Pedoman Kredensial Keperawatan 27022019 Update
Pedoman Kredensial Keperawatan 27022019 Update
Pedoman Kredensial Keperawatan 27022019 Update
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Buku Pedoman Kredensial dan Re-
Kredensial Keperawatan. Buku Panduan ini diajukan untuk digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan kredensial dan rekredensial staf Keperawatan di Rumah Sakit
Umum Provinsi Banten.
Buku ini disusun sebagai pedoman bagi Komite Keperawatan dalam pelaksanaan
Kredensial dan Re-Kredensial Keperawatan serta koordinasi dan kolaborasinya
dengan Bidang Keperawatan dan struktur organisasi yang ada di RS.
Penulis berharap dengan adanya buku ini, pelaksanaan kredensial dan rekredensial
staf keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik dan tanpa hambatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Dasar Hukum 2
iv
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang
besar dalam mencapai tujuan asuhan yang bermutu dan aman. Staf keperawatan mempunyai
kontribusi yang sangat besar dalam mengawal mutu dan keselamatan pasien karena perawat system
kerjanya 24 jam dan full selama 7 hari di dekat pasien. Pelayanan bermutu memerlukan tenaga
professional yang didukung oleh faktor internal antara lain motivasi untuk merencanakan dan
mengembangkan karir professional maupun dukungan faktor eksternal, antara lain kebijakan
organisasi, kepemimpinan, perencanaan SDM, struktur organisasi, system penugasan, karir dan
sistem pembinaan.
Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 24 ayat (1) menyebutkan tenaga
kesehatan harus memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan/asuhan kesehatan,
standar pelayanan/asuhan, dan standar prosedur operasional; ayat (2) menyebutkan ketentuan
mengenai kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi profesi, Asuhan keperawatan yang
sesuai kode etik, standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional harus
dilakukan pengawalan secara berkesinambungan. Asuhan Keperawatan sesuai Undang- Undang
No. 38 tahun 2014 adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan Iingkungannya untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya, sesuai
definisinya asuhan keperawatan sangat diperlukan klien agar mampu mandiri dalam perawatan diri.
Pelaksanaan asuhan keperawatan untuk memandirikan klien dibangun dari landasan ilmu dan
teknologi oleh karena itu perawat yang melaksanakan asuhan harus kompeten dan berwenang. RS
harus mengawal kompetensi dan kewenangan perawat tidak hanya saat masuk dan mulai bekerja,
tetapi saat sudah bekerjapun, kompetensi dan kewenangan perawat harus dikawal. Penjaminan
pelayanan/asuhan keperawatan yang aman dan berkualitas bagi masyarakat sangat diperlukan, dan
saat ini implementasi di RS masih beragam, untuk itu diperlukan Pedoman Kredensial yang dapat
1
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Evaluasi kompetensi dan pemberian kewenagan
pada perawat.
1.2 TUJUAN
Tujuan disusunnya Buku Pedoman Kredensial dan Re-Kredensial adalah:
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan Profesionalisme dan akuntabilitas perawat klinik terhadap publik/masyarakat
1.2.2 Tujuan Khusus
Buku Pedoman Kredensial dan Re-Kredensial dapat digunakan untuk pedoman dalam
a. Pengembangan sistem jenjang karir professional perawat klinik.
b. Pelaksanaan kredensial dan rekredensial keperawatan sesuai pedoman yang telah
ditetapkan
c. Pelaksanaan penempatan staf keperawatan sesuai kewenangan
d. Pelaksanaan peningkatan Profesionalisme pasca kredensial dan rekredensial melalui system
Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan (PBB)
e. Pelaksanaan Evaluasi Profesional Berkelanjutan setelah kredensial dan pemberian surat
kewenangan klinis
2
l. Peraturan Menteri Kesehatan No 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi RS
m. Peraturan Menteri Kesehatan No 40 Tahun 2017 tentang Jenjang Karir Keperawatan
n. Buku Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 Tahun 2018
BAB 2
3
KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL KEPERAWATAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan,
Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan
kelayakan pemberian Kewenangan Klinis
Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga keperawatan yang telah memiliki
Kewenangan Klinis untuk menentukan kelayakan pemberian Kewenangan Klinis tersebut.
Kewenangan Klinis tenaga keperawatan adalah uraian intervensi keperawatan yang dilakukan
oleh perawat berdasarkan kompetensi di area praktiknya, sedangkan Penugasan Klinis adalah
penugasan kepala/direktur Rumah Sakit kepada SDM keperawatan untuk melakukan asuhan
keperawatan di Rumah Sakit tersebut berdasarkan daftar Kewenangan Klinis. Kredensial dan re-
kredensial diarahkan terjaminnya kompetensi profesional perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Asesmen kompetensi klinis adalah evaluasi kompetensi yang ditampilkan melalui pelaksanaan
profesional asuhan dan dibandingkan dengan standar klinis yang telah ditetapkan. Asesmen
kompetensi ini dilaksanakan secara berkesinambungan dan ditekankan pada profesionalisme tidak
hanya berbasis ketrampilan. Evaluasi/asesmen kompetensi, lisensi kompetensi yang diperoleh
setelah menyelesaikan pendidikan formal belum cukup untuk melaksanakan peran dan tugas
perawat sehingga diperlukan pendidikan berkelanjutan, environment dan clinical learning (Kak et
al., 2001; Benner, 2001), selain itu juga diperlukan suati bimbingan, mentoring, dukungan
4
organisasi, interdisiplin dan lingkungan berkontribusi terhadap kompetensi perawat (Schroeter,
2008).
