Ukl-Upl Ud. Pojok Jaya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 73

UKL-UPL

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN


DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP

PETERNAKAN AYAM PETELUR


UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP
Jalan Oro-Oro Ombo, Desa Kauman, Kecamatan
Kauman, Kabupaten Ponorogo
2019
KATA PENGANTAR

Formulir Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup (UPL) Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP
yang terletak di Jalan Oro-Oro Ombo, Desa Kauman, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo
disusun untuk memenuhi ketentuan perundangan di bidang lingkungan hidup.
Formulir tersebut disusun sebagai pedoman pemrakarsa kegiatan/usaha dalam
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada kegiatan/usaha yang akan
dilaksanakan dalam rangka meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak
positif yang mungkin timbul akibat usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanakan.
Penyusunan Formulir UKL-UPL mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
formulir UKL-UPL ini. Kami berharap semoga formulir ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya dalam upaya melestarikan fungsi lingkungan hidup demi kepentingan
generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

Ponorogo, Agustus 2019

Peternakan Ayam Petelur


UD. POJOK JAYA POULTRY
SHOP Desa Kauman
Kec. Kauman Kab. Ponorogo

Novan Gilang Pradica


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PELAKSANA
KATA PENGANTAR………………………………………………...........
DAFTAR ISI…………………………………………………………..........
DAFTAR TABEL…...…………….…………………………………..........
DAFTAR GAMBAR................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
BAB I PENDAHULUAN……….……………………………………....
A. Latar Belakang .... ………………………….……………….
B. Maksud, Tujuan dan Kegunaan …….…………..................
C. Dasar Hukum .. ………………………………………….......
BAB II URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
A. Identitas Pemrakarsa .......... ...........................................
B. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ........................….....
1. Nama Kegiatan..……………….………….………………..
2. Lokasi Kegiatan ……..….……….............…..…………….
3. Skala Usaha / Kegiatan …….....……….........……………
D. Garis Besar Komponen Rencana Usaha.……...........……

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN, UPAYA


PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL) SERTA
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) .......
A. Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan…………….…....
B. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup...............
C. Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup................
D. Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup..
BAB IV. JUMLAH DAN IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN………....... ….
DAFTAR PUSTAKA..................……………………………....

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sector pertanian terutama tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan


memegang peranan penting karena merupakan sumber mata pencaharian penduduk Kota
Ponorogo, namun sector ini masih dikelola secara traditional dan belum menampakkan
perkembangan yang berarti. Kondisi yang demikian ini merupakan tantangan dalam setiap
perencanaan program pengembangan pertanian terutama pengembangan peternakan.
Salah satu komoditi peternakan yang mempunyai prospek dimasa datang untuk
dikembangkan adalah usaha Peternakan Ayam Petelur. Usaha Peternakan Ayam Petelur di
Kota Ponorogo termasuk priortas yang di dorong pengembangannya untuk meraih usaha
dan peternak yang tangguh dan berdayaguna. Upaya mendorong pengembangan usaha
peternakan ayam telur ini dilakukan dengan pendekatan wilayah membuka peluang
tumbuhnya sinergi antara berbagai pihak seperti instansi teknis, swasta dan masyarakat
peternak melalui konstribusi yang optimal masing-masing pihak.
Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan
Perlindungan Lingkungan Hidup, setiap kegiatan dan/atau usaha yang dilakukan dipastikan
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik positif maupun negative. Dalam
rangka pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan dan/atau usaha diperlukan
adanya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Prinsip pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup kegiatan dan/atau usaha adalah meningkatkan dan
mengembangkan dampak positif yang akan terjadi serta mengurangi dan meminimalkan
dampak negative yang mungkin terjadi.
Salah satu kegiatan dan/atau usaha yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup sekitar adalah kegiatan Peternakan Ayam Petelur. Sehubungan hal
tersebut UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP sebuah perusahaan Peternakan Ayam
Petelur yang berlokasi di Jalan Oro-Oro Ombo Desa Kauman, Kecamatan Kauman,
Kabupaten Ponorogo melakukan studi kelayakan lingkungan dengan menyusun formulir
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL –
UPL).
Penyusunan formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP dengan jumlah populasi yang sudah ada 20.000 ekor dan akan di tambah
lagi menjadi 50.000 ekor dengan berpedoman Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

B. MAKSUD, TUJUAN DAN KEGUNAAN


1. MAKSUD
Maksud disusunnya formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP adalah sebagai pedoman bagi pemrakarsa atau penanggung jawab
kegiatan dan/atau usaha dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup sehingga akan dapat mengembangkan dampak positif dan menimbulkan dampak
negative yang mungkin timbul di lingkungan sekitar kegiatan dan/atau usaha.
2. TUJUAN
Tujuan disusunnya formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP ini adalah :
a. Mengidentifikasi kegiatan dan/atau usaha Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK
JAYA POULTRY SHOP yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak
terhadap lingkungan sekitar.
b. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang diperkirakan
terkena dampak akibat kegiatan dan/atau usaha Peternakan Ayam Petelur UD.
POJOK JAYA POULTRY SHOP.
c. Sebagai acuan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup pada
operasional Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP.
d. Sebagai Instrumen pengikat bagi pihak Perusahaan untuk melakukan Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

3. KEGUNAAN
Kegunaan formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP adalah:
A. Bagi Pemerintah
 Sebagai bahan untuk melaksanakan koordinasi pengelolaan lingkungan
hidup.
 Sebagai bahan untuk membantu semua pihak dalam menciptakan kualitas
lingkungan yang baik.
 Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan.

B. Bagi Penanggungjawab Kegiatan


 Sebagai panduan bagi pemrakarsa/penanggungjawab kegiatan dalam
menangani dampak yang mungkin timbul akibat operasional Peternakan
Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP di Desa Kauman
Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo.
 Mewujudkan Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY
SHOP Desa Kauman Kecamatan Kauman sebagai kegiatan/usaha yang
berwawasan lingkungan hidup.
 Sebagai instrument pengikat bagi pemrakarsa/penanggungjawab kegiatan
untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

C. DASAR HUKUM
Penyusunan formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Petelur UD. Pojok Jaya
Poultry Shop Desa Kauman, Kec. Kauman ini dilandasi beberapa peraturan
perundangan antara lain:
A. UNDANG-UNDANG
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah
6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
8. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
9. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

B. PERATURAN PEMERINTAH
1. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggara Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)
3. Peraturan Pemerintah 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 Tentang
perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengolahan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang
Pengolahan Bahan Berbahaya dan Beracun.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

C. PERATURAN MENTERI
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-04/MEN/1980 tentang Syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pemanfaatan Air Hujan
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 tentang
Dokumen Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki
Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan
Hidup
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
7. Peraturan Menteri Negara Perhubungaan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu-
rambu Lalu Lintas
8. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 31/Permentan/OT.140/2/2014 Tahun 2014
tentang Pedoman Budi Daya Ayam Pedaging dan Ayam Petelur yang Baik
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah
Memiliki Izin Usaha Dan/ Atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan hidup
10. Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017 tentang Standart Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Hygiene
Sanitasi Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum

D. KEPUTUSAN MENTERI
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang
Baku Mutu Tingkat Kebisingan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perusahaan
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu Limbah Domestik
E. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur

F. PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR


1. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara
Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak
2. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2011 tentang Jenis Usaha
dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
3. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lain

G. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR


1. Surat Keputusan Gub. Jatim Nomor 129 Tahun 1996 tentang Baku mutu Udara
Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak

H. PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO


1. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032
2. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 5 Tahun 2011 tentang Ketertiban
Umum dan Ketentraman Masyarakat
I. PERATURAN BUPATI KABUPATEN PONOROGO
1. Peraturan Bupati Nomor 46 Tahun 2015 tentang Izin Lingkungan
2. Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2017 tentang Perizinan dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah B3 serta Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah B3 Skala
Kabupaten
3. Peraturan Bupati Nomor 51 Tahun 2017 tentang Izin Pembuangan Air Limbah

J. SURAT KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN PONOROGO


1. Surat Keputusan Bupati nomor 188.45/1398/405.25/2019 tentang Pembentukan
Tim Pemeriksa UKL-UPL dan Tim Pemeriksa SPPL di Kabupaten Ponorogo.
BAB II
URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

A. IDENTITAS PEMRAKARSA
1. Nama Perusahaan : Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK
JAYA POULTRY SHOP
2. Alamat kantor perusahaan : Jalan Oro-Oro Ombo Desa Kauman,
Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo
3. Jenis usaha / kegiatan : Peternakan Ayam Petelur
4. Nama Pimpinan : Novan Gilang Pradica
5. Kewarganegaraan : WNI
6. Alamat Pimpinan : Jalan Hasanudin RT 01 RW 02 Desa
Kauman, Kecamatan Kauman, Kabupaten
Ponorogo
7. Nama Penanggung Jawab : Novan Gilang Pradica
dan Jabatan Pimpinan
8. Jenis Perusahaan : UD
9. Status Investasi : PMDN/Perorangan

B. RENCANA USAHA DAN?ATAU KEGIATAN

1. Nama Kegiatan.
Nama Rencana Usaha dan/atau kegiatan adalah Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK
JAYA POULTRY SHOP yang bergerak di bidang Peternakan Ayam Petelur yang
memproduksi telur untuk dipasarkan ke konsumen, utamanya ke Kab. Ponorogo dan
kabupaten-kabupaten di sekitarnya.

2. Lokasi Kegiatan
Lokasi Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP Desa Kauman
Kec. Kauman, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Rencana kegiatan peternakan
Secara administrasi berbatasan dengan:
- Sebelah Utara : Tanah Milik Sdr. Suhardi
- Sebelah Timur : Tanah Milik Sdr. Yunan Ahmad
- Sebelah Selatan : Tanah Milik Sdr. Endik Minanto
- Sebelah Barat : Tanah Milik Sdr. Suprayitno

Sedangkan lokasi rencana kegiatan dan/atau kegiatan dapat dilihat pada Peta satelite
sebagai berikut :

Gambar 2.1. Peta Satelite Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY
SHOP
Gambar 2.2. Lay Out Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP
Gambar 2.3. Denah Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP
C. SKALA BESARAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP berdiri sejak tahun 2011 dan memiliki usaha
Peternakan Ayam Petelur dengan kapasitas produksi yang sudah ada yaitu 20.000 ekor dan
akan ditambah menjadi 50.000 ekor. Sedangkan luas lokasi usaha yang digunakan adalah
7.135 m2 dengan status lahan Sertifikat Hak Milik Nomor 66 dan 694. Berdasarkan
besarnya kapasitas produksi dan luas lokasi usaha yang dimiliki perusahaan maka UD.
POJOK JAYA POULTRY SHOP menyusun Formulir UKL-UPL (Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Penyusunan Formulir UKL-
UPL berdasarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/
Atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan hidup. Dokumen ini sebagai
alat untuk menjadi arahan dan dasar dalam melakukan proses kegiatan Peternakan Ayam
Petelur sehingga menghasilkan telur yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
1. Lahan.
UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kauman,
Kabupaten Ponorogo dengan luas lahan 7.135 m2. Luas keseluruhan pemanfaatan lahan
untuk bangunan dan kelengkapannya, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1
Penggunaan Lahan Peternakan Ayam Petelur
UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP

NO Penggunaan Luas(m2) Persen(%)

A Lahan Tertutup

1 Kandang yang sudah ada 800 29

2. Kandang yang dibangun 1400 50

3 Parkir 186 6

Jumlah 2.452 88

B Lahan Terbuka
4 RTH 300 11

5 Tempat bangkai 36 1

Jumlah 336 12

Jumlah (A+b) 2.788 100


Sumber : Data Primer Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP, 2019

2. Deskripsi Kegiatan.
A. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP Desa Kauman,
Kecamatan Kauman mempunyai struktur organisasi yang jelas terdiri dari :

Gambar 2.4.
Struktur Organisasi Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP

Kepala Kandang

Administrasi

Mandor

Anak Kandang Penjaga Kandang

Sedangkan apabila dilihat dari klasifikasinya, maka karyawan pada Peternakan Ayam
Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2
Sumber Daya Manusia
No KLASIFIKASI TENAGA JUMLAH
KERJA
1 Kepala Kandang 1
2 Administrasi 1
3 Mandor 1
4 Anak Kandang 10
5 Penjaga 2
Sumber : Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi dalam suatu usaha. Jumlah
karyawan pada Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAY Desa Kauman Kec.
Kauman yang berjumlah berjumlah 14 orang kesemuanya tenaga kerja pria.
Sistem perekrutan dilakukan melalui tes seleksi/interview oleh
perusahaan. Sebelum melakukan tugas, pekerja diberikan pelatihan dan arahan
dalam menggunakan peralatan ataupun dalam melakukan kegiatan lain sehingga
kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar.

