Tugas Akhir

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 54

UJI KUALITAS AIR MINUM DALAM KEMASAN

DI PT. TIRTAMAS JAYA UTAMA

YUDHISTIRA BAYU PRATAMA


NIM 1718025

PROGAM STUDI DIPLOMA TIGA


ANALISIS KIMIA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI

POLITEKNIK AKA BOGOR


BOGOR
2018
YUDHISTIRA BAYU PRATAMA.AnalisisKualitas Air Minum Dalam
Kemasan. Dibimbing oleh CHEPPY ASNADIdan FANI SETIANINGSIH.

RINGKASAN

PT Tirtamas Jaya utama merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi


air minum dalam kemasan galon untuk kebutuhan sehari-hari. Produk yang di
hasilkan adalah air bersih sebanyak 19 liter yang bermutum higienis, segar, layak Commented [L1]: Air minum
Commented [L2]: Typo bermutu
di konsumsi, sesuai dengan standar, dan halal.
Percobaan ini bertujuan menjamin mutu kualitas air minum dalam kemasan
agar layak untuk dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat. Hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan standar yang berlaku di perusahaan.
Percobaan dilakukan dengan tiga tahap. Tahap persiapan dilakukan dengan
membuat media untuk uji mikrobiology, dan mensterilkan alat gelas. Tahap Commented [L3]: Tahap persiapan pada air minum adalah
melakukan mengolahan water threatment pada air baku.
pengambilan sampel dilakukan dengan dengan mengambil produk yang sudah
siap secara acak. Tahap ketiga proses analisis yang meliputi analisa kesadahan
total dengan metode titrasi kopleksometri, tahap pengujian sampel meliputi Commented [L4]: Typo kompleksiometri

-
analisis kadal Cl dengan metode titrasi argentometri, analisis Fe dan Mn dengan
metode spektofotometri, analisis total colony count (TCC) dengan metode tuang, Commented [L5]: Di garis miring

uji bakteri E Coly dan Coliform dengan metode tuang, uji bakteri Pseudomonas
Aerogenusa metode tuang, Uji total dissolved solid (TDS), uji pH, dan uji
kekeruhan. Metode dibandingkan dengan standar yang berlaku di perusahaan
yaitu SNI 3553:2015.
Berdasarkan hasil analisis untuk bulan Januari dan Februari diperoleh
kadar Kesadahan untuk sebesar 25,0 (mg/l) dan 26,0 (mg/l), sebesar 5,15 (mg/l)
dan sebesar 5.36 (mg/l), kadar zat organik sebesar 0,08 (mg/l) dan 0,08 (mg/l), Commented [L6]: Inikadar kesadahan semua kah ?

kadar besi sebesar 0,01 (mg/l) dan 0,00 (mg/l), kadar mangan sebesar 0,001 (mg/l)
dan 0,001 (mg/l), angka lempeng total sebesar 1 (koloni/ml) dan 1 (koloni/ml),
bakteri Coliform sebesar 0 dan 0, bakteri E.Coli sebesar 0 dan 0, bakteri
Psedomas Aerugimosasebesar 0 dan 0, kadar total disolve solid sebesar 60,3
(mg/l) dan 59,3 (mg/l), kadar turbidity sebesar 0,11 (NTU) dan 0,11 (NTU), dan
pH sebesar 6,28 dan 6,33. Commented [L7]: Coba paragaf terakhir di buat singkat, buat
sesimple mungkin
ANALISIS KUALITAS AIR MINUM DALAM KEMASAN

Laporan Magang Dan Praktik Kerja Lapang


Diajukan Guna Melengkapi Syarat Pendidikan Diploma Tiga
Program Studi Analisis Kimia

Oleh :
YUDHISTIRA BAYU PRATAMA
NIM : 1718025

Pembimbing I Pembimbing II

Cheppy Asnadi, M. Si Fani Setianingsih

Direktur Politeknik AKA Bogor

Ir. Maman Sukiman, M.Si

POLITEKNIK AKA BOGOR


BOGOR
2018
PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan praktik kerja lapang (PKL) serta menyusun laporan PKL yang
berjudul “. Uji Kualitas Kemurnian Propilen pada Area Pemurnian Bahan Baku di
PT Polytama Propindo”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang
senantiasa istiqomah mengikuti ajarannya.

Penulis mendapatkan banyak bantuan berupa saran, arahan, dukungan


serta motivasi dalam penyusunan laporan PKL ini. Oleh karena itu, penulis
memberikan penghormatan dan ungkapan terimakasih kepada:

1. Bapak Cheppy Asnadi, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah


memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama PKL
sehingga tersusunnya laporan PKL ini
2. Ibu Fani Setianingsih, .,selaku Pembimbing II yang telah membimbing
dan mengarahkan serta memberi saran kepada penulis selama PKL di
Laboratorium Quality Control (QC) PT Polytama Propindo
3. Bapak Ir. Maman Sukiman, M.Si., Direktur Politeknik AKA Bogor,
beserta seluruh dosen, staf, dan karyawan Politeknik AKA Bogor yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, bimbingan, motivasi, dan
nasihat untuk penulis selama kuliah di Politeknik AKA Bogor
4. Ibu Askal Maimulyanti., selaku Dosen Wali yang telah memberikan
bimbingan serta motivasi penulis selama kuliah di Politeknik AKA Bogor
5. , Manager laboratorium PT Polytama Propindo atas kesempatan yang
diberikan untuk melaksanakan PKL di perusahaan Commented [L8]: perbaiki

6. Seluruh Staf Laboratorium QC PT Tirtamas Jaya Utama yang telah


membantu penulis dengan berdiskusi dan bertukar pikiran selama
melaksanakan PKL
7. Orang Tua, Adik, dan Keluarga Besar yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun materil, motivasi, serta doa yang menjadi
sumber kekuatan penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Politeknik
AKA Bogor
8. Seluruh Anak Titanium, Brotowali, Bala-bala, dan IMAKA Bogor
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah menemani
serta mendampingi penulis selama kuliah di Politeknik AKA Bogor.
9. Seluruh teman-teman seperhilihan yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, terimakasih telah menemani perjalanan selama berkuliah di
Politekhinik AKA Bogor.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan, terima kasih atas segala
bantuan, motivasi, dan doa selama penulis melaksanakan kuliah dan
menyelesaikan laporan PKL ini

Penulis berharap semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat baik
untuk penulis sendiri maupun kepada pembaca.

Bogor,

Penulis
PENDAHULUAN

Air adalah komponen utama kehidupan yang jumlahnya sangat besar,


keberadaannya tersebar dimuali dari bagian bawah bumi, permukaan bumi, udara,
maupun dalam makhluk hidup yang menempati bumi seperti manusia, hewan, dan
tumbuhan. Molekul air tersusun dari satu atom oksigen yang berikatan kovalen
dengan dua atom hidrogen sehingga rumus kimianya ditulis H2O. Molekul air
yang satu dengan molekul air yang lainnya bergabung dengan satu ikatan
hidrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain. Adanya ikatan
hidrogen inilah yang menyebabkan air memiliki sifat-sifat yang khas (ACHMAD,
2004). AMDK adalah air baku yang diproses, dikemas, dan aman diminum Commented [L9]: kepanjangannya

mencakup air mineral dan demineral (BADAN STANDAR NASIONAL, 2015).

PT Tirtamas Jaya Utama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak


dalam memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) dengan kemasan galon
sejak tahun 2004 hingga sampai saat ini. Sumber air sebagian besar diambil dari
mata air gunung salak, yang kemudian diolah menjadi air minum dalam kemasan
yang sesuai dengan aturan yang berlaku. PT Tirtamas Jaya Utama ini memiliki
kebijakan mutu, yang berkomitmen untuk memproduksi air minum dalam
kemasan sesuai dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 baik yang
disyaratkan oleh spesifikasi produk, pengguna jasa, dan pelanggan, maupun yang
disyaratkan oleh peraturan-peraturan yang berlaku. PT Tirtamas Jaya Utama juga
mempunyai kebijakan halal yaitu, berkomitmen untuk memproduksi air minum
dalam kemasan yang halal menurut syariat islam. Pimpinan dan karyawan PT
Tirtamas Jaya Utama secara konsisten menerapkan sistem jaminan halal melalui
pengendalian mutu terpadu disemua lini perusahaan sesusai standar yang
diterapkan.

Pengendalian dan pengawasan mutu dalam proses produksi sangat


diperlukan untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas air harus
selalu terjaga dengan baik agar aman diolah untuk air minum, oleh karena itu
perlu dilakukan analisis rutin agar selalu terjaga kualitas air, baik pengujian fisik
seperti kekeruhan. Pengujian kimia seperti pH, total dissolve solid, kesadahan,
logam Fe dan Mn, zat organik, dan klorida . Dan pengujian mikrobiologi seperti
angka lempeng total, uji bakteri Coliform dan E-Coly, dan uji bakteri Pseuomonas
Aerugimosa guna menjamin kualitas air tersebut.

Untuk pengujian air minum dalam kemasan di PT Tirtamas Jaya Utama ini
tidak melakukan semua uji yang tertera pada SNI 3553:2015. Hal ini disebabkan
karena untuk sumber mata air yang digunakan hanya parameter yang dilakukan di
atas saja yang menjadi kendala produksi air bersih. Maka dari itu beberapa
parameter tidak dilakukan dalam analisis kualitas ini. Akan tetapi PT Tirtamas
Jaya Utama rutin untuk mengirim sampel air minum dalam kemasan ke
perusahaan jasa analisis untuk menganalisis kualitas sampel air minum secara
keseluruhan sesuai dengan SNI 3553:2015. Hasil analisis untuk pengujian dengan
perusahaan lain tertera pada lampiran sebagai penguat bahwa air minum dalam
kemasan yang di produksi oleh PT Tirtamas Jaya Utama ini sudah sesuai dengan
standar dan layak untuk dikonsumsi, serta terjaga kualitasnya.
TINJAUAN PUSTAKA

Air

Air merupakan zat yang penting dan mutlak bagi kehidupan di alam
semesta. Tanpa adanya air, makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan) di
alam tidak dapat hidup. Air merupakan senyawa yang terkandung dalam jumlah
besar di alam, yang tedapat di udara, di dalam bumi, dan di dalam makhluk hidup
(KUSNANDAR, 2011). Air dibagi menjadi dua, yaitu air bersih dan air limbah.
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan
bisa dimanfaatkan oleh manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari atau
dikonsumsi. Air bersih meliputi air hujan, air permukaan, dan air tanah. Air
limbah merupakan salah satu bentuk buangan yang di hasilkan dari proses
produksi, baik produksi industri maupun domestik (rumah tangga) seperti air
kakus, dan air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya. (grey water).

Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010). Menurut WINARNO (1986), sumber air minum
dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Air Hujan
`Air hujan merupakan sumber utama dari bumi. Air ini dapat dijadikan
sebagai air minum, tetapi air ini tidak mengandung kalsium, sehingga perlu
dilakukan penambahan kalsium. Walaupun saat presepitasi merupakan air
yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika
berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer ini dapat
disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas (karbon dioksida,
nitrogen, dan ammonia) (MUBARAK & CHAYATIN, 2009).
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air sungai, danau, telaga, waduk, rawa, dan sumur.
Sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Oleh
karena keadaannya terbuka, maka air permukaan mudah terkena pengaruh
pencemaran, baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. Air seperti ini harus
mendapat desinfektan yang baik sebelum didistribusikan kepada konsumen
(MUBARAK & CHAYATIN, 2009). Air permukaan merupakan sumber air
yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain
(SUMANTRI, 2010).
3. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi
secara alamiah di bawah tanah, sehingga membuat air tanah lebih baik dan
lebih murni dibandingkan dengan proses yang telah dialami air hujan tersebut,
di dalam perjalanan menuju permukaan. Air tanah memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan sumber lain, diantaranya air tanah biasanya bebas
kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses penjernihan, persedian air
tanah juga cukup banyak sepanjang tahun, saat musim hujan sekalipun
(MUBARAK & CHAYATIN 2009).

Air Baku

Definisi air baku secara umum menurut WALUYO (2005), adalah air
bersih yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan industri.
Secara umum sumber air minum dan air bersih dibagi menjadi tiga golongan yaitu
mata air, air permukaan (surface water), dan air dalam tanah (ground water). PT
Tirtamas Jaya Utama memiliki sumber mata air yang berasal dari Gunung Salak,
sumber mata air biasanya merupakan tempat dimana air muncul yang dapat
diminum langsung karena jauh dari jangkauannya kontaminasi baik dari manusia
ataupun makhluk hidup lainnya yang dapat rusak kualitas air (WINARNO, 2003).
Sumber air mata yang berasal dari pegunungan memiliki banyak
keuntungan apabila digunakan sebagai air minum karena merupakan air yang
tersimpan jauh dalam lapisan tanah yang memiliki sistem filtrasi alami oleh
lapisan-lapisan pada kulit bumi, dan saat melewati tahap filtrasi tersebut air yang
mengenai batuan-batuan mineral yang terdapat pada lapisan tanah, dan akan
melarutkan sebagian kecil mineralnya bersama air yang menambah nilai kebaikan
dari air itu sendiri.

Air Minum Dalam Kemasan

Air minum kemasan merupakan air minum yang didapatkan dari sumber
mata air seperti pegunungan ataupun sungai yang kemudian di proses dan
dikemas menjadi air minum yang dapat dikonsumsi secara langsung. PT Tirtamas
Jaya Utama sebagai produsen penyedia air minum dalam kemasan memilih air
baku yang berada dari mata air gunung salak sebagai bahan baku produknya,
sumber air tersebut dijaga dari gangguan luar sehingga terjamin kualitas dan
kemurniannya, untuk kemudian di proses lebih lanjut. Bagan proses pengolahan
AMDK di PT. Tirtamas Jaya Utama dapat dilihat pada gambar

Air baku riservoir


Bag filter 1 Bag filter 2

Carbon
Carbon
filter 2
filter 1 Sand filter Bag filter3

Ultra
Filler
filtration

Reservoir

Reservoir adalah alat untuk menampung air sumber yang masuk untuk
diproses ke tahap lebih lanjut.
Bag Filter

Bag Filteradalah alat untuk memisahkan partikel kering dan gas (udara
pembawanya) dengan bertujuan untuk mensanitasi HCl dan menghilangkan Commented [L10]: HCl untuk mensanitasi bag filter, tujuannya
agar partikel mangan yang menempel pada bag filter terlepas dari
mangan dan membunuh bakteri. Untuk bag filter di PT. Tirtamas Jaya Utama, bag filter

menggunakan tiga jenis bag filter.Pertama adalah bag filter yang menggunakan Commented [L11]: Ada 3 tahap penyaringan menggunakan bag
filter, bag filter pertama menggunakan 4 lapis sedangkan untuk bag
bag filter sebanyak 4 lapis. Dan untuk bag filter kedua dan ketiga menggunakan filter 2 dan 3 sama-sama menggunakan 3 lapis bag filter.

bag filtersebanyak 3 lapis.

Sand Filter

Sand filter adalah alat yang didalamnya terdapat pasir silika atau batu
kapur yang berfungsi sebagai penyaring partikel terlarut didalam air. Didalamnya
juga ada stainer yang letaknya tertutup pasir silika dan berada diatas pipa
penghubung yang berfungsi untuk menahan kadar logam berlebih dan mengurangi
kekeruhan atau lumut. Commented [L12]: Ini fungsi dari sand filter bukan dari stainer.

Carbon Filter Commented [L13]: Tambahan : carbon filter pada PT Tirtamas


Jaya Utama melewati 2 tahap penyaringan carbon, tujuannya untuk
memaksimalkan pengolahan air.
Carbon filter adalah alat yang didalamnya terdapat karbon aktif yang
berfungsi untuk menurunkan padatan terlarut, mengikat racun didalam air,
menghilangkan bau dan warna, serta menghilangkan kekeruhan. Carbon filter di
PT. Tirtamas Jaya Utama sendiri memiliki dua carbon filter agar memastikan air
sudah terproses dengan baik.

Ultrafiltration

Ultrafiltration adalah membran semipermeable yang digunakan untuk


menyaring partikel seperti koloid, turbidity, suspended solid, dan bakteri molekul
yang berukuran 0,1 – 0,01µ.

Air minum dalam kemasan secara umum dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu kemasan galon (19 liter) dan small (single pack). Kemasan galon biasanya
dilakukan pengisian ulang baik oleh produsen bermerk maupun depot air isi ulang
(tanpa merk), dan lebih banyak dikonsumsi oleh konsumen yang berada di
perkantoran, hotel, dan rumah tangga. Konsumen utama AMDK kemasan small
atau kemasan yang dapat dibawa secara praktis seperti kemasan 1500 mL atau
600 mL (botol), 240 mL, atau 220 mL (gelas) dikonsumsi orang-orang yang
sedang melakukan perjalanan (ARIF, 2009).
Mengkonsumsi air putih yang sehat dan kaya mineral akan membuat
nutrisi dan vitamin mudah diserap oleh tubuh lewat aliran darah. Hal ini yang
akan membuat energi cepat pulih dan bugar. Konsumsi air kurang menyebabkan
penyerapan vitamin dan nutrisi dalam tubuh terhambat. Akibatnya tubuh akan
menjadi lemah dan daya tahan tubuh akan menurun (MUYOSARI, 2012).
Kandungan mineralyang tinggi dalam air minum sangat memengaruhi penyerapan
zat esensial dan zat non esensial. Jika kandungan zat esensial misalnya kalsium,
kalium, dan magnesium yang dapat diperlukan tinggi, maka penyerapan non
esensial akan sedikit atau bahkan tidak ada, dan akhirnya akan diekskresi dari
tubuh

Standar Baku Kualitas Air Minum

Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter
yaitu parameter Fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya),
parameter kimia (pH, zat terlarut, zat organik, kadar logam, dan sebagainya), dan
parameter biologi (keberadaan bakteri, jamur, dan sebagainya) (EFFENDI,
2003).

Parameter Uji

Parameter Fisika

Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi yang
bersifat organik maupun anorganik. Zat oganik terdiri dari berbagai jenis
senyawa seperti selulosa, lemak, dan protein yang melayang-layang dalam air atau
berupa mikroorganisme sepeti algae, bakteri dan sebagainya. Zat anroganik dapat
berupa pasir halus, liat dan lumpur alami. Kekeruhan merupakan sifat optis dari
suatu larutan yaitu hamburan dan abssorpsi cahaya yang melaluinya. Kekeruhan
dalam air minum atau air bersih tidak boleh lebih dari 1,50 NTU. Penurunan
kekeruhan ini sangat diperlukan karena selain ditinjau dari segi estetika yang
kurang baik, juga proses desinfeksi untuk air keruh sangat sukar, hal ini
disebabkan oleh beberapa koloid dapat melindungi mikroorganisme.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang
berukuran 10 nm sampai 10 µm. Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan yang
tersuspensi yang bervariasi ukurannya, tergantung dari derajat turbulensinya.
Nilai kekeruhan ini membantu melakukan pengecekan adanya kesalahan selama
proses penyaringan.

Parameter Kimia

Derajat keasaman (pH)

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat


keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Adanya karbonat,
hidroksida, dan bikarbonat menaikan kebasaan air. Sementara adanya asam-asam
mineral bebas dan asam karbonat menaikan keasaman. pH air dapat
mempengaruhi jenis dan susunan zat dan mempengaruhi tersedianya unsur hara
dalam lingkungan perairan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pH. pH
perairan tawar berkisar 5,0-9,0.
Pengukuran pH dilakukan secara potensiometri dengan menggunakan alat
pH meter. pH air baku masih tergolong normal yaitu sekitar 7 sesuai dengan nilai
pH yang dipersyaratkan antara 6,0-8,5. Nilai pH ditentukan oleh interaksi
berbagai zat didalam air. Pembatasan pH menggambarkan tingkat keasaman atau
kebasaan air, air dengan pH yang kurang dari 7 akan bersifat air berasaha pahit
(KUSNAEDI. 2010).
Zat terlaru / total dissolved solid (TDS)

Kelarutan zat padat dalam air disebut sebagai total dissolved solid (TDS)
adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, senyawa, koloid dalam air. Sebagai
contoh adalah air permukaan apabila diamati saat turun hujan akan
mengakibatkan air sungau maupun kolam kelihatan keruh yang disebabkan oleh Commented [L14]: Typo

larutnya partikel tersuspensi dalam air, sedangkan pada musim kemarau air
terlihat hijau karena adanya ganggang didalam air. Konsentrasi zat padatan
terlarut ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga tidak kelihatan oleh
mata telanjang (SITUMORANG, 2007).
Total padatan terlarut merupakan konsentrasi jumlah ion kation
(bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Oleh karena itu,
analisis TDS menyediakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi
tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak
memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu,
analisis total padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan
kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua
kation dan anion terlarut.
Total zat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam organik, dan gas
terlarut. Bila total zat padat terlarut bertambah maka kesadahan akan naik pula.
Selanjutnya efek padatan terlarut ataupun padatan terhadap kesehatan tergantung
pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (SLAMET, 1994).

Kesadahan Total

Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasi air dengan kation


seperti Na, Ca, Mg. Didalam Kesadahan yang paling banyak dijumpai adalah air
laut. Air lar tawar permukaan umumnya kandungan Ca dan Mg dalam keadaan
kadar tinggi (>200 ppm) CaCO3. Sehingga air yang mengalir pada daerah batuan
kapur akan mempunyai tingkat kesadahan tinggi. Sehingga air yang mengalir
pada daerah batuan kapur akan mempunyai tingkat kesadahan tinggi. Kesadahan
yang tinggi dan mulai berakibat pada peralatan rumah tangga apabila jumlah
diatas 100 mg/l. Pada kesadahan diatas 300 mg/l dalam jangka waktu yang
panjang akan berpengaruh pada manusia dengan ginjal yang lemah sehingga
mengalami gangguan pada ginjal. Kesadahan ini dapat digolongkan pada
kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara akan terendap
pada saat pemanasan. Kesadahan tetap akan lebih pemanen didalam air
(ASMADI dkk, 2011).
Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan
tanah dan pembentukan batuan. Umumnya air sadah berasal dari daerah dimana
lapisan tanah atas tebal, dan adanya pembentukan kapur. Kesadahan total adalah
yang disebabkan oleh adanya ion Ca dan Mg secara bersama-sama. Kesadahan
dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif (SUTRISNOdan
SUCIASTUTI , 2010).

Zat organik (angka permanganat / KMnO4

Zat organik dalam air ada di dalam air minum berasal dari dampak
aktivitas manusia dan alam seperti asam humat (humic acid) dari pembusukan
dedaunan dan batang pohon, senyawa nitrogen (amina) dan senyawa sulfurik yang
berasal dari pembusukan organisme. Zat organik dapat menjadi suatu indikator
suatu air sudah tercemar. Besarnya zat organik dapat dinyatakan dalam angka
permanganat.
Penetapan kadar zat organik dapat dilakukan dengan metode asam atau
basa. Oksidasi dalam suasana asam merupakan oksidasi yang lebih kuat sehingga
ion-ion klorida yang terdapat dalam contoh akan teroksidasi. Oksidasi kalium
permnaganat dalam situasi basa dilakukan apabila sampel air yang akan diuji
permanganat dalam situasi basa dilakukan apabila sampel air yang akan diuji
mengandung klorida (Cl)- lebih dari 300 mg/L. Prinsip kerja penetapan zat
organik yaitu zat organik di dalam sampel dioksidasi oleh KMnO4 berlebih dalam
keadaan asam dan panas, dalam keadaan panas dan suasana asam ion
permanganat direduksi menjadi ion Mn2+, dengan persamaan reaski sebagai
berikut:
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4 H2O
sisa KMnO4 direduksi dengan larutan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam
oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4 dengan persamaan reaksi sebagai
berikut:
2MnO4- + 5C2O42- + 16H+ 2Mn2+ + 8H2O + 10 CO2
Adanya bahan-bahan organik dalam air secara berlebih tidak
diperbolehkan karena selain menimbulkan warna, bau, rasa dan kekeruhan yang
tidak diinginnkan, juga dapat bersifat beractun secara langsung maupun setelah
bersenyawa dengan zat lain yang ada (SOESANTO, 1996).

Klorida (Cl-)
Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan di
perairan dalam jumlah lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida
biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida
(KCl), dan kalsium klorida (CaCl2) (EFFENDI, 2003).
Metode yang digunakan untuk penetapan klorida yaitu argentometri.
Apabila air yang mengandung klorida dititar dengan perak nitrat dan
menggunakan indikator kalium kromat akan terbentuk endapan perak klorida,
dan setelah semua diendapkan kelebihan AgNO3 akan bereaksi dengan indikator
K2CrO4 yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah pada
larutan. Reaksi yang terjadi pada penetapan klorida yaitu :

Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-

2AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2KNO3

Logam Mangan (Mn) dalam air

Logam (Mn) adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalik, keras, dan sangat
rapuh. Logam mangan mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia
hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki, muka kusam dan dampak bagi
lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn adalah bicaranya lambat dan
hyperrefleksi (NAINGGOLAN dkk, 2011).
Mangan (Mn) adalah kation yang memiliki karakteristik serupa dengan
besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+).
Didalam tanah Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida. Kadar
mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/l. Kadar yang lebih besar dapat terjadi
pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam. Perairan asam dapat
mengandung mangan sekitar 10-150 mg/l, perairan laut mengandung mangan
sekitar 0,002 mg/l. Kadar mangan pada perairan air tawar sangat bervariasi antara
0,002 mg/l hingga lebih dari 4,0 mg/l. Perairan bagi irigasi pertanian untuk tanah
yang bersifat asam sebaliknya memiliki kadar mangan sekitar 0,2 mg/l, sedangkan
untuk tanah yang bersifat netral dan alkalis sekitar 10 mg/l (EFFENDI, 2003).
Untuk menetapkan logam Mn dalam air minum ini, menggunakan cara
spektrofotometri. Dalam hal ini logam Mn dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometer DR 2000 dengan reagen alkali sianida dan indikator PAN yang
memiliki reakasi sebagai berikut.

Logam Besi (Fe) dalam air

Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar.


Besi ditemukan dalam bentuk ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami
dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat
mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan
elektron. Sebaliknya, pada reduksi ferri menjadi ferro terjadi penangkapan
elektron. Proses oksdasi dan reduksi besi tidak melibatkan oksigen dan hidrogen.
(ECKENFELDER, 1989).
Pada air yang tidak mengandung oksigen seperti seringkali air tanah, besi
berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang
mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini sulit larut pada
pH 6 sampai 8 , bahkan dapat menjadi ferrihidroksida Fe(OH)3, atau salah satu
jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap (ALAERTS, 1984).
Besi dalam air berbentuk ferobikarbonat (Fe(HCO3)2), ferihidroksida
(Fe(OH)3), ferosulfat (FeSO4) dan besi organik komplek. Sedangkan dalam air
tanah, besi berbentuk besi terlarut Fe3+ teroksidasi dan membentuk Fe(OH)3-
(ferrihidroksida). Fe(OH)3 akan mengendap dan menyebabkan air berwarna
kuning atau menyebabkan noda pada pakaian jika digunakan mencuci.
Untuk uji logam Fe dalam air minum ini menggunakan spektrofotometer
DR 2000 dengan metode TPTZ. Dimana sampel ditambahkan logam TPTZ yang
nanti akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ menjadi berwarna biru jika air
mengandung logam Fe, dan memiliki reaksi sebagai berikut.

Parameter Mikrobiologi

Angka lempeng total

Metode untuk menduga jumlah bakteri dalam suatu produk dapat


mengunakan metode hitungan mikroskopis, metode hitungan cawan dan
penentuan anka lempeng total. Organisme yang mati maupun yang hidup dapat Commented [L15]: angka

dihitung dengan metode hitungan mikroskopis, akan tetapi pada angka lempeng
total hanya organisme hidup yang dapat dihitung.
Metode APM adalah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan
menggunakan media dengan beberapa pengenceran. Pada umumnya setiap
pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri media dan perhitungan yang dilakukan
merupakan tahap pendekatan secara statistik. Hasil positif ditunjukan oleh adanya
pertumbuhan bakteri. Nilai angka lempeng total ini diperoleh dengan anggapan
bahwa bakteri dalam contoh menyebar secara acak, tidak berkelompok, tetapi
saling berpisah, Organisme yang terdapat dalam contoh dapat tumbuh dalam
media selama inkubasi, kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan, seperti media dan
waktu inkubasi (SUNATMO, 2007).

Bakter Coliform dan E-coly

Bakteri Coliform adalah jenis bakteri yang umum yang digunakan sebagai
indikator penentuan kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri bukan
penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun bakteri jenis ini mudah untuk
dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai indikator keberadaan
organisme patogen seperti bakteri lain, virus atau protozoa yang banyak
merupakan parasit yang hidup dalam sistem pencernaan manusia serta terkandung
dalam feses. Organisme indikator jutaan kali lebih banyak dari pada organisme
patogen. Hal inilah yang menjadi alasan untuk menyimpulkan bila tingkat
keberadaan organisme indikator rendah maka organisme patogen akan jauh lebih
rendah atau bahkan tidak sama sekali. Bakteri Coliform dijadikan sebagai
indikator karena tidak patogen, mudah serta cepat dikenal dalam tes laboratorium
serta dapat dikuantifikasikan, tidak berkembang biak saat bakteri patogen tidak
berkembang biak, serta dapat bertahan lebih lama daripada bakteri patogen dalam
lingkungan yang tidak menguntukngkan (COLONE, 2001).
Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih mudah, cepat, dan sederhana
daripada mendeteksi bakteri patogen lain. Contoh bakteri Coliform adalah,
Escherichia Coli atau yang biasa disebut dengan E-coli. Jadi Coliform adalah
indikator air. Makin sedikit kandungan Coliformnyaartinya, kualitas air semakin
baik. (FRIEDHEIM, 2001).

Bakteri Pseudomonas Aerugimosa

Pseudomonas Aerugimosa merupakan bakteri patogen utama bagi


manusia. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan
infeksi apabila fungsi pertahan inang abnormal. Oleh karena itu, Pseudomonas
Aerugimosadisebut patogen oportunistik, yaitu memaafkan kerusakan pada
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi (BOEL, 2004).
Pseudomonas Aerugimosatumbuh baik pada suhu 37o – 42o C.
Pertumbuhan pada suhu 42 oC membedakan spesies ini dari Pseudomonas yang
lain (VOLK & WHEELER, 1989). Menurut SUPARDI & SUKAMTO (1999),
Pseudomonas Aerugimosa merupakan bakteri anggota famili Pseudomonadaceae.
Bakteriini merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang lurus atau
melengkung berukuran (0,6 x 2) µm, non sporulasi, tidak berkapsul, aerob,
bergerak dengan flagella, katalase positif, oksidase positif, dan bersifat patogen
oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang
untuk memulai suatu infeksi pada manusia dengan ketahanan tubuh yang
menurun. Suhu optimum untuk pertumbuhan Pseudomonas adalah 42 oC.
Bakteri ini menyebabkan infeksi luka termasuk luka bakar membentuk nanah
yang berawrna biru hijau, dan infeksi saluran kemih bila dimasukan oleh kateter
dan alat-alat dalam larutan.
Spektofotometer

Spekfotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.


Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang tertentu. Fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi.

Komponen – Komponen Spektrofotometer

Menurut DAY &UNDERWOOD (2002), komponen-komponen dalam


spektrofotometer meliputi:
1. Sumber Cahaya
Sumber energi radiasi untuk daerah tampak dari spektrum maupun daerah
ultraviolet dan inframerah adalah sebuah lampu pijar dengan kawat yang
terbuat dari wolfram. Energi yang dipancarkan oleh kawat tersebut beraneka
ragam macam menurut panjang gelombangnya. Sumber cahaya yang paling
banyak digunakan adalah lampu wolfram disebabkan selain harganya murah,
energi radiasi yang dihasilkan tidak memiliki panjang gelombang yang
bervariasi. Hal yang penting dalam pemilihan sumber cahaya ini yaitu sumber
cahaya harus dapat cepat terdeteksi oleh detektor.
2. Monokromator
Monokromator adalah piranti optis untuk mengisolasi suatu berkas radiasi
dari suatu sumber berkesinambungan, yaitu berkas yang mempunyai
kemurnian spektral yang tinggi dengan nilai panjang gelombang yang sesuai
dengan yang diinginkan. Komponen yang hakiki dari sebuah unsur dispresif.
Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian disejajarkan oleh
sebuah lensa atau cermin sehingga suatu berkas sejajar jatuh ke unsur
pendispersi yang berupa prisma atau suatu kisi difraksi.
3. Kuvet
Kuvet merupakan wadah contoh untuk menaruh larutan yang akan
dianalsis. Ditinjau dari pemakaiannya, terdapat dua jenis kuvet . Pertama
adalah kuvet yang terbuat dari gelas atau leburan silika (quartz). Jenis kuvet
lainnya yaitu disposal untuk sekali pemakaian yang terbuat dari teflon atau
plastik. Kuvet dari leburan dapat digunakan untuk analis kualitatif dan
kuantitatif pada daerah pengukuran (190-1100) nm, sedangkan kuvet yang
terbuat dari bahan gelas digunakan pada daerah pengukuran (380-1100) nm
karena kuvet dari bahan gelas mengabsorbsi radiasi ultraviolet.
Kuvet yang digunakan untuk analisis harus memenuhi beberapa syarat.
Diantaranya adalah tidak boleh rapuh, mempunyai bentuk yang sederhana,
harus tahan terhadap bahan kimia dan tidak berwarna.

4. Detektor
Fungsi detektor adalah untuk mengubah sinyal radiasi yang diterima
menjadi sinyal-sinyal listrik yang dapat dibaca oleh rekorder. Deteksi cahaya
ultraviolet dan tampak biasanya digunakan detektor fotolistrik karena
energinya cukup besar untuk menimbulkan arus listrik pada semi konduktor
tertentu. Detektor fotolistrik yang paling sederhana yaitu phototibe.
5. Penguat (amplifer)
Amplifer berfungsi sebagai penguat sinyal yang berasal dari detektor
menjadi suatu potensial yang cukup besar untuk dapat direkam. Suatu alat
penguat sinyal menangkap isyarat masuk (input) dari rangkaian detektor
melalui proses pengolahan sinyal menghasilkan isyarat keluaran (output) dan
secara langsung dicatat sebagai absorban atau transmitan.
6. Rekorder
Rekorder pada umumnya berfungsi sebagai alat pencatat dari hasil yang
diperoleh dari detektor, dengan kata lain energi listrik yang dihasilkan oleh
detektor dapat direkam oleh rekorder, yang hasilnya berupa sistem baca atau
penyajian hasil pengukuran, baik dalam bentuk absorbansi, transmitan, maupun
konsentrasi
Adapun prinsip dari spektrofotometer yaitu cahaya yang berasal dari
lampu deutrium atau wolfram yang bersifat polikromatis diteruskan ke
monokromator dan mengubah sinar dari polikromatis menjadi monokromatis.
Berkas-berkas cahaya kemudian dilewatkan kepada kuvet yang berisi sampel.
Terdapan cahaya yang diserap dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang
dilewatkan ini kemudian diterima oleh detektor. Detektor akan menghitung
cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap sampel. Cahaya
yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel
sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif

pH Meter

pH merupakan singkatan dari power of hidrogenyang memiliki arti ukuran


kekuatan suatu asam. pH meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
derajat keasaman (pH) dari suatu cairan maupun zat semi padat. Sebuah pH meter
terdiri dari sebuah elektroda (probe pengukur) yang terhubung kesebuah alat
elektronik yang mengukur dan menampilkan nilai pH. Prinsip kerja utama pH
meter terletak pada sensor probe berupa elektroda kaca dengan jalan mengukur
jumlah ion H3O+ dalam larutan. Elektroda kaca tersusun atas ujung bulb bulat
dari bahan kaca yang terpasang ke sebuah silinder panjang dari kacau atau bahan
isolator lain. Bulb dan silinder berisi cairan HCl yang memiliki nilai pH konstan
yaitu 7. HCl merendem sebuah kawat elektorda kecil dengan bahan perak karena
terendam dalam larutan HCl maka pada permukaannya membentuk senyawa
stabil AgCl. Konstannya jumlah larutan HCl pada sistem ini membuat elektroda
memiliki nilai potensial stabil (VANYSEK, 2004).

Turbiditimeter

Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji tingkat


kekeruhan. Alat ini menggunakan satuan NTU (Nephelometric Turbidity Unit).
Turbidimeter merupakan analis berdasarkan hamburan cahaya. Prinsip umum
dari aalat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang
diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan
sebagai dasar pengukuran (Day &Underwood, 2002).

Alat akan memancarkan cahaya pada media atau sampel, dan cahaya tersebutakan
diserap, dipantulkan atau menembus media tersebut. Cahaya yang
menembusmedia akan diukur dan ditransfer ke dalam bentuk angka (Wulandari,
dkk., 2014).
Perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba
merupakan sifat optik turbidimetri. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu
supensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
Pengukuran tirbiditas dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Pengukuran perbandingan cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas
cahaya yang datang.
2. Pengukuran efek ekstingsi, yaitu ke dalam dimana cahaya mulai tidak
tampak dalam lapisan medium yang keruh.
3. Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang diteruskan terhadap
cahaya yang datang.
Cahaya yang diukur pada turbidimeter yaitu cahaya yang diteruskan.
Turbiditas berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan serta warna
Hamburan yang terukur pada turbidimeter adalah hamburan yang diteruskan atau
membentuk sudut 180o.
PERCOBAAN

Percobaan ini bertujuan untuk menjamin kualitas mutu air minum dalam
kemasan (AMDK) yang menggunakan galon sebagai kemasannya. Pengujian air
minum dalam kemasan ini meliputi analisa kesadahan total dengan metode titrasi
kopleksometri, analisis kadal Cl- dengan metode titrasi argentometri, analisis zat Commented [L16]: kompleksiometri

organik dengan metode titrasi permanganatometri, analisis Fe dan Mn dengan


metode spektofotometri, analisis total colony count (TCC) dengan metode tuang,
uji bakteri E Coly dan Coliform dengan metode tuang, uji bakteri Pseudomonas
Aerogenusa metode tuang, Uji total dissolved solid (TDS), uji pH, dan uji
kekeruhan.

Waktu dan Tempat

Percobaan ini merupakan bagian dari kegiatan magang-PKL yang


dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2019. Percobaan ini
dilaksanakan di PT. Tirtamas Jaya Utama yang beralamat di Jl. Raya Pemda, Kp.
Kaum Pandak RT.03/03, Karadenan Kabupaten Bogor Jawa Barat Ringkasan
kegiatan magang dan PKL dapat dilihat pada Lampiran 1.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi bahan uji dan bahan
kimia. Bahan uji yang digunakan yaitu produk air minum dalam kemasan. Bahan
kimia yang digunakan antara lain adalah Indikator Eriochome Black T (EBT),
larutan EDTA 0,01 M, Buffer Gardness pH 10, Indikator murexid, larutan NaOH
1 N, indikator PP, indikator MM, larutan H2SO4, larutan Na2CO3, larutan NaCl
0,01 N, AgNO3, K2CrO4 5%, larutan H2SO4 8 N, larutan baku asam oksalat
(COOH)2 0.1 N, larutan KMNO4 0.1 N, indikator SM, larutan HCL 0.1 N,
pereaksi TPTZ powder pillow, pereaksi Ascorbic Acid Powder Pillow, pereaksi
Alkaline-Cyanide Reagen Solution, indikator PAN 0,1%, media Cetrimide Agar,
media EMB Agar, media Plate Count Agar, media Saboraud Dextrose Agar, dan
aquabidest.

Alat

Peralatan yang digunakan terdiri dari alat instrumen dan alat pendukung.
Alat instrumen yang digunakan yaitu Spektrofotometer HACH DR/ 2000. Alat
pendukung yang digunakan terdiri hotplate, neraca analitik,buret 50 mL, pipet
volumetrik 10mL dan 20mL, erlenmeyer 300mL,labusemprot, pipet tetes, cawan
petri, autoklav, oven, dan inkubator.

Metode Percobaan

Percobaan dilakukan dengan tiga tahap. Tahap persiapan dilakukan


dengan membuat media untuk uji mikrobiology, dan mensterilkan alat gelas
dengan cara memasukan kedalam oven dengan suhu 150 oC. Tahap pengambilan
sampel dilakukan dengan dengan mengambil produk yang sudah siap secara acak,
Tahap pengujian sampel meliputianalisa kesadahan total dengan metode titrasi
kopleksometri, analisis kadal Cl- dengan metode titrasi argentometri, analisis zat
organik dengan metode titrasi permanganatometri, analisis Fe dan Mn dengan
metode spektofotometri, analisis total colony count (TCC) dengan metode tuang,
uji bakteri E Coly dan Coliform dengan metode tuang, uji jamur Yeast & Mould
metode tuang, uji bakteri Pseudomonas Aerogenusa metode tuang, Uji total
dissolved solid (TDS), uji pH, dan uji kekeruhan. Kemudian dibandingkan dengan
standar yang berlaku di perusahaan yaitu SNI 3553:2015
Cara Kerja

Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan dengan pembuatan media untuk pengujian


mikrobiology, serta menyiapkan larutan pereaksi yang akan digunakan dalam
pengujian. Pembuatan media dan larutan pereaksi dapat dilihat pada Lampiran 2.

Sterilisasi Alat
Cuci semua alat gelas dengan detergen. Bungkus alat gelas dengan kertas
jerami/buram kemudian dimasukan kedalam oven. Oven diatu suhunya sebesar
170 oC dan biarkan selama 2 jam.

Sterilisasi Media
Masukan tabung ulir yang berisi media kedalam autoclave. Atur suhu
autoclave sebesar 121 oC. Tutup autoclave dengan rapat dan biarkan selama 15
menit.

Tahap Pengambilan Sampel

Tahap pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel yang


telah diproduksi secara acak sebanyak satu sampel air yang sudah di masukan
kedalam kemasan galon setelah proses produksi berlangsung 1 jam.

Tahap Pengujian Sampel

Total Dissolved Solid (TDS)

Elektroda dibilas dengan aquadest kemudian di keringkan. Alat TDS


meter disambungkan ke sumber listrik kemudian di nyalakan dengan menekan
tombol ON pada alat. Kemudian elektroda di celupkan kedalam contoh uji dan
dicatat angka yang tampil pada layar setelah angka stabil. Setelah pembacaan
selesai pH meter dimatikan dengan menekan tombol OFF dan dibilas elektroda
dengan aquadest.

pH

Elektroda dibilas dengan aquadest dan keringkan. Kemudian alat


disambungkan ke arus listrik dan dinyalakan alat pH meter dengan menekan
tombol ON pada alat. Elektroda dicelupkan pada sampel yang akan diuji dan
dicatat angka yang muncul pada layar . Setelah pembacaan selesai, matikan alat
dengan menekan tombol OFF kemudian dibilas dengan aquadest dan dikeringkan.

Kekeruhan

Alat turbidity meter di sambungkan ke arus listrik kemudian alat


dinyalakan. Kuvet untuk sampel dibilas dengan aquadest kemudian dibilas
dengan sampel. Kemudian kuvet diisi dengan sampel hingga tanda tera. Kuvet
dimasukan kedalam alat dan ditekan tombol read kemudian catat angka yang
tampil pada layar. Setelah selesai pembacaan alat dimatikan dengan menekan
tombol OFF pada alat.

Standarisasi Larutan EDTA 0.01 M

Larutan CaCO3 0,01 M dipipet sebanyak 50 ml kedalam erlemeyer.


Kemudian ditambahkan beberapa tetes HCl 1:1,5 ml buffer hardness pH 10, dan
ditetesi 2-3 tetes indikator EBT. Kemudian larutan dititar dengan larutan EDTA
yang akan distandarisasi hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru dan dicatat volumenya.
Analisis Kesadahan Total (CaCO3)

Larutan contoh dipipet sebanyak 50 ml ke dalam erlemeyer. Setelah itu


ditambahkan 1-2 ml buffer hardness pH 10 dan indikator EBT 2-3 tetes.
Kemudian dititar dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari ungu
menjadi biru dan dicatat volumenya dengan rumusan seabagi berikut

𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷 𝑥 1000
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ( 𝑝𝑝𝑚) =
𝐷
A = Volume EDTA
B = Konsentrasi EDTA
C = Berat CaCO3
D = Volume larutan contoh (ml)

Standarisasi AgNO3

Larutan NaCl 0.01 N di pipet 50 ml ke dalam erlemeyer. Larutan


ditambahkan 2 ml indikator K2CrO4 5 % dan dititar dengan K2CrO4hingga
terbentuk endapan merah.

Penetapan Klorida (Cl-)

Larutan sampel di pipet 50 ml ke dalam erlemyer. Larutan contoh


ditambah 1 ml K2CrO4 dan kemudian dititar dengan AgNO3 hingga terbentuk
endapan merah dan catat volumenya sebagai rumusan berikut.

𝐴𝑥𝐵𝑥𝐶𝑥1000
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑖𝑑𝑎 (𝑝𝑝𝑚) =
𝐷
A = Volume AgNO3 (ml)
B = Konsentrasi AgNO3
C = Berat setara Cl-
D = Volume larutan contoh (ml)

Standarisasi KMnO4 0,1 N

Asam oksalat ditimbang sebesar 500 mg dan dilarutkan ke dalam labu


ukur 100 ml dengan aquadest, dan ditera sampai tanda tera. Larutan asam oksalat
di pipet 25 ml kedalam erlemeyer dan ditambahkan 25 ml H2SO4 4 N lalu di
encerkan hingga 100 ml. Larutan di titar dengan KMnO4 0,1 N hingga
menghasilkan warna merah muda dan catat volumenya.

Penetapan Zat Organik

Larutan contoh dipipet 50 ml ke dalam erlemeyer dan ditambahkan 5 ml


H2SO4 8 N. Larutan kemudia dipanaskan hingga 70 oC dan ditambahkan 5 ml
asam oksalat 0.01 N. Larutan dititar dengan KMnO4 0.1 N sampai terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna dan catat volumenya.
Lakukan pengerjaan blanko sama seperti langkah kerja, tetapi larutan diganti
dengan aquadest. Catat volumenya sebagai rumusan berikut

(𝐴 − 𝐵) 𝐷 𝑥 1000
𝑍𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 (𝑝𝑝𝑚) = 𝑥𝐶𝑥
𝐴 𝐸

A = Volumen KMnO4 blanko


B = Volume KMnO4 contoh
C = Konsentrasi KMnO4
D = Berat setara karbon
E = Volume larutan contoh

Analisis Besi Dalam Air Dengan Metode Spektrofotometri

Hubungkan alat Spektrofotometer HACH DR/ 2000 ke arus listrik dan


nyalakan dengan menekan tombol ON pada alat. Kemudian dipilih metode
progam untuk besi (Fe) -TPTZ power pillow method dengan menekan tombol 270
kemudian di klik READ/ENTER. Pada layar muncul panjang gelombang 590
nm, kemudian panjang gelombang diatur 590 nm sesuai yang tertera pada layar
dan klik READ/ENTER. Siapkan aquabidest untuk blanko, dan sampel. Sampel
dimasukan kedalam piala gelas 100 ml dan ditambahkan pereaksi TPTZ Iron
Reagent Powder Pillow kemudian diaduk dan ditunggu 30 menit. Blanko dan
sampel kemudian dimasukan kedalam kuvet yang sudah dibilas dan dibersihkan.
Tekan tombol shift timer pada alat. Ketika timer pada alat berbunyi, pada layat
tertera mg/l Fe TPTZ, selanjutnya masukan blanko dan tekan ZERO, pada layar
akan tertera WAIT. Selanjutnya setelah selesai pembacaan blanko, masukan
sampel kemudian di tekan READ/ENTER pada alat dan hasil akan segera
ditampilkan.

Analisis Mn Dalam Sampel Air Dengan Metode Spektrofotometri

Hubungkan alat Spektrofotometer HACH DR/ 2000 ke arus listrik dan


nyalakan dengan menekan tombol ON pada alat. Kemudian dipilih metode
progam untuk mangan dengan menekan tombol 290 kemudian di klik
READ/ENTER. Pada layar muncul panjang gelombang 560 nm, kemudian
panjang gelombang diatur 560 nm sesuai yang tertera pada layar dan klik
READ/ENTER. Siapkan aquabidest untuk blanko, dan sampel. Sampel
dimasukan kedalam piala gelas 100 ml dan ditambahkan pereaksi Ascorbic Acid
Powder pillow, 1 ml Alkaline cyanide, dan 1 ml 0,1 PAN indikator solution,
kemudian diaduk dan ditunggu 30 menit. Blanko dan sampel kemudian
dimasukan kedalam kuvet yang sudah dibilas dan dibersihkan. Tekan tombol shift
timer pada alat. Ketika timer pada alat berbunyi, pada layat tertera mg/l Mn L,
selanjutnya masukan blanko dan tekan ZERO, pada layar akan tertera WAIT.
Selanjutnya setelah selesai pembacaan blanko, masukan sampel kemudian di
tekan READ/ENTER pada alat dan hasil akan segera ditampilkan.

Analisis Total Colony Count

Kocok sampel air dalam galon sampai homogen. Pipet 1 ml air dalam
galon dan dimasukan kedalam cawan petri . Sampel dalam cawan petri
ditambahkan 5 ml media Plate count agar (PCA) yang telah cair kedalamnya.
Sampel didiamkan hingga membeku, kemudian dimasukan kedalam inkubator
dengan suhu 37 oC selama 2x24 jam. Setelah 2x24 jam diamati dan dicatat jumlah
koloni yang tumbuh.

Analisa Coliform dan E Coly

Kocok sampel air dalam galon sampai homogen. Pipet 1 ml air dalam
galon dan dimasukan kedalam cawan petri. Sampel dalam cawan petri
ditambahkan 5 ml media EMB yang telah cair kedalamnya. Sampel didiamkan
hingga membeku, kemudian dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 oC
selama 2x24 jam. Setelah 2x24 jam diamati dan dicatat jumlah koloni yang
tumbuh.

Analisa Pseudomonas aerogenusa

Kocok sampel air dalam galon sampai homogen. Pipet 1 ml air dalam
galon dan dimasukan kedalam cawan petri . Sampel dalam cawan petri
ditambahkan 5 ml media Centrimide Agar (CA) yang telah cair kedalamnya.
Sampel didiamkan hingga membeku, kemudian dimasukan kedalam inkubator
dengan suhu 37 oC selama 2x24 jam. Setelah 2x24 jam diamati dan dicatat jumlah
koloni yang tumbuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pengujian air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan


galon pada bulan Januari dan Februari, didapat hasil analasis pada setiap
parameter sebagai berikut.

Analisis Kesadahan Total Dengan Metode Titrasi Kopleksometri

Berdasarkan percobaan yang di lakukan di pada sampe air minum dalam


kemasan yang menggunakan kemasan galon setiap satu minggu sekali pada bulan
Januari dan Februari. Di dapatkan hasil kadar kesadahan total dengan metode
titrasi kompleksometri yang tertera pada tabel

Kesadahan total (mg/l) SNI


Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 28,0 27.0
Minggu ke – 2 27,0 29.0
Maximal 500
Minggu ke – 3 24,0 25.0
mg/l
Miggu ke – 4 21,0 23.0
Rata-Rata 25 26

Pada tabel dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kadar kesadahan total
untuk bulan Januari sebesar 25,0 mg/l, dan untuk bulan Februari sebesar 26,0 mg/l
dari hasil yang ada pada tabel dapat disimpulkan bahwa hasil pada bulan Januari
dan Februari sudah memenuhi standar SNI 3553: 2015 yaitu dengan batas
maksimal 500 mg/l.

Air yang kesadahannya tinggi biasanya terbentuk karena air merembes


melalui sela kapur atau batuan yang sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat
dan magnesium karbonat. Kesadaha air ditentukan oleh konsentrasi dari kation
logam kompleks yang bermuatan positif yang lebih dari 1+. Biasanya kation yang
memiliki muatan 2+, contohnya dalah Ca2+ dan Mg2+. Umumnya, kalsium
mineral mengandung kalsit dan gipsum. Sedangkan mineral magnesium yang
biasa ditemukan dolomit.

Faktor yang membuat kesadahan tinggi didalam air minum dalam


kemasan salah satunya adalah faktor cuaca hujan. Hujan yang mengandung
karbon dioksida terlarut akan bereaksi dengan kalsium karbonat dan membawa
ion kalsium ke dalam sumber mata air sehingga kesadahan air mulai meningkat.

Kesadahan air minum harus di uji karena berpengaruh kepada kualitas air
dan dampak bagi kesehatan. Walaupun sejatinya ion Ca dan Mg sendiri tidak
berbahaya bagi tubuh, akan tetapi kecenderungan membentuk endapan dengan ion
karbonat ini yang menjadikan bahaya bagi tubuh. Endapan dari air ini akan
mengendap di ginjal dan menimbulkan penyakit kencing batu atauh bisa dibilang
batu ginjal. Karena itu kesadahan air harus diuji dan dijaga agar tidak melebih
batas yang di tentukan, dan air menjalankan peran yang baik kedalam tubuh.

Analisis Klorida dengan Metode Titrasi Argentometri

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada sampe air minum dalam


kemasan yang menggunakan kemasan galon setiap satu minggu sekali pada bulan
Januari dan Februari. Di dapatkan hasil kadar kesadahan total dengan metode
titrasi kompleksometri yang tertera pada tabel

Klorida (mg/l) SNI


Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 6.04 4.62
Minggu ke – 2 5.35 5.68
Maximal 250
Minggu ke – 3 4.97 6.04
mg/l
Miggu ke – 4 4.26 5.11
Rata-Rata 5.16 5.36
Pada tabel diatas tertera bahwa untuk kadar klorida dibulan Januari sebesar
5,16 mg/l dan untuk bulan Februari sebesar 5,36 mg/l. Dari hasil yang tertera
dapat diartikan bahwa air minum dalam kemasan sudah layak dikonsumsi karena
sudah sesuai dengan standar SNI 3553:2015 yaitu sebesar 250 mg/l.

Pengaruh klorida dalam air berhubungan dengan kualitas air yang


dihasilkan. Keberadaan klorida dalam umlah besar dalam air membuat air terasa
asin. Beradasarkan tabel bulan Januari dan Februari memiliki kandungan klorida
standar maxilmal yaitu < 250 mg/l. Hasil pengujian klorida yang bernilai kecil ini
menunjukan bahwa air minum dalam kemasan baik di bulan Januari maupun
Februari tidak berasa.

Untuk kadar klorida sendiri bisa naik atau turunnya nilai kadar klorida bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, terutama adalah faktor cuaca hujan. Air hujan
yang berasa asin, jatuh dan mengalir keperariaran dan masuk kedalam sumber
mengakibatkan air menjadi meningkat kadar kloridanya dan membuat air menjadi
asin. Menurut standar SNI 3553:2015, air yang baik adalah air yang tidak
memiliki rasa. Baik itu rasa pahit, maupun asin. Oleh karena itu analisis klorida
harus dilakukan secara rutin untuk menjamin kualitas rasa air yang jernih.

Analisis Zat Organik dengan Metode Permanganatometri

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel air minum


dalam kemasan yang menggunakan kemasan galon yang dilakukan satu minggu
sekali dibulan Januari dan Februari. Didapatkan hasil kadar untuk zat organik
seperti yang tertera pada tabel.

Zat Organik (mg/l) SNI


Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 0.15 0.15
Minggu ke – 2 0.15 0.00 Maksimal
Minggu ke – 3 0.00 0.15 1.0 mg/l
Miggu ke – 4 0.00 0.00
Rata-Rata 0.08 0.08

Dari hasil yang tertera dalam tabel, untuk kadar zat organik dalam air
minum dibulan Januari sebesar 0,08 mg/L dan untuk bulan januar sebesar 0,08.
Dalam hal ini air minum sudah memenuhi standar SNI 3553:2015 yang
menyatakan kadar maksimal untur zat organik dalam air sebesar 1,00 mg/l.

Dari data yang tertera dalam tabel terlihat bahwa untuk kadar zat organik
di minggu pertama dan kedua bulan Januari dan minggu pertama dan ketiga
diulan Februari cenderung tinggi. Hal ini bisa disebabkan karena faktor cuaca
seperti hujan. Hujan yang jatuh dan mengalir ke aliran air, dan melarutkan zat-zat
organik dari cemaran limbah domestik maupun industri dan masuk kedalam aliran
sumber mata air yang mengakibatkan kadar zat organik cenderung tinggi. Zat
organik juga bisa bertambah akibat cemaran polusi yang masuk kedalam aliran,
atau dari organisme yang membusuk yang mengakibatkan kadar zat organik
meningkat.

Kadar zat organik dalam air minum tidak diperbolehkan. Karena selain
menimbulkan bau dan rasa yang yang tidak diinginkan. Zat organik juga bersifat
beracun baik secara langsung, maupun setelah bereaksi dengan senyawa lain.
Oleh karena itu analisis secara rutin sangat diperlukan untuk menjaga kualitas air
agar tetap bersih dan baik.

Analisis Besi dengan Metode Spektrofotometri

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada sampel air minum dalam


kemasan yang menggunakan kemasan galon, untuk kadar Besi dalam air minum
dalam kemasan yang diuji selama satu minggu sekali untuk bulan Januari dan
Februari menggunakan spektrofotometer DR 2000. Didapatkan hasil analisis
seperti yang tertera pada tabel.
Besi (mg/l) SNI
Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 0.01 0.00
Minggu ke – 2 0.00 0.00
Maksiimal
Minggu ke – 3 0.01 0.01
0.1 mg/l
Miggu ke – 4 0.01 0.00
Rata-Rata 0.01 0.00

Untuk kadar besi dalam air minum dalam kemasan pada bulan Januari
sebesar 0,01 mg/l dan untuk Februari sebesar 0,00 mg/l. Dari hasil tersebut
menunjukan bahwa air sudah sesuai dengan standar SNI 3553:2015 yang
menyatakan kadar maksimal sebesar 0,1 mg/l.

Dari hasil yang tertera dalam tabel terlhiat bahwa kadar besi untuk bulan
Januari lebih tinggi dari bulan Februari. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor seperti faktor hujan, atau polusi domestik yang mengakibatkan kadar besi
meningkat. Hujan yang turun dan mengalir kedalam perairan yang melarutkan
logam dari bebatuan atau sisa-sisa sampah yang kemudian masuk kedalam sumber
dan menyebabkan kadar mangan dalam air sumber meningkat. Atau karena
polusi udara seperti asap dari domestik atau industri yang masuk kedalam perairan
dan mencemari perairan sehingga berdampak pada air sumber.

Keberadaan logam Fe dalam air minum tidak boleh lebih dari 0,1 mg/l.
Hal itu disebabkan karena jika logam Fe terlalu banyak dalam air minum
mengakibatkan rasa dan bau yang tidak enak, air bisa jadi cepat menguning dan
berkerak. Selain itu, dampak bagi kesehatan jika logam Fe terlalu banyak adalah
dapat merusak ginjal karena logam Fe mudah mengendap di ginjal dan
menyebabkan penyakit batu ginjal. Karena itu analisis logam Fe diperlukan untuk
menjaga kualitas dan rasa air agar tetap terjaga dan tetap berperan baik dalam
tubuh.
Analisis Mangan dengan Metode Spektrofotometer

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada sampel air minum dalam


kemasan yang menggunakan kemasan galon, untuk kadar mangan dalam air
minum dalam kemasan yang diuji selama satu minggu sekali untuk bulan Januari
dan Februari menggunakan spektrofotometer DR 2000. Didapatkan hasil analisis
seperti yang tertera pada tabel.

Mangan (mg/l) SNI


Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 0.001 0.001
Minggu ke – 2 0.000 0.001
Maksimal
Minggu ke – 3 0.001 0.002
0.05 mg/l
Miggu ke – 4 0.001 0.001
Rata-Rata 0.001 0.001

Dari hasil data yang tertera pada tabel, untuk kadar mangan dalam air
minum dalam kemasan pada bulan Januari sebesar 0,001 dan bulan Februari
sebesar 0,001. Dari hasil yang didapat kadar mangan untuk builan Januari dan
Februari sudah sesuai dengan standar yang di pakai yaitu SNI 3553:2015 yang
menyatakan bahwa kadar maksimal untuk kadar mangan dalam air sebesar 0,05
mg/l.

Logam Mn dalam air minum sangat berbahaya bagi tubuh.


Kecenderungan membentuk endapan MnO2 yang membuat unsur mangan sangat
berbahaya. Selain menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak pada minuman,
unsur ini bersifat beracun pada sistem pernapasan. Selain itu kadar Mn yang lebih
besar dari 0,05 mg/l akan menyebabkan kerusakan pada hati.

Kadar logam mangan dalam air minum bisa saja bertambah kadarnya
karena faktor alam dan pencemaran limbah domestik yang memasuki saluran
perairan. Untuk faktor alam bisa jadi karena hujan. Hujan yang turun dan
mengalir kedalam perairan yang melarutkan logam dari bebatuan atau sisa-sisa
sampah yang kemudian masuk kedalam sumber dan menyebabkan kadar mangan
dalam air sumber meningkat. Faktor alam lainnya bisa terjadi karena erosi.
Tanah yang masuk dalam perairan yang mengandung logam Mn terbawa oleh
arus perairan dan masuk kedalam air sumber. Dan faktor pencemaran domestik
seperti limbah yang berasal dari pemukiman yang berada dipinggi sungai, atau
limbah pabrik yang mengalir keperairan dan masuk kedalam perairan sumber
yang menyebabkan air sumber tercemar atau kadar mangan dalam air meningkat.

Untuk menjaga kualitas air minum dalam kemasan agar baik dikonsumsi,
jernih, dan tidak memiliki bau atau rasa. Uji logam mangan harus dilakukan
secara rutin agar kualitas air terjaga dan air layak untuk dikonsumsi dan
didistribusikan

Analisis Angka Lempeng Total

Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk pengujian angka lempenng


total dalam air minum dalam kemasan dari bulan Januari dan Febuari selama satu
minggu sekali. Di dapatkan hasil analisis seperti yang tertera pada tabel.

Angka Lempeng Total (koloni/ml) SNI


Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 0 1
Minggu ke – 2 0 0 Maksimal
Minggu ke – 3 2 2 1.0 x 102
Miggu ke – 4 1 0 koloni/ml
Rata-Rata 1 1

Dari hasil yang tertera pada tabel, didapat untuk uji angka lempeng total
untuk bulan Januari dan Februari sebesar 1 koloni/ml. Dalam uji ini, air minum
sudah sesuai dengan standar yang dipakai yaitu SNI 3553:2015 yang menyatakan
batas maksimal untuk angka lempeng total sebesar 1,0 x 102 koloni/ml.

Angka lempeng total adalah metode perhitungan jumlah bakteri secara


tidak langsung. Bakteri yang dihitung hanyalah bakteri-bakteri yang hidup.
Pengujian angka lempeng total ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air minum
secara kuantitatif, sehingga dapat ditentukan apakah air layak dikonsumsi atau
tidak.

Analisis bakteri Coliform dan E Coly

Berdasarkan analisis yang di lakukan pada sampe air minum dalam


kemasan yang menggunakan kemasan galon setiap satu minggu sekali pada bulan
Januari dan Februari. Di dapatkan hasil analisis bakteri Coliform dan E-Coly
seperti yang tertera pada tabel.

Coliform (koloni/ml) SNI


Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 0 0
Minggu ke – 2 0 0
Tidak
Minggu ke – 3 0 0
Terdeteksi
Miggu ke – 4 0 0
Rata-Rata 0 0

E Coly (koloni/ml) SNI


Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 0 0
Minggu ke – 2 0 0
Tidak
Minggu ke – 3 0 0
Terdeteksi
Miggu ke – 4 0 0
Rata-Rata 0 0

Suatu bakteri dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator apabila bakeri


tersebut merupakan bakteri non-fastidius, sehingga mudah di analisis di
laboratorium. Salah satu bakteri yang di gunakan sebagai bioindikator yaitu E-
Coly. Alasan penggunaan bakteri ini digunakan sebagai bioindikator karena
keberadaan E-Coly yang sangat banyak pada feses hewan maupun manusia serta
korelasinya dengan penyakit pencernaan. E-Coly merupakan bakteri gram
negatif dengan rod shape, serta mampu memfermentasikan 4 laktosa menjadi
asam dan gas. Karena karakterisitik ini lah E-Coly dapat dimanfaatkan untuk
analisis laboratorium. Akan tetapi, analisis tersebut menjadi sulit karena tidak
hanya E-Coly yang mempunyai kemampuan untuk memfermentasikan laktosa.
Terdapat kelompok bakteri lain yang memiliki kemampuan untuk
memfermentasikan laktosa yaitu Coliform.

Kualitias air minum dapat ditentukan secara mikrobiology melalui


keberadaan bakteri Coliform. Bakteri ini biasanya ditemukan dalam saluran cerna
hewan dan manusia di lingkungan maupun pada feses manusia dan hewan.
Kebanyakan bakteri Coliform ini tidak berbahaya, namun keberadaannya dapat
mengindikasikan hadirnya organisme patogen lain dalam air. Gejala penyakit
yang dapat timbul akibat patogen tersebut adalah mual, muntah, demam, dan
diare.

E-Coly merupakan bakteri umum yang ditemukan pada usus manusia dan
hewan. Bakteri ini bisa menjadi patogen untuk atau penyebab penyakit. Beberapa
penyakit yang disebabkan oleh E-Coly antara lain infeksi saluran kemih, diare,
keracunan darah, dan meningitis. Bakteri ini juga penyebab utama infeksi saluran
kemih pada wanita.

Dari hasil yang tertera pada tabel menunjukan bahwa pada bulan Januari
dan Februari analisis bakteri coliform dan e-coly tidak terdeteksi atau 0. Dari hasil
tersebut menunjukan bahwa air minum sudah sesuai dengan peraturan SNI
3553:2015 yaitu tidak terdeteksi. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa air minum
dalam kemasan layak untuk dikonsumsi.

Untuk menjaga kualitas air agar air terasa jernih dan dapat memenuhi
peran baik dalam tubuh. Oleh karena itu pengecekan bakteri Coliform dan E-
Coly harus dilakukan secara rutin agar air terjaga kualitas dan rasanya, serta dapat
menjalankan perannya dengan baik dalam tubuh.
Analisis Pseudomonas Aerugimosa

Berdasarkan percobaan yang di lakukan di pada sampe air minum dalam


kemasan yang menggunakan kemasan galon setiap satu minggu sekali pada bulan
Januari dan Februari. Di dapatkan hasil analisis bakteri Pseudomonas Aeruginosa
seperti yang tertera pada tabel.

Pseudomonas Aerugimosa (mg/l) SNI


Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 0 0
Minggu ke – 2 0 0
Tidak
Minggu ke – 3 0 0
Terdeteksi
Miggu ke – 4 0 0
Rata-Rata 0 0

Dari hasil yang tertera pada tabel menunjukan bahwa pada bulan Januari
dan Februari analisis bakteri Pseudomonas Aeruginosa tidak terdeteksi atau 0.
Dari hasil tersebut menunjukan bahwa air minum sudah sesuai dengan peraturan
SNI 3553:2015 yaitu tidak terdeteksi. Dari hasil yang tertera menunjukan bahwa
untuk bakteri Pseudomonas Aeruginosa dalam hal ini sudah terjaga dan terkontrol
dengan baik.

Untuk bakteri Pseudomonas Aeruginosa tidak boleh terdetksi dalam air.


Hal itu disebabkan karena bakteri ini penyakit sistemik seperti infeksi yang dapat
terjadi di mata, telinga, kulit, saluran urin, saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan menyebabkan mata radang bengkak dan mata merah. Oleh
karena itu analisis rutin untuk bakteri ini sangat penting dilakukan.

Uji pH

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada sampel air minum dalam
kemasan yang menggunakan kemasan galon yang dilakukan setiap satu minggu
sekali dibulan Januari dan Februari. Di dapatkan hasil analisis pH air minum
dalam kemasan seperti yang tertera pada tabel.

Ph SNI
Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 6.24 6.32
Minggu ke – 2 6.28 6.31
Minggu ke – 3 6.29 6.32 6 - 8,5
Miggu ke – 4 6.29 6.36
Rata-Rata 6.28 6.33

Dari hasil yang tertera dalam tabel dapat dilihat bahwa nilai pH pada bulan
Januari sebesar 6,28 sedangkan untuk bulan februari sebesar 6,33. Dalam hal ini
air minum sudah memenuhi standar dari SNI 3553:2015 dengan kisaran 6,00 -
8,50.

pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar


asam/basa dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang penting dan paling
sering digunakan pada kimia air. Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam
atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen.
Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada
proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai pH
harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat. Untuk rentang
pH yang baik dalam air minum menurut SNI 3553:2015 adalah air yang memiliki
rentang pH 6,00 - 8,50.

Tidak semua nilai pH air dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup, karena
jika tidak sesuai dengan fungsi biologis makhluk hidup, maka akan terjadi
ketidakseimbangan dalam tubuh. Akan tetapi beberapa nilai pH air juga dapat
dimanfaatkan oleh manusia seperti minuman dengan pH basa yang fungsinya
sebagai penurun tegangan permukaan air atau sebagai surfaktan, serta larutan
asam yang digunakan untuk reaksi kimia.
Turbidity

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untung uji kekeruhan dengan


menggunakan metode turbidity dengan alat turbidimeter, didapat hasil analasis
untuk bulan januar dan februari seperti yang tertera pada tabel.

Turbidity NTU SNI


Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 0.11 0.11
Minggu ke – 2 0.11 0.11
Maximal 1.5
Minggu ke – 3 0.11 0.11
mg/l
Miggu ke – 4 0.11 0.11
Rata-Rata 0.11 0.11

Dari hasil yang tertera pada tabel, untuk uji kekeruhan atau (turbidity)
didapat hasil untuk bulan Januari dan Februari sebesar 0,11. Uji ini sudah sesuai
dengan standar yang berlaku yaitu SNI 3553:2015 yang menyatakan bahwa kadar
maksimal sebesar 1,5 mg/l. Untuk uji kekeruhan pada sampel air minum dalam
kemasan cenderung stabil baik dibulan Januari maupun bulan Februari, yang
artinya untuk kejernihan air sudah terjaga dan terkontrol dengan baik.

Total Disolve Solid

Berdasarkan percobaan yang di lakukan pada sampe air minum dalam


kemasan yang menggunakan kemasan galon setiap satu minggu sekali pada bulan
Januari dan Februari. Di dapatkan hasil Total Disolve Solid yang tertera pada
tabel.
Total Disolve Solid (mg/l) SNI
Ulangan
Januari Februari 3553:2015
Minggu ke – 1 60.6 58.7
Minggu ke – 2 60.1 59.9
Maximal 500
Minggu ke – 3 61.4 57.1
mg/l
Miggu ke – 4 59.2 61.5
Rata-Rata 60.3 59.3

Pada tabel diatas menunjukan bahwa kadar total disolve solid untuk bulan
Januari 60,3 mg/l dan untuk bulan Februari 59,3 mg/l. Dari hasil tersebut
menunjukan bahwa kadar total dissolve solid sesuai dengan SNI 3553:2015 yaitu
dengan kadar maksimal 500 mg/l.

Total Dissolve Solid (TDS) adalah padatan dalam air yang dapat melewati
filter (biasanya dengan ukuran pori 0,45). Konsentarsi TDS dapat mengurangi
kejernihan air, berkontribusi pada penurunan fotosintesis, menggabungkan dengan
senyawa beracun dan logam berat, dan menyebabkan peningkatan suhu air. TDS
digunakan untuk memperkirakan kualitas air minum, karena merupakan jumlah
ion dalam air. Air yang memiliki TDS tinggi sering memiliki rasa yang tidak
enak dan dapat mengakibatkan efek pencahar.

Total dissolve solid dapat berbahaya karena kepadatan air menentukan


aliran air masuk dan keluar dari sel-sel organisme. Namun jika konsentrasi TDS
terlalu tinggi atau rendah, pertumbuhan banyak kehidupan air dapat dibatasi, dan
kematian terjadi.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi naiknya total dissolve


solid dalam air seperti faktor hujan. Air hujan yang turun dan mengalir di atas
batuan kapur, kalsium (Ca2+) dan karbonat (CO32-) ion akan terlarut kedalam air.
Oleh karena itu, TDS akan meningkat. Selain faktor hujan, erosi tanah juga dapat
meningkatkan kadar TDS dalam air. Partikel tanah yang terkikis mungkin berisi
komponen larut yang dapat larut ke permukaan air. Selain itu polusi daerah
perkotaan juga dapat masuk kedalam air dan meningkatkan kadar total dissolve
solid.
Untuk menjaga kualitas yang baik dalam air minum, analisis TDS secara
rutin harus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan rasa air agar
air terasa jernih dan segar.

Untuk pengujian air minum dalam kemasan di PT Tirtamas Jaya Utama ini
tidak melakukan semua uji yang tertera pada SNI 3553:2015. Hal ini disebabkan
karena untuk sumber mata air yang digunakan hanya parameter yang dilakukan di
atas saja yang menjadi kendala produksi air bersih. Maka dari itu beberapa
parameter tidak dilakukan dalam analisis kualitas ini. Akan tetapi PT Tirtamas
Jaya Utama rutin untuk mengirim sampel air minum dalam kemasan ke
perusahaan jasa analisis untuk menganalisis kualitas sampel air minum secara
keseluruhan sesuai dengan SNI 3553:2015. Hasil analisis untuk pengujian dengan
perusahaan lain tertera pada lampiran sebagai penguat bahwa air minum dalam
kemasan yang di produksi oleh PT Tirtamas Jaya Utama ini sudah sesuai dengan
standar dan layak untuk dikonsumsi, serta terjaga kualitasnya.
SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis air minum dalam kemasan yang menggunakan


kemasan galon setiap satu minggu sekali selama bulan Januari dan Februari.
Menunjukan bahwa kualitas air minum yang diproduksi sudah sesuai dengan
standar yang digunakan yaitu SNI 3553:2015. Yang artinya air yang diproduksi
sudah layak didistribusikan dan dikonsumsi oleh konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

ACHMAD, R 2004. Kimia Lingkungan. CV Andi Offset. Yogyakarta

ALERTS, G & S. S. SANTIKA. 1987. Metode Penelitian Air Usaha Nasional


Indonesia

ARIF, M. 2009. Analisis Tingkat Kesuksesan Konsumen Terhadap Air Minum.


PT Angkasa Bandung. Bandung

ASMADI, KHAYAN, KASJONO H.S. 2011. Tekhnologi Pengolahan Air


Minum. Yogyakarta: Gosyen Publishing

BADAN STANDAR NASIONAL. 2015. Standar Nasional Indonesia. 3553-


2015. Syarat Mutu Air mineral. BSN. Jakarta

BOEL, T. 2004. Infeksi saluran kemih dan kelamin. Sumatra Utara: Fakultas
Kedokteran Gigi USU.

COLOME, JS. Et al. 2001. Laboratory Exercises in Mikrobiology. West


Publishing Company. New york

DAY, R. A. & A. L. UNDERWWOD. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.


Edisis Keenam. Diterjemahkan oleh Iis Sopyan, M. Eng. Penerbit
Erlangga Jakarta

ECKENFELDER, W. W. 1989. Industrial Water Pollution Control. Second


edition. McGraww-Hill, Inc., New York. 400p

EFFENDI, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta

KUSNAEDI. 2010. Mengolah Air Kotor Menjadi Air Minum. Swadaya. Depok

KUSNANDAR, F. 2011. Kimia Pangan Komponen Makro. Dian Rakyat.


Jakarta
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. 2010. Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Permenkes.
Jakarta

MUBARAK, W. L. & N. CHAYATIN. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat


Teori dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta

MUYOSARO, P. 2012. Terapi Air Putih. Dunia Sehat. Jakarta

NAINGGOLAN, HAMONANGAN dan SUSILAWATI. 2011. Pengolahan


Limbah Cair Industry Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih.
Medan: PenerbitUsu-Press

SITUMORANG, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: FMIPA-UNIMED

SLAMET, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada


UniversityPress.

SUPARDI, I., dan SUKAMTO. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan


Keamanan Pangan. Bandung: PT Alumni

SOESANTO, T. 1996. Senyawa Organik dalam Air Minum. Media Litbangkes


VI:3-4

SUMANTRI, A. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Kharisma


Putra Utama. Jakarta

SUNATMO, T. I. 2007. Eksperimen Mikrobiologi Dalam Laboratorium. Ardy


Agency. Jakarta

SUTRISNO. T., SUCIASTUTI. 2010Tekhnologi Penyediaan Air Bersih.


Rhineka Cipta. Jakarta.

VANSYEK, PETR. 2004. The Glass pH Electorde. The Electrochemical


Society. United States

VOLK, W. A., dan M.F. WHEELER. 1989. Mikrobiologi Dasar. Edisi


Kelima. Translated by Soenarto Adisoemarto. Vol. Dua. Jakarta:
Erlangga
WALUYO, Lud. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press. Malang

WINARNO. F. G. 2003. Air Untuk Industri Pangan. PT Gramedia Jakarta

WULANDARI, dkk. 2014. Instrumentasi Alat Laboratorium “Turbidimeter &


Densitometer”. Politekhnik Kesehatan Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai