BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran
pencernaan yang dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat di identifikasikan
dari perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja (Sujono,
2010). Diare adalah pola buang air besar yang tidak normal dengan bentuk
tinja encer serta adanya peningkatan frekuensi BAB yang lebih dari
biasanya. Frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak konsisten feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja (Rekawati, 2008).
Diare pada dasarnya adalah seringnya buang air besar dari biasanya yang
konsistensi yang lebih encer.
1.2 Etiologi
Menurut Sujono (2010) penyebab utama diare akut adalah sebagai berikut:
1. Infeksi bakteri: Vibrio, Escherichia Coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yershinia, dll.
2. Infeksi virus: Enterovirus, (Virus Echo, Coxsackaie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Retrovirus, dll.
3. Infeksi parasit: Cacing (Ascori, Trichoris, Oxyuris,
Histolitika, GardiaLambia, TricomonasHominis), Jamur (Candida
Albicans).
4. Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut
(OMA), Tonsillitis, Aonsilotaringitis, Bronco Pneumonia, Encetalitis.
Ada beberapa penyebab diare yaitu sebagai berikut :
1. Tidak memberi ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan;
2. Menggunakan botol susu;
3. Menyimpan makanan masak pada suhu ruangan;
4. Air minum tercemar dengan bakteri tinja;
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja atau sebelum menjamah makanan.
1.3 Klasifikasi
Menurut Rekawati (2008) diare dapat dikelompokkan menjadi :
1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung
paling lama 3-5 hari.
2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kronis bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.
Dalam Sodikin (2012) secara klinis diare karena infeksi akut terbagi
menjadi 2 golongan :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.
2. Disentriform pada diare didapatkan lendir kental dan kadang –
kadang darah.
1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Ricard (2012) pasien dengan diare akut akibat infeks isering
mengalami :
1. Mual;
2. Muntah;
3. Nyeri perut;
4. Demam;
5. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi
serak;
6. Gangguan biokimiawi : Seperti asidosis metabolic akan
menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan
kusmaul);
7. Terjadinya hipovolemik : Bila terjadi renjatan hipovolemik berat
maka denyut nadi cepat (lebih dari 120x / menit). Tekanan darah menurun
sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas
dingin, kadang sianosis;
8. Kekurangan kalium : menyebabkan aritmia jantung menurun
fungsi ginjal sehingga timbuk anuria, bila kekurangan cairan tak segera
ditasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulasi akut.
Sedangkan diare dalam jangka panjang adalah dapat mengakibatkan :
1. Dehidrasi;
2. Asidosis metabolic;
3. Gangguan gizi akibat muntah dan diare;
4. Hipoglikemia;
5. Gangguan sirkulasi darah sehingga terjadi syock
Adapun derajat dari dehidrasi adalah :
Penurunan Berat Badan (BB) menjadi indikator penting untuk
mengetahui tingkat dehidrasi yang terjadi. Dehidrasi dibagi tiga tingkat
yaitu dehidrasi ringan, sedang dan berat.
1. Dehidrasi ringan
Penurunan cairan tubuh Kurang 5 % BB. Gejala umum yang sering
ditunjukkan yaitu haus, bibir kering, dan lemas.
2. Dehidrasi sedang
Penurunan cairan tubuh antara 5-10 % BB. Pada tingkat dehidrasi sedang
penderita terlihat haus, buang air kecil mulai berkurang. Mata terlihat agak
cekung, kekenyalan kulit menurun, dan bibir kering.
3. Dehidrasi berat
penurunan cairan tubuh antara 10-15 % BB. Gejala nya Selain gejala klinis
yang terlihat pada dehidrasi ringan dan sedang, pada keadaan ini juga
terlihat napas yang cepat dan dalam, kekenyalan kulit sangat menurun,
kondisi tubuh sangat lemas, kesadaran menurun, nadi cepat.
1.5 Komplikasi
Meurut Rekawati (2008) Komplikasi yang terjadi akibat diare adalah :
1. Dehidasi Ringan, sedang dan berat mempunyai komplikasi
seperti hipotonic, isotonic dan hipertonic;
2. Hipokalemia (metoroismus hipotonic otot lemah, bradikardia);
3. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus;
4. Defisensi enzim laktose.
1.6 Penatalaksan
1. Probiotik
a. Mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi,
bermanfaat untuk meningkatkan perimbangan mikroflora usus
b. Perlu asupan memadai karena probiotik tidak membentuk koloni
secara permanen di usus
c. Bifidobacteria menguntungkan karena berperan :
1) Menghambat pertumbuhan kuman patogen;
2) Aktivitas imunomodulasi;
3) Restorasi flora usus setelah terapi antibiotik;
4) Produksi enzim pencernaan;
5) Memperbaiki diare yang disebabkan penggunaan antibiotik;
6) Mekanisme kerja dengan melakukan perlekatan kompetitor
inhibisi pada enterosit;
7) Memproduksi bakteriosin yang bersifat antibakteri.