Jenjang karir keperawatan sesuai PMK no 40 Tahun 2017, merupakan suatu sistem utuk
meningkatkan kinerja dan profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan
kompetensi. Pemilihan karier perawatan secara bertahap akan menjamin perawat dalam profesinya,
karena karir merupakan investasi dan bukan hanya untuk mendapatkan penghargaan atau imbalan
jasa tetapi lebih utamanya adalah profesionalisme yang menjamin mutu dan keselamatan pasien.
Jenjang Karir Perawat Klinis mempunyai 5 level, yaitu Perewat Klinis I sampai V. Skema Perawat
Klinis dapat ber dalam grafik I
5
Karir Profesional Keperawatan dibagi menjadi 4 jalur, dimana Perawat Klinis terdiri dari Perawat
Klnis (PK) I sampai V, demikian juga untuk Perawat Manajer (PM), Perawat Pendidik (PP) dan
Perawat Rise (PR). Untuk menjadi Perawat Manajer seorang perawat harus mempunyai sertifkat
sebagai perawat Klinis, dimana untuk menjadi Perawat Manajer I dipersyaratkan sudah pernah
menjadi Perawat Klinis (PK) II, untuk menjadi perawat pendidik harus melampaui PK III dan untuk
6
menjadi PR harus telah melampaui PK IV. Untuk naik pada level PK yang lebih tinggi perawat
harus dilaksanakan kredensial keperawatan
Penyusunan kompetensi perawat klinik didasarkan pada tiga ranah kompetensi yang mencakup :
a. Praktek profesional, etis, legal dan peka budaya,
Adalah kemampuan perawat untuk melaksanakan tindakan keperawatan sesuai standar profesi
keperawatan, berdasarkan kode etik keperawatan, mentaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta memperhatikan budaya dan adat istiadat klien atau pasien.
b. Manajemen dan Pemberian Asuhan Keperawatan
Adalah serangkaian kemampuan dalam mengelola dan memberikan asuhan keperawatan kepada
klien atau pasien.
c. Pengembangan profesional
Adalah kemampuan perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri serta
keilmuan keperawatan.Pengembangan professional termasuk didalamnya terlibat pada kegiatan
ilmiah, riset, pengabdian masyarakat, melaksanakan edukasi pada staf, pengembangan modul
dan juga nursing pathway
Pengelompokan perawat klinik dibagi dalam lima kategori yaitu Perawat Klinik I (PKI); Perawat
Klinik II (PKII); Perawat Klinik III (PKIII); Perawat Klinik IV (PKIV); Perawat Klinik V (PKV).
Secara umum PK I sampai dengan PK II disetarakan dengan kompetensi perawat generalis atau
umum. Perbedaan dari PK I dan PK II didasarkan pada tingkat kedalaman dari ketiga ranah
kompetensi. Sedangkan PK III memiliki keterampilan khusus (sertifikasi); kompetensi PK IV setara
dengan perawat spesialis I (SP I) dan PK V setara dengan perawat spesialis II (SP 2).
Kompetensi yang dicantumkan dalam setiap PK merupakan kompetensi mandiri dimana perawat
tersebut mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan. Pada situasi tertentu perawat dapat
melakukan tindakan yang bukan merupakan kompetensi dan kewenangannya dengan bimbingan
penuh atau terbatas oleh perawat yang mempunyai kompetensi lebih tinggi dan memiliki
kewenangan untuk tindakan tersebut.
7
Kompetensi sesuai level pada perawat klinis yaitu : Perawat klinis I adalah jenjang perawat klinis
dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan dasar dengan penekanan pada keterampilan
teknis keperawatan dibawah bimbingan.
8
2.2.2 Perawat Klinis II (PK II)
Perawat Klinis II adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan
holistik pada klien secara mandiri dan mengelola klien/sekelompok klien secara tim serta
memperoleh bimbingan untuk penanganan masalah lanjut/kompleks.
9
u. Membantu pelaksanaan riset keperawatan deskriptif.
v. Melakukan survey keperawatan.
w. Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar
golongan.
x. Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
y. Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
z. Menunjukkan sikap asertif.
aa. Menunjukkan sikap empati.
bb. Menunjukkan sikap etik.
cc. Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman keperawatan.
dd. Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan sesuai
kewenangannya.
ee. Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
ff. Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim dalam pengelolaan
asuhan keperawatan.
10
g. Menggunakan metode penugasan yang sesuai dalam pengelolaan asuhan keperawatan di
unit ruang rawat.
h. Menetapkan masalah mutu asuhan keperawatan berdasarkan kajian standar dan kebijakan
mutu Melaksanakan analisis akar masalah (RCA) dan membuat grading risiko terhadap
masalah klinis.
i. Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik sesuai dengan
masalah kesehatan klien di area spesifik.
j. Mengidentifikasi dan memilih sumber-sumber yang tersedia untuk edukasi kesehatan pada
area spesifik.
k. Melakukan tahapan penyelesaian masalah etik, legal dalam asuhan keperawatan.
l. Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik dan masalah klien
dan keluarga pada area spesifik.
m. Menerapkan caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah klien di area spesifik
Menerapkan prinsip kerjasama interdisiplin.
n. Melaksanakan pengendalian mutu asuhan keperawatan di unit.
o. Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar klien dan keluarga
pada area spesifik.
p. Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga pada area spesifik.
q. Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan pada area spesifik dan rencana tindak lanjut.
r. Melaksanakan preceptorship dan mentorship pada area spesifik.
s. Menginterpretasi hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan pada area spesifik.
t. Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan pada area spesifik.
u. Melakukan riset keperawatan deskriptif analitik dan inferensial.
v. Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar
golongan Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
w. Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
x. Menunjukkan sikap asertif.
y. Menunjukkan sikap etik.
z. Menunjukkan sikap empati.
aa. Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman keperawatan
11
bb. Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan sesuai
kewenangannya.
cc. Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
dd. Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim dalam pengelolaan
asuhan keperawatan. .
ee. Melaksanakan asuhan keperawatan mempergunakan proses keperawatan dengan tepat
sesuai area praktiknya,
12
j. Melaksanakan risiko klinis menggunakan pendekatan Healthcare Failure Mode & Effect
Analysis atau Analisis Efek & Mode Kegagalan di Pelayanan Kesehatan (HFMEA).
k. Menerapkan prinsip kerjasama secara interdisiplin/interprofesional.
l. Melakukan upaya perbaikan mutu asuhan keperawatan dengan memberdayakan sumber
terkait.
m. Melakukan pengendalian mutu asuhan keperawatan di beberapa unit.
n. Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar klien dan keluarga
pada area spesialistik.
o. Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga pada area spesialistik.
p. Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan pada area spesialistik dan rencana tindak
lanjut. Melaksanakan preceptorship dan mentorship pada area spesialistik.
q. Menganalisis hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan pada area spesialistik.
Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan pada area spesialistik.
Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar
golongan.
r. Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
s. Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
t. Menunjukkan sikap asertif.
u. Menunjukkan sikap empati.
v. Menunjukkan sikap etik.
w. Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman keperawatan.
x. Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan sesuai
kewenangannya. Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
y. Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim dalam pengelolaan
asuhan keperawatan.
13
Kompetensi perawat klinis V yaitu:
a. Menerapkan prinsip caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah klien yang
kompleks di area spesialistik.
b. Merumuskan strategi penanganan akar masalah dan risiko klinis secara lintas disiplin.
c. Menganalisis potensi risiko klinis dari intervensi keperawatan.
d. Menerapkan prinsip dan model kerjasama secara interdisplin/interprofesional dalam
pelayanan kesehatan, transdisiplin.
e. Menerapkan tata kelola klinis dalam pelayanan kesehatan.
f. Mengembangkan metode penugasan berdasarkan bukti ilmiah.
g. Merumuskan indikator kinerja kunci pengelolaan asuhan klien dengan masalah kompleks
pada area spesialistik sebagai acuan penilaian.
h. Mengembangkan metoda perbaikan mutu asuhan keperawatan berdasarkan bukti ilmiah.
Menggunakan filosofi dasar keperawatan sebagai dasar keputusan dalam pemberian asuhan
keperawatan spesialistik.
i. Menyediakan pertimbangan klinis sebagai konsultan dalam asuhan keperawatan klien
dengan masalah klien yang kompleks di area spesialistik.
j. Melakukan pembinaan tata laku dan pertimbangan etik profesi, legal dalam lingkup
pelayanan keperawatan.
k. Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik, masalah klien yang
kompleks di area spesialistik sebagai konsultan.
l. Menyusun strategi penanganan akar masalah dan risiko klinis secara lintas disiplin.
m. Menggunakan model kerjasama secara interdisiplin/interprofesional dalam pelayanan
kesehatan, transdisiplin.
n. Melakukan pemberian konsultasi klinis dalam asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah kompleks pada area spesialistik.
o. Mengembangkan berbagai alternatif intervensi keperawatan berdasarkan bukti ilmiah.
Mengembangkan sistem dalam menjaga mutu asuhan keperawatan secara keberlanjutan.
Melaksanakan konsultasi dan edukasi kesehatan baik bagi peserta didik, sejawat, klien,
maupun mitra profesi sesuai kebutuhan.
p. Menyediakan advokasi sebagai konsultan dalam pelaksanaan preceptorship dan mentorship.
Mengevaluasi hasil penelitian untuk merumuskan intervensi keperawatan.
q. Melakukan riset keperawatan semi eksperimental dan eksperimental.
r. Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar
golongan.
s. Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
14
t. Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
u. Menunjukkan sikap asertif.
v. Menunjukkan sikap empati.
w. Menunjukkan sikap etik.
x. Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman keperawatan.
y. Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan sesuai
kewenangannya.
z. Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
aa. Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim dalam pengelolaan
asuhan keperawatan.
Hariyati, Sutoto & Irawaty, 2018 menyampaikan bahwa untuk menjamin mutu dan keselamatan
pasien, maka perawat baru setelah direkrut dan mendapatkan program orientasi maka setelah itu
Seleksi
Perekrutan administras
Perencanaan
i
*)Kredensial: Keaslian
ijasah, Sertifikat15uji
Placement/Penempatan kompetensi,STR,SIP,
Kredensial*)
Penetapan
Orientasi
SPK & RKK assesmen pengetahuan,
di Unit
dengan
UmumPreceptorship
dan Khusus attitude, & skill (optional)
Pada proses penerimaan perawat baru dimulai dengan seleksi administrasi, yang meliputi
kelengkapan berkas data diri, lamaran, KTP, surat keterangan sehat, dsb. Setelah seleksi
administrasi perlu dilaksanakan kredensial kompetensi berdasarkan verifikasi keaslian ijasah.
Verifikasi dilaksanakan dengan mengirimkan surat konfirmasi langsung kepada institusi pendidikan
yang mengeluarkan ijasah, surat kelulusan uji kompetensi/uji profesi. Keaslian Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktek (SIP), serta surat Ijin Kerja (SIK) juga perlu dicek
kebenarannya, verifikasi dokumen ditujukan untuk menjamin keamaan pemberian asuhan
keperawatan.
