Makalah Proses Pembutan Margarin

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FILSAFAT ILMU ISLAM

FILSAFAT, SAINS & TEKNOLOGI


“Proses Pembuatan Margarin dari Crude Palm Olein (CPO)”

DISUSUN OLEH:
ALFIRAH MUTMAINNAH
0003.07.19.2019

MAGISTER TEKNIK KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

1
1. PENDAHULUAN
Pengertian Filsafat dan Tinjauan Umum
Filsafat adalah suatu pemikiran dan kajian kritis terhadap kepercayaan
dan sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian dan
analisis konsep dasar mengenai bidang kegiatan pemikiran seperti: prinsip,
keyakinan, konsep dan sikap umum dari suatu individu atau kelompok untuk
menciptakan kebijaksanaan dan pertimbangan yang lebih baik.
Keingintahuan seseorang mengenai suatu kebenaran menimbulkan adanya
gagasan. Ketika gagasan diolah untuk menjelajah pemahaman yang lebih luas tetapi
mendasar maka akan menghasilkan suatu ilmu yang disebut dengan filsafat.
Berkaitan dengan ilmu pengetahuan filsafat ditujukan untuk pengembangan dan
inovasi pengertian baru yang dapat dijadikan landasan di dalam suatu masalah yang
berhubungan. Dari hal tersebut memberi pandangan bahwa berbagai ilmu lahir dari
filsafat, sehingga pengajaran mengenai filsafat sangat diperlukan.
Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan,
antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda. Pengertian filsafat
dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan terminologi.
1. Arti secara etimologi
Kata filsafat berasal dari kata bahasa Arab falsafah, yang berasal dari
bahasa Yunani: Philosophia, yang terdiri atas dua kata yang berarti philos =
cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi
philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang
cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut
failasuf. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM).
Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak
Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang
mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani.
Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam
semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-
kaidahnya (The Liang Gie, 1999).

2
2. Arti secara terminologi
Arti terminologi yaitu istilah yang menggambarkan apa itu filsafat, di
antaranya:
a. Plato Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli.
b. Aristoteles Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika.
c. Al Farabi Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maupun bagaimana
hakikat yang sebenarnya.
d. Rene Descartes Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana
Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
e. Langeveld Filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan
yang menentukan yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan
Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
Dari beberapa pengertian filsafat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada
secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya.
Filsafat bukannya mempersoalkan gejalagejala atau fenomena, tetapi yang
dicari adalah hakikat dari suatu fenomena. Hakikat adalah suatu prinsip yang
menyatakan sesuatu adalah sesuatu itu. Filsafat adalah usaha untuk mengetahui
segala sesuatu. Jadi, filsafat membahas lapisan yang terakhir dari segala
sesuatu. Ada beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan
filosof yaitu:
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta
lengkap tentang seluruh realitas.
2. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-
pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
3. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda
katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.

3
Dengan demikian filsafat adalah ilmu yang mencintai dan mencari
kebijaksanaan, atau pengetahuan mengenai semua hal melalui sebaba-sebab
terakhir yang didapati melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari dan
menjelaskan hakekat dari segala sesuatu.

2. Filsafat Ilmu dan Etika Engineering


A. Filsafat Ilmu
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini
tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat
tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari
Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman
persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan
filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya,
banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan
ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.
Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia. Filsafat Ilmu adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait. Filsafat
sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal. Filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran yang reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu telaah kritis terhadap metode
yang digunakan oleh ilmu tertentu terhadap lambang-lambang dan struktur
penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Filsafat ilmu adalah upaya
untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat
mengenai ilmu
Dengan mempelajari filsafat ilmu, maka kita akan mengetahui dan sekaligus
akan menyadari bahwa pada hakekatnya ilmu itu tidak bersifat statis (tetap) namun
dinamis seirama dengan perkembangan akal dan budi. Sesuatu yang dulunya
dianggap sebagai ilmu yang dianutnya tetapi pada masa tertentu akan basi dan
ditinggalkan karena sudah tidak sesuai dengan zaman. Disinilah perlunya kita selalu

4
berusaha untuk mengembangkan dan sekaligus memperbaharui ilmu. Kita
menyadari bahwa untuk memahami hakekat suatu kejadian atau hukum-hukum
kausalitas itu tidak cukup hanya mengandal sumber daya indrawi semata (seperti
dengan mata, pendengaran, penciuman, dan perasa) saja akan tetapi perlu
perenungan yang sangat mendalam dengan menggunakan akal, budi dan hati (jiwa).
Banyak pengertian tentang filsafat ilmu yang telah dikemukakan oleh para filsuf, di
antaranya:
1. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-
pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat
terdahulu yang telah dibuktikan.
2. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-
metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya
ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui
yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya,
konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam
kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
4. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan
filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Dari uraian di atas akan diperoleh suatu gambaran bahwa filsafat ilmu
merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat
ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya.
Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu, seperti obyek apa yang
ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
pengetahuan ? (Landasan ontologis).
Berikut ini akan dibahas obyek-obyek filsafat ilmu yang meliputi ontologis,
epistemologis dan aksiologis.

5
a. Ontologi
Ontologi berasal dari perkataan Yunani yaitu ontos yang berarti being, dan
logos yang berarti ilmu. Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan). Atau bisa juga disebut ontologi sebagai
ilmu tentang “yang ada”. Yang dimaksud “ada” adalah dari dan akan ke mana ada
itu. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak. Dua pengertian ini merambah ke dunia hakikat sebuah ilmu.
Ontologi membahas masalah ada dan tiada. Ilmu itu ada, tentu ada asal-muasalnya.
Ilmu itu ada yang nampak dan ada yang tidak nampak. Dengan berfikir ontologi,
manusia akan memahami tentang eksistensi sebuah ilmu.
b. Epistemologi
Menurut Jacques Veuger, sebagaimana yang dikutip oleh Suparman Syukur,
di antara gejala-gejala eksistensi manusia yang dialami, satu hal yang amat
menyolok mata dan amat penting ialah pengetahuan. Sebab ia merefleksikan
eksistensinya secara menyeluruh, manusia terpaksa merefleksikan pengetahuannya
juga. Bagaian filsafat yang dengan sengaja berusaha menjalankan refleksi atas
pengetahuan manusia itu disebut epistemologi, atau ajaran tentang pengetahuan.
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu
pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kata, episteme yang berarti
pengetahuan dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan tentang teori ilmu pengetahuan. Cabang ini berusaha menemukan
jawaban atas pertanyaan bagaimana ada itu berada. Proses ada itu dari sisi ilmu
pengetahuan tentu mengkuti prinsip-prinsip teoritik yang jelas.
Dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-
usul, asumsi dasar, sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi
penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini
epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan
”kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.

6
Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang
mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan fondasi, alat, tolak ukur,
keabsahan, validitas dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia.
Dalam filsafat ada banyak macam aliran epistemologi, di antaranya adalah
rasionalisme, empirisme, positivisme dan intuisionisme serta masih banyak lagi
aliran lain seperti kritisisme, idealisme, pragmatisme, fenomenologi dan
eksistensialisme.

c. Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang
berarti nilai, sesuai atau wajar, dan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami
sebagai teori nilai. Dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau
suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sistem mempunyai rancangan
bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian
terhadap institusi terwujud.
Nilai sebuah ilmu berkaitan dengan kegunaan. Guna suatu ilmu bagi
kehidupan manusia akan mengantarkan hidup semakin tahu tentang resep-resep
kehidupan. Pengetahuan itu diharapkan memiliki aspek tepat guna bagi pemiliknya.
Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah nilai. Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-
pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma nilai.
Aksiologi ini penting karena pada kenyataannya tidak semua orang yang
memiliki penalaran tinggi selalu diikuti dengan perilaku yang baik. Bahkan
sebaliknya, semakin tinggi penalaran orang, kadang semakin tinggi pula
kemampuannya untuk membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar.
Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berhutang kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini maka
pemenuhan kebutuhan manusia bia dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah
di samping penciptaan berbagai kemudahan dalam bidang-bidang seperti
kesehatan, pengangkutan, pemukiman, pendidikan dan komunikasi. Namun dalam

