan produk
dalam negeri.
Langkah Kerja:
Rencana Realisasi
KP
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
BP
a. Inventarisir dokumen perencanaan barang/jasa,
dokumen pemilihan dan kontrak terkait penggunaan
produk dalam negeri. Pelajari dan bandingkan,
untuk mengetahui persyaratan yang diperjanjikan.
as
b. Cek apakah K/L/D memperbanyak pencantuman
produk dalam negeri dalam katalog elektronik.
tw
pekerjaan
Penggunaan barang impor dilakukan dalam hal:
• Barang tersebut belum dapat diproduksi di
dalam negeri;
• Volume produksi dalam negeri tidak mampu
memenuhi kebutuhan.
f. Cek dan uji dokumen pendukung, untuk mengetahui
apakah penggunaan produk dalam negeri telah
dibuat dan diproses sesuai ketentuan yang ada.
g. Lakukan konfirmasi kepada unit atau pihak pemakai
barang/jasa.
h. Buat simpulan hasil audit.
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa pemaketan pada pengadaan barang/jasa telah diarahkan secara
maksimal untuk usaha kecil
Langkah Kerja:
KP
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
BP
a. Inventarisir dokumen perencanaan barang/jasa,
dokumen pemilihan dan kontrak terkait penetapan
paket untuk usaha kecil. Pelajari dan bandingkan,
untuk mengetahui persyaratan yang diperjanjikan.
as
b. Lakukan pengujian apakah pengadaan barang/jasa
telah diarahkan untuk keikutsertaan usaha kecil,
tw
kemampuan teknis.
Nilai paket pengadaan barang/pekerjaan
ik
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa telah diarahkan pada pengadaan
berkelanjutan.
Langkah Kerja:
Rencana Realisasi
KP
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
BP
dokumen pemilihan dan kontrak terkait penggunaan
produk industri hijau secara maksimal dan
memenuhi aspek pengadaan berkelanjutan. Cek dan
as
bandingkan, untuk mengetahui persyaratan yang
diperjanjikan.
tw
Tujuan:
Untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa yang sedang atau telah diselesaikan/
diserahkan, telah sesuai dengan kebutuhan dan atau telah dimanfaatkan sebagaimana
seharusnya.
Langkah Kerja:
KP
Rencana Realisasi
Uraian No. KKA
Oleh Waktu Oleh Waktu
BP
a. Lakukan pengamatan/peninjauan lokasi terhadap
hasil pengadaan untuk mengidentifikasi
penyelesaian pekerjaan atau penerimaan
as
barang/jasa dan pemanfaatannya sebagaimana
mestinya.
Apabila terdapat suatu pekerjaan yang telah selesai
tw
KP
dilaksanakan.
8. Jika ada, uraikan pekerjaan barang/jasa yang tidak
dimanfaatkan oleh pengguna atau ternyata
BP
dimanfaatkan oleh pihak yang tidak seharusnya, dan
ungkapkan juga jumlah dan nilainya.
9. Buat simpulan hasil audit.
as
tw
la
ik
sd
Pu
ORGANISASI AUDITOR
KP
LAPORAN HASIL AUDIT
BP
ATAS PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ……………
PADA
as
DINAS/KANTOR/BADAN ……………………………….
…………………………………………..
(diisi sesuai nama satker/ OPD
tw
DI
la
KEMENTERIAN/LEMBAGA/PERANGKAT DAERAH…………………………………….
(diisi nama Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah)
ik
sd
Pu
DAFTAR ISI
KP
Bab II : Uraian Hasil Audit
1. Realisasi Nilai dan Pembayaran Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Xx
2. Pencapaian Target Penyelesaian Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Xx
BP
3. Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Xx
4. Proses Pengadaan Barang/Jasa Xx
5. Temuan Hasil Audit Xx
as
6. Hal-hal Penting Lainnya yang Perlu Diperhatikan Xx
Kami telah melaksanakan audit pengadaan barang/jasa pada…………………… (diisi nama satuan
KP
kerja OPD di …… (diisi sesuai nama Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah Tahun Anggaran
…… Audit kami laksanakan berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia dan kami
yakin bahwa audit tersebut dapat memberikan dasar yang memadai untuk menyajikan hasil
BP
audit.
