Laporan KLT TERBARU
Laporan KLT TERBARU
Laporan KLT TERBARU
V. Dasar Teori
Pengertian kromatografi menyangkut metoda pemisahan yang didasarkan atas
distribusi diferensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian ini
kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu fasa diam (stationary phase) dan fasa
gerak (gerak phase). Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada
permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan fasa gerak dapat berupa
cairan atau dapat disebut eluen atau pelarut , atau gas pembawa yang inert. Gerakan fasa
gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial komponen komponen dalam
sampel.
Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus mempunyai
kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut didalam nya,
teradsorpsi, atau bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan kimia terjadi
berdasarkan perbedaan migrasi zat – zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan
dapat digunakan untuk keperluan identifikasi (analisis kualitatif), penerapan kadat
(analisis kuantitatif) dan pemurnian suatu senyawa (pekerjaan preparatif).
Berdasarkan mekanisme pemisahan dikenal empat macam jenis kromatografi yaitu:
a. Kromatografi adsorpsi
b. Kromatografi partisi
c. Kromatografi penukar ion
d. Kromatografi eksklusi
Pada kromatografi adsorpsi, fasa diam berupa padatan dan fasa geraknya dapat
berupa cairan atau gas. Zat terlarut diadsorpsi oleh permukaan partikel padat. Contoh
jenis kromatografi ini adalah kromatografi lapis tipis(klt).
Pada umumnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TLC= thin layer cromatography)
sangat mirip dengan kromatografi kertas , terutama pada cara melakukannya. Perbedaan
nyata terlihat pada media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben halus yang
tersangga pada papan kaca, aluminium, plastik sebagai pengganiti kertas. Lapisan tipis
adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam.
Nilai Rf yang identik untuk suatu senyawa yang diketahui dan yang tidak diketahui
dengan menggunakan beberapa system pelarut berbeda memberikan bukti yang
kuat bah bahwa nilai untuk kedua senyawa tersebut adalah identic, terutama jika senyawa
tersebut dijalankan secara berdampingan di sepanjang pita lapis tipis (KLT) yang sama.
Fasa diam klt terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5 sampai dengan 50 μm .
Serbuk halus ini dapat berupa suatu adsorben, suatu penukar ion, suatu pengayak molekul
atau dapat merupakan penyangga yang dilapisi suatu cairan. Untuk membuat lapisan tipis
perlu dibuat bubur (slurry) berair dari serbuk halus tadi.zat pengikat seperti gibs , barium
sulfat, polivinil alkohol atau kanji perlu ditembahkan untuk membantu pelekat lapisan
tipis tadi pada appan penyangga. Bubuk halus ini kemudian ditebarkan pada papam
penyangga (kaca, plastik, atau aluminium) secara merata, sehingga diperoleh tebal
lapisan 0,1 – 0,3 mm. Lapisan tipis adsorben ini diaktifkan dengan cara pengeringan
didalam oven pada suhu 110°c selama beberapa jam.
Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk
selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil dipermukaannya yang akan
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul – molekul polar. Air yang terserap dalam gel
mencegah molekul – molekul polar dari pencapaian permukaan. Untuk mengatasi ]nya
gel diaktifkan dengan pemanasan sehingga air yang terserap dapat dikeluarkan. Alumina
juga mengandung gugus hidroksil atau atom – atom oksigen. Alumina lebih disukai untuk
memisahkan senyawa – senyawa polar lemah, sedangkan silika gel lebih disukai untuk
memisahkan molekul – molekul seperti asam – asam amino dan gula. Magnesium silikat ,
kalsium silikat dan arang aktif mungkin juga dapat digunakan sebagai adsorben .
Adsorben kadang – kadang tidak perlu diaktifkan dengan cara pemanasan , dalam
kejadian dimana air yang terserap berlaku seperto fassa diam.
Fasa diam film lapisan tipis cairan dapat dibuat untuk pemisahan dengan
kromatografi partisi cair – cair. Film umumnya air yang tersangga pada bahan – bahan
seperti silika gel atau tanah diatome.
Perimbangan untuk memilih pelarut pengembang (eluen)umumnya sama dengan
pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam kromatografi adsorpsi pengelusi eluen
naik sejalan dengan polaritasnya (misalnya dari heksanaaseton alkoholair). Eluen
pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu.
Pelarut pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian tinggi. Terdapat sejumlah kecil
air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan.
Jenis eluen yang digunakan tergantung jenis sampel yang akan dipisahkan. Eluen
yang menyebabkan sseliuruh noda yang ditotalkan pada pelat naik sampai batas atas pelat
(“solvent front”) tanpa mengalami pemisahan , dikatakan terlalu polar. Sebaliknyam,
apabila noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak , berarti eluen tersebut kurang
polar.
Cara termudah untuk memilih jenis – jenis eluen yang tepat adalah dengan
menggunakan metode cincin terkonsentrasi. Hasil pengamatan akan nampak sebagai
noda-noda berwarna pada kertas dengan jarak yang berbeda-beda dari garis awal.
Perembesan eluen dihentikan setelah eluan hampir mencapai ujung kertas. Pada tahap
identifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa
dan ditentukan harga rf-nya.
1. Persiapan pelat
Untuk pengujian cincin terkonsentrasi, pelat diberi tanda titik dengan pensil untuk
tempat menotolkan noda dan tiap titik memiliki jarak yang sama panjangnya satu sama
lain. Dan untuk penentuan Rf, pelat diberi tanda garis sebagai dengan pensil yang
berjarak 1 cm dari bagian bawah dan 0,5 cm dari bagian atas. Pada pemberian tandadan
garis ini tidak menggunakan tinta melainkan menggunkan pensil karena jika
menggunakan tinta nanti tintanya bisa ikut berpendar atau memancarkan warna sebab
tinta terdiri dari berbagai macam warna.
3. Persiapan “chamber”
Chamber yang digunakan dapat berupa bejana, gelas, atau botol dari kaca dengan
dasar rata. Bagian dalam chamber dilapisi dengan kertas saring sampai seluruh dinding
chamber tertutup oleh kertas saring tetapi bagian atas chamber tidak tertutup kertas saring
sekitar 2 –3 cm. Kemudian eluen yang digunakan dimasukkan kedalam chamber
sebanyak 5 ml untuk menjenuhi kertas saring dengan uap eluen tersebut dan selama
proses penjenuhan chamber harus ditutup dengan pelat kaca sampai kertas saring basah
seluruhnya. Kertas saring tidak boleh melebihi tinggi gelas karena uapnya dapat keluar
melalui kertas saring yang berada di luar gelas sehingga chamber tidak jenuh lagi dan
noda tidak naik. Jika kertas saring terlalu kecil maka chamber tidak akan jenuh semuanya
sehingga noda sulit naik atau berkembang.
Untuk pengujian cincin terkonsentrasi, pada sebuah pelat ditotolkan beberapa noda
sampel yang sama kemudian setiap noda ditotolkan eluen yang berbeda. Sedangkan untuk
penentuan rf, pada sebuah pelat ditotolkan beberapa noda yang sama di batas bawah
pelat. Kemudian pelat dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan. Penempatan
pelat dilakukan dengan hati-hati sehingga lapisan tipis fasa diam pelat tidak bersentuhan
dengan kertas saring di dalam chamber dan noda yang ditotolkan tidak terkena pelarut.
Setelah pelat diletakkan dengan benar, chamber ditutup dan dibiarkan eluen merambat
naik secara kapiler. Setelah eluen mencapai batasatas pelat, maka pelat segera diangkat
dan noda yang terbentuk ditandai dengan pensil, kemudian diukur rf-nya. Jika tidak ada
noda yang terlihat maka pelat disemprot dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon,
ninhidrin, kalium kromat, amonium sulfida,
Kunyitdan sebagainya. Atau dengan cara menyinari
pelat dengan lampu ultra violet atau menjenuhkan pelat dengan uap iodium.
Diblender
VI. Alat dan Bahan Timbang ± 15 gram
A. Alat Rendam dengan 10 mL ethanol
1. Pelat klt berukuran 5x2 cm 2 Ambil
lembar, 3x5 cm 1 lembar
filtratnya
2. Pipa kapiler untuk menotolkan noda 6 buah
3. Gelas yang memiliki dasar rata
Larutan cukup gelap, lurus, diameter ± 10 cm, tinggi ±7 cm
4. Corong pemisah dengan ukuran sesuai 3 buah
5. Kertas saring whatman selebar bagian dalam gelas
6. Pelat kaca untuk menutup gelas filter
7. Vial – vial kecil 6 buah yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan
8. Pinset panjang
B. Bahan :
1. Metanol dan etanol (for chromatography) 100
Residu ml untuk satu kelas
Filtrat
2. Diklorometanol (for chromatography) 100 ml untuk satu kelas
3. Daun pandan yang sudah diblender kering ±25 gram satu kelas
4. Kunyit yang sudah diparut ±25 gram satu kelas Masukkan dalam corong
5. Gelas ukur 10 ml 2 buah pisah
6. Gelas kimia 50 ml 2 buah
Tambahkan 5 mmL
VII. Prosedur
kloroform
A. Persiapan sampel
Kocok searah
Kunyit
Diblender
Timbang ± 15 gram
Rendam dengan 10 mL methanol
Ambil filtratnya
filter
Residu Filtrat
Tambahkan 5 mmL
kloroform
Kocok searah
Plat 3x 5 cm
Plat 2 x 7 cm
Plat untuk
menentukan Rf
cincin konsentrasi
C. Persiapan eluen
1:4.5:4.5
3:4:3
3:3:7
4:3:3
Eluen siap digunakan
4.5:7.5:1
4.5:1:4.5
2. Untuk penentuan Rf
Kertas saring
Pelat 3 x 5 cm
Pelat 2x7 cm
Dikeringkan
sesudah:
kunyit+ethanol: larutan
kuning tua
kunyit+etanol+kloroform:
larutan kuning tua
36
Sebelum:
Pandan+methanol:
larutan hijau (+)
(maserasi)
Namun setelah
penambanhan 10 mL
tidak dihasilkan filtrate
ditambahkan 5 mL
kloroform dan didiamkan
selama lima menit
Daun pandan:
36
methanol+kloroform:
larutan hijau
Setelah dokocok
terbentuk 2 lapisan
Fungsi pemberian
jarak pada titik:
memberikan ruang
36
pengembangan noda
Fungsi penutupan
chamber: agar
kondisi dalam gelas
benar-benr jenuh
oleh uap dari pelarut
36
F 4.5:1:4.5 A: sangat polar
B: cukup polar
C: polar
D: polar
E: non polar
F: cukup polar
4 Tahap penotolan dan pengembangan sampel Pelat dengan 6 titik Senyawa pada kunyit Pada cincin
adalah: kurkumin, terkonsentrasi
a. Untuk cincin terkonsentrasi Setelah penetesn
demetoksikurkumin, eluen yang
menggunakan pipa
dan bis- mungkin tepat
kapiler; terbentuk cincin
demestoksikurkumin. untuk penentuan
kunyit dan pandan
Rf pada kunyit
Rf teori:
Setelah penambahan adalh eluen D
eluen A-F
36
Kunyit Kurkumin 0.51 Sedangkan pada
daun suji adalah
Pada noda Senyawa pada
eluen E
pandan adalah;
A: Hampir terlalu polar
Pada penentun
Klorofil a
B: cukup polar Rf, pada kunyit
Klorpfil b diyemukan 2
C:terlalu polar
noda dengan
Rf klorofil a=0.4-
D:cukup polar Rf1= 0.45045
0.63
E:kurang polar Rf2=0.9459
Rf klorofil b=0.3-
Terbentuk 2 noda
36
Noda 2: berwarna kuning
Rf1= 0.45045
Rf2= 0.9459
Pandan suji
A: Terlalu Polar
B: Terlalu Polar
C: Terlalu Polar
D:Kurang Polar
36
E:Cukup Polar
F: Kurang polar
Sehingga diprediksikn
eluen yang benar adalah
elued E
Terbentuk 2 noda
36
5.6 cm
Rf1=0.4736
Rf2=0.9561
36
III. Analisis dan Pembahasan
Telah dilakukan Percobaan kromatografi lapis tipis Kromatografi lapis tipis
merupakan salah satu analisiskualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan
memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip
kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan berpisah berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
menggunakan fase diam dari bentuk platsilika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis
sampel yang ingin dipisahkan. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka
sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Fase diam (adsorben) contohnya
silika gel (asamsilikat), alumina (aluminium oksida), kieslguhr (diatomeous earth), dan
selulosa. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan komposisi eluen yang tepat dengan
metode cincin terkonsentrasi (menentukan sifat kepolaran pada pelarut), serta menentukan
Rf dari zat warna pada tanaman (daun pandan suji dan kunyit)danmetode yang dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Persiapansampel
Daun pandan dan kunyit yang sudah ditumbuk atau diparut sampai halus
kemudian ditimbang ± 15 gram, digunakan 2 sampel ini karena pada daun pandan suji
terdapat suatu zat yang bernama klorofil, klorofil adalah zat warna hijau pada daun, zat
ini mudah untuk diteliti proses kromatografinya. Struktur Klorofil
Klorofil strukturnya bersifat non polar meskipun ada bagian yang bersifat polar, sifat
nonpolar ini sama seperti hidrokarbon. Hal ini yang menyebabkan klorofil mudah larut
dalampelarut non polar seperti eter. Ada dua jenis klorofil yaitu klorofil a dan klorofil b,
yangmembedakan kedua jenis klorofil ini adalah adanya gugus aldehid pada struktur
klorofil byang menyebabkan klorofil b ini bersifat sedikit lebih polar dibandingkan
Sedangkan pada kunyit terdapat zat yaitu karoten yangmemberi warna kuning
yang kuat pada kunyit. kunyit yang mengandung karoten digunakan pelarut etanol
dimana etanollebih non polar daripada metanol. Hal ini mengindikasikan bahwa karoten
bersifat lebih nonpolar daripada klorofil. Karoten (C 40H56) adalah senyawa alkena dengan
rantai panjang darisistem ikatan rangkap terkonjugasi.. Meskipun secara keseluruhan
molekul karoten adalahnon polar, akan tetapi mempunyai sifat dapat mengubah bidang
polarisasi. Karoten juga adadua jenis yaitu α-karoten dan β-karoten, yang membedakan
kedua struktur ini adalah posisiα βikatan rangkap pada cincin ujung.Struktur Karoten :
Pemilihan pelarut dalam proses pengekstrakan tidak boleh salah atau tertukar.
Karena jikasalah atau tertukar zar warna/pigmen dalam sampel tidak akan larut sehingga
pigmen tidakdapat keluar atau tidak dapat digunakan. karoten juga mudah untuk diteliti
proses kromatograinya sehingga digunakan pada proses ini. lalu ditambahkan 10 mL
methanol ( tidak berwarna) untuk pandan dan 10 mLetanol (tidak berwarna) untuk kunyit
sampai larutan berwarna cukup tua atau dengan kata lain dilakukan proses Maserasi
(fungsi penambahan metanol pada daun pandan dan etanol pada kunyit adalah untuk
melarutkan pigmen yang terkandung di dalam daun pandan maupun kunyit tersebut)
kemudian didiamkan (dekantasi) 10 menit sampai mendapan pandan ataupun kunyit
terendapkan. Kemudian diambil filtratnya, pengambilan filtrat tidak dilakukan dengan
tangan karena bisamenyebabkan kontaminasi terhadap filtrat selain itu, pemisahan juga
tidak boleh dilakukan dengan penyaringan agar zat warna (pigmen) tidak tertinggal pada
kertas saringtetapi endapan juga tidak boleh ikut saat dituangkan kedalam corong pisah
A B C D E F
3. Penentuan Rf
Pada penentuan Rf ini mula-mula harus menyiapkan eluen yang telah jenuh
yaitu dengan cara : menyiapkan chamber yang dibuat dari gelas kaca dengan permukaan
bawah gelas yang datar dan memiliki tinggi minimal 7 cmChamber digunakan sebagai
media kapilaritas eluen yangcocok yang kemudian eluen ini digunakan untuk uji
kromatografi lapis tipis . Kemudian melapisi gelas tersebut dengan kertas saring hingga
meyelimuti seluruh permukaan gelas, namun tidak boleh terlalu menumpuk antara ujung
kertas saringKemudian memasukkan eluen yang perbandingan sesuai yaitu E sebanyak 5
mL pada pandan dan 5 ml eluen D pada Kunyit di chamber yang berbeda dan ditutup
dengan pelat kaca yang bertujuan untuk menjenuhkan eluen dan karena sifat eluen yang
mudah menguap. Kejenuhan eluen ditunjukkan dengan kertas saring yang basah
seluruhnya, karena sifat kapilaritas dari eluen. Selain itu, kertas saring tidak boleh
melebihi bagian atas dari gelas, dan menutup gelas tersebut dengan menggunakan kaca
sampai kertas saring basah seluruhnya. Hal ini menunjukkan bahwa eluen tersebut telah
jenuh. Tujuan dari penutupan gelas untuk menyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Kondisi jenuh ini dapat mencegah penguapan pelarut
yang dikarenakan pelarutnya bersifat sangat volatil..
Selanjutnya dipersiapkan 2 pelat untuk sampel pandan dan kunyit yang
berukuran 2 x 5 cm, dan diberi batas bawah 1 cm dan batas atas 0,5 cm, sama seperti
sebelumnya penngunaan pensil karena noda yang dihasilkan pensil tidak akan akan
bercampur dengan sampel maupun eluen sehingga tidak mempengaruhi hasil dari yang
diperoleh.
Kemudian pada batas bagian bawah pada masing – masing pelat diberi 2 tanda
titik A dan B untuk perbandingan dan kemudian ditotolkan 1-2 totol sampel pandan serta
kunyit sampai warna terlihat jelas, lalu gelas dibuka dan dimasukkan masing – masing
Rf1=0.45045
Rf2= 0.9459
IV. Diskusi
Dari percobaan diperoleh titik noda yang bagus untuk sampel daun pandan suji
sedangkanpada kunyit titik noda yang terbentuk kurang bagus oleh karena itu pada saat
menentukan eluen , pada kunyit terjadi kesalahan karena memilih eluen D yang seharusnya
adalah eluen E, sehingga pada sampel kunyit hanya menghasilkan 2 noda. Hal ini terjadi
juga karenakemungkinan ketika mengamati eluen yang cocok melalui proses cincin
terkonsentrasikurang cermat. Noda dengan eluen D yang terlihat Cukup polar kemungkinan
sejatinya tidak bersifatpolar melainkan bersifat kurang polar atau terlalu polar. Kekurang
cermatan dalampengamatan ini mempengaruhi dalam proses penentuan R f, sedangakan pada
sampel pandan hanya terdapat 2 noda dikarenakan pada saat didalem chamber
pergerakannya melebihi batas atas sehingga nodanya bisa hilang atau berkurang , dan dapat
diakibatkan oleh platnya ketika di oven hanya menggunakan suhu dibawah 110 0C. Selain itu
kegagalan pada daun pandan yang hanya menghasilkan 2 noda, padahal sudah menggunakan
eluen yang benar yaitu eluen E dapat disebabkan oleh saat perendaman daun suji
Rf 1 =0.45045; Rf 2 =; 0.9459
VII. Lampiran
A. Jawaban Pertanyan
1. Apakah yang terjadi jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang
pada KLT terlalu polar atau kurang polar? Mengapa?
Jawaban:
Jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT terlalu
polar, maka fasa diam yang bersifat polar meneruskan fasa gerak yang
bersifat polar sehingga seluruh noda yang ditotolkan pada pelat akan naik
sampai batas atas pelat tanpa mengalami pemisahan. Sebaliknya, jika eluen
yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT kurang polar, maka
4. Mengapa pelat KLT yang digunakan harus dikeringkan dulu dalam oven?
Jawaban:
Bagian dari pelat KLT yang seperti kertas terbuat dari silika. Seperti yang
telah diketahui bahwa silika mudah mengikat uap air, maka pelat KLT harus
dikeringkan sebelum digunakan. Sehingga saat pelat KLT digunakan,
pendistribusian fasa gerak tidak akan terganggu.
5. Mengapa batas atas dan batas bawah pelat harus diberi tanda dengan pensil?
Jawaban:
Karena pensil tidak akan mengganggu perubahan warna pada pemisahan
KLT. Sedangkan alat tulis lain selain pensil misalnya bolpoin, akan
mempengaruhi perubahan warna pada pemisahan KLT, sebab tinta bolpoin
akan ikut terdistribusi pada fasa diam.
B. Perhitungan
Rf1B = = 0,4464
Rf1 = 0,45045
Rf2A = = 0,9454
Rf2B = = 0,9464
Rf2 = 0,9459
Rf1B = = 0,4736
Rf1 = 0,4736
Rf2A = = 0,9561
Rf2B = = 0,9561
Rf2 = 0,9561
Daun pandan suji direndam dalam 15 mL Terbentuk dua lapisan (setelah filtrat daun
metanol pandan suji + 10 mL kloroform dikocok)
Menotolkan sampel kunyit pada pelat 3x5 cm Menotolkan sampel daun pandan suji pada
untuk cincin terkonsentrasi pelat
Hasil cincin terkonsentrasi pada kunyit Hasil cincin terkonsentrasi pada daun pandan
suji
Pelat 2x7 cm untuk penentuan Rf pada kunyit Pelat 2x7 cm dimasukkan dalam chamber
bersama eluen yang telah dipilih