Mekanisme Kerja Probiotik pada Diare
1. Menurunkan pH usus melalui stimulasi bakteri penghasil laktat
sehingga menciptakan suasana yang tidak menguntungkan untuk
pertumbuhan bakteri patogen;
2. Efek antagonis langsung terhadap bakteri patogen;
3. Kompetisi perlekatan pada reseptor bakteri patogen oleh bakteri
probiotik;
4. Perbaikan fungsi imun, stimulasi sel imunomodulator dengan
meningkatkan produksi antibodi, mobilisasi makrofag, limfosit;
5. Kompetisi nutrien;
6. Meningkatkan produksi musin mukosa usus sehingga
meningkatkan respon imun alami.
Defisiensi Zinc dan Diare
Pada keadaan defisiensi seng, terjadi penurunan pertumbuhan sel
mukosa saluran cerna, khususnya di usus. Akibatnya terjadi penurunan
kolonisasi sel dan ukuran sel enterosit, serta kelainan mikroskopik lainnya
seperti defek membran sel, defek organel sel, peningkatan aktivitas lisosom
yang menyebabkan destruksi enterosit. Keseluruhannya akan menyebabkan
gangguan berupa penurunan daya absorbsi mukosa saluran cerna,
peningkatan sekresi, air dan elektrolit dan menyebabkan gejala diare.
Elemen zinc merupakan mikronutrien yang memiliki banyak fungsi antara
lain:
1. Memperpendek waktu dan beratnya diare;
2. Mencegah berlangsungnya diare selama 2-3bulan kedepan;
3. Mengembalikan nafsu makan.
Pemeriksaan spesifik terhadap etiologi diare yang secara rutin dilakukan di
laboratorium tidak praktis. Disamping itu gejala klinis dare juga tidak
spesifik, sehingga pengobatan yang diberkan kepada penderita diare juga
harus berdasarkan gejala utama penyakit dan pengertian dasar tentang
mekanisme patogenesisnya. Prinsipnya pengobatan ini adalah : Diare cair
membutuhkan pergantian cairan dan elektrolit tanpa menimbang etiologinya,
Makanan harus terus diperhatikan, hindari efek buruk pada status gizi.
Antibody dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin karena tidak
bermanfaat pada kebanyakan kasus, termasuk dalam diare berat dan diare
dengan panas, tetapi ini sangat bermanfaat pada :
1. Disentri yang harus diobati dengan anti mikroba yang aktif efektif
seperti Shigella. Penderita yang tidak berespons terhadap pengobatan ni
harus dikaji lebih lanjut atau diobati untuk kemungkinan amoebiasis;
2. Suspek kolera dengan dehidrasi berat;
3. Diare persisten, bila bakteri patogen usus ditemukan dalam kultur
feses. (Sodikin, 2011)
Penatalaksanaan diare kronis harus dikerjakan bersama dengan
pemberian dukungan nutrisi yang cukup untuk memenuhi atau memelihara
pertumbuhan normal. Malmnutrisi kalori dan protein harus dihindari sebisa
mungin karena hal tersebut dapat menjadi variabel pengangg yang
memerlambat atau menghambat pengembalian ke fungsi usus normal. Oleh
karenanya orang tua memerlukan nasihat khusus mengenai lamanya
penghentian makan. Banyak orang tua terlalu keras
membatasi makan sehingga terjadi kekurangan kalori. Lagi pula rasa enggan
untuk memberikan makan sekunder dapat menjadikan masalah besar pada
diare kronis.
