File PDF
File PDF
File PDF
FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR
MORTALITAS DALAM 6 BULAN PADA
PASIEN USIA LANJUT DENGAN FRAKTUR PANGGUL
TESIS
NOVIRA WIDAJANTI
1206326831
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR
MORTALITAS DALAM 6 BULAN PADA
PASIEN USIA LANJUT DENGAN FRAKTUR PANGGUL
TESIS
NOVIRA WIDAJANTI
1206326831
Universitas Indonesia
UCAPAN TERIMA KASIH
v Universitas Indonesia
penelitian yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, perhatian
dan dukungan kepada saya selama proses penelitian ini.
- Dr dr Lukman Shebubakar, SpOT selaku pembimbing penelitian yang
telah banyak memberikan bimbingan, masukan, perhatian dan dukungan
kepada saya selama proses penelitian ini.
- Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, M.Epid selaku konsultan
Metodologi dan Statistik Penelitian saya yang telah banyak memberikan
bimbingan, masukan, perhatian dan dukungan kepada saya selama proses
penelitian ini.
- Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD-KGer, M.Epid, FACP,
Prof.Dr.dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, M.Epid, Dr.dr.Nina Kemalasari,
SpPD-KGer, dr. Arya Govinda Roosheroe, SpPD-KGer, dr.Purwita
Wijaya Laksmi Sp.PD-KGer, dr Edi Rizal Wahyudi, SpPD-KGer, dr
Kuntjoro Harimurti, SpPD-KGer, MSc, dr Esthika Dewiasty, SpPD selaku
Guru Besar dan Staf Pengajar di lingkungan Program Pendidikan Spesialis
II Kekhususan Geriatri Program Studi Ilmu Penyakit Dalam FKUI yang
telah menjadi guru dan teladan bagi saya selama masa pendidikan ini.
- Para Guru Besar dan Staf Pengajar di lingkungan Program Studi Ilmu
Penyakit Dalam FKUI yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
telah menjadi guru dan teladan bagi saya selama masa pendidikan ini.
- Para Koordinator dan Ketua Divisi beserta staf di lingkungan Program
Studi Ilmu Penyakit Dalam yang telah memberikan dukungan sarana dan
prasarana selama proses pendidikan saya.
- Staf administrasi di lingkungan Divisi Geriatri serta staf administrasi di
lingkungan Program Studi Ilmu Penyakit Dalam yang telah banyak
membantu dalam proses penelitian ini.
- Para perawat dan tenaga paramedis di Ruang Rawat Akut Geriatri lantai 8
Gedung A RSCM dan Poliklinik Geriatri RSCM yang telah membantu
saya dalam pendidikan saya .
- Para perawat dan tenaga paramedis di Ruang Rawat Akut Geriatri lantai 8
Gedung A RSCM, Ruang Rawat Orthopedi Gedung A RSCM Jakarta,
Ruang Rawat Orthopedi Gedung Prof dr Soelarto RSUP Fatmawati
vi Universitas Indonesia
Jakarta, Ruang Rawat RS Siaga Raya Jakarta, Ruang Rawat Orthopedi RS
dr Soetomo Surabaya, Ruang Rawat RS dr M Jamil Padang, Ruang Rawat
RS Saiful Anwar Malang.
- Dr Rose Dinda Martini, SpPD-KGer dari RS M Jamil Padang dan dr Sri
Sunarti, SpPD dari RS dr Saiful Anwar Malang yang telah membantu saya
dalam penelitian saya.
- Para pasien di RSCM, telah memberikan ilmu dan pengalaman yang
berharga kepada saya selama proses pendidikan di Departemen Ilmu
Penyakit Dalam.
- Kepada seluruh subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,
saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, semoga penelitian ini
bermanfaat bagi kita semua.
- Para senior dan teman sejawat sesama Peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis-II di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam atas
dukungan dan kerjasamanya selama ini.
- Teman-teman seangkatan Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis-II,
atas kebersamaan, dukungan dan kerjasamanya selama ini.
- Bapak R Soedjignjo, SH dan Ibu RA Hardiningsih berserta Bapak Saman
dan Ibu Sumarti tercinta, atas kasih sayang, dorongan, dukungan, nasehat
serta doanya untuk keberhasilan saya selama ini
- Yang tercinta Ir Dono Purwoko, Naufal Drestanta, Nafis Danasagraha, dan
Nismara Datyani, atas rasa cinta, kasih sayang, dukungan, pengertian dan
doanya untuk keberhasilan saya selama ini.
- Serta kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
yang juga banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada saya selama
ini, terima kasih semoga Allah SWT akan membalasnya.
Novira Widajanti
Metode : Penelitian dengan desain studi kohort berbasis prognostic research pada
paisen usia lanjut ≥ 60 tahun dengan fraktur panggul yang datang ke Rumah Sakit.
Subjek diikuti untuk dinilai status mortalitas dalam 6 bulan pasca fraktur.
Dilakukan analisis regresi logistik untuk menentukan prediktor yang bermakna
dan dilakukan sistem skoring prediktor.