B. Penyiapan Sarana dan Peralatan


1) Kandang
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan
temperatur berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar antara 60–70%,
penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata
letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata
angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan
permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan
membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sehingga tipe kandang
yang di pakai yaitu kandang dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup
memberikan kesegaran di dalam kandang.
2) Peralatan
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter dipakai dari campuran kulit padi/sekam dengan sedikit kapur
dan pasir dan dalam keadaan kering. Tebal liter setinggi 10 cm. Penggunaan
litter untuk mencegah bau dari kotoran ayam.
b. Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur agar
tidak kotor, maka dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk
4-5 ekor ayam.
c. Tempat makan dan minum
Tempat makan dan minum tersedia cukup untuk populasi ayam 50.000 ekor.
Untuk tempat makan Bahannya dari bambu yang kuat sedangkan untuk
minum di buatkan tandon dengan kapasitas 12.000 liter untuk dialirkan ke
tempat minum ayam.

C. Pakan
1) Pengadaan Pakan
Bahan pakan yang digunakan berupa bahan pakan jadi untuk ayam starter maupun
grower ditambahkan konsentrat. Dengan adanya penambahan konsentrat ini untuk
memacu produksi. Jumlah dan komposisi yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut :
Tabel 3
Bahan Pakan yang Digunakan pada Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP

No. Bahan Pakan Konsumsi Per Hari


1. Pakan jadi 4,5 Kg
2. Premik (vitamin, mikro mineral, 0,09 Gr
growth, promotor, obat-obatan
Sumber : Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP, 2019
2) Pemberian Pakan dan Minum
Pakan atau makanan ternak merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan kesuksesan dalam usaha ternak ayam. Pemberian pakan ternak jadi
dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari (sekitar pukul 07.00 – 08.00
WIB dan menjelang sore hari (sekitar pukul 16.00 – 17.00 WIB). Pemberian
pakan dilakukan secara bersama dengan jumlah pakan yang diberikan sesuai
dengan tahap perkembangan ternak. Di bawah ini tabel kebutuhan air minum
selama pemeliharaan :

Tabel 2.2. Kebutuhan Air Minum Selama Pemeliharaan


Umur (hari) Kebutuhan Air Minum/hari

0–7 50 liter / 1000 ekor

8 – 14 100 liter / 1000 ekor

15 – 21 150 liter / 1000 ekor

22 – 28 200 liter / 1000 ekor

Kegiatan peternakan ayam petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP dapat
dibedakan menjadi : Penyediaan bibit, kegiatan pemeliharaan di kandang grower,
kegiatan panen, dan kegiatan pembersihan kandang. Teknis Pemeliharaan yang akan
dijalankan secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Minggu Pertama (hari ke-1-7). Kutuk/DOC dipindahkan ke indukan atau


pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah vitamin dengan dosis + 1
- 2 cc/liter air minum dan vitamin dengan dosis + 1 cc/liter air minum/hari dan
gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat
diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gr atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam.
Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak
dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran
kecil (crumbles).
 Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen air minum sudah berupa air dingin dengan
penambahan vitamin dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum dengan dosis 1 cc/liter
air minum/hari (diberikan saat pemberian air minum yang pertama). Vaksinasi
yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4.
 Minggu Kedua (hari ke 8 -14). Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan
pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa
dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per ekor
atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.
 Minggu Ketiga (hari ke 15-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada
siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk
100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua
menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika
menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa
saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum
air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap
ditambah vitamin dengan dosis tetap.
 Minggu Keempat (hari ke 22-28). Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang
hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat
badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam.
 Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan
pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap
ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap
penyakit.

D. Penyediaan Bibit
Penyediaan bibit pada UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP berasal dari bibit dalam
negeri yang berasal dari induk yang sehat sehingga nantinya akan menghasilkan telur
yang bagus. Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP juga
memelihara sendiri bibit ayam petelur yang berumur 0 – 3 minggu.
E. Pemeliharaan Starter
Pemeliharaan pada periode starter adalah pemeliharaan dimulai dari DOC day old
chicken) berumur 1 (satu) hari sampai dengan ayam berumur 5 (lima) hari. Sistem
pemeliharaan periode starter disesuaikan dengan petunjuk tekhnis manajemen asal
ayam bibit.
Pemberian pakan dengan menggunakan jenis pakan starter dengan penambahan
mineral premix setiap 3 hari sekali. Pakan yang diberikan dengan kadar protein 18 –
19 % hal ini dimaksudkan untuk pertumbuhan frame ayam.
Pada periode ini menggunakan sistem brooding dengan menggunakan alat pemanas
buatan untuk mengatur temperatur dan dilakukan seleksi terhadap ayam dengan
ketat.

F. Pemeliharaan Fase Grower (Pertumbuhan)


Pemerliharaan pada periode grower adalah pada saat ayam berumur 8-18 minggu.
Pakan yang digunakan adalah pakan jenis grower. Pengalihan pakan dari periode
starter ke grower dilakukan bila berat badan ayam umur delapan minggu telah
tercapai.

G. Masa Layer
Masa Layer adalah ayam berumur 18 Minggu – Akhir. Pada masa layer ini ayam
sudah menghasilkan telur, jadi pemberian pakan harus benar-benar diperhatikan
supaya menghasilkan telur yang bagus.

H. Kegiatan Panen
1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang dihasilkan oleh
ayam dengan kapasitas produksi telur 8 kwintal per hari. Telur dipanen 3 kali
dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi telur yang disebabkan oleh
virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul
10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga
(terakhir) sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinikmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah
daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk
dijadikan pupuk kandang.
3. Pengumpulan
Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan
telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus
langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur
normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram
dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau
terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.
4. Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau
tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas
besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya
pembersihan dilakukan untuk telur tetas.

I. Sarana Penunjang
 Akses jalan di Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP
terbilang sempit, karena bukan jalan utama melainkan akses jalan ke areal
persawahan. Tetapi cukup untuk masuk kendaraan roda 4.
 Vitamin dan obat-obatan ternak bahan pakan tambahan
Presentase ayam yang mati tidak sampai 5 persen karena pemberian vitamin dan
obat-obatan serta vaksinasi diberikan secara teratur sesuai dengan kebutuhan.
Pemberian vitamin dan obat-obatan serta vaksinasi bertujuan agar ayam memiliki
daya tahan yang baik, tidak mudah sakit, tidak mudah stres dan menjaga nafsu
makan ayam sehingga pada saat panen diharapkan hasilnya bisa sesuai dengan
target yang telah ditentukan.
 Tempat Penampungan Sampah
Untuk menampung sampah domestik dan sebagai upaya mendukung kegiatan
sanitasi lingkungan, rencananya akan menyediakan tempat sampah di lingkungan
peternakan ayam dan selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sementara dan
selanjutnya ke tempat pembuangan akhir. Sedangkan kotoran ayam tidak
menumpuk banyak karena kotoran langsung kering akibat pemberian zat Cyromas
yaitu zat pengering kotoran yang dicampur pada pakan dengan perbandingan 1
Ton pakan dicampur dengan 1 kg cyromas . Selain itu kotoran ayam juga diminta
oleh petani di sekitar kandang untuk pupuk pertanian.
 Gudang Pakan Ternak
Agar pakan ternak selalu terjaga kebersihan dan hiegynitasnya serta terlindung
dari panas dan hujan, maka akan dibuatkan ruangan khusus untuk tempat pakan
ternak.

J. Sarana Sanitasi
a) Penyediaan Air Bersih
Penyediaan air bersih diperhitungkan dengan mempertimbangkan kapasitas
kebutuhan air untuk aktifitas kandang dan domestik seperti WC/toilet. Sumber
air menggunakan air sumur dalam. Saat operasional diperkirakan membutuhkan
air bersih sekitar 9.400 liter/hari, dengan perkiraan kebutuhan air sebagai berikut
1) Aktivitas kamar mandi/toilet : 14 orang x 100 liter/hari = 1400 liter/hari
2) Kebutuhan minum ayam = 7.000 liter/hari
3) Kebutuhan air untuk lain-lain = 1.000 liter/hari
b) Sistem Drainase
Air hujan yang jatuh dari atap bangunan akan dialirkan lewat talang dan
kemudian mengalir dari selokan yang ada di pinggir kandang menuju ke saluran
air di depan kandang.
c) Pengelolaan Sampah Domestik
Kebersihan dan estetika menyangkut sistem pengelolaan sampah yang akan
diterapkan selama operasional pengelolaan meliputi :
1) Sistem pewadahan.
Menampung dalam bak penampung sampah yang dibuat permanen dan
ditutup dan dibuatkan di setiap kandang dan di buatkan tempat sampah
terpilah yaitu organic dan an organic.
2) Sistem Pengangkutan
Proses pengangkutan sampah ke TPA untuk sampah anorganik yang tidak
dapat direcycle selanjutnya dibuang di tempat penampungan sampah
sementara (TPS).

K. Area Penghijauan
Area Terbuka Hijau nantinya akan di sediakan sebesar 30 % dari total luas lahan yang
tersedia. Lokasi Peternakan ayam petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP
terletak di lahan persawahan sehingga RTH akan terpenuhi.

L. Penggunaan Energi
Sumber listrik yang di gunakan di Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP rencananya adalah 30.000 watt dan di sediakan Genset 10.000 PK
untuk jaga-jaga apabila terjadi pemadaman listrik. Dan untuk penerangan di kandang
yaitu setiap 6 meter terdapat 1 lampu masing-masing berdaya 5 watt. Selain listrik
sumber energy lainnya juga berasal dari Gas berukuran 12 kg. Gas tersebut digunakan
untuk penghangat ayam yang berumur 0 – 3 minggu.

M. Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran


Rencana penyediaan APAR di Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP berjumlah 2 masing-masing kandang terdapat 1 APAR. Di sisi
lain upaya pemadaman kebakaran akan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kab. Ponorogo.

D. GARIS BESAR KOMPONEN RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN

Salah satu rencana usaha di bidang peternakan ayam yang akan dibuka adalah
Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP yang terletak di Jalan Oro-
Oro Ombo Desa Kauman Kec. Kauman yang menghasilkan produk berupa telur ayam.
1. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan Tata Ruang.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo, Wilayah di perternakan UD. POJOK
JAYA POULTRY SHOP sedang mengurus perijinan Tata Ruang.
2. Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat Menimbulkan Dampak Lingkungan
Komponen rencana kegiatan pembangunan peternakan UD. POJOK JAYA POULTRY
SHOP dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun
dampak negatif. Dampak yang terjadi akibat pembangunan UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP diuraikan berdasarkan tahapan pekerjaan menjadi tahap pra
konstruksi, tahapan konstruksi dan tahapan operasional.
Gambar 2.5
Diagram Air Uraian Rencana Kegiatan
UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP

 Survey penelitian dan perijinan termasuk


kegiatan pengukuran lahan dan perencanaan
bangunan
Tahap Pra Konstruksi  Pembebasan lahan
 Kegiatan penyiapan bahan-bahan dan fasilitas
pengamanan

 Rekrutmen tenaga kerja konstruksi


 Kegiatan cut dan fill terhadap tanah/lahan
yang akan dibangun kandang dan prasarana
Tahap Pra Konstruksi
lainnya
 Mobilisasi material dan peralatan kerja
 Pembangunan fisik bangunan (super structure
dan upper structure )

 Rekrutmen tenaga kerja operasional kandang


 Rutinitas pekerjaan kandang
Tahap Pra Konstruksi  Penggunaan air dan sanitasi
 Transportasi dan parkir
 Hubungan kemasyarakatan
 Administrasi