Laporan Hasil Audit menyajikan hasil audit dalam dua bagian, yaitu Bagian Pertama berisi
as
Simpulan dan Rekomendasi, dan Bagian Kedua berisi Uraian Hasil Audit.
tw
la
ik
sd
Pu
BAB I
SIMPULAN
Nilai pengadaan barang/jasa pada ……. seluruhnya berjumlah Rpxxx.xxx.xxx. Dari jumlah
KP
tersebut, nilai pengadaan barang/jasa yang diaudit sebesar Rpxxx.xxx.xxx (…%).
Realisasi pembayaran atas kegiatan pengadaan barang/jasa yang diaudit adalah sebesar
Rpxxx.xxx.xxx, atau xx% dari nilai pengadaan barang/jasa yang diaudit.
BP
(Uraikan secara ringkas penyebab, jika realisasi keuangan kegiatan pengadaan
barang/jasa tidak tercapai).
as
2. Pencapaian Penyelesaian Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa
tw
(Uraikan secara ringkas penyebab, jika target fisik kegiatan pengadaan barang/jasa tidak
ik
tercapai).
sd
Realisasi penerimaan pajak negara, pajak daerah, dan penerimaan negara bukan pajak
(PNBP) serta penyetorannya ke Kas Negara/Kas Daerah/Kas Perusahaan adalah sebesar
Rp …………
(Uraikan secara ringkas dari Bagian Kedua Bab II. Jika ada sisa pajak negara, pajak
daerah, atau PNBP yang seharusnya disetor namun belum disetor sampai saat berakhirnya
audit, ungkapkan pada temuan audit).
Berdasarkan audit kami, masih dijumpai adanya beberapa kelemahan mendasar dalam
rancangan dan pelaksanaan SPI atas .......
(uraikan secara ringkas hasil pemahaman dan pengujian atas rancangan pengendalian
intern auditi serta kelemahan pengendalian yang ada)
Berdasarkan hasil audit atas proses pengadaan barang/jasa pada ….., dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Perencanaan Pengadaan
KP
Sajikan secara ringkas simpulan atas tahap persiapan pengadaan barang/jasa
berikut:
BP
- melalui Swakelola meliputi penetapan sasaran, Penyelenggara Swakelola,
rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan RAB.
as
- melalui Penyedia oleh PPK meliputi kegiatan: penetapan HPS; penetapan
rancangan kontrak; penetapan spesifikasi teknis/KAK; dan/atau penetapan
uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan,
tw
Sajikan secara ringkas simpulan atas pencapaian tingkat komponen dalam negeri
(TKDN) dan penggunaan produk dalam negeri atas pengadaan barang/jasa yang
diaudit.
KP
Audit atau Subbab Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Lainnya.
BP
Sajikan secara ringkas simpulan atas pencadangan paket untuk usaha kecil dalam
kegiatan pengadaan barang jasa yang diaudit.
as
Sajikan secara ringkas masalah penyimpangan yang ditemukan dalam
tahapan ini. Uraian rincinya sajikan pada Subbab Ringkasan Temuan Hasil
Audit atau Subbab Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Lainnya.
tw
g. Pengadaan Berkelanjutan
la
Berdasarkan hasil audit atas pengadaan barang/jasa pada …., terdapat permasalahan
sebagai berikut:
a. …………………….
b. …………………….
c. …………………….
Uraian ringkas temuan dan penyebab diambil dari Bagian Kedua Bab II Uraian Hasil Audit.
Uraian dibuat atau diungkapkan sedemikian rupa secara ringkas dan padat, namun dapat
menjelaskan kondisi temuan dan penyebab seutuhnya. Susunan temuan sesuai urutan
temuan pada Bagian Kedua Bab II Uraian Hasil Audit Subbab Temuan Hasil Audit
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Kode uraian temuan, penyebab temuan serta
rekomendasi menggunakan kode berdasarkan pedoman yang berlaku.
Uraikan secara ringkas hal-hal yang tidak dapat disajikan sebagai temuan audit namun
sangat penting untuk disajikan. Termasuk penyimpangan yang merugikan keuangan
negara yang telah diidentifikasikan pada tahap perencanaan, persiapan,
pelaksanaan/proses, dan pemanfaatan pengadaaan barang/jasa namun belum memenuhi
secara lengkap unsur-unsur temuan.
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
REKOMENDASI
Bab ini menguraikan rekomendasi atas setiap temuan dan hal-hal hal yang perlu diperhatikan
lainnya sebagaimana diuraikan di atas, yaitu berupa saran-saran perbaikan maupun tindakan
penyetoran ke Kas Negara/Kas Daerah, atau pertanggungjawaban atas kerugian negara.