16
4 Keaslian Surat Tanda Registrasi/STR
5 Keaslian Surat Ijin Kerja/SIK atau Surat Ijin Praktek/SIP
6 Portofolio
7 Surat Keterangan sehat baik fisik maupun psikologis
8 Surat pengalaman kerja sebagai perawat *),
*) untuk staf yang pernah bekerja sebagai perawat
Perawat baru yang dievaluasi dan dinilai belum kompeten di ketrampilan tertentu akan menjalani
hands on yaitu proses pendalaman ketrampilan klinis dengan alat peraga. Perawat baru akan
mendapatkan evaluasi yang berkelanjutan untuk akhirnya dinyatakan mempunyai RKK yang
mandiri dan dapat diajukan rekredensial pada komite keperawatan. Pada rekredensial perawat baru
ini dapat dilaksanakan pada tahun pertama atau sesuai progress kompetensi professional perawat.
Pasca Kredensial perawat paru akan ditempatkan pada Unit kerja sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya yang tercantum dalam Surat Penugasan Klinis dan Rincian Kewenangan Klinis.
Definisi dari delination of clinical previledge adalah pemberian kewenangan, uraian tugas dan
tanggung jawab perawat sesuai dengan kewenangan klinisnya di unit kerja tertentu. Delination of
clinical previledge adalah kegiatan esensial untuk menjamin adanya keselamatan pasien, mengapa
karena fenomena yang terjadi adalah kredensial telah dilaksanakan dan seorang perawat telah
mempunyai SPK dan RKK, namun di unit kerja dituntut melaksanakan kewenangan klinis yang
tidak sesuai dengan SPK dan RKK nya. Hal ini tentunya akan rentan terhadap keselamatan pasien
maupun keselamatan perawat.
Asesmen Re/Kredensial
Kompetensi: Berbasis log
Evaluasi Profesional SPK dan RKK
Berkelanjutan Berbasis log book, self
book, self evaluation, Kewenangan
evaluation, portfolio dan Mandiri/Dibawah
portfolio dan rekomendasi Supervisi
rekomendasi
17
Ada Gap Delination of
Continuing Kenaikan Jenjang
Kompetensi Previlledge
Professional Karir
Development/CP
Sumber: Hariyati, Sutoto & Irawaty, 2018
Rekredensial dilaksanakan untuk mengevaluasi kewenangan klinis yang telah diberikan kepada
perawat dan tujuan dari kredensial adalah menjamin agar asuhan yang diberikan oleh perawat
adalah aman untuk pasien Pada pasien baru setelah proses preceptorship akan ada rekomendasi
evaluasi kinerja professional yang ditunjukan dalam kompetensi klinis. Jika pada awalnya staf
Keperawatan baru punya beberapa kewenangan di bawah supervisi bisa diusulkan kredensial untuk
menjadi kewenangan klinis yang mandiri. Re-kredensial dilaksanakan terhadap kewenangan klinis
yang awalnya tidak mandiri/di bawah supervisi menjadi mandiri. Re-kredensial juga dilaksanakan
saat akan mengajukan kenaikan jenjang karir keperawatan dan asesmen diarahkan pada kemampuan
dan kompetensi pada jenjang di atasnya. Re-kredensial juga bisa dilaksanakan pada kondisi tertentu
misalnya setelah cuti panjang, atau setelah sembuh dari kondisi sakit.
18
evidence based practice dan apabila diperlukan dapat dilakukan validasi melalui kemampuan
ketrampilan keperawatan yang bersifat berisiko tinggi terhadap keselamatan pasien.
Komite Keperawatan:
diketahui oleh Kepala Ruangan. Perawat yang mengajukan kredensial telah mengisi
beberapa formulir yang disediakan rumah sakit yaitu rincian kewenangan klinis yang
self assessment, log book dan melengkapi dokumen bukti. Dokumen kelengkapan tersebut
diserahkan kepada Kepala Bidang keperawatan untuk ditindaklajuti dan diserahkan kepada
19
Mitra bestari adalah orang yang kompeten dalam area keperawatan, mempunyai
kemampuan di bidang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku. Mitra Bestari dapat
diambil dari Mitra dari Universitas, Organisasi profesi ataupun dari Rumah Sakit lain
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Pengambilan mitra dari lain institusi dimungkinkan
agar menjaga obyektifitas pelaksanaan asesmen. Mitra bestari juga dapat dilaksanakan oleh
mitra dari ruangan lain di dalam rumah sakit dengan ketentuan yang sama.
kredensial menyiapkan mitra bestari yang berjumlah sekitar 4 hingga 6 orang. Mitra bestari
dibekali dengan kemampuan melaksanakan asesmen. Tugas mitra bestari adalah mengkaji
asesmen asuhan atau tindakan keperawatan yang diajukan oleh pemohon, mengacu kepada
buku putih yang memuat syarat-syarat kapan seorang perawat dianggap kompeten.
