LAPORAN - KP - Indy Prasetya PDF
LAPORAN - KP - Indy Prasetya PDF
LAPORAN - KP - Indy Prasetya PDF
DISUSUN OLEH:
INDY PRASETYA GIRRY
1406604683
Disusun oleh :
Disusun untuk melengkapi prasyarat menjadi Sarjana Teknik pada program studi
Teknik Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia
dan telah disetujui dan diajukan dalam Presentasi Kerja Praktek.
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Kerja Praktek Pembimbing Departemen
ii
Universitas Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Mengetahui :
Pembimbing Lapangan
Disahkan Oleh :
Pembimbing Khusus
iii
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah S.W.T
karena atas limpahan rizki-Nya dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan
Laporan kerja Praktek di PT. Semen padang dengan judul “Evaluasi Efisiensi
Clinker Cooler pada Plant Indarung IV”. Laporan ini dibuat atas dasar sebagai
syarat untuk menyelesaikan pendidikan S-1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
Penulis Sadar bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
maka pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan ini tidak akan berjalan
lancar. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
iv
Universitas Indonesia
Padang, 10 Juli 2017
Penulis
v
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
vi
Universitas Indonesia
Pendahuluan .............................................................................................................. 46
INPUT MASSA ......................................................................................................... 46
= 419084,4m3 x 1,16 kg/m3 = .................................................................................... 47
P = 1 atm, T = 25° C, Kelembapan 80% ................................................................. 47
Nilai relative humidity = 0.0162kg air/kg udara .................................................... 47
Berat udara kering .................................................................................................... 47
OUTPUT MASSA ..................................................................................................... 47
Laju batubara kering masuk kiln............................................................................ 48
Massa O2 teoritis = 38481 kg ................................................................................... 49
NERACA MASSA DI COOLER ............................................................................. 50
NERACA ENERGI DI COOLER ........................................................................... 50
Input Panas ................................................................................................................ 51
Output Panas ............................................................................................................. 51
EFISIENSI TERMAL COOLER ............................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 54
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
ix
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
10
Universitas Indonesia
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan sebagai kelengkapan kelulusan Strata 1.
Penulis memilih PT. Semen Padang (Persero) Tbk, sebagai tempat pelaksanaan
kerja praktek. Melalui kerja praktek penulis diharapkan mampu menimba ilmu
dan pengalaman dari orang-orang yang telah ahli dan berpengalaman di
bidangnya, yang dapat memberikan aplikasi ilmu dalam proses produksi semen.
Kemudian penulis juga dapat mengobservasi langsung di lapanggan proses
produksi semen tersebut.
11
Universitas Indonesia
3. Pelaksanaan manajemen produksi serta sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di Indarung IV PT. Semen Padang.
Sebagai penunjang untuk topik yang ingin dipelajari pada Kerja Praktek, mata
kuliah yang sudah kami pelajari, yaitu:
1. Mekanika Fluida
2. Neraca Massa dan Energi
3. Pengendalian Proses
4. Teknik Reaksi Kimia 1
5. Teknik Reaksi Kimia 2
6. Perpindahan Massa
7. Peristiwa Perpindahan
8. Perpindahan Kalor
9. K3LL
Selain topik diatas, syarat kelulusan dari mata kuliah Kerja Praktek adalah
tugas khusus yang diberikan selama berlangsungnya kerja praktek. Tugas khusus
ini diberikan kepada mahasiswa di bawah bimbingan tenaga ahli Indarung IV dan
berupa permasalahan yang meliputi topik/ruang lingkup diatas, ataupun dapat
disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi di lapangan.
12
Universitas Indonesia
1.5 Tempat dan Waktu
Tempat kerja praktik : PT. Semen Padang Plant Indarung IV
Indarung, Sumatra Barat
Periode kerja praktik : 5 Juni – 21 Juli 2017
13
Universitas Indonesia
BAB 2
PROFIL UMUM PERUSAHAAN
14
Universitas Indonesia
diperkenalkan.
Berdasarkan PP No. 135 tahun 1961 perusahaan ini berubah status menjadi
Perusahaan negara (PN). Kemudian dengan PP No. 7 tahun 1971, status
perusahaan ini diubah dari PN menjadi PT ( Persero) dengan akta notaris No. 5
tanggal 4 juli 1992 sehingga sampai sekarang namanya adalah PT. Semen Padang
(persero), dengan modal seluruhnya dimiliki oleh pemerintah
Indonesia.Pengembangan dilanjutkan dengan mendirikan pabrik indarung II pada
tahun 1977 yang bekerja sama dengan Denmark dan dibangun oleh kontraktor FL.
SmithCo dengan kapasitas terpasang 660.000 ton per tahun sedangkan sumber
dayanya didapat dari BAPINDO, Bank Dunia, kas PT. Semen Padang dan dari
pemerintah. Pabrik ini selesai di bangun tahun 1980 dan diresmikan pada
tanggal 18 maret 1980.
Kemudian pembangunan dilanjutkan dengan pembangunan Pabrik
Indarung III A dan Indarung III BPabrik Indarung. III A dibangun oleh FL. Smith
Co, dan diresmikan pada tanggal 23 Desember 1983 dengan kapasitas terpasang
660.000 ton per tahun. Sedangkan pabrik Indarung III B dibangun oleh Project
Equipment Corporationof India dan resmikan pada tanggal 23 Juni 1987
dengan kapasitas terpasang sekitar 660.000 ton per tahun. Sedangkan PT. Semen
Padang meningkatkan pengembangan produksi dengan pembangunan pabrik
Indarung IV yang pelaksanaanya dimulai pada tahun 1993 sehingga kapasitas
produksinya menjadi ±1.620.000 ton per tahun dan kemudian dibangun
pabrik Indarung Vdengan kapasitas 2.300.000 ton per tahun.
15
Universitas Indonesia
digunakan dalam proses produksi semen di PT semen padang diperoleh
dari daerah yang letaknya tidak begitu jauh dari lokasi pabrik. Batu kapur
dan silika diperoleh dari bukit karang putih yang berjarak tidak jauh dari
lokasi pabrik yaitu 1,7 km kearah selatan pabrik. Sedangkan tanah liat
diperoleh dari Gunuang Sarik yang berjarak 400 m kearah timur dari
lokasi pabrik.
Sarana Transportasi
Lokasi PT Semen Padang berada pada jalan lintas sumatera dan 2,5 km
dari pelabuhan Teluk Bayur sehingga meudahkan dalam pengangkutan
bahan baku dan distribusi hasil produksi. Dalam distribusi hasil produksi
dapat dilakukan dengan menggunakan jalur darat maupun jalur laut.
Ketersediaan Tenaga Listrik
Distribusi Listrik yang disediakan PLN berasal dari gardu induk Lubuk
Alung Pariaman. PT. Semen Padang juga mempunyai PLTD sendiri
sebanyak dua buah dengan daya 5,5 MW dan 13,5 MW.
Ketersediaan Air
Air yang digunakan dalam proses produksi dan air minum karyawan,
diperoleh dari daerah Rasak Bungo. Lokasi ini berjarak 17,8 km dari PT
Semen Padang.
16
Universitas Indonesia
PT Semen Padang telah memproduksi berbagai jenis semen dengan berbagai
kegunaan. Semua jenis semen yang diproduksi telah memenuhi persyaratan mutu
seperti Standard Nasional Indonesia SNI 15-2049-1994, ASTM standard C-150,
British Standard (BS) 12/ 1978 dan American Petroleum Institut (API)
Specification 10 A. Berikut jenis semen yang di produksi PT Semen padang,
a. Semen PortlandType I
OPC adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen Portland terutama yang terdiri dari kalsium silikat
yang bersifat hidrolis bersama-sama bahan tambahan berupa satu atau
lebih bentuk Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah bahan
lain, semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan
tekan tinggi yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti: bangunan
bertingkat, jembatan, jalan raya, lapangan udara. Semen Portland terutama
terdiri dari oksida kapur (CaO), oksida silika (SiO2), oksida alumina
(Al2O3), oksida besi (Fe2O3), kandungan keempat oksida tersebut kurang
lebih 95% dari berat semen dan biasanya disebut major index, sedangkan
sisanya sebanyak 5% terdiri dari oksida magnesium (MgO) dan oksida
lain.
