0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
293 tayangan33 halaman

Laporan KLT TERBARU

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 33

I.

Judul Praktikum : Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


II. Tanggal Praktikum : 26 April 2016 Pukul 08.30 WIB
III. Selesai Praktikum : 26 April 2016 Pukul 11.-00 WIB
IV. Tujuan : 1) Menentukan komposisi eluen yang tepat
dengan metode cincin terkonsentrasi
2) menentukan Rf dari zat warna pada tanaman dengan
menggunakan pelat KLT

V. Dasar Teori
Pengertian kromatografi menyangkut metoda pemisahan yang didasarkan atas
distribusi diferensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian ini
kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu fasa diam (stationary phase) dan fasa
gerak (gerak phase). Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada
permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan fasa gerak dapat berupa
cairan atau dapat disebut eluen atau pelarut , atau gas pembawa yang inert. Gerakan fasa
gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial komponen komponen dalam
sampel.

Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan sebagai


berikut:

a. Kecenderungan molekul – molekul komponen untuk melarutkan dalam cairan


b. Kecenderungan molekul – molekul komponen untuk melekat pada permukaan
padatan halus(adsorbsi = penyerapan)
c. Kecenderungan molekul – molekul omponen untuk bereaksi secara kimia (penukar

Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus mempunyai
kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut didalam nya,
teradsorpsi, atau bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan kimia terjadi
berdasarkan perbedaan migrasi zat – zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan
dapat digunakan untuk keperluan identifikasi (analisis kualitatif), penerapan kadat
(analisis kuantitatif) dan pemurnian suatu senyawa (pekerjaan preparatif).
Berdasarkan mekanisme pemisahan dikenal empat macam jenis kromatografi yaitu:

a. Kromatografi adsorpsi
b. Kromatografi partisi
c. Kromatografi penukar ion
d. Kromatografi eksklusi

Pada kromatografi adsorpsi, fasa diam berupa padatan dan fasa geraknya dapat
berupa cairan atau gas. Zat terlarut diadsorpsi oleh permukaan partikel padat. Contoh
jenis kromatografi ini adalah kromatografi lapis tipis(klt).

Pada umumnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TLC= thin layer cromatography)
sangat mirip dengan kromatografi kertas , terutama pada cara melakukannya. Perbedaan
nyata terlihat pada media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben halus yang
tersangga pada papan kaca, aluminium, plastik sebagai pengganiti kertas. Lapisan tipis
adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam.

Untuk tujuan identifikasi, noda-noda sering dikarakterisasikan berdasarkan


nilai rfnya. Nilai rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap
jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama waktu yang sama.

Nilai Rf yang identik untuk suatu senyawa yang diketahui dan yang tidak diketahui
dengan menggunakan beberapa system pelarut berbeda memberikan bukti yang
kuat bah bahwa nilai untuk kedua senyawa tersebut adalah identic, terutama jika senyawa
tersebut dijalankan secara berdampingan di sepanjang pita lapis tipis (KLT) yang sama.

Beberapa kelebihan dari KLT yaitu sebagai berikut :


1. Waktu pemisahan lebih cepat
2. Sensitif, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi
3. Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna.
Nilai Rf dipengaruhi oleh ketebalan lapisan, sebagian besar prosedur pemisahan
untuk analisis kualitatif menggunkan ketebalan lapisan 250 µm dan untuk anlisis
preparatif digunakan ketebalan sampai 5 mm. Kadang-kadang digunakan kalsium sulfat
sebagai adsorben untuk mengikat lapisan pada lempeng. Silika gel adalah bahan yang
paling banayak digunakan untuk pemisahan sejumlah besar senyawa. Hal yang harus
diperhatikan adalah atmosfer ruang pemisahan harus jenuh dengan pelarut, karena
menentukan besar kecilnya nilai Rf. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan wadah
sekecil mungkin dan menghubungkan dinding dengan lapis tipis (klt) yang terendam
dalam pelarut.

Fasa diam klt terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5 sampai dengan 50 μm .
Serbuk halus ini dapat berupa suatu adsorben, suatu penukar ion, suatu pengayak molekul
atau dapat merupakan penyangga yang dilapisi suatu cairan. Untuk membuat lapisan tipis
perlu dibuat bubur (slurry) berair dari serbuk halus tadi.zat pengikat seperti gibs , barium
sulfat, polivinil alkohol atau kanji perlu ditembahkan untuk membantu pelekat lapisan
tipis tadi pada appan penyangga. Bubuk halus ini kemudian ditebarkan pada papam
penyangga (kaca, plastik, atau aluminium) secara merata, sehingga diperoleh tebal
lapisan 0,1 – 0,3 mm. Lapisan tipis adsorben ini diaktifkan dengan cara pengeringan
didalam oven pada suhu 110°c selama beberapa jam.

Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk
selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil dipermukaannya yang akan
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul – molekul polar. Air yang terserap dalam gel
mencegah molekul – molekul polar dari pencapaian permukaan. Untuk mengatasi ]nya
gel diaktifkan dengan pemanasan sehingga air yang terserap dapat dikeluarkan. Alumina
juga mengandung gugus hidroksil atau atom – atom oksigen. Alumina lebih disukai untuk
memisahkan senyawa – senyawa polar lemah, sedangkan silika gel lebih disukai untuk
memisahkan molekul – molekul seperti asam – asam amino dan gula. Magnesium silikat ,
kalsium silikat dan arang aktif mungkin juga dapat digunakan sebagai adsorben .
Adsorben kadang – kadang tidak perlu diaktifkan dengan cara pemanasan , dalam
kejadian dimana air yang terserap berlaku seperto fassa diam.

Fasa diam film lapisan tipis cairan dapat dibuat untuk pemisahan dengan
kromatografi partisi cair – cair. Film umumnya air yang tersangga pada bahan – bahan
seperti silika gel atau tanah diatome.
Perimbangan untuk memilih pelarut pengembang (eluen)umumnya sama dengan
pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam kromatografi adsorpsi pengelusi eluen
naik sejalan dengan polaritasnya (misalnya dari heksanaaseton alkoholair). Eluen
pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu.
Pelarut pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian tinggi. Terdapat sejumlah kecil
air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan.

Jenis eluen yang digunakan tergantung jenis sampel yang akan dipisahkan. Eluen
yang menyebabkan sseliuruh noda yang ditotalkan pada pelat naik sampai batas atas pelat
(“solvent front”) tanpa mengalami pemisahan , dikatakan terlalu polar. Sebaliknyam,
apabila noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak , berarti eluen tersebut kurang
polar.

Cara termudah untuk memilih jenis – jenis eluen yang tepat adalah dengan
menggunakan metode cincin terkonsentrasi. Hasil pengamatan akan nampak sebagai
noda-noda berwarna pada kertas dengan jarak yang berbeda-beda dari garis awal.
Perembesan eluen dihentikan setelah eluan hampir mencapai ujung kertas. Pada tahap
identifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa
dan ditentukan harga rf-nya.

Analisis dengan KLT yaitu

1. Persiapan pelat

Untuk pengujian cincin terkonsentrasi, pelat diberi tanda titik dengan pensil untuk
tempat menotolkan noda dan tiap titik memiliki jarak yang sama panjangnya satu sama
lain. Dan untuk penentuan Rf, pelat diberi tanda garis sebagai dengan pensil yang
berjarak 1 cm dari bagian bawah dan 0,5 cm dari bagian atas. Pada pemberian tandadan
garis ini tidak menggunakan tinta melainkan menggunkan pensil karena jika
menggunakan tinta nanti tintanya bisa ikut berpendar atau memancarkan warna sebab
tinta terdiri dari berbagai macam warna.

2. Pemilihan pelarut pengembang (eluen)


Pemilihan eluen tergantung pada jenis analit yang akan dipisahkan. Eluen yang
menyebabkan seluruh noda yang ditotolkan pada pelat naik sampai batas atas pelat
(solvent front) tanpa mengalami pemisahan berarti eluen terlalu polar. Sebaliknya jika
noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak berarti eluen kurang polar. Untuk
menguji kesesuain eluen dengan analit digunakan metode cincin terkonsentrasi. Pada
sebuah pelat ditotolkan beberapa noda dari sampel yang sama. Kemudian untuk setiap
noda ditotolkan pelarut yang berbeda. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan gambar
berikut:

Noda Sampel Lapisann lur pelarut (solvent front)

Kurang polar Cukup Polar Terlalu polar

3. Persiapan “chamber”

Chamber yang digunakan dapat berupa bejana, gelas, atau botol dari kaca dengan
dasar rata. Bagian dalam chamber dilapisi dengan kertas saring sampai seluruh dinding
chamber tertutup oleh kertas saring tetapi bagian atas chamber tidak tertutup kertas saring
sekitar 2 –3 cm. Kemudian eluen yang digunakan dimasukkan kedalam chamber
sebanyak 5 ml untuk menjenuhi kertas saring dengan uap eluen tersebut dan selama
proses penjenuhan chamber harus ditutup dengan pelat kaca sampai kertas saring basah
seluruhnya. Kertas saring tidak boleh melebihi tinggi gelas karena uapnya dapat keluar
melalui kertas saring yang berada di luar gelas sehingga chamber tidak jenuh lagi dan
noda tidak naik. Jika kertas saring terlalu kecil maka chamber tidak akan jenuh semuanya
sehingga noda sulit naik atau berkembang.

