Bab 6 Dan 7 PDF
Bab 6 Dan 7 PDF
Bab 6 Dan 7 PDF
C. PENGERTIAN PERSEDIAAN
Persediaan adalah aset menurut PSAK no.14:
1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa
2) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut
3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Persediaan termasuk kategori aset lancar. Bagi perusahaan dagang, persediaan adalah
persediaan barang jadi yang memang ditujukan untuk dijual. Sehingga itu cocok untuk
definisi no.1 diatas. Hal ini dilihat dari siklus operasi dari perusahaan dagang. Yaitu membeli
persediaan untuk dijual kembali.
Gambar 6.1
PERSEDIAAN DI PERUSAHAAN DAGANG
DIBELI DIJUAL
Siklus operasi untuk perusahaan manufaktur adalah dengan membeli bahan baku atau bahan
mentah. Bahan baku dengan tenaga kerja langsung dan biaya operasional pabrik kemudian
diolah. Selama pengolahan itulah yang dinamakan barang dalam proses. Bila barang dalam
proses itu sudah jadi, maka menjadi persediaan barang jadi. Sehingga dari pengertian diatas,
persediaan untuk perusahaan manufaktur ada di ketiga pengertian diatas yaitu :
1. Bahan baku
2. Barang dalam proses
3. Barang jadi
Gambar 6.2
PERSEDIAAN DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Tenaga kerja
langsung
Biaya operasional
pabrik
Selain jenis-jenis persediaan diatas, pengakuan kepemilikan persediaan dapat dilihat dari
berbagai situasi dibawah ini. Berikut penjelasannya.
2. BARANG KONSINYASI
Barang konsinyasi (consignment goods) adalah barang titipan. Biasanya ada di
industri retail. Prosesnya adalah penjual sebagai consignor menitipkan barangnya untuk
dijual kepada pihak lain (consignee). Pada saat penjual melepaskan barang untuk dititipkan,
barang titipan itu masih diakui sebagai milik penjual. Kemudian pihak lain itu menjual
barang titipan itu. Bila telah terjual, consignee mengabarkan atau memberi notifikasi kepada
consignor. Pada saat pemberian notifikasi inilah, baru penjual mengakui adanya penjualan.
Hal ini memerlukan waktu yang mungkin bisa berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkan
bulanan. Selama belum ada notifikasi dari consignee, maka consignor tidak bisa mengakui
sebagai penjualan dan tidak bisa mengurangi persediaan.
Dalam pencatatan persediaan ada dua metode yang digunakan yaitu sistem periodical
dan sistem perpetual. Berikut penjelasannya.
1. SISTEM PERIODIKAL
Dalam sistem periodikal, persediaan yang dibeli tidak dicatat sebagai persediaan, hanya
dicatat sebagai pembelian. Hal ini berlangsung selama satu bulan. Sehingga pada saat itu
dijual, dicatat sebagai penjualan. Pada saat akhir bulan, barulah diperiksa ke gudang untuk
dilakukan pemeriksaan secara fisik berapa jumlah persediaan yang tertinggal. Di akhir bulan
ini, baru dihitung harga pokok penjualan. Penghitungan harga pokok penjualan untuk
perusahaan dagang adalah sebagai berikut :
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx
(-) Potongan harga (xxx)
Pembelian retur (xxx)
(+) Pembelian bersih xxx
(+) Biaya angkut masuk xxx
Tersedia untuk dijual xxx
(-) Persediaan akhir (xxx)
Harga Pokok Penjualan xxx
Berikut jurnalnya.
Transaksi Jurnal
Pembelian Pembelian xxx
Penjualan xxx
Pembelian xxx
Sistem ini cocok untuk perusahaan dagang yang mempunyai persediaan barang jadi yang
tidak banyak.
2.SISTEM PERPETUAL
Pencatatan persediaan dengan sistem perpetual, adalah dengan mencatat pembelian
persediaan sebagai persediaan di sisi debet. Pada saat dijual, selain dicatat sebagai penjualan,
dicatat juga persediaan di sisi kredit, dengan harga pokok penjualan di sisi debet. Sistem ini
memerlukan buku pembantu persediaan. Sehingga setiap saat dapat mengetahui berapa saldo
persediaan dan harga pokok penjualan. Pada akhir periode, selain dengan memeriksa
persediaan secara fisik dengan membandingkan buku pembantu persediaan, tidak perlu lagi
membuat jurnal penyesuaian dalam menentukan harga pokok penjualan. Berikut contoh buku
pembantu persediaan.
Gambar 6.3 : Buku Pembantu Persediaan
Pembelian Penjualan Saldo
Kuantitas @ Jumlah Kuantitas @ Jumlah Kuantitas @ Jumlah
Tgl
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
Buku pembantu persediaan membantu perusahaan agar dapat mengetahui setiap saat saldo
akhir persediaan baik dalam jumlah dan harga, juga harga pokok penjualan. Saldo akhir
persediaan dapat dilihat di kolom saldo. Sedangkan harga pokok penjualan dapat dilihat di
kolom penjualan. Walau begitu, tetap juga harus dilakukan pemeriksaan persediaan secara
fisik di gudang. Waktunya bisa kapan saja tidak hanya akhir bulan. Berikut jurnalnya.
Transaksi Jurnal
Pembelian Pembelian xxx
Kas / Hutang Usaha xxx
1. BIAYA PERSEDIAAN
Biaya persediaan dari PSAK no.14 harus meliputi biaya pembelian, biaya konversi
dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Berikut bila dilihat dari 2 industri.
a. Untuk perusahaan dagang yang termasuk biaya persediaan adalah biaya pembelian.
Biaya pembelian adalah meliputi harga pembelian,bea impor, dan pajak lainnya (selain
dari pajak yang kemudian dapat dipulihkan kembali dari dinas pajak), biaya transportasi,
biaya penangangan, dan biaya lainnya yang dapat diatribusikan secara langsung pada
pembelian dikurangi diskonto, rabat dan subsidi. Hal ini juga dinamakan biaya produk.
Yang dimaksud juga dengan biaya transportasi adalah biaya angkut masuk. Sehingga
biaya angkut keluar bukan termasuk biaya pembelian, malainkan diakui sebagai beban.
Ilustrasi 6.2 PT ABC mengimpor excavator dari Jepang. Harga belinya Rp.150.000.000
per excavator. PT ABC mendapat potongan harga 2%. Bea impornya adalah
Rp.15.000.000 per excavator. Biaya transportasinya adalah Rp.5.000.000 per excavator.
Sehingga biaya untuk 1 excavator adalah sebagai berikut :
Pembelian Rp.150.000.000
Potongan harga (2% x 150.000.000) (3.000.000)
Bea impor 15.000.000
Biaya transportasi 5.000.000
Biaya excavator Rp. 167.000.000
b. Untuk perusahaan manufaktur yang termasuk biaya persediaan adalah biaya pembelian
seperti tertera di poin a dan biaya konversi. Biaya konversi adalah biaya yang
berhubungan langsung dengan produk barang jadi yang dihasilkan. Biaya ini adalah biaya
yang menjadi komponen harga pokok produk yaitu : tenaga kerja langsung, persediaan
bahan baku dan biaya operasional pabrik. Tenaga kerja langsung dan persediaan bahan
baku adalah termasuk biaya variabel. Sedangkan dalam biaya operasional pabrik terdapat
dua jenis biaya yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel dapat diatribusikan
langsung ke produk. Sedangkan untuk biaya tetap, harus dialokasikan sesuai dengan
jumlah kapasitas maksimal produk yang bisa dihasilkan.
Ilustrasi 6.3 Untuk membuat 1 meja, diperlukan kayu sebanyak 2 kg @Rp.150.000,
tenaga kerja langsung 10 jam @Rp. 20.000, biaya operasional pabrik variabel
@Rp.50.000 dan biaya operasional tetap Rp. 20.000.000 untuk produksi 200 kursi.
Sehingga biaya produk untuk 1 meja adalah :
2. RUMUS BIAYA
Menurut PSAK no.14, biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti
dengan barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan
dipisahkan untuk proyek tertentu harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi spesifik
terhadap biayanya masing masing. Biaya persediaan, kecuali identifikasi khusus, harus
dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau
ratarata tertimbang.
Dari paragraph diatas dapat disimpulkan menurut PSAK 14, rumus biaya untuk
persediaan yang dipakai adalah :
1. Identifikasi khusus
2. Masuk pertama keluar pertama ( first in first out)
3. Rata-rata tertimbang (weighted average).
Ilustrasi 6.4 Persediaan akhir di PT Mobil OK terdiri dari 150 unit mobil,
dimana pembeliannya tanggal 7 Oktober 50 unit, 12 Oktober 75 unit dan 17
Oktober 25 unit. Berikut pengerjaannya.
Metode Periodikal
Metode rata-rata tertimbang adalah metode menentukan nilai persediaan dengan harga
rata-rata dari jumlah produk yang dibeli. Metode ini lebih praktis untuk diterapkan. Metode
ini juga tidak memanipulasi laba.
Diminta : Hitunglah nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan tanggal 30 November
dengan metode pencatatan periodikal dan perpetual dengan rumus biaya rata-rata tertimbang.
Metode Periodikal
PT ABC
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE NOVEMBER 2014 dlm Rp.
Penjualan 12.900.000
Persediaan awal 7.000.000
Pembelian 1.480.000
Persediaan akhir ( 883.325)
Harga Pokok Penjualan (7.596.675)
Laba Kotor 5.303.325
PT ABC
LAPORAN POSISI KEUANGAN
PER 30 NOVEMBER 2014 dlm Rp.
Asset Lancar
Persediaan 883.325
Dalam laporan posisi keuangan yang ditampilkan adalah nilai persediaan akhir. Dalam PSAK
14 penyajian persediaan adalah sebagai berikut :
a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penilaian persediaan, termasuk rumus
biaya yang digunakan.
b) Total jumlah tercatat dari persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi
yang sesuai bagi entitas
c) Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual
d) Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.
e)
f) Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang
diakui sebagai beban pada periode berjalan.
g) Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai
penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah sebagai beban pada periode
berjalan.
h) Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang
diturunkan
i) Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
Semua ini disajikan di catatan atas laporan keuangan. Untuk point b, untuk perusahaan
manufaktur, harus dijelaskan jumlah dari masing-masing persediaan. Perusahaan manufaktur
mempunyai tiga jenis persediaan yaitu : bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
Masing-masing persediaan harus dijelaskan jumlahnya menurut klasifikasinya.
H. LATIHAN
1. Sebutkan proses bahan baku menjadi barang jadi dalam perusahaan manufaktur.
6. Tanggal 5 September 2015, perusahaan membeli persediaan 100 unit dengan @Rp.
15.000 dengan kredit. Terdapat syarat 1/10, n/30 dari penjual. Pada tanggal 14
September, perusahaan membayar 40% dari yang dibeli. Tanggal 1 Oktober 2015,
perusahaan melunasinya. Diminta : buatlah jurnal dari transaksi-transaksi diatas, dengan
menggunakan metode periodikal dan perpetual.
7. Tanggal 3 Agustus 2015, perusahaan membeli persediaan 500 unit dengan @Rp.30.000
dengan kredit. Pada tanggal 5 Agustus 2015, perusahaan mengembalikan 100 persediaan
yang rusak.
Diminta : buatlah jurnal dari transaksi-transaksi diatas, dengan menggunakan metode
periodikal dan perpetual.
9. Soal dan pertanyaan yang sama dari no.8 diatas, bila menghitung dengan rata-rata
tertimbang.
BAB 7
PERSEDIAAN : NILAI REALISASI NETO, METODE LABA
KOTOR DAN METODE ECERAN
Toko B
Komputer 3 4.000.000 2.000.000 2.000.000
Komputer 4 3.500.000 3.900.000 3.500.000
Komputer 5 4.500.000 5.000.000 4.500.000
12.000.000 10.900.000 10.000.000 10.900.000
Ilustrasi 7.2
Dengan metode harga pokok penjualan, langsung mengurangi harga pokok penjualan.
Dengan memakai metode rugi, akan lebih jelas berapa kerugian yang diderita karena
terjadinya penurunan nilai. Berikut penyajiannya di laporan laba rugi, bila diketahui :
Penjualan Rp.100.000.000 dan harga pokok penjualan sebelum penyesuaian Rp.70.000.000.
Ilustrasi 7.3
Penjualan 100.000.000
Harga Pokok penjualan (setelah disesuaiakan) (73.500.000)
Laba kotor 27.500.000
Metode Rugi
Penjualan 100.000.000
Harga Pokok penjualan (70.000.000)
Laba kotor 30.000.000
Rugi karena penurunan nilai persediaan ke nilai realisasi neto (3.500.000)
27.500.000
D. METODE LABA KOTOR (GROSS PROFIT METHOD)
Bila terjadi musibah terhadap perusahaan, yang mengakibatkan seluruh persediaan
hancur atau rusak karena musibah, maka perusahaan harus cepat menghitung nilai persediaan
yang ada pada saat itu. Untuk itu menghitung persediaan dapat dengan menggunakan metode
laba kotor. Metode laba kotor ini adalah estimasi perkiraan persediaan dari persentase laba
kotor. Menghitung persentase laba kotor ini umumnya adalah berapa persen laba kotor dari
penjualan bersih. Umumnya data-data ini didapat dari laporan-laporan sebelumnya.
Rumus laba kotor adalah = Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan.
Selain itu ada juga istilah mark up on cost yaitu berapa persen nilai yang dinaikkan dari
harga pokok penjualan. Untuk itu harus diketahui dulu berapa persentase laba kotor. Berikut
rumusnya.
Sedangkan bila dikethui markup on cost, maka harus dicari persentase laba kotor. Berikut
rumus dari Kieso dan Weygandt.
.Ilustrasi 7.4
Berikut transaksi-transaksi sampai tanggal 12 Desember 2015.
Penjualan Rp. 150.000.000
Pembelian 100.000.000
Persediaan awal 30.000.000
Hitunglah nilai persediaan akhir, bila :
a. Persentase Laba kotor 20%
b. Percentage markup on cost 50%
Berikut pengerjaannya untuk poin a
a. Tentukan penjualan bersih. Bila sudah, baru hitung laba kotor.
Laba kotor = 20% x Rp.150.000.000 = Rp.30.000.000
b. Hitung Harga Pokok Penjualan.
Harga Pokok Penjualan = Penjualan – Laba kotor = Rp.120.000.000
c. Hitung persediaan akhir dengan menggunakan format laporan laba rugi.
Penjualan Rp.150.000.000
Persediaan awal Rp.30.000.000
Pembelian 100.000.000
Tersedia untuk dijual Rp.130.000.000
Persediaan akhir
(10.000.000
Harga Pokok Penjualan (120.000.000)
Laba Kotor 30.000.000
Penjualan Rp.150.000.000
Persediaan awal Rp.30.000.000
Pembelian 100.000.000
Tersedia untuk dijual Rp.130.000.000
(30.000.00
Persediaan akhir
Harga Pokok Penjualan (100.000.000)
Laba Kotor 50.000.000
14.000
MU = 4.000
MUC = 2.500
11.500
MUC = 1.500
10.00
10.000
9.000 MD = 2.000
MDC = 1.000
8.000
2. METODE BIAYA
Dalam mencari nilai persediaan akhir dengan metode biaya langkahnya adalah
sebagai berikut :
a. Mencari cost to retail ratio =
b. Mencari nilai persediaan akhir = cost to retail ratio x persediaan akhir eceran
Ilustrasi 7.5
Biaya Eceran
Persediaan awal Rp. 10.000.000 Rp.20.000.000
Pembelian bersih 400.000.000 700.000.000
Markups 65.000.000
Markups cancellations 20.000.000
Markdowns 55.000.000
Markdown cancellations 40.000.000
Penjualan bersih 500.000.000
Berikut Pengerjaannya
Biaya Eceran
Persediaan awal Rp. 10.000.000 Rp. 20.000.000
Pembelian bersih 400.000.000 700.000.000
Barang tersedia untuk dijual 410.000.000 720.000.000
+ Markups 65.000.000
-Markup cancellations (20.000.000)
Markup bersih 45.000.000
410.000.000 765.000.000
Pengurangan:
Mardowns 55.000.000
-Markdown cancellations (40.000.000)
Markdown bersih 15.000.000
410.000.000 750.000.000
410.000.000 750.000.000
Pengurangan :
Penjualan bersih 500.000.000
Nilai persediaan eceran 250.000.000
250.000.000
410.000.000
Cost to retail ratio = = 54,66%
7 0.000.000
3.Nilai persediaan
METODE akhir = 54,66% * Rp.250.000.000 = Rp.136.650.000
LCNRV
Dengan metode biaya
Perbedaan dengan metode biaya adalah cost to retail yaitu dalam menghitung cost to retail
ratio tidak mengikutsertakan markdown bersih. Berikut rumus cost to retail ratio. Sedangkan
dalam mencari persediaan akhir pada LCNRV adalah sama dengan metode biaya.
Mencari cost to retail ratio =
Dalam bisnis eceran, markup berarti terjadi kenaikan dari nilai penjualan. Markdown berarti
terjadi penurunan dalam kegunaan barang tersebut. Untuk itu dalam menghitung kira-kira
mana yang lebih rendah biaya atau nilai realisasi neto, markdown dianggap sebagai kerugian
sehingga tidak dimasukkan dalam menghitung cost to retail ratio. Sehingga cost to retail
ratio menjadi lebih rendah.
Berikut menghitung persediaan akhir dengan metode LCNRV, dengan soal yang sama.
Ilustrasi 7.6
Biaya Eceran
Persediaan awal Rp. 10.000.000 Rp. 20.000.000
Pembelian bersih 400.000.000 700.000.000
Barang tersedia untuk dijual 410.000.000 720.000.000
+ Markups 65.000.000
-Markup cancellations (20.000.000)
Markup bersih 45.000.000
410.000.000
410.000.00 765.000.000
765.000.000
Pengurangan:
Mardowns 55.000.000
-Markdown cancellations (40.000.000)
Markdown bersih 15.000.000
410.000.000 750.000.000
Pengurangan :
Penjualan bersih 500.000.000
Nilai persediaan eceran 250.000.000
250.000.000
410.000.000
Cost to retail ratio = = 53,59%
76 .000.000
Bila membandingkan kedua metode diatas, terlihat bahwa nilai persediaan akhir dengan
metode LCNRV adalah lebih rendah dari metode biaya. Hal ini karena cost to retail ratio
metode LCNRV memang lebih rendah dari metode biaya.
F. LATIHAN
1. Apakah maksudnya nilai realisasi bersih?
2. Apakah gunanya menghitung nilai persediaan akhir dengan metode laba kotor?
3. Apakah perbedaan antara metode biaya dengan metode konvensional dalam menghitung
nilai persediaan akhir dengan metode eceran?
4. Berikut data-data nilai persediaan PT Sayur & Buah disajikan dalam Rp.
Biaya Nilai realisasi Bersih
Cabang 1
Bayam 300.000 250.000
Buncis 235.000 270.000
Seledri 175.000 150.000
Cabang 2
Jeruk 400.000 325.000
Apel 450.000 400.000
Durian 500.000 550.000
Diminta :
a. Tentukan nilai persediaan bersih berdasarkan item by item, cabang dan
keseluruhan.
b. Buatlah jurnal penyesuaian yang dibutuhkan.
c. Berapa nilai persediaan yang ditampilkan?
5. Apa perbedaan antara gross profit on selling price dengan mark up on cost dalam
menghitung nilai persediaan akhir dengan metode laba kotor?