Rasio Perbankan Pada Bank BTN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS RASIO KEUANGAN PERBANKAN SEBAGAI ALAT UNTUK

MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN BANK


(Studi pada PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.)

Lailatus Sho’imah
Darminto
Nila Firdausi Nuzula
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: [email protected]

Abstract
The research was conducted on the basis of bank vital role in accelerating the pace of economic growth of a
country, so as to always maintain public confidence in, the banks must strive to demonstrate the performance
of a healthy and well one way is with a bank financial ratio analysis. The financial ratio analysis is an
analytical technique that is often used, because it is the most rapid technique to determine the bank's financial
performance. Banking financial ratios that used in this study are liquidity ratios, profitability ratios and
solvency ratios. The liquidity ratio is used to measure the bank's ability to meet its short term obligations.
Earnings ratio is used to measure the level of business efficiency and profitability achieved by the bank. The
solvency ratio is used to measure the bank's ability to meet its long-term liabilities. These results indicate that
based on liquidity ratios, financial performance of PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. look less good,
based on rentability ratios, financial performance of PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. was pretty
good, and based on solvability ratios, financial performance of PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk..
was not good.

Keywords: ratio analysis, the banking financial ratios, liquidity ratios, profitability ratios, solvability ratios

Abstrak
Penelitian ini dilakukan atas dasar peranan vital bank dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu
Negara, sehingga untuk senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat bank harus berusaha untuk menunjukkan
kinerja yang sehat dan baik yang salah satu caranya adalah dengan analisis rasio keuangan perbankan. Dimana
analisis rasio keuangan ini merupakan teknik analisis yang sering dipakai, karena merupakan teknik yang
paling cepat untuk mengetahui kinerja keuangan bank. Rasio-rasio keuangan perbankan yang digunakan
dalam penelitian ini diantaranya adalah rasio likuiditas, rasio rentabilitas, dan rasio solvabilitas. Rasio
likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio
rentabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank. Rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa dilihat dari rasio likuiditasnya, kinerja keuangan PT. Bank Tabungan
Negara (Persero), Tbk. terlihat kurang baik, dilihat dari rasio rentabilitasnya, kinerja keuangan PT. Bank
Tabungan Negara (Persero), Tbk. cukup baik, dan dilihat dari rasio solvabilitasnya, kinerja keuangan PT.
Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. kurang baik.

Kata kunci: analisis rasio, rasio keuangan perbakan, rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio
solvabilitas

dikarenakan bank merupakan lembaga


PENDAHULUAN keuangan sebagai pelaksana maupun sebagai
Bank mempunyai peranan vital dalam perantara dalam aktifitas keuangan bagi
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat yang berguna untuk memperlancar
negara. Kegiatan bank pada mulanya merupakan arus lalu lintas pembayarn dengan aman, praktis,
tempat menabung dan tempat untuk memperoleh dan ekonomis. Jadi sektor perbankan merupakan
kredit atau pinjaman bagi masyarakat. Hal ini objek yang sangat penting bagi perekonomian
suatu negara.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 1


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Gejolak krisis keuangan global yang berasal analisis rasio akan lebih mudah untuk
dari Amerika Serikat pada 2007 yang berdampak memperbandingkan perusahaan secara periodik
di seluruh dunia, termasuk negara berkembang atau time series.
tidak kecuali Indonesia pada 2008 yang Rasio dalam analisis laporan keuangan
menyebabkan harga mengalami kenaikan yang adalah angka yang menunjukkan hubungan antara
kemudian diikuti inflasi yang tinggi yang suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan
berdampak suku bunga kredit naik. Permasalahan keuangan (Jumingan, 2011:118). Rasio yang
tersebut dapat menurunkan kepercayaan digunakan diantaranya adalah rasio keuangan
masyarakat terhadap bank. Masyarakat akan perbankan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio
enggan untuk menyimpan uangnya di bank karena rentabilitas, dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas
kurang adanya jaminan atas investasi mereka. Hal digunakan untuk mengukur kemampuan bank
ini menyebabkan semakin terpuruknya perbankan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
nasional karena kurangnya dana. Untuk mengatasi pada saat ditagih. Rasio rentabilitas digunakan
hal tersebut, maka bank harus berusaha untuk untuk mengukur atau mengetahui tingkat efisiensi
menunjukkan kinerja yang sehat dan baik. usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran yang bersangkutan. Rasio solvabilitas digunakan
kondisi keuangan bank pada saat periode tertentu untuk mengukur kemampuan bank dalam
baik menyangkut aspek penghimpunan dana memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
maupun pengeluaran dana (Abdullah, 2005:120). Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji
Kinerja keuangan suatu bank dapat dinilai kondisi keuangan PT. Bank Tabungan Negara
berdasarkan laporan keuangan bank tersebut. (Persero), Tbk. PT. Bank Tabungan Negara
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari (Persero), Tbk. merupakan salah satu dari 4 bank
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat milik pemerintah Indonesia dilihat dari rasio-rasio
untuk mengkomunikasikan data keuangan atau keuangan perbankan. Bank milik pemerintah atau
aktivitas bank pada pihak-pihak yang yang biasanya disebut juga Bank BUMN (Badan
berkepentingan (Hery, 2012:3-4). Laporan Usaha Milik Negara) adalah suatu bank yang
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, dimana baik akta pendirian maupun modalnya
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh
keuangan, catatan dan laporan lain serta materi keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula
penjelasan yang merupakan bagian penting dari (Kasmir, 2012:22).
laporan keuangan. Laporan keuangan bank akan
memberikan informasi yang berguna dan KAJIAN PUSTAKA
mendalam setelah dilakukan analisis. A. Analisis Rasio Keuangan
Menganalisis laporan keuangan dilakukan analisis rasio adalah angka yang diperoleh
dengan melalui beberapa prosedur. Adapun dari hasil perbandingan dari satu pos laporan
prosedur untuk menganalisis kinerja keuangan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
bank dimulai dengan me-review data laporan hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap,
keuangan, menghitung, membandingkan atau 2004 : 297). Dengan menggunakan analisis rasio
mengukur, menginterpretasikan dan memberi laporan keuangan dapat dimungkinkan untuk
solusi. Perhitungan yang dilakukan untuk menghitung dan menganalisis tingkat likuiditas,
menganalisis kinerja keuangan bank dapat tingkat solvabilitas, dan tingkat rentabilitas suatu
dilakukan dengan menggunakan berbagai teknis bank. Analisis rasio bertujuan untuk mengetahui
analisis, diantaranya dengan menggunakan analisis tingkat pencapaian kinerja perusahaan dan untuk
CAMEL dan teknik analisis rasio. menngetahui perkembangan dari suatu periode ke
Analisis rasio keuangan merupakan teknik periode berikutnya sehingga dapat digunkan
analisis yang sering dipakai, karena merupakan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen
teknik yang paling cepat untuk mengetahui kinerja dalam melaksanakan kegiatan operasi dan
keuangan bank. Penelitian ini akan mengunakan penyusunan rencana kerja anggaran perusahaan.
teknik analisis rasio, karena dalam hal ini teknik
analisis rasio merupakan pengganti yang lebih B. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
sederhana dari informasi yang disajikan laporan Adapun keunggulan dari analisis rasio
keuangan yang sangat rinci dan rumit (Harahap, keuangan, yaitu:
(2004 : 298). Selain itu rasio merupakan angka- a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar
angka atau ikhtisar yang lebih mudah untuk dibaca yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
dan ditafsirkan. Jadi, dengan menggunakan teknik
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 2
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar
informasi yang disajikan laporan keuangan yang fenomena yang diselidiki.
sangat rinci dan rumit. Dalam analisis data dilakukan dengan tahap-
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri tahap sebagai berikut:
lain. 1) Review data laporan keuangan dari PT. Bank
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi Tabungan Negara (BTN), Tbk.
model-model pengambilan keputusan dan 2) Menghitung dengan menggunakan metode
model prediksi (Z-Score). analisis rasio keuangan dari laporan keuangan
e. Menstandarisir ukuran perusahaan. PT. Bank Tabungan Negara (BTN), Tbk. tahun
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan 2005 sampai dengan tahun 2013. Perhitungan
secara periodik atau time series. ini menggunakan rasio keuangan perbankan
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta yang terdiri dari:
melakukan prediksi di masa yang akan datang a. Rasio Likuiditas
(Harahap, 2004 : 298). 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
a) Quick Ratio = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡
C. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan 𝑆𝑒𝑐𝑢𝑟𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
b) Investing Policy Ratio = x
Adapun keterbatasan analisis rasio, yaitu: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠
dapat digunakan untuk kepentingan c) Banking Ratio = x 100%