Rekomendasi diarahkan kepada rekomendasi yang dapat dilaksanakan (bersifat operasional
perbaikan). Rekomendasi juga diarahkan kepada tindakan sanksi kepada pejabat yang
berwenang yang mengakibatkan terjadinya kerugian negara maupun pelanggaran terhadap
hukum/ketentuan yang berlaku.
Pada bab ini juga diungkapkan mengenai komitmen pejabat yang berwenang untuk
menindaklanjuti rekomendasi atas temuan-temuan tersebut di atas sesuai Berita Acara Hasil
Pembahasan Audit yang disajikan pada Lampiran-1 Laporan Hasil Audit Pengadaan
KP
Barang/Jasa Pemerintah.
Bagian Pertama ini ditutup dengan tanda tangan penanggung jawab audit sesuai dengan
BP
peraturan yang berlaku.
Inspektur
as
Prov/Kab/Kota….
tw
(………………….)
NIP xx xx xx xx
la
ik
sd
Pu
BAB I
DATA UMUM
1. Dasar Audit
Audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada……….. (diisi nama satuan kerja/ OPD) di …..
(diisi sesuai nama Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah) tahun anggaran…. dilakukan
KP
berdasarkan:
a. Ketentuan yang terkait dengan Instansi APIP (diisi dengan ketentuan yang menjadi
BP
dasar terbentuknya Unit Kerja Pengawasan Internal Instansi yang bersangkutan).
2. Tujuan Audit
sd
Audit Pengadaan Barang/Jasa pada……….. (diisi nama satuan kerja/OPD di …….. (diisi sesuai
nama Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah tahun anggaran …. dilakukan dengan tujuan
Pu
untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa dilakukan secara efisien, efektif, terbuka
dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel sehingga pengadaan
tersebut telah memberikan pemenuhan terhadap: nilai manfaat yang sebesar-besarnya
(value for money), peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah yang berlaku, pencapaian
TKDN, penggunaan produk dalam negeri, pencadangan dan peruntukan paket untuk usaha
kecil, dan Pengadaan Berkelanjutan.
a. pengadaan barang/jasa dilakukan sesuai dengan kebutuhan, baik segi jumlah, kualitas,
dan waktu.
KP
Audit pengadaan barang/jasa pada…..(diisi nama satuan kerja/OPD) di ….. (diisi sesuai nama
KEMENTERIAN/LEMBAGA/PERANGKAT DAERAH) tahun anggaran….dilakukan terhadap
BP
pengadaan barang/jasa senilai Rp…. atau …% dari seluruh nilai pengadaan
barang/jasa….(diisi nama satuan kerja/OPD) tahun… sebesar Rp… atau ...% dari jumlah
anggaran modal…(diisi nama satuan kerja/OPD) tahun… sebesar Rp….
as
Jumlah pengadaan yang diaudit tersebut terdiri dari:
tw
yang diaudit).
sd
c. dst
Pu
yang pembiayaannya bersumber dari Anggaran…. (diisi sumber dananya) Tahun …, mencakup
penilaian terhadap:
3) Prinsip pengadaan yang efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak
diskriminatif, dan akuntabel.
Audit kami lakukan sesuai dengan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia dan prosedur
lain yang kami anggap perlu sesuai dengan keadaan. Audit dilakukan mulai dari tanggal…
sampai dengan… (diisi tanggal berakhirnya audit di lapangan).
4. Batasan Audit
[Butir ini menguraikan tentang batasan audit yang dihadapi oleh auditor yang
mengakibatkan auditor tidak dapat melakukan prosedur dan teknik audit terhadap ruang
lingkup audit tertentu yang seharusnya dilaksanakan untuk memenuhi Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia. Nyatakan tidak ada pembatasan, jika kenyataannya tidak ada
pembatasannya]
5. Jenis Audit
KP
Jenis audit yang dilakukan adalah audit dengan tujuan tertentu, yaitu audit untuk
meyakinkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk
BP
Pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya; Pencapaian TKDN; Penggunaan produk
dalam negeri; Pencadangan dan peruntukan paket untuk usaha kecil; dan Pengadaan
Berkelanjutan.