Komponen rencana kegiatan pembangunan UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP yang
diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tahap Prakonstruksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap prakonstruksi meliputi :
1) Survey, penelitian dan perijinan termasuk didalamnya berupa pengukuran lahan
dan perencanaan pembangunan. Tindakan awal dari UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP dalam melakukan suatu usaha adalah proses perizinan ke
pemerintah daerah yang akan digunakan sebagai tempat usaha, penentuan
kegunaan wilayah, ijin lokasi dan semua ketentuan perijinan yang sudah
ditetapkan pemerintah daerah yang harus dilengkapi.
2) Pembebasan lahan
Kegiatan pembebasan lahan tidak menimbulkan polemik karena lahan yang
digunakan untuk usaha adalah lahan milik sendiri.
3) Kegiatan penyiapan bahan-bahan dan fasilitas pengamanan
Kegiatan penyiapan bahan dan fasilitas pengamanan yang dimaksudkan adalah
untuk mempersiapkan secara fisik bahan-bahan bangunan yang akan digunakan
untuk peternakan ayam dan fasilitasnya, khususnya saat awal kegiatan konstruksi
yaitu pagar pembatas serta penyediaan mess kerja, gudang/bedeng untuk
menempatkan bahan material bangunan dan peralatan kerja yang akan
digunakan, sehingga proses pembangunan tidak akan menggangu kegiatan
masyarakat sekitarnya.

b. Tahap Konstruksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan konstruksi yang diperkirakan dapat
menimbulkan dampat terhadap lingkungan hidup antara lain :
1) Rekruitmen tenaga kerja konstruksi
Saat pelaksanaan konstruksi kebutuhan tenaga kerja dikoordinir oleh beberapa
pengawas yang ditunjuk oleh pemrakarsa. Tenaga kerja konstruksi yang
memerlukan syarat keahlian khusus langsung ditangani oleh tenaga ahli dari
pihak pemrakarsa. Sedangkan untuk tenaga penunjang seperti keamanan, kuli
angkut dan konsumsi akan diprioritaskan masyarakat sekitar. Jumlah total tenaga
kerja konstruksi yang dibutuhkan 5 orang, dimana 90 % dari tenaga kerja yang
dibutuhkan akan diambil dari masyarakat sekitar. Jenis tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi, meliputi :
 Pelaksana  Tukang besi
 Logistik  Tukang cat
 Mandor  Tenaga pembantu
 Tukang batu  Sopir
 Tukang kayu  Penjaga

2) Mobilisasi material dan peralatan


Bahan dan material bangunan direncanakan akan mengambil dari daerah sekitar,
hal tersebut untuk mendapatkan efisiensi dan akan lebih mudah dalam
pengangkutannya. Bahan-bahan material lain seperti batu bata diambil dari
lokal. Saat pengiriman bahan material ke lokasi pembangunan akan digunakan
kendaraan-kendaraan angkut bertonase sedang seperti truk 150 PS dan colt pick
up.

3) Kegiatan persiapan awal terhadap tanah/lahan yang akan dibangun kandang dan
prasarana lainnya
Kondisi lahan eksisting adalah berupa persawahan oleh karena itu, sebelum
dimulainya kegiatan konstruksi perlu dilakukan pembersihan land clearing)
terhadap vegetasi yang tumbuh di areal existing. Kegiatan pembersihan lahan
dan material sisa sampah (land clearing) bertujuan untuk mempersiapkan secara
fisik lahan yang rencana akan digunakan untuk pondasi bangunan dan prasarana
penunjangnya termasuk untuk pemagaran keliling areal pembangunan. Kegiatan
ini rencana akan dilaksanakan secara manual atau menggunakan tenaga manusia,
dan juga dengan alat berat (excavator).

4) Pembangunan fisik bangunan (super structure and upper structure)


Kegiatan pembangunan sub structure meliputi pemasangan struktur pondasi
bangunan, sloof, saluran drainase SPAH dan septictank. Khusus struktur pondasi
menggunakan pondasi pelat beton dan pondasi pelat lajur. Sedangkan
pembangunan upper structure terdiri atas pemasangan kolom dan balok,
konstruksi dinding bangunan, konstruksi atap dan pemasangan genting.

c. Tahap Operasional
Kegiatan pada tahapan operasional yang diperkirakan akan berdampak terhadap
lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi beberapa kegiatan yaitu :
1) Rekruitmen tenaga kerja operasional produksi
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk operasional Peternakan Ayam
Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP di Desa Kauman adalah 14 orang
yang didominasi oleh tenaga kerja laki-laki. Berdasarkan daerah asal pekerjanya
keseluruhannya dari penduduk lokal.
2) Rutinitas pekerjaan kandang
a) Kegiatan pemeliharaan di kandang ayam DOC (day old chick)
Adalah kegiatan pemeliharaan ayam yang berumur 1 (satu) hari sampai
dengan ayam umur 1 (satu) minggu tidak menjadi permasalahan karena
DOC didatangkan dalam kondisi umur tersebut. Dalam pemeliharaan lebih
banyak dilakukan untuk tujuan penyesuaian kondisi namun tetap dilakukan
seleksi terhadap ayam dengan ketat dan pemberian pakan dengan kadar
protein 18-19%. Hal ini dimaksudkan untuk pertumbuhan frame ayam.
b) Kegiatan di kandang Grower (pertumbuhan)
Adalah kegiatan pembesaran ayam dari umur 1 (satu) minggu sampai umur
5-6 minggu di kandang grower. Pakan yang dipergunakan adalah akan jenis
grower.
c) Kegiatan Masa Layer
Adalah masa ayam mulai bertelur hingga tidak menghasilkan telur.

3) Penggunaan air dan sanitasi


Penyediaan air diperhitungkan dengan mempertimbangkan kapasitas kebutuhan
air untuk aktivitas kandang dan domestik seperti kamar mandi/toilet. Sumber air
bersih direncanakan menggunakan air sumur dalam. Sistem penyediaan air
bersih yang berasal dari sumber air sumur dalam selanjutnya dipompakan
dengan pompa transfer ke bak penampungan air yang diletakkan di lokasi lebih
atas kemudian dialirkan ke seluruh lokasi yang membutuhkan air.

4) Kegiatan pemeliharaan penghijauan


Kegiatan pemeliharaan tanaman terkait dengan faktor estetika dan keindahan
peternakan ayam UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP dengan syarat RTH
30% dari luasan lahan akan terpenuhi mengingat lokasi peternakan di area
persawahan yang kanan kiri peternakan direncanakan akan di tanam pepohonan

5) Hubungan kemasyarakatan
Hubungan baik dengan masyarakat sekitar lokasi usaha sangat penting, karena
tanpa adanya dukungan tersebut, maka usaha yang dilakukan tidak akan berjalan
lancar dan kondusif. Salah satu cara menjaga hubungan baik dengan
masyarakat adalah dengan melakukan program-program yang berlangsung
bersentuhan dengan masyarakat serta ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat.
BAB III
INFORMASI LINGKUNGAN

Untuk mendukung penyusunan UKL-UPL Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA
POULTRY SHOP tim penyusun telah melakukan survey dengan hasil sebagai berikut :

A. ASPEK FISIK - KIMIA


1. Iklim
Keadaan iklim di Kabupaten Ponorogo relatif sama dengan keadaan iklim di daerah lain yaitu
beriklim tropis yang terdiri dari musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan bulanan
tertinggi yang diukur tahun 2019 tertinggi jatuh pada bulan April yaitu sebesar 340 mm,
sedangkan rata-rata hujan tertinggi yang diukur tahun 2019 berada pada bulan April dan
Desember sebesar 17 hari.

Tabel 3.1. Rata-Rata Curah Hujan Tiap Bulan Menurut Stasiun Penakar Hujan di Kabupaten
Ponorogo Tahun 2019
Lokasi Bulan
Penakar Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Hujan
Ponorogo 135 328 346 409 56 104 - - - 38 110 565
Babadan 120 321 262 248 29 73 - - - 26 97 477
Kesugihan 256 599 410 420 207 51 4 - - 19 493 843
Pulung 257 521 354 361 122 151 - - - 52 514 789
Pudak 280 415 394 482 123 220 8 10 - 60 575 611
Sooko 207 439 283 420 88 93 8 - - 25 319 716
Kauman 73 200 212 179 44 24 - - - - - -
Slahung 62 274 316 339 48 29 - - - 171 61 363
Balong 72 170 235 201 10 78 - - - 87 153 334
Sungkur 75 170 256 320 - 99 - - - 110 130 404
Purwantoro 108 309 220 339 38 134 - - - 76 119 505
Ngebel 200 649 420 251 124 129 6 - - 35 416 748
Talun 177 618 414 746 117 117 - - - 7 399 728
Bollu 123 392 539 799 109 84 - - - 17 255 505
Wilangan 113 297 252 347 54 16 - - - 8 170 644
Ngilo-ilo 93 200 263 255 6 - - - - 90 96 411
Somoroto 112 225 185 195 27 69 - - - 120 103 377
Badegan 172 348 237 397 18 96 - - - 104 215 542
Pohijo 162 222 257 246 25 100 30 - - 61 79 369
Ngrayun - - 180 270 172 61 - - - 128 154 554
Rata-rata 147 357 302 340 75 91 10 10 - 65 235 552

Tabel 3.2. Rata-Rata Hari Hujan Tiap Bulan Menurut Stasiun Penakar Hujan di Kabupaten
Ponorogo
Lokasi Bulan
Penakar Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Hujan
Ponorogo 20 14 14 19 9 1 - - - - 4 18
Babadan 17 10 13 16 8 3 - - - - 4 15
Kesugihan 20 15 11 20 12 - - - - - 4 13
Pulung 20 23 16 21 11 - - - - - 6 20
Pudak 24 21 12 21 16 3 - - - - 4 19
Sooko 23 19 13 20 12 - - - - - 6 21
Kauman 13 17 16 21 13 - - - - - - 15
Slahung 17 16 11 16 4 1 - - - - - 13
Sungkur 17 17 9 15 4 - - - - - 3 14
Purwantoro 19 16 14 15 9 - - - - - - 7
Ngebel 14 16 11 12 6 - - - - - 1 11
Talun 22 18 12 20 16 3 - - - - 5 25
Bollu 21 19 10 18 17 2 - - - - 1 25
Wilangan 21 11 10 20 13 2 - - - - 5 22
Ngilo-ilo 14 10 12 15 5 - - - - - - 12
Somoroto 16 13 9 15 8 1 - - - - 6 13
Badegan 18 12 7 15 7 - - - - - - 12
Pohijo 16 18 13 12 7 - - - - - - 9
Ngrayun 12 10 7 10 5 1 - - - - - 11
Rata-rata 18 16 12 17 10 2 - - - - 4 16

Dari hasil tersebut dapat disampaikan bahwa di wilayah Kabupaten Ponorogo telah mengalami
penurunan baik curah hujan maupun hari hujan. Kejadian semacam ini juga dialami daerah lain
di seluru wilayah Indonesia.

B. ASPEK LINGKUNGAN HAYATI


1. Flora dan Fauna
a. Flora di Lokasi Kegiatan (Tapak Proyek)
Komunitas flora yang terdapat di dalam maupun diluar lingkungan Peternakan Ayam Petelur
UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP adalah komunitas budidaya tanaman pelindung dan
tanaman hias (taman). Mengingat bahwa komunitas flora yag terdapat di lokasi maupun di
lingkungan Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP merupakan
komunitas tumbuhan milik penduduk, maka banyak dijumpai adanya jenis-jenis tumbuhan yang
bervariasi. Dengan adanya tanaman yang cukup membuat suasana hijau di lingkungan hidup
sekitar peternakan juga berfungsi untuk memulihkan pencemaran udara yang terjadi sehingga
suasana di lingkungan peternakan udaranya bersih dan segar. Di lingkungan Peternakan Ayam
Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP tidak ditemukan flora langka yang masuk dalam
daftar tanaman yang dilindungi. Secara rinci jenis flora di wilayah studi pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Jenis Flora di Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP
No Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Pisang Musca paradisiaca
2 Pepaya Carica Papaya
3 Pohon Kersen Muntingia Calabura
4 Rumput jarum Andropogon aciculatus
5 Alang-alang Imperata cylindrica
6 Bayam duri Amaranthus spinosus

b. Fauna
Jenis-jenis fauna liar yang terdapat di lokasi rencana Peternakan Ayam Petelur UD.
POJOK JAYA POULTRY SHOP. Kondisi ini menunjukkan masih terdapat keseimbangan
ekologi di lingkungan rencana peternakan sebagai indikator bahwa lingkungan peternakan belum
banyak menerima beban pencemaran. Kondisi ini harus selalu dipertahankan untuk melindungi
lingkungan hidup yang ada di sekitar lingkungan peternakan. Di lingkungan Peternakan Ayam
Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP tidak ditemukan fauna langka yang masuk dalam
daftar satwa yang dilindungi. Secara rinci dapat disajikan pada tabel 3.6.

