Makalah Kafa'ah
Makalah Kafa'ah
Makalah Kafa'ah
Disusun Oleh :
1. Khisnil Khikmah (176010146)
2. Muhlisin A (176010147)
3. Siti Nurjanah (176010148)
4. Muhlisin B (176010178)
5. Ali Sya’bana (176010183)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menikah merupakan salah satu asas pokok hidup yang paling utama
dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna oleh k a r e n a i t u ,
A g a m a m e m e r i n t a h k a n k e p a d a u m a t n y a u n t u k melangsungkan
pernikahan bagi yang sudah mampu sehinggaakan terpelihara dari kebinasaan
hawa nafsu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Kafa’ah?
2. Bagaimanakah hukum Kafa’ah dalam pernikahan?
3. Hal-hal apa sajakah yang menjadi ukuran segi-segi kriteria dalam
Kafa’ah?
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa kafa’ah berasal dari kata كافاءyang berarti (المساوةsama) atau
(المماثلةseimbang). Dalam firman Allah SWT disebutkan juga kata-kata yang
berakar kafa’ah و لم يكن له كفوا احدKafa’ah atau kufu’ artinya setaraf,seimbang atau
keserasian & kesesuaian, serupa, sederajat, atau sebanding. Sedangkan menurut
istilah hukum Islam, yang dimaksud dengan kafa’ah atau kufu’ dalam pernikahan
yaitu keseimbangan dan keserasian antara calon istri dan suami sehingga masing-
masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan pernikahan Atau laki-laki
sebanding dengan calon istrinya, sama dalam kedudukan, sebanding dalam tingkat
sosial dan sederajat dalam akhlak serta kekayaan.
Kafa’ah tidak menjadi syarat bagi pernikahan tetapi jika tidak dengan
keridhaan masing-masing, yang lain boleh memasakhkan
(membatalkan) pernikahan dengan alasan tidak kufu’(setingkat) Karena suatu
pernikahan yang tidak seimbang, serasi & sesuai akan menimbulkan problema
berkelanjutan dan besar kemungkinan menyebabkan terjadinya perceraian, oleh
karena itu boleh dibatalkan.
Kafa’ah adalah hak perempuan dari walinya. Jika seseorang perempuan
rela menikah dengan seorang laki-laki yang tidak sekufu, tetapi walinya tidak rela
maka walinya berhak mengajukan gugatan fasakh (batal). Demikian pula
sebaliknya, apabila gadis shalihah dinikahkan oleh walinya dengan laki-laki yang
tidak sekufu dengannya, ia berhak mengajukan gugatan fasakh.
Kafaah adalah hak bagi seseorang. Karena itu jika yang berhak rela tanpa
adanya kafaah, pernikahan dapat diteruskan. Beberapa pendapat tentang hal-hal
yang dapat diperhitungkan dalam kafaah, yaitu:
ت َحتَّى يُؤْ ِم َّن ۚ َو ََل َ َمة ُمؤْ ِمنَة َخيْر ِم ْن ُم ْش ِركَة َو َل ْو أَ ْع َج َبتْ ُك ْم ۗ َو َل ت ُ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِركِينَ َحتَّى
ِ َو َل تَ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِركَا
يُؤْ ِمنُوا ۚ َولَ َعبْد ُمؤْ ِمن َخيْر ِم ْن ُم ْش ِرك َو َل ْو أ َ ْع َج َب ُكم
Ayat di atas menjelaskan tentang tinjauan sekufu dari segi agama. Yang
menjadi standar disini adalah keimanan. Ketika seorang yang beriman menikah
dengan orang yang tidak beriman, maka pernikahan keduanya tidak dianggap
sekufu. Kufu’ Dilihat dari Segi Iffah. Maksud dari ‘iffah adalah terpelihara dari
segala sesuatu yang diharamkan dalam pergaulan. Maka, tidak dianggap sekufu
ketika orang yang baik dan mulia menikah dengan seorang pelacur, walaupun
mereka berdua seagama. Allah Swt berfirman :
َالزانِ َيةُ َل َي ْن ِك ُح َها ِإ َّل زَ ان أَ ْو ُم ْش ِرك ۚ َو ُح ِر َم ذَلِكَ َعلَى ْال ُمؤْ ِمنِين
َّ الزانِي َل َي ْن ِك ُح ِإ َّل زَ انِ َية أ َ ْو ُم ْش ِركَة َو
َّ
Artinya: “Laki-laki yang berzina tidak boleh menikahi dengan siapapun, kecuali
dengan wanita yang berzina atau wanita musyrik, dan wanita yang berzina
siapapun tidak boleh menikahinya, kecuali laki-laki yang berzina atau laki-laki
musyrik. Dan demikian yang diharamkan atas orang-orang yang beriman”. (QS.
An-Nur : 3)
Semua ulama mengakui agama sebagai salah satu unsur kafa’ah yang
paling esensial. Penempatan agama sebagai unsur kafa’ah tidak ada perselisihan
dikalangan ulama, Agama juga dapat diartikan dengan kebaikan, istiqomah dan
mengamalkan apa yang diwajibkan agama.
Adaikan ada seorang wanita solehah dari keluarga yang kuat agamanya
menikah dengan pria yang fasik, maka wali wanita tersebut mempunyai hak untuk
menolak atau melarang bahkan menuntut faskh, karena keberagaman merupakan
suatu unsur yang harus dibanggakan melebihi unsur kedudukan, harta benda,
nasab dan semua segi kehidaupan lainnya.
2. Segi Nasab.
Maksud nasab disini adalah asal usul atau keturunan seseorang yaitu
keberadaan seseorang berkenaan dengan latar belakang keluarganya baik
menyangkut kesukuan, kebudayaan maupun setatus sosialnya. Dalam unsur nasab
ini terdapat dua golongan yaitu pertama golongan Ajam, kedua golongan Arab.
Adapun golongan arab terbagi menjadi dua suku yaitu suku Quraisy dan selain
Quraisy.
3. Segi Kemerdekaan.
4. Segi Pekerjaan.
5. Segi Kekayaan.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Kafa’ah atau kufu’ dalam pernikahan yaitu keseimbangan dan
keserasian antara calon istri dan suami sehingga masing-masing calon
tidak merasa berat untuk melangsungkan pernikahan,sama dalam
kedudukan, sebanding dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlak
serta kekayaan.
2. Kafa’ah tidak menjadi syarat bagi pernikahan tetapi jika tidak dengan
keridhaan masing-masing, yang lain boleh memasakhkan
(membatalkan) pernikahan dengan alasan tidak kufu’(setingkat)
Karena suatu pernikahan yang tidak seimbang, serasi & sesuai akan
menimbulkan problema berkelanjutan dan besar kemungkinan
menyebabkan terjadinya perceraian, oleh karena itu boleh dibatalkan.
3. Segi-segi kriteria dalam kafa’ah yaitu : segi Agama,segi nasab, segi
kemerdekaan, segi pekerjaan, dan segi kekayaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikan-hukum.blogspot.com/2010/11/kafaah.html
https://www.academia.edu/14168628/Kafaah_dalam_pernikahan
https://www.bacaanmadani.com/2017/09/pengertian-kafaah-sekufu-hukum-
dan.html
https://www.muslimpintar.com/pengertian-kafaah-dalam-pernikahan/