as
6. Tanggung Jawab Auditor
tw
Simpulan hasil audit didasarkan pada identifikasi masalah, analisis, dan pengujian atas
data/dokumen/informasi yang diperoleh dari auditi. Tanggung jawab tim audit terbatas pada
la
simpulan hasil audit berdasarkan identifikasi masalah, analisis, dan pengujian yang dilakukan
ik
Uraikan data pengenal auditi sesuai dengan kondisi auditi yang melaksanakan kegiatan
pengadaan barang/jasa. Jika lebih dari satu kegiatan/kontrak yang diaudit dari unit kerja
yang bersangkutan, dibuatkan untuk setiap kegiatan/kontrak.
a. Data Umum
1) Nama Satker/OPD :
7) Tanggal Dokumen :
KP
diterima
BP
Rincian data pengenal per kontrak/SPK pengadaan barang/jasa disajikan pada
Lampiran – 2.
as
tw
la
ik
sd
Pu
Realisasi pembayaran atas kegiatan pengadaan barang/jasa yang diaudit adalah sebesar
Rpxxx.xxx.xxx atau xx% dari nilai pengadaan barang/jasa yang diaudit.
Rincian realisasi pembayaran per kontrak untuk pengadaan barang/jasa yang diaudit tahun
angaran… adalah sebagai berikut:
KP
Kontrak A Kontrak B Total
Uraian
BP
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Nilai Kontrak Rp…… 100 Rp…… 100 Rp…… 100
Valas Valas Valas
as
…… …… ……
tw
tanggal yang ditetapkan sebagai tanggal penyelesaian pekerjaan) adalah sebesar xxx %
(Uraikan sebab-sebab pencapaian target tidak sesuai dengan target yang ditetapkan dalam
kontrak). Diungkapkan pula tentang adanya pemblokiran anggaran (jika ada) atas pekerjaan
yang belum selesai namun untuk kepentingan pencairan dana dibuat BA penyelesaian
pekerjaan 100%.Jika lebih dari satu kegiatan/kontrak PBJ, dibuatkan untuk setiap
kegiatan/kontrak dan dibuatkan pula pencapaian target secara keseluruhan.
Penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) serta penyetoran ke Kas
Negara, Kas Daerah, atau Kas Perusahaan dalam tahun anggaran …… yang berkaitan dengan
kegiatan pengadaan barang/jasa secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
1 2 3 4=2-3
Rp Rp Rp
PPh Pasal 21
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Pasal 26
PPh Final
PPN/ PPn BM
Jumlah Pajak
KP
PNBP
Pajak Daerah
BP
Retribusi Daerah
Jumlah Total
as
(Atas sisa pajak dan PNBP yang belum disetor pada saat audit berakhir agar diuraikan
alasannya. Pajak tertentu atau PNBP yang belum disetor harus disajikan sebagai temuan.
tw
Rincian penerimaan pajak dan PNBP per kontrak disajikan dalam lampirannya).
la
Bagian ini menguraikan hasil pemahaman dan pengujian atas rancangan pengendalian
sd
Bagian ini diisi simpulan yang berhubungan dengan proses pengadaan barang/ jasa.
a. Perencanaan Pengadaan
Sajikan secara ringkas simpulan atas tahap perencanaan pengadaan barang/jasa yang
meliputi sub tahapan sebagai berikut: identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa,
cara, jadwal, dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa.
Sajikan secara ringkas masalah penyimpangan yang ditemukan dalam tahapan ini.
Uraian rincinya sajikan pada Subbab Temuan Hasil Audit atau Subbab Hal-hal yang
Perlu Diperhatikan Lainnya.
- penetapan tipe Swakelola yang sesuai dari 4 tipe Swakelola yang ada.
KP
- penyusunan spesifikasi teknis/KAK dengan mempertimbangkan
penggunaan produk dalam negeri; penggunaan produk bersertifikat SNI;
dan memaksimalkan penggunaan produk industri hijau.
BP
- penyusunan perkiraan biaya/RAB
b. volume barang/jasa;
la
c. ketersediaan barang/jasa;
ik
Sajikan secara ringkas simpulan atas tahap persiapan pengadaan barang/jasa berikut:
Sajikan secara ringkas masalah penyimpangan yang ditemukan dalam tahapan ini.
Uraian rincinya sajikan pada Subbab Temuan Hasil Audit atau Subbab Hal-hal yang
Perlu Diperhatikan Lainnya.
