Contoh Proposal
Contoh Proposal
Contoh Proposal
PROPOSAL SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
SITI NURADHAWIYAH
NIM. 1502460002
Proposal Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Terapan Kebidanan
DISUSUN OLEH :
SITI NURADHAWIYAH
NIM. 1502460002
vi
viii
viii
viii
KATA PENGANTAR
Kediri, 2018
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
Halaman
vii
viii
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel .......................................................... 29
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas ........................................................................... 32
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tepri S-O-R .................................................................................. 10
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 23
Gambar 3.1 Desain Penelitian 2 Sampel Berpasangan .................................... 25
Gambar 3.2 Kerangka Operasional Penelitian ................................................. 26
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan ............................................................................ 39
Lampiran 2 Surat Pengajuan Studi Pendahuluan ke Dinas Kesehatan
ditujukan kepada UPTD Puskesmas Wates .................................. 40
Lampiran 3 Surat Ijin Studi Pendahuluan di UPTD Puskesmas Wates ........... 41
Lampiran 4 Surat Persetujuan Ijin Studi Pendahuluan di UPTD Puskesmas
Wates ................................................................................................................ 42
Lampiran 5 Lembar Penjelasan Sebelum Persetujuan (PSP) ........................... 43
Lampiran 6 Persetujuan Menjadi Responden .................................................. 44
Lampiran 7 Kisi-kisi Kuesioner ....................................................................... 45
Lampiran 8 Kuesioner Data Umum ................................................................. 46
Lampiran 9 Kuesioner Perilaku ....................................................................... 47
Lampiran 10 Pernyataan Kesediaan Pembimbing I ......................................... 49
Lampiran 11 Pernyataan Kesediaan Pembimbing II........................................ 50
Lampiran 12 Formulir Persetujuan Judul........................................................ 51
Lampiran 13 Satuan Acara Penyuluhan ........................................................... 52
Lampiran 14 Tabel Penolong Wilcoxon .......................................................... 58
Lampiran 15 Tabel Penolong Mann-Whitney U-Test ..................................... 59
Lampiran 16 Tabel Harga Kritis Uji Wilcoxon .............................................. 60
Lampiran 17 Tabel Harga Kritis Mann-Whitney U-Test ................................ 61
Lampiran 18 Lembar Konsultasi I .................................................................. 62
Lampiran 19 Lembar Konsultasi II .................................................................. 64
Lampiran 20 Leaflet ......................................................................................... 65
xi
DAFTAR SINGKATAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
transmisi infeksi HIV. Kasus IMS terbesar yang terjadi adalah servisitis dengan
2.390 kasus, kandidiasis 278 kasus, suspek gonore 64 kasus dan sipilis 49 kasus.
Selain itu, juga ditemukan kasus 5 kasus penularan melalui perinatal yaitu dari ibu
yang positif HIV ke anak yang dikandungnya (Dinas Kesehatan Kabupaten
Kediri, 2014). Presentasi kejadian IMS pada tahun 2016 mengalami penurunan,
dengan kejadian servisitis atau proctitis 1103 kasus dan sipilis 52 kasus. Tetapi
kasus HIV pada ibu hamil mengalami peningkatan sebesar 16 kasus (Dinas
Kesehatan Kabupaten Kediri, 2016). Sedangkan, kelompok ibu hamil tercatat
sebanyak 20 ibu hamil yang positif HIV pada tahun 2017 (Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri, 2017).
Pengambilan data yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri pada
tanggal 3 Oktober 2018 menyebutkan kasus maternal yang ditemukan salah
satunya adalah kasus positif IMS. Berdasarkan penuturan Kepala Bidang
Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten
Kediri di wilayah kerja Puskesmas Semen dan Puskesmas Sidomulyo terdapat 2
ibu hamil yang positif terkena sifilis.
Berdasar dari pengalaman praktik yang dilakukan di Puskesmas Wates,
diperoleh data bulan Januari - Oktober 2018 dari jumlah ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 624 dan diperiksa IMS sebanyak
244 orang terdapat 6 ibu hamil yang mengalami IMS positif. Diantaranya 3 ibu
hamil (50%) yang mengidap HIV, 2 ibu hamil (33,33%) dengan HBsAg positif
dan 1 ibu hamil (16,67%) dengan Sifilis. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya ada 1 ibu hamil dengan positif IMS.
Kasus lain yang ditemui adalah adanya 3 (15%) dari 20 ibu yang melakukan ANC
Terpadu adalah hamil diluar nikah pada remaja. Hal tersebut juga menjadi faktor
predisposisi kejadian IMS dikarenakan seks bebas sebelum menikah.
Dampak dari kehamilan dengan IMS adalah keguguran, pertumbuhan janin
terhambat, katarak hingga kebutaan, radang selaput otak, ketuban pecah dini dan
kelahiran premature (Fadlun and Febriyanto, 2012). Penelitian (Ahmadi et al.,
2016) yang berjudul “The Relationship between Chlamydia trachomatis Genital
Infection and Spontaneus Abortion” menyatakan dari 109 ibu hamil yang
mengalami abortus spontan pada rentang usia kehamilan 10-20 minggu
(kelompok kasus) terdapat 25 (22,9%) yang mengalamai infeksi Chlamydia
tracomatis. Sedangkan pada kelompok control dari 109 ibu dengan kehamilan
normal usia kehamilan 20-30 minggu terdapat 13 ibu hamil yang mengalami
infeksi Chlamydia tracomatis. Penelitian tersebut membuktikan bahwa infeksi
Chlamydia tracomatis berdampak dengan kejadian abortus.