Misalnya, pendidikan dan pelatihan, dan kemampuan menangani sejumlah kasus dalam
portfolio dan dibandingkan buku putih (white paper) tersebut mitra bestari dapat
Mitra Bestari dapat juga mengevaluasi kesehatan fisik dan mental dan jika perlu dengan
bantuan dokter untuk rekomendasi. Jika memperlukan validasi lanjut terkait kewenangan
klinis maka dapat dilaksanakan asesmen yang berupa ujian praktek, wawancara dan uji
tertulis untuk kewenangan klinis yang berisiko tinggi terhadap keselamatan pasien,
keselamatan perawat dan berdampak finansial besar bagi pasien dan RS. Pada akhir proses
20
kredensial, mitra bestari merekomendasikan sekelompok asuhan dan tindakan keperawatan
tertentu yang boleh dilakukan oleh pemohon dalam bentuk rekomendasi untuk SPK dan
e. sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat menentukan rincian
Kepala RS/Direktur menerbitkan SPK dan RKK (surat penugasan klinis disertai rincian
Komite Keperawatan. RKK memuat daftar sejumlah kewenangan klinis untuk melakukan
Verifikasi
dokumen
Log book
CPD,Telaah
Portfolio
Asesmen
asuhan
tertentu: studi
Self evaluasi
kasus & praktek
Usulan
Verifik
Rapatat
asi
kredensial
verifikasi
21
File Kepegawaian
Div.SDM
USULAN
File Pribadi
SPKSPK
SPK
& dan
RKK RKK
& RKK
SPK & RKK SPK & RKK SPK & RKK
22
2.2.4 DOKUMEN DALAM KREDENSIAL
e. Self Assesment
melakukan asuhan keperawatan di Rumah Sakit tersebut berdasarkan daftar Kewenangan Klinis,
b. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan
klinis tersebut.
23
c. Kredensial pada keperawatan juga dilaksanakan pada proses pengusulan kenaikan Jenjang
Karir di mana kompetensi yang dikredensial adalah sesuai dengan Level Karir yang dituju
d. Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila dinyatakan tidak kompeten.
f. Kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila dianggap telah pulih
Kewenangan Klinis adalah kewenangan dan atau uraian tugas yang harus dikuasai oleh seorang
perawat berdasarkan level/jenjang kompetensi yang dicapainya. Saat perawat mendapatkan Surat
Penugasan Klinis akan diberikan Daftar Rincian Kewenangan Klinis sesuai harus kredensial. Daftar
kewenangan klinis sangat dikaitkan dengan jenjang/level perawat dimana setiap level akan berbeda
kewenangan klinisnya. Daftar Kewenangan Klinis selain berdasarkan level Jenjang Karir juga
merujuk pada Standar Nasional Kompetensi Perawat Indonesia serta perundang-undangan lainnya.
Daftar kewenangan klinis ini harus ditinjau secara periodik disesuaikan dengan perkembangan ilmu
dan teknologi.
Daftar kewenangan klinis ini dibakukan oleh rumah sakit dan untuk rumah sakit khusus dimana
perawatnya harus mempunyai spesifikasi sesuai kekhususan maka daftar kewenangan klinis yang
disusun juga harus mengarah pada kekhususan tersebut. Seluruh perawat harus mengetahui
24
kewenangan klinisnya dan menjadikannya sebagai pedoman dalam melaksanakan peran dan tugas
Setelah dilakukan kredensial perlu pengawalan kompetensi dan kewenangan melalui Evaluasi
dilandaskan pada standar KKS 13, dimana Rumah Sakit harus memastikan bahwa setiap perawat
kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan mandiri, kolaborasi, delegasi dan mandat kepada
Standar KKS 15 juga menyampaikan Rumah sakit harus melakukan evaluasi kinerja staf
keperawatan, dalam hal ini kinerja keperawatan harus dinilai sesuai delination of clinical priviledge
disamping aspek penilaian yang lain. Penilaian kinerja mengarah pada kinerja professional dan
kemampuan focus praktek professional. OPPE dan FPPE menjadi persyaratan dari The Joint
Comission (Holley, 2016), tujuan dari OPPE dan FPPE adalah menjamin keselamatan pasien
dengan memastikan bahwa asuhan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan kewenangan
perawat.
OPPE adalah evaluasi professional dari setiap perawat sesuai kewenangannya, sedangkan FPPE
lebih menekankan evaluasi terfokus apabila ada suatu performance professional perawat yang terus-
menerus mendapatkan complain atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pelaksanaan OPPE adalah terus menerus, on proses dan tidak hanya mengutamakan penilaian
asesmen akhir. OPPE juga tidak dilaksanakan oleh supervisor ataupun asesor yang tidak bekerja
25
bersama dengan perawat, karena jika penilaian OPPE oleh orang yang sehari-hari tidak berada di
unit yang sama maka penilaiannya bisa saja menjadi penilaian sewaktu dan bukan proses yang
berkesinambungan.
On Going atau current process artinya berkesinambungan di dalam proses, jadi OPPE dan FPPE
dilaksanakan secara terus menerus di dalam proses pemberian asuhan profesional. Evaluasi ini
dilaksanakan sehari-hari saat pelaksanaan asuhan keperawatan, dan yang mengevaluasi adalah yang
langsung bersama saat melaksanakan asuhan. Perawat yang dinilai juga membuat dokumentasi
logbook terhadap kinerja profesional sesuai kewenangan, maupun kemajuan dan perkembangan dari
kompetensinya, dimana logbook kompetensi ini menjadi dokumen yang diperlukan dalam
kredensial keperawatan.