pemakainya. 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau d) Assets to Loan Ratio = x
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
laporan keuangan juga menjadi keterbatasan 100%
teknik ini seperti: 𝐿𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠/𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
a) Bahan perhitungan rasio atau laporan e) Cash Ratio =
𝑆ℎ𝑜𝑟𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐵𝑜𝑟𝑟𝑜𝑤𝑖𝑛𝑔
keuangan ini banyak mengandung taksiran x 100%
dan judgement yang dapat dinilai bias atau
subjektif. b. Rasio Rentabilitas
b) Nilai yang terkandung dalam laporan a) GPM =
keuangan dan rasio adalah nilai perolehan 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒−𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
(cost) bukan harga pasar. x
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
c) Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa 100%
berampak pada angka rasio. 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
d) Metode pencatatan yang tergambar dalam b) NPM = x 100%
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
standar akuntansi bisa diterapkan berbeda c) Gross Yield on Total Assets =
oleh perusahaan yng berbeda. 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
x 100%
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
akan menimbulkan kasulitan dalam menghitung d) Net Income on Total Assets =
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
rasio. x 100%
d. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron. 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
e. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik e) Rate Return on Loans =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠
dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. x 100%
Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan f) Interest Margin on Earning Assets =
bisa menimbulkan kesalahan (Harahap, 2004 : 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
298). x
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
100%
METODE PENELITIAN g) Interest Margin on Loan =
Penelitian ini menggunakan metode 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
x
penelitian deskriptif. Dimana penelitian deskriptif 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠
ini adalah suatu penelitian yang hanya sampai pada 100%
taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan h) Assets Utilization =
fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒−𝑁𝑜𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
untuk difahami dan disimpulkan (Azwar, 2013:6). 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠
x100%
Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 3
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
i) Interest Expense Ratio = besar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,51%.
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya Total Cash
x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 Assets sebesar 37,14% atau Rp Rp
3.028.655.000.000 dan naiknya Total Deposits
c. Rasio Solvabilitas sebesar 19,26% atau Rp 15.539.639.000.000.
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
a) Primary Ratio = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 Investing Policy Ratio
b) Risk Assets Ratio = Investing policy ratio digunakan untuk
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
mengukur kemampuan bank dalam melunasi
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠−𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠−𝑆𝑒𝑐𝑢𝑟𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
x100% kewajibannya kepada para deposannya dengan
3) Membandingkan hasil perhitungan rasio cara melikuidasi surat-surat berharga yang
keuangan perbankan dengan metode time series dimilikinya.
analysis.
Tabel 2. Perkembangan Investing Policy Ratio PT
4) Mengintrepretasi hasil dari proses
Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
perbandingan. 2005-2015
5) Memberikaan saran. Tahun Rasio Pertumbuhan
2005 10,14 %
HASIL DAN PEMBAHASAN
2006 8,10 % -2,04 %
Analisis Rasio Keuangan Perbankan
2007 7,89 % -0,21 %
Data keuangan PT Bank Tabungan Negara
2008 5,51 % -2,38 %
(Persero), Tbk. yang diperoleh selanjutnya
dilakukan perhitungan rasio keuangan perbankan 2009 13,63 % 8,12 %
dengan 16 (enam belas) indikator. Berikut ini 2010 1,95 % -11,68 %
adalah perhitungan rasio keuangan tersebut: 2011 1,18 % 0,77 %
2012 1,26 % 0,08 %
Quick Ratio 2013 4,37 % 3,11 %
Quick Ratio dipergunakan untuk mengukur Sumber: Data diolah, 2015
kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya
terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, Investing Policy Ratio juga mengalami
tabungan, dan deposan) dengan harta yang paling penurunan yang cukup besar untuk tahun 2008
likuid yang dimiliki oleh suatu bank. yaitu sebesar 2,38% yang disebabkan oleh
penurunan Efek-Efek sebesar 9,17% atau Rp
Tabel 1. Perkembangan Quick Ratio PT Bank 174.962.000.000. meskipun sempat mengalami
Tabungan Negara (Persero), Tbk. 2005- kenaikan pada tahun 2009, namun pada tahun 2010
2015 IPR turun kembali sebesar 11,68% yang
Tahun Rasio Pertumbuhan disebabkan oleh menurunnya Efek-Efek sebesar
2005 9,80 % 83,07%. Penurunan Efek-Efek ini deisebabkan
2006 10,20 % 0,40 % pada tahun tersebut BI mengeluarkan peraturan
2007 10,68% 0,48 % No.12/19/PBI/2010, tanggal 4 Oktober 2010
2008 6,53 % -4,15 % tentang “Giro Wajib Minimum di Bank Indonesia
2009 7,86 % 1,33 % untuk Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta
2010 9,76 % 1,90 % Asing”, yang membuat Bank BTN megurangi
2011 9,65 % -0,11 % penempatan dana dalam efek dan penempatan bank
2012 10,11 % 0,46 % lain untuk meningkatkan penempatan dalam giro
2013 11,62 % 1,51 % pada Bank Indonesia.
Sumber: Data diolah, 2015
Banking Ratio
Penurunan cukup besar untuk Quick Ratio Banking ratio digunakan untuk mengukur
terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 4,15%. tingkat likuiditas bank dengan membandingkan
Penurunan ini disebabkan oleh turunnya Cash jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah
Assets sebesar 9,27% atau Rp 209.805.000.000. deposit yang dimiliki.
Peneliti menduga bahwa hal ini berhubungan
dengan financial mortgage yang terjadi di Amerika
pada tahun tersebut. Kenaikan Quick Ratio paling

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 4


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Tabel 3. Perkembangan Banking Ratio PT Bank Tabel 5. Perkembangan Cash Ratio PT Bank
Tabungan Negara (Persero), Tbk. 2005- Tabungan Negara (Persero), Tbk. 2005-
2015 2015
Tahun Rasio Pertumbuhan Tahun Rasio Pertumbuhan
2005 75,79 % 2005 117,86 %
2006 81,22 % 5,43 % 2006 109,87 % -7,99 %
2007 90,36 % 9,14 % 2007 82,28 % -27,59 %
2008 100,06 % 9,70 % 2008 59,59 % -22,69 %
2009 99,54 % -0,52 % 2009 39,38 % -20,21 %
2010 106,57 % 7,03 % 2010 77,91 % 38,53 %
2011 101,05 % -5,52 % 2011 42,23 % -35,68 %
2012 99,70 % -1,35 % 2012 56,34 % 14,11 %
2013 103, 24 % 3,54 % 2013 54,82 % -1,52 %
Sumber: Data diolah, 2015 Sumber: Data diolah, 2015

Pada Banking Ratio, Bank BTN mampu Selama tahun 2005-2009 Cash Ratio Bank
menjaga kestabilan Total Loans dan Total Deposit BTN mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal
selama tahun 2005-2013. Hal ini terlihat dari ini dikarenakan Bank BTN belum mampu
keselarasan kenaikan / penurunan yang tidak menaikkan Cash Assets sampai pada posisi yang
terlalu signifikan (berarti). stabil. Terlihat pada tahun 2005, 2006, 2008
meskipun Cash Assets mengalami kenaikan,
Assets to Loan Ratio namun kenaikannya belum sebanding dengan
Assets to Loan Ratio merupakan rasio untuk kenaikan dari Short Term Borrowing yang
mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan mengakibatkan penurunan dari Cash Ratio.
jumlah harta yang dimiliki bank.
Gross Profit Margin
Tabel 4. Perkembangan Assets to Loan Ratio PT Gross Profit Margin digunakan untuk
Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. mengetahui presentase laba dari kegiatan usaha
2005-2015 murni dari bank yang bersangkutan setelah
Tahun Rasio Pertumbuhan dikurangi biaya-biaya.
2005 50,72 %
2006 53,84 % 3,12 % Tabel 6. Perkembangan Gross Profit Margin PT
2007 59,56 % 5,72 % Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
2008 69,94 % 10,38 % 2005-2015
2009 68,41 % -1,53 % Tahun Rasio Pertumbuhan
2010 74,09 % 5,68 % 2005 13,84 %
2011 70,26 % -3,83 % 2006 12,46 % -1,38 %
2012 71,97 % 1,70 % 2007 14,38 % 1,92 %
2013 75,73 % 3,76 % 2008 14,00 % -0,38 %
Sumber: Data diolah, 2015 2009 12,33 % -1,67 %
2010 18,09 % 5,76 %
Pada Assets to Loan Ratio Bank BTN mampu 2011 18,91 % 0,82 %
menjaga kestabilan Total Loans dan Total Assets 2012 19,92 % 1,01 %
selama tahun 2005-2013 sehingga penurunan 2013 18,50 % -1,42 %
hanya terjadi pada tahun 2009 dan 2011. Hal ini Sumber: Data diolah, 2015
menunjukkan bahwa kenaikan Total Loans dan
Total Assets berada pada posisi yang seimbang. Pada tahun 2009 Gross Profit Margin Bank
BTN mengalami penurunan yang cukup besar
Cash Ratio dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar
Cash Ratio merupakan rasio untuk mengukur 1,67%. Hal ini dikarenakan Bank BTN belum
kemampuan bank melunasi kewajiban yang harus mampu menjaga keseimbangan antara Total
segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki Operating Income dan Total Operating Expense.
bank tersebut. Hal ini terlihat dari kenaikan Total Operating
Expense yang lebih besar dibandingkan dengan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 5


