Konsep Abu Bakar Tentang Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP PEMIKIRAN ABU BAKAR AL SHIDDIQ


TENTANG PENDIDIKAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam”

Oleh :

ZAENAL AHWAN
NIM : 2019210023

Dosen Pengampu :
H. Yogi Prana Izza, Lc. MA.

PROGRAM MAGISTER (S2) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUNAN GIRI


BOJONEGORO
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I
PENDAHULUAN....................................... ................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................... ............................. 1
B. Rumusan Masalah................................... .................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................... .... 3
1. Biografi Khalifah Abu Bakar As Siddiq ...................................................... 4
a. Prinsip – prinsip Pendidikan ............................................................. 4
b. Sumber Pendidikan ........................................................................... 4
c.Kurikulum atau Rencana Pelajaran ..................................................... 4
d. Lembaga Pendidikan ........................................................................ 4
2. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar As Siddiq ............ 5
a. Visi Misi dan Tujuan Pendidikan ...................................................... 5
b. Pendidik .......................................................................................... 6
c. Peserta Didik ................................................................................... 6
d. Materi Pendidikan ............................... ............................................. 6
e. Metode Pembelajaran .................................................................. ..... 6
f. Lembaga Pendidikan ................................................................... ...... 8
3. Ulama – ulama (Ahli Ilmu Agama Islam) ................................................... 11
a. Ulama – ulama Ahli Tafsir .............................................................. 11
b. Ulama – ulama Ahli Hadits ............................................. ................ 11
c. Ulama – ulama Ahli Fiqih ............................................................... 12
BAB III
PENUTUP/KESIMPULAN........................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa
depan. Berkaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa
lampau. Namun, kadang kita sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita
cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa
lalu. Disinilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah
kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk
masa depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apa pun.

Dari sejarah, kita berbicara pada masa Rasulullah, Dimana setelah Nabi wafat sebagai
pemimpin umat islam, Abu Bakar as-sidiq sebagai khalifah untuk menggantikan Rasulullah
pada saat itu,.Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah Nabi wafat untuk
menggantikan Nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagi pemimpin agama dan pemerintahan.
Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khalifah Abu Bakar ini adalah sama dengan
pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga
pendidikannya.

Pendidikan Islam bukan sekedar “transfer of knowledge” at aupun “transfer of


training“, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan
kesalehan, suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan. Pendidikan Islam suatu
kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan
dengan nilai-nilai Islam.

Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan,
akhlaq, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya.

1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah
Allah.

2. Pendidikan akhlaq,seperti adab masuk rumah orang,sopan santun bertetangga,bergaul


dalam masyarakat.

3. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji

4. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk
memperkuat jasmani dan rohani.

1
Di samping itu, Abu Bakar dikenal mahir dalam ilmu nasab (pengetahuan mengenai
silsilah keturunan). la menguasai dengan baik berbagai nasab kabilah dan suku-suku arab,
bahkan ia juga dapat mengetahui ketinggian dan kerendahan masing-masing dalam bangsa
arab.

Dari kisah keteladanan Abu Bakar terhadap Rasulullah, salah satunya yang dapat diambil
pelajaran adalah ketika Abu Bakar menggantikan rasulullah setelah Rasul wafat untuk
memberi makan yahudi buta yang selalu mecela Rasulullah, dari kisah ini dapat diambil
hikmah bahwa kezaliman dibalas dengan kebaikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendidikan pada masa Abu Bakar?

2. Bagaimana keteladanan Abu Bakar terhadap Rasulullah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. BIOGRAFI KHALIFAH ABU BAKAR SIDIQ

Nabi Muhammad Saw, tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Beliau
tampaknya menyerahkan persoalan tersebut pada kaum Muslimin sendiri untuk
menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat, belum lagi jenazahnya di
makamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah,
Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan di pilih menjadi pemimpin.
Musyawarah berjalan cukup alot karena masing-masing pihak baik Muhajirin ataupun Anshar
berhak menjadi pemimpin umat islam. Namun dengan semangat ukhuwah Islamiah yang
tinggi, akhirnya Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga
masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.