KP
1) Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola
BP
yang wajib disusun pengguna barang/jasa, antara lain meliputi simpulan
terhadap:
as
a) Penetapan Sasaran
d) Jadwal pelaksanaan
sd
a) penetapan HPS
KP
Simpulan auditor terhadap penetapan uang muka, jaminan uang muka,
jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, sertifikat garansi, dan/atau
BP
penyesuaian harga yang wajib disusun pengguna barang/jasa meliputi:
tersebut.
KP
(6) Metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
BP
Simpulan auditor terhadap metode pemilihan penyedia
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang wajib disusun
pengguna barang/jasa diantaranya meliputi kriteria metode
pemilihan yang digunakan (Seleksi atau Pengadaan Langsung atau
as
Penunjukan Langsung), Metode evaluasi penawaran Penyedia Jasa
Konsultansi, dan Metode penyampaian dokumen penawaran pada
tw
a) pelaksanaan
b) pembayaran swakelola
KP
c) pengawasan dan pertanggungjawaban
BP
Simpulan auditor terhadap pengawasan dan pertanggungjawaban
swakelola diantaranya meliputi laporan kemajuan pelaksanaan Swakelola
dan penggunaan keuangan kepada PPK secara berkala, penyerahan hasil
as
pekerjaan Swakelola kepada PPK dengan Berita Acara Serah Terima,
pengawasan pelaksanaan Swakelola oleh Tim Pengawas secara berkala.
tw
c) pelaksanaan kontrak
KP
(3) Pemberian uang muka
BP
Simpulan auditor terhadap pemberian uang muka
Sajikan simpulan atas pemanfaatan barang/jasa yang diadakan. Sajikan secara ringkas
masalah penyimpangan yang ditemukan dalam tahapan ini. Uraian rincinya sajikan
KP
pada Subbab Temuan Hasil Audit atau Subbab Hal-hal Penting Lainnya yang perlu
diperhatikan.
BP
Simpulan auditor terhadap pemanfaatan barang/jasa antara lain:
1) Barang/jasa tidak sesuai dengan kebutuhan
as
2) Kualitas barang/jasa tidak sesuai dengan kebutuhan
3) Barang yang diperoleh ditempatkan di lokasi yang tidak tepat
tw
e. Pencapaian Tingkat Komponen Dalam Negeri dan Penggunaan Produk Dalam Negeri
ik
Sajikan secara ringkas simpulan atas pencapaian tingkat komponen dalam negeri
sd
(TKDN) dan penggunaan produk dalam negeri atas pengadaan barang/jasa yang
diaudit.
Pu
Sajikan secara ringkas masalah penyimpangan yang ditemukan dalam tahapan ini.
Uraian rincinya sajikan pada Subbab Ringkasan Temuan Hasil Audit atau Subbab Hal-
hal yang Perlu Diperhatikan Lainnya.
Sajikan simpulan atas pencadangan paket untuk usaha kecil dalam kegiatan
pengadaan barang jasa yang diaudit.
Sajikan secara ringkas masalah penyimpangan yang ditemukan dalam tahapan ini.
Uraian rincinya sajikan pada Subbab Ringkasan Temuan Hasil Audit atau Subbab Hal-
hal yang Perlu Diperhatikan Lainnya.
Sajikan secara ringkas masalah penyimpangan yang ditemukan dalam tahapan ini.
Uraian rincinya sajikan pada Subbab Ringkasan Temuan Hasil Audit atau Subbab Hal-
hal yang Perlu Diperhatikan Lainnya.
• Setiap temuan audit harus mempunyai atribut yaitu judul temuan, kondisi, krikteria,
penyebab, akibat yang ditimbulkan, tanggapan penanggungjawab kegiatan, komentar
auditor atas tanggapan penanggung jawab kegiatan, komentar auditor atas
tanggapan penanggungjawab kegiatan, rekomendasi perbaikan dan, jika ada tindak
KP
lanjutnya. Temuan didukung oleh Berita Acara Pembahasan Hasil Audit sebagaimana
disajikan pada lampiran-1 Laporan Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa.
BP
• Penomoran temuan menurut pedoman pengkodean temuan yang berlaku.