17
Universitas Indonesia
SemenPortland Type II adalah semen yang mempunyai ketahan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang, biasa digunakan untuk bangunan
di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, salurang irigasi, beton massa dan
bendungan
18
Universitas Indonesia
digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton hollow brick,
paving block dan tegel
Pada tahun 2016 PT. Semen Padang mencapai volume produksi 6,45 juta
ton. Jumlah produksi akan meningkat dengan mulai beroperasinya pabrik
Indarung VI.
19
Universitas Indonesia
BAB III
URAIAN PROSES
20
Universitas Indonesia
Gas Outlet
Kamar I
Material Inlet
Gas Inlet
Kamar I
Drying Chamber
Material Outlet
21
Universitas Indonesia
`
Di dalam kompartmen I terdapat lifting liner berjenis step liner. Liner jenis
ini berfungsi untuk mengangkat dan menjatuhkan grinding media sehingga
dihasilkan gaya tumbukan terhadap material yang akan digiling. Pada
kompartmen II, permukaan liner yang digunakan bergelombang dikarenakan
gaya yang diperlukan adalah gaya gesek antara material dengan grinding
media sehingga tidak diperlukan liner yang dapat mengangkat grinding media.
Di kompartmen II juga digunakan danula ring yang bertujuan untuk
memperpanjang waktu tinggal material di dalam mill sehingga efek
penggilingan akan lebih baik.
22
Universitas Indonesia
Gambar 3. 3 Diafragma dari dalam
Grinding media yang digunakan terbuat dari bola baja dengan u kuran
yang berbeda untuk tiap kompartmen. Untuk kompartmen I digunakan
grinding media berukuran 50-90 mm, sedangkan untuk kompartmen II,
grinding media yang digunakan berukuran 25-40 mm.
23
Universitas Indonesia
Gambar 3. 5 Grinding Material Kamar 2
24
Universitas Indonesia
Di dalam vertical mill terdapat 4 buah roller yang berfungsi
sebagai media penggilingan. Material yang masuk dari feed gate akan
jatuh ke bagian tengah grinding table. Material akan bergerak ke arah tepi
karena adanya gaya sentrifugal akibat perputaran grinding table. Material
akan tergiling karena adanya gaya tekan dari roller. Saat material bergerak
melewati roller karena perputaran grinding table, roller juga akan ikut
berputar sehingga material akan tergiling. Jarak minimal antara roller
dengan grinding table yaitu 12 mm. kondisi ini disebut juga dengan istilah
zero position. Tujuan dari kondisi ini adalah untuk meningkatkan efisiensi
penggilingan dalam vertical mill.
Material yang telah tergiling akan terbawa oleh gas panas yang
masuk pada bagian louvre ring menuju classifier. Pada bagian classifier
material yang halus akan dipisahkan dengan material yang masih kasar.
Material yang halus akan terbawa bersama gas panas menuju bagian mill
exhaust product discharge karena adanya hisapan dari fan mill. Sedangkan
material yang halus akan jatuh dan digiling kembali oleh roller. Berikut
merupakan komponen-komponen dalam vertical mill:
25
Universitas Indonesia
Secara umum terdapat 4 proses yang terjadi pada vertical mill meliputi :
a. Menggiling (grinding)
Material digiling di antara roller dan grinding table
sewaktu material tersebut bergerak dari tengah meja ke arah
nozzle ring. Metode penggilingan ini merupakan proses
penggilingan yang paling efisien di dalam industri semen.
b. Pemisahan (separation)
Material kering diangkat oleh gas kering. Kemudian di
dalam separator, partikel yang terlalu kasar (tailing)
dikembalikan lagi ke grinding table, sementara partikel yang
halus meninggalkan mill dan dikirim ke dust collector.
c. Pengeringan (drying)
Udara proses yang digunakan terutama berasal dari waste
gas kiln atau cooler atau disuplai oleh generator gas panas.
Pengeringan berlangsung bersamaan dengan proses
penggilingan dan pemisahan .
d. Transport
Gas kering digunakan sebagai media pengirim. Tahap
pengiriman pertama adalah sirkulasi internal dan tahap yang
kedua adalah separator. Akhirnya, produk diekstraksi dari
separator dan secara pneumatic dikirim ke siklon atau filter
dimana produk kemudian dikumpulkan dan diumpankan ke
silo. Gas yang bersih dikeluarkan atau diresirkulasikan
kembali ke dalam mill.