Hasil : Pada 262 subjek, didapatkan wanita 75,6%, pria 24,4%, median usia 74,5
(60-94 tahun). Usia ≥ 80 tahun (RO 3,67, IK95% 1,68–8,0), Pria (RO 2,69,
IK95% 1,18-6,13), CCI≥2 (RO5,77, IK95% 2,51-13,26), Malnutrisi (RO 9,30,
IK95% 4,35-19,86), dan Tatalaksana Non Operatif (RO 2,79, IK95% 1,34-5,78)
merupakan faktor-faktor prediktor mortalitas 6 bulan pada pasien usia lanjut
dengan fraktur panggul yang bermakna secara statistik. Didapatkan ambang skor
prediktor mortalitas yang terbaik adalah pada skor ≥3 dengan sensitifitas 81% dan
spesifitas 83%.
viii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Aim : To determine factors predictive ability of both models and a scoring system
of six-month mortality in elderly patients with hip fracture
Methods : It was a prognostic-based cohort study design in the elderly with hip
fracture in the hospital setting. Subjects followed his mortality status assessed
within 6 months after the hip fracture. Both of logistic regression analysis and
scoring system were performed
Results : In 262 subjects, 75.6 % female, 24.4 % male, median age 74.5 (60-94
years old). The Age ≥80 years old (OR 3.67, 95%CI, 1.68 to 8.0), Male (OR 2.69,
95%CI, 1.18 to 6.13), CCI ≥ 2 (OR 5.77, 95%CI, 2.51 to 13.26), Malnutrition
(OR 9.30, 95%CI, 4.35 to 19.86), and Non-Operative Procedures (OR 2.79,
95%CI, 1.34 to 5.78) was a predictor factor of six-months mortality in the elderly
patients with hip fracture statistically significant. The cut of point of a score of ≥ 3
was the best predictor with a sensitivity of 81 % and specificity of 83 %
Conclusion : The age ≥80 years old, Male, CCI ≥ 2, Malnutrition, and Non-
Operative procedures with the cut of point score ≥ 3 is a predictive model of six-
month mortality in elderly patients with hip fracture.
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN iii
HALAMAN INSTITUSI PENDIDIKAN iv
UCAPAN TERIMAKASIH v
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR SINGKATAN xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 3
1.4 Tujuan 4
1.4.1 Tujuan umum 4
1.4.2 Tujuan khusus 4
1.5 Manfaat Penelitian 5
1.5.1 Manfaat Ilmiah 5
1.5.2 Manfaat kepada tenaga kesehatan 5
1.5.3 Manfaat kepada pasien dan keluarga 5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jatuh dan Fraktur Panggul pada Usia Lanjut 6
2.1.1 Jatuh pada usia lanjut 6
2.1.2 Proses Jatuh dan fraktur panggul pada usia lanjut 7
2.2 Fraktur Panggul pada Usia Lanjut 8
2.2.1 Jenis fraktur panggul 8
2.2.2 Tata Laksana fraktur panggul 10
2.3 Fraktur panggul dan mortalitas pada usia lanjut 12
2.3.1 Telaah sistematis prediktor mortalitas fraktur panggul 13
2.3.2 Sistem model prediksi mortalitas fraktur panggul.... 16
2.4 Faktor-faktor Prediktor Mortalitas Fraktur Panggul ............... 17
2.5.1 Usia 18
2.5.2 Jenis Kelamin 18
2.5.3 Komorbiditas 19
2.5.4 Status Kognisi 21
2.5.5 Status Fungsional 22
2.5.6 Status Nutrisi 23
2.5.7 Tata Laksana fraktur panggul 25
2.6 Kerangka Teori 27
x Universitas Indonesia
3.2 Batasan Operasional 29
3.2.1 Variabel Penelitian 29
3.2.2 Definisi Operasional 30
4. METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian 32
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 32
4.3 Populasi dan Subjek Penelitian 32
4.4 Besar Sampel 32
4.5 Kriteria Penerimaan dan Penolakan Sampel Penelitian 33
4.5.1 Kriteria inklusi 33
4.5.2 Kriteria eksklusi 33
4.6 Alur Penelitian 34
4.7 Cara kerja 34
4.8 Pengolahan dan Analisis Data 35
4.9 Etika Penelitian 36
5. HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian 37
5.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Mortalitas .... 38
5.2.1 Analisis bivariat faktor-faktor prediktor mortalitas ... 39
5.2.2 Analisis multivariat faktor-faktor prediktor mortalitas.. 40
5.3 Sistem Model Skoring Prediksi Mortalitas 43
5.4 Validasi Internal 45
6. PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Subjek 46
6.2 Kemampuan variabel prediktor dalam prediksi mortalitas 47
6.2.1 Mortalitas pada fraktur panggul 47
6.2.2 Variabel Prediktor Usia 48
6.2.3 Variabel Prediktor Jenis Kelamin 48
6.2.4 Variabel Prediktor Komorbiditas 50
6.2.5 Variabel Prediktor Status Nutrisi 51
6.2.6 Variabel Prediktor Tata Laksana 51
6.2.6 Variabel Prediktor Status Kognsi dan Status Fungsional 52
6.3 Kemampuan Model Sistem Skoring Prediksi 53
6.4 Kelebihan dan kelemahan Peneltian 54
6.5 Generalisasi Hasil Penelitian 55
DAFTAR PUSTAKA 57
Lampiran
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Patofisiologi Fraktur Panggul Akibat Jatuh Pada Usia lanjut 8
Gambar 2.2. Klasifikasi Fraktur Panggul Berdasarkan Gambara Radiologis 10
Gambar 2.3. Kerangka Teori 27
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 29
Gambar 5.1. Kurva ROC Model Prediktor 43
xv Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
1
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan mortalitas pada usia
lanjut yang mengalami fraktur panggul yang datang ke Rumah Sakit di
Indonesia.
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6 Universitas Indonesia
7
sebagai faktor pencetus terjadinya jatuh. Mayoritas jatuh pada usia lanjut
bukan akibat penyebab tunggal, namun merupakan beragam interaksi
antara karakteristik usia lanjut dan faktor pencetus jatuh.13,16
Universitas Indonesia
8
Status neuromuscular
Status kognitif
Penglihatan Inisiasi Jatuh
Lingungan
Terjadinya jatuh
Besaran energi dan ketinggian jatuh Proses Jatuh
Aktivitas otot
Fraktur Panggul
Gambar 2.1. Patofisiologi fraktur panggul akibat jatuh pada usia lanjut.
(dikutip dari7)
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Kepala Femur
Trokanter Mayor
Trokanter Intrakapsular
Sub Trokanter
5 cm
Ekstra Kapsular
Universitas Indonesia
11
Fraktur leher femur adalah fraktur pada tulang femur yang terjadi
pada proksimal garis intratrokanter di daerah intrakapsular sendi panggul.
Pada fraktur leher femur, tindakan operatif diperlukan untuk menjaga
kepala femur dengan menggunakan berbagai implan (fiksasi internal) atau
mengganti kepala femur dengan panggul buatan prostesis (arthroplasti)
untuk menstabilkan fraktur. Fiksasi interna bisa menggunakan sliding
compression hip screw dan satu knowles pin untuk anti rotasi. Multiple pin
merupakan alternatif fiksasi interna, tetapi tidak seaman compression hip
screw untuk rehabilitasi sesudah operasi. Terapi ini hanya terbatas pada
fraktur leher femur yang belum atau sedikit mengalami pergeseran. Alih
terapi dari reduksi terbuka dan fiksasi interna menjadi penggantian sendi
panggul dilakukan pada pasien yang lebih tua, menderita osteopenia atau
osteoporosis, dan derajat kominutif yang tinggi atau keduanya. Pada
pasien-pasien tersebut mempunyai komplikasi non-union dan nekrosis
avaskular yang tinggi.5,20
Fraktur Intratrokanter adalah fraktur yang terjadi di daerah antara
bagian distal leher femur dan tepi distal trokanter minor. Fraktur
intratrokanter merupakan cedera yang berat, kehilangan darah yang besar
sering terjadi pada penderita yang usia lanjut, dan penderita umumnya juga
menderita penyakit lain. Tujuan terapi fraktur panggul adalah mobilisasi
dini dan mengembalikan status ambulasi ke keadaan sebelum fraktur,
namun tujuan ini jarang tercapai dengan cara konservatif. Terapi
konservatif dengan tirah baring dan traksi bukan pilihan utama pada
fraktur intratrokanter. Cara ini dikerjakan hanya bila toleransi operasi tidak
memungkinkan karena penyakit penyerta. Tujuan tindakan operatif adalah
mendapatkan reduksi yang stabil dengan implan yang kuat sehingga
penderita dapat melakukan mobilisasi dini. Implan untuk fraktur
intratrokanter dapat di bagi menjadi tiga tipe, yaitu: Sliding Hip Screw atau
Dynamic Hip Screw, Intramedular Nail (Gamma Nail, Proximal Femur
Nail), Arthroplasty berupa hemiarthroplasty, bipolar dan Total Hip
19,20,21
Arthroplasty.
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
dan telah dinilai oleh 2-3 reviewer. Kriteria inklusi adalah studi prospektif
observational atau retrospektif dengan data prospektif. Kriteria eksklusi
adalah studi intervensi, menggunakan kontrol non fraktur, besar sampel
kurang dari 50, luaran yang didapat tidak jelas. Pada telaah validitas,
didapatkan 94 studi namun didapatkan 19 studi dengan publikasi ganda.
Pada telaah pustaka dilakukan analisis pada 75 studi yang ada (65 studi
prospektif, 10 studi retrospektif dengan data prospektif. Pada analisis
kualitas studi yang dilakukan oleh 2 reviewer, dilakukan perhitungan skor
terhadap populasi studi, desain studi, dan analisis serta data presentasi,
dengan skor maksimal 9. Studi yang dianalisis berasal dari Britain,
Amerika, Swedia, Norwegia, Italia, Spanyol, Denmark, Australia, Brazil,
Kanada, Perancis, Israel, Jepang, Belanda, dan Switzerland. Hasil analisis
kualitas studi adalah 2 studi dengan skor 9, skor 8 pada 2 studi , skor 7
pada 25 studi, skor 6 pada 14 studi, skor 5 pada 12 studi, dan 2 studi
dengan skor 4. Kualitas studi dikatakan tinggi, bila studi dengan analisis
multivariat, dengan kualitas skor ≥70%. Kualitas studi sedang, bila studi
analisis multivariat, kualitas skor <70% atau tidak dilakukan analisis
multivariat namun kualitas skor ≥60%. Kualitas studi rendah, bila tidak
dilakukan analisis multivariat dengan kulaitas skor <60%. Dikatakan
berbukti kuat bila minimal 3 studi kualitas tinggi dengan hasil konsisten.
Berbukti sedang, bila minimal 3 studi kualitas sedang dengan hasil yang
konsisten. Berbukti terbatas, minimum 2 studi kualitas rendah dengan hasil
konsisten. Bukti yang bertentangan bila lebih dari 25 studi didapatkan
hasil yang berbeda. Tidak terbukti bila tida ada studi yang menunjukkan
hasil.
Selanjutnya perhitungan rasio hazard dilakukan pada variabel usia,
jenis kelamin, skor ASA, status mental yang buruk, dan diabetes. Tabel
forrest plot disajikan pada variabel usia dan jenis kelamin. Luaran yang
didapatkan adalah sampel sejumlah 64.316 subjek, sebanyak 75,3%
adalah wanita, rerata usia 67,1-85,1 tahun. Mortalitas di RS atau 1 bulan:
13,3% ( 1,2%-16,3%, 20.988 subjek). Mortalitas 3-6 bulan 15,8% (7,9%-
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
2.3.2 Sistem model prediksi mortalitas fraktur panggul pada usia lanjut
Terdapat beberapa sistem skoring stratifikasi risiko untuk
memprediksi mortalitas pada pasien fraktur panggul usia lanjut. Model
sistem skor risiko Estimation of Physiologic Ability and Surgical Stress (E-
PASS) merupakan analisis multivariate terdiri atas Preoperative Risk Score
(PRS), Surgical Risk Score (SRS), dan Comprehensive Risk Score (CRS).
Awalnya Skoring E-PASS digunakan pada pasien yang menjalani tindakan
pembedahan elektif pada tindakan pembedahan gastroinstestinal dan
pulmonar, dengan hasil CRS berkorelasi dengan mortalitas. Studi Hirose
(2009) menerapkan model skor E-PASS pada 8 RS di Jepang, 722 pasien
(154 pria, 568 wanita) yang menjalani tindakan pembedahan fraktur
panggul yaitu arthroplasti pada fraktur intrakapsular dan osteosintesis pada
fraktur ekstrakapsular. Dilakukan perhitungan PRS dengan angka
mortalitasnya, kemudian persamaan yang didapat diaplikasikan pada 633
pasien pada 7 RS lain di Jepang. Dan didapatkan rasio aktual terhadap
prediktif mortalitas mendekati 1.8
Sistem skoring Physiological and Operative Severity Score for the
enUmeration of Mortality and Morbidity (POSSUM) terdiri atas
komponen Physiological severity score dan Operative Severity Score.
POSSUM serta modifikasinya terbukti memiliki reliabilitas untuk
memprediksi kematian pada tindakan pembedahan umum, maupun
subspesialis bedah vaskular, bedah digestiv, dan bedah urologi. O-
POSSUM yaitu penilaian skoring POSSUM terhadap tindakan bedah
orthopedi memiliki validitas mendekati satu dalam memprediksi mortalitas
1 tahun pada tindakan bedah orthopedi.26 Namun, Ramanathan (2005)
yang melakukan validasi skoring POSSUM terhadap tindakan
pembedahan pada fraktur leher femur mendapatkan hasil skoring yang
lebih rendah dalam memprediksi mortalitas 30 hari, nilai Receiver
Operating Characteristic (ROC) hanya sebesar 0,62.9 Studi Maxwell
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
2.4.1 Usia
Kejadian jatuh pada usia lanjut meningkat pada usia lebih dari 60
tahun, insiden jatuh semakin meningkat pada usia lanjut usia 80 tahun ke
atas.1 Risiko kematian pada fraktur panggul akibat jatuh meningkat pada
usia yang lebih tua dibandingkan pada usia lebih muda, tidak hanya
terkait karena disabilitas pasca fraktur namun juga terkait karena
komorbiditas yang menyertai.23,28,29
Data Scottish Hip Fracture Audit membandingkan risiko kematian
pada usia diatas 60 tahun dengan kontrol pada usia 50-59 tahun. Risiko
kematian dengan RO 1,78 (IK95%; 0,95-2,33) pada usia 60-69 tahun, RO
3,46 (IK95%; 1,94-6,5) pada usia 70-79 tahun, RO 5,68 (IK95%; 3,21-
10,1) pada usia 80-89 tahun, dan RO 7,11 pada usia di atas 90 tahun
(IK95%, 3,98-12,7).28 Pada studi prospektif kasus kontrol mortalitas satu
tahun pada 100 pria usia >50 tahun dengan fraktur panggul didapatkan
hasil bahwa usia sangat mempengaruhi mortalitas. Didapatkan ketahanan
hidup 100% bila kejadian fraktur panggul didapatkan pada dekade 5,
turun menjadi 50% bila terjadi pada dekade 7. Pada analisis regresi cox
didapatkan faktor usia meningkatkan mortalitas pada fraktur panggul
dibanding kontrol RH 9,3 (IK95%; 4,8-16,3).29
Universitas Indonesia
19
2.5.3 Komorbiditas
Salah satu karakteristik usia lanjut adalah multipatologi, yaitu
terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik
degeneratif. Selain itu menurunnya daya cadangan faali menyebabkan
penurunan fungsi berbagai organ atau sistem organ sesuai dengan
bertambahnya usia, yang walaupun normal untuk usianya namun
menandakan menipisnya daya cadangan faali. Usia lanjut sering memiliki
beberapa kondisi komorbiditas yang membatasi kapasitas fungsional
mereka dalam pemulihan pasca fraktur sehingga meningkatkan risiko
kematian. Sebuah komplikasi yang terjadi dapat menyebabkan komplikasi
lain, kegagalan satu fungsi organ dapat menyebabkan kegagalan fungsi
organ yang lain.33
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
BAB 3
Usia ≥ 60 tahun
Mortalitas
Jenis kelamin
dalam 6 bulan
Komorbiditas yang dinilai denga CCI
pada fraktur
Status kognitif yang dinilai dengan MMSE
panggul
Status fungsional yang dinilai dengan AKS-Barthel
Status Nutrisi yang dinilai dengan MNA
Tata laksana
29
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
BAB 4
METODE PENELITIAN
4. 4 Besar Sample
Untuk memperkirakan besar sampel untuk suatu prediction research tidak
terdapat rumus bakunya. Secara umum, sampel penelitian dianggap cukup
bila jumlah outcome yang terjadi (pada penelitian ini adalah mortalitas)
kurang-lebih 10 kali dari jumlah satuan prediktor yang akan diteliti.52 Pada
penelitian ini 7 prediktor yang dinilai maka jumlah outcome (kematian)
harus terjadi pada kira-kira 70 pasien. Dengan memperkirakan angka
mortalitas fraktur panggul paling tinggi dalam 6 bulan pertama paska
fraktur, sebesar 26,7% (Hu, 2012), maka pasien usia lanjut dengan fraktur
panggul yang akan diikutkan dalam penelitian ini adalah: 100/26,7 x 70
subjek = 262,17 ≈ 262 subjek.
