Modul Praktikum
Modul Praktikum
FISIKA DASAR
KATA PENGANTAR
Laboratorium Fisika Dasar telah berupaya untuk menyediakan sarana dan
prasarana percobaan yang dirasa perlu diberikan pada mahasiswa awal dalam
menempuh mata kuliah Fisika Dasar. Berbagai peralatan percobaan Fisika Dasar
telah dibuat sendiri, diuji dan tanpa mengurangi keakuratan alat maupun data yang
diperoleh, mengingat bila kita membeli peralatan percobaan ini, membutuhkan
dana yang tidak kecil.
Sejak tahun 1997, yang merupakan awal mula Jurusan Fisika melaksanakan
pelayanan praktikum Fisika Dasar, Laboratorium Fisika Dasar tetap konsisten
untuk selalu memberikan pelayanan semaksimal mungkin dan berupaya untuk
selalu menambah jumlah modul praktikum. Saat ini, total jenis-jenis percobaan di
Lab. Fisika Dasar mencapai 50 buah. Jumlah tersebut di luar peralatan percobaan
Fisika Dasar yang diperoleh dari Pusat, yang jumlahnya masing-masing hanya
satu buah dan hanya diberikan dalam percobaan yang bersifat demonstrasi saja.
Akhirnya tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada semua team dosen Fisika
Dasar yang telah membantu dalam penyusunan buku Petunjuk Praktikum Fisika
Dasar edisi kali ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan selalu kami
tunggu.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar .................................................................................................. 1
Daftar Isi............................................................................................................. 2
Pengukuran dan Ralat (Ketidakpastian) pada Pengukuran ................................ 3
Modul 1 Pengukuran Dasar ................................................................................ 19
Modul 2 Hukum Ohm dan Rangkaian Seri-Paralel ........................................... 28
Modul 3 Pengamatan terhadap Spektrum Gelombang Elektromagnetik ........... 37
Modul 4 Penentuan Fokus Lensa ....................................................................... 41
Modul 5 Kalorimeter .......................................................................................... 46
Modul 6 Massa Jenis dan Specific Gravity Zat .................................................. 51
Modul 7 Pemuaian Panjang ............................................................................... 56
Modul 8 Koefisien Gesek Bahan ....................................................................... 61
3
I. PENGUKURAN
Pengamatan suatu gejala pada umumnya belumlah lengkap jika belum
memberikan informasi yang kuantitatif. Proses memperoleh informasi yang
sedemikian ini memerlukan PENGUKURAN suatu sifat fisis. Lord Kelvin mengatakan
bahwa pengetahuan kita barulah memuaskan hanya jika kita dapat mengatakannya
dalam bilangan.
PENGUKURAN adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam
bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima
sebagai SATUAN.
Dalam melakukan pengukuran, harus diusahakan agar sekecil mungkin
menimbulkan gangguan pada sistem yang sedang diamati. Misalnya bila dilakukan
pengukuran terhadap batang logam, maka diusahakan tidak terjadi gangguan dari luar
yang mempengaruhi sistem logam tersebut (dengan berubahnya panjang batang
logam). Kecuali perubahan sistem tersebut memang dikehendaki dalam pengukuran.
Umumnya didalam pengukuran dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk
menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel.
4
b. Bila pengukurannya sebanyak n kali, maka hasil ralat (X) dicari dengan
Standart Deviasi. Berdasarkan banyaknya pengulangan yang mungkin
dilakukan terhadap sebuah pengukuran besaran fisis, maka terdapat 2
klasifikasi penggunaan standart deviasi.
A. Bila n 10, memakai persamaan :
X (X i X )2
……………………………………. (3)
(n 1)
X
( X i X )2 ………………………………………… (4)
n
Yaitu pembubuhan nilai pada garis skala saat pembuatannya. Sehingga untuk
memperoleh hasil yang lebih baik, jika mungkin maka dilakukan pengkalibrasian
ulang dengan cara memerlukan alat standart yang penunjukkannya jauh lebih
terjamin kebenarannya caranya dengan membuat catatan (atau grafik) yang
menyatakan berapa hasil bacaan alat standart untuk setiap angka yang ditunjukkan
oleh alat yang digunakan.