26
Universitas Indonesia
Gambar 3. 8 Sistem Trasnport Vertical Mill
Umpan material
Material basah diumpankan melalui air sealed feed gate ke
atas grinding table. Feed gate dirancang untuk dapat mencegah
masuknya false air ke dalam mill dan melindungi mill terhadap
tekanan negatif yang tinggi di dalam mill body. Untuk material
yang basah dan lengket, triple gates (heatable) dibutuhkan dan
umumnya digunakan rotating airlocks.
Penggilingan
Material (umpan segar, material resirkulasi, dan tailing
separator) yang melewati tengah meja di bawah roller kemudian
digiling di antara roller dan grinding track. Ukuran maksimum
27
Universitas Indonesia
partikel yang dapat digiling di bawah roller adalah berukuran
maks. 5-8 % diameter roller dimana ukuran tersebut tergantung
pada diameter roller, kecepatan meja, tekanan roller dan
karakteristik material (granulometry dan properties)
Sirkulasi material
Sirkulai internal material dapat dilihat pada gambar 108
berikut. Material yang mengalir di atas dam ring ditangkap dan
kemudian terangkat oleh aliran gas vertikal dari nozzle ring.
Partikel kasar jatuh kembali ke grinding table sementara yang
halus terangkat ke separator untuk dipisahkan. Laju sirkulasi
internal tergantung terutama pada grindability dari ground material
dan dapat mencapai 15-25 siklus. Pengurangan kecepatan gas di
dalam nozzle ring mengakibatkan jatuhnya partikel yang lebih
besar. Material yang terjatuh harus diekstraksi oleh scraper dan
diresirkulasi ke dalam mill feed.
Separasi
28
Universitas Indonesia
Partikel kasar (coarse tailing) diumpankan melalui tailing cone ke
tengah grinding table untuk membantu formasi dari grinding table
menjadi lebih stabil. Kehalusan raw meal dapat lebih mudah
dikontrol oleh penyesuaian kecepatan cage rotor.
Drying
Pengeringan terjadi terutama di tempat di mana gas panas
keluar nozzle dan kontak dengan material yang lembab. Partikel
yang halus memiliki waktu tinggal yang lama di dalam gas
pengering (tergantung pada gas collector) yang memastikan kinerja
pengeringan yang baik.
29
Universitas Indonesia
Gambar 3. 10 Homogenizing Silo
Prinsip kerja pengisian homogenizing silo ini adalah raw mix masuk ke
dalam blending silo H01 sampai terisi setengah penuh, kemudian pengisian
bergantian antara H01 dan H02 setiap 5 menit. Cara pengisian ini menyebabkan
terbentuknya lapisan-lapisan raw mix yang berbeda pada blending silo sehingga
ketika dilakukan pengeluaran diharapkan raw mix sudah terhomogenisasi.
Pengisian dan pengeluaran di blending silo dapat dilihat pada gambar berikut.
30
Universitas Indonesia
Pada bagian bawah silo ditiupkan udara yang berasal dari blower. Hal ini
bertujuan untuk menggemburkan/aerasi dari raw mix sehingga raw mix lebih
mudah untuk dikeluarkan. Raw mix yang telah dikeluarkan dari storage silo
kemudian dibawa oleh screw conveyor untuk selanjutnya digunakan untuk umpan
kiln.
31
Universitas Indonesia
2CS + CA
CA + 2C C3A
CA + 3C + F C4AF
Proses pada pembakaran raw mix menjadi clincker dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu persiapan pembakaran di Suspension Preheater kemudian
pembakaran utama di Kiln dan pendinginan di Grate Cooler.
1. Suspension Preheater
Suspension preheater merupakan alat pemanas awal dan kalsinasi awal
dari raw mix sebelum dimasukkan ke dalam rotary kiln. Dengan adanya
proses kalsinasi di calsiner, dapat meningkatkan kapasitas produksi kiln,
dan mengurangi kebutuhan energi karena konsumsi panas yang kecil di
kiln sehingga mengurangi beban kiln untuk membentuk clinker. Energi
panas yang dibutuhkan di SP sebagian diperoleh dari udara panas dari kiln
dan grate cooler hasil pendinginan clinker dialirkan melewati dua aliran
udara tersier dan sebagian lagi dari pembakaran batubara pada kalsiner.
SLC (Separate Line Calsiner) dan ILC (In Line Calsiner) yang
ditempatkan bersebelahan. Hal ini memungkinkan pembakaran clinker
menggunakan rotary kiln yang lebih kecil dengan waktu tinggal yang
tepat, mengingat perpindahan panas yang terjadi didalam kiln hampir
32
Universitas Indonesia
seluruhnya radiasi. Sedangkan kalsinasi, perpindahan panas yang terjadi
lebih didominasi oleh mekanisme konveksi yang tidak cukup ekonomis
dilakukan didalam kiln karena kecepatan aliran gas yang cukup rendah.
Pada saat feeding, raw mix ditransportasikan ke inlet preheater melalui
bucket elevator dan air slide. Pada inlet preheater umpan dipisah dalam
dua aliran yang sama di top cyclone, bisa juga hanya dilewatkan satu
aliran. Gas dan material yang mengalir didalam preheater beroperasi
dengan sistem co-current, dimana material mengalir ke bawah secara
gravitasi dan gas ke atas karena exhaust fan (preheater fan).
Aliran proses SP pada Indarung IV diawali dengan masuknya raw mix
pada masing-masing inlet cyclone yaitu A51 dan B51, kemudian metrial
berat akan jatuh ke rotary sebagai gate masukan material dengan gaya
berat, juga sebagai penutup udara panas dan material agar tidak tercapur
dengan cyclone sebelumnya. Setelah itu material masuk pada A52 dan
B52, material berat kemudian masuk ke A53 dan B53. Dari A53 dan B53
menuju B55 (ILC) dan meterial masuk ke B54. Dari B54 material menuju
A55 (SLC), dan masuk dalam A54. Dari A54 masuk ke dalam kiln.
2. Rotary Kiln
33
Universitas Indonesia
dengan fungsinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
coating antara lain:
Komposisi kimia raw mix
Konduktivitas termal dari batu tahan api dan coating
Temperatur umpan ketika kontak dengan coating
Temperatur permukaan coating ketika kontak dengan umpan
Bentuk dan temperatur flame
34
Universitas Indonesia
Sistem kiln dapat dibagi menjadi beragam daerah berdasarkan
kondisi operasi dan material refractory yang digunakan:
a. Zona Preheating
Pada zona preheating, air hidrat dihilangkan dan raw material
dipanaskan sampai suhu sekitar 700 0C. Panjang zona preheating
pada long kiln dapat mencapai 4-8 diameter kiln, sedangkan pada
short preheater kiln, daerah preheating merupakan bagian dari
preheater.
b. Zona Calcining
Reaksi kalsinasi sudah dimulai pada saat suhu material di bawah
600 0C dan selesai pada suhu sekitar 1200 0C, tetapi bagian terbesar
dari reaksi kalsinasi terjadi di antara suhu material 700-900 0C yang
biasa disebut zona ng zone dapat juga dijelaskan sebagai zona
terjadinya difusi material dengan pembentukan modifikasi C3S pada
suhu sekitar 1100 0C. Suhu material maksimum pada sintering zone
adalah 1400-1500 0C pada bagian awal cooling zone. Panjang
35
Universitas Indonesia
sintering zone biasanya antara 3-5 diameter kiln dan sangat
tergantung pada bentuk api dan tipe bahan bakar. Api dari bahan
bakar batubara umumnya memberikan panjang sintrering zone yang
pendek, bahan bakar minyak memberikan daerah yang sedang,
sedangkan bahan bakar gas memberikan daerah sintering yang
panjang.
Batu tahan api pada sintering zone terkena chemical attack oleh
fase cair dari klinker dan sulfat alkali, suhu yang tinggi dan thermal
shock yang tinggi. Kondisi ini baik digunakan basic brick karena
ketahanan yang baik terhadap chemical attack. Tapi umumnya,
chrome free magnesia spinell brick, magnesia-chrome atau dolomite
brick dipasang. Dolomite brick umumnya memiliki kinerja operasi
yang baik pada daerah pembentukan coating. Harga untuk dolomite
brick hanya sekitar 60 % dari harga magnesit. Kelemahan dolomite
brick adalah sensitivitasnya terhadap kelembaban. Sehingga untuk
stop kiln dalam waktu yang lama harus dilindungi terhadap
kelembaban.
c. Zona Cooling
Cooling zone pada rotary kiln mencakup sekitar daerah burner
nozzle sampai kiln outlet. Pada daerah ini, klinker didinginkan dari
suhu maksimumnya. Sekitar 1400-1500 sampai sekitar 1350 0C pada
kiln dengan grate, rotary atau shaft cooler dan sekitar 1250 0C pada
kiln dengan planetary cooler.
d. Zona Transisi
Zona transisi berlokasi pada kedua sisi dari zona sintering.
Karena panjang zona sintering bervariasi dengan fluktuasi proses,
maka zona transisi ditandai dengan adanya pembentukan coating
yang tidak stabil.
Bagian inlet dari daerah transisi biasanya disebut safety zone dan
dilapisi oleh refractory dengan jenis alumina rich brick dengan
36
Universitas Indonesia
kandungan Al2O3 50-60 %, sedangkan bagian yang dekat dengan
zona yang panas digunakan synthetic material atau magnesia-chrome
brick dengan kandungan 69-70 % MgO.
e. Zona Sintering
Meskipun daerah ini sering disebut sebagai burning zone, tetapi
sintering zone dipakai untuk lebih mendeskripsikan mekanisme
reaksi yang terjadi pada daerah tersebut. Sintering zone biasanya
ditutupi oleh coating yang stabil yang terbentuk dari klinker dan fase
cair. Fase cair mulai terbentuk pada suhu material sekitar 1250 0C,
tapi karena suhu permukaan lebih tinggi daripada suhu raw material,
maka pembentukan coating suhu terjadi pada suhu material di atas
1050-1150 0C.
Istilah sinteri
37
Universitas Indonesia
zone 1500 1350- 0,5-2 Magnesia spinell (magnesia chrome 60-
1400 70 % MgO)
Outlet 1350-
transition 1400 1250- High alumina (80-90 % Al2O3)
zone 135
Cooling zone
Material Inlet
Diafragma
Material
Outlet
Water Injection
38
Universitas Indonesia
Tube mill yang digunakan untuk penggilingan semen ini hanya memiliki
dua buah kompartmen yaitu kompartmen I dan kompartmen II tanpa drying
chamber. Penggilingan awal dilakukan di dalam kompartmen I dan kemudian
menuju ke kompartment II untuk penghalusan. Antara kompartmen I dan
kompartmen II juga dipasang diaphragm yang berjenis double diaphragm. Di
dalam kompartmen I dipasang lifting liner berjenis step liner dan untuk
kompartmen II digunakan classifying liner. Grinding media yang digunakan di
dalam kompartmen I berukuran 60-90 mm, sedangkan untuk kompartmen II,
grinding media yang digunakan berukuran 20-30 mm.
Untuk mengatur dan mengendalikan suhu di dalam mill baik kamar I dan
kamar II yang diakibatkan oleh proses penggilingan, maka dilakukan proses
pendinginan dengan menembakkan air (water injection). Penyemprotan air (water
injection) dilakukan secara otomatis pada kedua ujung mill dengan menggunakan
nozzle yang dibantu oleh udara tekan dari kompresor. Suhu inlet dikontrol oleh
temperature partition dan suhu outlet dikontrol oleh suhu semen keluar. Suhu di
dalam mill dijaga pada tingkat yang aman yaitu antara 110-125 0C karena jika
suhu semen di atas 125 0C maka dapat menimbulkan dry clogging dan dehidrasi
air kristal gypsum sehingga akan mengakibatkan false set pada semen, sedangkan
jika di bawah 110 0C, maka akan menimbulkan wet clogging. Pengaturan suhu ini
juga penting untuk kondisi operasi Electrostatic Precipitator (EP) dimana EP
tersebut akan bekerja dengan baik pada suhu di atas 100 0C.
Gambar 3. 14 Water injection pada (a) inlet mill dan (b) outlet mill
39
Universitas Indonesia
Z1/Z2J02-04 untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam separator Z1/Z2S01 dan
Z1/Z2S02. Sedangkan gas dari cement mill yang ditarik dari fan Z1/Z2P05 masuk
ke Electrostatic Precipitator Z1/Z2P11 dan gas dibuang menuju cerobong. Debu
yang tertangkap EP ditransportasikan oleh screw conveyor Z1/Z2P12 dan
Z1/Z2U02 ke air slide Z1/Z2U01.
40
Universitas Indonesia
BAB IV
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
4.1 Utilitas
4.1.1. Penyediaan Air
Air dalam bak penampung yang telah jernnih dapat digunakan dalam proses
pembuatan semen. Sedangkan untuk air minum, air tersebut di pompa dari
bak penampung menuju mixing chamber. Pada mixing chamber dilakukan
penambahan zat kimia yaitu : aluminium sulfat, natrium karbonat, dan
klorin. Aluminium sulfat dan natrium karbonat berfungsi sebagai flokulator
yang membuat partikel tersuspensi menjadi gumpalan yang kemudian
mengendap akibat gaya gravitasi. Sedangkan klorin berfungsi sebagai
desinfektan dan membunuh bakteri. Air dialirkan ke flocculation chamber
kemudian dilanjutkan ke tangki sedimentasi. Setelah pengendapan yang
sempurna, air di pompakan ke saringan pasir (sand filter) sehingga air
yang keluar di harapkan telah memenuhi sebagai air minum.
41
Universitas Indonesia
PLTA ini dibangun pada tahun 1929 dan diperbaharui pada tahun
1994, berlokasi sekitar 5,2 km dari pabrik. Mempunyai 3 unit
generator dan 3 unit turbin. Air berasalh dari bendungan yang dibuat di
sungai jernih.
PLTA Rasak Bango
Dibangun pada tahun 1970, PLTA ini dibangu 1,7 km dari Indarung I.
Mempunyai dua unit turbin dan satu unit generator. PLTA ini
menggunakan air yang dibendung dari sungai Air Baling. Listrik yang
dihasilkan digunakan untuk pertambangan di Bukit Ngalau yang
ditransmisikan melalui kabel bawah.
PLTD
Terdiri dari PLTD 1 dan PLTD 2. PLTD 1 beroperasi dari tahun
1929-1974, PLTD ini terdiri dari dua unit generator 3000kVa. PLTD 2
beroperasi dari 1978 sampai sekarang. Terletak di pabrik Indarung II,
yang terdiri dari 3 unit pembangkit. PLTD ini pada umumnya
digunakan untuk keperluan indarung I, III, IV serta untuk perumahan.
Daya yang dihasilkan adalah 3 x 6250 kVa.
42
Universitas Indonesia
bara di kiln dan Calciner. Selanjutnya proses pembakaran
menggunakan batu bara saja.
Debu yang dihasilkan berasal dari raw mill, coal mill, gas buang kiln,
cement mill, dan dari transportasi partikel-partikel halus dengan belt
conveyor. Gas buang yang diperbolehkan mengandunng debu maksimum
80 mg/m3 sesuai dengan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
Kep. 13/MENLH/3/1995, tentang Baku Mutu Sumber Tak Bergerak diatas
tahun 2000 untuk proses kering. Sedangkan debu yang dihasilkan dari
cerobong asap raw mill, coal mill, gas buang Kiln, dan cement mill milik
PT. Semen Padang berkisar antara 62-67 mg/m3.
43
Universitas Indonesia
Pada saat partikel bermuatan, partikel akan berpindah menuju
permukaan dengan muatan berlawanan yang disebabkan oleh daya tarik
menarik elektrostatis. Partikel-partikel yang menempel di dinding EP
kemudian dilepaskan dengan getaran menggunakan hammer.
2. Cyclone
3. Separator
44
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
BAB V
Tugas Khusus
Pendahuluan
Sebuah grate cooler bisa dimodelkan sebagai sebuah alat penukar panas
sederhana (heat exchanger) dimana clinker dilewatkan pada aliran udara
pendingin across current dimana pertukaran kalor secara konveksi paksa terjadi
antara clinker dan udara pendingin.
CA CA VA
A A A
EP
Grate Cooler
KI KO
A
CA
A
INPUT MASSA
46
Universitas Indonesia
64450 60% 49922.76
88000 60% 68164.51
59060 100% 59060
84300 55% 62518.55
96400 30% 52800.45
35100 100% 35100
47500 0% 0
50800 15% 19674.76
65200 0% 0
673010 419084.4
OUTPUT MASSA
1. Udara Sekunder
A. Kebutuhan batu bara
Coal Kg
SP 20.770
KILN 17.180
B. Komposisi batubara
Data yang di dapatkan dari lab kualitas PT. Semen Padang pada
tanggal 7-Juli 2017 adalah sebagai berikut
Inherent Fixed
moisture Cal value ash sulfur vm carbon
14.85 4.865 12.78 0.42 37.62 34.75
47
Universitas Indonesia
Batu bara yang digunakan adalah Abu BB kalimantan dengan
kandungan oksida sebagai berikut
Komponen Presentase
SiO2 30.88
Al2O3 42.66
Fe2O3 5.84
Cao 12.78
MgO 6.85
SO3 0.78
a. C + O2 CO2 c. S + O2 SO2
Massa C massa/mr Massa S
881.251124 kg/mol 1.920026 kg/mol
Massa O2 yang dibutuhkan Massa O2
28200.036 kg/mol 61.44083 kg
48
Universitas Indonesia
Masa O2 Massa O2
4486.72145 kg/mol 450.5996 kg/mol
1. Udara Primer
Kapasitas Blower = 11435 m3
Berat udara = (Kapasitas blower x 1,16kg/m3) = 13264
2. Udara pendorong batubara
Kapasitas Blower = 6600m3
Berat udara = (Kapasitas blower x 1,16kg/m3) = 7656
3. Udara Nose ring
Kapasitas Blower = 3650 m3
Berat udara = (Kapasitas blower x 1,16kg/m3) = 4234
Berat udara kering (Berat udara sekunder – Berat air dalam udara)
=126639 kg
4. Udara Tersier
a. C + O2 -->
CO2 c. S + O2 --> SO2
mol c mol s
1065.401 2.321242
masa O2 yang
masa O2 yang dibutuhkan dibutuhkan
34092.83 kg 74.27975kg
b. H2 + 1/2 O2 --> H20 d. N + O2
mol h mol n
339.0178 17.02371
massa o2 massa o2
5424.284 kg 544.7586 kg
49
Universitas Indonesia
Diasumsikan tidak ada udara yang keluar dari sistem sehingga udara
buang adalah sisa total udara masuk dan udara yang belum keluar di udara
tersier atau sekunder.
Grate Cooler
KI KO
A
CA
A
KI : Klinker Inlet
KO : Klinker Outlet
CA : Cooling Air
SA : Secondary Air
TA : Tertiary air
50
Universitas Indonesia
VA : Ventilation air
EP : Limbah Electronic Precipitator
Input Panas
Output Panas
51
Universitas Indonesia
5. Panas sensibel klinker keluar EP
Berat klinker keluar EP = 13300 kg
Suhu klinker keluar EP 294
Cp = 0.195238
Qca = 711486.7
52
Universitas Indonesia
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang kami buat maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Proses produksi semen pada PT Semen Padang, Pabrik Indarung IV adalah
dimulai dari tahap persiapan bahan baku, penggilingan awal, pembakaran dan
penggilingan akhir. Proses produksi semen pada PT Semen Padang
menggunakan sistem proses kering.
2. Efisiensi pendinginan pada clinker cooler adalah sebesar 73.4%. Angka ini
adalah cukup baik karena clinker cooler bekerja pada efisiensi yg baik antara70-
75%
6.2 Pesan
Sebaiknya diperlukan maintenance/pengecekan rutin pada alat seperti agar
tidak terjadi kebocoran dan hal lainnya karena dapat mengganggu proses
produksi.
Pada setiap alat sensor perlu dilakukan pengecekan dan perbaikan jika ada yang
rusak, agar mempermudah pengontrolan pada operator CCP.
53
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Holderbank. 2000. Cement Seminar Process Technology II. Holderbank
Management & Consulting.
Walter, H. Duda. Cement Data Book, Macdonald & Even, London, 1985.
Alsop, P. A.,2005, Cement Plant Operation Handbook For Dry Process Plant. 4th
edition, tradeship publication, Ltd.
54
Universitas Indonesia