LAPORAN KP Bersama PT Petrokimia Gresik Pabrik Gypsum Dan AlF3 PDF
LAPORAN KP Bersama PT Petrokimia Gresik Pabrik Gypsum Dan AlF3 PDF
LAPORAN KP Bersama PT Petrokimia Gresik Pabrik Gypsum Dan AlF3 PDF
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
NIK. 664
2014
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
NIK. 664
2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Menyetujui,
iii
KATA PENGANTAR
iv
8. Cak A Maimun A, Cak M Ainul Rofiq, Cak Baha Tio AP, Cak Ujang
Kelana, Cak A Faris Azhari, Bapak Su’ud, Bapak Djuwari, Bapak Agus
Suyarmanto, Bapak Rudi Widodo serta seluruh staf dan karyawan Pabrik
Gypsum dan AlF3 yang telah membantu dan membimbing kami selama
pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan ini.
9. Dan semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu – persatu.
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya atas segala
bantuan, bimbingan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penyusun hingga
terselesaikan kerja praktek ini.
Akhir kata, semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat memberikan
manfaat bagi penyusun dan pembaca semuannya. Saran dan kritik yang
membantun sangat diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaan Laporan
Kerja Praktek ini .
Wasallamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
1.4.10 Evaluasi Kinerja K3 ..................................................................... 36
1.4.11 Audit SMK3 ................................................................................. 37
1.4.12 Alat Pelindung Diri ...................................................................... 37
1.5 Manajemen Produksi ............................................................................... 43
1.5.1 Stuktur Organisasi ........................................................................ 43
1.5.2 Kedudukan ................................................................................... 44
1.5.3 Fungsi........................................................................................... 44
1.5.4 Perencanaan Produksi .................................................................. 45
1.5.5 Pengendalian Produski ................................................................. 49
1.5.6 Pelaksanaan Pengamatan ............................................................. 50
BAB II DESKRIPSI PROSES ......................................................................... 53
2.1 Pabrik Gypsum dan AlF3 ........................................................................ 53
2.1.1 Proses Utama Unit Purifikasi ...................................................... 53
2.1.2 Proses Utama Unit Cement Retarder .......................................... 56
2.1.3 Proses Utama Unit AlF3 .............................................................. 63
BAB III SPESIFIKASI ..................................................................................... 72
3.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk ....................................................... 72
3.1.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk Unit Purfifikasi .................. 72
3.1.2 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk Unit Cement Retarder........ 73
3.1.3 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk Unit AlF3 ........................... 74
3.2 Spesifikasi Alat ........................................................................................ 76
3.2.1 Spesifikasi Alat Utama dan Pendukung Unit Purifikasi .............. 76
3.2.2 Spesifikasi Alat Utama dan Pendukung Unit Cement Retarder .. 81
3.2.3 Spesifikasi Alat Utama dan Pendukung Unit AlF3 .................... 112
BAB IV UTILITAS ........................................................................................ 126
4.1 Utilitas Penyedia Air Utama .................................................................. 126
4.2 Utilitas Penyedia Steam ......................................................................... 128
4.3 Utilitas Penyedia Listrik ........................................................................ 130
4.4 Utilitas Penyedia NW (Netralized Water) ............................................. 131
4.5 Utilitas Penyedia Instrument Air ........................................................... 131
4.6 Utilitas Penyedia Batu Bara ................................................................... 132
BAB V LABORATORIUM ........................................................................... 133
vii
5.1 Program Kerja Laboratorium ................................................................. 133
5.1.1 Laboratorium PT. Petrokimia Gresik ......................................... 133
5.1.2 Struktur Organisasi .................................................................... 134
5.1.3 Tugas Pokok Laboratorium ....................................................... 135
5.2 Alat – Alat Laboratorium....................................................................... 135
5.3 Prosedur Analisa .................................................................................... 136
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 175
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 175
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xi
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Laporan Kerja Praktek Pabrik Gyspum dan AIF3
Departemen Produksi III
PT. Petrokimia Gresik
Tinjauan Umum
BAB I
TINJAUAN UMUM
b. Tahun 1964
Pembangunan fisik tahap pertama Proyek Petrokimia Surabaja
didasarkan pada Inpres RI No.1/Instr/1963, dilaksanakan oleh
Consindit Sp. A dari Italia.
c. Tahun 1968
Proyek ini sempat terhenti karena terjadi pergolakan politik dan
keadaan ekonomi memburuk. Dampak dari krisis tersebut
menyebabkan perusahaan mengalami krisis juga. Biaya operasi yang
tinggi (impor) yang tidak sesuai dengan penjualan menyebabkan
perusahaan mengalami kerugian. Oleh karena itu, perusahaan
membutuhkan suntikan dana dari kantor pusat.
d. Tahun 1972
Proyek Petrokimia Surabaja diresmikan oleh Presiden Suharto
sebagai badan usaha berbentuk perusahaan umum dengan nama
Perum Petrokimia Gresik. Selanjutnya setiap tanggal 10 Julli
diperingati sebagai Hari Ulang Tahun PT. Petrokimia Gresik.
e. Tahun 1975
Bentuk perusahaan menjadi PT. Petrokimia Gresik (Persero)
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1975 tepatnya pada
tanggal 10 Juli 1975.
f. Tahun 1997
PT. Petrokimia Gresik telah berubah status menjadi Holding
Company bersama PT. Pusri Palembang sebagai induknya
berdasarkan PP. No. 28 tahun 1997.
g. Tahun 2012
PT. Pupuk Indonesia Holding Company (Persero), disingkat PIHC,
merupakan perusahaan induk untuk Badan Usaha Milik Negara
dalam bidang pupuk di Indonesia. Perusahaan ini berkedudukan di
Jakarta. PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu anak
perusahaan PT. Pupuk Indonesia bersama dengan PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang, PT. Pupuk Kalimantan Timur, PT. Pupuk
Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Asean Aceh Fertilizer dan
Nitrogen : 46 % min
Biuret : 1 % maks
Kadar air : 0,5 % maks
Bentuk : Kristal
B. Produk Samping
Selain produk utama juga menghasilkan bahan baku dan
produk samping, yaitu:
1) Amoniak dengan kapasitas produksi sebesar 455.000 ton/tahun
yang digunakan untuk pembuatan pupuk ZAI/III, urea dan
Phonska.
2) CO2 cair dengan kapasitas produksi sebesar 10.000 ton/tahun.
3) CO2 padat (Dry Ice) dengan kapasitas produksi sebesar 4.000
ton/tahun.
4) Gas Nitrogen dengan kapasitas produksi sebesar 500.000
NCM/tahun.
5) Nitrogen cair dengan kapasitas produksi sebesar 250.000
ton/tahun.
6) Gas Oksigen dengan kapasitas produksi sebesar 600.000
NCM/tahun.
7) Oksigen cair dengan kapasitas produksi sebesar 3.300 ton/tahun.
Unit Produksi II
Terdiri dari 3 pabrik :
1) Pabrik Pupuk Fosfat I (Tahun 1979)
- Kapasitas : 510.000 ton/tahun
Produk utama pupuk unit ini adalah TSP (Triple Super Phosphat) /
SP-36 (Super Phosphat 36% P2O5) atau variasi produk lainnya, lebih
jelasnya sebagai berikut :
a. Pupuk TSP / SP-36, kapasitas produksi 400.000 ton/tahun
Komposisi SP-36 (SNI 02-3769-2005)
N total : 18 %
P2O5 Ws : 46 %
H2O : 1,0 % maks
Komposisi produk
bergantung pada pesanan
konsumen dan didasarkan
pada SNI 02-2803-2000
N total : 15 %
P2O5 Cs : 15 %
K2O : 5,0 %
Sulfur (S) : 10 %
H2O : 2 % maks
- Cangaroo Crane
Kapasitas bongkar curah 350 ton/tahun
- Ban berjalan
Kapasitas angkut curah 1000 ton/jam atau 120 ton/jam untuk
kantong
- Fasilitas pompa dan pipa
Kapasitas 60 ton/jam untuk produk cair
- Multiple Loading Crane
Kapasitas muat curah 120 ton/jam atau 2000 kantong/jam
(kantong 50 kg)
B. Unit Pembangkit Tenaga Listrik
PT. Petrokimia Gresik menggunakan 2 unit pembangkit listrik
milik sendiri, yaitu:
1) Gas Turbin Generator
Terdapat pada unit produksi Pupuk Nitrogen mampu menghasilkan
daya 33 MW.
2) Steam Turbin Generator
Terdapat di unit produksi Asam Sulfat mampu menghasilkan daya
20 MW.
C. Sarana Air Bersih
Unit Penjernihan Air I
- Lokasi : Gunungsari Surabaya
- Bahan baku : Air Sungai Berantas
- Ukuran pipa : 14 inci sepanjang 22 km
- Kapasitas : 720 m3/jam
Unit Penjernihan Air II
- Lokasi : Babat Lamongan
- Bahan baku : Air Bengawan Solo
- Ukuran pipa : 28 inci sepanjang 60 km
- Kapasitas : 2500 m3/jam
1.3.5. Ketenagakerjaan
Pimpinan Perusahaan
Pimpinan perusahaan PT. Petrokimia Gresik periode 28 April 2014
adalah sebagai berikut :
A. Dewan Komis
1) Komisaris Utama :
- Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, M.S, DAA
2) Komisaris :
- Rumolo Robert Simbolon, S.Sos, M.M
- Agus Supriyanto
- Drs. Julain Aldrin Pasha, M.A, PhD
- Lili Djadjuli
- Ir. Nugraha Budi Eka Irianto
B. Direksi
1) Direktur Utama : Ir. Hidayat Nyakman, MSIE, MA
2) Direktur Komersil : Drs. T. Nugroho Purwanto, Ak
3) Direktur SDM : Irwansyah, S.E
dan Umum
3312 orang
Tri Dharma Karyawan
Merupakan tiga slogan yang harus dipenuhi dan diwujudkan oleh
semua karyawan di PT. Petrokimia Gresik. Adapun Tri Dharma
Karyawan tersebut yaitu :
1) Rumongso Melu Handarbeni (Merasa Ikut Memiliki)
2) Rumongso Melu Hangrukebi (Merasa Ikut Memilihara)
3) Mulatsariro Hangrosowani (Berani Mawas Diri)
Peptisida Tepung
Kapasitas produksi : 1800 ton/tahun
3) PT. KAWASAN INDUSTRI GRESIK
Perusahaan patungan antara PT. Petrokimia Gresik dengan
saham 35% dan perusahaan lain dengan saham 65% yang bergerak
di bidang :
Pengelolaan Kawasan Industri Gresik
Pengoperasian Export Processing (EPC)
4) PT. PUSPETINDO
Perusahaan patungan antara PT. Petrokimia Gresik dengan
kepemilikan saham sebesar 33,18 % dan perusahaan lain sebesar
66,82 % yang bergerak di bidang :
Pressure Vessels
Heat Exchanger
Tower
Konstruksi Berat
5) PT. PETRONIKA (Tahun 1985)
Perusahaan patungan antara PT. Petrokimia Gresik dengan
saham 20% dan perusahaan lain dengan saham 80% dengan hasil
produksi berupa DOP (Diocthyl Phtalate) berkapasitas 30.000
ton/tahun.
6) PT. PETROCENTRAL (Tahun 1990)
Merupakan perusahaan patungan dari PT. Petrokimia Gresik
dengan kepemilikan saham sebesar 9,8% dan perusahaan lain
sebesar 90,2%. Hasil produksi berupa STPP (Sodium Tripoly
Phosphate) dengan kapasitas produksi 40.000 ton/tahun.
7) PT. PETROWIDADA (Tahun 1988)
Merupakan perusahaan patungan dari PT. Petrokimia Gresik
dengan saham 4,82% dari perusahaan lain dengan saham 95,18%
hasil produksi berupa :
Phtlalic Anhydride
Kapasitas produksi : 300.000 ton/tahun
Maleic Anhydride
Kapasitas produksi : 1200 ton/tahun
1.3.9. Koperasi
Koperasi Karyawan Keluarga Besar Petrokimia Gresik (K3PG)
didirikan sejak 13 Agustus 1983. Sampai akhir Juni 2003 memiliki
anggota 6342 orang. Bidang usahanya meliputi :
Unit toko swalayan, toko bahan bangunan dan alat listrik, toko
elektronik dan apotik.
Unit simpan pinjam, jasa service AC, jasa bengkel motor, wartel dan
warnet dan kantin.
Unit stasiun pompa bensin umum (SPBU)
Unit pabrik air minum kemasan (Air “K”)
Kekurangmampuan / ketidakmampuan
Kekurangan peralatan dan sarana
o Kondisi tidak aman / unsafe condition (10%)
Bising
Terlalu sesak
House keeping yang jelek
Ventilasi dan penerangan yang kurang
Pemaparan radiasi dan lain sebagainya
Bahan dan peralatan yang rusak dan cacat
Peralatan perlindungan yang tidak memenuhi syarat
o Lain – lain / force majeur (2%)
Gempa bumi
Dan peristiwa alam lainnya
Kecelakaan
Sebagai suatu peristiwa yang tidak diharapkan, tidak
direncanakan, dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, dalam
rangkaian peristiwa yang terjadi karena berbagai sebab, yang
mengakibatkan kerusakan atau bentuk kerugian berupa
kematian, cidera, sakit fisik atau mental, kerusakan properti,
kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau kombinasi dari
kegiatan-kegiatan tadi.
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan yang dialami oleh seorang karyawan, semenjak ia
meninggalkan rumah kediamannya menuju tempat
pekerjaannya, selama jam kerja dan istirahat, maupunn
sekembalinya dari tempat kerjanya menuju rumah kediamannya
dengan melalui jalan yang biasa ditempatnya.
2) Sasaran Keselamatan Kerja
Sasaran usaha keselamatan kerja memiliki tujuan sebagai
berikut :
Kemanusiaan
Berupaya mencegah terjadinya penderitaan bagi tenaga kerja
sehingga menciptakan terwujudnya keamanan, gairah kerja dan
kesejahteraan karyawan.
Ekonomi
Berupaya menghindarkan terjadinya kerugian bagi perusahaan
dari kegiatan produksi untuk meningkatkan efisiensi dan
produktifitas.
Sosial
Berupaya menciptakan kesejahteraan sosial dan memberikan
perlindungan bagi masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang
timbul akibat dari kegiatan perusahaan.
Hukum
Berupaya melaksanakan perundang-undangan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah di perusahaan.
1.4.5. Kebijakan K3
PT. Petrokimia Gresik bertekat menjadi produsen pupuk serta
bahan kimia lainnya yang produknya paling diminati oleh konsumen,
yang mengutamakan K3 dan pelestarian lingkungan hidup dalam setiap
kegiatan operasionalnya. Sesuai dengan nilai-nilai dasar tersebut, Direksi
Operasioanal PT. Petrokimia Gresik menetapkan kebijakan K3 sebagai
berikut :
1) Direksi berusaha untuk selalu meningkatkan perlindungan K3 bagi
setiap orang yang berada ditempat kerja serta mencegah adanya
kejadian dan kecelakaan yang dapat meruagikan perusahaan.
2) Perusahaan menetuapkan UU. No 1/70 tentang K3, Permen No.
05/Men/1996 tentang SMK3 serta peraturan dan norma dibidang K3.
3) Setiap Penajabat dan Pimpinan Unit bertanggung jawab atas
dipatuhinya ketentuan K3 oleh setiap orang yang berada di unit
kerjanya.
1.4.7. Organisasi K3
Agar pelaksanaan K3 di perusahaan dapat berjalan dengan baik
dan dapat menciptakan kondisi yang sehat dan selamat, maka perlu
dibentuk organisasi K3 di dalam struktur organisasi perusahaan, maka
pelaksanaannya secara fungsional dan tersediannya anggaran tersendiri.
Di samping itu organisasi K3 harus bertanggung jawab atas penerapan
dan pengembangan K3 di perusahaan kepada manajemen.
Berdasarkan pengalaman dan pertimbangan manajemen
perusahaan, organisasi K3 diletakan di dalam organisasi yang terdapat
karyawan dalam jumlah terbanyak dan direktorat yang mempunyai
potensi bahaya tertinggi, yaitu Direktorat Produksi. Pembentukan
organisasi K3 secara fungsional akan memudahkan koordinasi dan
kontrol terhadap bahaya – bahaya yang mungkin timbul di unit kerja dan
dapat memberikan pengaruhinya kepada pimpinan dan karyawan di unit
kerjanya masing – masing, sehingga pengendalian kerugian yang
diakibatkan oleh kecelakaan dapat dikendallikan secara efektif.
Organisasi K3 dibentuk sebagai berikut :
1) Organisasi Struktural
2) Organisasi Non Struktural
A. Organisasi Struktural
Organisasi stuktural dibentuk dengan tujuan untuk menjamin
penerapan K3 di perusahaan agar sesuai dengan Undang – Undang
No. 1 tahun 1970 tentang Kesehatan Kerja, Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per. 05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
peraturan K3 lainnya sehingga tercipta kondisi kerja yang aman,
nyaman, dan produktif. Adapun organisasi struktural yang
membidangi K3 di PT. Petrokimia Gresik adalah Bagian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Bagian K3) yang bertanggung
jawab kepada Biro Lingkungan dan K3 (Biro LK3) dibawah
Kompartemen Teknologi dalam lingkup Direktorat Produksi.
KOKAMP TEKNOLOGI
KARO LINGKUNGAN
KABAG DAL.LING
KABAG TEK.LING
KABAG K3
KABAG PMK
DIREKSI
Kebijakan K3
di Perusahaan
KAKOMP/KASAT/SEKPER
KADEP/KARO/KABID
Bertanggungjawab :
1. Penerapan K3 secara efektif
2. Menciptakan kultur K3
3. Pengawasan K3
BADAN K3
Bertanggungjawab :
1. Penerapan K3 di unit kerja
2. Ketaatan pelaksanaan K3
Garis informasi
SEVERITY RATE
Kran yang digunakan untuk menghitung atau mengukur tingkat
keparahan total hilangnya hari kerja pada setiap jam kerja orang.
Rumus :
1.5.Manajemen Produksi
1.5.1. Struktur Organisasi
Manajemen produksi di PT. Petrokimia Gresik dibagi menjadi 3
unit, yaitu :
1. Departemen Produksi I
Mengelola pabrik pupuk nitrogen
2. Departemen Produksi II
Mengelola pabrik pupuk phospat
3. Departemen Produksi III
Mengelola pabrik asam phospat dengan pabrik hulu dan sebagian
pabrik hilirnya
Strukur Organisasi pada masing-masing Departemen adalah
sebagai berikut :
Departemen
Produksi I
Departemen
Produksi II
Departemen
Produksi III
1.5.2. Kedudukan
Dari stuktur organisasi tersebut diatas diketahui bahwa kedudukan
bagian Candal Produksi adalah merupakan staf dari Kepala Departemen
Produksi.
1.5.3. Fungsi
Fungsi bagian Candal Produksi adalah sesuai dengan namanya
yaitu merencanakan dan mengendalikan produksi. Dalam bidang
Kasus 1
Kemampuan pasar lebih besar daripada kemampuan pabrik :
Pada kasus ini jelas rencana proudksi akan disusun semaksimal
kemampuan pabrik. Apabila memungkinkan Candal Produksi diharapkan
bisa memberikan masukan usulan untuk mengadakan peningkatan
produksi.
Kasus II
Kemapuan pasar lebih kecil daripada kemampuan pabrik
Pada kasus ini ada beberapa kemungkinan pemaduan antara lain :
1. Rencana produksi disesuaikan dengan kemampuan pasar. Dalam
hal ini terpaksa rate produksi harus diturunkan.
2. Rencana produksi tetap pada kemampuan pabrik yang ada, dengan
pertimbangan bahwa kelebihan produksi disimpan dan dipasarkan
ditahun berikutnya.
Mungin juga rencana produksi masih dibawah kemampuan pabrik
namun diatas kemampuan pasar.
Dalam hal ini kasus seperti tersebut diatas, perlu diadakan rapat
koodinasi antara pihak-pihak yang bersangkutan antara lain Departemen
Penjualan dan Biro Akutansi untuk mendapatkan rencana produksi yang
optimal.
Kemampuan Pabrik
Pada dasarnya kemampuan suatu pabrik ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu : manuasia, alat atau mesin, material dan modal, yang biasa disebut
5M :
1. Modal
2. Material
Tingkat kuantitas dan kualitas ditangani oleh Departmenn
Pengadaan.
3. Metode
Pada pabrik dengan proses produksi kontinue metode kerja dapat
dikatakan mantap. Perubahan-perubahan yang ada sifatnya hanya
sedikit penyempurnaan.
4. Manusia
Pada umumnya (kondisi normal) tingkat ketrampilan tenaga kerja
dipengaruhi oleh senioritas. Pada waktu pengembangan pabrik,
sering kali kondisi ketrampilan tenaga kerja perlu mendapatkan
perhatian untuk menghindari kendala-kendala yang mungkin timbul
yang disebabkan :
Kesalahan operasi
Kesalahan pada perbaikan alat-alat
Kelambatan start up
Kelambatan waktu perbaikan, dll
Kurang terampilnya tenaga kerja jelas akan dapat menimbulkan
kendala-kendala tersebut diatas. Hambatan tersebut akan
berpengaruh pada jumlah hari operasi.
5. Mesin (alat-alat)
Hal-hal yang mempengaruhi kemampuan produksi adalah jam kerja
mesin efektif dan kapasitas mesin
Jam kerja mesin efektif dipengaruhi oleh :
Tingkat perawatan yang baik akan mengurangi break down
(kerusakan mesin)
Ketrampilan operator
Ketrampilan operator yang tinggi akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kerusakan mesin
Kondisi mesin yang menyangkut :
o Umur mesin (alat-alat)
Mesin-mesin yang telah tua sudah barang tentu lebih besar
kemungkinan timbulnya kerusakan.
o Kualitas mesin (alat-alat)
Kualitas yang rendah jelas akan relatif mudah rusak
dibanding kualitas yang tinggi.
Pengendalian Kuantitas
Pada proses produksi kontinyu pengendalian kualitas sangat
menonjol. Penyimpangan kuantitas seringkali disebabkan karena
kerusakan mesin (alat – alat). Penyebab lain adalah keterlambatan
perbaikan, kesalahan operasi dan mutu bahan baku.
Penyimpangan tersebut perlu diidentifikasi penyebabnya dan
diadakan evaluasi yang selanjutnya diadakan replaning atau perencanaan
kembali sesuai dengan keadaan yang ada.
Hasil identifikasi dan evaluasi serta informasi kegiatan tindakan
yang perlu diambil, disampaikan kepada manajemen baik per lisan
melalui rapat.
Pengendalian Waktu
Pada proses produksi kontinyu, pengendalian waktu telah termasuk
dalam pengendalian kuantitas, karena untuk mencapai kuantitas tertentu
perlu adanya waktu tertentu pula. Jadi antara kuantitas dan waktu adalah
saling mengikat.
BAB 1I
DESKRIPSI PROSES
Produk
Phospho Purified
Slury Tank Filter
Gyspum Gypsum
H2O
Udara
1. Seksi Pengadukan
Seksi ini merupakan seksi yang cukup penting karena
penambahan H2O pada phospo gypsum bertujuan untuk melarutkan
kadar P2O5 dalam kandungan phospho gypsum hingga kadar
maksmal 1 %. Di Unit Purifikasi kadar P2O5 dapat mencapai 0,3 %
persen berat per ton. Selanjutnya slurry dipompa dengan P-4102
menuju ke Fill-4102 untuk difiltrasi.
2. Seksi Filtrasi
Slurry yang mengandung banyak air karena penambahan H2O
pada slurry tank akan dihilangkan kadar airnya dengan steam dan
udara yang disemburkan dari bawah screen untuk melil vyang
dialirkan dari Unit Utilitas III.
Seksi Pengadukan
Diseksi ini beberapa impurities akan dihilangkan dari phospo
gypsum menjadi purified gypsum yang nantinya purified gypsum ini
sebagai raw material untuk membuat granule gypsum.
Phospo gypsum dari PA plant storage lewat M 4102 dimasukkan
ke Slurry Tank TK 4101 dan diencerkan dengan neutralized water dari
Unit Utilitas untuk membuat slurry 35%. Flow gypsum dengan weigher
M 4112 yang dihubungkan dengan FTC 4101 yang mengatur jumlah
flow neutralized water untuk membuat consentrasi slurry 35%. Level TK
4101 diukur dengan LRA 4101 yang dilengkapi dengan High dan Low
alarm. Slurry dalam TK 4101 diaduk dengan agitator M 4111 untuk
melarutkan impurities.
Seksi Filtrasi
Selanjutnya dengan P 4101 AB slurry tersebut dipompa ke Filter
4102 untuk dipisahkan anatara cake gypsum dan filtratnya. Flow slurry
diukur dengan FE 4102 yang mengontrol speed motor P 4101 AB. Di Fill
4102, cake gypsum disemprotkan dengan steam untuk menurunkan
moisture yang masih dikandungnya. Dengan conveyor M 4103, M4105,
M 7122-1/2 cake tsb (purified gypsum) diangkut ke Cement Retarder
section. Bila seksi Cement Retarder belum siap, maka purified gypsum
tersebut dengan M 4103, M 4109 diangkut ke purified gypsum storage.
Filtrate dari Fill 4102 dihisap dengan Vacum Pump C 4101, antara
cairan dan gas dipisahkan di Vacum Receiver D 4102 dan turun ke
Filtrate Pit.
Gas dari Vacum Receiver dipisahkan dari cairannya lagi di Mist
Separator F 4103. Flitrate dari Filtrate Pit yang mengandung impurities
dan phospo gypsum dikirim ke Eflluent Treatment dengan P 4102 untuk
dinetralkan. Level Filtrate Pit dicontrol dengan LIC 4102 yang mengatur
flow disch P 4102. Filter 4102 dilengkapi dengan:
1) Washing water untuk membersihkan drive belt. Washing water ini
merupakan campuran antara proses condensate dari ZA plant dari
raw clarified water yang ditampung di D 4105 dan dipompa dengan
Furnace B-4201
Flash Mixer Granulator
Lime D-4210 Calciner M- M-
M-4261 4262A/B 4263A/B
2. Mixing
Dari D-4205 calcined gypsum dikirim ke mixer M-4262 AB
untuk di injeksi scrubbing water dari T-4201 dan dicampur
dengan padle mixer, sehingga terjadi proses:
CaSO4. H2O + 1 H2O CaSO4.2H2O
3. Granulasi
Dari Mixer AB calcined gypsum yang sudah tercampur
dengan scrubbing water dikirim ke Granulator AB untuk proses
pembutiran, di granulaltor masih ada penambahan scrubbing
water dan steam untuk mendapatkan butiran granul yang
dikehendaki, terjadi proses:
CaSO4.2H2O + H2O CaSO4.2H2O + H2O
Kondisi granule gypsum outlet granulator antara lain:
o Size granule 10 – 38 mm
o Temperature granule 80 ˚C
o pH granule 8 – 11
o kadar air bebas 12 % maksimal
Untuk mendapatkan size granular yang dikehendaki,
granulator dilengkapi:
o Bottom scrapper 2 set: kaki 4 dan kaki 2
o Side scrapper
o Edge scrapper
o Spray scrubbing water 3 line
o Spray / injeksi steam
Hubungan antara granulator dengan size granule
tergantung:
o Diameter granulator
o Kedalaman pan granulator
o Sudut inklinasi granulator
o Speed granulator
o Penambahan scrubbing water
o Penambahan steam
o Undersize granule dari screen
o Penambahan lime di calciner
4. Scrubbing
Scrubbing tower T-4201 berfungsi untuk meminimalkan polusi
udara dari partikel gypsum dan gas F yang terikut gas panas dari
outlet F-4201, untuk menangkap partikel – partikel dan gas F
dipergunakan NW dari Effluent Treatment dengan bantuan P-4202
AB dan untuk memperluas permukaan kontak antara gas dan air
scrubbing mempergunakan PP ball 2 tingkat.
Partikel – partikel dan gas F yang masih lolos masih dispray
lagi di demister, diharapkan gas yang lolos ke udara luar memenuhi
baku mutu. Selanjutnya scrubbing water hasil dari tower T-4201
dimanfaatkan untuk pencampuran di Mixer dan Granulator,
Tahap Mixing
Tahap mixing dimulai dengan mengalirkan calcined gypsum yang
berada di D-4205 melalui M-4207 A, M-4207 B, M-4208, M-4209, M-
4206, yang keseluruhannya merupakan conveyor, calcined gypsum akan
Tahap Granulasi
Tujuan utama dilakukannya granulasi pada gypsum adalah untuk
mempermudah proses handling serta kualitas produk akan lebih
homogeny. Tahap granulasi dimulai dengan melakukan feeding calcined
gypsum yang telah dilakukan mixing ke dalam granulator M-4263 AB)
dengan debit tertentu, disaat yang sama ditambahkan air dengan suhu 64
˚C – 65 ˚C, dengan suhu steam sekitar 75 ˚C – 80 ˚C, dan laju alir steam
sebesar 0 – 1 ton/jam. Sudut kemiringan granulator adalah 49˚ sampai
50˚, dengan kecepatan 9,5 rpm dan arah putaran ke kanan.
Penggunaan steam, temperature dan air dilakukan sesuai dengan
keadaan bahan yang diumpankan ke granulator. Setelah menjadi butiran,
clinker atau granul gypsum dibawa menuju screen dengan melewati
beberapa conveyor antara lain M-4228, M-4211, M-4212, M-4213.
Kemudian granule akan mengalami screening menggunakan screen (F-
4206), apabila granule sesuai dengan kriteria (ukuran dan berat) maka
akan langsung turun dan dialirkan menuju storage melalui conveyor M-
4213 dan M-7118-1.
Granule gypsum yang tidak sesuai kriteria akan diolah kembali,
granule yang memiliki ukuran lebih besar akan di hancurkan
menggunakan crusher Q-4209 AB dan selanjutnya akan di ayak kembali
menggunakan screen, begitu seterusnya. Sedangkan granule yang
memiliki ukuran lebih kecil dari standar akan dikembalikan ke dalam
granulator untuk diproses lagi hingga ukuran sesuai standar.
Tahap Scrubbing
Tahap scrubbing memiliki fungsi untuk meminimalisir terjadinya
polusi udara dari partikel gypsum dan gas F yang terikut gas panas ke
udara. Penangkapan partikel – partikel dan gas F menggunakan
Neutralized Water (NW) dari Effluent treatment dengan bantuan P-4204
AB dan untuk memperluas permukaan kontak antara gas dan air
scrubbing menggunakan PP ball yang berada dibawah sprayer, PP ball
ada 2 tingkat sehingga proses scrubbing akan lebih maksimal.
A. Uraian Proses
Umum
Pabrik AlF3 ini dirancang dengan kapasitas produksi sebesar 41
ton per hari. Untuk bahan baku pembuatan AlF3 ada 2 yaitu H2SiF6 dan
Al(OH)3.
Persiapan SiO2
H2SiF6 Reaktor Centrifuge Kristalizer
Persiapan Centrifuge
Al(OH)3
Calciner
3. Seksi Kristalisasi
Seksi kristalisasi berfungsi untuk mengkristalkan AlF3
yang sebelumnya berbentuk larutan dengan rumus kimia
AlF3.3H2O. Proses ini berlangsung selama 4 jam dan suhu di
dalam kristalizer 95oC dengan ditambahkan steam.
4. Seksi Pemisahan AlF3.3H2O
Pada tahap ini produk yang berbentuk kristal bercampur
dengan acidic water akan dipisahkan dengan centrifuge. Acidic
water hasil pemisahan akan dialirkan menuju tangki penampung
untuk selanjutnya akan diproses di ET (Effluent Treatment).
Apabila acidic water tidak terpisah akan
5. Seksi Kalsinasi
Pada proses ini pengurangan kadar air dalam AlF3 dibagi
menjadi 2 proses. Untuk proses pertama pengeringan dengan
suhu mencapai 100oC yang disebut dengan proses drying dan
untuk proses kedua pengeringan dengan suhu 700o – 800oC yang
disebut dengan proses kalsinasi. Untuk alat yang digunakan
dalam proses ini bernama Calciner yang memiliki 6 ruang.
Ruang 1 sampai 5 bersuhu 700 o – 800oC dan ruang 6 memiliki
suhu yang tidak terlalu tinggi yaitu ± 200 oC dikarenakan pada
ruang 6 merupakan suhu dari AlF3 yang sudah jadi.
6. Seksi Pendinginan Produk
Pada tahap ini produk AlF3 akan didinginkan untuk
dikemas. Suhu pada cooler yaitu ± 40oC.
7. Seksi Pengemasan
Pada seksi pengemasan, produk AlF3 yang sudah
memenuhi spesifikasi produk akan dikemas dengan kantong
plastik yang dilapisi dengan karung goni agar tidak sobek saat
terkena gesekan dari kristal AlF3. Produk AlF3 dikemas dengan
berat mencapai 1 ton.
Penyediaan Al(OH)3
Bahan baku Al(OH)3 diangkat dengan forklift lalu diangkat
dengan hiost, dari hoist diletakkan pada atas Bag Opener (M-3150)
yang sudah terpasang besi untuk menyobek tempat Al(OH)3. Setelah itu
menuju bucket conveyor (M-3102) untuk mengangkat Al(OH)3 lalu
disimpan pada silo (M-3151) yang dilengkapi dengan alarm low and
high level. Untuk menghindari agar debu tidak berhamburan dari silo
dan bucket elevator, alat-alat tersebut dipasang exhaust fan (C-3121)
dan disaring oleh filter (F-3104). Dari silo Al(OH)3 masuk pada screw
conveyor (M-3103). Kemudian di pompa dengan pompa (C-3101)
menuju cyclone hopper (D-3103) dan hopper (D-3104) melewati
pneumatic conveyor. Antara cyclone hopper dan hopper dipasang
rotary valve (V-3141). Hopper (D-3104) dilengkapi dengan alarm high
level apabila dalam keadaan high level secara otomatis akan mematikan
pompa dan pneumatic conveyor. Agar debu tidak berhamburan keluar
dari hopper dipasang filter (F-3101) Dari hopper (D-3104) menuju
screw conveyor (M-3104) lalu masuk ke dalam weigher (M-3131) atau
timbangan yang berfungsi untuk menimbang berat Al(OH) 3 yang akan
dimasukkan pada reaktor dan selanjutnya menggunakan screw conveyor
(M-3105AB) yang dilengkapi rotary valve (XV-3105 dan XV-3106)
untuk mencegah berat berlebih yang akan masuk ke dalam reaktor (R-
3111AB).
Penyediaan H2SiF6
H2SiF6 dikirim dari pabrik PA dan disimpan dalam daily tank
(TK-3105AB). Dari daily tank (TK-3105AB) dipompa dengan pompa
P-3105AB menuju preheated tank (TK-3106) lalu dipompa dengan
pompa P-3106AB menuju ke heat exchanger (E-3101) untuk
dipanaskan terlebih dahulu sebelum direaksikan dengan Al(OH) 3. Suhu
pada heat exchanger (E-3101) dijaga antara 78oC – 81oC. Apabila suhu
sudah mencapai antara 75oC – 78oC akan dialirkan menuju measuring
vessel (D-3107) dan akan dikirimkan ke reaktor (R-3111AB). Akan
tetapi apabila suhu belum mencapai 75oC akan dikembalikan lagi ke
preheated tank (TK-3106) untuk dialirkan kembali ke heat exchanger
(E-3101) agar suhu sebelum reaksi tercapai. Untuk volume H2SiF6 yang
akan masuk ke reaktor (R-3111AB) diatur oleh solenoid valve (XV-
3103).
Kristalisasi
Pada proses kristalisasi, filtrat dari centrifuge (M-3132AB) akan
dikristalkan. Sebelum masuk ke kristalizer (R-3112ABCD) akan
ditampung pada AlF3 distributor (D-3102) untuk dialirkan ke kristalizer
melewati rotary valve (XV-3113, XV-3114, XV-3115, dan XV-3116).
Fungsi dari AlF3 distributor yaitu untuk mengatur tujuan aliran slurry
agar tidak terjadi luber pada kristalizer. Pada proses ini, suhu pada
kristalizer (R-3112ABCD) dijaga konstan yaitu 95 o - 98oC dan diberi
steam dari bagian bawah kristalizer agar proses pemanasan dapat
berlangsung stabil. Untuk pH di dalam kristalizer 1,3. Proses ini
berlangsung selama ±4 jam. Kristalizer (R-3112ABCD) dilengkapi
dengan agitator atau pengaduk agar produk tidak mengeras di dalam
kristalizer. Setelah proses selesai akan ditampung pada tangki
Pemisahan AlF3.3H2O
Pada proses pemisahan AlF3.3H2O menggunakan centrifuge
(M-3133). Proses ini bertujuan untuk memisahkan AlF3.3H2O dengan
acidic water yang masih terdapat pada produk. Untuk suhu pada
centrifuge (M-3113) antara 93o – 100oC. Sedangkan kecepatan
putarannya hingga 450 rpm. Untuk kristal yang terpisah dari acidic
water masuk ke dalam hopper (D-3115) lalu akan dialirkan menuju
calciner (M-3134-1,2) melewati table feeder (M-3107-1,2) dan
conveyor (M-3160). Acidic water dari hasil pemisahan ini akan
ditampung pada bak penampung (D-3125) untuk diproses oleh unit ET
atau Effluent Treatment agar dapat dimanfaatkan kembali dalam bentuk
NW atau neutralized water. Neutralized water ini akan masuk ke
cooling tower (T-3102AB) dan digunakan pada proses gas scrubbing.
Kalsinasi
Pada proses ini, pengurangan kadar air dalam AlF3 dibagi
menjadi 2 yaitu proses pertama disebut dengan proses drying dan untuk
proses kedua disebut dengan proses kalsinasi. Proses ini dilakukan di
alat yang dinamakan calciner (M-3134-1,2). Setelah dari centrifuge (M-
3133), produk AlF3 juga akan dikurangi lagi kadar airnya untuk
mendapatkan spesifikasi produk yang diinginkan. Proses kalsinasi
dapat mengurangi kadar air yang terdapat pada AlF3 hingga 0,25 %.
Untuk proses drying suhu dijaga 100oC yang berfungsi untuk
mengurangi kadar air bebas yang masih tersisa di produk. Untuk proses
yang terjadi di proses drying sebagai berikut :
AlF3.3H2O + 10 % H2O AlF3.3H2O
Selanjutnya proses kalsinasi yaitu proses dimana mengurangi
kadar air hingga produk menjadi anhidrat. Proses ini juga
menghilangkan LOI (Loss Of Ignition) atau kandungan air kristal dalam
produk AlF3 dan dijalankan pada suhu antara 700o – 800oC. Berikut
reaksi yang terjadi pada proses kalsinasi :
AlF3.3H2O AlF3.1/2H2O
AlF3.1/2H2O AlF3
Calciner (M-3134-1,2) sendiri dibagi menjadi 6 ruang
pemanasan. Ruang pertama hingga kelima merupakan ruang pemanasan
dimana suhunya sangat tinggi, sedangkan ruang ke enam merupakan
suhu produk yang sudah jadi. Sehingga suhu turun dikarenakan produk
yang sudah jadi akan dikemas lalu dijual kepada pembeli. Bahan bakar
yang digunakan pada calciner (M-3134-1,2) adalah natural gas karena
hasil dari pembakaran gas lebih konstan dibandingkan dengan batu
bara. Selain natural gas yang masuk ke calciner (M-3134-1,2), juga ada
udara dari atmosfer yang dipompa melalui combustion air fan (C-3102)
yang berfungsi untuk melindungi batu tahan api agar tidak meleleh
setelah terkena panas yang dihasilkan dari Calciner. Agar panas
calciner (M-3134-1,2) tidak terbuang secara percuma, udara panas yang
dihasilkan pada proses burner dihisap dengan C-3103 untuk dialirkan
ke seluruh sistem calciner.
Pendinginan Produk
Setelah dipanaskan di calciner (M-3134-1,2), produk AlF3 yang
sudah jadi didinginkan di cooler (M-3135) untuk selanjutnya dikemas
melewati conveyor (M-3100). Suhu di cooler dijaga sebesar ±40oC agar
dalam proses pengemasan tidak terlalu panas untuk di taruh di dalam
kantong plastik penyimpan. Untuk menjaga cooler (M-3135) tetap
dingin, cooler dialiri air yang diambil dari cooling tower (T-3102AB).
Pengemasan Produk
Dari cooler (M-3135) produk melewati conveyor (M-3100) lalu
dikemas dengan kantong plastik yang dilapisi karung goni. Untuk
besarnya pengemasan AlF3 beratnya mencapai 1 ton.
Gas Scrubbing
Proses gas scrubbing memiliki fungsi untuk mencegah polusi
yang dihasilkan dari proses pembuatan AlF3. Polusi yang dihasilkan
berupa gas HF dan debu dari proses kalsinasi. Untuk itu dipasanglah
alat yang dinamakan dengan scrubbing tower (T-3101). Alat ini
berfungsi untuk menangkap debu maupun gas HF dengan cara
menyemprotkan air dari cooling tower (3102AB). Di dalam scrubbing
tower (T-3101) akan disemprotkan ke arah bawah sedangkan gas dan
debu dari bawah akan dihisap ke atas dengan exhaust fan (C-3104).
Lalu akan terjadi kontak dan partikel gas serta debu akan terkena air
sehingga larut dan akan jatuh ke bawah scrubbing tower dan akan
dipompa menuju D-3125 untuk diproses di ET (Effluent Treatment).
Sehingga gas yang keluar ke atmosfer tidak berbahaya dan tidak
mencemari lingkungan sekitar.
BAB 1II
SPESIFIKASI
Spesifikasi Produk
Purified Gypsum
Standar produksi yang dihasilkan harus seauai dengan standar yang
ditentukan antara produsen dan konsumen, berikut analisa nya :
P2O5 total : 0,50 % maks
P2O5 ws : 0,50 % maks
F total : 0,50 % maks
SO3 : 42 % maks
CaO : 31 % maks
F. H2O (free) : 25 % maks
C. H2O (cristal) : 17 % maks
CaSO4.2H2O : 94 % maks
72
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Laporan Kerja Praktek Pabrik Gyspum dan AlF3
Departemen Produksi III 73
PT. Petrokimia Gresik Spesifikasi
Jumlah : 1 buah
Vendor : YAMATO SCLAE CO, LTD
Material handled : Phospo gypsum
Kapasitas : 30 – 150 MTPH
10. Slurry Pump (P 4101A/B)
Fungsi : Memindahkan slurry dari TK 4101 (Slurry
Tank) ke Fil 4102 (Filter)
Tipe : Horizontal centrifugal pump
Jumlah : 2 buah
Vendor : SANWA TOKUSHU SEIKO CO, LTD
Material handled : Gypsum slurry
Debit : 3,5 m3/min
11. Filtrate Pump (P 4102A/B)
Fungsi : Memindahkan filtrat dari D 4104 (Filtrate
Pump) ke tempat pengolahan limbah padatan
Tipe : Horizontal centrifugal pump
Jumlah : 2 buah
Vendor : SANWA TOKUSHU SEIKO CO, LTD
Material handled : Filtrate
Debit : 2,4 m3/min
12. Recovered Water Pump (P 4103A/B)
Fungsi : Memindahkan air olahan dari D 4105
(Recovered Water Pit) ke Fil 4102 (Filter)
Tipe : Horizontal centrifugal pump
Jumlah : 2 buah
Vendor : SANWA TOKUSHU SEIKO CO, LTD
Material handled : Recovered water
Debit : 0,42m3/min
13. Lubricating Water Pump (P 4104A/B)
Fungsi : Memindahkan bahan baku air olahan untuk
pelumas di Fil 4102 (Filter)
Tipe : Horizontal centrifugal pump
Jumlah : 2 buah
Vendor : SANWA TOKUSHU SEIKO CO, LTD
Material handled : Bahan baku air olahan
Debit : 4,2 m3/jam
14. Vacuum Pump Separator (D 4108)
Fungsi : Untuk pemisahan debu dan udara dari C 4101
(Vacuum Pump)
Tipe : Vertical cylindrical
Jumlah : 1 buah
Vendor : AWAMURA MANUFACTURING CO, LTD
Material handled : Seal water dan udara
Debit :-
15. Vacum Pump (C 4101)
Fungsi : Vaccum untuk Fill 4102 (Filter)
Tipe : Nash-hyter type
Jumlah : 1 buah
Vendor : AWAMURA MANUFACTURING CO, LTD
Material handled : Udara lembab
Debit : 60m3/min.pada tekanan -400 mmHg
o Material :
Shell : A283 – 79, GrC
Burner tile : Castable SK37
Refractory : SK35
2. Flash Dryer (M-4260)
o Fungsi : Berfungsi sebagai alat untuk mengeringkan
purified gypsum yang berasal dari unit
purifikasi.
o Type : Pneumatic conveying dryer
o Kapasitas :
o Feed gypsum : 103 MTPH
o Combustion gas : Normal 1655 Nm3 udara/min
o Dimensi :
Accelerations portion : ø1200 mm
Ascent drying portion : ø2200 mm
Bend pipe portion : ø1900 mm
Descent portion : ø1900 mm
o Material :
Acceleration portion : AISI 304
Ascent drying portion : ASTM, A36
Bend portion : ASTM, A36
Descent portion : ASTM, A36
3. Flash Calciner (M-4261)
o Fungsi : Mengkalsinasi dried gypsum
o Type : Pneumatic conveying calciner
o Kapasitas :
Feed dried gypsum : 82 MTPH
Combustion gas : Normal 845 Nm3 udara/menit
o Dimensi :
Accelerations portion : ø1350 mm
Ascent drying portion : ø1800 mm
Bend pipe portion : ø1800 mm
5. Granulator (M-4263)
o Fungsi : Menjadikan mixed gypsum menjadi granule
o Type : Pan type
o Kapasitas :
o Inlet :
2. Booster (C-4202)
Fungsi : Mengalirkan gas dari calciner ke dryer
Type : Turbo blower
Kapasitas :
o Flow rate : 2050 m3/menit x 550 mmAq
o Pressure diif. : 550 mmAq
o Pressure suction : -550 mmAq
Dimensi :
o Suction : 500 x 1800 mm x 2
o Discharge : 900 x 1200 mm
5. Cyclone (D-4202)
Fungsi : Menampung / menyimpan dried gypsum dari
Flash dryer
Type : Volute type
Kapasitas : -
Dimensi :
o Diameter : 2500 mm
o Total tinggi : 9200 mm
Material :
o Shell : ASTM A36
o Head : ASTM A36
o Support : JIS SS41
o E- Volume : 80 m3
Dimensi :
o Panjang : 5000 mm
o Lebar : 5000 mm
o Total tinggi : 6000 mm
Material :
o Shell : A-283 GrC
o Head : A-283 GrC
o Support : SS41
Material :
o Shell : FRP
o Head : FRP
o Support : FRP
Kapasitas :
o Flow udara : 5 m3/ menit
o Filter area : 10 m2
Dimensi :
o Shell : ø1106 x 2250H mm
o Bag : ø142 x 1920H mm x 12
Material :
o Shell : SS41
o Bag : Polyester Felt
Material :
o Casing : SS41
o Apron : SS41
o Conveyor chain : Special
Penggerak :
o Motor No. : MM4204
o Motor : 15kw x 4P x 1/30, GM
o Driving method : Chain
Dimensi :
o Jarak vertical :23650 mm
o Bucket : Model NSS3045
o Conveyor chain : NB10150S-G4/2L
Material :
o Casing : SS41
o Bucket : SS41
o Conveyor chain : Special
Penggerak :
o Motor No. : MM4209
o Motor : 11 kw x 4P x 1/30, GM
o Driving method : Chain
Penggerak
o Motor No. : MM4212
o Motor : 3,7 kw x 4P x 1/87, C
o Driving method : Chain
Material :
o Belt : Nylon 3P, cover 5+2 mmt
o Head pulley : CS + RL
Penggerak :
o Motor No. : MM4214
o Motor : 2,2 kw x 4P x 1/20, GM
o Driving method : Chain
Dimensi :
o Panjang horizontal : 7300 mm
o Belt width : 750 mm
o Belt speed : 90 m/menit
Material :
o Belt : Bylon 3P, cover 5+2 mmt
o Head pulley : CS + RL
Penggerak :
o Motor No. : MM4216
o Motor : 3,7 kw x 4P x 1/20, GM
o Driving method : Chain
o Motor : 1,5 kw x 4P IM
o Driving method : Coupling
o Pressure diff : 35 m
o Pressure suction :2m
o Pressure discharge : 37 m
Dimensi :
o Suction : ø50 mm
o Discharge : ø40 mm
o Rotation : 2930 rpm
o Shaft seal : Gland seal
o Cooling water : 0,18 m3/ jam x 1 kg/cm2.g
Material :
o Casing : SCS14
o Impeller : SCS14
o Shaft : SUS316
Penggerak :
o Motor No. : MP4205A/B
o Motor : 7,5 kw x 2P IM
o Driving method : Coupling
o Discharge : ø50 mm
o Rotation : 2930 rpm
o Shaft seal : Gland seal
o Cooling water : 0,18 m3/ jam x 1,5 kg/cm2.g
Material :
o Casing : SCS13
o Impeller : SCS13
o Shaft : SUS304
Penggerak :
o Motor No. : MP4206A/B
o Motor : 7,5 kw x 2P IM
o Driving method : Coupling
39. Crusher (Q-4209A/B)
Fungsi : Menghancurkan granulate
gypsum
Type : Double roll crusher
Kapasitas :
o Feed gyspum : 14 MTPH
Dimensi :
o Roll diameter : 600 mm
o Roll width : 800 mm
o Roll shape : Toothed shape
o Roll gap : 20 mm
o Roll revolution : 200 / 170 rpm
Material :
o Casing : SS41
o Roll core : FC20
o Roll tire : High Mn-Cr cast steel
o Shaft : S35C
Penggerak :
o Motor No. : MQ4209A/B
o Motor : 7,5 kw x 8P x 2 sets IM
Material :
o Rotor : SS + HF
o Casing : FC20
Penggerak :
o Motor No. : MV4279A/D
o Motor : 3,7 kw x 2P x 1/30 GM
o Driving method : Chain
42. Dried Gypsum Rotary Valve (V-4271)
Fungsi : Mengeluarkan gypsum kering
dari M-4204 (Dried Gypsum Conveyor) to M-4261 (Flash
Calciner)
Type :-
Kapasitas :110MTPH
Dimensi :
o Rotor dia : 699.2 mm
o Width : 700 mm
o No. of blade :4
o Mount : 600 x 700 mm
o Rotation : 11 rpm
Material :
o Rotor : SS41 + HF
o Casing : SS
Penggerak :
o Motor No. : MV4271
o Motor : 5,5 kw x 6P x 1/30 GM
o Driving method : Chain
43. Cyclone Rotary Valve (V-4272A/B)
Fungsi : Mengeluarkan calcined gypsum
dari D-4203 (No. Cyclone) ke D-4205 (Calcined Gypsum
Bin)
Type :-
Kapasitas :25MTPH
Dimensi :
o Rotor dia : 499.2 mm
o Width : 500 mm
o No. of blade :6
o Mount : 500 x 500 mm
o Rotation : maks 25 - min 32 rpm
Material :
o Rotor : SS41 + HF 350
o Casing : FC20
Penggerak :
o Motor No. : MV4272A/H
o Motor : 5,5 kw x 4P x 1/30 GM
o Driving method : Chain
44. Calcined Gypsum Rotary Valve (V-4273A/B)
Fungsi : Mengontrol umpan masuk
calcined gysum dari
M-4206 (Calcined Gypsum Bin)
ke M-4210A/B
(No.3 Calcined Gypsum
Conveyor)
Type :-
Kapasitas :40MTPH
Dimensi :
o Rotor dia : 450 mm
o Width : 470 mm
o No. of blade :8
o Mount : 450 x 355 mm
o Rotation : 6,5 – 26,7 rpm
Material :
o Rotor : SS41
o Casing : FC20
Penggerak :
o Shell : A-283GrC
o Head : A-283GrC
o Support : SS41
47. Milk Tank (TK-4211)
Fungsi : Pencairan kapur
Type : Vertical cylindrical
Kapasitas :
o T-volume : App. 1,3m3
o E-volume : App. 1.0m3
Dimensi :
o Diameter : 1160 mm
o Length :
o Width :
o Total height : 1200 mm
Material :
o Shell : A-283GrC
o Head : A-283GrC
o Support : SS41
Daerah filtrasi : 4 m3
Putaran Basket
Kecepatan : 475 – 750 rpm
Centrifugal force : 200 – 500 g
Drive method : Hydraulic
5. Calciner M-3134-1,2
Fungsi : Untuk proses kalsinasi AlF3.3H2O
menjadi AlF3
Jumlah :1
Vendor : Hitachi Zosen Engineering and
Construction Co. Ltd.
Material Handling : Kristal AlF3.3H2O
Temperatur
Drying zone : Material : 70o – 230oC
Gas : 230o – 580oC
Calcining zone : 800oC
Tekanan : vacuum ( -5 mmH2O)
Flow
Inlet : 3115 kg/hr
Outlet : 1716 kg/hr
Dimensi Calciner drum
Panjang : 30250 mm
Diameter : 2300 mm
6. Cooler M-3135
Fungsi : Untuk mendinginkan produk AlF3
Type : Horizontal rotary drum with water
batch (Drum NDC-S 30)
Jumlah :1
Vendor : Wippon Kai Construction Engineering
Material Handling : Kristal AlF3
Temperatur
Produk : Inlet : 200oC
Outlet : 40oC
Cooling water : Inlet : 32oC
Outlet : 42oC
Tekanan : Atmosfer
Flow
Produk : 1709 kg/hr
Cooling water anticipated : 27,6 ton
Dimensi Cooling Drum
Panjang : 5300 mm
Diameter : 2000 mm
Tinggi : 17500 mm
Diameter top : 558,8 mm
Diameter inlet : 558,8 mm
Diameter bottom : 762 mm
7. Heat Exchanger E-3101
Fungsi : Untuk memanaskan H2SiF6 yang akan
masuk ke measuring vessel
Type : Poly tube Pytue 10’ 6 baffle 45 % Cut
14” 1 Pass
Jumlah :1
Vendor : Le – Carbone Lorrane
Material Handling : H2SiF6
Temperatur
Inlet steam : 165oC
Inlet H2SiF6 : 34oC
Outlet H2SiF6 : 75o – 80oC
Tekanan
Steam : 3,5 kg/cm2
H2SiF6 : 2,5 kg/cm2
Flow : Kontinyu
Dimensi tube side
Outer diameter : 31,75 mm
Inner diameter : 22,225 mm
Panjang tube : 2965 mm
Jumlah tube : 55
Panjang total : 4097 mm
8. Tangki
a. Collection tank TK-3113
Fungsi : Untuk mengumpulkan slurry AlF3.3H2O
yang keluar dari kristalizer
Type : Vertical cylindris
Jumlah :1
Tinggi : 2200 mm
Kapasitas
Nominal : 27 m3
Net : 39,8 m3
9. Washing tower T-3101
Fungsi : Untuk mencuci atau sebagai scrubber
gas-gas sisa proses AlF3 dan gas HF
Type : Vertical Cylindris
Jumlah :1
Vendor : Hitachi Zosen Ship Building and
Engineering Co. Ltd.
Material Handling : Exhaust gas
Temperatur
Gas Input : 88oC
Gas Output : 50oC
Tekanan : - 400 mmH2O
Flow : Kontinyu
Neutralized water : 15 -20 m3/jam
Raw clarified water : 5 m3/jam
Dimensi vessel
Diameter : 2000 mm
Tinggi : 13800 mm
Kapasitas : 36,6 m3
10. Al(OH)3 jet lifter M-3103
Fungsi : Untuk mengangkut bahan baku Al(OH)3
dari silo menuju hopper
Type : TFOAG
Jumlah :1
Vendor : Toyo Kakoki Co. Ltd.
Material Handling : Serbuk Al(OH)3
Temperatur : 50oC
Tekanan
Inlet : Atmosfer
Outlet : 6000 mmH2O
Flow : 4500 kg/jam
Dimensi
Through size : ( ϕ ) 250 mm x 1433 mm
Flight pitch : 200 mm
Screw shaft : 1747 mm
Inlet size : 250 x 500 mm
Rotor volume : 4,8 Liter/Rev
11. Al(OH)3 weigher M-3131
Fungsi : Untuk menimbang jumlah Al(OH)3
yang akan masuk ke reaktor
Type : 3 load cell supporting type
Jumlah :1
Vendor : Yamato Scale Co. Ltd.
Material Handling : Serbuk Al(OH)3
Temperatur : Ambient
Tekanan : Atmosfer
Flow : Kontinyu
Dimensi
Weigher hopper : 80 A ANSI 150 Lb FF
Load cell : 80 A ANSI 150 Lb FF
Kapasitas : 0,55 m3
12. Packing machine M-3136
Fungsi : Untuk mengemas produk AlF3
Type : Load cell with lever tyte
Jumlah :1
Vendor : Yamato Scale Co. Ltd.
Material Handling : AlF3
Temperatur : Ambient
Tekanan : Atmosfer
Kapasitas : 1200 kg
BAB 1V
UTILITAS
Tawas
Sebagai koagulan untuk mempercepat proses pengendapan
dengan membentuk flok – flok lebih cepat dan lebih besar,
sehingga menyempurnakan pengendapan.
Kaporit
Sebagai disinfektan untuk membunuh mikroorganisme dan
menghilangkan rasa da bau.
Kapur
Sebagai pengatur pH air.
5) Filtrasi II (Active Carbon)
Tahap penyaringan ini dilakukan dengan menggunakan saringan
karbon aktif untuk menyaring dan menjerap padatan tersuspensi.
Makin banyak partikel padatan yang tertahan dan terjerap di filter,
menyebabkan pressure drop semakin besar. Jika tidak segera
dibersihkan atau backwashing maka akan menggangu operasi dan
menyebabkan level air menjadi naik.
6) Penampungan
Setelah melewati setiap proses pengolahan maka selanjutnya
dipompa dengan menggunakan Booster Pump Kandangan dan
Booster Pump Lamongan ke tangki penampungan di Unit Utilitas I.
PCV-6203 TP-6101/TG-65
8,5 MW – 6 KV
Back Press. Turbine
Low Press. Steam Generator
P = 10 kg/cm2
T = 270 0C
PCV- TP-6102/TG-66
6105 11,5 MW – 6 KV
Condensing Turbine
Generator
Outlet steam dari High Pressure Turbin bertekanan 9,8 kg/cm2 dan
temperatur 267ºC digunakan untuk mengerakkan Condensing Turbin
yang mempunyai kapasitas 11500 Kw.
CW
Instrumentation :
1.Control Valve
D-6301 LCV, PCV, TCV,
Instrume FCV, HC
D-6305-AB nt 2.Bubler Level
Air Dryer Air Indicator
Receiver
C-6301/ 02-AB
Compressor
CW
C-6301-C
Compressor
BAB V
LABORATORIUM
Direktorat Produksi
Kompartemen Teknologi
1) Laboratorium Uji
Laboratorium ini berada di bawah Direktorat Produksi yang terdiri
dari :
a. Laboratorium Uji Kimia (LUK)
Laboratorium ini mempunyai tugas :
Meneliti dan memeriksa bahan baku dan bahan penolong
yang akan dibeli dan dipergunakan oleh pabrik.
Menelliti dan memeriksa produk yang akan dijual dan
dipasarkan oleh pabrik.
Melakukan penellitian untuk mencari kemungkinan
pengembangan pabrik.
b. Laboratorim Kalibrasi dan Pengujian (M/L/I)
Laboratorium ini berfungsi untuk memeriksa kelayakan peralatan
yang berhubungan dengan operasi pabrik.
2) Laboratorium Pabrik
Laboratorium ini berada di bawah pengawasan Biro Proses dan
Laboratorium PT. Petrokimia Gresik yang mempunyai tiga
laboratorium pabrik yaitu Laboratorium Pabrik I, Laboratorium
Pabrik II dan Laboratorium Pabrik III.
3) Alat destilasi
4) Batu didih
5) Buret
6) Botol timbang diameter 10 cm dengan tutup asah dan diameter 50
mm lengkap dengan tutupnya.
7) Cawan nikel
8) Cawan platina
9) Cawan porselin
10) Desikator
11) Gelas piala 500 ml (conical beaker)
12) Gelas ukur 100 ml
13) Kaca arloji dan corong
14) Kertas saring Whatman 40
15) Labu ukur 500 ml dan 100 ml
16) Labu destilasi
17) Neraca analitik
18) Oven
19) Pemanas pasir
20) Penangas air (water bath)
21) Pengaduk magnet
22) pH meter
23) Pipet gondok
24) Pipet volumetri
25) Spektrofotometer
26) Tanur
27) Thermometer (0-200 atau 0-150ºC)
28) Timbangan top loading
adalah prosedur analisa, macam dan prinsip analisa yang ada di Pabrik
Gyspum dan AIF3 :
Prosedur Analisa Unit Purifikasi dan Cement Ratarder
A. Persiapan Contoh
1. Persiapan Bahan Contoh Untuk Analisa Phospo Gyspum Dan
Purified Gypsum
a. Untuk penetapan kadar air bebas, kadar air total, contoh yang asli
langsung dianalisa.
b. Untuk penetapan P2O5, CaO, SO3, Fe2O3, Al2O3, MgO, Na2O,
SiO2, F dan Mesh contoh harus dikeringkan terlebih dahulu dalam
oven 45ºC selama 5 jam dengan maksud untuk kestabilan hasil
analisa atas dasar bahan kering.
2. Persiapan Bahan Contoh Untuk Analisa Granul Gypsum
- Gypsum granul ditumbuk kemudian diayak lolos Mesh 32.
- Untuk penetapan kadar air bebas, kadar air total, contoh yang sudah
diayak langsung dianalisa.
- Untuk penetapan P2O5, CaO, SO3, Fe2O3, Al2O3, MgO, Na2O,
SiO2, F dan contoh harus dikeringkan terlebih dahulu dalam oven
45ºC selama 5 jam dengan maksud untuk kestabilan hasil analisa
atas dasar bahan kering.
- Penetapan Mesh dilakukan langsung terhadap contoh yang belum
ditumbuk atau digerus.
B. Uji Phospho Gysum, Purified Gypsum dan Granul Gypsum (Produk
CR)
1. Penetapan Kadar Air Bebas
a. Prinsip
Kehilangan berat dengan pemanasan selama pada temperatur
45ºC adalah kandungan air bebas.
b. Alat – Alat
- Oven
- Neraca analitik
- Botol timbang Ø 10 cm dengan tutup asah
- Desikator
c. Pereaksi -
d. Cara Kerja
- Timbang dengan teliti ± 2,5 gr contoh dalam botol timbang
(W1 g)
- Panaskan dalam oven pada 45ºC selama 5 jam
- Dinginkan dalam desikator dan timbang (W2 g)
e. Perhitungan
% Air bebas = x 100
f. Acuan
Analysis Manual. Nissan Chemical Industries, Ltd.
f. Acuan
Analysis Manual. Nissan Chemical Industries Ltd.
4. Tabel F-H2O Dihitung Dari Analisa T-H2O (Cara Cepat)
a. Apabila C-H2O dianggap = 19,5 %
F-H2O = 1 - x 100 %
( )
F H2 O F H 2O
5. Penetapan CaO
- Prinsip
Kalsium dalam larutan diendapkan sebagai Kalsium Oksalat dan
endapan yang terjadi dilarutkan dengan asam sulfat dan dititrasi
dengan KmnO4 0.1 N
- Alat – Alat
- Pipet gondok
- Gelas piala 500 ml (conical beaker)
- Kaca arloji & corong
- Kertas saring Whatman no. 40
- Penangas air (water bath)
- Pereaksi
- Indikator Metyl Merah
Larutkan 2 gram methyl merah dengan 1400 ml alkohol,
tepatkan hingga 2 liter dengan air suling
- NH4 OH 1:1
- Asam Acetat 1:1
- Ammonium Oksalat 4 %
Larutkan 40 gram ammonium oksalat kristal dalam 1 liter air
suling
- H2SO4 1:1
- Larutan KMnO4 0.1 N
Larutan 3,16 gram KMnO4 dengan aquadest dalam labu ukur
1 liter, simpen selama 7 hari di tempat yang gelap, kemudian
tetapkan normalitet dengan asam oksalat.
- Cara Kerja
1. Persiapan larutan contoh
- Timbang dengan teliti 2 gr contoh, masukkan dalam
gelas piala 500 ml basahi dengan air suling
- Tambah 30 ml HCL 1:1 dan air suling 150 ml, tutup
dengan gelas arloji dan panaskan biarkan mendidih
selama 30 menit
CaO = x 100 %
- Acuan
Analysis Manual. Nissan Chemical Industries, Ltd.
6. Uji Sulfit (SO3)
a. Prinsip
Metode yang digunakan adalah graavimetri, diaman SO 3
diendapkan dengan larutan BaCL2 membentuk endapan BaSO4
b. Alat – Alat
- Pipet volumetri
- Gelas piala conical
- Corong
- Kertas saring Whatman 40
- Cawan porselin
- Neraca analitik
- Panangas air
- Tanur
c. Pereaksi :
- BaCl2 10 %
- Indikator metil merah 0,1 %
- NH4OH 1:1
- HCL 1:1
d. Cara Kerja
- Pengendapan
- Pipet dengan tepat larutan induk (50-100 mg sebagai
SO3) masukan dalam gelas piala conical 500 ml dan
encerkan dengan air suling hingga volume larutan 300
ml
- Tambah 2 – 3 tetes indikator metil merah netralkan
dengan NH4OH 1:1 hingga warna larutan merah
kekuningan dan tambahkan 5 ml HCL 1:1
- Panaskan diatas hotplate hingga mendidih, tambahkan
tetes demi tetes larutan BaCl2 10 % panas sambil diaduk
% SO3 = x 100 %
c. Pereaksi
- Larutan Standart Fosfat
Timbang dengan tepat 19,175 KH2PO4 (kering 45ºC atau
yang sudah dikeringkan dalam desikator selama 24 jam).
Masukkan kedalam labu ukur 1 liter, tambahkan 3 ml HNO3
dan tepatkan dengan air suling hingga tanda, kocok (1 ml =
10 nmg P2O5). Pipet dengan tepat 20 ml larutan, masukkan
dalam labu ukur 1 liter, tepatkan dengan air suling hingga
tanda (1 ml = 0,2 mg P2O5)
- Larutan Pembentuk Warna
Dilarutkan 2,24 gr NH4VO3 dalam 0,5 lliter air suling,
tambahkan 0,5 liter HNO3. Dilarutkan 54 gram
(NH4)6MO7O24.4H2O dengan air suling panas dalam labu
ukur 1 liter, setelah dingin tepatkan hingga tanda, kemudian
ke dua larutan dicampur
- HCL 1:1
- HNO3 1:1
- NH4OH
d. Cara Kerja
- Penyiapan larutan contoh
- P2O5 total
Timbang dengan teliti 2,5 gr contoh, masukkan
dalam gelas piala 500 ml basahi dengan air suling.
Tambah 30 ml HCL (1:1) dan air suling 150 ml,
tutup dengan gelas arloji dan panaskan biarkan
mendidih selama 30 menit
Setelah dingin dipindahkan kedalam labu ukur 500
ml dan dapatkan dengan air suling hingga tanda
batas
Kocok dengan baik, kemudian disaring, filtrat
sebagai larutan induk
- P2O5 larut dalam air
- Pembacaan
- Baca absorbance dari larutan standar dan larutan contoh
dengan spektrophotometer pada panjang gelombang 400
m
- Untuk pembanding larutan berwarna, ambil dua larutan
standar yang mendekati yaitu yang lebih rendah yang
lebih tinggi dari larutan contoh, baca absorbance dari
larutan standar yang lebih tinggi dari larutan contoh
dengan menggunakan larutan standar yang rendah
sebagai pembanding
e. Perhitungan
{ }
P2O5 : A + x 100 %
- NaOH 10%
- HCl 1:10
- Indikator Alizarin
Timbang dengan teliti 0,5 gram Natrium Alizarin S,
kemudian lartukan dengan air suling hingga volume 1 liter.
- Thorium Nitrat 0,1 N
Timbang dengan teliti 14,25 gram Thorium Nitrat kristal,
masukkan ke dalam labu ukur 1 liter kemudian tepatkan
dengan air suling hingga tanda batas. Tetapkan normalitetnya
dengan menggunakan Natrium Fluorida.
- Buffer Fluor
Timbang dengan teliti 9,45 gram Monochlor Acetic Acid
tambah 2 gram NaOH kristal kemudian tambah air suling
volume 100 ml
- Serbuk Silika
d. Cara Kerja
- Siapkan alat destilasi
- Nyalakan pemanas untuk pembuat steam. Siapkan
penampung hasil destilasi (beaker 500 ml) yang sudah diisi
10 ml NaOH 10 %
- Timbang 1 gram contoh, masukkan kedalam labu destilasi
dengan menggunakan corong. Tambahkan 1 gram serbuk
silika. Bilas corong dengan air suling.
- Tutup labu destilasi dan celupkan ujung destilator ke
penampung.
- Tambah 10-15 ml HCIO4 melalui saluran steam. Kemudian
samabung selang steam tertutup dengan labu destilasi.
Hidupkan pemanas dan alirkan pendingin.
- Setelah temperatur 140 ± 5ºC, buka sambungan antara labu
dengan steam generator. Panaskan terus pada temperatur 140
– 145ºC sampai destilat ± 200 ml
f. Acuan
Operating Manual TSP 10. Control Analysis, 10.3.2. EAB 254 A
Analysis Manual. Nissan Chemical Industries. Ltd
9. Insoluble Fluor (Fluor Tidak Larut)
a. Prinsip
Insoluble Flour dalam Phospho Gypsum adalah Flour yang tidak
larut dalam larutan asam encer (weak acid). Selanjutnya lihat
point II.8.1.
b. Alat – Alat
- Alat destilasi
- Corong
- Gelas ukur 100 ml
- Labu destilasi
- Buret
- Beaker 500 ml
- Pemanas listrik
- Thermometer (0-200 atau 0-150ºC)
- Oven
c. Perekasi
- HCIO4 pekat
- NaOH 10%
- HCl 1:10
- Indikator Alizarin
f. Acuan
Basic Operating Manual of The Nissan C Porcess, Standard of
Analysis
10. Ukuran Kristal (Mesh) Phospho Gypsum
a. Prinsip
Ukuran size mesh ditetapkan dengan ayakan Tyler mesh no. 100,
200, dan 325
b. Alat – Alat
- 1 set ayakan Tyler no. 100, 200 dan 325
- Timbangan top loading
c. Pereaksi : -
d. Cara Kerja
1. Timbang contoh yang sudah dikeringkan pada suhu 45ºC
selama 5 jam sebanyak 10 gram
2. Masukkan dalam susunan ayakan dari atas ke bawah mesh
No. 100, 200 dan 325.
3. Selanjutnya contoh dikuas sampai pada masing-masing
ayakan tidak lolos
4. Apabila keadaan contoh jelek atau menggumpal maka ambil
50 gr contoh tambahahkan 25 ml methanol, dikocok dan
disaring lalu dikeringkan pada suhu 105ºC selama 1 jam.
5. Kemudian lakukan pekerjaan seperti pada no 1 sampai no 3
6. Timbang contoh yang tertahan pada masing masing ayakan
e. Perhitungan
f. Acuan
Analysis Manual. Nissan Chemical Industries, Ltd.
H2O, % =
f. Acuan
Tohuku Hiryo. Analysis Mannual. New Akita Chemical
Company
2. Uji Kemurnian Aluminium Hidroksida
a. Prinsip
Contoh dilarutkan dengan asam sulfat kemudian direaksikan
dengan EDTA pada pH 4 membentuk ikatan Al Oxine,
kelebihan EDTA dititar dengan larutan standar Zink pada pH 8
b. Peralatan
Neraca analitik
Gelas ukur
Erlenmeyer
Pipet
Buret
Pemanas / Hot plate
Labu ukur
c. Pereaksi
Larutan EDTA 0,02 M
SiO2, % =
⁄
f. Acuan
Tohuku Hiryo. Analysis Manual. New Akita Chemical
Company
4. Uji Ukuran Kristal (Size)
a. Prinsip
Contoh diayak dalam kondisi basah dengan ayakan standard
Tylor, sisa contoh yang tertinggal diatas ayakan dikeringkan
dan ditimbang.
b. Peralatan
Ayakan Standard Tylor No. 325
Neraca
Desikator
Oven listrik
Gelas piala
c. Pereaksi : -
d. Cara Kerja
1. Sebelum ayakan dipergunakan dipanaskan dulu dalam
Oven suhu 105-110oC, dinginkan dalam desikator dan di
timbang.
2. Timbang 50 gr contoh dalam gelas piala 300 mL tambah
100 ml air aduk dengan pengaduk gelas.
3. Tuangkan slurry (adonan) kedalam ayakan sampai seluruh
adonan tersebut terpindahkan semua kedalam ayakan.
d. Cara Kerja
1. Timbang dengan teliti ± 8 gr larutan contoh didalam botol
timbang plastik/beaker plastik
2. Tambahkan ± 200 mL air
3. Tambahkan 1 mL indikator PP
4. Larutan tersebut dipindahkan kedalam beaker glass bilasi
dinding beaker dengan air larutan dipanaskan sampai
80oC, kemudian dalam keadaan panas larutan dititrasi
dengan larutan NaOH 3 N sampai timbul warna merah
e. Perhitungan
% H2SiF6 =
f. Acuan
Tohuku Hiryo. Analysis Manual. New Akita Chemical
Company
2. Uji Kadar P2O5
a. Prinsip
P2O5 bereaksi dengan Vanado Molibdate membentuk larutan
komplek yang berwarna kuning dan dibandingkan dengan
warna standard, kemudian diperiksa secara spektrophotometer
b. Peralatan
Neraca analitik
Pipet volume 1 mL
Pipet volume 20 mL
Pipet skala 25 mL
Labu ukur 100 mL
Spektrophotometer
c. Pereaksi
Larutan Vanado – Molibdate (VM)
Larutan Standart P2O5 – 0,01 mgr/ltr
Larutan asam Boor jenuh
d. Cara Kerja
% P2O5 =
f. Acuan
Tohuku Hiryo. Analysis Manual. New Akita Chemical
Company
H2O, % =
f. Acuan
Tohuku Hiryo. Analysis Mannual. New Akita Chemical
Company
% H2O =
f. Acuan
Tohuku Hiryo. Analysis Manual. New Akita Chemical
Company
3. Uji Kemurnian Aluminium Fluorida
a. Prinsip
1 mole AlF3 akan bereaksi dengan 3 mole NaF secara
kuantitatif pada temperatur 800oC membentuk Cryolite
(Na3AlF6). Setelah bereaksi dengan AlF3 kelebihan NaF dapat
diketahui dengan pengukuran Na yang tidak bereaksi.
b. Peralatan
Neraca analitik
Dish platina
Lumpang agate
Labu ukur 250 mL
Beaker glass 250 mL
Beaker glass 100 mL
Pipet volumetri 20 mL
Pemanas listrik
Tanur listrik
Hot plate
Alat titrator
c. Pereaksi
Larutan Zirconium chloride (ZrCl4) 0,1 N
Larutkan 8,8258 gr ZrCl4 dalam 1 liter aquadest. ZrCl4
dapat diganti dengan ZrOCl2
Larutan buffer
Larutkan 18,65 gr Mono Chlor Acetic Acid
(CH2ClCOOH) dan 4 gr NaOH masing-masing dengan
aquadest, campur dan tepatkan 500 mL dengan aquadest.
Standarisasi buffer.
AlF3, % =
f. Acuan
Translation of Anorganische Analitik, EAL/Ku/Ro 1983 03 16
4. Uji Silika
a. Prinsip
Contoh dilebur dengan asam borat dan natrium karbonat
selanjutnya dilarutkan dengan asam nitrat atur pH 1,2 dengan
asam nitrat. Tambah pereaksi ammonium molibdat kemudian
direduksi dengan ANSA membentuk warna biru. Baca/ukur
absorbansinya pada Spectrophotometer bandingkan dengan
standar.
b. Peralatan
Neraca analitik
Tanur listrik
Cawan platina
pH meter
Labu ukur plastik 100 mL
Pipet
Spectrophotometer
Pemanas pasir
c. Pereaksi
Kristal Asam Borat
Kristal Natrium Carbonat
Asam Nitrat 1 : 2
Campurkan 1 bagian Asam Nitrat pekat dengan 2 bagian
air
Ammonium Molibdat 10 %
Larutkan 100 gr Ammonium Molibdat dalam 1 liter air.
Asam Tartrat 10 %
Larutkan 100 gr Asam Tartrat dalam 1 liter air.
Larutan Amino Naphthol Sulfonic Acid (ANSA)
Larutkan 1,5 gr 1-amino-2-naphtol-4-sulfonic acid
kedalam 200 ml larutan yang mengandung 7 gr Natrium
sulfit.
Setelah larut tambahkan larutan kedalam larutan yang
mengandung 90 gr Natrium disulfit. Tepatkan volume 1
liter simpan dalam botol plastik coklat.
Larutan standar SiO2 0,01 mg/mL
Larutkan 4,732 gr Natrium meta silikat (Na 2SiO3.9H2O)
dalam air, tepatkan hingga 1 liter (1 mL = 1 mg SiO2)
Ambil 10 mL larutan induk encerkan hingga 1 liter (1 mL
= 0,01 mg SiO2).
Larutan blanko
SiO2 =
OD = optical Density
f. Acuan
Tohuku Hiryo. Analysis Manual. New Akita Chemical
Company
5. Kadar P2O5
a. Prinsip
Phosphat dalam contoh pada pH asam (0,2) direduksikan
dengan Ammonium Molybdate membentuk ikatan komplek
(molibdate ikatan kompleks tersebut direduksi dengan ANSA
menjadi ikatan kompleks (molibdat IV) yang berwarna biru,
warna yang terjadi dibaca / dibandingkan warna standar pada
Spectrophotometer dengan panjang gelombang 655 nm.
b. Peralatan
Neraca analitik
Pipet volume 1 mL
Pipet volume 20 mL
Pipet skala 25 mL
Labu ukur 100 mL
Spectrophotometer
c. Pereaksi
Kristal Asam Borat
Kristal Natrium Carbonat
Asam Nitrat 1 : 2
Campurkan 1 bagian Asam Nitrat pekat dengan 2 bagian
air
Ammonium Molibdat 10 %
% P2O5 =
OD = optical Density
f. Acuan
Tohuku Hiryo. Analysis Manual. New Akita Chemical
Company
6. Uji Fe2O3
a. Prinsip
Besi dalam contoh direduksi oleh hydroxilamine
hydrochlorida, kemudian direaksikan dengan ortho
phenantroline dalam suasana pH 4 – 6 membentuk ikatan
komplek yang berwarna merah. Warna tersebut kemudian
d. Cara Kerja
1. Timbang dengan teliti 0,5 gr contoh kedalam cawan nikel
2. Tambahkan 1 gr H3BO3 dan 3,3 gr Na2CO3 aduk sampai
rata.
3. Panaskan dalam tanur listrik dengan suhu awal 800 oC
selama 2 menit lanjutkan dengan suhu 1000-1100oC
selama 5 – 7 menit.
4. Setelah itu dinginkan dan tambahkan 27 mL HNO3 1 : 2
panaskan diatas penangas listrik sampai larut.
5. Pindahkan kedalam labu ukur 100 mL tepatkan dengan air
suling.
6. Pipet 25 mL larutan kedalam labu ukur 100 mL
tambahkan 2 mL hydroxilamine hydrochlorida 1 %
7. Tambahkan 15 mL Natrium Acetat 50 % (atur pH 4 – 6)
8. Tambahkan 2 mL Ortho phenantroline 0,25 %, tepatkan
dengan air suling kocok hingga rata biarkan 10 menit.
9. Pada saat yang sama buatlah :
Larutan Blanko :
Pipet 25 mL larutan blanko perlakukan seperti contoh
mulai dari penambahan hydroxilamine hydrochlorida
sampai Ortho phenantroline
Larutan Standard :
Pipet larutan standard Fe2O3 0,001 % mgr/mL dengan
variasi jumlah kemudian perlakukan seperti contoh atau
blanko
10. Baca/bandingkan warna contoh dengan warna standard
pada alat Spectrophotometer dengan panjang gelombang
500 – 520 nm ambil Optical Density Standard yang
mendekati contoh.
e. Perhitungan
% Fe2O3 =
OD = optical Density
f. Acuan
Tohuku Hiryo. Analysis Manual. New Akita Chemical
Company
7. Uji Untamped Density (Kerapatan Curah)
a. Prinsip
Untamped Density dihitung berdasarkan berat contoh
dibanding dengan volume dimana contoh dihindarkan dari
getaran dan sebelumnya dipanaskan dulu pada temperatur
300oC selama 2 jam
b. Peralatan
Corong yang mempunyai ukuran :
diameter corong : 100 mm, sudut curah : 60o, tangkai : 8
mm, diameter lubang tangkai : 6 mm
Silinder peampung atau silinder ukur plastik 200 mL
perbandingan diameter dalam dan kedalaman silinder kira-
kira 1 : 6
Standard corong dimaksudkan agar bisa dipakai mengatur
ketinggian corong dengan silinder penampung.
Neraca semi analitik
c. Pereaksi : -
d. Cara Kerja
1. Timbang silinder penampung sebelum dipakai
2. Letakkan silinder penampung pada dasar standar corong
3. Atur posisi corong tepat ditengah-tengah silinder
penampung serta jarak tangkai corong dengan silinder
penampung 100 mm.
4. Masukkan contoh yang sudah dikeringkan pada
temperatur 300oC selama 2 jam kedalam corong dengan
jarak 4 cm diatas corong serta atur kecepatan 20 s/d 60
gram permenit. (Bila terjadi kebuntuan tusuk dengan
kawat)
A=
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari penjelasan dan pengamatan di lapangan selama kerja praktek
di PT. Petrokimia Gresik, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) PT. Petrokimia Gresik merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dalam lingkup Departemen Perindustrian dan Perdagangan
yang bergerak di bidang pembuatan Pupuk Nitrogen (Pupuk ZA dan
Urea) dan Pupuk Phosphat (Pupuk SP-36) serta bahan – bahan kimia
lainnya seperti CO2 cair dan kering (dry ice), amoniak, asam sulfat,
asam phosphat, purified gypsum, cement retarder daln AlF3, selain
itu juga bergerak dibidang penyediaan jasa enggineering dan lainnya.
2) Seluruh pabrik di PT. Petrokimia Gresik menggunakan proses
kontinyu yang berkaitan antara pabrik satu dengan yang lain,
sehingga gangguan pada salah satu proses sangat mempengaruhi unit
– unit proses lainnya. Oleh karena itu perlu kontrol yang teliti
terhadap proses maupun manajemen produksinya serta dengan
pengadaaan instrumen – instrumen sebagai cadangan agar proses
mampu berlangsung terus.
3) Unit Purifikasi merupakan satu kesatuan dengan Unit Cement
Retarder di dalam Pabrik Gypsum. Di dalam proses yang pertama
dalam pembuatan bahan baku semen ini bertujuan untuk
menghilangkan P2O5 di dalam kandungan gypsum dengan
pencucian dan filtrasi.
Proses produksi yang terjadi di dalam Pabrik Gyspum Unit
Purifiakasi terdiri dari :
a. Seksi Pencucian
b. Seksi Filter
Produk yang dihasilkan pada Unit Purifikasi adalah purified
gypsum dengan kadar P2O5 rata – rata 23%
xi
TUGAS KHUSUS
EVALUASI FILTER FIL-4102
PADA PABRIK GYPSUM UNIT PURIFIKASI
DEPARTEMEN PRODUKSI III
PT. PETROKIMIA GRESIK
Disusun Oleh :
VIRMAN HANDOYO
D 500 110 028
TUGAS KHUSUS
I. Judul
Menghitung neraca massa dan neraca panas pada proses filter
antara cake dan acidic water di Fil-4102.
II. Tujuan
Mengetahui besarnya neraca massa dan neraca panas secara aktual
pada Fil-4102.
V. Tinjauan Pustaka
a. Filter
Di dalam filter merupakan proses pemisahan untuk memisahkan
zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori
(penyaring). Dasar pemisahan proses ini adalah perbedaan ukuran
partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan
zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori
saringan dan meneruskan pelarut.
Di dalam proses filter bahan dibuat dalam bentuk larutan atau
berwujud cair (slurry). Kemudian slurry di pompa ke Fil-4102 untuk
disaring. Hasil penyaringan disebut acidic water sedangkan sisa yang
tertinggal dipenyaring disebut cake.
Filter ini bertipe horizontal belt filter dengan kapasitas 23m2
dengan dimensi belt lebar 2,6 m panjang 11,3 m dan berputar dengan
kecepatan 8,6 -34,4 m/min. Material yang digunakan berupa ethylene
propylene rubber untuk belt dan polyester untuk filter cloth.
E = m . c2............................................................(1)
E = Jumlah energi yang timbul, erg
m= jumlah massa yang musnah, gram
c = kecepatan cahaya = 3 x 1010 cm/detik
Neraca massa dibuat untuk suatu alat atau unit dengan batasan
tertentu. Bahan- bahan yang perlu diperinci banyaknya adalah bahan-
bahan yang masuk dan keluar batasan yang ditetapkan.
Neraca panas merupakan sebuah evaluasi untuk menentukan
beberapa kebutuhan panas dari masing – masing alat ke proses.
Kebutuhan energi masing – masing proses berbeda – beda tingkat
kebutuhannya. Persamaan neraca panas hampir sama dengan neraca
massa yaitu :
kg/jam
kg/jam kg/jam kg/jam
T.P2O5 601,98 - - 601,98
Purified Acidic
Komponen Slurry Steam RCW Water
Gypsum
CaSO4.2H2 -
459,69 - - 508,94
O
H2O 1596,9 4336,0 1859,82 3827,08 3456,72
b. Pembahasan
Dilihat dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa pada Tangki (TK-
4101) terjadi penambahan kadar H2O dari netralized water dan
washing water. Sedangkan pada kandungan komponen T.P2O5 dan
CaSO4.2H2O cenderung tetap. Sedangkan pada tabel 2, kandungan
komponen T.P2O5 (slurry) mengalami penurunan dari mulanya
601,98 kg/jam menjadi 548,67 kg/jam dan komponen CaSO4.2H2O
(slurry) mengalami penurunan dari mulanya 60805,8 kg/jam menjadi
59605,8 kg/jam pada produk purified gypsum keluar dari filter. Pada
PERHITUNGAN
Washing Water
Tangki
Phospo Gypsum Slurry
Netralized Water
Slurry
Filter
Purified Gypsum
Steam
Acidic Water
Netralized Water
a Pengamatan langsung
b Control room pabrik
c Laboratorium produksi III
Dari hasil lab bahan baku phospho gypsum dan hasil purified gypsum di
dapatkan data sebagai berikut :
a. Phospo gypsum masuk Tangki (TK-4101)
Tabel 5. Hasil uji lab pada feed Tangki (TK-4101)
Komponen Kandungan (%)
T.P2O5 0,99
F.H2O 29,18
CaSO4.2H2O 94,17
T.P2O5 0,35
F.H2O 22,87
CaSO4.2H2O 95,56
36 30 33 33
= 77209,58
= 98.291,67
= 11.587,50
= 26.000
= 2088,75
a. Produk
Purified gypsum kering = 59605,80 kg/jam
Purified gypsum basah = 77209,58 kg/jam (F.H2O 22,80 %)
Menghitung purified gypsum kering :
= purified gypsum basah – purified gypsum kering
= 77209,58 kg/jam - 59605,80 kg/jam
= 59605,79 kg/jam
b. Feed
- Raw phospo gypsum
Kering 59605,79 kg/jam + 12000 kg/jam = 60805,80 kg/jam
Basah 60805,80 kg/jam / (1-0,3379) = 91837,78 kg/jam
Catatan :
12000 kg/jam adalah padatan tertinggal di dalam filtrate saat filtrasi
0,3379 adalah pesentase kandungan F.H2O di dalam phospo gypsum
- Netralized water
Repulp water (60805,80 / 0,33) - 91837,78 = 92422,20 kg/jam
Washing water = 26000 kg/jam
=
= 184259,99
= 123454,19
= 17603,78
- Jumlah filtrate
Total = total slurry ke filter – total cake basah
= 184259,99 - 77209,58
= 107050,41
= 1200
= 107050,41 – 1200
= 105850,41
d. Neraca P2O5
- Slurry
o Raw phospo gypsum
T.P2O5 = raw phospo kering x % uji lab pada tangki
= 60805,80 kg/jam x 0,0099 kg/jam
= 601,98 kg/jam
Dengan cara perhitungan seperti diatas, didapatkan hasil
sebagai berikut :
P2O5 larut = 60805,80 x 0,0063 = 383,08 kg/jam
CaSO4.2H2O = 60805,80 x 0,0094 = 572,61 kg/jam
F.H2O = 60805,80 x 0,0029 = 177,43 kg/jam
P2O5 non larut = 60805,80 - 383,08 = 218,90 kg/jam
o Netralized water
T.P2O5 = flow netralized water x (50/1060)
= 66422,20 kg/jam x 5E-59
= 3,32E-54 kg/jam
Dimana : (50/1060) adalah tetapan
o P2O5 slurry
T.P2O5 = T.P2O5 raw phospo + T.P2O5 netralized water
= 601,98 kg/jam + 3,32E-54 kg/jam
= 601,98 kg/jam
Dengan cara perhitungan seperti diatas, didapatkan hasil
sebagai berikut :
P2O5 di padatan 218,90 + 0,0063 = 487,05 kg/jam
P2O5 di F.H2O 601,98 - 383,08 = 114,92 kg/jam
- Purified Gypsum
o P2O5
P2O5 di padatan = 487,05 kg/jam
- F.H2O
= massa F.H2O (ton/jam) x cp x T raw phospo gypsum
= 31,03 ton/jam x 1 x 28
= 868,90 Mcal/jam
- Netralized water
= massa netralized water (ton/jam) x cp x T netralized water
= 66,42 ton/jam x 1 x 28
= 1859,82 Mcal/jam
Washing water
= massa washing water (ton/jam) x cp x T washing water
= 26,00 ton/jam x 1 x 28
= 728,00 Mcal/jam
Total = Komsumsi panas (raw phospo gypsum - F.H2O -
netralized water – washing water)
= 459,69 Mcal/jam - 868,90 Mcal/jam - 1859,82
Mcal/jam - 728,00 Mcal/jam
= 3916,41 Mcal/jam
o Temperatur slurry
= (3916,41 / 184,26) x (1 / 0,74 ) = 28,7 ºC
b. Steam
o Cake basah
Padatan 60,81 ton/jam
F.H2O 123,45 ton/jam
o Jumlah steam
60,81 ton/jam x 0,27 x (70 – 39) = 508,94 Mcal/jam
123,45 ton/jam x 1,00 x (70 – 39) = 3827,08 Mcal/jam
Total = 508,94 Mcal/jam + 3827,08 Mcal/jam
= 4336,02 Mcal/jam
= 4336,02 / (700 – 70) x (0,8)
= 5,50 ton/jam
Disusun Oleh :
RISMA CHOLIFAH ASTARINI
D 500 110 042
TUGAS KHUSUS
IX. Judul
Menghitung neraca massa dan neraca panas pada penghilangan
kadar F.H2O di Flash Dryer (M-4260).
X. Tujuan
Mengetahui besarnya neraca massa dan neraca panas secara
aktual pada Flash Dryer (M-4260).
tugas ini akan dievaluasi mengenai neraca massa dan neraca panas
berdasarkan data aktual. Karena faktor - faktor yang berpengaruh pada
unjuk kerja Flash Dryer sangat fluktuatif, maka diperlukan evaluasi
terhadap data dilapangan.
kandungan uap air pada fasa gas. Gas panas disebut medium
pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan
air dan sekaligus membawa air keluar.
Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda
dari satu bahan ke bahan lain. Ada bahan yang tidak mempunyai
kandungan zat cair sama sekali (bone dry). Pada umumnya zat
padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai air terikat.
Kandungan air dalam suatu bahan dapat dinyatakan atas dasar
basah (% berat) atau dasar kering, yaitu perbandingan jumlah air
dengan jumlah bahan kering.
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara
karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan
yang dikeringkan. Dalam hal ini, kandungan uap air udara lebih
sedikit atau udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah
sehingga terjadi penguapan. Kemampuan udara membawa uap air
bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi udara
pengering dengan udara sekitar bahan semakin besar. Salah satu
faktor yang mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan
angin atau udara yang mengalir. Udara yang tidak mengalir
menyebabkan kandungan uap air di sekitar bahan yang dikeringkan
semakin jenuh sehingga pengeringan semakin lambat.
Di Industri kimia proses pengeringan adalah salah satu proses
yang penting. Proses pengeringan ini dilakukan biasanya sebagai
tahap akhir sebelum dilakukan pengepakan suatu produk ataupun
proses pendahuluan agar proses selanjutnya lebih mudah,
mengurangi biaya pengemasan dan transportasi suatu produk dan
dapat menambah nilai guna dari suatu bahan.
Di dalam proses pengeringan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, sebagai berikut :
Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi
kering Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air
E = m . c2
F1 Flash dryer F3
Masuk Keluar
Purified Combustion Dried
Komponen H2O
Gypsum Gas Gypsum
(kg/jam)
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
CaSO4.2H2O 48989,37196 - - 48989,37196
T.P2O5 210,6542994 - - 210,6542994
C.H2O 9361,868981 - - 9361,868981
F.H2O 4656,458044 - 4656 -
Sub total 63218,35328 - 4656 58561,89524
Total 63218,35328 63218,35328
Masuk Keluar
Purified Combution Dried
Komponen H2O
Gypsum Gas Gypsum
(Mcal/jam)
(Mcal/jam) (Mcal/jam) (Mcal/jam)
CaSO4.2H2O 579,374964 0 0 0
F.H2O 93,1291608 2514,114827 53,55 3521,921978
Sub total 672,504124 2514,114827 53,55 3521,921978
Total 3186,618952 3575,471245
b. Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 di atas terlihat bahwa setelah memasukkan
umpan ke dalam Flash dryer yang dihembuskan dengan udara panas
100 ˚C maka kandungan free H2O yang terkandung di dalam Purified
gypsum akan menguap sehingga menurunkan kadar free H2O yang ada
pada granule cement retarder.
Kandungan free H2O serta impurities lain yang terdapat dalam
purified gypsum sangat mempengaruhi kualitas granule cement
retarder yang dihasilkan. Semakin rendah kadar free H2O dan
impurities yang terkandung di dalam umpan akan menyebabkan
tingginya kualitas produk yang dihasilkan. Penggunaan suhu
combustion air 100 ˚C dimaksudkan untuk menguapkan kandung free
H2O yang menyelimuti bagian luar purified gypsum karena H2O
memiliki titik didih pada suhu tersebut sehingga diharapkan
PERHITUNGAN
I. Neraca Massa
Neraca massa pada flash dryer adalah sebagai berikut:
H2O
CaSO4.2H2O CaSO4.2H2O
Flash Dryer
Combustion air
= 53750
a. Flash Dryer
Menghitung kebutuhan purified gypsum per jam:
= 53.645,83
= 48.989,37
o Free H2O
= 4.656,458
o P2O5
P2O5 = 0,43% x 48.989,37
= 210,654
o C.H2O
C.H2O = 19,11% x 48.989,37
= 9.361,869
2. Neraca Panas
a. Drying
Purified gypsum:
Inlet of dryer (T1) : 40 ˚C
Outlet of dryer (T2) : 80 ˚C
Gas
Inlet of dryer (T3) : 100 ˚C
Outlet of dryer (T4) : 100 ˚C
b. Specific heat
CaSO4.2H2O : 0,27 Kcal/kg ˚C
Udara : 0,25 Kcal/kg ˚C
H2O : 0,46 Kcal/kg ˚C
d. Ambient condition
Suhu : 33 ˚C
Relatif humidity : 70%
Specific humidity : 0,22 kg H2O/kg udara kering
f. Panas laten
Panas laten = Moisture x panaslaten penguapan
= 4,656 (ton/jam) x 539,92 Kcal/kg
= 2.514,115 Mcal/jam
Disusun Oleh :
WIRA YUDHA PERDANA
D 500 110 044
TUGAS KHUSUS
I. Judul
Menghitung neraca massa dan neraca panas pada reaktor R-
3111 AB
II. Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini untuk menghitung neraca massa
dan neraca panas dari kondisi rancangan awal dan kondisi aktual
agar dapat diketahui efisiensi produksi dari pembuatan aluminium
sulfida.
III. Latar Belakang
PT. Petrokimia Gresik merupakan BUMN yang memproduksi
pupuk dan bahan kimia untuk dijadikan bahan baku di industri lain.
Pabrik yang dimiliki PT. Petrokimia berjumlah 3 pabrik yaitu
pabrik 1, pabrik 2, dan pabrik 3 . Untuk hasil produksi dari pabrik 1
yaitu pupuk urea, pupuk ZA 1 dan ZA 3, ada hasil samping yaitu
berupa amonia, CO2 cair dan padat, gas N2, N2 cair, gas O2, dan O2
cair. Sedangkan pabrik 2 hasil produksinya yaitu pupuk fosfat 1 dan
pupuk fosfat 2 serta pupuk Phonska lalu produk dari pabrik 3 yaitu
asam fosfat, asam sulfat, pupuk ZA 2, cement retarder (CR), dan
aluminium sulfida.
Salah satu produk dari pabrik 3 yaitu aluminium sulfida (AlF3)
yang berfungsi untuk menurunkan titik lebur aluminium sehingga
pada industri aluminium tidak membutuhkan tenaga yang besar
untuk meleburkan aluminium. Bahan yang digunakan pada
pembuatan aluminium sulfida yaitu aluminium hidroksida
(Al(OH)3) dan asam fluosilikat (H2SiF6).
Proses reaksi pembuatan aluminium sulfida dilakukan di reaktor
batch dimana reaksi terjadi tidak secara kontinyu. Reaktor yang
digunakan untuk reaksi pembentukan aluminium sulfida dilengkapi
dengan pengaduk.
f. Neraca Panas
Panas reaksi
[Panas H2SiF6 masuk reaktor] + [Panas Al(OH)3 masuk
reaktor] + [Panas SiO2 charge masuk reaktor] + [Panas dari
reaksi] = [Panas akumulasi reaktor] + [Panas yang hilang dari
reaktor]
VI. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
a. Hasil Perhitungan
Berikut hasil perhitungan dengan membandingkan antara data
rancangan awal dan data aktual :
Tabel 4. Data Perbandingan Neraca Massa Antara Desain Dengan
Aktual
Larutan 575257,33
- - 761063,57
hasil reaksi
b. Pembahasan
Dari tabel 4. dapat diketahui bahwa neraca massa pada
kondisi awal rancangan dengan kondisi aktual atau yang di
lapangan berbeda. Hal ini disebabkan karena menurunnya
kualitas bahan baku sehingga neraca massa aktual yang masuk
juga berkurang. Hal ini juga berdampak pada neraca massa
aktual yang keluar sehingga efisiensi produksi pembuatan AlF3
juga menurun.
Dari tabel 5. untuk panas yang dihasilkan pada reaksi
dapat dilihat pada hasil total neraca panas yang masuk maupun
neraca panas yang keluar antara desain dengan aktual. Pada
desain neraca panas seharusnya neraca panas masuk sebesar
782535,43 kcal/jam dan neraca panas keluar menurut desain
sebesar 761063,57 kcal/jam. Sedangkan data perhitungan aktual
neraca panas yang masuk hanya 657905,57 kcal/jam dan neraca
panas keluar hanya 575257,33 kcal/jam. Dengan menurunnya
panas yang dihasilkan maka proses reaksi pembentukan produk
AlF3 tidak dapat berjalan dengan optimal.
VII. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan data aktual didapat bahwa neraca
massa yang masuk sebesar 10644,87 kg/jam. Sedangkan pada
desain neraca awal dapat mencapai 13178,59 kg/jam. Dengan
menurunnya neraca massa antara desain dengan aktual maka
efisiensi produksi AlF3 juga menurun.
b. Saran
1. Untuk mendapatkan tingkat efisiensi produksi yang tinggi
seharusnya kualitas bahan baku dijaga agar neraca massa
maupun neraca panas yang masuk tidak menurun.
2. Untuk meningkatkan efisiensi produksi, PT. Petrokimia Gresik
perlu melakukan juga pembaruan alat atau renovasi alat. Dengan
alat baru diharapkan tingkat konversi akan meningkat sehingga
efisiensi produksi juga akan meningkat.
DATA PERHITUNGAN
Neraca Massa Pada Reaktor
SiO2 charge
Diketahui :
1. Data Dan Perhitungan Desain
a. Data-data desain reaktor
Dimensi
Diameter silinder : 1800 mm
Tinggi silinder : 2500 mm
Volume : 6040 L
b. Data rancangan desain
Produksi AlF3 : 41 ton/hari
Konsentrasi H2SiF6 : 18 %
Konsentrasi Al(OH)3 : 98,5 %
Densitas H2SiF6 : 1160 kg/m3
Densitas Al(OH)3 : 1150 kg/m3
Consumption rate H2SiF6 : 1,15 ton/ton produk
Consumption rate Al(OH)3 : 1,15 ton/ton produk
c. Perhitungan H2SiF6 masuk reaktor
Produksi 41 ton/hari, consumption rate 1,15 ton/ton produk
41 ton/hari = 1708,33 kg/jam
Total flow (100%) = 1708,33 x 1,15 = 1964,58 kg/jam
Total flow H2SiF6 (18%) = 1964,58/0,18 = 10914,33 kg/jam
Kandungan Cl =
= 23,52 kg/jam
kg/jam
Total flow SiO2 (64,6%) = 144,45/0,646 = 233,61 kg/jam
Komponen : AlF3 adhesive (charge) = total flow x 3,2% = 233,61 x
0,032 = 7,155 kg/jam
f. SiO2 slurry
Total flow rate yang masuk = Total H2SiF6 + Total Al(OH)3 + Total
SiO2 charge = 13178,59 kg/jam
Reaksi pembentukan produk :
H2SiF6 + 2Al(OH)3 2AlF3 + SiO2 + 4H2O
Berikut tahapan reaksi :
a. Al(OH)3 + 3Cl- AlCl3 + 3OH-
b. H2SiF6 + 2Al(OH)3 2AlF3 + SiO2 + 4H2O
Kebutuhan Al(OH)3 dari reaksi a dan b :
a= = = 17,23 kg/jam
= = 167,03 kg/jam
a. AlF3 =
= = 2097,15 kg/jam
b. SiO2 =
= = 748,98 kg/jam
e. H2O =
= = 898,78 kg/jam
a. Consumption rate :
= 17,79 kg/jam
Kandungan P2O5 = konsentrasi P2O5 dalam H2SiF6 x flow H2SiF6
(21,2%) = 0,00025 x 8465,92 = 2,12 kg/jam
d. Al(OH)3 masuk reaktor
Produksi 39,7 ton/hari, consumption rate 1,121 ton/ton produk
39,7 ton/hari = 1654,17 kg/jam
Total flow (100%) = 1654,17 x 1,121 = 1854,32 kg/jam
Total flow Al(OH)3 (95,3%) = 1854,32/0,953 = 1945,78 kg/jam
Kandungan SiO2 = konsentrasi SiO2 pada Al(OH)3 x flow Al(OH)3
(95,3%) = 0,0012 x 1945,78 = 2,335 kg/jam
Kandungan P2O5 = konsentrasi P2O5 pada Al(OH)3 x flow Al(OH)3
(95,3%) = 0,00005 x 1945,78 = 0,0973 kg/jam
e. SiO2 charge
Diasumsikan bahwa mol rasio F/Si di reaktor sebesar 5,1. Flow rate
SiO2 dianggap x
kg/jam
Total flow SiO2 (64,6%) = 131,97/0,646 = 204,29 kg/jam
a= = = 17,23 kg/jam
= = 99 kg/jam
a. AlF3 =
= = 1978,4 kg/jam
b. SiO2 =
= = 706,57 kg/jam
e. H2O =
= = 847,88 kg/jam
= 3290,925 kcal/jam
d. Sensible Heat dari SiO2 cake yang masuk reaktor
Sennsible Heat SiO2 cake = Massa SiO2 cake x specific heat x selisih
suhu operasi dengan suhu neraca panas
= 233,61 x 0,47 x (30o–25oC)
= 548,98 kcal/jam
e. Panas dari hasil reaksi pembentukan AlF3
Al(OH)3 + H2SiF6 = AlF3 + SiO2 + 2 H2O – *11,85 kcal/kg-mol
= 372500,48 kcal/jam
c. Sensible Heat dari Al(OH)3 yang masuk reaktor
Sensible Heat Al(OH)3 = Massa Al(OH)3 x specific heat x selisih suhu
operasi dengan suhu neraca panas
= 1945,78 x 0,33 x (30o–25oC)
= 3210,537 kcal/jam
d. Sensible Heat dari SiO2 yang masuk reaktor
Sensible Heat SiO2 = Massa SiO2 x specific heat x selisih suhu operasi
dengan suhu neraca panas
= 204,29 x 0,47 x (30o–25oC)
= 480,55 kcal/jam
e. Panas dari hasil reaksi pembentukan AlF3
Al(OH)3 + H2SiF6 = AlF3 + SiO2 + 2 H2O – *11,85 kcal/kg-mol