Modul 10 PGSD
Modul 10 PGSD
Modul 10 PGSD
MODUL 10:
PERUMUSAN INDIKATOR DAN PENYUSUNAN ALAT EVALUASI
Disusun Oleh:
EDI SAPUTRA
EDO YULANDA
A. PENGERTIAN INDIKATOR
Indikator merupakan penanda pancapaian kompetensi dasar yang ditujukan oleh perubahan
perilaku yang diukur untuk mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Badan Standar
Nasional Pendidikan, 2006). Tujuan Pembelajaran, Hasil Belajhar, dan Indikator memiliki
makna yang sama. Ketiga istilah tersebut menyatakan rumusan kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Indikator dijabarkan dari kompetensi dasar. Indicator dirumuskan dengan menggunakan kata
kerja operasional. Indicator yang dirumuskan harus dapat diamati atau didemonstrasikan.
Disamping itu, untuk membantu guru dalam mengembangkan alat evaluasi yang dapat
mengukur penguasaan siswa terhadap indicator yang ditetapkan dan dalam merancang
ksgiatan pembelajaran, rumusan indicator tersebut hendaknya memiliki komponen-
komponen yang lengkap.
Tiga komponen rumusan tujuan pembelajaran: pertama, performance atau unjuk kerja;
kedua, criterion (criteria); ketiga, condition (kondisi). Kemudian ada satu komponen
tambahan lagi yaitu komponen audience (siswa yang belajar)
Komponen ini dinyatakan dengan siswa yang belajar untuk menguasai kemampuan yang
diharapkan.
Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus
ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa
3. Condition (kondisi)
Komponen ini mengacu pada tingkatan perilaku yang dicapai untuk menentukan
keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap kemampuan yang ditetapkan.
Bloom mengelompokkan kemampuan hasil belajar ke dalam 3 ranah atau domain, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Kognitif
kognisi siswa. Menurut Bloom, domain kognitif ini memiliki enam tingkatan:
a. Mengingat (remember)
b. Mengerti (understand)
Kemampuan menangkap dan membangun makna atau arti dari pesan atau materi
pembelajaran.
c. Menerapkan (apply)
Kemampuan menerapkan atau menggunakan prosedur, konsep, hokum, atau rumus pada
situasi baru.
d. Menganalisis (analysis)
Domain afektif mengacu kepada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah
mengikuti pembelajaran. Lima tingkatan hasil belajar afektif:
a. Menerima (receiving)
Mengacu kepada kepekaan siswa dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar
b. Menanggapi (responding)
Mengacu pada reaksi yang diberikan individu terhadap stimulus yang dating dari luar
c. Menghargai (value)
Mengacu pada kesediaan siswa menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut
3. Psikomotorik
Mengacu pada kemampuan bertindak. Tingkatan hasil belajar pada ranah pesikomotorik
sebagai berikut:
a. Persepsi
b. Kesiapan
Menyiapkan dirinya untuk melakukan suatu gerakan meliputi kesiapan mental, fisik,
dan emosional
c. Gerakan terbimbing
Mengacu pada tindakan yang terampil, halus, efisien dalam waktu, serta usaha yang
minimal
Mengacu pada kemampuan mengontrol proses internal yang dilakukan oleh individu dalam
memilih dan memodifikasi cara berkonsentrasi, belajar, mengingat dan berpikir
Kemampuan yang menuntut siswa untuk memberikan tanggapan khusus terhadap stimulus
yang relative khusus
5. Sikap (attitudes)
Mengacu pada kecendrungan untuk membuat pilihan /keputusan untuk bertindak dibawah
kondisi tertentu
KEGIATAN BELAJAR 2 : PENYUSUNAN ALAT EVALUASI
Menurut Reece & Walker (1997) evalusi sumatif adalah jenis evaluasi yang dilaksanakan pada
akhir periode pembelajaran dan digunakan untuk tujuan sertifikasi
Winzer (1995) menyatakan bahwa evaluasi sumatif dirancang untuk memberikan balikan
selama proses belajar. Sependapat dengan Sujana (1990) yang mengemukakan bahwa
evaluasi formatif dilaksanakan pada akhir pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan
proses pembelajaran itu sendiri.
Dari uraian diatas dapat diketahui tujuan pelaksanaan evaluasi formatif adalah untuk
mengetahui tingkat perkembangan siswa dan keberhasilan proses pembelajaran. Evaluasi
formatif dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil evaluasi formatif
digunakan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran
Menurut Sukardi (2009) dan Slavin (1998) ada tiga kriteria yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan atau menyusun alat evaluasi.
1. Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat evaluasi dalam mengukur konsep yang diukur
sehingga alat evalusi tersebut betul betul mengukur apa yang seharusnya diukur.
Ornstein (1990) mengemukakan bahwa tes yang valid adalah tes yang memiliki kesesuaian
dengan tujuan dan mengukur secara representative materi pembelajaran.
2. Realibilitas
Mengacu pada ketetapan atau keajegan alat ukur dalam menilai apa yang seharusnya
dinilai
3. Dapat dilaksanakan
Kriteria ini berkenaan dengan kemungkinan alat ukur tersebut untuk dilaksanakan dilihat
dari aspek biaya dan waktu juga kemudahan alat ukur yang disusun serta kemudahan
dalam penskoran dan interpretasi hasil yang diperoleh.
C. JENIS-JENIS ALAT EVALUASI
Ada dua jenis alat evaluasi yaitu tes dan non tes. Contoh non tes: skala sikap, daftar cek,
wawancara, observasi, angket dan sosiometri.
Tes adalah seperangkat pertanyaan /pernyataan yang menuntut siswa untuk memberikan
jawaban yang dapat dinilai benar atau salah. Ada tiga jenis tes, yaitu: tes lisan, tes tertulis, dan
tes perbuatan atau tes kinerja.
1. Tes Objektif
Adalah tes yang menuntut peserta tes untuk menentukan satu jawaban yang paling tepat
atau memilih jawaban yang paling tepat dari alternatif jawaban yang disediakan. Bentuk
tes objektif yaitu; benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan isian singkat.
2. Tes Uraian
Adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam hal
mengekspresikan gagasan melalui bahasa tulisan (Sujana, 1990). Tes uraian sangat tepat
untuk mengukur kemampuan kognitif tingkat tinggi, seperti menganalisis, menilai, dan
mengkreasi.