32
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
Usila yang datang ke Rumah Sakit dengan diagnosis fraktur panggul pada kurun
waktu 2011-2012 yang memenuhi kriteria inklusi & eksklusi
Dilakukan pengambilan data primer dan atau sekunder usia, jenis kelamin,
komorbiditas dinilai berdasar CCI, status mental-kognitif yang dinilai dengan
MMSE, status fungsional yang dinilai dengan ADL, status nutrisi yang dinilai
dengan MNA, dan Tata Laksana pada saat subjek masuk Rumah Sakit
Subjek diikuti dalam 6 bulan, kemudian dihubungi via telepon dan atau
didatangi minimal 1 kali untuk mengetahui status mortalitasnya
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
BAB 5
HASIL PENELITIAN
37
Universitas Indonesia
38
Usia
Usia 60-69 68 (25,95)
Usia 70-79 123 (46,95)
Usia 80-89 68 (25,95)
Usia 90 - 3 (1,15)
Jenis Kelamin
Laki 64 (24,43)
Wanita 198 (75,57)
Komorbiditas
Hipertensi 142 (54,20)
Diabetes Mellitus 69 (26,34)
Cerebrovascular Disesae 31 (11,83)
Lain-lain 62 (23,66)
Tanpa komorbiditas 66 (25,19)
Jenis Fraktur
Intrakapsular 190 (72,52)
Ekstrakapsular 72 (27,48)
Komorbiditas
Skor CCI 0 132 (50,38)
Skor CCI 1 85 (32,44)
Skor CCI ≥2 45 (17,2)
Status Fungsional pra fraktur
AKS Mandiri ( 19-20) 38 (14,50)
AKS Ringan (12-18) 180 (68,70)
AKS sedang ( 9 -11) 36 (13,74)
AKS Berat (5 - 8) 8 (3,06)
Status kognitif
MMSE 25-30 120 (45,80)
MMSE 18-24 86 (32,82)
MMSE <18 / delirium 56 (21,38) / 13 (4,96%)
Status Nutrisi
Nutrisi Baik 25 ( 9,54)
Risk Malnutrisi 158 (60,30)
Malnutrisi 79 (30,16)
Tatalaksana
Operatif 178 (67,94)
Non operatif 84 (32,06)
Toleransi operasi berat 23 (8,78)
Pulang Paksa 61 (23,28)
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
Tabel 5.3. Hasil Analisis Bivariat antara Semua Variabel Prediktor dengan
Mortalitas dalam 6 Bulan pada Subjek Usia Lanjut dengan Fraktur
Panggul
Mortalitas 6 bulan
N % n % Min Max
Operatif 153 86 25 14
Status fungsional AKS <12 30 68,2 14 31,8 0.076 1,899 0,927 3,889
Status Kognitif MMSE < 18 29 51,8 27 48,2 0.000 5,462 2,847 10,48
Syarat suatu variabel masuk ke dalam analisis multivariat adalah nilai pada
analisis bivariat lebih kecil dari 0,25. Berdasarkan hasil analisis bivariat
(tabel 5.2), variabel yang memenuhi syarat untuk masuk ke dalam analisis
multivariat adalah semua prediktor yaitu Jenis Kelamin, Usia, Tata
Laksana, Komorbiditas, Status Kognitif, Status Fungsional, dan Status
Nutrisi.
Universitas Indonesia
41
Universitas Indonesia
42
95% IK
Universitas Indonesia
43
5.3 Model Sistem Skoring Predikor Mortalitas dalam 6 bulan pada usia
lanjut dengan fraktur panggul
Tujuan dari penelitian prognostik adalah mendapatkan model yang
dapat memprediksi keluaran. Maka dibuatlah suatu sistem skoring yang
dapat digunakan sebagai model prediksi mortalitas dalam 6 bulan pada usia
lanjut dengan fraktur panggul. Dalam membuat sistem skoring ini, maka
dilakukan perhitungan seperti yang tertera dalam Tabel 5.6 di bawah ini.