Sebagai pemimpin umat islam setelah rasul, Abu Bakar disebut khalifah Rasulillah (
Pengganti Rasul ) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah
adalah pemimpin yang diangkat sesudah nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan
tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia.
Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persolan dalam negeri terutama tantangan yang
ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah.
Mereka menganggap,bahwa perjanjian yang dibuat dengan nabi Muhammad, dengan
sendirinya batal setelah nabi wafat. Karena itu, mereka menentang abu bakar. Karena sikap
keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan
pemerintahan,abu bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah
( perang melawan kemurtadan ). Khalid bin AL-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa
dalam perang Riddah ini.[1]

Masa khulafaurrasydin sering di sebut pula masa sahabat-sahabat besar yang


berlangsung dari tahun 11-40H yang di dalamnya terdapat orang khalifah yaitu: Abu Bakar,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

[1] Badri, Yatim. Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2011), pp35-36

3
Sahabat-sahabat bertebaran ke berbagai daerah dan di sana mereka menjadi pemimpin
sekaligus menjadi pendidik muslim di tempat masing-masing sehingga pendidikan tidak
berpusat di madrasah saja. Selanjutnya praktek pengelolaan pendidikan pada masa ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN

1) Pendidikan di arahkan pada mengajarkan isi Al-Qur’an

2) Pendidikan diajarkan dengan menggunakan dialek daerah masing-masing, sehingga


sering timbul perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an.

b. SUMBER PENDIDIKAN

Sumber pendidikan diambil dari Al-Qur’an, Hadits, Alam sekitar (millu) dan ijtihad dalam
bentuk ijma’ dan Qiyas.

c. KURIKULUM ATAU RENCANA PELAJARAN MELIPUTI:

1) Bidang keagamaan yang mencakup Aqidah,Ubudiyah, Akhlaq dan Muamalah,

2) Pada masa Umar diigalakan pendidikan keterampilan

3) Rencana pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

4) Pada masa Usman berkembang dengan pesat pendidikan praktek

5) Pada masa Ali bin Abi Thalib di galakan motivasi untuk belajar

d. LEMBAGA PENDIDIKAN

Lembaga pendidikan pada masa khulafaurrasyidin tidak berbeda dengan masa Nabi saw
yaitu:

1) Kuttab sebagai lembaga pendidikan rendah yang di dalamnya mengajarkan kepada


anak-aanak dalam hal baca dan tulis dan sedikit pengetahuan-pengetahuan agama.

2) Masjid sebagai pusat pendidikan umat islam yang telah mukallaf pada masa permulaan
islam belum terdapat sekolah formil, seperti yang ada pada masa sekarang.[2]

[2] Zuhairi,dkk. Sejarah Pendidikan Islam. ( Jakarta: Bumi Aksara,1997), pp 20-21

4
2. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR AS-
SIDIQ (632-634)

a. VISI, MISI dan TUJUAN PENDIDIKAN

Visi pendidikan pada masa khalifaur Rasyidin secara ekplisit sulit di jumpai. Namun dari
berbagai fakta dan data yang di temui, visi pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin masih
belum berbeda dengan visi pendidikan pada zaman Rasulullah saw.

Visi pada zaman khalifah Abu Bakar Sidiq dapat di kemukakan sebagai berikut:

1) Memantapkan dan menguatkan keyakinan dan dan kepatuhan kepada ajaran Islam yang
di bawa oleh Nabi Muhammad saw dengan cara memahami, menghayati, dan mengamalkan
secara konsisten. Usaha ini di perkuat dengan sikap tegas yang di tujukan oleh Abu Bakar
yang memerangi orang-orang yang ingkar atau murtad terhadap ajaran islam seperti tidak mau
membayar zakat, dan mengaku sebagai nabi.

2) Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas yang memungkinkan terlaksananya ajaran


agama. Usaha ini di lakukan oleh khulafaurrasyidin dengan mengumpulkan Al-Qur’an yang
berserakan

3) Menumbuhkan semangat cinta tanah air dan bela negara yang memungkinkan Islam
dapat berkembang di seluruh dunia. Upaya ini dilakukan antara lain dengan memperluas
wilayah dakwah islam selain ke jazirah Arabia juga ke Irak, dan ke Syiria

4) Melahirkan para kader pemimpin umat, pendidik dan da’i yang tangguh dalam
mewujudkan syi’ar islam, upaya yang di lakukan antara lain seperti halaqoh kajian terhadap
Al-Qur’an, Al-Hdits, hukum Islam,dan fatwa. Upaya ini pada tahap selanjutnya melahirkan
para ulama dari kalangan tabi’in.

Lahirnya visi, misi, dan tujuan pendidikan di zaman khulafaurrasyidin seperti itu tidak
terlepas dari situasi sosial dan politik yang terjadi di wilayah kekuasaan islam pada saat itu,
khususnya di Mekah dan Madinah. Sebagaimana diketahui bahwa pada zaman
khulafaurrasyidin pusat pemerintahan berada di Madinah, yang penduduknya terdiri dari latar
belakang agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, dan lainnya yang berbeda.

Keadaan masyarakat Madinah yang demikian itulah yang mempengaruhi lahirnya visi,
misi, dan tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas. Namun demikian, latar

5
belakang tersebut hanya berperan sebagai pemicu lahirnya visi, misi, dan tujuan tersebut.
Adapun ketika visi, misi dan tujuan tersebut lahir di maksudkan untuk seluruh umat manusia.

b. PENDIDIK

Yang menjadi pendidik di zaman khulafaurrasyidin antara lain adalah Abdullah bin
Umar, Abu Hurairah, Ibn Abbas, Siti Aisyah, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, Abu Dzar Al-
Ghifari. Dari mereka itulah kemudian lahir para siswa yang kemudian menjadi ulama dan
pendidik. Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab merupakan
seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah. Selanjutnya
beliau juga mengangkat sahabat-sahabat untuk bertugas menjadi guru daerah. Misalnya
Abdurrahman bin Ma’qal dan Imran bil al-Hasim di tugaskan mengajar di Bashrah. Kemudian
Abdurrahman bin Ghanam di tugaskan ke syiria, dan Hasan bin Abi Jabalah di tugaskan ke
Mesir.

Dengan demikian yang menjadi pendidik adalah para Khulafaur Rasyidin sendiri dan
para sahabat besar yang lebih dekat kepada Raulullah SAW dan memiliki pengaruh yang
besar.

c. PESERTA DIDIK

Peserta didik di zaman Khalifaurrasyidin terdiri dari masyarakat yang tinggal di


Meekah dan Madinah. Namun yang khusus mendalami bidang kajian keagamaan hingga
menjadi seorang yang mahir, alim, dan mendalami penguasaannya di bidang ilmu agama
jumlahnya masih terbatas. Sasaran pendidikan (peserta didik) dalam arti umum yakni
membentuk sikap mental keagamaan adalah seluruh umat islam yang ada di Mekah dan
Madinah. Adapun sasaran pendidikan dalam arti khusus yakni membentuk ahli ilmu agama
adalah sebagian kecil dari kalangan tabi’in yang selanjutnya menjadi ulama.

d. MATERI PENDIDIKAN

Kurikulum pendidikan di Madinah selain berisi materi pelajaran yang berkaitan


dengan pendidikan keagamaan, isi Al-Qur’an, Al-Hadits, hukum islam, kemasyarakatan,
ketatanegaraan, pertahanan, keamanan, dan kesejahteraan.

e. METODE PEMBELAJARAN

Adapun metode yang di gunakan dalam mengajar selain dengan bentuk halaqah.
Yakni guru duduk di sebelah ruangan masjid kemudian di kelilingi oleh para siswa.

6
Menyampaikan ajaran kata demi kata dengan artinya kemudian menjelaskan kandungannya,
sementara para siswa menyimak, mencatat, dan mengulanginya apa yang di kemukakan oleh
guru.[3]

Metode mengajar ini diterangkan didalam ahli fikir islam seperti : al-Ghozali, az-
Zarnuji, al-Abdari dan Ibnu Kaldun, yaitu orang-orang yang punya pengaruh dalam
pendidikan islam, maka kita akan mengutip pendapat-pendapat mereka dalam menjelaskan
metode mengajar. Al-Abdari menjelaskan bahwa mengajarkan Al-Qur’an disampaikan
dengan memakai metode dikte, yaitu anak-anak mengulang kembali apa yang telah diucapkan
oleh guru beberapa faqroh sehingga murid-murid dapat menghafalnya dengan baik diluar
kepala.

Sedangkan Al-Ghozali, lebih mementingkan cara belajar anak, karena disana terdapat
perbedaan diantaranya daya tangkap anak dengan orang-orang dewasa. Mereka mengatakan
bahwa kewajiban guru adalah supaya mengajar anak-anak sesuatu yang dapat dipahami
dengan mudah, karena dengan subjek yang sukar dan mengakibatkan kekacauan pikirannya
sehingga mengakibtkan benci kepada pengetahuan.

Ibnu Kaldun mengemukakan bahwa, dalam mengajar anak untuk pertama kalinya
harus dimualai dengan mengajarkan bahasa arab dan syair, dan kedua mata pelajaran ini harus
mendahului mata pelajaran yang lain, kemudian sesudah itu barulah berpindah untuk
mempelajari yang lain, kemudian sesudah itu barulah berpindah untuk mempelajari ilmu
hitung, sehingga terlatih dalam ilmu ini. Sesudah ilmu hitung barulah diajarkan ilmu Al-
Qur’an. Karena mempelajari ilmu Al-Qur’an sesudah memiliki ilmu-ilmu dasar tersebut akan
mempermudah anak-anak saat pertama kali ia belajar. Bila tidak, berarti ia akan mempelajari
sesuatu yang tidak dipahaminya. Dan akibatnya ia tidak akan belajar dengan sungguh-
sungguh. Oleh karena itu metode pendidikan islam lebih banyak berdasarkan psychology.

Az-Zarnuji menuliskan, didalam kitabnya ta’lim-muata’alim menasehatkan agar


pelajra tidak memilih sendiri mata pelajaran yang akan dipelajarinya, yang terlebih baik ialah
menyerahkan hal itu kepada guru yang telah banyak pengalaman untuk memilihnya yang
sesuai dengan si murid.[4]

[3]Nata, Abudin. Sejarah Pendidikan Islam.( Jakarta: Media Group Grafindo,2011), pp 118-123
[4] Syekh, Mahmud Saltut.Akidah dan Syariah Islam. (Jakarta:1985),pp 74-76

7
f. LEMBAGA PENDIDIKAN

Pada masa khulafaurrasyidin pusat-pusat pendidikan bukan hanya terdapat di Mekah


dan Madinah, melainkan juga sudah tersebar di berbagai daerah kekuasaan islam lainnya.

Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan masih sama dengan zaman


Rasulullah SAW, yaitu Masjid, suffah, kuttab dan rumah[5].

Lembaga pendidikan islam adalah merupakan hasil pikiran yamg dicetuskan oleh
kebutuhan-kebutuhan sesuatu masyarakat islam dan perkembangannya yang digerakan oelh
jiwa islam dan berpedoman kepada ajaran-ajarannya dan tujuan-tujuannya. Secara
keseluruhannya, lembaga pendidikan islam itu bukannlah sesuatu yang datang dari luar atau
terambil kebudayaan-kebudayaan yang lama, akan tetapi ia dalam perkembangan dan
pertumbuhannya mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan islam secara umum, dan
didalamnya kelihatan tujuan-tujuan dan sikap kehidupan tersebut.

Lembaga pendidikan islam yang bermacam-macam itu telah tumbuh dalam waktu
yang jauh, dibawah pengaruh situasi-situasi tertentu pula yang diinginkan oleh kebutuhan-
kebutuhan kehidupan islam yang sedang bertumbuh dan berkembang. Diantara lembaga-
lembaga pendidikan islam yang penting adalah : Al-Kuttab, masjid darul hikmah, darul ilm,
madrasah, bimaristan, khawanik, jiwaya, al-rabth, halaqatud-dars, dan duwarul kuttab.

Dilembaga-lembaga pendidikan islam tersebut, para sahabat memberikan pelajaran


agama islam kepada muridnya, baik yang berasal dari penduduk setempat maupun yang
datang dari lembaga lain. Di lembaga-lembaga pendidikan islam terdapat madrasah-madrasah
terkenal pada masa itu diantaranya :

(1). MADRASAH

Madrasah di Makkah. Guru pertama yang mengajar di Makkah ialah Mu’adz bin
Jabal. Ialah yang mengajarkan Al-Qur’an , hukum-hukum halal dan hharam dalam islam.
Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H), Abdullah bin Abbas pergi ke
Makkah pergi kesana lalu mengahar disana. Ia mengajarkan tafsir, Hadist, Fiqih dan sastra.
Abdullah bin Abbsalah yang merupakan pembangun madrasah Makkah yang kemudian
menjadi termashur keseluruh penjuru negri islam.

[5] http://thoriqulmubtadi.blogspot.com/2013/11/sistem-pendidikan-pada-masa-khalifah.html

8
Madrasah Madinah. Madrasah Madinah ini lebih termashur, karena disanalah tempat
Abu Bakar, Umar dan Ustman dan disanalah banyak tinggal sahabat-sahabat Nabi SAW.
Diantara sahabat yang mengajar dimadrasah Madinah ini adalah Umar bin Khatab, Ali bin
Abi Tholib, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Umar. Zaid bin Tsabit adalah ahli Qira’at dan
Fiqh, dan beliaulah yang mendapat tugas memimpin penulisan kembali Al-Qur’an, baik di
zaman Abu Bakar atau zaman Ustman bin Affan. Sedangkan Abdullah din Umar seorang ahli
Hadist. Beliau dianggap pelopor mazdhab Arl al- hadist yang berkembang pada masa-masa
berikutnya.

Madrasah Basrah. Ulama sahabat yang terkenal di Bassrah ini adalah Abu Musa al-
Asy’ari dan Annas bin Malik. Abu musa terkenal sebagai ahli fiqh dan ilmu al-qur’an,
sedangkan Annas bin Malik terkenal sebagai ahli Hadist.

Madrasah Kuffah. Ulama sahabar yang tinggak di Kuffah ialah Ali bin Abi Tholib dan
Abdullah bin Mas’ud. Ali bin Abi Tholib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan,
sedangkan Abdullah bin Mas’ud sebagai guru agama. Ibnu Mas’ud adalah utusan resmi
khalifah Umar untuk menjadi guru agama di Kuffah.

Madrasah Damsik. Setelah negeri Syam atau Siria menjadi bagian Negara islam dan
penduduknya banyak memeluk agama islam, maka khalifah Umar bin Khattab mengirim 3
orang guru agama ke negeri, yaiut : Abu Dardak di Damsyik, Mu’az bin Jabal di Palestina dan
Ubadah di Hims.

Madrasah Fistat (Mesir). Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi
guru di Mesir adalah Abdullah bin Amir bin al-As. Ia adalah seorang ahli hadist . ia tidak
hanya menghafal hadist-hadist yang didengarnya dari Nabi SAW. Melaikan menulisnya
dalam catatan, hingga ia tidak lupa atau khilaf dalam meriwayatkan hadist-hadist itu kepada
murid-muridnya.

(2). AL-KUTTAB

Al-kuttab merupakan lembaga pendidikan yang terlama nampaknya al-kuttab ini


didirikan oleh orang arab. Pada masa Abu Bakar dan Umar, yaitu sesudah mereka
menaklukan penaklukan-penaklukan dan sesuda mereka mempunyai hubungan dengan
bangsa-bangsa yang sudah maju.

Al-Kuttab memegang peranan penting dalam kehidupan penting karena mengajarkan


Al-Qur’an kepada anak-anak dianggap satu hal yang sangat perlu, sehingga kebanyakan para

9
ulama berpendapat mengajarkan Al-Qur’an bagi anak-anak disamping itu sendiri menyatakan
bahwa belajar itu sangat perlu sehingga beliau mewajibkan tiap-tiap tawanan perang badar
untuk mengajarakan 12 orang anak orang-orang islam sebagai ganti tembusan tawanan
perang.

Prof. Khuda Bakhsk mengatakan bahwa pendidikan di Al-Kuttab berkembang secara


biasa tanpa campur tangan pemerintah. Pendidikan dasar bukanlah satu macam pendidikan
yang terdapat pada masa modern saja, akan tetapi oerhatian terhadap pendidikan itu telah
timbul dari pihak perorangan secara sepontan pada masa-masa islam yang telah lalu, oleh
karena itu Al-Kuttub telah terdapat pada setiap desa baik didirikan disamping masjid atau
bukan.

System belajar di Kuttab, tidak membatasi kebebasan orang tua untuk mendatangkan
para guru-guru kerumah-rumahnya untuk mengajarkan anak-anak mereka secara privat
dirumah, pendeknya Al-Kuttub adalah sesuatu yang berharga dalam kehidupan islam, karena
Al-Kuttub dalam hubungan dengan agama merupakan sarana yang penting untuk kehidupan
di dunia dan di akhirat pendidikan dasar telah tersebar luas, terutama pada masa kejayaan
islam, sekalipun orang islam belum megerti prinsip-prinsip wajib belajar, dengan pengertian
Negara harus mengendalikan urusan pendidikan dan harus mewajibkan belajar atas setisp
orang pada usia tertentu.

(3). MASJID

Masjid dapat dianggap sebagai majelis ilmu pengetahuan dalam islam, masjid dan
jami berfungsi sebagai sekolah menengah dan perguruan tinggi dalam waktu yang sama.
Masjid pertama kalinya sebagai pendidikan dasar, akan tetapi orang-orang islam berpendapat
lebih baik memisahkan pendidikan anak-anak pada tempat tertentu kemudiannya, demi
menjaga kehormatan masjid dari keributan anak-anak dan karena mereka belum mampu
menjaga kebersihan.

Masjid merupaka tempat yang utama untuk mempelajari ilmu agama dan ilmu lainyya,
dan pendidikan diberikan Cuma-Cuma di sekolah-sekolah, diantaranya masjid-masjid yang
terkenal sebagai tempat belajar : jami ‘umar bin ash, jami ahmad bin thulan, masjid al-
azhar.[6]

[6] http://thoriqulmubtadi.blogspot.com/2013/11/sistem-pendidikan-pada-masa-khalifah.html

10
3. ULAMA-ULAMA (AHLI ILMU AGAMA ISLAM)

a. ULAMA-ULAMA AHLI TAFSIR

Ulama-ulama sahabat ahli tafsir yang sangat termasyhur ialah:

1) Ali bin Abu Talib

2) Abdullah bin Abbas

3) Abdullah bin Mas’ud

4) Ubaiya bin Ka’ab

Kemudian di ikuti oleh murid-muridnya, ulama-ulama tabi’in yaitu:

a) Ka’bul bin Ahbar

b) Wahab bin Munabbih

c) Abdullah bin Salam

d) Ibnu Huraij

Sesudah masa sahabat dan tabi’in tersebut itu, lahirlah tafsir Sufyan bin ‘Uyainah, Waki’
bin Al-Jarrah, Abdur Razaq dan lain-lain.

b. ULAMA-ULAMA HADITS

Kitab bacaan satu-satunya ialah Al-Qur’an. Sedangkan hadis-hadis belumlah di bukukan.


Hadis-hadis hanya diriwayatkan dari mulut ke mulut, dari mulut guru ke mulut murid-
muridnya, yaitu dari hafalan guru diberikannya kepada murid, sehingga menjadi hafalan
murid pula dan begitulah seterusnya. Setengah sahabat dan pelajar-pelajar ada yang mencatat
hadis-hadis itu dalam buku catatannya , tetapi belumlah berupa buku menurut istilah kita
sekarang.

Ulama-ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ialah:

1) Abu Hurairah (5374 hadis)

2) Aisyah (2210 hadis)

3) Abdullah bin Umar (2210 hadis )


11
4) Abdullah bin Abbas (1500 hadis)
5) Anas bin Malik (2210 hadis)

c. ULAMA-ULAMA AHLI FIQIH

Ulama-ulama sahabat yang sangat termasyhur dalam fiqih:

1) Abu Bakar

2) Umar bin Khatab

3) Usman bin Affan

4) Alibin Abu Thalib

5) Siti ‘Aisyah

6) Zaid bin Tsabit

7) Ubaya bin Ka’ab

8) Mu’az bin Jabal

9) Abdullah bin Mas’ud

10) Abu Musa bin Al-Asy’ari

11) Abdullah bin Abbas

Mereka itu adalah ahli ijtihad dan berani mengeluarkan pendapat, bila tak ada nas dari kitab
dan sunah.[7]

[7] Muhammad, Yunus. Sejarah Pendidikan Islam.(Jakarta: PT.Hida Karya Agung,1989), pp41-41

12
BAB III
PENUTUP/KESIMPULAN

Abu Bakar Al-Sidiq menjadi khalifah melalui proses pemilihan oleh sejumlah tokoh
Muhajirin dan Anshar yang berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah.setelah mereka
bermusyawarah cukup alot karena masing-masing pihak menginginkan jabatan
khalifah maka akhirnya dengan semangat ukhwah Islamiyah yang tinggi, Abu Bakar terpilih
sebagai khalifah.
Pola pendidikan pada masa Khulafah Abu Bakar Sidiq tidak jauh berbeda dengan
masa nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran ajaran Islam yang bersumber
pada Alquran dan Hadist Nabi.
Kurikulum yang di gunakan pada zaman Abu Bakar, selain berisi materi pelajaran
yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan, isi Al-Qur’an, Al-Hadits, hukum islam,
kemasyarakatan, ketatanegaraan, pertahanan, keamanan, dan kesejahteraan. Pesrta didiknya di
zaman Khalifaurrasyidin terdiri dari masyarakat yang tinggal di Meekah dan Madinah.Yang
menjadi pendidik di zaman khulafaurrasyidin antara lain adalah Abdullah bin Umar, Abu
Hurairah, Ibn Abbas, Siti Aisyah, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, Abu Dzar Al-Ghifari.
Adapun metode yang di gunakan dalam mengajar selain dengan bentuk halaqah, dan lembaga
pendidikannya yaitu di mesjid, suffah, kuttab dan rumah.

13

Anda mungkin juga menyukai