Penelitian yang dilakukan oleh Yulia Rizki dan Surachmindari yang berjudul
“Hasil Pemeriksaan Diplococcus Intrasel Serviks Pada Kasus Ketuban Pecah Dini
(KPD) Di Poli IMS Puskesmas Kota Malang” menyatakan ada hubungan antara
diplococcus intrasel serviks pada kasus KPD. Hal tersebut menunjukkan bahwa
IMS dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada kehamilan salah satunya
adalah KPD. Dari 5 ibu hamil dengan infeksi diplococcus intrasel serviks positif
terdapat 4 (22,22%) ibu hamil yang mengalami KPD dibandingkan pada 13 ibu
dengan infeksi diplococcus intrasel serviks negatif hanya 2 (11,11%) ibu yang
mengalami KPD (Rizki and Surachmindari, 2017).
3
Dan Leaflet Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester I Dalam Deteksi Dini Infeksi
Menular Seksual (IMS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Wates?”
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya dalam ilmu kebidanan terutama tentang promosi kesehatan
pada ibu hamil dalam deteksi dini Infeksi Menular Seksual (IMS).
6
7
c. Video
Video merupakan teknologi pengiriman sinyal elektronik untuk
merekam, menyalin dan menyiarkan dari gambar yang dapat bergerak.
Metode audiovisual adalah suatu metode yang digunakan sebagai bahan
pembelajaran dengan menggunakan media belajar yang dapat melibatkan
indra pendengaran dan penglihatan sehingga peserta didik mampu
menyaksikan, mengamati, memegang atau merasakan secara langsung
(Aqib and Murtadlo, 2016). Metode audiovisual adalah metode yang
memanfaatkan alat pandang dengan seperti video, kartu, tape recorder atau
program televisi sehingga pengajaran menjadi lebih hidup dan menarik.
Pembelajaran menggunakan metode audiovisual tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangan, diantaranya :
1) Kelebihan :
a) Menarik perhatian
b) Penonton dapat memperoleh pengetahuan dari ahli ataupun
spesialis
c) Mempermudah demonstrasi yang dianggap sulit
d) Kontrol sepenuhnya dipegang oleh pemberi materi
e) Dapat diputar dalam ruangan bercahaya
f) Hemat waktu
g) Volume dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan
2) Kekurangan :
a) Sulit dalam mengendalikan perhatian penonton
b) Komunikasi yang berbentuk satu arah, sehingga harus di imbangi
dengan respon umpan balik
c) Detail objek yang ditampilkan dianggap kurang sempurna
d) Membutuhkan alat yang mahal dan aplikasi khusus (software)
untuk membuatnya (Mubarak et al., 2007).
9
d. Leaflet
Leaflet merupakan suatu media alat alat bantu peraga yang melibatkan
indera penglihatan. Leaflet berbentuk selembar kertas yang memuat
informasi berupa kalimat yang disertai dengan gambar terkait topik yang
disampaikan. Ukuran leaflet adalah 20 x 30 cm dengan jumlah tulisan 200-
400 kata.
Penggunaan media leaflet sebagai alat bantu pembelajaran memiliki
kelebidan dan kekurangan, diantaranya :
1) Kelebihan :
a) Dapat disimpat dalam waktu yang lama.
b) Dapat digunakan oleh sasaran secara mandiri.
c) Pengguna dapat membaca ketika sedang bersantai.
d) Memiliki jangkauan sasaran yang luas.
e) Dapat mendukung media lain.
f) Isi atau materi (softfile) dapat dicetak ulang.
2) Kekurangan :
a) Proses pemahaman informasi diperoleh dari kemampuan baca
pengguna.
b) Desaian atau kualitas yang buruk mengurangi minat pengguna
untuk menyimpannya.
c) Kurang diminati oleh kalangan dengan minat bacanya rendah.
d) Biaya pembuatan leaflet yang professional sangat mahal.Adapun hal
Respon Terbuka
(Tindakan / Praktik)
e. Pengukuran Perilaku
Dalam melakukan pengukuran perilaku menggunakan skala
Guttman. Skala Guttman adalah skala yang bersifat tegas dan
konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas dari pertanyaan
atau pernyataan ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak
setuju, benar dan salah. Penelitian menggunakan skala Guttman
dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
yang ditanyakan. Skala Guttman dapat berupa pilihan ganda dan
kuesioner. Skala Guttman menggunakan interpretasi penilaian apabila
benar nilainya 1 dan salah nilainya 0. Analisis dapat dilakukan seperti
skala Likert (Hidayat, 2010).
1) Baik : hasil presentase 76%-100%
2) Cukup : hasil presentase 56%-75%
3) Kurang : hasi presentase <56%.
2) Sistem Payudara
Akibat dari hormon somatomamotropin, esterogen dan
progesteron payudara membesar namun belum mengeluarkan ASI.
Pengaruh hormon tersebut membentuk lemak di sekitar alveolus
sehingga payudara, papilla mammae membesar dan areola mengalami
hiperpigmentasi. Pada usia kehamilan 12 minggu, puting susu dapat
mengeluarkan cairan berwarna putih jernih yang disebut dengan
kolostrum. Dan pada usia 32 minggu sampai janin lahir cairan lebih
kental, berwarna kuning mengandung lemak.
3) Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin adalah reaksi tubuh
untuk mempertahankan kehamilan. Pada trimester I kadar HCG
meningkat hingga usia kehamilan 6 minggu. Pada trimester II
esterogen dan progesteron meningkat sehingga menghambat
pembentukan FSH dan LH (Romauli, 2011).
4) Sistem Perkemihan
Uterus yang mulai membesar pada trimester I mengakibatkan
kandung kemih tertekan sehingga ibu hamil sering buang air kecil.
Setelah trimester II, uterus telah keluar dari rongga pelvis dan gejala
sering buang air kecil menurun. Sedangkan pada trimester III,
apabila kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering buang air
kecil timbul lagi akibat kadung kemih tertekan.
5) Sistem Pencernaan
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan yaitu penurunan
asam hidrokloroid yang menyebabkan mual pada bulan pertama
15
b. Penyebab IMS
Terjadinya IMS ditimbulkan oleh adanya perilaku seks yang kurang
sehat. Penularannya sering terjadi pada orang yang berganti-ganti
pasangan ataupun karena melakukan hubungan seksual dengan orang
yang telah terinfeksi. Penyebab Infeksi Menular Seksual diantaranya
bakteri, virus, jamur, protozoa dan ektoparasit (Daili et al., 2017).
Penyakit Menular Seksual juga dapat menular melalui perantara seperti :
1) Darah, penularan melalui darah biasanya terjadi pada saat melakukan
transfuse darah dengan darah yang terinfeksi, menggunakan jarum
suntik yang sama.
2) Ibu hamil pada bayinya, penularan selama masa kehamilan atau proses
ketika persalinan dan ketika menyusui ini juga menjadi faktor risiko
penularan.
3) Tato dan Tindik, pembuatan tato dan tindik pada bagian tubuh juga
menambahkan sumbangan pada kejadian penyakit menular seksual.
4) Sentuhan, penyakit yang dapat menular melalui sentuhan adalah
herpes. Melalui sentukan pada luka-luka yang berada pada tubuh
penderita, apabila tersentuh akan menginfeksi yang lainnya (Mulyani
and Rinawati, 2013).
d. Pencegahan IMS
Pencegahan infeksi menular seksual harus dilakukan secara berkala
dan intens. Tujuan upaya pencegahan ini adalah untuk memustuskan alur
penularan penyakit dan mencegah berkembangnya infeksi menular
seksual serta komplikasinya.
Tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan IMS
menurut Direktorat Jendral PPM & PL (Pemberantasn Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan) sebagai berikut :
1) Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai
hubungan seks yang sehat, penundaan aktivitas seksual, perkawinan
monogami serta mengurangi jumlah pasangan seksual.
2) Melindungi masyarakat dari penyakit menular seksual dengan
mengendalikan pada pekerja seks komersial serta pelanggan dengan
tindakan profilaksis dan menggunakan kondom.
3) Menyediakan fasilitas kesehatan untuk deteksi dini dan pengobatan
secara dini terhadap risiko penyakit menular seksual (Mulyani and
Rinawati, 2013).
Cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan IMS diantaranya yaitu :
1) Dengan sistem “ABCDE” yaitu
a) Abstinesia tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah atau
ketika berada jauh dari pasangan.
b) Be faithful setia terhadap pasangan yang sah (suami-istri)
c) Condom, digunakan apabila salah satu pasangan beresiko terkena
IMS
d) Drugs hindari pemakaian narkoba dan alkohol yang dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran sehingga dapat berperilaku
menyimpang.
e) Education pemberian edukasi dan informasi yang benar
menangani IMS, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya
(Direktorat and Anak, 2015).
2) Pencegahan penularan melalui produk darah dengan cara skrining
darah donor.
3) Pencegahan penularan dari ibu ke anak dengan melakukan
pemeriksaan dan konseling ibu hamil.
4) Menjaga kebersihan alat reproduksi dan jangan bergantian dalam
memakai handur atau celana dalam.
5) Melakukan kegiatan yang positif seperti mendekatkan diri kepada
Tuhan
6) Menghindari hubungan seksual apabila ada gejala IMS, seperti borok
pada alat kelamin atau keluarnya cairan nanah dari tubuh (Kumalasari
and Andhyantoro, 2014).
panjang bagi janin dan infeksi intrauterin. Selain itu, infeksi pada bayi
yang diperoleh melalui plasenta seperti sifilis dapat mengakibatkan
gangguan perkembangan bayi, sirosis, penyakit hati, meningitis, hepatitis,
buta atau tuli, sepsis neonatorum, kerusakan otak, pneumonia, berat badan
lahir rendah dan kelahiran mati. Oleh karena itu, diperlukan skrining atau
deteksi dini mengenai penyakit menular seksual yang terjadi selama masa
kehamilan untuk mengurangi risiko yang terjadi.