Misal : terbaca arus 2,5 A, sedangkan hasil kalibrasinya sesuai dengan 2,8 A pada
alat standar, maka digunakan sebagai hasil pengukuran adalah 2,8 A.
X
Ralat Relatif / Ralat Nisbi (I) = x 100 % (5)
X
Contoh 1:
Sebuah batang A yang panjangnya sekitar 1 meter bila diukur dengan penggaris
biasa dapat memberikan hasil :
LA = (1,0000 0,0005) meter
Bila alat yang sama digunakan untuk mengukur batang B yang panjangnya sekitar
10 cm hasilnya :
LB = (10,00 0,05) centimeter
Terlihat bahwa kedua hasil di atas mempunyai :
Ralat mutlak XA = XB = X = 0,05 cm = 0,0005 m
Sedangkan ketelitian pengukuran antara kedua batang tersebut digunakan Ralat
Relatif :
X A 0,0005
x100% 0,05%
1,0000
Batang A
XA
X
0,05
Batang B B x100% 0,5%
X 10,00
B
Terlihat bahwa mutu hasil pengukuran XA lebih baik dari XB.
Jadi kesimpulannya : “Semakin kecil hasil ralat relatif, maka semakin tinggi
ketelitian (mutu) pengukuran “.
x x
2
0,10
= 0,025 = 0,16 m
5 1
x
Ralat Relatif / nisbi (I) : x100% 0,8%
x
Keseksamaan (K) = 100% - I
= 99,2 %
Z Z
Z X Y (6)
X Y
Contoh :
11
V
LT
p p, L,T
V V
pT pL
L p , L,T T p , L,T
maka :
V = LT (p) + pT (L) + pL (T) (7)
Apabila pada persamaan (7) masing-masing suku dibagi dengan V diperoleh :
V p L T
(8)
V p L T
Z Z
2 2
V
LT ; V pT ; V
pL
p p, L,T L p , L,T T p , L,T
Jadi :
V ( LT ) 2 (p) 2 ( pT ) 2 (L) 2 ( pL) 2 (T ) 2
1/ 2
Z Z
2 2
2 1
mV ; V
V m
Jadi :
V (0,68m) mV (V )
1 2 2 2 2 2
2764
= dibulatkan menjadi = 7,8 () benar !!
13
Satu indikasi bagi ketepatan pengukuran diperoleh dari banyaknya angka penting
(significant figure). Angka-angka penting tersebut memberikan informasi yang aktual
(nyata) mengenai kebesaran dan ketepatan pengukuran. Makin banyak angka-angka
yang penting, ketepatan pengukuran semakin besar.
1
x
4 5 6 7 8 9 10
Gambar 2
y
Keterangan gambar 2:
0.5 - grafik linier y = ax + b, dengan
0.4 demikian : a = tan
0.3 - 1 cm skala absis = 1 skala x
0.2 1
- 1 cm skala ordinat = 0,1 skala y.
2
0.1
x
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
17
Gambar 3
y
006
005
004
003
002
001
2.8 x
0 1 2 3 4 5 6 8 9
Gambar 4 :
Y
3 y1 = f1(x)
y2 = f2(x)
2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
18
A. Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan sebagai alat pengukur dari besaran panjang. Alat ini dapat
dipakai untuk mengukur panjang, lebar, tinggi, diameter luar dan dalam, serta kedalaman
lubang suatu benda dengan cukup teliti. Bentuk fisik dan bagian-bagian dari sebuah
jangka sorong ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Pada umumnya jangka sorong disediakan baik dalam bentuk digital maupun analog.
Pada jenis digital, anda dengan mudah dapat mencatat hasil ukur panjang yang tertera
pada display. Carilah informasi berkenaan dengan bentuk fisik dari sebuah jangka sorong
digital. Pada jenis analog, dibutuhkan teknik pembacaan khusus terhadap hasil ukur yang
diperoleh dengan memperhatikan ketelitian dari alat ukur.
B. Mikrometer
Mikrometer merupakan alat ukur yang digunakan khusus untuk mengukur panjang,
tebal ataupun diameter luar dari sebuah benda yang berukuran relatif kecil. Bentuk fisik
beserta bagian-bagian dari sebuah mikrometer ditunjukkan pada Gambar 1.2.
22
C. Amperemeter
Amperemeter digunakan untuk mengukur besarnya kuat arus yang mengalir dalam
sebuah rangkaian tertutup yang menghubungkan sebuah sumber tegangan dengan beban
(seperti hambatan, lampu dan alat elektronik lainnya). Berdasarkan jenis dari sumber
arus, maka amperemeter dibedakan atas amperemeter DC dan amperemeter AC. Pada
penggunaan yang membutuhkan skala yang sangat sensitif terhadap perubahan arus yang
mengalir, maka amperemeter dirancang dalam bentuk digital. Bentuk fisik beserta
bagian-bagian dari sebuah amperemeter ditunjukkan pada Gambar 1.3. Bagian (a)
merupakan amperemeter AC dan bagian (b) adalah amperemeter jenis DC.
(a) (b)
Gambar 1.3 Amperemeter analog (a) untuk sumber AC dan (b) sumber DC
23
Gambar 1.4 Amperemeter harus dirangkai seri dengan beban/lampu yang akan
diukur kuat arusnya
D. Voltmeter
Voltmeter digunakan untuk mengukur besar tegangan dalam sebuah beban yang
dialiri oleh arus listrik. Berdasarkan jenis dari arus yang mengalir, maka voltmeter juga
dibedakan atas voltmeter DC dan voltmeter AC. Pada penggunaan yang membutuhkan
skala yang sangat sensitif terhadap perubahan arus yang mengalir, maka voltmeter juga
tersedia dalam bentuk digital. Bentuk fisik sebuah voltmeter ditunjukkan pada Gambar
1.5. Bagian (a) merupakan voltmeter AC dan bagian (b) adalah voltmeter jenis DC.
(a) (b)
Gambar 1.5 Bentuk fisik dari (a) voltmeter AC an (b) voltmeter DC
24
Berbeda dengan amperemeter, voltmeter selalu dirangkai secara paralel terhadap beban
yang akan diukur tegangannya baik sumber yang digunakan adalah menghasilkan AC
maupun DC (Gambar 1.6).
Gambar 1.6 Voltmeter harus dirangkai paralel dengan beban/lampu yang akan diukur
tegangannya
E. Neraca
Neraca merupakan standart alat pengukur dari besaran massa. Berdasarkan
sensitivitasnya, neraca dibedakan atas neraca digital dan neraca analog. Berbeda dengan
neraca digital, sebuah neraca analog memiliki beberapa macam bentuk berdasarkan
prinsip kerjanya. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.7, sebuah neraca balance
bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan sedangkan neraca pegas menggunakan
prinsip kesebandingan beban terhadap jangkauan perpindahan pegas yang dihasilkan.
F. Stopwatch
Stopwatch digunakan khusus sebagai alat pengukur waktu dengan sensitivitas
hingga 0,0001 s. Di pasaran, terdapat stopwatch dalam bentuk digital dan juga dalam
bentuk analog. Bentuk fisik kedua stopwatch tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.8.
25
b. Tuliskan bentuk ralat dari massa jenis (Δρ) jika m dan V diukur hanya satu kali
saja.
c. Tuliskan bentuk ralat dari massa jenis (Δρ) jika m dan V diukur sebanyak 3 kali.
d. Tuliskan bentuk ralat dari massa jenis (Δρ) jika m diukur satu kali dan V diukur
sebanyak 3 kali.
7. a. Tulis persamaan kecepatan benda = v, bila jarak yang ditempuh = s dan waktu
yang dibutuhkan = t.
b. Tuliskan bentuk ralat dari kecepatan benda (Δv) jika s dan t diukur hanya satu
kali saja.
c. Tuliskan bentuk ralat dari kecepatan benda (Δv) jika s dan t diukur sebanyak 3
kali.
d. Tuliskan bentuk ralat dari kecepatan benda (Δv) jika s dilakukan 1 kali dan t
diukur sebanyak 3 kali.
e. Bagaimana mencari kecepatan benda v dengan cara grafik ?
Gambar 2.1
Perhatikan gambar 2.1. Jika panjang penghantar L dengan beda potensial diantara
kedua ujungnya adalah Vab, dan besar kuat medannya E maka:
𝑉𝑎 − 𝑉𝑏 𝑉𝑎𝑏
𝐸= = (2.2)
𝐿 𝐿
𝑉𝑎𝑏
𝐼=
𝜌𝐿
(𝐴)
𝜌𝐿
Selanjutnya ( 𝐴 ) inilah yang disebut sebagai hambatan/resistansi (R) dari suatu penghantar,
dan persamaan tersebut dapat ditulis sebagai:
𝑉𝑎𝑏
𝐼= (2.3)
𝑅
Persamaan (2.3) disebut sebagai persamaan hukum ohm dan biasa dipakai untuk
menentukan besar hambatan, yaitu dengan menggunakan voltmeter dan amperemeter.
Ketika sebuah beda potensial diaplikasikan pada sebuah divais atau komponen
elektronika yang terbuat dari material berbeda, maka arus yang dihasilkan akan berbeda.
Sifat mikroskpik dari material yang bertanggungjawab atas fenomena ini adalah resistivitas.
Parameter fisik dalam skala makroskopik dari material yang dapat diukur langsung secara
eksperimen dalam hal ini adalah resistansi. Besarnya resistansi sebuah divais diformulasikan
oleh
𝑉
𝑅≡ , (2.4)
𝐼
dimana V adalah beda potensial (V) dan I adalah arus yang melewati dua titik. Berdasarkan
persamaan (4), resistansi secara umum merupakan fungsi dari tegangan yang diaplikasikan.
Namun demikian, pada kebanyakan divais, nilai resistansi merupakan sebuah konstanta,
yang menghubungkan variabel beda potensial dan arus listrik. Divais yang demikian
dikatakan bersifat Ohmik dan memenuhi Hukum Ohm.
Gambar 2.2
2. Rangkaian Paralel
Dua buah resistor yang dihubungkan secara paralel ditunjukkan pada Gambar
3. Ketika arus I berada pada titik percabangan a, nilainya terbagi menjadi dua yakni
sebesar I1 yang akan mengalir pada R1 dan sebesar I2 yang melewati R2. Ketiga kuat
arus memenuhi Hukum Kirchoff I,
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 (2.6)
Gambar 2.3
Oleh karena beda potensial antara kedua kutub dari setiap resistor sama besar, maka
berdasarkan persamaan (6), hambatan pengganti untuk rangkaian paralel dari dua
buah resistor dirumuskan sebagai berikut,
1 1 1
= + (2.7)
Rp R1 R2
b.
c.
Gambar 2.4
Keterangan : 1 = Catu daya DC
2 = Saklar 1 kutub
3 = Jembatan penghubung
4 = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5 = Voltmeter (Pilih meter dasar menjadi voltmeter)
2. Hubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan off). Pilih
tegangan pada skala 3 V.
3. Pilih voltmeter pada skala 10 VDC.
4. Tutuplah/hidupkan saklar. Amati besar tegangan pada voltmeter kemudian catat pada
Tabel.
5. Bukalah/matikan saklar. Ubahlah tegangan pada catu daya menjadi 6 VDC. Lakukan
kembali langkah 4.
6. Ubah rangkaian pada Gambar 1 menjadi seperti Gambar 5.
33
Gambar 2.5
(a) (b)
Gambar 2.6
2. Dalam keadaan off (saklar terbuka), hubungkan rangkaian dengan catu daya. Pilih
pada skala 3 VDC.
3. Hidupkan saklar dan amati pembacaan skala pada Amperemeter dan Voltmeter. Cata
pada Tabel Pengamatan.
4. Matikan saklar, naikkan catu daya pada skala 6 VDC. Ulangi langkah 3.
5. Ganti resistor dengan pertama dengan R2=47Ω (Gambar 6b). Ulangi langkah 2 s/d 4.
Percobaan 3 Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tak bercabang
34
Rangkaian Seri
1. Susunlah rangkaian seperti pada Gambar 7a. Gunakan resistor 4,7 Ω dan 47 Ω.
Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Hubungkan rangkaian dengan Amperemeter dengan batas ukur 1A pada posisi a.
3. Hubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 9 VDC.
(a) (b)
Gambar 2.7
2. Tutup saklar. Bacalah nilai kuat arus listrik (Ia) yang ditunjukkan pada amperemeter.
Catat hasilnya.
3. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi b, tutup saklar dan baca nilai kuat
arus listrik (Ib) pada amperemeter.Catat pada tabel pengamatan.
4. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi c, baca nilai kuat arus listrik yang
terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
5. Buka saklar. Ubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 4b.
6. Ubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
7. Pasang voltmeter pada posisi a sesuai yang ditunjukkan Gambar 4b.
8. Tutup saklar, baca nilai tegangan Va dan catat pada tabel pengamatan.
9. Buka saklar, ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di b dan c. Catat
hasilnya.
10. Jika masih ada waktu, lakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi seri dari
resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.
Rangkaian Paralel
1. Susunlah rangkaian seperti pada Gambar 8a. Gunakan resistor R1=4,7 Ω dan R2=47
Ω. Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Hubungkan rangkaian dengan amperemeter dengan batas ukur 100mA pada posisi a.
(a) (b)
Gambar 2.8
35
Percobaan ke 2
1) Berdasarkan hasil pengukuran pada Gambar 3, bagaimanakah hasil perbandingan
antara tegangan dan kuat arus ? Penjelasan disertai dengan data.
2) Untuk nilai tegangan yang tetap, bagaimana pengaruh hambatan terhadap kuat arus
listrik yang dihasikan ? Penjelasan disertai dengan data.
3) Untuk nilai resistansi yang tetap, bagaimana pengaruh tegangan terhadap kuat arus
listrik yang dihasilkan ? Penjelasan disertai dengan data.
4) Formulasikan Hukum Ohm berdasarkan penjelasan anda untuk pertanyaan 1 s/d 3.
Percobaan ke 3
Rangkaian Seri
1) Bandingkan hasil pengukuran Ia, Ib dan Ic. Apakah hubungan yang dapat diambil
antara Ia, Ib dan Ic? Penjelasan disertai dengan data.
2) Bandingkan hasil pengukuran Va, Vb dan Vc. Apakah hubungan yang dapat diambil
antara Va, Vb dan Vc? Penjelasan disertai dengan data.
3) Hitunglah Ra, Rb dan Rc dengan persamaan berikut,
Ra=Va/Ia
Rb=Vb/Ib
Rc=Vc/Ic
4) Bandingkan nilai Ra dengan R1 + R2 , Rb dengan R1 dan Rc dengan R2.
5) Nyatakan kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari percobaan ini, mengenai
karakteristik kuat arus listrik, tegangan dan hambatan total dalam sebuah rangkaian
tertutup tidak bercabang.
36
Paralel
1) Bandingkan hasil pengukuran I, Ia dan Ib. Apakah hubungan yang dapat diambil
antara I, Ia dan Ib ? Penjelasan disertai dengan data.
2) Bandingkan hasil pengukuran V, Va dan Vb. Apakah hubungan yang dapat diambil
antara V, Va dan Vb? Penjelasan disertai dengan data.
3) Hitunglah Ra, Rb dan Rc dengan persamaan berikut,
R=V/I
Ra=Va/Ia
Rb=Vb/Ib
4) Hitung nilai 1/R, 1/Ra, 1/Rb, 1/R1, 1/R2, dan 1/Ra + 1/Rb.
5) Bandingkan nilai 1/R dengan 1/Ra + 1/Rb, 1/Ra dan 1/R1 dan 1/Rb dengan 1/R2.
5) Nyatakan kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari percobaan ini, mengenai
karakteristik kuat arus listrik, tegangan dan hambatan total dalam sebuah rangkaian
tertutup bercabang.
37
Percobaan Fresnell-Young
Untuk menentukan panjang gelombang sebuah cahaya monokromatik, dapat diaplikasikan
percobaan Fresnel-Young yang memanfaatkan prinsip difraksi cahaya melewati celah
sempit, yang memiliki lebar celah mendekati panjang gelombang cahaya yang melewatinya.
Setting percobaan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 3.2.
39
L2 +S 2
S
θ O
LED
L
kisi layar
`Gambar 3.2
Pola difraksi yang terjadi jika cahaya melewati kisi, akan menghasilkan titik-titik intensitas
maksima yang memenuhi persamaan:
dengan d adalah jarak antar celah sempit (d=1/N, dengan N adalah konstanta kisi), adalah
sudut simpangan dari titik tengah antara dua celah sempit dengan garis-garis terang, n adalah
garis terang orde ke n dan adalah panjang gelombang garis-garis spektrum cahaya.
R2 R1
Q
F F’ P’
P Q’
x t=0 x’
s s’
Keterangan:
PQ = benda/obyek
P’Q’ = bayangan
F = fokus pertama
F’ = fokus kedua
x = jarak benda ke F (x berharga (+) bila bayangan berada sebelah kiri F dan
berharga (-) bila bayangan disebelah kanan F)
x’ = jarak benda ke F’ (x’ berharga (+) bila bayangan berada sebelah kanan F’ dan
berharga (-) bila bayangan disebelah kiri F)
s = jarak benda diukur dari lensa
s’ = jarak bayangan diukur dari lensa
R1 = jari-jari kelengkungan (+) pada permukaan 1
R2 = jari-jari kelengkungan (-) pada permukaan 2
43
Gambar 4.1 merupakan sketsa/set up alat yang digunakan untuk mengamati pembentukan
bayangan oleh lensa cembung (+). Variasi data s diperlukan untuk menentukan besarnya
titik fokus dari lensa cembung. Dengan memvariasi s, maka akan diperoleh juga variasi nilai
s’, sehingga diperoleh nilai dari fokus lensa dengan menggunakan persamaan (4.1).
1 1 1
(4.1)
s s' f
digeser layar
(+)
sumber cahaya
obyek panah
s s’
digeser
A B D
PQ
Keterangan :
PQ = sumber cahaya dan benda
D = layar
H = jarak antara kedudukan
L = jarak antara benda dan layar
Diantara benda dan layar (jarak keduanya dibuat tetap) ditempatkan sebuah lensa
cembung. Bila benda tersebut digeser-geserkan sepanjang garis pisah benda dengan
layar, maka akan terdapat dua kedudukan lensa yang memberikan bayangan yang jelas
pada layar. Bayangan yang satu diperbesar (lensa di A), sedangkan yang lain diperkecil
(lensa di B). Besarnya jarak fokus positif (fp) selanjutnya dihitung dengan persamaan
(4.2).
L2 - H 2
fp (4.2)
4L
Modul 5 Kalorimeter
Prinsip pertukaran energi kalor antara dua buah sistem atau lebih banyak mendasari
berbagai fenomena di dalam kehidupan sehari-hari. Proses memasak bahan makanan,
menghaluskan pakaian dengan setrika listrik, menyambung berbagai komponen
elektronik pada papan circuit sampai dengan terapi sinar laser pada penyakit
periodontitis, semuanya memanfaatkan prinsip pertukaran kalor. Di dalam modul ini,
anda akan menyelidiki bagaimana pertukaran kalor ini dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui kalor jenis dan kalor lebur sebuah bahan. Oleh karena cukup rentan terjadi
kehilangan panas, maka pengukuran beberapa variabel eksperimen hendaknya dilakukan
dengan hati-hati dan dalam waktu yang relatif singkat.
47
Termometer
Pengaduk
Kalorimeter
Penutup
luar
Gambar 1 pelindung
Gambar 5.1
Bila suatu benda menerima kalor maka kemungkinan benda tersebut mengalami
kenaikan suhu atau perubahan wujud (melebur, menguap atau menyublim). Kalor yang
diterima oleh suatu benda yang mengalami kenaikan suhu sebanding dengan perubahan
suhu, dan massanya dan bergantung dari jenis bendanya. Secara matematis dituliskan
Q = m . c . T (5.1)
48
Q = m.L (5.2)
dengan
Q = kalor yang dibutuhkan selama zat melebur (kal)
m = massa (gr)
L = kalor lebur (kal/gr)
Dengan demikian kalor lebur menyatakan banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh satu
satuan massa zat padat untuk merubah seluruh wujudnya menjadi cair.
Dalam suatu sistem yang tertutup, energi dari sistem tetap. Berdasarkan hal ini maka
pada sistem yang terjadi dari benda-benda yang memiliki suhu berbeda akan terjadi
pertukaran kalor sesuai dengan hubungan :
Q1 = Q2 (5.3)
dengan
Q1 = Kalor yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah
Q2 = Kalor yang dilepas oleh benda yang bersuhu lebih tinggi
Apabila persamaan (5.3) diterapkan pada kalorimeter yang diisi air untuk menentukan
kalor jenis suatu benda maka berlaku hubungan :
m k C k m a C a Tc - Ta
Cb (5.4)
m b Tb - Tc
m k C k m a C a Tc - Ta - m c C a Tc
L es (5.5)
m es
dengan :
Cb = kalor jenis bahan yang akan dicari (kal/gr0C)
49
3. Panaskan air bersama kalorimeter tsb. Hingga suhunya sekitar 70 oC. Catat
sebagai Ta.
4. Angkat kalorimeter dengan cepat dan masukkan ke dalam bejana pelindung
5. Masukkan sepotong es yang telah disiapkan ke dalam kalorimeter, tutup rapat-
rapat dan aduk pelan-pelan.
6. Catat suhu seimbang yang diperoleh sebagai Tc.
7. Timbang massa air, kalorimeter dan es tersebut (m c) sehingga diperoleh massa es
mes= mc – mak.
8. Ulangi langkah di atas untuk mendapatkan 3 kali pengulangan.
wu wair
V= (6.2)
air g
wair = berat benda di dalam air
g = percepatan gravitasi bumi = 9,8 m/s2
Mula-mula zat padat ditimbang di udara (W) (Gambar 6.2a), kemudian pembenam
ditimbang di dalam aquades (Wp) (Gambar 6.2b). Selanjutnya menimbang pembenam
dan zat padat yang sudah dikaitkan pada pembenam di dalam aquades W2 (Gambar 2c).
Besarnya SG zat padat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
𝑊
𝑆𝐺𝑧𝑝 = (6.4)
𝑊1 − 𝑊2
dengan :
W1 = W + Wp (6.5a)
W2 = Wzp + Wp (6.5b)
keterngan :
Sifat ekspansi termal dari beberapa bahan bayak diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Antisipasi dari fenomena yang dapat terjadi akibat adanya peningkatan suhu
menyebabkan konstruksi di dalam pembuatan jembatan dilakukan dengan memberikan
slot ekspansi sebagai tempat untuk memuai. Di bidang medis, material yang digunakan
sebagai bahan penambal gigi berlubang harus memiliki sifat ekspansi termal yang sama
dengan bahan gigi, untuk mencegah rasa sakit yang ditimbulkan akibat perubahan
58
temperatur. Beberapa alat ukur temperatur (temperatur) dan pengatur panas (termostat)
juga dibuat berdasarkan sifat pemuaian dari bahan.
Sebuah batang logam dengan panjang L dikenai panas dari luar sehingga terjadi
perubahan temperatur di dalam bahan sebesar ∆T. Akibat pemberian energi panas
tersebut, batang akan mengalami pertambahan panjang sebesar
Δ𝐿 = 𝐿𝛼Δ𝑇 (7.1)
2. Ambillah labu erlenmeyer kemudian isi dengan air 10 ml dan pasang pada statif
dengan menggunakan klem universal (lihat Gambar 7.1).
3. Pasang penunjuk khusus pada dasar statif sebelah kanan, sedemikian hingga
penunjuk bisa bergerak bebas (jangan terlalu erat memasang penguncinya).
4. Jepitlah salah satu ujung batang/pipa aluminium pada penjepit penunjuk khusus,
sementara ujung lainnya pada boss head.
5. Tancapkan ujung dari penghubung selang pada sumbat karet, kemudian pasang
selang silikon pada ujung penghubung lainnya. Tutuplah labu erlenmeyer yang
sudah terisi air dengan sumbat karet tersebut.
6. Hubungkan selang silikon dengan pipa aluminium.
7. Atur ketinggian labu erlenmeyer ±3 cm dari sumbu pembakar spirtus
8. Letakkan penggaris logam di atas meja dan atur agar jarum penunjuk khusus
menunjuk pada nilai tertentu (misalkan pada posisi 20 cm). Catat nilai ini sebagai
posisi awal. Catat pula suhu batang yang terbaca pada termometer sebelum
dipanaskan.
9. Nyalakan pembakar spirtus, kemudian letakkan di bawah labu erlenmeyer.
10. Amati pergerakan jarum penunjuk khusus selama pemanasan, sampai air di dalam
labu erlenmeyer mendidih. (Hati-hati, perhatikan jumlah air di dalam labu, jangan
sampai habis).
11. Saat jarum menunjukkan pada angka 25 cm, catat suhu yang terbaca pada
termometer. Matikan api pada pembakar spirtus.
12. Ulangi langkah no 2-11 untuk pipa tembaga dan pipa besi.
60
1
pertambahan panjang = × pertambahan yang diperoleh
50
Keterangan :
N = gaya normal permukaan terhadap benda
W = gaya berat benda
fs = gaya gesek statis
= sudut bidang permukaan terhadap bidang datar.
Benda bermassa m berada di atas permukaan yang membentuk sudut terhadap bidang
horisontal dan tepat akan bergerak (Gambar 8.1). Dengan hukum I Newton dapat
ditunjukkan bahwa saat benda tepat akan bergerak maka berlaku :
s = tan (8.3)
Jadi koefisien gesek statis benda di atas permukaan tidak tergantung sama sekali terhadap
massa benda tersebut. Gambar di atas dapat pula dimodifikasi menjadi seperti Gambar
8.2 berikut :
Gambar 8.2 Dua buah benda dihubungkan satu sama lain dengan
menggunakan sebuah tali yang dilalukan pada katrol tak
bermassa
Jika benda mengalami percepatan seperti pada gambar dan gaya gesekan pada katrol
diabaikan, dengan Hukum II Newton diperoleh hubungan
1 m2
μk 1 1 - a - 1 - tan θ (8.4)
cos θ
m g
1
64
m a
μ k 2 1 1 - - 1 (8.5)
m1 g
Keterangan :
k = koefisien gesek kinetik
a = percepatan system (m/s2)
g = percepatan gravitasi bumi = 9,81 (m/s2)
m1 = massa bahan (kg)
m2 = massa beban (kg)
A M
3m
B 4 cm C
3. Gambar 8.2 dapat juga digunakan untuk mencari koefisien gesek statis bahan.
Bagaimanakah bentuk persamaan yang digunakan ?
4. Berikanlah masing-masing 3 contoh gaya penerapan gesekan yang
menguntungkan dan yang merugikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan Praktikum
1. Praktikum dilaksanakan sesuai jadwal di Lab Fisika Dasar dan
dimulai minggu ke 1 Bulan Oktober 2019.
2. Sebelum praktikum berlangsung, praktikan wajib mengumpulkan
laporan mingguan untuk modul sebelumnya dalam bentuk hard
copy dijilid sederhana dan rapi.
3. Laporan dikumpulkan pada KOORDINATOR ASISTEN.
4. Praktikan wajib menggunakan baju atas putih bawah hitam/gelap.
sebagai identitas praktikan dan sepatu.
5. Selesai praktikum, setiap praktikan harus mempunyai lembar data
pengamatan dan ditandatangi oleh Asisten. Lembar data
pengamatan ini wajib dilampirkan dalam laporan mingguan
(lampiran 2).
6. Selama praktikum, praktikan tidak diijinkan menggunakan alat
ukur dan bahan praktikum tanpa ijin aisten. Kerusakan alat akibat
kelalaian praktikan menjadi tanggung jawab praktikan.
7. Ijin tidak mengikuti praktikum hanya diperbolehkan dengan alasan
sakit dan kepentingan akademik.
8. Inhaln boleh dilaksanakan maksimal 3 praktikum.
9. Kegiatan praktikum harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
hati-hati.
10. Penilaian aktivitas praktikum akan diberikan terhadap praktikan,
minimal 60 dan maksimal 90.
11. Keterlambatan untuk masuk kegiatan praktikum hanya ditolerir
selama 15 menit.
12. Dilarang makan dan minum di meja praktikum
PEMUAIAN PANJANG
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
Oleh
Nama / NIM
Jurusan
Kelompok
Hari/Shift
Asisten
LEMBAR PENGAMATAN
Data Pengamatan
TTD Asisten :
(_____________________________)
Lampiran 3 Distribusi Penilaian Kegiatan Praktikum
Seluruh aktivitas dalam kegiatan praktikum pada mata kuliah Fisika Dasar
diberikan penilaian. Daftar kegiatan yang dinilai beserta prosentasi penilaian
kegiatan diberikan pada tabel berikut ini.