Evaluasi ini bisa dimulai dengan evaluasi diri sendiri/self assessment, kemudian dari peer, dan yang
mempunyai tanggung jawab mengevaluasi adalah preceptor jika perawat baru, sedang perawat lama
Setiap preceptor, supervisor, atau mentor harus mempunyai kemampuan evaluasi. Evaluasi harus
obyektif dan sesuai RKK dari perawat. Evaluasi harus mempunyai daftar tilik evaluasi, dimana
setiap asuhan harus punya standar asuhan keperawatannya dan juga panduan asuhan
keperawatan utuh yaitu dari mulai asesmen, penetapan diagnosis, penetapan tujuan dan intervensi
serta evaluasi dan dokumentasi. Jadi penilaian kinerja tidak hanya difokuskan kepada ketrampilan
saja tetapi meliputi 4 aspek yaitu pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kemampuan pengambilan
keputusan klinis. Kompetensi dalam mengambil keputusan klinis adalah sangat penting karena,
seorang perawat tidak hanya punya pengetahui, ketrampilan dan sikap tetapi harus mampu
26
mengelaborasikan dalam pembuatan keputusan klinis, sehingga asuhan yang diberikan adalah
a. Prilaku mempertahankan dan meningkatakan mutu dan keselamatan pasien berupa kegiatan
terlibat dalam kegiatan penjaminan mutu dan keselamatan pasien, asuhan yang didasarkan
klinis
c. Pengembangan profesionalisme berupa keikutsertangan dalam pertemuan ilmiah, riset,
PKB merupakan proses yang harus dilaksanakan setelah dilaksanakan kredensial dan rekredensial
keperawatan. Target PKB harus dicapai oleh perawat dan disupport oleh RS. Apabila saat asesmen
maupun OPPE dan FPPE ditemukan adanya gap kompetensi maka subkomite kredensial atau
preceptor/mentor/supervisor dapat mengusulkan staf untuk mengikuti CPD. CPD dilaksanakan
berdasarkan training need assessment dari gap kompetensi yang terjadi saat asesmen kompetensi,
evaluasi professional berkelanjutan/on going professional evaluation, dan kebutuhan
pengembangan organisasi. CPD yang dilaksanakan bisa berupa pelatihan, seminar, workshop,
diskusi refleksi klinis, maupun peningkatan pendidikan formal.
Sesuai Standar KKS 8, KKS 8.1 dan KKS 8.2 bahwa setiap staf termasuk perawat wajib mengikuti
pendidikan atau pelatihan di dalam atau di luar rumah sakit termasuk pendidikan profesi
27
berkelanjutan untuk mempertahankan atau meningkatkan kompetensinya. Perawat juga wajib
dilatih minimal tentang resusitasi jantung dan paru, code blue dengan benar dan juga pelatihan
asuhan yang menjamin keselamatan pasien. Untuk perawa di ruangan-ruang tertentu seperti Unit
Gawat Darurat, Intensive Care, tidak cukup pelatihan untuk Bantuan Hidup Dasar tetapi juga
Setiap perawat harus dipersyaratkan untuk meningkatkan profesionalisme melalui CPD, dan RS
wajib menyiapkan minimum 20 jam per tahun untuk kegiatan CPD per perawat. CPD
dikembangkan berdasarkan need training assessment. Walaupun demikian CPD tidak hanya berupa
pelatihan, tetapi juga keikutsertaan dalam seminar workshop, diskusi refleksi kasus maupun
pendidikan formal. CPD juga dapat dilaksanakan melalui on job training artinya RS melaksanakan
CPD melalui in house training. CPD juga bias diperoleh melalui pembelajaran e-learning.
BAB 3
PENUTUP
28
Kredensial dan Re-Kredensial ditujukan untuk mengawal professional keperawatan. Kredensial dan
rekredensial juga ditujukan kepada penjaminan mutu dan keselamatan pasien. Kredensial
Keperawatan sejalan dengan Pengembangan sistem jenjang karir professional perawat yang
diimplementasikan dalam tatanan pelayanan. Adanya Jenjang karir professional menjadi arahan
kewenangan perawat yang juga sekaligus menjadi acuan dasar Evaluasi kinerja professional yang
berdampak pada penghargaan perawat.
Buku Pedoman kredensial dan rekredensial ini diharapkan dapat digunakan dalam pelaksanaan
kredensial dan rekredensial, serta Evaluasi kinerja professional yang berkelanjutan serta
pelaksanaan pengembangan professional yang berkelanjutan. Dengan dilaksanakan kredensial
diharapkan professional keperawatan dapat ditingkatkan dan asuhan yang aman dan bermutu juga
dapat terwujud
DAFTAR PUSTAKA
Benner, P. (2001). From novice to expert: Excellence and power in clinical nursing practice.
Commemorative edition. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Health.
29
Hariyati,RTS, Sutoto & Irawaty, D (2018). Kredensial dan Rekredensial Keperawatan Sesuai
SNARS KARS. Jakarta.
Kak, N., Burkhalter, B. & Cooper, M. (2001). Measuring the competence of healthcare
providers. Operations Research Issue Paper 2(1). Bethesda, MD. 203
Publisher: The Quality Assurance Project, U.S. Agency for International Development
Kemenkes (2013). Pedoman jenjang karir perawat di rumah sakit. Jakarta: Direktorat Keperawatan
dan Keteknisian Medik Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI.
Permenkes no 49 Tahun 2014, tentang Komite Keperawatan
Permenpan no 25 Tahun 2014, tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
Peraturan Menteri Kesehatan No. 17 Tahun 2013 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenpan no 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
Peraturan Menteri Kesehatan No 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Peraturan Menteri Kesehatan No 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi RS
Peraturan Menteri Kesehatan No 40 Tahun 2017 tentang Jenjang Karir Keperawatan
Buku Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 Tahun 2018
Undang-Undang No. 3 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang no 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
LAMPIRAN I
KOMPETENSI GENERAL PERAWAT KLINIK
Tiga Area Kompetensi Klinik Perawat Klinik
30
A. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
1. Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik profesioanal
a. Bertanggunggugat dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan profesional
(perawat dapat menjelaskan alasan secara ilmiah pada setiap tindakan yang dilakukan).
b. Mengenal batas peran dan kompetensi diri (perawat mengetahui batas kemampuannya
sehingga tidak melakukan tindakan diluar batas kemampuannya).
c. Merujuk atau mengkonsultasikan pada yang lebih ahli (merujuk perawat dengan
kompetensi lebih tinggi/tingkat kepakarannya).