7
kennyataannya, ilmu tidak selamanya membawa berkah. Malah sebaliknya, ilmu
justru membawa malapetaka dan kesengsaraan.
Sejak dalam tahap-tahap pertama pertumbuhannya, ilmu sudah dikaitkan
dengan tjuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam melainkan
juga untuk memerangi sesama manusia dan menguasai mereka. Bukan saja
bermacam-macam senjata pembunuh berhasil dikembangkan namun juga berbagai
teknik penyiksaan dan cara memperbudak massa. Di pihak lain, perkembangan
ilmu sering melupakan faktor kemanusiaan.
Sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya di jalan yang benar. Oleh karena itu, dalam kacamata
aksiologi, ilmu tidak lagi bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu
harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga
nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama.
B. Etika Engineering
Secara umum, pengertian etika adalah suatu norma atau aturan yang dipakai
sebagai pedoman dalam berperilaku di masyarakat bagi seorang terkait dengan sifat
baik dan buruk. Dalam suatu bidang profesi etika atau kode etik merupakan hasil
kesepakatan bersama diantara kaum professional dalam merumuskan aturan-aturan
tertulis dan tidak tertulis untuk melaksanakan tugas profesinya agar dapat dijalani
dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Etika Profesi Seorang Engineer


Etika Profesi Engineer (insinyur) untuk membantu pelaksana sebagai
seseorang yang professional dibidang keteknikan supaya tidak dapat merusak
etika profesi diperlukan sarana untuk mengatur profesi sebagai seorang
professional dibidangnya berupa kode etik profesi. Ada tiga hal pokok yang
merupakan fungsi dari kode etik profesi tersebut:
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik
profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan
dan yang tidak boleh dilakukan

8
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu
pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya
suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana
di lapangan keja (kalanggan social).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan
yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.
Etika Engineer Indonesia berpegang teguh pada :
Catur Karsa; 4 Prinsip Dasar:
1. Mengutamakan keluhuran budi.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan
kesejahteraan umat manusia.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran

3. Sains & Inovasi Teknologi


Inovasi Teknologi dalam bidang ilmu teknik kimia pada proses pembuatan
margarin ditinjau berdasarkan 3 aspek yaitu : : Ontologi, Epistemologi & Aksiologi
1) Tinjauan Berdasarkan Ontologi
1. CPO ( Crude Palm Oil )
CPO (Crude Palm Oil) adalah produk utama dalam pengolahan minyak
sawit disamping minyak inti sawit yang didapatkan dengan pengepresan buah
kelapa sawit. CPO berupa minyak yang agak kental berwarna kuning jingga
kemerah-merahan, mengandung asam lemak bebas (free fattr acid/FFA) 5% dan
mengandung banyak karotene atau pro vitamin E 800-900 ppm dengan titik leleh
berkisar antara 33-34oC (Sugito,2001).

9
CPO berasal dari pengolahan bagian serabut (mesoskarp) dari kelapa sawit.
CPO dengan teknologi pengolahan lanjut yaitu dengan fraksinasi dapat
menghasilkan fraksi stearin (pada suhu kamar berbentuk padat) dan fraksi olein
(pada suhu kamar berbentuk cair). Pengolahan olein menghasilkan minyak goreng,
produk-produk lain seperti margarine, shortening, asam lemak, gliserol atau
gliserin.Sedangkan pengolahan stearin oleh industri hilir menghasilkan produk
margarin, sabun, lilin, cocoa butter substitution (pengganti lemak kakao),
shortening nabati, dan lain-lain. Red palm oil merupakan produk lain dari
pengolahan CPO, dimana kandungan karoten pada red palm oil diusahakan tetap
tinggi selama pengolahan. Biasanya sigunakan untuk makanan, misalnya salad
dressing. Pada CPO, komposisi terbesar asam lemak penyusunnya adalah asam
lemak palmitat sehingga sering disebut sebagai minyak palmitat. Warna jingga
kemerahan pada CPO antara lain diakibatkan dari zat warna alami yang terkandung
pada buah kelapa sawit yang juga merupakan nutrisi penting, yaitu beta karoten.
Selain itu, warna gelap juga dapat diakibatkan dari proses pengolahan Tandan Buah
Segar (TBS) menjadi CPO, dan zat-zat lain yang terkandung di dalamnya. CPO
merupakan minyak mentah yang di dalamnya masih mengandung getah, dan bahan-
bahan pencemar berupa kotoran maupun flavor yang tidak diinginkan (Departemen
Pertanian,2006).
2. Olein
Olein adalah minyak goreng hasil penyulingan minyak kelapa sawit mentah.
Pengolahan olein menghasilkan minyak goreng, produk-produk lain seperti
margarine, shortening, asam lemak, gliserol atau gliserin.
3. Margarin
Produk margarin pertama kali diperkenalkan dalam sayembara tahun 1887
di Perancis yang diadakan oleh Kaisar Napoleon III.Margarin tersebut dibuat oleh
Mege Mouris sebagai salah satu peserta lomba. Merge Mouries mencoba membuat
produk menyerupai mentega dalam hal penampakan, bau, konsisitensi, rasa, dan
nilai gizi namun berasal dari bahan lain yang lebih murah dan mudah didapatkan
(Hasenhuettl & Hartel, 1997).

10
Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi Water in Oil (W/O) yaitu
f a s e air berada dalam fase minyak atau lemak dan lebih mudah dicerna dalam
tubuh dari pada lemak yang tidak teremulsi seperti minyak goreng (Ketaren,1986).
Margarin berbeda dengan shortening, karena shortening tidak mengandung air,
serta tidak memiliki rasa asin.
Margarin merupakan suatu produk berbentuk emulsi baik padat maupun cair
yang mengandung minyak tidak kurang dari 80% dan 15000 IU vitamin A per
ponnya (FDA dalam Hasenhuett dan Hartel, 1997). Margarin dapat juga diartikan
sebagai emulsi yang terdiri dari fase internal berupa cairan yang diselubungi oleh
fase eksternal berupa lemak yang bersifat plastis. Komponen yang terkandung
dalam margarin adalah lemak, garam, vitamin A, pengawet, pewarna dan emulsifier
untuk menstabilkan emulsi yang terbentuk (Hasenhuettl & Hartel, 1997).
2) Tinjauan Berdasarkan Epistemologi
Proses Pembuatan Margarin
1. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit (CPO)
a) Proses Bleaching (AD-101)
CPO dari storage tank (ST-101) dipanaskan dalam pre-heater (HE-101)
pada suhu 60˚C untuk mempermudah proses bleaching. Tujuan dari proses
bleaching adalah untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai
dalam minyak serta kanduangan pengotor seperti karoten, tokoferol, Fe (III)
dan Cu (II) dengan cara melewatkan minyak pada bed di dalam vessel yang
berisi adsorben arang aktif. Sistem adsorpsi ini juga menggunakan system
lead and leg (bergantian).
b) Proses Pemisahan Asam Lemak Bebas dari CPO (FD-201)
Proses ini merupakan proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk
menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak. Minyak yang
telah dibleaching kemudian dimasukkan ke dalam Heater (HE-201) untuk
dipanaskan hingga suhu 225˚C pada tekanan 1 atm. Setelah itu masuk ke
dalam tangki Flash Drum (FD-201) untuk dipisahkan Trigliserida asam lemak
bebasnya dengan minyak lalu didinginkan dengan cara mengalirkan minyak
ke Cooler (CO-201).

11
2. Proses Hidrogenasi dan Emulsifikasi
a) Proses Reaksi Hidrogenasi (RE-201)
CPO yang diperoleh, diumpankan langsung ke Reaktor Hidrogenasi
dengan tekanan operasi 6 atm dan temperatur operasi 180˚C (RE-201) dengan
dialirkan melalui pompa kebagian atas reaktor. Hasil hidrogenasi dengan
menggunakan katalis Nikel merupakan CPO yang telah dimodifikasi dengan
proses hidrogenasi dalam fasa cair dengan temperatur 180˚C dan tekanan 6
atm.
Adapun reaksinya sebagai berikut :

Trigliserida asam Linoleat  Trigliserida asam Oleat  Trigliserida asam Stearat

Dengan konversi 100% untuk linoleat dan 41% untuk oleat.

Kemudian dialirkan ke FD-301 yang bertekanan 5 atm untuk dipisahkan


antara gas hydrogen sisa dengan minyak yang terhidrogenasi, lalu minyak
tersebut dialirkan ke dalam Cooler (CO-301) untuk didinginkan suhunya
hingga 48˚C.
b) Proses Emulsifikasi (ET-301)
Proses emulsifikasi bertujuan untuk mengemulsikan minyak dengan
cara penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu 80˚C dengan
tekanan 5 atm. Pada ET-301 minyak ditambahkan larutan pengemulsifikasi
terdiri dari vitamin A, Palmitat-β karoten, flavor (diasetil), dan skim milk
untuk menambah gizi dan memberi rasa, lechitin dan garam untuk memberi
rasa asin, dan natrium benzoat sebagai pengawet.
3. Solidifikasi dan Packing
a) Proses Solidifikasi (SD-301)
Dalam tahap ini terjadi perubahan fasa minyak dari cair menjadi semi
padat, dimana minyak yang telah diemulsifikasi dengan suhu 80˚C
diturunkan suhunya menjadi 20˚C. Solidator yang digunakan dalam proses
solidifikasi ini menggunakan NH3 sebagai media pendingin. . Pendinginan
mendadak tersebut mengakibatkan terbentuknya semi padatan plastis dan inti
margarine halus.

12
b) Proses Packing (WH-401)
Margarin yang dihasilkan dari proses solidifikasi siap untuk di kemas

di dalam kemasan kantong plastik. Setelah dilakukan pengemasan

kemudian produk margarin di simpan ke dalam gudang produk margarine

(WH-401).

3) Tinjauan Berdasarkan Aksiologi


Pemanfaatan Margarin
Margarin dapat dibedakan menjadi dua jenis menurut kegunaannya, yaitu
margarin untuk keperluan rumah tangga dan margarin untuk keperluan
industri.Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh margarin untuk keperluan rumah
tangga adalah sifat plastis dan mudah meleleh pada suhu tubuh serta memiliki daya
oles yang baik. Menurut Weiss (1983), margarin yang disukai konsumen
mempunyai titik cair yang tidak lebih dari 41°C sehingga mudah larut dan tidak
menimbulkan rasa ber”film” di mulut. Selain itu, disebutkan pula oleh Ketaren

13
(1986), bahwa margarin seharusnya bersifat plastis dan dapat dengan mudah
dioleskan pada bahan pangan, utamanya roti.
Sedangkan di pasaran, biasanya kita bisa menemukan beberapa klasifikasi
margarine. Klasifikasi margarin di pasaran antara lain:
1) Margarin Meja (Table Margarines)
Margarin Meja (Table Margarines) terdiri dari:
a. Soft tube margarines, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Temperatur emulsi soft tube margarines sekitar 95 – 105oF (35 – 40,6oC)
 Berbentuk lembut dan tetap dapat dioles pada suhu 5 – 10oC
 Produk terlalu lembut oleh karena itu dibungkus didalam plastic tube atau
plastic cup yang dilengkapi dengan pelekat penutup.
b. Stick margarines, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Temperatur emulsi stick margarines disesuaikan dan diaturdi bawah s
uhu tubuh pada 100 – 105 oF (37,8 – 40,6oC)
 Dapat dioles pada suhu 20 – 25 oC
 Lebih kaku dibanding mentega putih (shortening)
2) Magarin Industri (Industrial Margarines)
Margarin industry ini diarancang untuk industry roti dan kue. Yang
dibuat dari minyak nabati yang telah dimurnikan. Aplikasi yang
direkomendasikan untuk biskuit industri kue dan took roti. Sedikiti lebi keras
dibandingkan dengan margarin meja dan digunkan untuk campuran roti dan
kue. Margarin Industri ini harus disimpan di tempat yang kering dan dingin
atau suhunya sekitar 30˚C.
3) Puff Pastry Margarines
Sangat berbeda dengan margarin meja maupun margarin industri.
Fungsi puff pastry sebagai pelindung antara lapisan-lapisan dari adonan kue.

14
4. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Filsafat ilmu sebagai dasar bagi pengembangan IPTEK harus turun pada
kontekstualitas supaya kesadaran akan pemanfaatan teknologi tetap pada
koridor kepentingan bersama. Implikasi dari pengembangan dan penerapan
IPTEK juga harus dikendalikan dengan didasarkan pada filsafat ilmu dan
adanya etika ilmiah supaya tidak semakin jauh dari nilai- nilai etik, moral dan
agama.
2. Filsafat memiliki 3 aspek penting yaitu ontologi (Apa yang ingin kita ketahui),
epistomologi (bagaimana cara kita mengertahui), dan aksiologi (Apakah
nilai/makna dan manfaat dari pengetahuan tersebut bagi kita).

B. Saran
Saran yang diberikan berkaitan dengan topik yang diambil adalah ilmu
kimia merupakan ilmu yang bermanfaat bagi manusia jika dimanfaatkan secara
benar dan tepat. Benar dalam hal sesuai dengan fungsinya dan tepat dalam hal
komposisinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aladin, A. dan Wahyudi Budi Sediawan. 2019, “Etika Engineer Islami”, Penerbit
Wade Group, Ponorogo Jawa Timur.
https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/pengertian-dan-ruang-
lingkup-filsafat-ilmu_dewi-rachmawati_oke.pdf, diakses pada 21 Desember
2019
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/pengertian-filsafat-ilmu/,
diposting pada 23 September 2013
https://ichsantoyota11.wordpress.com/2016/10/20/tentang-etika-engineering/,
diposting pada 20 Oktober 2016
https://media.neliti.com/media/publications/265966-implikasi-filsafat-ilmu-
terhadap-perkemb-2d8c2db1.pdf
https://serupa.id/filsafat-umum/#.Xf44Q0czbIV, diposting pada 24 September
2019
https://www.academia.edu/9702944/OBYEK-
OBYEK_KAJIAN_FILSAFAT_ILMU_ONTOLOGI_EPISTEMOLOGI_D
AN_AKSIOLOGI_Oleh, diakses pada 21 Desember 2019
Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.
Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam
Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas
Pasca Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16
Surajiyo, 2008, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, Bumi Aksara,
Jakarta.
The Liang Gie., 1999., Pengantar Filsafat Ilmu”, Cet. Ke-4, Penerbit Liberty
Yogyakarta, p.29, 31, 37, 61, 68, 85, 93, 159, 161.
Wibisono, Koento dkk. 1997. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Zen, M.T. (ed.), 1982, Sains, Teknologi dan Hari Depannya, PT Gramedia, Jakarta.
Zubair, A. Charris, 2002, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia:
Kajian Filsafat Ilmu, Lembaga Studi Filsafat Islam (LESFI), Yogyakarta

16

Anda mungkin juga menyukai