Selanjutnya melalui proses sistem skoring (Tabel 5.7), diperoleh sistem
skor.
Tabel 5.6. Langkah Pembuatan Sistem Skoring
Universitas Indonesia
44
Tabel 5.8. Skor Prognostik Mortalitas 6 Bulan Pasien Usia Lanjut dengan
Fraktur panggul yang datang ke Rumah Sakit
≥1 192 96 33 29 3
≥2 130 89 61 39 5
≥3 81 81 83 57 6
≥4 47 51 91 62 13
≥5 13 19 99 85 18
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
BAB 6
PEMBAHASAN
46
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
49
Universitas Indonesia
50
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
52
Universitas Indonesia
53
Studi potong lintang pada 3 panti usia lanjut di Kairo, dengan 120
subjek usia >60 tahun, mendapatkan pada analisis regresi logistik
hubungan antara gangguan kognitif dan MNA.40 Studi SENECA juga
menunjukkan bahwa status kognitif yang dinilai dengan MMSE
berasosiasi kuat dengan status nutrisi yang dinilai dengan MNA.41
Pada analisis bivariat status fungsional pra fraktur, crude RO
didapatkan 1,9 (IK95%, 0,927-3,889, p=0,076). Dan ketika dimasukkan
dalam analisis multivariat adjusted RO tetap tidak dapat menunjukkan
kemampuan status fungsional pra fraktur sebagai prediktor mortalitas.
Oleh karena adanya interaksi/hubungan antara Status Fungsional dengan
variabel prediktor lain semakin melemahkan kemampuan Status
Fungsional sebagai prediktor mortaltas pada penelitian ini.
Pada studi SENECA yang dilakukan pada 3 fase rentang waktu
tahun 1983-1999 di 10 kota di 9 negara Eropa pada 621 usia lanjut (288
pria dan 339 wanita) usia 80-85 tahun, menunjukkan status fungsional
yang dinilai dengan AKS berasosiasi kuat dengan status nutrisi yang
dinilai dengan MNA.56 Usia lanjut dengan penurunan AKS memiliki 2
kali risiko lebih tinggi untuk risiko malnutrisi.40 Pada studi potong lintang
status nutrisi di Mongolian pada 392 pria dan 815 wanita usia lanjut, rerata
usia 68,1 tahun, mendapatkan hubungan antara MNA dengan AKS Barthel
dan Instrumental AKS.42
Universitas Indonesia
54
pada skor ≥3. Sejumlah 81 subjek memiliki skor ≥3 dan 46 dari 57 subjek
yang mengalami mortalitas memiliki skor ≥3. Pada skor ≥3 didapatkan
sensitifitas 81 % dan spesifitas 83 %, serta nilai prediktif positif 57%.
Artinya sebesar 81% mortalitas 6 bulan pada usia lanjut dengan fraktur
panggul dapat dideteksi pada skor ≥3. Dengan probablititas subjek benar-
benar mengalami mortalitas dalam 6 bulan adalah sebesar 57% pada
penelitian ini.
Universitas Indonesia
55
Universitas Indonesia
56
BAB 7
7.1 Simpulan
7.1.1 Faktor Usia ≥80 tahun, Jenis kelamin pria, Tindakan non operatif,
Komorbitas dengan Charlson Comorbidity Indeks ≥2, Status nutrisi MNA
malnutrisi memiliki kemampuan yang baik dalam memprediksi mortalitas
dalam 6 bulan pada usia lanjut dengan fraktur panggul yang datang ke
Rumah Sakit.
7.1.2 Model sistem skoring prediktor mortalitas dalam 6 bulan pada pasien usia
lanjut dengan fraktur panggul adalah bobot skor 1 untuk Usia ≥ 80 tahun,
Jenis Kelamin pria, Tindakan non operatif; serta bobot skor 2 untuk
Komorbitas dengan Charlson Comorbidity Indeks ≥2 dan Status nutrisi
MNA malnutrisi. Dengan total nilai ambang skor ≥3 memiliki kemampuan
memprediksi mortalitas dalam 6 bulan pada pasien usia lanjut dengan
fraktur panggul yang datang ke Rumah Sakit.
7. 2 Saran
Diperlukan uji validitas eksternal untuk menilai kemamputerapan sistem
skoring model prediksi mortalitas dalam 6 bulan pada usia lanjut dengan
fraktur panggul pada berbagai Pusat Layanan Kesehatan di seluruh
Indonesia.
Untuk klinisi dan profesional medis perlu memberi perhatian pada faktor
usia, jenis kelamin, komorbiditas, status nutrisi, dan pilihan tatalaksana
dalam menentukan stratifikasi risiko mortalitas pada pasien usia lanjut
dengan fraktur panggul yang datang ke Pusat Layanan Kesehatan.
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mencari hubungan kausal antara
prediktor dan mortalitas pada usia lanjut dengan fraktur panggul.
56 Universitas Indonesia
57
DAFTAR PUSTAKA
1. King MB. Falls. Eds: Halter JB, Ouslander JG, Tinneti ME, Studenski S,
High KP, Astana S. Hazzard’s Geriatric Medicine and Gerontology.
56
United States of America: Mc Graw Hill; 2009.p.659-670.
2. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Gambaran
Kesehatan Lanjut Usia Indonesia. Buletin Jendela dan Data Kesehatan
Indonesia. 2013;1:1-18.