2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan berdasarkan kode etik keperawatan
Indonesia dan memperhatikan budaya
a. Menghormati hak privasi klien/pasien. Misalnya: memisahkan antara pasien laki-laki
dan perempuan.
b. Menghormati hak klien/pasien untuk memperoleh informasi (perawat dapat memberi
penjelasantentang hak-hak klien/pasien)
c. Menjamin kerahasiaan dan keamanan informasi tentang status kesehatan klien/pasien
(perawat tidak menyebarkan informasi tentang klien/pasien kepada yang tidak berhak)
d. Mengembangkan praktik keperawatan untuk dapat memenuhi rasa aman dan
menghargai martabat klien/pasien.
e. Memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan budaya pasien (perawat
memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan adat istiadat dan budaya
klien/pasien).
3. Melaksanakan praktik secara legal
a. Melaksanakan praktik sesuai kebijakan lokal dan nasional
b. Menunjukan tindakan yang sesuai dengan regulasi yang berlaku terkait praktik
keperawatan dan kode etik keperawatan.
C. Pengembangan Profesional
1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik keperawatan
2. Memggunakan hasil riset dalam praktek keperawatan.
3. Melakukan riset dan pengabdian masyarakat
4. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi
a. Mengevaluasi kinerja praktek diri sendiri
b. Melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan ilmiah keperawatan
31
LAMPIRAN 2. CONTOH PORTOFOLIO
Catatan: Portofolio bukan kumpulan sertifikat atau hanya curiculum vitae, tetapi juga memuat
tentang deskripsi diri tentang kompetensi yang saat ini dimiliki, pencapaian diri, peningkatan diri,
pengalaman belajar, pendidikan dan award yang diterima, nilai-nilai yang dianut, visi dan misi
terkait peningkatan kompetensi dan jenjang karir (umumnya tidak lebih dari satu halaman).
Contoh:
32
Saya Ns. A, pendidikan terakhir saya adalah spesialis KMB dan saat ini bertugas di Ruang…
dengan PK…… CPD yang saya dapatkan selama 3 adalah…. dan saya juga terlibat aktif dalam
narasumber/preceptor/riset/dapat award). Selama 3 tahun dalam level PK III, peran dan tanggung
keperawatan saya adalah…., dan untuk mencapainya maka yang akan saya laksanakan adalah…..
Berikut saya sampaikan bukti fisik dari pengalaman CPD dan penunjang lainnya. Demikian
Catatan: Seluruh bukti fisik dan penunjang disertakan sebagai lampiran portofolio
Kompetensi Domain Kognitif Chek List Domain Chek List Domain Afektif Chek List
(V) Psikomotor (V) (V)
33
Asuhan pasien Fisiologi Asesmen Komunikasi
dengan kebutuhan fisik: terkait
nutrisi kurang nutrisi
Petunjuk pengerjaan:
1. Lakukanlah praktek keperawatan sesuai dengan standar praktek dan standar prosedur operasional
berdasarkan unit-unit kompetensi yang akan diases dan laksanakan evaluasi diri minimal 3 kali sebelum
34
meminta penilaian peer (bisa lebih dari 3 kali apabila belum sesuai dengan SPO). Jika perawat adalah
perawat baru maka asuhan yang dilaksanakan adalah sesuai kewenangan klinisnya.
2. Lakukan evaluasi dengan peer/rekan kerja minimal 3 kali dan dari 3 kali evaluasi tersebut sudah sesuai
dengan SPO (bisa lebih dari 3 kali apabila belum sesuai dengan SPO)
3. Laksanakan evaluasi praktek keperawatan dari Kepala ruangan/CI/Ketua Tim /PJ Shift/Preseptor untuk
mensupervisi, minimal 3 kali asesmen dan sudah sesuai dengan SPO (bisa lebih dari 3 kali apabila belum
sesuai dengan SPO)
4. Isi tanggal kapan evaluasi dilaksanakan, Isi keterangan/ket dengan K: Kompeten apabila sesuai SPO, BK:
Belum Kompeten apabila belum sesuai SPO. Dokumen yang diperlukan adalah SPO dari semua tidakan
keperawatn
5. Pemenuhan pencapaian kompetensi ini menjadi persyaratan untuk dilakukan asesmen kompetensi pada
tahap validasi level jenjang karir
6. Buku catatan pencapaian kompetensi ini berlaku jika ditandatangani oleh supervisor yang ditunjuk oleh
kepala bidang keperawatan
Memandikan di
tempat tidur
Membantu
menggunakan baju
Oral hygiene
Memotong kuku
Dst
Ket: *) Penetapan diagnosis keperawatan adalah kewenangan mandiri Ners/Ners Spesialis, sedangkan untuk Vokasi untuk penetapan diagnosis adalah
di bawah supervisi
K: Kompeten adalah sesuai SPO BK: Belum Kompeten apabila belum sesuai SPO
Catatan:
...............................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................
MENGETAHUI KEPALA RUANG TTD PERAWAT
( ) ( )
35
Telepon : ......................................... HP : ......................................
Email : ...............................................................................................
B. DATA PENDIDIKAN
Institusi Pendidikan :
Jurusan/Program :
Nomor Ijazah :
Tanggal Lulus :
STR ;
SIPP :
C. DATA PEKERJAAN
Unit Kerja :
Jabatan :
Level Kompetensi : PK I/ PK II/PK III/PK IV/PK V
D. STATUS KREDENSIALING YANG DIUSULKAN (Berikan cek list pada salah satu kotak)
Kredensial
Re Kredensial
Pemulihan Kewenangan
B. Tuliskan program pengembangan professional berkelanjutan (CPD) bagi perawat yang anda
ikuti dalam 3 tahun terakhir, yang terkait dengan kewenangan klinis yang diajukan
Waktu
Institusi SKP Kompetensi yg telah Bukti Fisk
Nama CPD & Berapa
Penyelenggara dicapai
Lama
1.bantuan hidup dasar 1. sertfikat
Pelatihan PPNI 12-17 2. prinsip kegawatan.. 2. lulus uji
asuhan Maret 2 3. dst….. kompetensi
keperawatan 2015/5
36
Waktu
Institusi SKP Kompetensi yg telah Bukti Fisk
Nama CPD & Berapa
Penyelenggara dicapai
Lama
pada pasien hari
kegawatan
C. PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala hal yang tertulis di dalam dokumen ini adalah benar adanya.
Apabila di kemudian hari terbukti ada hal yang tidak benar maka saya bersedia menanggung
segala konsekuensi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
G.MENGETAHUI
TTD Kepala Ruangan : ................................................................
Nama Jelas : ................................................................. (Tulis dengan huruf cetak)
Tanggal : ........./........../.......... (Tanggal/Bulan/Tahun)
37
1. Tim Adhoc yg ditunjuk oleh Komite Keperawatan melaksanakan asesmen berdasarkan metoda dan
instrumen yang telah ditentukan.
2. Tim Adhoc yg ditunjuk oleh Komite Keperawatan memverifikasi bukti serta mendokumentasikan
seluruh bukti pendukung yang dapat ditunjukan oleh peserta sesuai dengan yang dipersyaratkan.
3. Bukti langsung berupa kegiatan praktek secara langsung atau simulasi dan wawancara (K:
Kompeten, BK: Belum Kompeten), bukti pendukung berupa sertifikat pelatihan/seminar/workshop
dan log book dan portofolio, self asesmen ( L:Lengkap, BL: Belum Lengkap). Bukti Langsung
disertai dengan lampiran chek list obesrvasi, bukti tidak langsung dilengkapi bukti fisik
4. Tim Adhoc yg ditunjuk oleh Komite Keperawatan membuat keputusan akhir apakah peserta sudah
kompeten
( K ), Belum kompeten ( BK ) untuk setiap unit kompetensi berdasarkan bukti-bukti.
5. Tim Adhoc yg ditunjuk oleh Komite Keperawatan memberikan umpan balik terhadap proses
asesmen
6. Tim Adhoc yg ditunjuk oleh Komite Keperawatan r dan peserta bersama-sama mendatangani
pelaksanaan asesmen.
Kompetensi & Studi Kasus/Case Report: Wawancara Demonstrasi/Bed Site:Observasi Bukti Keputusan
Rincian Kompetensi Pendukung
Kognitif Skill Afektif Kognitif Skill Afektif K BK
K BK K BK K BK K BK K BK K BK L BL
Askep: Dx Ketidak
seimbangan
Cairan dan
Elektrolit
analisis gas darah
Fisiologi, patologi
& biokimia terkait
problem
Analisis hasil
pemeriksaan
penunjang
Respon pasien
terhadap kondisi
ketidaksaeimbangan
Asesmen fisik
Asesmen
psikososial dan
budaya
Terapi intravena
Terapi ogsigenisasi
Pengambilan darah
AGD
Control balance
cairan dan elektrolit
Monitoring tanda
klinis terkait
ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
Edukasi pasien dan
keluarga
Kolaborasi medikasi
Kolaborasi
interprofesional
Dst….
38
4.
Tanda Tangan :
Berdasarkan hasil penilaian tersebut , asesi :
1.
Direkomendasikan / tidak direkomendasikan 2.
untuk mendapat SPK untuk ………… 3.
4.
Catatan :
39
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : …………………
Jabatan : Direktur Rumah Sakit…………
Dengan ini memberi Kewenangan Klinis sebagaimana tercantum dalam lampiran Rincian
Kewenangan Klinis Perawat sebagai Profesional Pemberi Asuhan, kepada :
Nama :
NIP/NIK :
PK :
Ruang :
Kepada yang bersangkutan berhak dan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien
sesuai Rincian Kewenangan Klinis Keperawatan ( Terlampir).
Berlaku mulai …………… sampai dengan ………………...
Dikeluarkan di : ………….
Pada Tanggal : ……………
Direktur
Rumah Sakit …………..,
(…………………………)
40
Delegasi Mandat Berwenang Dengan
Mandiri*) Supervisi
1 Memenuhi Askep Pasien
dengan Kebutuhan
Nutrisi
a. Asesmen nutrisi level V V
dasar: berat badan,
tinggi badanm,
subyektif: respon
pasien
b. Penetapan diagnosis V V
keperawatan
c. Memberikan V V
makanan per oral
d. Memasang NGT V V
e. Memberikan V V
makanan melalui
NGT
f. Medikasi IV V V
Dst
2 Memenuhi Askep Pasien
dengan nyeri
a.
b.
Dst
Demikianlah kewenangan klinis keperawatan ini ditetapkan dengan berorientasi pada pedoman
kompetensi keperawatan Rumah Sakit........... Kewenangan klinis keperawatan ini secara berkala
akan dievaluasi dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Keperawatan yang ada.
*) Berwenang Mandiri adalah kredensial untuk Profesional Pemberi Asuhan/PPA, minimal Ners,
sedangkan untuk level vokasi bersifat di bawah tanggungjawab PPA : di bawah supervisi
Ditetapkan: di ........
( ) ( )
Mengetahui
Direktur Rumah Sakit
( )
41
42