Transmisi infeksi tidak hanya melalui plasenta saja, akan tetapi bisa
juga melalui percikan ketika kontak dengan sekresi, ketuban, darah dan
feses yang terkontaminasi Selama kehamilan, ibu dengan penyakit
menular seksual harus mendapatkan pengobatan yang sesuai, aman untuk
ibu dan janin namun memiliki efektivitas yang cukup baik (Mulyani and
Rinawati, 2013).
d. Jenis-Jenis IMS
1) Kehamilan dengan HIV/AIDS
Acquired immununodeficiency syndrome (AIDS) merupakan gejala
penyakit yang diakibatkan karena menurunnya kekebalan oleh infeksi
dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi vertikal
penyebab infeksi HIV dari ibu ke janin dapat terjadi pada intrauterine,
saat persalinan dan pasca persalinan. Kelainan yang terjadi pada janin
biasanya adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus
preterm dan abortus spontan (Prawirohardjo, 2009).
HIV dapat juga ditularkan memelalui cairan tubuh yang
mengandung sel darah putih, sepeti darah, cairan plasenta, air mani
atau cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu dan cairan otak. Gejala
yang muncul umumnya berupa demam, sakit kepala, sakit
tenggorokan, mialgia (pegal-pegal diekstremitas bawah), pembesaran
kelenjar dan lemah. Tes serologi akan positif dalam waktu 3-6 bulan
setelah terinfeksi karena telah terbentuk anti body (Rukiyah and
Yulianti, 2010).
2) Kehamilan dengan Gonore
Gonore merupakan infeksi yang diakibatkan oleh Neisseria
gonorrhoeae. Ciri-ciri yang biasanya ditemukan adalah bertambahnya
sekret vagina, disuria yang kadang disertai dengan poliuria,
perdarahan diantara masa haid dan menoragia. Daerah yang sering
terinfeksi adalah bagian serviks. Dalam pemeriksaan serviks terlihat
hiperemis dengan erosi dan sekret mukopurulen. Infeksi yang terjadi
pada serviks mengakibatkan salpingitis atau Penyakit Radang Panggul
(PRP) dan dapat mengakibatkan infertilitas dan kehamilan ektopik
(Prawirohardjo, 2009).
Dampak dari gonore yang terjadi dalam kehamilan meningkatkan
resiko oburtus sepsis, korioamnionitis, kehamilan prematur, ketuban
pecah dini dan retardari perkembangan uteri. Infeksi gonore juga
dapat ditularkan ketika proses persalinan yang dapat mengakibatkan
bayi mengalami infeksi mata gonokokal yang dapat menyebabkan
kebutaan pada bayi (Mulyani and Rinawati, 2013).
Infeksi gonore pada kehamilan erat kaitannya dengan Pelvic
Inflammatory disease (PID) yang ditemukan pada trimester pertama.
Dan kejadian ketuban pecah dini yang sering terjadi pada trimester III.
Maka dari itu, perempuan hamil dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan atau skrining terhadap infeksi gonore pada kunjungan
pertama dan pada trimester tiga kehamilan. Dosis dan obat yang
diberikan sama dengan keadaan tidak hamil kecuali golongan
kuinolon (Prawirohardjo, 2009).
3) Kehamilan dengan Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Treponema pallidium yang dapat menyebar diseluruh organ tubuh,
dari kulit, mukosa, jantung, susunan syaraf pusat dan lesi dalam tubuh.
Sifilis dibagi menjadi beberapa fase, diantaranya ; sifilis primer,
20
sekunder, sifilis laten dini, dan sifilis tersier. Penularan sifilis melalui
hubungan seksual dan transmisi vertical dari ibu ke janin
(Prawirohardjo, 2009).
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang menimbulkan dampak
cukup parah seperti infeksi otak (neurosifilis) dan kecacatan tubuh.
Pada ibu hamil yang terinfeksi sifilis, apabila pengobatan yang
dilakukan tidak adekuat maka 67% kehamilan berakhir dengan adanya
abortus, lahir mati, dan sifilis kongenital (Daili et al., 2013).
Dalam 4 tahun setelah terinfeksi, apabila tidak diobati maka
kemungkinan 70% akan menularkan kepada janinnya. Dan sekitar
40% kehamilan pada wanita dengan sifilis dini jika tidak diobati maka
akan berakhir dengan kematian perinatus (Daili et al., 2017).
Penyakiti sifilis dapat dtularkan melalui barang-barang yang telah
terinfeksi oleh orang yang tertular, seperti baju, handuk ataupun jarum
suntik. Sifilis tidak menunjukkan gejala dalam waktu 3-4 minggu
terkadang hingga 13 minggu setelah terinfeksi kemudian muncul
benjolan di sekitar kemaluan. Sekitar 6-12 minggu mulai ada bercak-
bercak kemerahan setelah melakukan hubungan seksual. 2-3 tahun
pertama terinfeksi penyakit ini belum menunjukkan gejala yang
spesifik, namun apabila sudah 5-10 tahun sifilis akan menyerang
susunan saraf otak, pembuluh darah dan otak (Rukiyah and Yulianti,
2010).
Sifilis pada ibu hamil dapat menembus plasenta ketika usia
kehamilan mencapai 16 minggu. Komplikasi yang terjadi adalah
persalinan prematur, kehamatian dalam rahim dan cacat lahir primer.
Apabila sifilis primer dan sekunder ditemukan ketika usia kehamilan
setelah 16 minggu, besar kemungkinan terjadi sifilis kongenital
(Mulyani and Rinawati, 2013).
4) Kehamilan dengan Hepatitis B
Penyakit hepatitis B disebabkan oleg virus hepatitis B yang dapat
mengakibatkan terjadinya peradangan hati, yang berlanjut bisa
menyebabkan sirosis hati atau kanker hati. Masa inkubasi virus
hepatitis B antara 6 minggu sampai 6 bulan dan hampir sepertiga
kasusnya tidak menimbulkan gejala. Gejala umum yang biasanya
terjadi adalah flu yang disertai badan lemas dan nyeri, sakit kepala,
demam, nafsu makan berkurang, diare, ikterik (kuning) dan mual
muntah (Mulyani and Rinawati, 2013).
Kehamilan dengan Hepatitis B akut pada trimester III dapat
mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminant yang menimbulkan
risiko kematian pada ibu dan janin. Ibu hamil dapat menularkan virus
ke bayinya melalui plasenta, kontaminasi darah, kotoran ibu ketika
persalinan, atau kontak langsung dengan bayi. Skrining HBsAg
diperlukan mulai awal kehamilan untuk dilakukan pemberian obat dan
mencegah penularan pada janin. Penetuan jenis persalinan dapat
dilakukan secara normal apabila lama waktunya tidak lebih dari 16
21
jam, jika lebih dari itu maka harus dilakukan seksio sesarea (Mulyani
and Rinawati, 2013).
5) Kehamilan dengan Herpes Genital
Herpes genitalis adalah infeksi yang disebabkan oleh Virus Herpes
Simpleks (VHS) dengan masa inkubasi 3-7 hari. Tanda adanya herpes
genetalis pada perempuan di labia mayor atau minor, klitoris, introitus
vagina dan serviks(Prawirohardjo, 2009). Gejala yang terjadi akibat
infeksi dari herpes genital yaitu seperti munculnya bercak atau bintil-
bintil yang berwarna merah dan berkelompok, disertai rasa gatal,
sangat nyeri dan akan pecah sehingga membentuk luka yang
melingkar (Mulyani and Rinawati, 2013).
Anamnesis dan pemeriksaan diperlukan pada saat awal ibu
melakukan antenatal. Apabila dalam kehamilan ditemukan herpes
genetalis maka perlu mendapatkan perhatian serius. Dikarenakan virus
herpes dapat masuk melalui plasenta yang dapat mengakibatkan
kerusakan dan kematian pada janin. Selain itu, kelainan yang dapat
muncul pada bayi akibat infeksi virus herpes genetalis ini adalah
ensefalitis, mikrosefali, hidrosefali, koroidoorenitis,
keratokonjungtivitis dan juga timbul lesi pada kulit. Apabila transmisi
virus terjadi pasa kehamilan trimester I maka cenderung
mengakibatkan abortus, sedangkan pada trimester II terjadi
prematuritas (Daili et al., 2017).
Perempuan yang terinfeksi herpes genetalis pertama kali lebih
bahaya dibandingkan dengan yang sebelum kehamilan. Berdasarkan
penelitian New York Times, infeksi yang pertama kali membahayakan
kehamilan. Infeksi dapat masuk melalui plasenta dikarenakan dapat
menyebabkan keguguran (Mulyani and Rinawati, 2013).
6) Kehamilan dengan Klamidia
Klamidia genital adalah infeksi yang diakibatkan oleh bakteri
Clamydia trachomatis. Masa inkubasi infeksi ini berkisar 1-3 minggu.
10% infeksi Clamydia trachomatis menyebabkan adanya Penyakit
Radang Panggul (PRP). Komplikasi jangka panjang apabila tidak
ditangani maka dapat mengakibatkan kehamilan ektopik dan
infertilitas. Selain itu dampak bagi kehamilan dapat terjadi abortus
spontan, kelahiran prematur, dan kematian perinatal(Prawirohardjo,
2009). Adanya peningkatan bakteri intravaginal bersama dengan
pergeseran ke flora virulen yang lebih banyak dapat menyebabkan
terjadi korioamnionitis, infeksi cairan amnion, infeksi pada masa
nifas, penyakit radang panggul, kelahiran prematur dan kontraksi
premature (Daili et al., 2017).
Pengobatan yang dilakukan dokter adalah dengan pemberian
antibitok kepada ibu hamil, kemudian 3 minggu setelah pemberian
obat ibu melakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan ada
tidaknya Clamydia (Mulyani and Rinawati, 2013).
22
Perubahan Perilaku
Aktif Pasif
Metode
recall
Kriteria :
a. Baik : 76%-100%
b. Cukup : 56%-76%
c. Kurang : < 56%
Keterangan :
Kelompok 2 01 X2 (Leaflet) 02
25
26
Populasi : Seluruh Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Wates Kabupaten
Kediri (Sejumlah 42 ibu hamil).
Sampling : Menggunakan
Simple Random Sampling
Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Data entry, Tabulating
Penyajian Hasil
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau bagian dari
jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017).
Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah sebagian ibu hamil
trimester I yang ada di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kediri
yang memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel dihitung menggunakan
rumus:
(t-1)(r-1) ≥ 15
Keterangan :
t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah replikasi
(Hidayat, 2010)
Keterangan :
t = Banyaknya kelompok perlakuaan
Perlakuan 1 : Kelompok pendidikan kesehatan media Video ≥ 16
Perlakuan 2 : kelompok pendidikan kesehatan media Leaflet ≥ 16
r = jumlah replikasi
3.3.3 Sampling
Samping merupakan rangkaian proses untuk menyeleksi jumlah
populasi yang dapat digunakan untuk mewakili populasi. Teknik sampling
merupakan cara atau teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel,
agar memperoleh sampel yang sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Nursalam, 2017).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple
random sampling. Simple random sampling adalah teknik pengambilan
anggota sampel secara acak tanpa memperhatikan strata dalam suatu
populasi (Sugiyono, 2017). Pengambilan sampel secara simple random
sampling dibedakan menjadi dua, yaitu dengan teknik undian atau lottery
technique dan menggunaka angka acak (Random number) atau tabel
bilangan (Notoatmodjo, 2012a). Dengan demikian setiap anggota atau unit
dari populasi memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel.
Sebanyak 42 angka ditulis dalam kertas dimasukkan kedalam botol
atau kotak kemudian diundi. Angka ganjil untuk responden video dan angka
genap untuk responden leaflet. Angka yang sudah keluar dicatat dan
dimasukkan kembali agar peluang tetap 42. Apabila pada udian selanjutnya
angka yang keluar adalah angka yang sudah tercatat, maka angka tersebut
dimasukkan lagi dan dilakukan pengundian kembali sampai yang keluar
adalah angka yang belum tercatat.
Keterangan :
rhitung : koefisien korelasi roduct moment
𝚺Xi : jumlah skor item
𝚺Yi : jumlah skor total (item)
n : jumlah responden uji coba (Sugiyono, 2017).
Dari hasil uji validitas yang telah dilakukan pada 30 responden,
maka r tabel dapat diketahui sebesar 0,361 dan pengolahan uji validitas
menggunakan program komputer.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Perilaku Deteksi Dini Infeksi
Menular Seksual (IMS)
No. Item rhitung rtabel Keterangan
Soal 1 0,777 0,361 Valid
Soal 2 0,702 0,361 Valid
Soal 3 0,555 0,361 Valid
Soal 4 0,530 0,361 Valid
Soal 5 0,449 0,361 Valid
Soal 6 0,744 0,361 Valid
Soal 7 0,755 0,361 Valid
Soal 8 0,468 0,361 Valid
Soal 9 0,656 0,361 Valid
Soal 10 0,494 0,361 Valid
Soal 11 0,553 0,361 Valid
Soal 12 0,505 0,361 Valid
Soal 13 0,512 0,361 Valid
Soal 14 0,874 0,361 Valid
Soal 15 0,588 0,361 Valid
33
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah untuk menunjukkan suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Teknik uji
reliabilitas yang digunakan dengan koefisien Croncbach’s Alpha, yaitu:
𝑘 𝛴𝜎𝑏2
ri =[ ] [1 − ]
𝑘−1 𝜎 𝑡2
Keterangan :
ri : Realibilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan
𝛴𝜎𝑏2 : Jumlah varians butir
𝜎𝑡 2 : Varians total
Apabila nilai r alpha > 0,6, maka instrumen penelitian reliabel
(Sugiyono, 2017). Berdasarkan uji Croncbach’s Alpha yang dilakukan
dengan menggunakan program komputer diperoleh hasil bahwa variabel
perilaku adalah reliabel karena memiliki nilai Croncbach’s Alpha lebih
besar dari 0,6 yaitu 0,875.
𝒏 (𝒏 + 𝟏)
𝝁𝑻 =
𝟒
√𝒏 (𝒏 + 𝟏)(𝟐𝒏 + 𝟏)
𝝈𝑻 =
𝟐𝟒
Hasil dari z selanjutnya akan dibandingkan dengan z tabel nilai kritis
dengan signifikansi 0,05
1. Jika harga z hitung ≥ z tabel, maka H1 diterima ada perbedaan
perilaku sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
menggunakan media video dan leaflet.
2. Jika z hitung < z tabel, maka H0 diterima tidak ada perbedaan
perilaku sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
menggunakan media video dan leaflet.
Untuk menjawab hipotesis maka dilanjutkan dengan uji beda
menggunakan Mann-Whitney U-Test. Uji ini dilakukan untuk hipotesis
komparatif dua sampel independen dengan data ordinal. Rumus yang
digunakan adalah :
𝐧𝟏 (𝐧𝟏 + 𝟏)
𝐔𝟏 = 𝐧𝟏 𝐧𝟐 + − 𝐑𝟏
𝟐
𝐧𝟐 (𝐧𝟐 + 𝟏)
𝐔𝟐 = 𝐧𝟏 𝐧𝟐 + − 𝐑𝟐
𝟐
Dimana :
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
U1 = Jumlah peringkat 1
U2 = Jumlah peringkat 2
R1 = Jumlah rangking pada sampel n1
R2 = Jumlah rangking pada sampel n2
35
DAFTAR PUSTAKA
39
Lampiran 2
40
Lampiran 3
41
Lampiran 4
42
Lampiran 5
Peneliti
Siti Nuradhawiyah
NIM. 1502460002
43
Lampiran 6
Saya yang bertIbu tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapatkam penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian
yang akan dilakukan oleh Siti Nuradhawiyah, mahasiswa Sarjana Terapan
Kebidanan dari Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang
berjudul “Perbedaan Pendidikan Kesehatan Menggunakan Video Dan Leaflet
Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester I Dalam Deteksi Dini Infeksi Menular
Seksual (IMS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Wates.”.
Saya yakin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan kerugian apapun pada
saya dan keluarga. Dan saya telah mempertimbangkan serta memutuskan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Kediri, ………………………2019
Saksi, Yang memberi persetujuan
(………………………………………) (……………………………………)
Mengetahui,
Ketua Pelaksana Penelitian
( )
44
Lampiran 7
KISI-KISI KUESIONER
PERBEDAAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN VIDEO DAN
LEAFLET TERHADAP PERILAKU IBU HAMIL TRIMESTER I DALAM
DETEKSI DINI INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
Keterangan :
Total skor = jumlah skor jawaban
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐣𝐚𝐰𝐚𝐛𝐚𝐧
Skor dihitung dengan rumus = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
45
Lampiran 8
46
Lampiran 9
Kuesioner Perilaku
Berilah tIbu silang (X) pada jawaban yang dianggap benar.
1. Apakah ibu mengetahui penyebab terjadinya Infeksi Menular Seksual (IMS)?
a. Berganti-ganti pasangan seksual dan memakai pakaian dalam secara
bergantian
b. Gigitan serangga (nyamuk, lalat dan lain-lain)
c. Terkena kutukan atau guna-guna
2. Bagaimana tIbu-tIbu orang yang terkena Infeksi Menular Seksual (IMS)?
a. Keluar keputihan banyak dengan warna kuning kehijauan, bintik-bintik
disekitar kemaluan dan terasa panas
b. Nyeri ulu hati
c. Nyeri sendi/tulang dan otot
3. Apakah dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam kehamilan ?
a. Dapat menyebabkan terjadinya keguguran, bayi lahir kurang bulan
(prematur) dan kematian janin
b. Menularkan ke anggota keluarga yang lain
c. Bayi tidak akan mengalami dampak apapun
4. Bagaimana cara penularan Infeksi Menular Seksual (IMS)?
a. Melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi dan dari
penggunaan pakaian dalam secara bergantian
b. Melalui debu/angin
c. Melaui batuk/ dahak
5. Setiap ibu hamil harus melakukan deteksi dini IMS dengan cara tes
laboratorium. Kapan tes laboratorium lebih baik dilakukan ?
a. Usia kehamilan 1-3 bulan
b. Mendekati persalinan
c. Ada tIbu-tIbu infeksi menular seksual
6. Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam kehamilan dapat mengakibatkan
keguguran dan ketubah pecah sebelum waktu persalinan. Menurut ibu, apa
yang akan ibu lakukan untuk melakukan deteksi dini Infeksi Menular Seksual
(IMS)?
a. Menunggu saran dari bidan atau dokter untuk tes laboratorium
b. Akan melakukan tes laboratorium seawal mungkin dalam kehamilan
c. Melakukan pemeriksaan jika ada gejala infeksi
7. Bagaimana upaya awal yang ibu lakukan untuk mengenali gejala atau tIbu
Infeksi Menular Seksual (IMS)?
a. Memperhatikan kesehatan diri
b. Cukup dengan melakukan pemeriksaan laboratorium
c. Memperhatikan kesehatan diri dan melakukan pemeriksaan laboratorium
dengan cek darah
8. Kemana ibu harus melakukan melakukan pemeriksaan laboratorium guna
deteksi dini Infeksi Menular Seksual (IMS)?
a. Apotek
b. Dukun beranak
c. Puskesmas atau Rumah sakit
47
48
49
Lampiran 11
50
Lampiran 12
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
- - Kampus Utama : Jl. Besar Ijen No. 77 C malang, 65112, Telp. (0341)566075,571888,Fax(0341) 556746
- - Kampus I Jl. Srikoyo No. 106 JemberTelp.(0331) 486613
- - Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp. (0341) 427847
- - Kampus III : JL. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp.(0342)801043
- - Kampus IV : Jl. KH Wachid Hasyim No. 64 B. Kediri Telp. (0354) 773095
Website :hhtp://www.poltekkes-malang.ac.id E-mail:[email protected]
51
Lampiran 13
52
53
MATERI PENYULUHAN
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang diakibatkan oleh bakteri,
virus, parasit atau jamur, yang risiko penularan terbesarnya adalah melalui
hubungan seksual dari orang yang sudah terinfeksi kepada mitra seksualnya
(Prawirohardjo,2009). Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit atau
gangguan yang ditularkan melalui kontak hubungan seksual dari satu orang ke
orang lain (Mulyani and Rinawati, 2013).
Berdasarkan organisme penyebab IMS dibagi menjadi 4 diantaranya : infeksi
yang disebabkan oleh bakteri (gonore, sifilis, Chamidya trachomatis), virus
(herpes genital, kandiloma akuminata, hepatitis, AIDS), jamur (kandidosis,
balanitis) dan protozoa (Trichomonas vaginitis) (Daili et al., 2017).
Penyebab terjadinya IMS adalah berganti-ganti pasangan, penularan melalui
darah, ibu hamil pada bayinya, pembuatan tato dan tindik, dan sentuhan pada
penyakit herpes (Mulyani and Rinawati, 2013).
Gejala umum IMS seperti vagina mengeluarkan cairan yang abnormal,
terdapat luka terbuka disekitar gentalia ataupun mulut, terdapat warna kemerahan
pada genetalia serta benjolan kecil, nyeri perut bawah disertai rasa sakit saat
berhubungan seksual dan keluar bercak darah setelah berhubungan seksual
(Mulyani and Rinawati, 2013).
Contoh penyakit IMS diantaranya :
1) HIV/AIDS : infeksi yang disebabkan oleh virus HIV
2) Gonore (kencing nanah)
3) Sifilis (raja singa)
4) Hepatitis B : infeksi Hepatitis B yang didapatkan dari hubungan seksual
5) Herpes Genital : bintil-bintil yang berwarna merah diare kemaluan
6) Klamidia : infeksi yang disebabkan oleh jamur yang menimbulkan keluhan
keputihan
7) Trikominiasis : infeksi yang ditIbui dengan keluarnya cairan berbusa
berwarna kuning kehijauan dari kemaluan.
53
54
2) Perubahan Anatomik
Struktur saluran reproduksi berubah ketika terjadi kehamilan. Dinding vagina
menjadi lebih lebar dan penuh darah. Serviks yang mengalami perluasan
daerah selama masa kehamilan mengakibatkan mudahnya infeksi serviks.
3) Perubahan Flora Vagina
Berdasarkan penelitian, selama kehamilan, bakteri anaerob dalam vagina
berkurang dan jumlah laktobasilus berubah. Perubahan flora servikal ini
diakibatkan oleh perubahan konsentrasi vagina menyababkan vagina menjadi
lebih asam dan mudah terkena infeksi (Prawirohardjo, 2009)
Dampak IMS terhadap Kehamilan adalah kematian janin (keguguran atau
lahir mati), berat badan lahir rendah (akibat dari kelahiran kurang bulan, atau
gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan), dan infeksi kongenital
(kebutaan, radang paru-paru) (Prawirohardjo, 2009).
Cara pencegahan IMS dapat dilakukan dengan :
1. Dengan sistem “ABCDE” yaitu
a. Abstinesia tidak melakukan hubungan seksual ketika berada jauh dari
pasangan.
b. Be faithful setia terhadap pasangan yang sah (suami-istri)
c. Condom, digunakan apabila salah satu pasangan beresiko terkena IMS
d. Drugs hindari pemakaian narkoba dan alkohol yang dapat menyebabkan
menurunnya kesadaran dan berperilaku menyimpang seperti lebih agresif
untuk berhubungan seksual
e. Education pemberian informasi yang benar menangani IMS, cara
penularan, pencegahan dan pengobatannya (Direktorat and Anak, 2015).
2. Menjaga kebersihan alat reproduksi dikarenakan ada jenis IMS yang diderita
tanpa melalui hubungan seksual deperti keputihan akibat jamur
3. Segera memeriksakan diri apabila ada gejala-gejala IMS yang dicurigai
54
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN
55
56
MATERI PENYULUHAN
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang diakibatkan oleh bakteri,
virus, parasit atau jamur, yang risiko penularan terbesarnya adalah melalui
hubungan seksual dari orang yang sudah terinfeksi kepada mitra seksualnya
(Prawirohardjo,2009). Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit atau
gangguan yang ditularkan melalui kontak hubungan seksual dari satu orang ke
orang lain (Mulyani and Rinawati, 2013).
Berdasarkan organisme penyebab IMS dibagi menjadi 4 diantaranya : infeksi
yang disebabkan oleh bakteri (gonore, sifilis, Chamidya trachomatis), virus
(herpes genital, kandiloma akuminata, hepatitis, AIDS), jamur (kandidosis,
balanitis) dan protozoa (Trichomonas vaginitis) (Daili et al., 2017).
Penyebab terjadinya IMS adalah berganti-ganti pasangan, penularan melalui
darah, ibu hamil pada bayinya, pembuatan tato dan tindik, dan sentuhan pada
penyakit herpes (Mulyani and Rinawati, 2013).
Gejala umum IMS seperti vagina mengeluarkan cairan yang abnormal,
terdapat luka terbuka disekitar gentalia ataupun mulut, terdapat warna kemerahan
pada genetalia serta benjolan kecil, nyeri perut bawah disertai rasa sakit saat
berhubungan seksual dan keluar bercak darah setelah berhubungan seksual
(Mulyani and Rinawati, 2013).
Contoh penyakit IMS diantaranya :
1) HIV/AIDS : infeksi yang disebabkan oleh virus HIV
2) Gonore (kencing nanah)
3) Sifilis (raja singa)
4) Hepatitis B : infeksi Hepatitis B yang didapatkan dari hubungan seksual
5) Herpes Genital : bintil-bintil yang berwarna merah diare kemaluan
6) Klamidia : infeksi yang disebabkan oleh jamur yang menimbulkan keluhan
keputihan
7) Trikominiasis : infeksi yang ditIbui dengan keluarnya cairan berbusa
berwarna kuning kehijauan dari kemaluan.
56
57
57
Lampiran 14 Tabel Penolong Test Wilcoxon
Jumlah T= -
(Sugiyono, 2017)
58
Lampiran 15 Tabel Penolong untuk Pengujian dengan U-Test
(Video) (Leaflet)
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
R1 = R2 =
(Sugiyono, 2017)
59
Lampiran 18
60
Lampiran 18
61
Lampiran 19
62
Lampiran 20 Lampiran Leaflet
65
66
67
68
69
70