Tabel 3.6. Jenis Fauna yang Terdapat di Wilayah Studi 2019


No Nama Lokal Nama Ilmiah Sumber Informasi
Pengamatan Wawancara
1 Ulat daun Spodoptera Frugiperda  
2 Ular Serpents 
3 Sriti Hirundo Rustica 
4 Kadal Mabuia multifasciata 
5 Belalang Caelifera 
6 Cicak Gymnodactylus 
7 Kodok Bufa melonotiws 
8 Emprit Sancuc murinus 
C. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
1. Demografi dan Kependudukan
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data Kecamatan Kauman Dalam Angka 2018 yang diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik berdasarkan data Kecamatan Kauman, Desa Kauman memiliki
jumlah penduduk 6.182 jiwa yang terdiri dari laki-laki 3.130 jiwa dan perempuan 3.052
jiwa. Dengan luas wilayah 385 Ha yaitu 9,24 % dari luas wilayah Kecamatan Kauman,
maka kepadatan penduduk adalah 1.606 jiwa/km2. Desa Kauman memiliki 6 Dusun, 13
RW dan 36 RT.
Tabel 3.7. Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian
No Jenis pekerjaan Jumlah
1 Pertanian 1.124
2 Pertambangan dan Penggalian 44
3 Industri Pengolahan 72
4 Konstruksi 16
5 Perdagangan 142
6 Jasa 1.920
7 Transportasi 40
Sumber/Source : Kecamatan Kauman Dalam Angka 2018

b. Pendidikan
Fasilitas pendidikan dan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa
Kauman adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8. Fasilitas Pendidikan
No Jenis Sekolah Jumlah Guru Murid
1 SD Negeri 2 27 194
2 SD Swasta - - -
3 MI Negeri - - -
4 MI Swasta - - -
5 SMP Negeri - - -
6 SMP Swasta - - -
7 MTS Negeri - - -
8 MTS Swasta 1 30 231
9 SMA Negeri 1 11 245
10 SMA Swasta - - -
11 SMK Negeri - - -
12 SMK Swasta - - -
13 MA Negeri - - -
14 Ma Swasta 1 31 251
Sumber/Source : Kecamatan Kauman Dalam Angka 2018
c. Agama
Pada umumnya masyarakat di wilayah studi memeluk agama islam, sedangkan
yang pemeluk agama lain seperti katholik, protestan, hindu dan budha jumlahnya cukup
kecil. Kehidupan antar umat beragama di wilayah ini dapat dikatakan cukup harmonis.
Oleh karena peranan para tokoh masyarakat / agama dan petugas. Hal ini dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.9. Pemeluk Agama


No Agama Jumlah
1 Islam 5.878
2 Kristen 15
3 Katolik 5
4 Hindu -
5 Budha -
6 Lainnya -
Jumlah 5.897

Sarana ibadah yang dimiliki Desa Kauman dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.10. Sarana Ibadah


No Agama Jumlah
1 Masjid 6
2 Mushola 27
3 Gereja -
4 Pura -
5 Vihara/Klenteng -

d. Sosial
Fasilitas Kesehatan di Desa Kauman dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.12. Fasilitas Kesehatan
No Jenis fasilitas Jumlah
1 Rumah Sakit -
2 Puskesmas 1
3 Puskesmas pembantu -
4 Balai Pengobatan -
6 Dokter praktek swasta 2
7 Bidan praktek swasta 2
8 Polindes 1
9 Posyandu 8
Jumlah 14
Tabel 3.13. Petugas Kesehatan
No Tenaga ahli Jumlah
1 Tenaga Medis 2
2 Tenaga Keperawatan 14
3 Tenaga Kebidanan 1
4 Tenaga Kefarmasian 1
Jumlah 18

Tabel 3.14. 10 Besar Penyakit di Puskemas Kauman tahun 2018


No Jenis penyakit Jumlah
1 Penyakit pada sistem otot 3991
2 Penyakit infeksi lain pada saluran pernafasan bg atas 2557
3 Penyakit infeksi akut lain pada saluran penapasan atas 2433
4 Penyakit tukak lambung gastritis 2027
5 Penyakit hipertensi / tekanan darah tinggi 2016
6 Penyakit kencing manis 1233
7 Penyakit gusi daan jaringan prodental 1065
8 Penyakit kulit karena alergi 1039
9 Pemyakit karena infeksi 859
10 Penyakit asma / sesak nafas 347
Jumlah 17.567
Sumber : Data Puskesmas Kauman tahun 2017

e. CSR

Tanggung jawab sosial perusahaan / CSR terhadap lingkungan / masyarakat sekitar


Desa Kauman yaitu memberikan bantuan dana untuk kegiatan sosial, keagamaan maupun
peringatan Hari Kemerdekaan.

f. Kelengkapan Ijin
Tabel 3.15 Kelengkapan Ijin
No Kelengkapan formal Keterangan
1 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) kecil Nomor 503/997/2016
2 Ijin Undang-Undang gangguan (H.O.) Nomor 503/02/405.16/2017
3 Tanda Daftar Perusahaan Perorangan (TDP) 13.15.5.47.00102 berlaku s/d tanggal 30 Desember 2021
4 Sertifikat Hak Milik Nomor 66 dan 694
BAB IV

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN,


UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL) SERTA UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL)

A. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN RENCANA USAHA DAN/ATAU


KEGIATAN

Dampak lingkungan yang terjadi karena pembangunan dan operasional Peternakan


Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP berupa dampak potensial yang bersifat
negatif maupun positif. Dampak pembangunan dan operasional ditinjau berdasarkan aspek
fisik-kimia, aspek biologi, dan aspek sosial, ekonomi, budaya serta aspek kesehatan
masyarakat pada setiap tahapan kegiatan yang dilakukan pada pembangunan perusahaan
tersebut. Berbagai dampak pada komponen lingkungan akibat pembangunan dan operasional
UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP berdasarkan tahapan kegiatan yang dilaksanakan
meliputi : aspek fisik kimia, aspek biologi, dan aspek sosial ekonomi, budaya serta aspek
kesehatan masyarakat pada setiap tahapan kegiatan yang dilakukan.

1. Dampak Terhadap Komponen Fisik Kimia.

a. Polusi Udara (bau)


Polusi udara (bau) sangat mengganggu masyarakat yang ada di sekitar kandang
peternakan ayam. Hal ini dikarenakan kurangnya manajemen dalam pengelolaan
limbah dan lalu lintas ayam pasca panen. Dampak ini dalam skala yang luas akan
sangat meresahkan warga karena limbah peternakan ayam tersebut menimbulkan
bau yang tidak sedap. Bau yang tidak sedap ini berasal dari kandungan gas amonia
yang tinggi yang terbentuk dari penumpukan feses yang masih basah dalam
kondisi anaerob. Gas amonia mempunyai pengaruh buruk terhadap manusia dan
ternak, hal ini dapat di lihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Pengaruh Gas Amonia pada Manusia dan Ternak

Kadar ammonia (ppm) Gejala/pengaruh yang ditimbulkan pada


manusia dan ternak

5 Kadar paling rendah yang tercium baunya

6 Mulai timbul iritasi pada selaput mata dan


saluran napas
11 Penurunan produktivitas ayam

25 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 8


jam
35 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama
10 jam
40 Mulai menyebabkan sakit kepala, mual, hilang
nafsu makan pada manusia
50 Penurunan drastis produktivitas ayam dan
terjadi pembengkakkan
Fabricious

Ada banyak cara untuk mengatasi permasalahan bau yang ditimbulkan feses ayam
broiler antara lain: penggunaan zeolit pada pakan, penambahan kapur pada
kotoran dan penggunaan mikroba probiotik starbio pada pakan. Penggunaan
zeolit lebih dari 4% dalam pakan, memberikan kemungkinan yang lebih besar
dalam menurunkan pembentukan gas amonia, tetapi perlu diperhatikan efek
samping dari penggunaan zeolit yang lebih tinggi. Penambahan kapur 1% dan
3% pada kotoran ayam dapat mengurangi gas amonia. Sedangkan penggunaan
mikroba starbio sebanyak 0,025%-0,05% pada pakan dapat menurunkan kadar
amonia dilingkungan kandang. Untuk menurunkan bau kotoran ayam dan
mengurangi kepadatan lalat bisa menggunakan Effective Organisme Sucimanah
(2002).

Permasalahan bau juga dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah ternak berupa
kotoran ayam yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk. Setiap usaha
peternakan baik itu berupa sapi, ayam, kambing, kuda maupun babi akan
menghasilkan kotoran yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, sehingga
banyak petani menggunakannya sebagai pupuk dasar. Kotoran yang dihasilkan oleh
ternak ada dua macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk yang telah
membusuk. Pupuk kandang segar adalah kotoran yang dikeluarkan oleh ternak
sebagai sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan sedangkan
pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah disimpan
lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh jasad
renik (mikroorganisme) yang ada dalam permukaan tanah.

Pupuk kandang sangat bermanfaat bagi para petani karena memiki keunggulan:
menambah zat atau unsur hara dalam tanah, mempertinggi kandungan humus di
dalam tanah, mampu memperbaiki struktur tanah, dan mendorong atau memacu
aktivitas kehidupan jasad renik dalam tanah. Gasbio adalah campuran beberapa
gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan
organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4)
dan gas karbondioksida (CO2). Produksi gas bio dapat digunakan untuk memasak,
penerangan. Pembentukan gasbio melalui tiga tahap dan pada situasi anaerob yaitu
tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis
terjadi pelarutan bahan organik dan pencernakan bahan organik yang komplek
menjadi sederhana, perubahan bentuk primer menjadi monomer. Pada tahap
pengasaman komponen monomer akan menjadi bahan makanan bakteri pembentuk
asam, sehingga menghasilakan asam asetat, propionate, format, laktat, alcohol dan
sedikit butirat, gas karbondioksida, hydrogen dan amoniak.

b. Peningkatan Resiko Kerusakan Jalan


Dampak yang mungkin timbul dari aktifitas pembangunan konstruksi dan
operasional peternakan terhadap resiko kerusakan jalan dan infrastruktur jalan
lainnya dimungkinkan terjadi karena adanya pengangkutan alat berat dan material
pada tahap konstruksi dan pengangkutan pakan dan hasil produksi pada tahap
operasional. Kuantitas dan intensitas pengangkutan yang tidak dikelola dengan baik
akan meningkatkan resiko kerusakan. Salah satu cara untuk mengatasi dampak ini
adalah dengan mengatur tonase kendaraan angkut yang diusahakan sesuai dengan
tonase jalan menuju ke lokasi.

c. Penurunan Tingkat Kenyamanan


Adanya limbah yang dihasilkan, peningkatan pencemaran udara akibat bau,
kebisingan hilir mudik angkutan berpotensi mengganggu tingkat kenyamanan
warga masyarakat sekitar lokasi usaha dan sekitar akses jalan keluar–masuk lokasi.
Tanpa pengelolaan yang baik tentu dampak–dampak ini akan menimbulkan
penurunan tingkat kenyamanan yang apabila sudah melampaui batas kewajaran
dapat menimbulkan masalah sosial.

2. Dampak Terhadap Komponen Biologi.

Salah satu dampak terhadap komponen biologi adalah timbulnya lalat. Lalat timbul
karena kurangnya kebersihan kandang ayam. Lalat adalah jenis serangga yang berasal
dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Lalat ini dapat menimbulkan berbagai masalah
seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat,
mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, mencairkan feses atau kotoran
ayam yang berakibat meningkatnya kadar ammonia dalam kandang. Lalat juga
meresahkan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang dekat dengan
peternakan sehingga menimbulkan protes warga. Oleh karena itu, diperlukan upaya
untuk mengurangi keberadaan lalat.