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
kenaikan Total Operating Income sehingga Tabel 8. Perkembangan Gross Yields on Total
menyebabkan penurunan pada Gross Profit Assets PT Bank Tabungan Negara
Margin. (Persero), Tbk. 2005-2015
Tahun Rasio Pertumbuhan
Net Profit Margin 2005 11,16 %
Net Profit Margin merupakan rasio untuk 2006 13,27 % 2,11 %
mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan 2007 11,20 % -2,07 %
net income dari kegiatan operasi pokoknya. 2008 10,63 % -0,57 %
2009 10,24 % -0,39 %
Tabel 7. Perkembangan Net Profit Margin PT 2010 10,22 % -0,02 %
Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. 2011 9,05 % -1,17 %
2005-2015 2012 8,40 % -0,65 %
Tahun Rasio Pertumbuhan 2013 8,80 % 0,40 %
2005 13,46 % Sumber: Data diolah, 2015
2006 8,43 % -5,03 %
2007 9,78 % 1,35 % Gross Yield on Total Assets meskipun sempat
2008 9,00 % -0,78 % naik pada tahun 2006 dan 2013, namun hampir
2009 8,18 % -0,82 % selalu mengalami penurunan di setiap tahunnya.
2010 13,11 % 4,93 % Kenaikan pada tahun 2006 ini disebabkan karena
2011 13,86 % 0,75 % pendapatan operasional lainnya mengalami
2012 14,52 % 0,66 % kenaikan, dan juga disebabkan dari pos pendapatan
2013 13,53 % -0,99 % lainnya. Meskipun dalam beberapa tahun total
Sumber: Data diolah, 2015 operating income dan total assets sama-sama
mengalami kenaikan, namun ada kalanya kenaikan
Pada Net Profit Margin, yang paling total operating income belum mampu
menonjol adalah penurunan tahun 2006 dan mengimbangi kenaikan dari total assets sehingga
kenaikan tahun 2010. Penurunan pada tahun 2006 menyebabkan turunnya Gross Yield on Total
disebabkan oleh turunnya net income sebesar Assets. Penurunan Gross Yield on Total Assets
16,49% atau Rp 72.024.000.000. Hal ini paling besar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar
menunjukkan bahwa kinerja keuangan Bank BTN 1,17% yang disebabkan oleh kenaikan total asset
tahun 2006 kurang bagus. Penurunan net income sebesar 30,32% yang lebih besar dari kenaikan
sebesar 16,49% disebabkan karena pada tahun total operating income yaitu hanya sebesar
tersebut Bank BTN mulai membayar pajak 15,48%.
penghasilan tahun berjalan sebesar Rp 155,06
miliar. Kemudian untuk kenaikan NPM pada tahun Net Income on Total Assets
2010 paling besar disebabkan oleh naiknya net Net Income on Total Assets merupakan rasio
income sebesar 86,75% atau Rp 425.485.000.000. untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
Kenaikan net income ini disebabkan karena pada memperoleh profitabilitas dan manajeril efisiensi
tahun tersebut pendapatan operasional lainnya secara overal.
meningkat secara signifikan sebesar 84%.
Peningkatan ini terutama didorong oleh Tabel 9. Perkembangan Net Income on Total
peningkatan fee based income, antara lain (1) Assets PT Bank Tabungan Negara
pendapatan yang diakui dari denda dan biaya (Persero), Tbk. 2005-2015
administrasi pinjaman dan simpanan, (2) Tahun Rasio Pertumbuhan
pengakuan yang signifikan dari keuntungan 2005 1,50 %
penjualan obligasi pemerintah dan keuntungan 2006 1,12 % -0,38 %
penjualan efek, dan (3) untuk pendapatan yang 2007 1,09 % -0,03 %
dicatat dari pemulihan kredit yang sebelumnya 2008 0,96 % -0,13 %
telah dihapusbukukan. 2009 0,84 % -0,12 %
2010 1,34 % 0,50 %
Gross Yields on Total Assets 2011 1,25 % -0,09 %
Gross Yields on Total Assets merupakan 2012 1,22 % -0,03 %
rasio untuk mengukur kemampuan manajemen 2013 1,19 % -0,03 %
menghasilkan income dari pengelolaan aset.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 6