3. Kanis JA, Johnell O, Oden A, Jonsson B, De Laet C, Dawson A. Risk of
hip fracture according to the World Health Organization criteria for
osteopenia and osteoporosis. Bone. 2000;27: 85-90.
4. Friedman MS, Mendelson DA, Kates SL. Hip Fractures. In: Case-Based
Geriatics: A Global Approach. Eds: Hirt VA, Wieland D, Dever-Bumba
M. Mc Graw-Hill;2009:529-544.
5. Evans PJ, Mc Grory BJ. Fractures of the Proximal Femur. Hosp Physian.
2002;30-38.
6. Abrahamsen B, van Staa T, Ariely R, Olson M, Cooper C. Excess
mortality following hip fracture: a systematic review epidemiological
review. Osteoporos Int. 2009;20:1633-1650.
7. Hu F, Jiang C, Shen J, Tang P, Wang Y. Preoperative predictors for
mortality following hip fracture surgery: A systematic review and
metaanalysis. Int J Care Injured. 2012;43:676-685.
8. Hirose J, Mizuta H, Ide J. Evaluation of estimation of physiologic ability
and surgical stress (E-PASS) to predict the postoperative risk for hip
fracture in elder patients. Arch Orthop Trauma Surg. 2008;128:1447-
1452.
9. Ramanathan TS, Moppett IK, Wern R. POSSUM scoring for patients
with fractured neck femur. Br J Anaesth. 2005;94:430-433.
10. Maxwell MJ, Moran CG, Moppett IK. Development and validation of a
preoperative scoring system to predict 30 day mortality in patients
undergoing hip fracture surgery. Br J Anaesth. 2008;101:511-7.
11. Souza RC, Pinheiro RS, Coeli CM, Camargo KR. The Charlson
comorbidity index (CCI) for adjusment of hip fracture mortality in the
57 Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
61
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
63
Nilai Nilai
Maksimum Responden
ORIENTASI
REGISTRASI
MENGINGAT
BAHASA
Universitas Indonesia
64
Jumlah nilai : ( ) Tandailah tingkat kesadaran responden pada garis absis di bawah ini
dengan huruf ’X’
Jam selesai :
Tempat wawancara :
Universitas Indonesia
65
Nilai
Skor
No Fungsi Skor Keterangan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
Universitas Indonesia
66
Jawablah pertanyaan (PENAPISAN) berikut ini dengan menulis angka yang tepat pada kotak. Jumlahkan jawabannya,
jika skor 11 atau kurang, teruskan dengan PENGKAJIAN untuk mendapatkan SKOR INDIKATOR MALNUTRISI.
PENAPISAN (SCREENING) K. Konsumsi BM tertentu yg diketahui sebagai BM sumber protein
A. Apakah ada penurunan asupan makanan dalam jangka waktu 3 bulan (asupan protein)
oleh karena kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan Sedikitnya 1 penukar dari produk susu (susu, keju, yogurt)
menelan, atau mengunyah? per hari (ya/tidak)
0 = nafsu makan yang sangat berkurang Dua penukar atau lebih dari kacang-kacangan atau telur
1 = nafsu makan sedikit berkurang (sedang) perminggu (ya/tidak)
2 = nafsu makan biasa saja Daging, ikan, atau unggas tiap hari (ya/tidak)
0,0 = jika 0 atau 1 pertanyaan jawabannya ‘ya’
B. Penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir: 0,5 = jika 2 pertanyaan jawabannya ‘ya’
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg 1,0 = jika 3 pertanyaan jawabannya ‘ya’
1 = tidak tahu
2 = penurunan berat badan 1 – 3 kg L. Adakah mengkonsumsi 2 penukar atau lebih buah atau sayuran per hari ?
3 = tidak ada penurunan berat badan
0 = tidak 1 = ya
C. Mobilitas
M. Berapa banyak cairan (air,jus,kopi,teh, susu,…) yang diminum setiap
0 = harus berbaring di tempat tidur atau menggunakan kursi roda
hari ?
1 = bisa keluar dari tempat tidur atau kursi roda, tetapi
0,0 = kurang dari 3 gelas
tidak bisa ke luar rumah.
0,5 = 3 sampai 5 gelas
2 = bisa keluar rumah
1,0 = lebih dari 5 gelas
D. Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir
N. Cara makan
0 = ya 2 = tidak
0 = tidak dapat makan tanpa bantuan
1 = makan sendiri dengan sedikit kesulitan
E. Masalah neuropsikologis 2 = dapat makan sendiri tanpa masalah
0 = demensia berat atau depresi berat
1 = demensia ringan
O.
Pandangan pasien terhadap status gizinya
2 = tidak ada masalah psikologis
0 = merasa dirinya kekurangan makan/kurang gizi
1 = tidak dapat menilai/ tidak yakin akan status gizinya
F. Indeks massa tubuh (IMT) (berat badan dalam kg/tinggi badan dalam m2) 2 = merasa tidak ada masalah dengan status gizinya.
0 = IMT < 19 1 = IMT 19 - < 21
2 = IMT 21 - < 23 3 = IMT 23 atau lebih
P. Dibandingkan dengan orang lain yang seumur, bagaimana pasien
melihat status kesehatannya ?