4. Tahap penotolan dan tahap pengembangan

Untuk pengujian cincin terkonsentrasi, pada sebuah pelat ditotolkan beberapa noda
sampel yang sama kemudian setiap noda ditotolkan eluen yang berbeda. Sedangkan untuk
penentuan rf, pada sebuah pelat ditotolkan beberapa noda yang sama di batas bawah
pelat. Kemudian pelat dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan. Penempatan
pelat dilakukan dengan hati-hati sehingga lapisan tipis fasa diam pelat tidak bersentuhan
dengan kertas saring di dalam chamber dan noda yang ditotolkan tidak terkena pelarut.
Setelah pelat diletakkan dengan benar, chamber ditutup dan dibiarkan eluen merambat
naik secara kapiler. Setelah eluen mencapai batasatas pelat, maka pelat segera diangkat
dan noda yang terbentuk ditandai dengan pensil, kemudian diukur rf-nya. Jika tidak ada
noda yang terlihat maka pelat disemprot dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon,
ninhidrin, kalium kromat, amonium sulfida,
Kunyitdan sebagainya. Atau dengan cara menyinari
pelat dengan lampu ultra violet atau menjenuhkan pelat dengan uap iodium.
Diblender
VI. Alat dan Bahan Timbang ± 15 gram
A. Alat Rendam dengan 10 mL ethanol
1. Pelat klt berukuran 5x2 cm 2 Ambil
lembar, 3x5 cm 1 lembar
filtratnya
2. Pipa kapiler untuk menotolkan noda 6 buah
3. Gelas yang memiliki dasar rata
Larutan cukup gelap, lurus, diameter ± 10 cm, tinggi ±7 cm
4. Corong pemisah dengan ukuran sesuai 3 buah
5. Kertas saring whatman selebar bagian dalam gelas
6. Pelat kaca untuk menutup gelas filter
7. Vial – vial kecil 6 buah yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan
8. Pinset panjang
B. Bahan :
1. Metanol dan etanol (for chromatography) 100
Residu ml untuk satu kelas
Filtrat
2. Diklorometanol (for chromatography) 100 ml untuk satu kelas
3. Daun pandan yang sudah diblender kering ±25 gram satu kelas
4. Kunyit yang sudah diparut ±25 gram satu kelas Masukkan dalam corong
5. Gelas ukur 10 ml 2 buah pisah
6. Gelas kimia 50 ml 2 buah
Tambahkan 5 mmL
VII. Prosedur
kloroform
A. Persiapan sampel
Kocok searah

Diamkan sampai terbentuk 2


lapisan

Ambil lapisan paling bawah


Sampel
Pandan

Kunyit
Diblender
Timbang ± 15 gram
Rendam dengan 10 mL methanol
Ambil filtratnya

Larutan cukup gelap

filter

Residu Filtrat

Masukkan dalam corong


pisah

Tambahkan 5 mmL
kloroform

Kocok searah

Diamkan sampai terbentuk 2


lapisan

Ambil lapisan paling bawah


Sampel
B. Persiapan plat

Plat 3x 5 cm

Beri titik dengan pensil untuk


menotolkan noda dengan jarak ±1 cm
untuk 6 titik

Masukkan ke oven ±30 menit

Plat untuk metode


cincin konsentrasi

Plat 2 x 7 cm

Beri batas dengan pensil batas bawah ±1


cm dan batas atas ±0.5 cm

Masukkan ke oven ±30 menit

Plat untuk
menentukan Rf

cincin konsentrasi
C. Persiapan eluen

1. Untuk cincin terkonsentrasi


Methanol+kloroform

Dicampur kedalam visl vial dengan


perbandingan

1:4.5:4.5

3:4:3

3:3:7

4:3:3
Eluen siap digunakan
4.5:7.5:1

4.5:1:4.5

2. Untuk penentuan Rf

Kertas saring

Dimasukkan ke dalam gelas hingga


menutupi seluruh dinding gelas tetapi
tidak melebihi bagian atas

Ditambah 5 mL campuran methanol dan


kloro methanol

Ditutup dengan pelt kaca sampai kertas


saring basah
Eluen jenuh
D. Tahap penotolan dan pengembangan sampel

1. Untuk cincin terkonsentrasi

Pelat 3 x 5 cm

Ditotolkan smpel 2-3 kli dengan pipa


kapiler pada 6 titik yang telah diberi
tanda sampai warna cukup jelas

Diberi kode A-F untuk setiap noda

Ditotolkan campuran pada vial A pada


noda A

Diperhatikan bentuk cincin yang terjadi


Bentuk cincin

Dilakukan hal yang sama untuk noda B-F

Dibandingkan bentuk cincin A-F

Bentuk cincin A-F


2. untuk penentuan Rf

Pelat 2x7 cm

Ditotolkan sampai pada batas bawah


pelat dengan noda jelas

Dibuka pelat kaca dan dimasukkan


kedalam gelas dengan hati-hati
dengan pinset sampai pelt tidak
menyentuh dasar gelas

Ditutup kembali gelas dan dibiarkan


mengembang sampai eluen
menyentuh atas pelat

Diambil dengan hati-hati


Hasil pengmatan
Diamati noda dan diberi tanda positif

Dikeringkan

Ditutup dengn selotip agar noda tak


memudar

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
II. Hasil Pengamatan
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc

1 Persiapans sampel Sebelum: Fungsi ethanol Ekstrak pandan


adalah untuk berwarna hijau
Kunyit: kuning tua
melrutkan pigmen seangkan ekstrak
etanol: tidak berwrna yang terkandung kunyit berwarna
dalam kunyit orange
kloform; tidak berwarna

sesudah:

kunyit+ethanol: larutan
kuning tua

kunyit+etanol+kloroform:
larutan kuning tua

setelh dikocok terbentuk


2 lapisan

lapisan atas: orange

lapisan bawah: kuning


keruh

Analytical Chemistry II – PKU 14

36
Sebelum:

Daun suji: hijau Fungsi methanol


adalah untuk
Methanol; tidak berwarna
melrutkan pigmen
Kloroform: tidk berwarna yang terkandung
dalam kunyit
Sesudah:

Pandan+methanol:
larutan hijau (+)
(maserasi)

Namun setelah
penambanhan 10 mL
tidak dihasilkan filtrate
ditambahkan 5 mL
kloroform dan didiamkan
selama lima menit

Daun pandan:

Analytical Chemistry II – PKU 14

36
methanol+kloroform:
larutan hijau

Setelah dokocok
terbentuk 2 lapisan

Lapisan atas: kuning


kehijauan keruh

Lapisn bawah: hijau

2 Persiapan pelat Pelat depan : putih Fungsi perekat Pelat siap


adalah untuk digunakan
Pelat belakang; silver
melekatkan plat
Perekat antara pelat (silika) pada
depan dan belakang: aluminium
silica gel mengandung
Fungsi penitikan :
13% kalsium sulfat yang
memperjelas:
bersifat sebagai perekat
memperjelas
pemisahan dalam
cincin terkonsentrasi

Fungsi pemberian
jarak pada titik:
memberikan ruang

Analytical Chemistry II – PKU 14

36
pengembangan noda

Fungsi oven: untuk


mengeringkan pelat
agar tidak ada air
dalam pelat

Fungsi penutupan
chamber: agar
kondisi dalam gelas
benar-benr jenuh
oleh uap dari pelarut

3 Persiapan Eluen Persiapn eluen Dari perbandingan Eluen siap


heksana: digunakan
a. Untuk cincin terkonsentrasi
kloroform:etanol
Heksana:kloroform:etanol
dapat diprediksi
A 1:4.5:4.5 kepolarannya

B 3:4:3 Heksana non polar

C 3:3:4 Kloroform: semi


polar
D 4:3:3
Etanol: polar
E 4.5:4.5:1

Analytical Chemistry II – PKU 14

36
F 4.5:1:4.5 A: sangat polar

B: cukup polar

C: polar

D: polar

E: non polar

F: cukup polar

4 Tahap penotolan dan pengembangan sampel Pelat dengan 6 titik Senyawa pada kunyit Pada cincin
adalah: kurkumin, terkonsentrasi
a. Untuk cincin terkonsentrasi Setelah penetesn
demetoksikurkumin, eluen yang
menggunakan pipa
dan bis- mungkin tepat
kapiler; terbentuk cincin
demestoksikurkumin. untuk penentuan
kunyit dan pandan
Rf pada kunyit
Rf teori:
Setelah penambahan adalh eluen D
eluen A-F

Analytical Chemistry II – PKU 14

36
Kunyit Kurkumin 0.51 Sedangkan pada
daun suji adalah
Pada noda Senyawa pada
eluen E
pandan adalah;
A: Hampir terlalu polar
Pada penentun
Klorofil a
B: cukup polar Rf, pada kunyit
Klorpfil b diyemukan 2
C:terlalu polar
noda dengan
Rf klorofil a=0.4-
D:cukup polar Rf1= 0.45045
0.63
E:kurang polar Rf2=0.9459
Rf klorofil b=0.3-

b. Untuk penentuan Rf F: terlalu polar 0.57 Pada daun suji


ditemukan 2
Sehingga diprediksikn
noda dengan
eluen yang benar adalah
Rf1=0.4736
elued D
Rf2=0.9561
Penentuan Rf, Kunyit
menggunakan eluen D

Terbentuk 2 noda

Noda 1: berwarna coklat


sngat muda

Analytical Chemistry II – PKU 14

36
Noda 2: berwarna kuning

Jarak tempuh komponen


A: 5 cm

Jarak tempuh komponen


B: 5 cm

Jarak tempuh eluen A: 5.5


cm

Jarak tempuh komponen


5.6 cm

Rf1= 0.45045

Rf2= 0.9459

Pandan suji

A: Terlalu Polar

B: Terlalu Polar

C: Terlalu Polar

D:Kurang Polar

Analytical Chemistry II – PKU 14

36
E:Cukup Polar

F: Kurang polar

Sehingga diprediksikn
eluen yang benar adalah
elued E

Penentuan Rf, Pandan


suji menggunakan eluen
E

Terbentuk 2 noda

Noda 1: tidak berwarna

Noda 2: berwarna hijau

Jarak tempuh komponen


A: 5.3 cm

Jarak tempuh komponen


B: 5.3 cm

Jarak tempuh eluen A: 5.7


cm

Jarak tempuh komponen

Analytical Chemistry II – PKU 14

36
5.6 cm

Rf1=0.4736

Rf2=0.9561

Analytical Chemistry II – PKU 14

36
III. Analisis dan Pembahasan
Telah dilakukan Percobaan kromatografi lapis tipis Kromatografi lapis tipis
merupakan salah satu analisiskualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan
memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip
kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan berpisah berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
menggunakan fase diam dari bentuk platsilika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis
sampel yang ingin dipisahkan. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka
sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Fase diam (adsorben) contohnya
silika gel (asamsilikat), alumina (aluminium oksida), kieslguhr (diatomeous earth), dan
selulosa. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan komposisi eluen yang tepat dengan
metode cincin terkonsentrasi (menentukan sifat kepolaran pada pelarut), serta menentukan
Rf dari zat warna pada tanaman (daun pandan suji dan kunyit)danmetode yang dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Persiapansampel
Daun pandan dan kunyit yang sudah ditumbuk atau diparut sampai halus
kemudian ditimbang ± 15 gram, digunakan 2 sampel ini karena pada daun pandan suji
terdapat suatu zat yang bernama klorofil, klorofil adalah zat warna hijau pada daun, zat
ini mudah untuk diteliti proses kromatografinya. Struktur Klorofil

Klorofil strukturnya bersifat non polar meskipun ada bagian yang bersifat polar, sifat
nonpolar ini sama seperti hidrokarbon. Hal ini yang menyebabkan klorofil mudah larut
dalampelarut non polar seperti eter. Ada dua jenis klorofil yaitu klorofil a dan klorofil b,
yangmembedakan kedua jenis klorofil ini adalah adanya gugus aldehid pada struktur
klorofil byang menyebabkan klorofil b ini bersifat sedikit lebih polar dibandingkan

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
klorofil a. Padasampel daun pandan suji kemungkinan klorofil yang dominan adalah
klorofil sehinggapelarut yang digunakan untuk mengekstrak klorofilnya adalah metanol
yang bersifat lebihpolar daripada alkohol yang lain

Sedangkan pada kunyit terdapat zat yaitu karoten yangmemberi warna kuning
yang kuat pada kunyit. kunyit yang mengandung karoten digunakan pelarut etanol
dimana etanollebih non polar daripada metanol. Hal ini mengindikasikan bahwa karoten
bersifat lebih nonpolar daripada klorofil. Karoten (C 40H56) adalah senyawa alkena dengan
rantai panjang darisistem ikatan rangkap terkonjugasi.. Meskipun secara keseluruhan
molekul karoten adalahnon polar, akan tetapi mempunyai sifat dapat mengubah bidang
polarisasi. Karoten juga adadua jenis yaitu α-karoten dan β-karoten, yang membedakan
kedua struktur ini adalah posisiα βikatan rangkap pada cincin ujung.Struktur Karoten :

Pemilihan pelarut dalam proses pengekstrakan tidak boleh salah atau tertukar.
Karena jikasalah atau tertukar zar warna/pigmen dalam sampel tidak akan larut sehingga
pigmen tidakdapat keluar atau tidak dapat digunakan. karoten juga mudah untuk diteliti
proses kromatograinya sehingga digunakan pada proses ini. lalu ditambahkan 10 mL
methanol ( tidak berwarna) untuk pandan dan 10 mLetanol (tidak berwarna) untuk kunyit
sampai larutan berwarna cukup tua atau dengan kata lain dilakukan proses Maserasi
(fungsi penambahan metanol pada daun pandan dan etanol pada kunyit adalah untuk
melarutkan pigmen yang terkandung di dalam daun pandan maupun kunyit tersebut)
kemudian didiamkan (dekantasi) 10 menit sampai mendapan pandan ataupun kunyit
terendapkan. Kemudian diambil filtratnya, pengambilan filtrat tidak dilakukan dengan
tangan karena bisamenyebabkan kontaminasi terhadap filtrat selain itu, pemisahan juga
tidak boleh dilakukan dengan penyaringan agar zat warna (pigmen) tidak tertinggal pada
kertas saringtetapi endapan juga tidak boleh ikut saat dituangkan kedalam corong pisah

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
agar tidak menyumbat corong pisah. Proses dekantasi lebih dipilih daripada filtrasi
karena untuk mempertahankan pigmen klorofil dalam filtrat. Jika menggunakan filtrasi
kemungkinan klorofil dapat tersaring pada kertas saring. Sama halnya dengan pigmen
karoten pada kunyit, proses yang digunakan adalah dekantasi bukan fitrasi karena
mempertahankan pigmen karoten

Filtrat yang dihasilkan tersebut selanjutnya diekstrak dengan cara dimasukkan


kedalam corong pisah dan ditambahkan dengan 10 ml kloroform. Penambahan kloroform
ini bertujuan untuk mempercepat proses pemisahan fasa organik untuk dianalisis pada
tahap selanjutnya.ditambahkan pelarut non polar kloroform agar kedua zat tidak
bercampur dan terlihat pemisahannya. Campurandalam corong pisah dikocok untuk
memisahkan larutan dengan sesekali keran dibuka agar gasdari kloroform keluar yakni
gas Cl2. Selanjutnya larutan tersebut didiamkan beberapa menit sampai terbentuk 2
lapisan .Hasil untuk daun suji adalah 2 lapisan berwarna hijau, dimanalapisan atas lebih
terang daripada lapisan bawah. Hal ini disebabkan lapisan atas bersifatnonpolar sehingga
campuran dalam pigmen klorofil yang bersifat non polar (seperti klorofila) larut dalam
diklorometana sedangakan zat yang bersifat polar dibawah, zat yang beradadibawah
inilah yang digunakan sebagai sampel uji. Untuk kunyit, diperlakukan hal samayaitu
ditambahkan dengan kloroform dan dikocok. Hasilnya yaitu terbentuk 2 lapisanberwarna
kuning, dimana lapisan atas berwarna lebih terang daripada lapisan bawah. Lapisanbawah
mengandung karoten lebih banyak dan bersifat lebih polar daripada lapisan atas,sehingga
sampel ini yang dijadikan sebagai sampel yang akan digunakan

2. Persiapan pelat dan penotolan pada cincin terkonsentrasi


Pelat KLT yang akan digunakan dioven dalam suhu 110 0C selama ± 30 menit.
Hal ini dilakukanuntuk mengaktifkan pelat dan untuk menghilangkan molekul air yang
mungkin terikat dalampelat, jika tidak dihilangkan air ini dapat bertindak sebagai fasa
mobile sehinggamemengaruhi hasil kromatografi dan hasil Rfsampel.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakansebuah lapis tipis silikaatau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
Jelsilika (atau alumina) merupakanfase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
sering kali jug amengandung substansi yang mana dapat berpendar flourd alam sinar ultra
violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna
atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning
Untuk pelat percobaan cincin terkonsentrasi digunakan pelat berukuran 3 x 5 cm
sebanyak 2 buah untuk pandan dan kunyit. Kemudian masing – masing pelat diberi tanda
6 buah titik dengan menggunakan pensil dan diberi jarak yang sama sebagai tempat untuk
menotolkan nodaJarak antar titik sekitar 1 cm, adanya jarak pada titik-tititk difungsikan
agardaerah cincin konsentrasi dapat terlokalisasi atau tidak meluber ke titik lainnya. Jika
nodasampai meluber ke titik yang lain menyebabkan sulitnya penentuan cincin yang
polar, penggunaan pensil untuk memberikan tanda dikarenakan noda yang dihasilkan
pensil tidak akan akan bercampur dengan sampel maupun eluen sehingga tidak
mempengaruhi hasil dari yang diperoleh.
Selanjutnya pada titik – titik yang telah ditandai pada masing – masing pelat
ditotolkan 2-3 totol sampel pandan pada pelat 1 dan sampel kunyit pada pelat 2 dengan
menggunakan pipa kapiler sampai warna terlihat jelas. Penotolan pada pelat ini harus
dilakukan dengan satu orang sehingga penotolan tiap titiknya sama. Kemudian pada tiap
– tiap noda ditotolkan dengan 6 macam eluen yang berbeda dengan komposisi sebagai
berikut :
Eluen A terdiri dari heksana : kloroform : etanol =1,0 : 4,5 : 4,5
Eluen B terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 3,0 : 4,0 : 3,0
Eluen C terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 3,0 : 3,0 : 4,0
Eluen D terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 4,0 : 3,0 : 3,0
Eluen E terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 4,5 : 4,5 : 1,0
Eluen F terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 4,5 : 1,0 : 4,5
Eluen dengan berbagai perbandingan di atas bertujuan untuk memilih eluen
yang paling baikatau tepat untuk digunakan dalam penentuan Rf , Berdasarkan percobaan
yang telah kami lakukan,diperoleh hasil sampel pandan cukup polar dengan pelarut E.
Sedangkan pada sampel kunyit juga cukup polar dengan pelarut D tetapi eluen D tidaklah
sesuai karena yang sesuai adalah eluen E . Kecukup polaran ini ditunjukkan dengan noda
sampel awal dapat mengembang setelah penambahan eluen namun tidak sampai terlalu
melebar dan tidak terlalu kecil pelebarannya. Berikut merupakan hasil kepolaran pada
setiap sampel terhadap eluen kunyit dan daun suji:

A B C D E F

Sampel 1: Terlalu Cukup Terlalu Cukup Kurang Terlalu

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
Kunyit Polar Polar Polar Polar Polar Polar

Sampel 2: Terlalu Terlalu Terlalu Kurang Cukup Kurang


Polar Polar Polar Polar Polar
Daun Pandan Polar
Suji

3. Penentuan Rf
Pada penentuan Rf ini mula-mula harus menyiapkan eluen yang telah jenuh
yaitu dengan cara : menyiapkan chamber yang dibuat dari gelas kaca dengan permukaan
bawah gelas yang datar dan memiliki tinggi minimal 7 cmChamber digunakan sebagai
media kapilaritas eluen yangcocok yang kemudian eluen ini digunakan untuk uji
kromatografi lapis tipis . Kemudian melapisi gelas tersebut dengan kertas saring hingga
meyelimuti seluruh permukaan gelas, namun tidak boleh terlalu menumpuk antara ujung
kertas saringKemudian memasukkan eluen yang perbandingan sesuai yaitu E sebanyak 5
mL pada pandan dan 5 ml eluen D pada Kunyit di chamber yang berbeda dan ditutup
dengan pelat kaca yang bertujuan untuk menjenuhkan eluen dan karena sifat eluen yang
mudah menguap. Kejenuhan eluen ditunjukkan dengan kertas saring yang basah
seluruhnya, karena sifat kapilaritas dari eluen. Selain itu, kertas saring tidak boleh
melebihi bagian atas dari gelas, dan menutup gelas tersebut dengan menggunakan kaca
sampai kertas saring basah seluruhnya. Hal ini menunjukkan bahwa eluen tersebut telah
jenuh. Tujuan dari penutupan gelas untuk menyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Kondisi jenuh ini dapat mencegah penguapan pelarut
yang dikarenakan pelarutnya bersifat sangat volatil..
Selanjutnya dipersiapkan 2 pelat untuk sampel pandan dan kunyit yang
berukuran 2 x 5 cm, dan diberi batas bawah 1 cm dan batas atas 0,5 cm, sama seperti
sebelumnya penngunaan pensil karena noda yang dihasilkan pensil tidak akan akan
bercampur dengan sampel maupun eluen sehingga tidak mempengaruhi hasil dari yang
diperoleh.
Kemudian pada batas bagian bawah pada masing – masing pelat diberi 2 tanda
titik A dan B untuk perbandingan dan kemudian ditotolkan 1-2 totol sampel pandan serta
kunyit sampai warna terlihat jelas, lalu gelas dibuka dan dimasukkan masing – masing

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
pelat tersebut pada gelas dengan menggunakan pinset dalam posisi agak miring dan gelas
ditutup kembali dengan kaca, ditunggu sampai terbentuk beberapa noda dan eluen
mencapai batas atas kemudian pelat diambil, dikeringkan, noda yang dihasilkan ditandai
dengan pensil dan kemudian dilapisi dengan selotip agar warna noda yang dihasilkan
tidak pudar, kemudian diukur nilai Rf pada masing pelat pandan dan kunyit.Dihasilkan3
noda pada awalnya kemudian hanya menjadi 2 pada pelat pandan serta 2 noda pada pelat
kunyit
Kebergaman noda yang dihasilkan baik pada pelat pandan dan pelat kunyit
menandakan jumlah pigmen yang terdapat pada pandan maupun kunyit.
NilaiRfpadamasing – masingsampeladalahsebagaiberikut :
a. Pandan memiliki 2 nilai Rf yaitu :
Rf 1 =0.4736; Rf 2 =; 0.9561

Kunyit memiliki 2 nilai Rf yaitu :

Rf1=0.45045

Rf2= 0.9459

IV. Diskusi

Dari percobaan diperoleh titik noda yang bagus untuk sampel daun pandan suji
sedangkanpada kunyit titik noda yang terbentuk kurang bagus oleh karena itu pada saat
menentukan eluen , pada kunyit terjadi kesalahan karena memilih eluen D yang seharusnya
adalah eluen E, sehingga pada sampel kunyit hanya menghasilkan 2 noda. Hal ini terjadi
juga karenakemungkinan ketika mengamati eluen yang cocok melalui proses cincin
terkonsentrasikurang cermat. Noda dengan eluen D yang terlihat Cukup polar kemungkinan
sejatinya tidak bersifatpolar melainkan bersifat kurang polar atau terlalu polar. Kekurang
cermatan dalampengamatan ini mempengaruhi dalam proses penentuan R f, sedangakan pada
sampel pandan hanya terdapat 2 noda dikarenakan pada saat didalem chamber
pergerakannya melebihi batas atas sehingga nodanya bisa hilang atau berkurang , dan dapat
diakibatkan oleh platnya ketika di oven hanya menggunakan suhu dibawah 110 0C. Selain itu
kegagalan pada daun pandan yang hanya menghasilkan 2 noda, padahal sudah menggunakan
eluen yang benar yaitu eluen E dapat disebabkan oleh saat perendaman daun suji

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
menggunakan ethanol tidak ditutup dengan rapat sehingga methanol menguap dan tidak
menghasilkan ekstrak sehingga ditmbahkan 5 mL. Karena penguapan inilah menyebabkan
pigmen yang ada dalam daun siji saat uji pada pelat hilag pada ¾ plat.
.
V. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Berdasarkan cincin terkonsentrasi baik sampel pandan ataupun kunyit keduanya cocok
menggunakan pelarut (eluen) E yang terdiri dari heksana :kloroform : etanol dengan
perbandingan 4,5 : 4,5 : 1,0 karena pada eluen Eininoda yang terbentukcukup polar.

Nilai Rf pada masing – masing sampel adalah sebagai berikut :


b. Pandan memiliki 2 nilai Rf yaitu :
Rf 1 =0.476; Rf 2 =; 0.9561

Kunyit memiliki 2 nilai Rf yaitu :

Rf 1 =0.45045; Rf 2 =; 0.9459

VI. Daftar Pustaka


JR. Day R A dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-enam).
Jakarta: Erlangga.
Setiarso, Pirim , dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik II Dasar-dasar
Pemisahan Kimia. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA UNESA.
Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang

VII. Lampiran

A. Jawaban Pertanyan

1. Apakah yang terjadi jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang
pada KLT terlalu polar atau kurang polar? Mengapa?
Jawaban:
Jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT terlalu
polar, maka fasa diam yang bersifat polar meneruskan fasa gerak yang
bersifat polar sehingga seluruh noda yang ditotolkan pada pelat akan naik
sampai batas atas pelat tanpa mengalami pemisahan. Sebaliknya, jika eluen
yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT kurang polar, maka

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
fasa diam yang bersifat polar akan menahan fasa gerak yang bersifat kurang
polar sehingga noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak.

2. Apa fungsi kertas saring pada percobaan penentuan Rf?


Jawaban:
Kertas saring berfungsi untuk membantu penjenuhan eluen. Eluen yang
bersifat volatil dimasukkan ke dalam chamber yang terdapat kertas saring
dalam kondisi tertutup. Sehingga uap dari eluen akan memenuhi chamber
dan terserap dalam kertas saring.

3. Mengapa permukaan pelat KLT tidak boleh rusak?


Jawaban:
Karena pelat KLT berfungsi untuk membawa fasa gerak dan sifat polarnya
yang dapat memisahkan sampel. Hal ini menyebabkan pelat KLT tidak
boleh rusak.

4. Mengapa pelat KLT yang digunakan harus dikeringkan dulu dalam oven?
Jawaban:
Bagian dari pelat KLT yang seperti kertas terbuat dari silika. Seperti yang
telah diketahui bahwa silika mudah mengikat uap air, maka pelat KLT harus
dikeringkan sebelum digunakan. Sehingga saat pelat KLT digunakan,
pendistribusian fasa gerak tidak akan terganggu.

5. Mengapa batas atas dan batas bawah pelat harus diberi tanda dengan pensil?
Jawaban:
Karena pensil tidak akan mengganggu perubahan warna pada pemisahan
KLT. Sedangkan alat tulis lain selain pensil misalnya bolpoin, akan
mempengaruhi perubahan warna pada pemisahan KLT, sebab tinta bolpoin
akan ikut terdistribusi pada fasa diam.

B. Perhitungan

1. Diketahui: Ekstrak kunyit


Jarak tempuh A komponen 1 = 2,5 cm
Jarak tempuh A komponen 2 = 5,2 cm
Jarak tempuh eluen A = 5,5 cm
Jarak tempuh B komponen 1 = 2,5 cm
Jarak tempuh B komponen 2 = 5,3 cm
Jarak tempuh eluen B = 5,6 cm
Ditanya: Rf1 dan Rf2...?

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
Jawab: Rf1A = = 0,4545

Rf1B = = 0,4464

Rf1 = 0,45045

Rf2A = = 0,9454

Rf2B = = 0,9464

Rf2 = 0,9459

2. Diketahui: Ekstrak pandan


Jarak tempuh A komponen 1 = 2,7 cm
Jarak tempuh A komponen 2 = 5,45 cm
Jarak tempuh eluen A = 5,7 cm
Jarak tempuh B komponen 1 = 2,7 cm
Jarak tempuh B komponen 2 = 5,45 cm
Jarak tempuh eluen B = 5,7 cm
Ditanya: Rf1 dan Rf2...?

Jawab: Rf1A = = 0,4736

Rf1B = = 0,4736

Rf1 = 0,4736

Rf2A = = 0,9561

Rf2B = = 0,9561

Rf2 = 0,9561

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
C. Dokumentasi

Foto dan Keterangan Foto dan Keterangan

Menumbuk daun pandan suji 25 gram daun pandan suji

Daun pandan suji direndam dalam 15 mL Terbentuk dua lapisan (setelah filtrat daun
metanol pandan suji + 10 mL kloroform dikocok)

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
Sampel dari ekstrak daun pandan suji 25 gram kunyit

Kunyit direndam dalam 15 mL etanol

Filtrat dari rendaman kunyit

Penambahan 10 mL kloroform ke dalam Terbentuk dua lapisan (setelah filtrat kunyit +


filtrat kunyit 10 mL kloroform dikocok)

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
Sampel dari ekstrak kunyit Pelat 3x5 cm dan pelat 2x7 cm yang telah
diberi tanda

Pelat dimasukkan ke dalam oven Macam-macam eluen yang digunakan

Menotolkan sampel kunyit pada pelat 3x5 cm Menotolkan sampel daun pandan suji pada
untuk cincin terkonsentrasi pelat

Analytical Chemistry II – PKU 14


36
5 mL eluen yang telah dipilih dijenuhkan Menotolkan eluen pada plat
dalam chamber menggunakan kertas saring

Hasil cincin terkonsentrasi pada kunyit Hasil cincin terkonsentrasi pada daun pandan
suji

Pelat 2x7 cm untuk penentuan Rf pada kunyit Pelat 2x7 cm dimasukkan dalam chamber
bersama eluen yang telah dipilih

Analytical Chemistry II – PKU 14


36

Anda mungkin juga menyukai