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Net Income on Total Assets hampir income sebesar 5,59% atau Rp 232.751.000.000.
mengalami penurunan setiap tahunnya, kecuali Turunnya interest income ini merupakan akibat
pada tahun 2010. Sama seperti Gross Yield on Total dari turunnya suku bunga pinjaman yang mengikuti
Assets, meskipun dalam beberapa tahun net income penurunan dari suku bunga deposito sebesar 2%-
dan total assets sama-sama mengalami kenaikan, 3%. Sedangkan kenaikan Rate Return on Loans
namun ada kalanya kenaikan net income belum sebesar 2,96% pada tahun 2006 disebabkan oleh
mampu mengimbangi kenaikan dari total assets kenaikan interest income yang cukup besar
sehingga menyebabkan turunnya Net Income on dibanding tahun-tahun lainnya yaitu sebesar
Total Assets. Penurunan Net Income on Total 35,89% atau Rp 1.099.657.000.000.
Assets paling besar terjadi pada tahun 2006 yaitu
sebesar 0,38% yang disebabkan oleh turunnya net Interest Margin on Earning Assets
income sebesar 16,49% atau Rp 72.024.000.000. Interest Margin on Earning Assets
Penurunan net income sebesar 16,49% disebabkan merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
karena pada tahun tersebut Bank BTN mulai manajemen dalam mengendalikan biaya-biaya.
membayar pajak penghasilan tahun berjalan
sebesar Rp 155,06 miliar. Sedangkan kenaikan Net Tabel 11. Perkembangan Interest Margin on
Income on Total Assets sebesar 0,50% pada tahun Earning Assets PT Bank Tabungan
2010 disebabkan oleh kenaikan net income yang Negara (Persero), Tbk. 2005-2015
cukup besar yaitu sebesar 86,75% atau Rp Tahun Rasio Pertumbuhan
425.485.000.000. Kenaikan net income ini 2005 8,18 %
disebabkan karena pada tahun tersebut pendapatan 2006 8,42 % 0,24 %
operasional lainnya meningkat secara signifikan 2007 7,38 % -1,04 %
sebesar 84%. 2008 5,90 % -1,48 %
2009 5,06 % -0,84 %
Rate Return on Loans 2010 6,50 % 1,44 %
Analisis ini digunakan untuk mengukur 2011 5,97 % -0,53 %
kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan 2012 5,80 % -0,17 %
perkreditannya. 2013 5,46 % -0,34 %
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 10. Perkembangan Rate Return on Loans
PT Bank Tabungan Negara (Persero), Sama seperti Rate Return on Loans, Interest
Tbk. 2005-2015 Margin on Earning Assets hampir mengalami
Tahun Rasio Pertumbuhan penurunan setiap tahunnya, kecuali pada tahun
2005 20,77 % 2006 dan 2010. Meskipun dalam beberapa tahun
2006 23,73 % 2,96 % Interest margin dan total earning assets sama-sama
2007 17,98 % -5,75 % mengalami kenaikan, namun ada kalanya kenaikan
2008 14,51 % -3,47 % interest margin belum mampu mengimbangi
2009 14,31 % -0,20 % kenaikan dari total earning assets sehingga
2010 12,82 % -1,49 % menyebabkan turunnya Interest Margin on
2011 12,07 % -0,75 % Earning Assets. Kenaikan Interest Margin on
2012 10,96 % -1,11 % Earning Assets sebesar 0,24% pada tahun 2006
2013 10,85 % -0,11 % disebabkan oleh kenaikan interest margin sebesar
Sumber: Data diolah, 2015 18,75% atau Rp 256.516.000.000 dan kenaikan
total earning assets sebesar 15,32% atau Rp
Rate Return on Loans hampir mengalami 2.563.329.000.000. Sedangkan kenaikan sebesar
penurunan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 1,44% pada tahun 2010 disebabkan oleh naiknya
2006. Meskipun dalam beberapa tahun Interest interest margin yang cukup besar yaitu sebesar
Income dan total loans sama-sama mengalami 45,72% atau Rp 1.052.609.000.000 dan kenaikan
kenaikan, namun ada kalanya kenaikan interest total earning assets sebesar 13,37% atau Rp
income belum mampu mengimbangi kenaikan dari 6.084.210.000.000.
total loans sehingga menyebabkan turunnya Rate
Return on Loans. Penurunan Rate Return on Loans
paling besar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar
5,75% yang disebabkan oleh turunnya interest

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 7


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Interest Margin on Loans Lanjutan Tabel 13