Ada banyak jenis lalat yang ada di permukaan bumi ini, tapi yang paling banyak
merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (musa domestika), lalat hijau (lucilia),
lalat biru (calliphora vumituria), dan lalat latrine (fannia cunicularis). Selain
mengganggu pemandangan lalat juga menimbulkan banyak berbagai penyakit
misalnya; desentri, diare, thypoid dan colera. Penyebaran bibit dari berbagai penyakit
itu hampir sama yaitu dibawa oleh lalat yang berasal dari sampah, kotoran manusia
atau hewan, terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain
dari lalat lalu hinggap pada makanan manusia. Umumnya gejala dari penyakit ini adalah
perut sakit, gangguan pada usus, demam tinggi, sakit kepala dan berak darah

Keberadaan lalat dapat diberantas dengan cara biologis, kimiawi, elektrik dan tekhnis.
Secara biologis yaitu pemberantasan yang melibatkan makhluk lainnya yang
merupakan predator lalat, contohnya kumbang parasit, lebah. Cara biologis lainnya
dengan menggunakan hormone serangga sintesis yang dicampurkan ke dalam pakan
ternak. Pemberantasan lalat secara kimiawi dengan menggunakan berbagai macam
racun serangga yang efektif dalam membunuh lalat. Secara elektrik yaitu dengan
menggunakan lampu neon yang memiliki daya tarik pandangan lalat, sehingga lalat
yang mendekati lampu akan tersetrum aliran listrik dan mati. Sedangkan secara teknis
yaitu menggunakan alat penangkap lalat yang paling sederhana hingga modern. Selain
usaha tersebut di atas, keberadaan lalat juga dapat diatasi dengan memelihara kotoran
ayam agar tetap kering dan secara mekanik yaitu dengan biosekuriti yang meliputi
manajemen kebersihan (pembersihan dan disenfeksi kandang, terutama setelah panen)
dan manajemen sampah (pembuangan litter, kotoran dan bangkai ayam).

3. Dampak Terhadap Komponen Ekonomi.


Kegiatan usaha peternakan ayam yang sedang diusahakan ini tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap komponen ekonomi bahkan sebaliknya akan menimbulkan
dampak-dampak yang positif pada komponen-komponen ekonomi masyarakat sekitar
karena : adanya penyerapan tenaga kerja, peningkatan aktifitas ekonomi pekerja baik
selama masa konstruksi sampai dengan operasionalnya.

4. Dampak Terhadap Komponen Sosial dan Budaya.


Kegiatan usaha peternakan ayam yang sedang diusahakan ini secara umum tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap komponen sosial budaya karena dari tahap
konstruksi sampai dengan operasional, aktifitas yang terjadi adalah aktifitas-aktifitas
fisik bukan aktifitas budaya. Namun demikian dampak terhadap komponen sosial
budaya ini tetap akan dikelola dengan baik.
5. Dampak Terhadap Komponen Kesehatan Masyarakat.
Salah satu dampak terhadap komponen kesehatan masyarakat adalah adanya
kekhawatiran menyebarnya virus flu burung Avian Infuenza (H5N1). Pemberian
pedoman pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular
Influenza pada unggas akan ditingkatkan kewaspadaannya sehingga apabila dampak ini
terjadi dapat diambil tindakan secara dini apabila ditemukan adanya unggas yang mati
akibat virus Avian Influenza (AI). Sebagaimana diketahui bahwa gelala-gejala flu
burung pada unggas adalah sebagai berikut; terjadi pembengkakan pada jengger, pial
dan kelopak mata; warna kebiruan (sianosis) pada jengger dan pial; perdarahan di
bawah kulit pada daerah kaki (tungkai, telapak kaki) dan bagian badan yang tidak
berbulu sehingga tampak kemerah-merahan; keluar cairan (eksudat) dari hidung yang
jernih dan kadang-kadang bercampur dengan darah; perdarahan titik (petechie) pada
daerah dada, kaki dan telapak kaki; batuk bersin dan ada suara ngorok; kadang kala
unggas mengalami diare; penurunan produksi pertumbuhan; dan penurunan nafsu
makan.
Selain usaha pengobatan, usaha untuk pencegahan penyebaran virus flu burung ini
adalah dengan cara menjaga kesehatan makanan, cuci tangan dengan air sabun setelah
kontak dengan unggas dan produk unggas lainya baik sebelum makan maupun sesudah
makan, menggunakan bibit ayam yang sehat, dan menghindari kontak dengan sumber
yang terinfeksi.
Tabel 4.2

Identifikasi Dampak yang Diperkirakan Akan Terjadi

Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

TAHAP PRA KONSTRUKI


1.Kegiatan survey lapangan Persepsi negative masyarakat
Relative kecil, yaitu tidak
dan sosialisasi pada berpotensi menimbulkan
berdampak luas secara sosial
masyarakat sekitar keresahan sosial ekonomi karena lokasi sekitar
pemilik lahan peternakan adalah area
persawahan
2.Kegiatan pembebasan Ketidakpuasan masyarakat Tidak berdampak karena tanah
dan perubahan lahan dari atas pembayaran dan system lokasi peternakan adalah milik
lahan pertanian menjadi pembayaran yang dilakukan sendiri dan senatiasa melibatkan
lahan peternakan warga masyarakat dan pemerintah
desa dalam perkembangan
perubahan penggunaannya
TAHAP KONSTRUKSI
1. Mobilisasi Peralatan dan Penurunan kualitas udara Pada tahap konstruksi
material sekitar lokasi pembangunan diperkirakan dapat menyebabkan
dalam bentuk peningkatan peningkatan jumlah debu di udara
partikel udara sekitar lokasi peternakan hingga
mencapai 5 % dari kondisi awal
pada musim kemarau normal
Timbulnya kebisingan Kendaraan angkutan material
berupa truck dengan beban 12 ton
berpotensi menimbulkan
kebisingan selama tahap
konstruksi dan tahap operasional
Peningkatan beban kepadatan Kendaraan angkutan truck dan
lalu lintas lainnya selama masa konstruksi
dengan beban 12 ton
mengakibatkan peningkatan
resiko kerusakan jalan dan
kepadatan lalu lintas
2. Mobilisasi Tenaga Kerja Peningkatan peluang kerja Sekitar 14 orang tenaga kerja
bagi masyarakat sekitar bangunan
Potensi kecemburuan sosial Potensi konflik sosial karena tidak
ikut dipekerjakan cukup besar
karena tenaga kerja yang
dibutuhkan relative banyak dalam
pembangunan
3. Pembangunan Berkurangnya lahan resapan Hilangnya kapasitas resapan tanah
Perusahaan/tahapan akibat pembangunan akibat pembangunan perusahaan
konstruksi perusahan pada lahan seluas 7.135 m2
dimana sebagian besar sekitar 70
% merupakan bangunan
Peningkatan kebisingan Pada tahap konstruksi terjadi
akibat intensitas aktivitas peningkatan kebisingan di sekitar
pembangunan lokasi
Penurunan sanitasi Pembuangan sampah dan limbah
lingkungan yang tidak pada tempatnya
berpotensi untuk menurunkan
sanitasi lingkungan sekitar
4. Demobilisasi Tenaga Keresahan masyarakat Tingkat keresahan masyarakat
Kerja akibat dari demobilisasi pekerja
karena telah selesainya proyek
kegiatan pembangunan
berdampak pada pengurangan
pendapatan masyarakat.
TAHAP OPERASIONAL
1. Rekrutmen tenaga kerja Peningkatan peluang kerja Sekitar 14 orang tenaga kerja
bagi warga masyarakat lokal operasional kandang
sekitar
Peningkatan pendapatan Sejumlah 14 orang masyarakat
masyarakat sekitar mendapatkan tambahan
penghasilan sesuai UMK
Potensi kecemburuan sosial Potensi konflik sosial karena tidak
ikut dipekerjakan relative kecil
karena tenaga kerja yang
dibutuhkkan relative kecil
2.Rutinitas pekerjaan Resiko penurunan kualitas air Besarnya limbah yang dihasilkan
kandang relative cukup besar karena
intensitas rutinnya
Resiko penurunan kuantitas Besarnya penggunaan air untuk
air permukaan operasional peternakan baik untuk
kebutuhan kandang atau
kebutuhan domestic dapat
menyebabkan penurunan muka air
tanah di sekitar lokasi peternakan
Kecelakaan kerja Relative kecil bila karyawan
menerapkan SOP yang telah
ditetapkan
Penurunan kesehatan Besarnya resiko penurunan
karyawan kesehatan karyawaan cukup
dinamis tergantung posisi dan
situasi
3. Sanitasi dan Penggunaan Tingkat kebersihan Relative kecil berpengaruh
Air terhadap kenyamanan dan
kesehatan pekerja
Tingkat kebersihan alat kerja Relative kecil berpengaruh
dan area peternakan terhadap kenyamanan dan
kesehatan pekerja
Resiko pencemaran air 100 m3 limbah cair yang
permukaan akibat dihasilkan
pembuangan limbah cair
Penurunan muka air tanah Relative besar karena penggunaan
air dalam jumlah yang besar
4. Transportasi dan Parkir Peningkatan kebisingan dan Cukup kecil terutama karena
tingkat kemacetan lalu lintas jumlah karyawan yang sedikit
akibat transportasi karyawan
Peningkatan kebisingan dan Cukup kecil terutama karena
tingkat kemacetan lalu lintas jumlah karyawan yang kecil
akibat mobilisasi material
bahan baku dan produk akhir
Peningkatan kerusakan jalan Relative kecil
5. Hubungan Persepsi negative masyarakat Relative kecil
Kemasyarakatan
Keresahan masyarakat Relative kecil
Konflik sosial Hubungan pekerja dengan
pengusaha, perusahaan dan
mayarakat berpotensi relative
kecil untuk menjadi konflik sosial
Kesempatan berusaha Operasional peternakan
memberikan peluang kepada
masyarakat sekitar untuk
membuka usaha
6. Manajemen dan Perubahan sosial (masuknya Secara kualitatif relatif kecil yaitu
Ketenagakerjaan kultur peternakan modern hanya sekitar 1 - 5% dari total
pada masyarakat agraris Desa karyawan yang melakukan
Kauman) tidak berpotensi migrasi dari kediaman asal ke
menimbulkan keresahan lokasi baru sekitar areal lokasi
sosial peternakan
Peningkatan kepadatan Relative kecil kontribusi hanya
penduduk pada lokasi-lokasi sekitar kurang dari 1% dari
sekitar lokasi peternakan kepadatan awal
berpotensi menimbulkan
keresahan sosial
Produksi limbah cair dari Estimasi beban limbah cair 15 m3
toilet/kamar mandi per hari. Estimasi beban limbah
cair septictank 20 – 30 m3 per
bulan
Peningkatan pendapatan Sekitar 14 orang tenaga kerja
operasional kandang dan
administrasi
TAHAP PASCA OPERASI
Perluasan lokasi peternakan Rekondisi lahan Luas lahan yang beralih fungsi
kearah yang lebih baik
Berhentinya Operasional Penghentian tenaga kerja dan Jumlah Karyawan yang
kegiatan Peternakan Ayam berusaha dihentikan / pemutusan hubungan
Petelur UD. POJOK JAYA kerja dan berhentinya kegiatan
POULTRY SHOP peternakan di sekitar lokasi
kegiatan

B. BENTUK UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)

Untuk meminimalisasi dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif yang terjadi
akibat kegiatan Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP di Desa
Kauman, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, perlu dilakukan
pengelolaan lingkungan secara konsisten. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan cara-
cara pendekatan yang baik dan tepat guna serta didasarkan atas sifat ekonomi, kemudahan
pengoperasian dan sifat efektifitasnya. Dampak yang dikategorikan dalam dampak positif
akan ditingkatkan secara maksimal. Sedangkan dampak negatif yang diperkirakan akan
terjadi diminimalisir sehingga kelestarian fungsi lingkungan dapat terjaga.