Apabila diberikan cairan pada pengelolaan diare, hati-hati dalam
menentukan komposisi dan jumlahnya. Pada bayi kurang dari usia 2 tahun
kapasitas absopsi mungkin sudah terlampaaui oleh pemasukkan yang lebih
dari 200/kg/24jam. Orang tua memerlukan pengertian bahwa sensitifitas
terhadap protein susu. Reaksi radang yang tercetus oleh protein dalam susu
memerlukan pembatasan diet yang ketat. Sebaiknya ini toleransi terhadap
laktosa gula dalam susu. Bukan merupakan fenomena dalam semuanya atau
tidak diberikan sama sekali. Ada beberapa gejala pada penderita intoleransi
karbohidrat yang tidak tergatung defsiensi enzim. Walaupun pengobatan
spesifik intoleransi laktosa paling mudah dimulai dengan diet ketat bebas
laktosa, penyembuhan diare jelas mempertegaskan dasar hubungan untuk
menilai derajat intoleransi laktosa sseorang pada bayi yang mengalami
intoleransi laktosa pasca enteritis, susu formula baku harus dihentikan selama
4-6 seminggu ; susu formula yang bebas laktosa atau susu formula kedelai
digunakan sebagai penganti. Pengobatan jangka panjang intoleransi laktosa
harus mencakup pula pengendalian kembali makan yang mengandung laktosa
ditolerensi lebih baik daripada yang lain. (Ricard 2012)
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ricard (2012) pemeriksaan untuk diare pada anak :
1. Pemeriksaan darah lengkap;
2. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, keratin
danberat jenis, plasma dan urin;
3. Pemeriksaan urin lengkap.
1.8 Patofisiologi
Diare terjadi karena beberapa faktor Infeksi bakteri, Infeksi virus, Infeksi
parasit, vaksin, obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, atau
berbagai kondisi lain. Contohnya saja makan yang tidak diserap akan
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik rongga usus dan air atau zat
pelarut mengalami pergeseran, sebab kedua rangsangan toksin atau infeksi
akan mengakibatkan peningkatan sekresi air dan elektrolit pada rongga usus,
sebab yang paling sering adalah gangguan mobilitas usus yang akan
menyebabkan hipo dan hyper peristaltik di hipo peristaltik akan mengalami
pertumbuhan bakteri yang mengembang dan pada hyper peristaltik akan
menyebabkan absorbsi makanan.Akibat dari diare pada anak sendiri ada
beberapa yang sering terjadi misalkan hospitalisasi yang menurut anak-anak
menganggap bahwa hospitalsasi itu adalah perpisahan dengan orang tua dan
peradaban lingkungan asing bagi si anak. Dari sini masalah kesehatan yang
muncul adalah cemas. Akibat diare yang kedua adalah turgor kulit yang
menurun dan mengalami gangguan elasitas kulit atau sistem integumen yang
menurun dan disini masalah kesehatan yang muncul adalah resiko infeksi.
Resiko infeksi juga dapat terjadi jika anak yang mengalami diare yang BAB
lebih dari tiga kali dan mengalami perlecetan pada anus, dari BAB yang lebih
tersebut akan menyebabkan manifestasi klinis yang harus dihindari yaitu
syok hipovolemik. Akibat yang sering terjadi pula adalah kehilangan air dan
elektrolit atau disebut dehidrasi karena diare tersebut sangat dipengaruhi oleh
keseimbangan cairan pada tubuh. Masalah kesehatan yang juga sering terjadi
adalah gangguan nutrisi. Anak yang mengalami diare biasanya saat sedang
makan tiba-tiba berhenti tidak mau makan lagi dan absorbsi makan kurang
baik pada bayi susu yang di konsumsi mengalami pengenceran yang lama pula
(Rekawati, 2008).
1.9 Pathway
Virus Bakteri Parasit
Masuk dalam
Berkembang di usus Malabsorbsi KH,
makanan
lemak, protein
Hipersekresi air & Toksik tak dapat Meningkatkan
elektrolit diserap tekanan osmotik
Hiperperistaltik
Pergeseran
elektrolit ke usus
Penyerapan di
usus menurun
Diare
Frekuensi BAB menigkat Distensi abdomen
Mual muntah
Hilang cairan Kerusakan
& elektrolit integritas kulit
Nafsu makan menurun
berlebihan (00046)
Gangguan Asidosis metabolik Ketidakseimbangan
keseimbangan cairan nutrisi kurang dari
& elelektrolit kebutuhan tubuh
Sesak (00002)
Dehidrasi
Gagangguan pertukaran
gas (00030)
Kekurangan volume Risiko syok
cairan (00027) (hipovelemik)
(00205)
1.10 Pengkajian
1. Identitas pasien : meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis
kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang
tua, pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama : Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari. BAB
kurang dari empat kali dengan onsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB
4-10 kali dengan konsisten cair (dehidrasi ringan). BAB lebih dari sepuluh
kali (dehidrasi berat). Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah
diare persisten atau kronis.
3. Riwayat penyakit sekarang :
a. Mula-mula anak menjadi gelisah, suhu badan mungkin meningkat.
Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai ledir atau ledir dan darah.
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
e. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai tampak.
f. Diuresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap
pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu enam
jam (dehidrasi berat).
4. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi campak .
diare lebih sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak dengan
campak atau yang menderita campak dalam 4 minggu terakhir, yaitu
akibat penurunan kekebalan tubuh.
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik)
karena faktor ini salah satu kemungkinan penyebab diare.
c. Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah dua tahun
biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya,
selama, atau setelah diare. Hal ini untuk melihat tanda atau gejala
infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tongslitis,
faringitis, bronkopneumonia, ensalitis.
5. Riwayat nutrisi :
a. Riwayat pemberian makanan sebelum sakit, meliputi : Pemberian
ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare
dan infeksi yang serius. Pemberian susu formula, apakah
menggunakan air masak, diberikan dengan botol atau dot, karena botol
yang tidak bersih akan mudah terjadi pencemaran.
b. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa), pada dehidrasi ringan/sedang anak measa haus, ingin
minum bayak, sedagkan pada dehidrasi berat anak malas minum atau
tidak bisa minum.
6. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : Baik, sadar (tanpa dehidrasi), gelisah, rewel
(dehidrasi ringan/sedang), lesu, lunglai, dan tidak sadar (dehidrasi
berat)
1.11 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif (00027);
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi (00030);
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis (00002);
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
metabolisme (00046);
5. Risiko syok (hipovolemik) (00205).
1.12 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan NOC NIC
1. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Managemen
volume cairan keperawatan selama 2x24 jam elektrolit/cairan
berhubungan ketidakefektifan pola nafas (2080):
dengan berkurang, dengan kriteria
kehilangan cairan hasil: 1. Monitor tanda
aktif (00027) – tanda vital
Keseimbangan cairan (0601) yang sesuai;
Kode Indikator SA ST 2. Tingkatkan
060122 Denyut intake atau
nadi cairan per oral;
3. Informasikan
radial
060116 Turgor pada keluarga
kulit pasien tentang
kebutuhan
Keterangan :
cairan;
1= sangat terganggu
4. Kolaborasi
2= banyak terksganggu
dengan tim
3= cukup terganggu
medis lain
4= sedikit terganggu
untuk
5= tidak terganggu
pemberian
obat.
2. Ganguan Setelah dilakukan tindakan Monitor pernapasan
pertukaran gas keperawatan selama 2x24 jam (3350)
berhubungan ganguan pertukaran gas 1. Monitor
dengan berkurang, dengan kriteria kecepatan,
ketidakseimbanga hasil: irama,
n ventilasi perfusi kedalaman,
(00030) Tanda – tanda vital (0802) dan kesulitan
Kode Indikator SA ST bernafas;
080210 Irama 2. Berikan terapi
pernapasan oksigen
080209 Tekanan 3. Auskultasi
nadi suara nafas
4. Kolaborasi
Keterangan :
dengan tim
1=deviasi berat dari kisaran
medis lain
normal
2= deviasi cukup dari kisaran untuk
pemberian
normal obat
3= deviasi sedang dari kisaran
normal
4= deviasi ringan dari kisaran
normal
5= tidak ada deviasi dari
kisaran normal
3. Ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan Managemen gangguan
an nutrisi kurang keperawatan selama 2x24 jam, makan (1030)
dari kebutuhan masalah nutrisi dapat teratasi 1. Monitor intake
tubuh dengan kriteria hasil: dan asupan
berhubungan cairan secara
dengan faktor Status nutrisi (1004) tepat
biologis (00002) Kode Indikator SA ST 2. Berikan
100402 Asupan makanan sedikit
makanan tapi sering
Keterangan : 3. Edukasi kepada
1=sangat menyimpang dari keluarga pasien
rentang normal pentingnya
2= banyak menyimpang dari nutrisi bagi
rentang normal tubuh
3= cukup menyimpang dari 4. Kolaborasi
rentang normal dengan tim
4= sedikit menyimpang dari medis lain
rentang normal untuk kebuhan
5= tidak menyimpang dari nutrisi pasien
rentang normal
DAFTAR PUSTAKA
NANDA. Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan. Definisi dan klasifikasi 2015 –
2017, Edisi 16. Jakarata. EGC
Nursing Interventins Classifoction (NIC). 2016
Nursing Outcomes Classifoction (NOC). 2016
Rekawati, Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Beheman, Kliegman, Arvin.2012.IlmuKesehatanAnak.BukuKedokteran.Jakarta :EGC
Richard, dkk.2012. Ilmu kesehatan anak Nelsom Vol.2.Jakarta :EGC
Sujono Riyadi, Suharsono. 2010. AsuhanKeperawatanAnakSakit.Yogyakarta :Gosyen
Publishing
Sodikin, 2012, keperawatan anak gangguan pencernaan. Jakarta : EGC