Tabel 12. Perkembangan Interest Margin on 2007 11,23 % -2,06 %


Loans PT Bank Tabungan Negara 2008 10,62 % -0,61 %
(Persero), Tbk. 2005-2015 2009 10,25 % -0,37 %
Tahun Rasio Pertumbuhan 2010 10,20 % -0,05 %
2005 9,27 % 2011 9,05 % -1,15 %
2006 9,26 % -0,01 % 2012 8,39 % -0,66 %
2007 8,02 % -1,24 % 2013 8,80 % 0,41 %
2008 6,23 % -1,79 % Sumber: Data diolah, 2015
2009 5,75 % -0,48 %
2010 6,62 % 0,87 % Assets Utilization hampir mengalami
2011 6,04 % -0,58 % penurunan setiap tahunnya, kecuali pada tahun
2012 5,88 % -0,16 % 2006. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah
2013 5,69 % -0,19 % operating income dan non operating income
Sumber: Data diolah, 2015 sebesar 33,27% atau Rp 1.080.566.000.000 dan
kenaikan total asset sebesar 12,01% atau Rp
Sama seperti Rate Return on Loans, Interest 3.492.648.000.000.
Margin on Loans hampir mengalami penurunan
setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2010. Interest Expense Ratio
Kenaikan Interest Margin on Loans pada tahun Interest Expense Ratio digunakan untuk
2010 ini disebabkan oleh naiknya interest margin mengukur besarnya presentase antara bunga yang
yang cukup tinggi yaitu 45,72 dan turunnya interest dibayar kepada deposannya dengan total deposit
expense yang didorong oleh penurunan tingkat yang ada di bank.
suku bunga rata-rata deposito jangka pendek
periode 1 bulan dari 6,43% menjadi 5,98%. Tabel 14. Perkembangan Interest Expense
Meskipun dalam beberapa tahun Interest margin Ratio PT Bank Tabungan Negara
dan total loans sama-sama mengalami kenaikan, (Persero), Tbk. 2005-2015
namun ada kalanya kenaikan interest margin Tahun Rasio Pertumbuhan
belum mampu mengimbangi kenaikan dari total 2005 8,71 %
loans sehingga menyebabkan turunnya Interest 2006 11,76 % 3,05 %
Margin on Loans. Penurunan Interest Margin on 2007 9,00 % -2,76 %
Loans paling besar terjadi pada tahun 2008 yaitu 2008 8,29 % -0,71 %
sebesar 1,79% yang disebabkan oleh kenaikan total 2009 8,52 % 0,23 %
loans sebesar 43,99% yang lebih besar dari 2010 6,61 % -1,91 %
kenaikan total loans yaitu hanya sebesar 11,83%. 2011 6,08 % -0,53 %
Sedangkan kenaikan Interest Margin on Loans 2012 5,07 % -1,01 %
sebesar 0,87% pada tahun 2010 disebabkan oleh 2013 5,33 % 0,26 %
kenaikan interest margin yang cukup besar Sumber: Data diolah, 2015
dibanding tahun-tahun lainnya yaitu sebesar
45,72% atau Rp 1.052.609.000.000. Interest Expense Ratio hampir mengalami
penurunan setiap tahunnya. Meskipun dalam
Assets Utilization beberapa tahun Interest expense dan total deposit
Assets Utilization digunakan untuk sama-sama mengalami kenaikan, namun ada
mengetahui sejauh mana kemampuan manajemen kalanya kenaikan interest expense belum mampu
suatu bank dalam mengelola aset dalam rangka mengimbangi kenaikan dari total earning deposit
menghasilkan operating income dan non operating sehingga menyebabkan turunnya Interest Expense
income. Ratio. Kenaikan paling besar dari Interest Expense
Ratio sebesar 3,05% pada tahun 2006 disebabkan
Tabel 13. Perkembangan Assets Utilization PT oleh kenaikan interest expense sebesar 49,71%
Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. atau Rp 843.141.000.000 dan kenaikan total
2005-2015 deposit sebesar 10,94% atau Rp
Tahun Rasio Pertumbuhan 2.130.094.000.000. Kenaikan interest expense
2005 11,17 % pada tahun 2006 ini disebabkan oleh adanya
2006 13,29 % 2,12 %
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 8
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
penerbitan obligasi Bank BTN XII sebesar Rp 1 Tabel 16. Perkembangan Risk Assets Ratio
triliun dengan tingkat bunga tetap sebesar 12,75% Ratio PT Bank Tabungan Negara
serta perubahan komposisi dana pihak ketiga (Persero), Tbk. 2005-2015
dengan meningkatnya proporsi dana mahal dalam Tahun Rasio Pertumbuhan
bentuk deposito berjangka.Penurunan paling besar 2005 5,88 %
dari Interest Expense Ratio sebesar 2,76% pada 2006 6,15 % 0,27 %
tahun 2007 disebabkan oleh turunnya interest 2007 8,57 % 2,42 %
expense sebesar 14,23% atau Rp 361.380.000.000. 2008 7,47 % -1,10 %
Turunnya interest expense ini disebabkan oleh 2009 10,95 % 3,48 %
penurunan interest income yang diakibatkan oleh 2010 10,26 % -0,69 %
turunnya suku bunga pinjaman yang mengikuti 2011 8,88 % -1,38 %
penurunan dari suku bunga deposito sebesar 2%- 2012 10,02 % 1,14 %
3%. 2013 9,98 % -0,04 %
Sumber: Data diolah, 2015
Primary Ratio
Primary Ratio merupakan rasio untuk Risk Assets Ratio tahun 2008 dan 2011
mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah mengalami penurunan cukup besar dibanding
memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi tahun-tahun lainnya. Pada tahun 2008, penurunan
dalam total aset masuk dapat ditutupi oleh capital Risk Assets Ratio sebesar 1,10%. Hal ini
equity. disebabkan oleh turunnya total cash assets sebesar
9,27% dan securities 9,17%. Penulis menduga
Tabel 15. Perkembangan Interest Expense bahwa pada tahun tersebut kondisi keuangan Bank
Ratio PT Bank Tabungan Negara BTN masih terkena imbas dari financial mortagage
(Persero), Tbk. 2005-2015 yang terjadi di Amerika Serikat. Sedangkan pada
Tahun Rasio Pertumbuhan tahun 2011, penurunan Risk Assets Ratio
2005 5,09 % disebabkan oleh turunnya securities sebesar
2006 5,40 % 0,31 % 20,94%.
2007 7,60 % 2,20 %
2008 6,84 % -0,76 % 1. KESIMPULAN DAN SARAN
2009 9,33 % 2,49 % 1.1 Kesimpulan
2010 9,43 % 0,10 % Berdasarkan analisis di atas dapat ditarik
2011 8,21 % -1,22 % kesimpulan perkembangan kinerja PT. Bank
2012 9,20 % 0,99 % Tabungan Negara (Persero), Tbk. 9 tahun terakhir
2013 8,81 % -0,39 % pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2013
Sumber: Data diolah, 2015 ditinjau dari rasio keuangan perbankan, yaitu:
a. Dilihat dari rasio likuiditasnya, kinerja
Pada Primary Ratio tahun 2008, 2011, dan keuangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero),
2013 sempat mengalami penurunan, karena Bank Tbk. terlihat kurang baik. Hal ini tampak dari
BTN belum mampu menjaga kestabilan antara hasil perhitungan rasio likuiditasnya yang naik-
equity dan total asset. Dalam hal ini meskipun turun / fluktuatif. Hal ini tampak dari Assets to
equity dan total assets sama-sama mengalami Loan Ratio PT. Bank Tabungan Negara
kenaikan setiap tahunnya, namun pada tahun 2008, (Persero), Tbk. yang merangkak naik antara
2011, dan 2013 kenaikan total asset belum mampu tahun 2005-2013, meskipun sempat mengalami
mengimbangi kenaikan dari equity sehingga penurunan pada tahun 2009 dan 2011. Cash
menyebabkan turunnya Primary Ratio. Kenaikan Ratio selama tahun 2005-2009 mengalami
equity pada tahun 2011 disebabkan karena Bank penurunan yang drastis, meskipun sempat
BTN melakukan penerbitan saham baru sehingga mengalami kenaikan pada tahun 2010.
menyebabkan pertumbuhan laba bersih. b. Dilihat dari rasio rentabilitasnya, kinerja
keuangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero),
Risk Assets Ratio Tbk. cukup baik. Hal ini tampak dari Gross
Risk Assets Ratio erupakan rasio untuk Profit Margin (GPM) yang cenderung
mengukur kemungkinan penurunan risk assets. mengalami kenaikan setiap tahunnya. Meskipun
sempat mengalami penurunan pada tahun 2006
dan 2009, namun pada tahun-tahun selanjutnya

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 9


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Profit Margin (GPM) PT. Bank Tabungan DAFTAR PUSTAKA
Negara (Persero), Tbk. cenderung mengalami Abdullah, M. Faisal. 2005. Manajemen Perbakan
kenaikan. Hal ini juga tampak dari Net Profit (Teknik Analisa Kinerja Keuangan Bank).
Margin (NPM) yang selepas tahun 2009 Malang: UMM Press.
cenderung mengalami kenaikan sampai tahun Azwar, Saifudin. 2013. Metode Penelitian.
2013. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ospek.
c. Dilihat dari rasio solvabilitasnya, kinerja Brealey, Myers & Marcus, 2007. Dasar-Dasar
keuangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid
Tbk. kurang baik. Hal ini tampak dari Primary 2. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Ratio yang cenderung naik-turun / fluktuatif Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen
setiap tahunnya. Primary Ratio PT. Bank Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia
Tabungan Negara (Persero), Tbk. sempat Indonesia.
mengalami penurunan pada tahun 2008, 2011, Harahap, Sofyan S. 2004. Analisis Kritis Atas
dan 2013. Hal ini juga tampak dari Risk Assets Laporan Keuangan. Edisi Pertama.
Ratio PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cetakan Keempat. Jakarta: PT. Raja
Tbk. yang sempat mengalami kenaikan pada Grafindo Persada.
tahun 2006, 2007, 2009, dan 2012. Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
1.2 Saran Jumingan. 2011. Analisis Laporan Keuangan.
Adapun saran dalam penelitian ini Jakarta: PT Bumi Aksara.
merupakan salah satu bentuk kontribusi penelitian Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan Edisi Revisi.
yang bisa dimanfaatkan oleh berbagai pihak, Jakarta: Rajawali Press.
khususnya bagi pihak PT. Bank Tabungan Negara Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk
(Persero), Tbk. Saran dalam penelitian ini Bisnis. Buku Satu. Edisi Empat.Jakarta:
diantaranya adalah: Salemba Empat.
a. Manajemen perlu meningkatkan lagi kinerja PT. Surat Edaran No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei tahun
Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. untuk 1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat
tahun-tahun selanjutnya agar rasio keuangan Kesehatan Bank.
perbankannya dalam keadaan yang baik. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang
b. Perusahaan perlu menjaga tingkat rasio Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun
likuiditas yang optimal untuk menghindari 1992 tentang Perbankan.
adanya tingkat likuiditas yang terlalu tinggi,
karena tingkat likuiditas yang terlalu tinggi
menandakan adanya aktiva lancar yang berlebih
di perusahaan yang seharusnya bisa
dipergunakan secara efisien untuk
meningkatkan laba.
c. Pihak manajemen harus memikirkan seberapa
jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit
dapat mengimbangi kewajiban perusahaan
untuk segera memenuhi permintaan deposan
yang ingin menarik kembali uangnya yang telah
digunakan oleh perusahaan untuk memberikan
kredit.
d. Perusahaan memperoleh tingkat keuntungan
yang signifikan, itu berarti perusahaan
mengembani tugas yang berat dimana harus
mempertahankan posisi tersebut agar terus
memperoleh keutungan. Tapi perlu diingat,
bukan saja soal keutungan yang dicari tetapi
harus berimbangan dengan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya baik
jangka pendek maupun jangka panjang.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 2 Agustus 2015| 10


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai