LP PMS
LP PMS
LP PMS
Disusun Oleh:
A. Pengertian
Penyakit menular seksual dikenal dengan nama “venereal diseases”,
berarti penyakit Dewi Cinta menurut versi Yunani. Penyakit menular seksual
(PMS) adalah infeksi yang menyebar dari orang ke orang melalui kontak seksual,
termasuk seks oral, seks anal dan berbagi mainan seks. Penyakit ini dapat
ditularkan melalui kontak antara alat kelamin dari satu orang dan alat kelamin,
anus, mulut atau mata orang lain.
Menurut Katrina Smith (2010), Penyakit Menular Seksual adalah
sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kebanyakan PMS
dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penis, vagina, anus dan/atau
mulut. Beberapa infeksi yang dapat ditularkan melalui hubungan seks, seperti
virus hepatitis B atau peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi.
Jika tidak segera diobati maka penyakit menular seksual dapat semakin
berbahaya akibatnya. Akan terjadi komplikasi klinis yang sering ireversibel dan
mahal pengobatannya, seperti masalah kesehatan reproduksi, masalah
kesehatan janin dan perinatal, dan kanker.
B. Etiologi
Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Organisme dan Bakteri.
1. Gonorea
Penyakit disebabkan oleh Organisme gonokokus (gonokokus, GC) adalah
bakteri diplokokus berbentuk kacang-kacang merah. Lokasi infeksi yang umum
mencakup : Orofaring, Konjungtiva mata, Uretra pria, Salurang reproduksi
wanita. GC menetap dalam vagina hingga menstruasi, saat kanalis serviks
terbuka, dan kemudian naik ke uterus serta tuba falopii. Rektum penyakit ini
ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing
nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu akan
menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa bagian organ tubuh
lainnya. (Linda, 2009)
2. Sifilis
Sifilis dikenal dengan “raja singa”. Penyakit ini ditularkan melalui
hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang
tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit
ini adalah kuman treponema pallidum. Kuman ini menyerang organ-organ
penting tubuh seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut. Sifilis
congenital terjadi melalui penularan vertical dari ibu kepada janinnya. Bayi yang
terkena mungkin menunjukkan gambaran khas, yang mencakup ruam
generalisata, limfadenopati, dan hepatitis. (Ensiklopedia Keperawatan, 2009).
Gejala umum yang timbul pada sifilis yaitu adanya luka atau koreng, jumlah
biasanya satu, bulat atau, lonjong, dasar bersih, teraba kenyal sampai keras,
tidak ada rasa nyeri
3. Klamidia
Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Masa tanpa gejala
ber-langsung 7 - 21 hari. Klamidia berasal dari kata Chlamydia, sejenis
organisme mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim,
saluran indung telur, dan dan saluran kencing. Gejala yang banyak dijumpai
pada penderita penyakit adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna
kuning, disertai rasa.
4. Chancroid
Penyakit ini diawali dengan benjolan-benjolan kecil yang muncul disekitar
genetalia atau anus, 4-5 hari setelah kontak dengan penderita. Benjolan itu
akhirnya akan terbuka dan mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap.
Borok chancroid pada pria biasanya sangat menyakitkan, sedangkan pada
wanita tidak menimbulkan rasa sakit (Rosari, 2010). Chancroid adalah sejenis
bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah.
Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar kearah pubik dan kelamin.
5. Granula inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri.
Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris,
dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan
bau tidak sedap selanjutnya akan terjadi pembesaran yang bersifat permanen
atau terlihat sesekali pada penis, klitoris, dan kandung pelir. Penderita bisa
kehilangan berat badan, kemudian meninggal dunia. Penyakit ini tidak
memperlihatkan gejala-gejala awal, Memasuki masa 3 bulan, barulah terlihat
adanya infeksi yang sangat berbahaya dan dapat ditularkan kepada orang lain.
Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Virus
1. Herpes Genital
Penyakit yang disebabkan oleh virus Herpes simplex dengan masa
tenggang 4 - 7 hari sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui hubungan
seks. Virus herpes terbagi 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2. Perbedaan
diantaranya adalah kebagian mana virus tersebut menyerang. Herpes 1
menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkar herpes 2 atau
disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian seksual (penis atau
vagina). Gejala klinis herpes ini yaitu :
- Herpes Genital Pertama.
Diawali dengan bintil – lentingan – luka / erosi berkelompok, di atas dasar
kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipat paha, kenyal, dan disertai
gejala sistemik.
- Herpes Genital Kambuhan
- Timbul bila ada factor pencetus (daya tahan menurun, faktor stress pikiran,
senggama berlebihan, kelelahan dan lain - lain). (Depkes, 2011)
2. Hepatitis
Terdapat sejumlah jenis radang hati atau hepatitis. Penyebabnya adalah
virus dan sering ditularkan secara seksual. Jenis yang terutama adalah
hepatitis A, B, C dan D. (Hutapea, 2009). Cara penularannya yaitu dengan
hubungan seks vaginal, oral, anal, memakai jarum suntik bergantian,perlukaan
kulit karena alat-alat medis dan melalui transfusi darah. Seseorang mengenai
hepatitis akan measakan demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan
nafsu makan, muntah, kulit menguning dan mata pucat.
3. Lymphogranuloma venereum
Penyakit ini biasa disingkat LGV oleh virus dan dapat mempengaruhi
seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotic tidak
dapat menanggulanginya. Gejala awalnya berupa luka kecil yang tidak biasa
terjadi di sekitar organ seksual selama 3 minggu. Dua minggu kemudian, luka
tersebut membengkak sebesar telur yang menyebar di bagian pangkal paha.
Perubahan lain yang timbul akan semakin bertambah parah seperti penderita
akan mengalami kelumpuhan jika infeksi mulai menyebar melalui kelenjar getah
bening (pangkal paha) menuju anus.
2. Pediculosis
Pediculosis adalah terdapatnya kutu pada bulu-bulu di daerah kemaluan.
Kutu pubis ini diberi julukan crabs karena bentuknya yang mirip kepiting seperti
di bawah mikroskop. Parasit ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang.
Parasit ini menempel pada rambut dan dapat hidup dengan cara mengisap
darah, sehingga menimbulkan gatal-gatal. Masa hidupnya singkat, hanya
sekitar satu bulan. Tetapi kutu ini dapat tumbuh subur dan bertelur berkali-kali
sebelum mati (Hutapea, 2011).
C. Patofisiologi
Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang didapat melalui kontak
seksual. Organisme penyebabnya yang tinggal dalam darah atau cairan tubuh,
meliputi virus, mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta dan parasit-parasit kecil
(misalnya Phthirus pubis, scabies). Sebagian organisme yang terlibat hanya
ditemukan di saluran genital (reproduksi) saja tetapi yang lainnya juga
ditemukan di dalam organ tubuh lain. Di samping itu, seringkali berbagai PMS
timbul secara bersama-sama dan jika salah satu ditemukan, adanya PMS
lainnnya harus dicurigai. Terdapat rentang keintiman kontak tubuh yang dapat
menularkan PMS termasuk berciuman, hubungan seksual, hubungan seksual
melalui anus, kuninglingus, anilingus, felasio, dan kontak mulut atau genital
dengan payudara. Menurut Somelus (2009), Cara lain seseorang dapat tertular
PMS juga melalui :
Darah
Tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau
benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat
tato.
Ibu hamil kepada bayinya
Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV
bisa menular melalui menyusui.
Sentuhan
Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini
biasanya terdapat luka-luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai
handuk yang lembab yang dipakai oleh orang penderita herpes.
Tato dan tindik
Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi
sumbangan besar dalam penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian jarum
suntik yang tidak aman menduduki angka lebih dari 51 % cara penularan
HIV/AIDS.
D. Tanda dan Gejala
1. Luka atau benjolan di manapun pada tubuh
2. Luka pada alat kelamin
3. Bintil merah pada kulit
4. Nyeri selama hubungan seksual
5. Nyeri skrotum, kemerahan dan bengkak
6. Nyeri panggul
7. Abses pada selakangan
8. Radang mata
9. Radang sendi
10. Penyakit radang panggul
11. Infertilitas
12. Kanker lain, termasuk limfoma terkait HIV dan HPV terkait kanker dubur
13. Infeksi oportunistik yang terjadi dalam lanjutan HIV
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Laboratium
Dapat mengidentifikasi penyebabnya dan mendeteksi infeksi mungkin terjadi
setelah ada kontak dengan seorang yang memiliki penyakit ini.
Tes darah
Tes darah dapat mengkonfirmasi diagnosis terjangkitnya HIV atau stadium
sifilis.
Sampel urin
Beberapa PMS dapat dikonfirmasikan dengan sampel urin.
Sampel cairan
Jika seorang laki-laki memiliki luka genital aktif, pengujian cairan dan
sampel dari luka dapat dilakukan untuk mendiagnosa jenis dari infeksi. Tes
laboratorium material dari luka genital atau debit yang paling umum
digunakan untuk mendiagnosa bakteri dan beberapa virus PMS pada tahap
awal.
2. Skrining
Pengujian untuk suatu penyakit pada seseorang laki-laki yang tidak memiliki
gejala disebut skrining. Terdapat beberapa pengecualian untuk dilakukan tes
ini, skrining kebanyakan bukan merupakan bagian rutin dari perawatan
kesehatan.
Setiap orang
Disarankan untuk semua orang berusia 13 sampai 64 tahun adalah tes
darah atau air liur untuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus yang
menyebabkan AIDS. Di Amerika Serikat sebagian besar menawarkan tes
HIV yang cepat dengan hasil yang dapat langsung diketahui pada hari itu
juga.
Orang dengan HIV
Jika seorang laki-laki memiliki HIV, meningkatkan risiko terkena PMS. Para
ahli merekomendasikan untuk orang dengan HIV melakukan tes sifilis,
gonore, klamidia dan herpes. Perempuan yang ditularkan laki-laki dengan
HIV dapat memicu kanker serviks yang ganas, sehingga mereka harus
melakukan tes dua kali setahun untuk melihat adanya HPV. Beberapa ahli
juga merekomendasikan skrining HPV rutin kepada laki-laki yang terinfeksi
HIV karena dapat berisiko kanker dubur jika terjadi kontak secara anal.
F. Penatalaksaan
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri, umumnya lebih
mudah untuk diobati. Infeksi virus dapat dirawat, namun tidak selalu dapat
disembuhkan. Pada wanita hamil dan memiliki penyakit menular seksual akibat
ditularkan oleh suaminya, pengobatan yang tepat dapat mencegah atau
mengurangi risiko penularan infeksi pada bayi. Pengobatan biasanya diberikan
tergantung pada infeksinya, yang diantaranya meliputi antibiotik dan antivirus.
Menurut WHO (2010), penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri
dari dua cara, bisa dengan penaganan berdasarkan kasus (case management)
ataupun penanganan berdasarkan sindrom (syndrome management).
Penanganan berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya berupa pemberian
terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan mengurangi infektifitas mikroba,
tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif.
Sedangkan penanganan berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi dari
sekelompok tanda dan gejala yang konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk
mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom. Penanganan infeksi menular
seksual yang ideal adalah penanganan berdasarkan mikrooganisme
penyebabnya. Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi menular seksual
selalu diberi pengobatan secara empiris (Murtiastutik, 2010). Antibiotika untuk
pengobatan PMS adalah:
1. Pengobatan gonore
penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson, spektinomisin, kuinolon,
tiamfenikol, dan kanamisin (Daili, 2009).
Pada masa kehamilan, berikan antibiotika seperti :
a) Ampisilin 2 gram IV dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral
selama 7 hari.
b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal.
c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal.
d) Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
Masa nifas, berikan antibiotika seperti :
a) Xiprofloksasin 1 gram dosis tunggal.
b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis
tunggal.
Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) :
a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes.
b) Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin +
asam klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB
IM dosis tunggal.
Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
2. Pengobatan sifilis
4. Pengobatan klamidia
azithromisin, doksisiklin, eritromisin (Wells et al., 2009).
Doksisiklin per oral 2x sehari selama 7 hari.
Asitromisin dengan pemberian dosis tunggal (kontraindikasi untuk ibu
hamil, gunakan eritromisin, amoksilin, azitromisin).
Lakukan follow-up pada penderita dengan :
a) Apakah obat yang diberikan sudah diminum sesuai anjuran.
b) Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati.
c) Jangan melakukan hubungan seks, bila pengobatan belum selesai.
d) Lakukan periksa ulang 3-4 bulan setelah selesai pengobatan.
G. Diagnosa Keperawatan
Nanda 2018-2020
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (pembesaran organ
hati : proses inflamasi)
H. Intervensi
NIC
- Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
2. Berikan informasi mengenai nyeri
3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
5. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan mengenai nyeri dengan tepat
6. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan
7. Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri
8. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
Daftar Pustaka
Farci P (2012). "Delta hepatitis: pembaruan.". J Hepatol 39 (Suppl 1): S212-9. DOI :
10.1016/S0168-8278 (03) 00331-3 . PMID 14708706 .
Mary-Ann Shafer, Anna-Barbara Moscicki (2010). Infeksi Menular Seksual , 2006. . hal
1-8.