Upaya pengelolaan lingkungan pada rencana usaha/kegiatan dilakukan terhadap komponen


lingkungan yang terkena dampak. Komponen-komponen lingkungan yang terkena dampak
meliputi 4 aspek yaitu aspek yaitu fisik-kimia, biologi, sosial, ekonomi budaya dan
kesehatan masyarakat. Upaya pengelolaan lingkungan hidup untuk rencana usaha/kegiatan
Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP meliputi :
Tabel 4.3

Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sumber Dampak Jenis Dampak Upaya Lokasi Periode


Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1.kegiatan survey Persepsi negatif Melakukan Lokasi Pada saat survey
lapangan dan masyarakat sosialisasi dengan peternakan lokasi peternakan
sosialisasi pada berpotensi warga masyarakat Desa Kauman
masyarakat sekitar menimbulkan Kec. Kauman
keresahan sosial
2.kegiatan Ketidakpuasan Menjalin Lokasi sekitar
pembebasan dan masyarakat atas komunikasi dan rencana
perubahan lahan pembayaran dan menjaga hubungan peternakan
dari lahan pertanian sistem baik dengan warga
menjadi lahan pembayaran masyarakat
peternakan yang dilakukan disekitar lokasi
peternakan
Memperhatikan Lokasi di
aspirasi warga sekitar rencana
masyarakat
peternakan
khususnya yang
terkait dengan
akses dan
kepentingan
mereka terhadap
lokasi peternakan
TAHAP KONSTRUKSI
1. Mobilisasi Penurunan Pengangkutan Lokasi Setiap
Peralatan dan kualitas udara material bahan peternakan dan pengangkutan
material sekitar lokasi bangunan dan sepanjang ruas mterial dan
pembangunan konstruksi dalam jalan bahan bangunan
dalam bentuk keadaan tertutup pengangkutan
peningkatan dan tapak roda
partikel di udara pengangkut dalam
kondisi bersih
sehingga tidak
menimbulkan debu
dan ceceran
material pada jalan
sekitar lokasi
peternakan
Timbulnya Pemakaian Lokasi Pada saat
kebisingan kendaraan yang peternakan dan pelaksanaan
masih layak pakai sepanjang ruas konstruksi
sehingga jalan
mengurangi pengangkutan
kebisingan
Peningkatan Diusahakan Sepanjang ruas Pada saat
beban kepadatan pengangkutan jalan pengangkutan
lalu lintas material tidak pada pengangkutan
jam-jam sibuk
Mengatur dan Bahu jalan Setiap kegiatan
melarang sepanjang ruas pengangkutan
kendaraan jalan
pengangkut pengangkutan
melakaukan
bongkar muat di
luar area
peternakan
Kendaraan Sepanjang ruas Setiap saat
pengangkut jalan kegiatan
menyesuaikan pengangkutan pengangkutan
muatannya dengan
tonase jalan
sehingga
mengurangi resiko
kerusakan jalan
Menempatkan Ruas jalan Setiap saat
tenaga pengatur pengangkutan kegiatan
lalu lintas pada tertentu pengangkutan
lokasi yang rawan
2. Mobilisasi Tenaga Peningkatan Mengatur jam Desa Kauman Setiap
Kerja peluang kerja keluar masuk Kec. Kauman penerimaan
bagi masyarakat karyawan tenaga kerja
sekitar
Potensi Melakukan Desa Kauman, Setiap
kecemburuan rekrutmen secara Kec. Kauman penerimaan
sosial terbuka tenaga kerja
Melakukan Desa Kauman, Setiap
sosialisasi yang Kec. Kauman penerimaan
berkaitan dengan tenaga kerja
rekrutmen
karyawan
3. Pembangunan Berkurangnya Meletakkan Lokasi Selama tahap
Perusahaan/tahapa lahan resapan bangunan pada pembangunan pembangunan
n konstruksi akibat lokasi yang peternakan fisik
pembangunan memungkinkan
perusahaan terjadi resapan
tanah akibat
pembangunan
Peningkatan Mengatur jadwal Lokasi Selama tahap
kebisingan akibat kerja pada jam pembangunan pembangunan
intensitas normal sekitar peternakan fisik
aktivitas lokasi
pembangunan pembangunan pada
jam 08.00 – 16.00
Penurunan Menyediakan Lokasi Selama tahap
sanitasi tempat sampah pembangunan pembangunan
lingkungan domestik dan peternakan fisik
tempat sampah
yang cukup
4. Demobilisasi Keresahan Melakukan Lokasi sekitar Pada saat tahap
Tenaga Kerja masyarakat sosialisasi kepada pembangunan akhir pelaksanan
warga masyarakat peternakan pembangunan
sekitar
TAHAP OPERASIONAL
1. Rekrutmen Tenaga Peningkatan Melakukan Lokasi sekitar Selama tahap
Kerja peluang kerja rekrumen dengan peternakan rekrutmen
bagi warga prioritas tenaga
masyarakat kerja lokal
sekitar
Peningkatan Melakukan Lokasi sekitar Selama tahap
pendapatan sosialisasi kepada peternakan operasional
masyarakat warga masyarakat
sekitar
Potensi Melakukan Lokasi sekitar Selama tahap
kecemburuan sosialisasi kepada peternakan operasional
sosial warga masyarakat
sekitar
2. Rutinitas Pekerjaan Resiko Melakukan Sumur sekitar Secara rutin
Kandang penurunan disinfectan dengan lokasi setiap minggu
kualitas air cara chlorine peternakan
diffuser ke dalam
sumur dalam
Membuat sistem Lokasi titik Sekali disertai
saluran pembuangan perawatan
pembuangan limbah
limbah
Resiko Memasang tangki Lokasi Sekali disertai
penurunan penampung air peternakan perawatan
kualitas air yang dilengkapi
permukaan dengan switch
on/off otomatis
sehingga
penggunaan air
dapat terkontrol
Membuat sumur Lokasi Sekali disertai
resapan dan lubang peternakan perawatan
biopori agar air
hujan bisa meresap
ke dalam tanah
Resiko Menanam tanaman Lokasi Sekali disertai
penurunan yang berfungsi peternakan perawatan
kualitas udara, sebagai penangkap
bau, debu dan debu maupun bau
kebisingan di sekitar
peternakan
Mengusahakan Lokasi Setiap hari
agar kondisi peternakan
kotoran selalu
dalam kondisi
kering sehingga
tidak menimbulkan
bau, apabila
kotoran basah
maka cepat
ditambahkan
gamping agar cepat
mengering dan
tidak menimbulkan
bau
Dilakukan Lokasi Tiga hari sekali
penyemprotan peternakan
disinfectan secara
rutin
Ayam yang mati di Lokasi Sekali disertai
kubur peternakan perawatan
Kecelakaan kerja Membuat papan Lokasi Sekali disertai
pengumuman yang peternakan perawatan
berisi pentingnya
keselamatan kerja
Melaksanakan Lokasi Setiap hari
ketentuan dalam peternakan
K3 termasuk dalam
penggunaan APD
yang diperlukan
Melengkapi semua Lokasi Sekali di awal
sarana dan peternakan operasional dan
prasarana APD disertai
yang diperlukan perawatan
dalam peternakan
seperti safety
shoes, kaus tangan
dan helm
Memberikan Lokasi Setiap hari
jaminan tenaga peternakan
kerja yang
merupakan hak
pekerja berupa
BPJS
ketenagakerjaan
Penurunan Mewajibkan bagi Lokasi Setiap hari
kesehatan seluruh karyawan peternakan
karyawan menggunakan APD
dalam setiap
pekerjaannya
Melakukan Lokasi Setiap hari
biosecurity bagi peternakan
setiap karyawan
maupun
pengunjung
peternakan dan
pada tempat
tertentu dilakukan
fumingisasi
Melengkapi sarana Lokasi Setiap hari
dan prasarana peternakan
kesehatan sebagai
lengkah awal
apabila ada yang
sakit
Memberikan Lokasi Setiap tahun
jaminan kesehatan peternakan
bagi karyawan
dengan
mengikutsertakan
pada BPJS
kesehatan
3. Sanitasi dan Tingkat Melakukan
Penggunaan Air kebersihan pembersihan
kandang secara
rutin dan teratur
Menyediakan
tempat sampah
yang cukup
Limbah padat
berupa kotoran
ayam segera
dilakukan
pembersihan
Tingkat Pembersihan dan Lokasi Setiap saat alat
kebersihan alat sterilisasi alat kerja peternakan kotor dan
kerja dan area dengan memerlukan
peternakan menggunakan pembersihan
cairan disinfectan
Resiko Pembuatan septic Lokasi Setiap bulan
pencemaran air tank dan saluran penampungan
permukaan pembuangan limbah
akibat limbah kedap air
pembuangan
limbah cair
Penurunan muka Membuat bak Lokasi Awal kegiatan
air tanah penampungan air peternakan operasional
Penghematan Lokasi Setiap hari
penggunaan air peternakan
dengan memakai
air secukupnya dan
tidak berlebihan
4. Transportasi dan Peningkatan Mengatur dan Sepanjang Setiap kali
parkir kebisingan dan melarang bahu jalan pengangkutan
tingkat kendaraan sekitar lokasi pakan atau hasil
kemacetan lalu perusahaan atau peternakan produksi
lintas akibat rekanan parkir di
transportasi badan jalan dan
karyawan melakukan bongkar
muat di luar area
perusahaan
Memasang Lokasi Setiap hari
penerangan jalan peternakan dan
sepanjang jalan akses jalan
masuk ke masuk
peternakan
sehingga jalan
aman dilalui pada
malam hari
Peningkatan Kendaraan yang Sepanjang Setiap hari
kerusakan jalan mengangkut pakan jalur jalan
dan hasil produksi keluar/masuk
harus sesuai
dengan tonase
jalannya sehingga
resiko kerusakan
jalan dapat
diminimalisir
5. Hubungan Persepsi negatif Melakukan Sekitar lokasi Selama
Kemsyarakatan masyarakat pertemuan rutin peternakan operasional
dengan masyarakat,
pengurs RT/RW,
dan Desa
Keresahan Ikut terlibat secara Sekitar lokasi Selama
masyarakat aktif pada kegiatan peternakan operasional
yang dilaksanakan
di sekitar lokasi
peternakan
Konflik sosial Menjaga hubungan Sekitar lokasi Selama
baik dengan peternakan operasional
karyawan, antar
karyawan, dan
dengan warga
masyarakat sekitar
peternakan
Membangun sarana Sekitar lokasi Awal oerasional
ibadah yang peternakan dan pemeliharaan
memadai selama
operasional
Kesempatan Memberikan Sekitar lokasi Selama
berusaha peluang kepada peternakan operasional
masyarakat sekitar
untuk membuka
usaha
6. Manajemen dan Perubahan sosial Memberikan Sekitar lokasi Selama
Ketenagakerjaan (masuknya kultur sosialisasi kepada peternakan operasional
peternakan warga masyarakat
modern pada yang terrdampak
masyarakat
agraris Desa
Kauman) tidak
berpotensi
menimbulkan
keresahan sosial
Peningkatan Memberikan Sekitar lokasi Selama
kepadatan sosialisasi kepada peternakan operasional
penduduk pada warga masyarakat
lokasi-lokasi yang terrdampak
sekitar lokasi
peternakan
berpotensi
menimbulkan
keresahan sosial
Produksi limbah Membangun sarana Di yang layak Selama
cair dari MCK dengan pada lokasi operasional
toilet/kamar beban limbah cair peternakan
mandi 15 m3 per hari.
Estimasi beban
limbah cair
septictank 20 – 30
m3 per bulan
Membangun sarana Di yang layak Selama
pengolah limbah pada lokasi operasional
domestik berupa peternakan
septic tank yang
kedap air
Peningkatan Sosialisasi kepada Sekitar lokasi Setiap saat
pendapatan warga masyarakat peternakan diperlukan
sekitar lokasi
peternakan

TAHAP PASCA OPERASI


1. Perluasan lokasi Rekondisi lahan Melakukan rekondisi Lokasi Apabila diperlukan
peternakan lahan ke keadaan peternakan
semula
2. Berhentinya Penghentian Memberikan Lokasi Apabila diperlukan
operasional tenaga kerja dan pengertian kepada peternakan
kegiatan Peternakan berusaha karyawan yang
Ayam Petelur UD. dihentikan /
POJOK JAYA dilakukan pemutusan
POULTRY SHOP hubungan kerja dan
berhentinya kegiatan
peternakan di sekitar
lokasi kegiatan
Tabel 4.4

MATRIKS UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL)
PETERNAKAN AYAM PETELUR UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP

SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE PELAKSANA PENGAWAS
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. kegiatan Persepsi Tidak Melakukan Lokasi Pada saat survey Observasi dan Lokasi Pada saat survey UD. POJOK - Kepala Desa
survey negatif berdampak sosialisasi dengn peternakan Desa lokasi peternakan Desa lokasi JAYA Kauman
wawancara
lapangan dan masyarakat luas secara warga masyarakat Kauman Kec. peternakan Kauman Kec. peternakan POULTRY - Tim perizinan
sosialisasi sosial
berpotensi Kauman Kauman SHOP
pada ekonomi
masyarakat menimbulkan karena
sekitar dan keresahan lokasi
pemilik lahan sosial sekitar
peternakan
adalah area
persawahan
2. kegiatan Ketidakpuasa Tidak Menjalin Lokasi di sekitar Observasi dan Lokasi di sekitar Pada saat UD. POJOK Kepala Desa
pembebasan n masyarakat berdampak komunikasi dan rencana rencana pembebasan JAYA Kauman
wawancara
dan perubahan atas karena tanah menjaga peternakan peternakan lahan dan POULTRY
lahan lokasi
pembayaran hubungan baik perubahan SHOP
pertanian peternakan
menjadi lahan dan system adalah milik dengan warga lahan
peternakan pembayaran sendiri masyarakat di
yang sekitar lokasi
dilakukan peternakan
Memperhatikan Lokasi di sekitar Wawancara Lokasi di sekitar Pada saat UD. POJOK Kepala Desa
aspirasi warga rencana tentang aspirasi rencana dibutuhkan dan JAYA Kauman
masyarakat peternakan masyarakat peternakan diperlukan POULTRY
khususnya yang khususnya yang SHOP
terkait dengan terkait dengan
akses dan akses dan
kepentingan kepentingan
mereka terhadap mereka terhadap
lokasi peternakan lokasi peternakan
TAHAP KONSTRUKSI
1. Mobilisasi Penurunan Pada tahap Lokasi Setiap Pengamatan dan Lokasi Setiap UD. POJOK Dinas
Peralatan kualitas udara konstruksi peternakan dan pengangkutan wawancara peternakan dan pengangkutan JAYA Lingkungan
dan Material sekitar lokasi diperkirakan sepanjang ruas material dan sepanjang ruas material dan POULTRY Hidup (DLH)
pembangunan dapat jalan bahan bangunan jalan bahan bangunan SHOP Kab. Ponorogo
dalam bentuk menyebabka pengangkutan pengankutan dan Dishub Kab.
peningkatan n Ponorogo
partikel di peningkatan
udara debu
Timbulnya Kendaraan Lokasi Pada saat Pengamatan Lokasi Pada saat UD. POJOK Kepala Desa
kebisingan angkutan peternakan dan pelaksanaan peternakan dan pelaksanaan JAYA Kauman
material sepanjang ruas konstruksi sepanjang ruas konstruksi POULTRY
berupa truck jalan jalan SHOP
dengan pengangkutan pengangkutan
beban 10 ton
berpotensi
menimbulka
n kebisingan
Peningkatan Kendaraan Sepanjang ruas Pada saat Pemantauan dan Sepanjang ruas Pada saat UD. POJOK Kepala Desa
beban angkutan jalan pengangkutan pengamatan jalan pengangkutan JAYA Kauman, Dinas
kepadatan truck dengan pengangkutan pengangkutan POULTRY Lingkungan
lalu lintas beban 10 ton SHOP Hidup (DLH)
mengakibatk Kab. Ponorogo
an kerusakan
jalan dan
kepadatan
lali lintas
2. Mobilisasi Peningkatan Sekitar 14 Desa Kauman Setiap Pengaturan dan Desa Kauman Setiap UD. POJOK Kepala Desa
Tenaga peluang kerja orang tenaga Kec. Kauman penerimaan pencatatan Kec. Kauman penerimaan JAYA Kauman
Kerja bagi kerja tenaga kerja tenaga kerja POULTRY
masyarakat bangunan SHOP
sekitar
Potensi Potensi Desa Kauman Setiap Pengamatan Desa Kauman Setiap UD. POJOK Dinas
kecemburuan konflik Kec. Kauman penerimaan Kec. Kauman penerimaan JAYA Lingkungan
sosial sosial karena tenaga kerja tenaga kerja POULTRY Hidup (DLH)
tidak ikut SHOP Kab. Ponorogo,
dipekerjakan Dinas Tenaga
cukup besar Kerja Kab.
Ponorogo
3. Pembanguna Berkurangnya Hilangnya Lokasi Selama tahap Pengamatan Lokasi Selama tahap UD. POJOK Dinas
n Perusahaan lahan resapan kapasitas pembangunan pembangunan pembanguna pembangunan JAYA Lingkungan
/tahapan akibat resapan peternakan fisik peternakan fisik POULTRY Hidup Kab.
Konstruksi
pembangunan tanah akibat SHOP Ponorogo, Dinas
perusahaan pembanguna Pertanian dan
n perusahaan Perikanan
seluas 7.135
m2 dimana
sebagian
besar sekitar
70%
merupakan
bangunan
Peningkatan Pada tahap Lokasi Selama tahap Pengamatan Lokasi Selama tahap UD. POJOK Dinas
kebisingan konstruksi pembangunan pembangunan pembanguna pembangunan JAYA Perhubungan
akibat terjadi peternakan fisik peternakan fisik POULTRY Kab. Ponorogo
intensitas peningkatan SHOP
aktivitas kebisingan
pembangunan di sekitar
lokasi
Penurunan Pembuangan Lokasi Selama tahap Pengamatan Lokasi Selama tahap UD. POJOK Dinas
sanitasi sampah dan pembangunan pembangunan pembanguna pembangunan JAYA Lingkungan
lingkungan limbah yang peternakan fisik peternakan fisik POULTRY Hidup Kab.
tidak pada SHOP Ponorogo
tempatnya
berpotensi
menurunkan
sanitasi
lingkungan
sekitar
4. Demobilisasi Keresahan Tingkat Lokasi Pada saat tahap Wawancara dan Lokasi sekitar Pada saat tahap UD. POJOK Dinas
Tenaga masyarakat keresahan pembangunan akhir pengamatan pembangunan akhir JAYA Lingkungan
Kerja masyarakat peternakan pelaksanaan peternakan pelaksanaan POULTRY Hidup (DLH)
akibat dari pembangunan pembangunan SHOP Kab. Ponorogo,
demobilisasi Dinas Tenaga
pekerja Kerja Kab.
Ponorogo
TAHAP OPERASIONAL
1. Rekrutmen Peningkatan Sekitar 14 Lokasi sekitar Selama tahap Pengamatan dan Lokasi sekitar Selama tahap UD. POJOK Dinas
Tenaga peluang kerja orang tenaga peternakan rekrutmen wawancara peternakan rekrutmen JAYA Lingkungan
Kerja bagi warga kerja lokal POULTRY Hidup (DLH)
masyarakat operasional SHOP Kab. Ponorogo,
sekitar kandang Dinas Tenaga
Kerja Kab.
Ponorogo
Peningkatan Sejumlsh 14 Lokasi sekitar Selama tahap wawancara Lokasi sekitar Selama tahap UD. POJOK Dinas
pendapatan orang peternakan operasional peternakan operasional JAYA Lingkungan
masyarakat masyarakat POULTRY Hidup (DLH)
sekitar SHOP Kab. Ponorogo,
mendapatka Dinas
n tambahan Perhubungan
penghasilan Kab. Ponorogo
sesuai UMK
Potensi Potensi Lokasi sekitar Selama tahap Pengamatan dan Lokasi sekitar Selama tahap UD. POJOK Dinas Tenaga
kecemburuan konflik peternakan operasional pendataan peternakan operasional JAYA Kerja Kab.
sosial sosial karena POULTRY Ponorogo
tidak ikut SHOP
dipekerjakan
relative kecil
karena
tenaga kerja
berasal dari
warga
sekitar
peternakan
2. Rutinitas Resiko Besarnya Sumur sekitar Secara rutin Pengamatan dan Sumur sekitar Secara rutin UD. POJOK Dinas Pertanian
Pekerjaan penurunan air limbah yang lokasi peternakan setiap minggu pendataan lokasi setiap minggu JAYA dan Perikanan
Kandaang dihasilkan peternakan POULTRY Kab. Ponorogo
relative SHOP
cukup besar
karena
intensitas
rutinnya
Resiko Memasang Lokasi Sekali disertai Pengamatan dan Lokasi Sekali disertai UD. POJOK Dinas
Penurunan tangki peternakan perawatan pendataan peternakan perawatan JAYA Lingkungan
Kuaalitas Air penampung POULTRY Hidup (DLH)
Permukaan air yang SHOP Kab. Ponorogo,
dilengkapi Dinas PUPR,
dengan Dinas Pertanian
switch dan Perikanan
on/off
otomatis
sehingga
penggunaan
air dapat
terkontrol
Membuat Lokasi Sekali disertai Pengamatan dan Lokasi Sekali disertai UD. POJOK Dinas
sumur peternakan perawatan pendataan peternakan perawatan JAYA Lingkungan
resapan dan POULTRY Hidup (DLH)
lubang SHOP Kab. Ponorogo,
biopori agar Dinas PUPR,
air hujan Dinas Pertanian
bisa meresap dan Perikanan
ke dalam
tanah
Resiko Menanam Lokasi Sekali disertai Pengamatan dan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
penurunan pohon peternakan perawatan pendataan peternakan JAYA Lingkungan
kualitas penangkap POULTRY Hidup (DLH)
udara, bau, debu dan SHOP Kab. Ponorogo
debu dan menanam
kebisingan tanaman-
tanaman hias
di pot
Mengusahak Lokasi Setiap hari Pengamatan dan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
an agar peternakan pendataan peternakan JAYA Lingkungan
kondisi POULTRY Hidup (DLH)
kotoran SHOP Kab. Ponorogo
selalu dalam
kondisi
kering
sehingga
tidak
menimbulka
n bau,
apabila
kotoran
basah maka
cepat
ditambahkan
gamping
agar cepat
mengering
dan tidak
menimbulka
n bau