Sesuai dengan tujuan audit, maka kondisi dan akibat harus berupa hasil (output) dari
proses pengadaan barang/jasa, misalnya berhubungan dengan permasalahan berikut:
as
1) Pengadaan barang/jasa fiktif
tw
3) Volume hasil pengadaan barang/jasa lebih kecil dari volume yang dibayar
ik
Uraikan secara ringkas hal-hal yang tidak dapat disajikan sebagai temuan audit namun
sangat penting untuk disajikan. Termasuk indikasi penyimpangan yang merugikan keuangan
negara yang telah diidentifikasi pada tahap persiapan, proses, dan pemanfaatan pengadaan
barang/jasa namun belum memenuhi secara lengkap unsur-unsur temuan.
KP
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu
Pada hari ini, ……. Tanggal ……., telah dilakukan pembahasan hasil audit pengadaan
barang/jasa oleh …. (nama APIP) pada ……. (nama auditi), yaitu untuk kegiatan pengadaan:
1) ….
2) ….
KP
1. …… (judul permasalahan/temuan)
BP
Rekomendasi : …….
2. Dst.
la
ik
sd
1. ……………..
2. ……………..
3. …………….. ………………………..
KP
dengan
pengadaannya)
6) Klasifikasi Penyedia Jasa : Kecil/Bukan
BP
Kecil (pilih yang
sesuai)
7) Tujuan dan Sasaran Kegiatan :
as
Pengadaan Barang dan Jasa
8) Nilai Kontrak : Rp ………………
tw
US$/Valas lain ….
(eq.Rp)
la
US$/Valas lain ….
(eq.Rp)
sd
KP
Kegiatan Pengadaan Pengeluaran”.
Barang/Jasa
• Nama
BP
:
• NIP/ Nomor Pegawai :
• Jabatan :
• SK Pengangkatan :
as
• Nomor/Tanggal :
tw
la
ik
sd
Pu
ORGANISASI AUDITOR
KP
Yth. Kepala Satker ABC Kementerian/Provinsi/Kabupaten/Kota XYZ
di ….
BP
Berdasarkan Undang-undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan Menteri/Lembaga/Provinsi/
Kabupaten/Kota Nomor… Tanggal … tentang … dan Surat Tugas Inspektur Jenderal/Inspektur
as
Kementerian/Lembaga/Provinsi/Kabupaten/Kota …. Nomor …., kami telah melakukan audit
dengan tujuan tertentu atas pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan DIPA Nomor:
tw
dijelaskan mengenai dasar pelaksanaan audit, dapat dijelaskan kewenangan instansi auditor
untuk melaksanakan pengawasan, dan dasar surat penugasan audit yang mendasari pekerjaan
ik
Tujuan audit adalah menilai kegiatan pengadaan barang/jasa apakah telah sesuai dengan
Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah termasuk
Pu
Peraturan LKPP terkait dan telah dilaksanakan dengan ekonomis, efisien, dan efektif. (tujuan
dan sasaran audit dituliskan sebagaimana dinyatakan dalam surat penugasan audit) Audit
dilaksanakan sesuai dengan Standar Audit Intern Pengawasan Intern Pemerintah Indonesia,
oleh karenanya meliputi penilaian atas sistem pengendalian manajemen yang diterapkan pada
kegiatan tersebut, penilaian dan pengumpulan bukti‐bukti, dan penilaian ketaatan kegiatan
terhadap peraturan perundang‐undangan yang berlaku. (pada paragraf ini dijelaskan
tujuan/sasaran, kriteria yang digunakan, dan pernyataan bahwa penugasan dilaksanakan
sesuai standar)
Ruang lingkup audit adalah ...... untuk tahun anggaran ...... audit yang kami lakukan termasuk
pengujian atas ….. (ruang lingkup audit dicantumkan dalam laporan untuk menyatakan
seberapa luas audit yang dilakukan dan menginformasikan kepada pembaca laporan batasan
serta tanggung jawab audit) Audit yang dilaksanakan sejak tanggal … sampai dengan tanggal
…., kami lakukan melalui pengumpulan dan pengujian bukti termasuk melakukan konfirmasi
kepada pihak-pihak yang terlibat sehingga cukup bagi kami untuk mengambil kesimpulan.
Tanggung jawab tim audit terbatas pada simpulan hasil audit berdasarkan identifikasi
........ memiliki ... Eselon III dan ... Eselon IV termasuk ........
Nilai pengadaan barang/jasa pada ……. seluruhnya berjumlah Rpxxx.xxx.xxx. Dari jumlah
tersebut, nilai pengadaan barang/jasa yang diaudit sebesar Rpxxx.xxx.xxx (…%). Realisasi
pembayaran atas kegiatan pengadaan barang/jasa yang diaudit adalah sebesar Rpxxx.xxx.xxx,
atau xx% dari nilai pengadaan barang/jasa yang diaudit.
KP
(Uraikan secara ringkas penyebab, jika realisasi keuangan kegiatan pengadaan barang/jasa
tidak tercapai). (pada bagian ini diuraikan secara singkat mengenai informasi umum auditi dan
BP
informasi PBJ secara ringkas untuk memberikan gambaran kepada pembaca awam mengenai
proses bisnis auditi)
(Uraikan secara ringkas penyebab, jika target fisik kegiatan pengadaan barang/jasa tidak
la
tercapai).
ik
Realisasi penerimaan pajak negara, pajak daerah, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
serta penyetorannya ke Kas Negara/Kas Daerah/Kas Perusahaan adalah sebesar Rp …………
Pu
(Jika ada sisa pajak negara, pajak daerah, atau PNBP yang seharusnya disetor namun belum
disetor sampai saat berakhirnya audit, ungkapkan pada temuan audit).
Berdasarkan audit kami, masih dijumpai adanya beberapa kelemahan mendasar dalam
rancangan dan pelaksanaan SPI atas ....... (pada paragraf ini dijelaskan hasil pemahaman dan
pengujian atas rancangan pengendalian intern auditi serta kelemahan pengendalian yang tidak
signifikan/material. Jika ada temuan material terkait kelemahan pengendalian, LHA
diungkapkan dalam bentuk Bab.)
1. Kegiatan pengadaan telah dilaksanakan dengan ekonomis dan efisien, serta taat pada
ketentuan PBJ, namun belum efektif berkaitan dengan ….sebutkan temuan yang tidak
signifikan/material
6. Pengadaan telah memperhatikan aspek sosial dan tidak ditemukan dampak negatif pada
KP
lingkungan.
(pada pargraf ini diungkapkan kesimpulan untuk menjawab tujuan dan sasaran audit.
BP
Apakah auditi telah mencapai tujuannya atau belum mencapai tujuannya. Identik dengan
audit atas laporan keuangan, bagian ini mencantumkan opini audit atas hasil audit
dengan tujuan tertentu. Jika ada temuan hasil audit yang signifkan/cukup material
as
maka LHA disampaikan dalam bentuk Bab)
Berdasar pemantauan atas tindak lanjut hasil pemeriksaan sejak tahun .... sampai dengan
tw
tahun ....(pada bagian ini auditor perlu mengungkapkan tindak lanjut dari hasil audit
sebelumnya, termasuk tindak lanjut dari audit yang dilaporkan dalam laporan ini)
la
Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami ucapkan terima kasih.
sd
Pu
Irjen/Inspektur
Nama
NIP xxxxxxxx xxxxxx x xxx
Tembusan:
Yth. Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota …..
Catatan:
Format Surat dapat menyesuaikan Tata Naskah Dinas yang berlaku di unit kerja APIP masing-
masing.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2018. Pedoman Audit Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. BPKP. Jakarta.
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018 Pedoman
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 8 Juni 2018. Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
________ Nomor 8 Tahun 2018 Pedoman Swakelola. 8 Juni 2018. Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
KP
________ Nomor 9 Tahun 2018 Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia.
8 Juni 2018. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
BP
________ Nomor 10 Tahun 2018 Pedoman Pelaksanaan Tender/Seleksi Internasional. 8 Juni 2018.
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
as
________ Nomor 11 Tahun 2018 Katalog Elektronik. 8 Juni 2018. Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
tw
________ Nomor 12 Tahun 2018 Pedoman Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan pada
la
________ Nomor 13 Tahun 2018 Pengadaan Barang/Jasa dalam Keadaan Darurat. 8 Juni 2018.
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
Pu
________ Nomor 14 Tahun 2018 Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa. 8 Juni 2018. Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
________ Nomor 15 Tahun 2018 Pelaku Pengadaan Barang/Jasa. 8 Juni 2018. Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
________ Nomor 16 Tahun 2018 Agen Pengadaan. 8 Juni 2018. Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
________ Nomor 17 Tahun 2018 Sanksi Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
8 Juni 2018. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
________ Nomor 19 Tahun 2018 Pengembangan Sistem dan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa. 8
Juni 2018. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 760. Jakarta.
Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia, 2013, Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia
(SA-AAIPI).
KP
~
BP
as
tw
la
ik
sd
Pu