Skor PENAPISAN (subtotal maksimum 14 poin) 0,0 = tidak sebaik mereka
Skor ≥12 normal, tidak berisiko tak perlu melengkapi form pengkajian 0,5 = tidak tahu
1,0 = sama baik 2,0 = lebih baik
Skor ≤11 kemungkinan malnutrisi lanjutkan pengkajian
Q. Lingkar Lengan atas (LLA) dalam cm
0,0 = LLA < 21 0,5 = LLA 21 – < 22
PENGKAJIAN (ASSESSMENT)
1,0 = LLA ≥ 22
G. Hidup mandiri, tidak tergantung orang lain (bukan di rumah sakit atau
R. Lingkar betis (LB) dalam cm
panti werdha)
0 = LB < 31 1 = LB ≥ 31
0 = tidak 1 = ya
Skor PENGKAJIAN ( maksimum 16 poin) :
H. Minum obat lebih dari 3 macam dalam 1 hari
0 = ya 1 = tidak Skor PENAPISAN :
I. Terdapat ulkus dekubitus/luka tekan atau luka di kulit PENILAIAN TOTAL (maksimum 30 poin) : :
0 = ya 1 = tidak
SKOR INDIKATOR MALNUTRISI
J. Berapa kali pasien makan lengkap dalam 1 hari ? 17 sampai 23,5 poin : berisiko malnutrisi
0 = 1 kali 1 = 2 kali 2 = 3 kali
kurang dari 17 poin : malnutrisi.
Universitas Indonesia
67
PENELITIAN
Jatuh merupakan masalah yang umum terjadi pada usia lanjut. Cedera
akibat jatuh berdampak pada morbiditas, kehilangan fungsional fisik dan
kemandirian, hingga kejadian kematian. Diperkirakan setiap tahunnya, 8%
orang usia lebih dari 65 tahun datang ke unit gawat darurat oleh karena
cedera terkait jatuh, dan lebih dari separuhnya memerlukan perawatan di
rumah sakit. Sebesar 87% akibat jatuh pada usia lanjut menyebabkan
kejadian fraktur dengan kejadian fraktur panggul adalah sebesar 95%
Proporsi usia lanjut semakin meningkat di seluruh penjuru dunia.
Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan usia lanjut tertinggi dunia,
yaitu sebesar 414% dalam kurun waktu 1990-2025. Selain itu, usia harapan
hidup di Indonesia meningkat dari 64,71 tahun (1995-2000) menjadi 67,68
tahun (2000-2005). Usia harapan hidup yang meningkat menjadi salah satu
penyebab tingginya risiko osteoporosis dan kejadian fraktur panggul akibat
osteoprosis di Indonesia.
Penatalaksanaan fraktur panggul dapat dilakukan secara konservatif
atau operatif (pembedahan). Terapi konservatif diartikan sebagai
penatalaksanaan non-operatif, berupa tirah baring, mobilisasi terbatas, dan
atau penggunaan traksi dengan pembebanan. Tindakan pembedahan pada
fraktur panggul merupakan standar penatalaksanaan untuk memungkinkan
mobilisasi awal dan kembali pada kemandirian. Disisi lain, tidak semua usia
lanjut dengan fraktur panggul yang datang ke rumah sakit, akhirnya mau
dan mampu menjalani penatalaksanaan operatif atau konservatif di Rumah
Sakit. Sebagian dari
Universitas Indonesia
68
Lampiran 4 : lanjutan
Universitas Indonesia
69
No Penelitian :
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat
Telepon
Setelah membaca, mendengar, dan memahami penjelasan lengkap tentang tujuan
serta manfaat penelitian ini, maka saya menyatakan secara sukarela bersedia
mengikuti prosedur penelitian dari awal hingga selesai.
Demikaian surat persetujuan mengikuti penelitian ini dibuat untuk dapat
dipergunakan dengan semestinya.
Jakarta, 2012
Saksi
( ) ( )
Peneliti,
( )
Universitas Indonesia
70
FORMULIR PENELITIAN
KOTA :
NO penelitian :
TANGGAL :
Kode
A. DATA DASAR
Nama
Alamat
Tanggal lahir/umur
No telp yang bisa dihubungi 1
2
Nama Kerabat
(anak/pasangan/saudara/lain2)
Tanggal Meninggal
Causa Meninggal
Tanggal Fraktur :
Jenis Fraktur :
Tata Laksana : Operatif / konservatif /Pulang paksa
Tanggal tindakan :
Jenis tindakan :
Universitas Indonesia
71
Lampiran 6 : lanjutan
Universitas Indonesia
72
Nilai ambang skor adalah Skor ≥3, memiliki sensitifitas 81% dan
spesifisitas 83% dalam memprediksi mortalitas dalam 6 bulan pada usia
lanjut dengan fraktur panggul.
Contoh:
Seorang laki-laki 82 tahun dengan fraktur panggul datang ke Rumah Sakit.
Komorbiditas yang dimiliki dalah Diabetes Mellitus tanpa komplikasi.
Pemeriksaan status Nutrisi MNA adalah Risk Malnutrisi. Pasien menolak
tindakan operatif.
Penghitungan skor :
Usia 82 tahun dengan skor 1; laki-laki dengan skor 1, komorbiditas CCI<2
dengan skor 0, status nutrisi risk malnutrisi dengan skor 0, tatalaksana non
operatif dengan skor. Total skor adalah 3.
Artinya pasien ini memiliki probabilitas mengalami mortalitas dalam 6
bulan.
Sebesar 81% mortalitas dalam 6 bulan pada usia lanjut dengan fraktur
panggul dapat dideteksi pada skor ≥3.
Universitas Indonesia