Dilakukan Lokasi Tiga hari sekali Pengamatan dan Lokasi Tiga hari sekali UD. POJOK Dinas
penyemprota peternakan oservasi peternakan JAYA Lingkungan
n disinfectan POULTRY Hidup (DLH)
secara rutin SHOP Kab. Ponorogo,
Dinas Pertanian
dan Perikanan
Ayam yang Lokasi Sekali disertai Pengamatan dan Lokasi Sekali disertai UD. POJOK Dinas
mati dikubur peternakan perawatan pendataan peternakan perawatan JAYA Lingkungan
POULTRY Hidup (DLH)
SHOP Kab. Ponorogo,
Dinas Pertanian
dan Perikanan
Kecelakaan Membuat Lokasi Sekali disertai Pengamatan dan Lokasi Sekali disertai UD. POJOK DInas
kerja papan peternakan perawatan observasi peternakan perawatan JAYA Lingkungan
pengumuma POULTRY Hidup Kab.
n yang berisi SHOP Ponorogo, Dinas
pentingnya Tenaga Kerja
keselamatan
kerja
Melaksanaka Lokasi Setiap hari Pengamatan dan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
n ketentuan peternakan obervasi peternakan JAYA Lingkungan
dalam K3 POULTRY Hidup (DLH)
termasuk SHOP Kab. Ponorogo,
dalam Dinas Tenaga
penggunaan Kerja
APD yang
diperlukkan
Melengkapi Lokasi Setiap hari di Pengamatan dan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
semua peternakan awal operasional obervasi peternakan JAYA Lingkungan
sarana dan dan disertai POULTRY Hidup (DLH)
prasarana perawatan SHOP Kab. Ponorogo
APD yang
diperlukan
dalam
peternakan
seperti
safety shoes,
kaus tangan
dan helm
Memberikan Lokasi Setiap hari Pengamatan dan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
jaminan peternakan observasi dan peternakan JAYA Lingkungan
tenaga kerja pendataan POULTRY Hidup (DLH)
yang SHOP Kab. Ponorogo,
merupakan Dinas Pertanian
hak pekerja dan Perikanan
berupa BPJS
ketenagakerj
aan
Penurunan Mewajibkan Lokasi Setiap hari pengamaatan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
kesehatan bagi seluruh peternakan peternakan JAYA Lingkungan
karyawan karyawan POULTRY Hidup (DLH)
menggunaka SHOP Kab. Ponorogo,
n APD Dinas Pertanian
dalam setiap dan Perikanan
pekerjaanny
a
Melakukan Lokasi Setiap hari pengamaatan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
biosecurity peternakan peternakan JAYA Lingkungan
bagi setiap POULTRY Hidup (DLH)
karyawan SHOP Kab. Ponorogo,
maupun Dinas Pertanian
pengunjung dan Perikanan
peternakan
Melengkapi Lokasi Setiap hari pengamaatan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
sarana dan peternakan peternakan JAYA Lingkungan
prasarana POULTRY Hidup (DLH)
kesehatan SHOP Kab. Ponorogo,
sebagai Dinas Pertanian
langkah dan Perikanan
awal apabila
ada yang
sakit
Memberikan Lokasi Setiap hari pengamaatan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
jaminan peternakan peternakan JAYA Lingkungan
kesehatan POULTRY Hidup (DLH)
bagi SHOP Kab. Ponorogo,
karyawan Dinas Pertanian
dengan dan Perikanan
mengikutsert
akan pada
BPJS
kesehatan
3. Sanitasi dan Tingkat Melakukan Pengamatan UD. POJOK Dinas
penggunaan kebersihan pembersihan JAYA Lingkungan
air kandang POULTRY Hidup (DLH)
secara rutin SHOP Kab. Ponorogo,
dan teratur Dinas Pertanian
dan Perikanan
Limbah Pengamatan UD. POJOK Kepala Desa
padat berupa JAYA Kauman, Dinas
kotoran POULTRY Lingkungan
ayam segera SHOP Hidup (DLH)
dilakukan Kab. Ponorogo,
pembersihan Dinas Pertanian
kemudian dan Perikanan
dimasukkan
ke dalam
kantong
kemudian
dikelola
pihak ketiga
atau petani
sekitar
peternakan
Tingkat Pembersihan Lokasi Setiap saat alat Pengamatan dan Lokasi Setiap saat alat UD. POJOK Kepala Desa
kebersihan dan peternakan kotor dan pengecheckan peternakan kotor dan JAYA Kauman, Dinas
alat kerja dan sterilisasi memerlukan memerlukan POULTRY Lingkungan
area alat kerja pembersihan pembersihan SHOP Hidup (DLH)
peternakan dengan Kab. Ponorogo
menggunaka
n cairan
disinfectan
Penurunan Membuat Lokasi Awal kegiatan Pengamatan dan Lokasi Awal kegiatan UD. POJOK Dinas
muka air bak peternakan operasional observasi peternakan operasional JAYA Lingkungan
tanah penampunga POULTRY Hidup (DLH)
n air SHOP Kab. Ponorogo,
Dinas PUPR
Penghemata Lokasi Setiap hari Pengamatan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
n peternakan peternakan JAYA Lingkungan
penggunaan POULTRY Hidup (DLH)
air dengan SHOP Kab. Ponorogo,
memakai air Dinas PUPR
secukupnya
dan tidak
berlebihan
4. Transportasi Peningkatan Mengatur Sepanjang bahu Setiap kali Pengamatan Sepanjang bahu Setiap kali UD. POJOK Dinas
dan Parkir kebisingan dan jalan sekitar pengangkutan jalan sekitar pengangkutan JAYA Lingkungan
dan tingkat melarang lokasi peternakan pakan atau hasil lokasi pakan atau hasil POULTRY Hidup (DLH)
kemacetan kendaraan produksi peternakan produksi SHOP Kab. Ponorogo,
lalu lintas perusahaan Dinas
akibat atau rekanan Perhubungan
transportasi parkir di
karyawan badan jalan
dan
melakukan
bongkar
muat di luar
area
perusahaan
Memasang Lokasi Setiap hari Pengamatan Lokasi Setiap hari UD. POJOK Dinas
penerangan peternakan dan peternakan dan JAYA Lingkungan
jalan akses jalan masuk akses jalan POULTRY Hidup (DLH)
sepanjang masuk SHOP Kab. Ponorogo,
jalan masuk Dinas
ke Perhubungan
peternakan
sehingga
jalan aman
dilalui pada
malam hari
Menempatka Akses jalan Waktu tertentu Pengamatan Akses jalan Waktu tertentu UD. POJOK Dinas
n petugas keluar masuk Apabila keluar masuk Apabila JAYA Lingkungan
pengatur dibutuhkan dibutuhkan POULTRY Hidup (DLH)
sirkulasi SHOP Kab. Ponorogo,
keluar Dinas
masuk Perhubungan
kendaraan
Peningkatan Kendaraan Sepanjang jalur Setiap hari Pengamatan dan Sepanjang jalur Setiap hari UD. POJOK Dinas
kerusakan yang jalan observasi jalan JAYA Lingkungan
jalan mengangkut keluar/masuk keluar/masuk POULTRY Hidup (DLH)
pakan dan SHOP Kab. Ponorogo,
hasil Dinas
produksi Perhubungan
harus sesuai
dengan
tonase
jalannya
sehingga
resiko
kerusakan
jalan dapat
diminimalisi
r
5. Hubungan Persepsi Melakukan Sekitar lokasi Selama Pengamatan Sekitar lokasi Selama UD. POJOK Dinas
Kemasyarak negatif pertemuan peternakan operasional peternakan operasional JAYA Lingkungan
atan masyarakat rutin dengan POULTRY Hidup (DLH)
masyarakat, SHOP Kab. Ponorogo,
pengurs Dinas Pertanian
RT/RW, dan dan Perikanan
Desa
Keresahan Ikut terlibat Sekitar lokasi Selama Pengamatan Sekitar lokasi Selama UD. POJOK Dinas
masyarakat secara aktif peternakan operasional peternakan operasional JAYA Lingkungan
pada POULTRY Hidup (DLH)
kegiatan SHOP Kab. Ponorogo
yang
dilaksanakan
di sekitar
lokasi
peternakan
Konflik sosial Menjaga Sekitar lokasi Selama Pengamatan Sekitar lokasi Selama UD. POJOK Dinas
hubungan peternakan operasional peternakan operasional JAYA Lingkungan
baik dengan POULTRY Hidup (DLH)
karyawan, SHOP Kab. Ponorogo
antar
karyawan,
dan dengan
warga
masyarakat
sekitar
peternakan
Membangun Sekitar lokasi Awal oerasional Pengamatan Sekitar lokasi Awal oerasional UD. POJOK Kepala Desa
sarana peternakan dan peternakan dan JAYA Kauman, Dinas
ibadah yang pemeliharaan pemeliharaan POULTRY Lingkungan
memadai selama selama SHOP Hidup (DLH)
operasional operasional Kab. Ponorogo
Kesempatan Memberikan Sekitar lokasi Selama Pengamatan dan Sekitar lokasi Selama UD. POJOK Dinas
berusaha peluang peternakan operasional wawancara peternakan operasional JAYA Lingkungan
kepada POULTRY Hidup (DLH)
masyarakat SHOP Kab. Ponorogo
sekitar untuk
membuka
usaha
6. Manajemen Perubahan Memberikan Sekitar lokasi Selama Pengamatan dan Sekitar lokasi Selama UD. POJOK Dinas
Ketenagakerj sosial sosialisasi peternakan operasional wawancara peternakan operasional JAYA Lingkungan
aan (masuknya kepada POULTRY Hidup (DLH)
kultur warga SHOP Kab. Ponorogo
peternakan masyarakat
modern pada yang
masyarakat terrdampak
agraris Desa
Kauman)
tidak
berpotensi
menimbulkan
keresahan
sosial
Peningkatan Memberikan Sekitar lokasi Selama Pengamatan dan Sekitar lokasi Selama UD. POJOK Dinas
kepadatan sosialisasi peternakan operasional wawancara peternakan operasional JAYA Lingkungan
penduduk kepada POULTRY Hidup (DLH)
pada lokasi- warga SHOP Kab. Ponorogo
lokasi sekitar masyarakat
lokasi yang
peternakan terrdampak
berpotensi
menimbulkan
keresahan
sosial
Produksi Membangun Di yang layak Selama Pengamatan dan Di yang layak Selama UD. POJOK Dinas
limbah cair sarana MCK pada lokasi operasional observasi pada lokasi operasional JAYA Lingkungan
dari dengan peternakan peternakan POULTRY Hidup (DLH)
toilet/kamar beban SHOP Kab. Ponorogo
mandi limbah cair
15 m3 per
hari.
Estimasi
beban
limbah cair
septictank
20 – 30 m3
per bulan
Membangun Di yang layak Selama Pengamatan dan Di yang layak Selama UD. POJOK Dinas
sarana pada lokasi operasional wawancara pada lokasi operasional JAYA Lingkungan
pengolah peternakan peternakan POULTRY Hidup (DLH)
limbah SHOP Kab. Ponorogo
domestik
berupa
septic tank
yang kedap
air
Peningkatan Sosialisasi Sekitar lokasi Setiap saat Pengamatan dan Sekitar lokasi Setiap saat UD. POJOK Dinas
pendapatan kepada peternakan diperlukan wawancara peternakan diperlukan JAYA Lingkungan
warga POULTRY Hidup (DLH)
masyarakat SHOP Kab. Ponorogo
sekitar
lokasi
peternakan
TAHAP PASCA OPERASI
1. Perluasan Rekondisi Melakukan Lokasi Apabila Pengamatan Lokasi Apabila UD. POJOK Dinas
Lokasi lahan rekondisi peternakan diperlukan peternakan diperlukan JAYA Lingkungan
Peternakan lahan ke POULTRY Hidup (DLH)
keadaan
SHOP Kab. Ponorogo
semula
2. Berhentinya Penghentian Memberikan Lokasi Apabila Pengamatan Lokasi Apabila UD. POJOK Dinas
Operasional tenaga kerja pengertian peternakan diperlukan peternakan diperlukan JAYA Lingkungan
Kegiatan dan berusaha kepada POULTRY Hidup (DLH)
Peternakan
karyawan SHOP Kab. Ponorogo
Ayam
Petelur UD. yang
POJOK dihentikan/di
JAYA lakukan
POULTRY pemuutusan
SHOP hubungan
kerja dan
berhentinya
kegiatan
peternakan
di sekitar
lokasi
kegiatan
BAB V
JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN

Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan usaha perlu adanya identifikasi jenis izin
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup berdasarkan tentang pengelolaan lingkungan
hidup dari rencana kegiatan Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP
Kec. Kauman Kab. Ponorogo maka dengan ini kami uraikan izin PPLH yang dibutuhkan
sebagai berikut:
1. Izin Lingkungan.
2. Rekomendasi UKL UPL.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Santika, S.S. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Davis, M.L., and D.A. Cornwell. 1991. Introduction to Environmental Engineering. Second
edition. Mc-Graw-Hill, Inc. New York.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2012. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Kementrian
Lingkungan Hidup. Jakarta.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 05 Tahun
2012 tentang Baku Mutu Air Limbah. Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Semarang.
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air.
Jakarta
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Novan Gilang Pradica


Alamat : Jalan Harapan No. 1 RT 01 RW 02 Desa Kauman, Kecamatan
Kauman, Kabupaten Ponorogo
Jabatan : Pimpinan

Selaku penanggung jawab dari :

Nama Perusahaan : UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP


Lokasi Kegiatan : Desa Kauman, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo
Nama Usaha/Kegiatan : Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY
SHOP

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Formulir UKL – UPL yang kami susun adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Kami akan melaksanakan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UKL-UPL) kegiatan Peternakan Ayam Petelur UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP yang
tercantum dalam Bab IV, dan bersedia melaporkan hasilnya kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Ponorogo, secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali, terhitung sejak tanggal
ditandatanganinya pernyataan ini.
3. Terhadap kegiatan usaha kami dapat dilakukan pengawasan oleh petugas yang memiliki Surat Tugas
dari pejabat yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Bila kami terbukti mencemari lingkungan dan/atau tidak melaksanakan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) sebagaimana dimaksud
diatas, kami bertanggung jawab dan bersedia dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan bersedia menanggung semua kerugian serta segala resiko yang ditimbulkan oleh
kegiatan kami.
5. Kami bersedia memperbaharui Formulir Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) ini apabila terjadi perubahan kapasitas dalam kegiatan
operasi, perubahan pengelolaan lingkungan hidup maupun penambahan kegiatan fisik bangunan.

Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Ponorogo, Agustus 2019

Penanggungjawab UKL – UPL


Peternakan Ayam Petelur
UD. POJOK JAYA POULTRY
SHOP

Materai Rp.6.000,-

Novan Gilang Pradica


GAMBAR PETERNAKAN AYAM PETELUR UD. POJOK JAYA POULTRY SHOP
BIBIT AYAM BERUMUR 0 – 3 MINGGU
TANDON AIR MINUM AYAM
KOTORAN AYAM

Anda mungkin juga menyukai