Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia
Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia
Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia
Disusun Oleh :
P.1337420919067
2019
1
ABSTRAK
1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
2
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Semarang
Koresponden: fayruzzn241@gmail.com
Latar Belakang : Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun
(Balita) di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan
Campak. Namun, belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Di dunia, dari 9 juta kematian
Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4
Balita meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita, satu diantaranya disebabkan
pneumonia. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka
kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas)
pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%
Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan penatalaksanaan klien anak sakit dengan diagnosa medis
bronkopneumoni, dan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi
fisiologis akibat proses penyakit.
Metode : Metode asuhan keperawatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah klien,
menentukan intervensi dan penatalaksanaan dengan mengacu pada handbook diagosa NANDA
NIC & NOC 2018 serta mengimplementasikan untuk kemudian dilakukan observasi atau
evaluasi akhir setelah dilakukan intervensi sesuai dengan waktu yang ditargetkan.
Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien mengalami
perkembangan yang signifikan pada masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas
b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit setelah dilakukan tindakan latihan batuk efektif dan
konsumsi obat. Begitupula dengan diagnosa keperawatan defisit pengetahuan b.d kurangnya
informasi, menunjukkan pemahaman yang dapat dibuktikan setelah dilakukan tindakan edukasi
terkait penyakit yang diderita oleh anak.
Saran : Diharapkan klien mampu untuk melakukan tindakan batuk efektif untuk mengeluarkan
dahak maupun sekret yang terakumulasi di jalan napas agar bersihan jalan klien cukup adekuat,
serta keluarga dapat memotivasi anak agar anak mau dan patuh untuk minum obat secara rutin.
2
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 4
B. Web of Causation ................................................................................................................ 5
BAB 3 PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus ..................................................................................................................... 23
B. Analisa Intervensi Keperawatan ......................................................................................... 27
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 28
B. Saran ................................................................................................................................... 28
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
menurunkan 2/3 kematian balita pada rentang waktu antara 1990-2015. Apabila angka
kematian yang disebabkan oleh pneumonia dapat diturunkan secara bermakna, maka
dampaknya terhadap pencapaian MDGs akan besar pula. Upaya pemerintah dalam menekan
angka kematian akibat pneumonia diantaranya melalui penemuan kasus pneumonia Balita
sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya
keterpaduan dengan lintas program melalui pendekatan MTBS di Puskesmas serta
penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas Perawatan dan di daerah terpencil.
Menkes menghimbau masyarakat untuk selalu waspada dengan penyakit ISPA sebagai
penyakit yang muncul kembali(re-emerging/new emerging disease) yang sedang melanda
dunia karena semuanya berakhir dengan pneumonia. Belum selesai dengan pengendalian flu
burung H5N1, sudah timbul penyakit Influenza A Baru H1N1 yang menjadi pandemi. Kita
bersyukur Influenza A Baru H1N1 tidak seganas H5N1. Namun, kita harus tetap waspada
adanya kemungkinan gelombang kedua yang tingkat keganasannya tidak dapat diketahui
secara pasti, tegas Menkes. Menurut Menkes, pengendalian penyakit ISPA memiliki kendala
diantaranya cakupan penemuan masih sangat rendah akibat tingginya mutasi tenaga
kesehatan. Selain itu pengendalian pneumonia bukan program prioritas karena di beberapa
daerah anggaran untuk pneumonia jumlahnya tidak memadai bahkan tidak ada sama sekali.
B. Web of Causation
(Terlampir)
5
BAB II
I. PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Klien
a. Tanggal Pengkajian : 02 September 2019
b. Tanggal masuk : 02 September 2019 jam 10:30 WIB
c. Ruangan : Nakula 4
d. Identitas
1) Nama : An. T
2) TTL : 20 April 2015
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Suku : Jawa
6) Diagnosa Medis: Bronkopneumonia
2. Orang tua/Penanggung jawab
Ibu
a. Nama : Ny. E
b. Umur : 35 tahun
c. Hubungan dengan klien : Ibu klien
d. Pendidikan : S1
e. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Alamat : Jl. Ganesha Selatan I No.54, Pedurungan
B. Riwayat Klien
1. Riwayat penyakit klien sebelumnya : Klien sebelumnya pernah mengalami sakit
namun hanya batuk, pilek dan mual muntah biasa seperti anak pada umumnya.
Klien selalu sembuh setelah memeriksakan diri dan mengkonsumsi obat yang
didapat dari puskesmas setempat. Klien baru terdiagnosa terkena bronkopneumonia
saat memeriksakan diri kali ini.
6
2. Riwayat kehamilan : ANC : Ibu klien mulai memeriksakan kehamilan saat janin
berumur 2 minggu di RS, dan rutin periksa kandungan setiap bulan sejak
kehamilan.
3. Riwayat persalinan : Klien lahir secara spontan di RS di bantu oleh dokter. BB
lahir 2,2 kg, panjang badan 51cm. Ibu rutin mengkonsumsi vitamin. ASI selama 6
bulan penuh dan mulai mendapat makanan tambahan di usia 6 bulan.
4. Riwayat imunisasi
Imunisasi klien lengkap (BCG, campak, MMR, Polio 1, Polio 2, Polio 3, DPT 1,
DPT 2, DPT 3, Hepatitis B 1, Hepatitis B 2 dan Hepatitis B 3. Ibu klien rutin serta
aktif mengikuti kegiatan di posyandu.
5. Faktor risiko ibu : tidak ada.
6. Riwayat alergi : klien memilki alergi makanan yaitu akan langsung diare jika
mengkonsumsi susu tinggi laktosa.
7. Riwayat tumbuh kembang
Motorik halus dan motorik kasar klien baik, tidak ada masalah, perkembangan
sesuai dengan umur. Perkembangan wicara dan komunikasi klien baik. Klien dapat
bergaul dengan baik bersama teman sebayanya.
7
Keterangan gambar :
= Laki-laki = pasien
= Perempuan
----- = Tinggal serumah
X = Meninggal
8
D : Diit nasi tim
4. Kebutuhan kalori :
5. Jenis makanan :
- Makanan yang disukai : Nasi, ayam goreng, nugget dan susu. Sayur hanya
sebatas doyan, namun rutin konsumsi setiap hari.
- Alergi makanan : Susu tinggi laktosa.
6. Kesulitan saat makan : Tidak ada. Klien kurang nafsu makan saat sakit.
7. Kebiasaan khusus saat makan : Tidak ada.
8. Cairan :
Input Output
1. Makanan : 100 cc 1. BAB : 1 x 50 = 50 cc
2. Minum : 200 cc 2. BAK : 6 x 120 cc = 720 cc
3. Infus : 36 cc/jam (864 cc) 3. IWL : 15 x 20 cc = 300 cc
Total : 1164 cc Total : 1070 cc
Balance cairan
Input – (Output + IWL)
1164 cc – 1070 cc
= +94 cc
9. Aktivitas`:
Klien terlihat lemas, klien hanya tertidur di tempat tidur dan ditemani oleh ibunya.
10. Istirahat tidur :
- Lama waktu tidur (24 jam) : 9-10 jam sehari
- Kualitas tidur : Sedikit terganggu dengan kondisi lingkungan
di RS
- Tidur siang : Ya
- Kebiasaan sebelum tidur : Menonton kartun kesukaan di youtube dengan
ditemani oleh ibunya.
9
E. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Integumen
Suhu 37.7oC, akral teraba hangat, berwarna putih langsat, tidak terdapat lesi maupun
tanda kemerahan.
2. Kepala dan leher
a. Bentuk kepala mesocepal, tidak ada lesi.
b. Distribusi rambut merata warna hitam.
c. Mata simetris tidak ada edema, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik. Fungsi penglihatan baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
d. Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, terdapat sedikit minyak serumen, fungi
pendengaran baik.
e. Hidung : Bentuk dan ukuran simetris lubang hidung kanan dan kiri sama, terdapat
sekret kaarena pilek, tidak ada polip hidung.
f. Mulut : mukosa bibir kering, penyebaran gigi merata, beberapa gigi nampak
tanggal. Tidak terdapat stomatitis.
g. Leher : Bentuk normal, terdapat pembesaran kelenjar limfe sebelah kanan.
3. Dada, paru-paru dan jantung
a. Dada
I : pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : vocal fremitus teraba simetris kanan kiri
P : sonor
A : terdengar suara nafas tambahan ronchi basah.
b. jantung
I : ictus kordis terlihat di ic 5
P : ictus kordis teraba di ic ke 4 -5 mid klavikula
P : redup
A : S1 dan S2 reguler tidak terdengar suara jantung tambahan.
4. Abdomen
a. I : Datar, tidak terdapat lesi maupun tanda ascites.
b. A : Bising usus 10x/menit
c. P : Tympani
d. P : tidak terdapat nyeri tekan
e. Buang air besar : sebanyak 1x dengan konsentrasi padat, warna dan bau khas.
10
5. Reproduksi
Berjenis kelamin perempuan, kebersihan terjaga, tidak terdapat lesi maupun iritasi.
Tidak terpasang selang kateter urin.
6. Ekstermitas
Atas : Tangan kiri terpasang infus RL 36cc/jam, tidak terdapat lesi maupun kebiruan.
Bawah : Akral hangat, tidak terdapat edema, terdapat luka bekas garukan.
7. Psikososial :
a. Respon hospitalisasi : anak tenang, mau bermain-main dengan perawat.
b. Pengetahuan orang tua : orang tua klien mengatakan kurang mengetahui tentang
penyakit yang di alami anaknya.
c. Kunjungan orang tua : ibu dan kakek klien bergantian untuk menunggui klien saat
dirawat.
d. Suasana hati orang tua : sedih melihat anaknya dirawat.
e. Persepsi orang tua : terhadap klien saat ini bahwa anaknya sedang sakit. Harapan
orang tua agar segera bisa melihat anaknya
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hematologi : Tanggal 31 Agustus 2019, pukul 16:31 WIB.
Hematologi Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 10.8 g/dl 11 - 15
Jumlah sel darah
Leukosit 14,8 10^3/ul 3,60 -10,00
Eritrosit 5,7 10^6/ul 4,10 - 5,50
Hematokrit 34,6 % 35,0 - 47,0
Angka trombosit 510 10^3/ul 150 - 450
11
3. Pengkajian Resiko Jatuh (Humpty Dumpty)
Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia < 3 Tahun 4
3 – 7 tahun 3 3
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Jenis Kelamin Laki – laki 2
Perempuan 1 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, 3 3
dihaidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, Pusing,
dll
Gangguan prilaku / psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan Kognitif Tidak menyadari keterbatasan lainnya 3
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1 1
Faktor Lingkungan Riwayat jatuh / bayi diletakkan ditempat tidur 4 4
dewasa
Pasien menggunakan alat bantu / bayi 3
diletakkan dalam tempat tidur bayi / perabot
rumah.
Pasien diletakkan pada tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Pembedahan / Dalam 24 jam 3
sedasi/ anestesi Dalam 48 jam 2
>48 jam dan tidak menjalani pembedahan / 1 1
sedasi / anastesi.
Penggunaan medika Penggunaan multiple sedative, obat hypnosis, 3
mentosa barbiturate, fenotiazi, antidepresan, pencahar,
diuretic, narkose.
Penggunaan obat salah satu diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya / atau tidak ada 1 1
medikasi.
Jumlah Skor Humpty Dumpty 14
Keterangan : Skor 14 (Resiko tinggi).
12
5. Hasil Radiologi: Tgl 2 September 2019, pukul 10:04 WIB.
X-foto Thorax AP
COR : CTR 53,1%, bentuk, letak normal.
Pulmo : Corakan vaskuler meningkat. Tampak bercak-bercak pada 2 perihiler
dan parakardial kanan. Hilus kanan membesar, diafragma dan sinus
kostofrenikus kanan kiri normal. Tulang dan soft tissue baik.
Kesan : COR konfigurasi normal
Gambaran bronkopneumonia DD TB paru
Pembesaran hilus kanan DD : Limfadenopati, vaskuler
6. Terapi
Aturan
No Terapi Cara pemberian
Pakai
1. Infus
Infus RL 3 cc/kg BB/jam IV Line
2. Injeksi
Ondancetron 1 mg x 3 IV
Ranitidin ½ amp x 2 IV
Cefotaxime 500 mg x 2 IV
3. Oral
Salbutamol 0.75 mg x 3 Oral
Rhinofed 1/3 tab x 3 Oral
Ambroxol 7.5 mg x 3 Oral
Vit B6 10 mg ½ tab x 3 Oral
CTM 1/3 tab x 3 Oral
13
ANALISA DATA
14
II. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit.
2. Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi (proses dan perjalanan penyakit, faktor
resiko serta pengobatan).
15
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan
Tgl / jam No Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
2 Sept 1 Ketidakefektifan bersihan NOC : NIC
2019 jalan napas b.d kondisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
a. Manajemen jalan napas
fisiologis akibat proses selama 1x 24 jam diharapkan masalah
1. Memfasilitasi kepatenan jalan napas.
penyakit ketidak efektifan bersihan jalan napas
2. Pengisapan jalan napas
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
3. Cegah faktor resiko aspirasi
- Menunjukkan bersihan jalan
4. Identifikasi, mengobati dan mencegah
napas yang efektif yang
reaksi inflamasi pada jalan napas
dibuktikan dengan tidak terjadi
5. Observasi pernapasan
aspirasi, status pernapasan
6. Peningkatan batuk efektif.
ventilasi tidak terganggu, dan
7. Pengaturan posisi untuk memudahkan
menunjukkan kepatenan jalan
ventilasi
napas
8. Berikan bantuan ventilasi bila diperlukan
- Menunjukkan status pernapasan
9. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter.
kepatenan jalan jalan napas, yang
dibuktikan oleh indikator :
gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, dan tidak ada gangguan.
16
2 Sept 2 Defisit pengetahuan b.d NOC NIC
2019 kurangnya informasi (proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat pengetauan klien terkait
dan perjalanan penyakit, selama 1x 24 jam diharapkan masalah penyakit
faktor resiko serta defisit pengetahuan dapat teratasi 2. Identifikasi tindakan yang harus dilakukan
pengobatan). dengan kriteria hasil : klien dari keluarga terhadap sakitnya.
- Pengetahuan : manajemen 3. Jelaskan tanda geja umum dari penyakit
penyakit akut 4. Identifikasi kemungkinan penybab
- Mengetahui faktor penyebab 5. Berikan informasi mengenai hasil
Tanda dan gejala penyakit pemeriksaan diagnostik.
17
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
No Tgl Implementasi Keperawatan Respon Ttd
Dx
1. 2 Sept 1 1. Memfasilitasi kepatenan jalan napas. S : Ibu klien mengatakan An.T masih demam, batuk-
2019 2. Mencegah faktor resiko aspirasi. batuk disertai dengan adanya dahak, masih pilek,
10:45 3. Mengidentifikasi, mengobati dan mencegah serta nafsu makan masih kurang.
reaksi inflamasi pada jalan napas. O:
4. Mengobservasi pernapasan. 1. Keadaan umum lemah.
5. Mengajarkan peningkatan batuk efektif. N : 128x/mt
6. Mengatur posisi semi fowler untuk memudahkan RR : 25x/mt
ventilasi. S : 37,70C
7. Berkolaborasi pemberian obat dengan dokter. 2. Klien tampak terbatuk-batuk dengan adanya
8. Memberikan reinforcement positif kepada klien dahak di tenggorokan.
dan keluarga. 3. Auskultasi suara napas ronchi basah.
4. Klien tampak sesekali menyeka hidung karena
pilek.
5. Nilai Leukosit dalam darah 14,30 10^3/ul.
2. 2 Sept 2 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait S : Ibu klien mengatakan bisa memahami apa yang
2019 penyakit. telah dijelaskan oleh petugas mengenai penyakit
10:45 2. Mengidentifikasi tindakan yang harus dilakukan anaknya.
18
keluarga terhadap sakitnya klien. O:
3. Menjelaskan tanda geja umum dari penyakit. 1. Ibu klien mampu menjawab dengan benar dari
4. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab. pertanyaan yang diberikan oleh perawat.
5. Memberikan informasi mengenai hasil 2. Ibu klien mampu menyebutkan dan
pemeriksaan diagnostik. menjelaskan kembali terkait proses, tanda
6. Memberikan reinforcement positif kepada klien gejala, serta penatalaksanaan pengobatan
dan keluarga. penyakit anaknya.
3. 3 Sept 1 1. Mencegah faktor resiko aspirasi. S : Ibu klien mengatakan An.T sudah tidak demam,
2019 2. Mengidentifikasi, mengobati dan mencegah namun masih batuk-batuk disertai dengan adanya
11:45 reaksi inflamasi pada jalan napas. dahak, masih sedikit pilek, serta sudah mau
3. Mengobservasi pernapasan. makan.
4. Mengajarkan peningkatan batuk efektif. O:
5. Mengatur posisi semi fowler untuk memudahkan 1. Keadaan umum sedang.
ventilasi. a. N : 121x/mt
6. Berkolaborasi pemberian obat dengan dokter. b. RR : 24x/mt
7. Memberikan reinforcement positif kepada klien c. S : 36,80C
dan keluarga. 2. Klien tampak terbatuk-batuk dengan adanya
dahak di tenggorokan.
3. Auskultasi suara napas ronchi halus.
4. Klien tampak sesekali menyeka hidung karena
pilek.
19
4. 4 Sept 1 1. Mencegah faktor resiko aspirasi. S : Ibu klien mengatakan An.T sudah tidak demam,
2019 2. Mengidentifikasi, mengobati dan mencegah namun masih batuk-batuk disertai dengan adanya
11:45 reaksi inflamasi pada jalan napas. dahak, sedikit pilek, serta sudah mau makan.
3. Mengobservasi pernapasan. O:
4. Mengajarkan peningkatan batuk efektif. 1. Keadaan umum sedang.
5. Mengatur posisi semi fowler untuk memudahkan a. N : 122 x/mt
ventilasi. b. RR : 24 x/mt
6. Berkolaborasi pemberian obat dengan dokter. c. S : 36,3 0C
7. Memberikan reinforcement positif kepada klien
2. Klien tampak terbatuk-batuk dengan adanya
dan keluarga.
dahak di tenggorokan.
3. Auskultasi suara napas ronchi halus.
20
V. CATATAN PERKEMBANGAN
No Evaluasi Keperawatan
No Tgl/ Jam Ttd
Dx ( SOAP)
1 5 Sept 1 S : Ibu klien mengatakan An.T masih batuk-batuk dengan
2019 adanya dahak, sudah tidak demam dan tidak pilek, serta
15:00 nafsu makan sudah kembali normal / anak sudah mau
makan dengan lahap.
O:
1. Keadaan umum baik.
a. N : 123 x/mt
b. RR : 23 x/mt
c. S : 36,4 0C
2. Klien tampak terbatuk-batuk dengan adanya dahak di
tenggorokan.
3. Auskultasi suara napas ronchi halus.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
1. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
- Salbutamol 0.75 mg x 3
- Rhinofed 1/3 tab x 3
- Ambroxol 7.5 mg x 3
- Vitamin B6 10 mg ½ tab x 3
- CTM 1/3 tab x 3
2. Mengatur posisi semi fowler untuk memudahkan
ventilasi.
3. Mengobservasi bersihan serta pola napas.
4. Mengajarkan batuk efektif pada anak dan keluarga.
5. Memberikan reinforcement positif kepada klien dan
keluarga.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait intake nutrisi.
21
2. 5 Sept 2 S : Ibu klien mengatakan bisa memahami apa yang telah
2019 dijelaskan oleh petugas mengenai penyakit anaknya.
15:00 O:
1. Ibu klien mampu menjawab dengan benar dari
pertanyaan yang diberikan oleh perawat.
2. Ibu klien mampu menyebutkan dan menjelaskan
kembali terkait proses, tanda gejala, serta
penatalaksanaan pengobatan terkait penyakit anaknya.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
- Evaluasi pengetahuan klien pada setiap kesempatan.
- Berikan reinforcement positif kepada klien serta
keluarga.
22
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Setelah melakukan pengkajian pada An.T dengan diagnosa medis Bronkopneumonia
dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis
akibat proses penyakit di ruang Nakula 4 RS K.R.M.T Wongsonegoro selama tiga hari,
maka pada bab ini akan dibahas kesenjangan antara teori dan kasus yang diperoleh sebagai
hasil pelaksanaan studi kasus, juga menganalisa factor pendukung dan penghambat selama
melaksanakan asuhan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan pengumpulan data
yang akurat dan secara sistematis dalam membantu dan menentukan status kesehatan
klien serta merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan hal tersebut, penulis
melakukan pengkajian pada An.T dengan kasus bronkopneumonia yang dirawat di
ruang perawatan anak Nakula 4 RS KRMT Wongsonegoro pada tanggal 2-4 September
2019. Adapun pengkajian yang difokuskan pada kasus bronkopneumonia ialah masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit.
Bronkhopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronkhi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. ( Smeltzer & Suzanne C,
2002 : 572 ). Bronkhopneumoni adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan.
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam
infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. Kesimpulannya
bronkhopneumoni adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan
terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
Secara umum bronkhopneumoni diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap virulensi organisme pantogen. Orang normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
23
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkhopneumoni disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. ( Sandra M. Nettiria, 2001 : 682 ) Antara lain :
1. Bakteri : streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : legionella pneumoniae
3. Jamur : aspergillus spesies, candida albicans, hitoplasma
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam pari-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
Bronkhopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan
bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronkhopneumonia
mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis,
batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa
timbul sianosis (Barbara C. long, 1996 : 435). Terdengar adanya krekels di atas paru
yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh
eksudat)(Sandra M. Nettina, 2001 : 683).
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia (Martin tucker, Susan. 2000_247)
adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Cracles, ronchi,
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
24
h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
25
2. Diagnosa
Secara teori konsep keperawatan pada kasus bronkopneumonia maka diagnosa
keperawatan yang lazim muncul, yaitu sebagai berikut (Amin & Hardhi, 2015) :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Proses inflamasi
b. Bersihan jalan napas tidak efektif behubungan dengan Akumulasi Sekret
c. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses Inflamasi
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antarasuplay dan
Kebutuhan oksigen
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme inefektif
f. Cemas berhubungan dengan dipsneu
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
h. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya akumulasi sekret
i. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh : hipertemi berhubungan dengan proses
inflamasi
j. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien An.T dengan
bronkopneumonia yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis proses penyakit.
b. Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
penyakit b.d kurangnya informasi yang ada.
Berdasarkan hal tersebut ditemukan kesenjangan pada kasus yang dialami An.T
antara diagnosa pada teori dan diagnosa pada kasus, dimana pada kasus tidak ditemukan
diagnosa sebagai berikut :
a. Hiperthermia b.d proses peradangan.
b. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Diagnosa tersebut diatas ditemukan pada teori tetapi tidak pada kasus. Hal ini
disebabkan klien tidak mengalami hipertermi karena klien telah mendapatkan
penanganan medis dengan baik. Begitupula dengan diagnosa Perubahan nurisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia karena nafsu makan anak tidak mengalami
penurunan, serta anak makan dengan lahap dan mau minum obat.
26
B. Analisa Intervensi Keperawatan
Untuk mengatasi masalah keparawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d
kondisi fisiologis akibat proses penyakit, rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, kedalaman dan penggunaan otot
aksesori.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan dan kompleksitas dari penyakit, serta
mengetahui tingkat kesakitan serta nyeri yang dialami oleh anak. Hal ini dilakukan
untuk diharapkan dapat mengetahui keadaan umum secara rinci sehingga bisa
mengobservasi proses perkembangan penyakit dan tingkat keberhasilan perawatan.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah
sputum, dan lihat adanya hemoptisis.
Rasional : Meringankan serta melancarkan jalan napas anak.
3. Berikan pasien posisi semi atau fowler.
Rasional : Memberikan support untuk melancarkan proses ventilasi.
4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
5. Berikan obat : agen mukolitik, bronkodilator sesuai indikasi.
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarka hasil pembahasan yang dipaparkan tentang diagnosa keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit. Saya
melakukan intervensi dengan memberikan edukasi latihan batuk efektif untuk
mengeluarkan dahak yang terakumulasi pada jalan napas serta membantu memberikan
obat-obatan untuk membantu meringankan gejala yang muncul.
B. Saran
Diharapkan klien mampu untuk melakukan tindakan batuk efektif untuk
mengeluarkan dahak maupun sekret yang terakumulasi di jalan napas agar bersihan jalan
klien cukup adekuat, serta keluarga dapat memotivasi anak agar anak mau dan patuh
untuk minum obat secara rutin.
28
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001.
Dongoes,Marilyn E et all.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3.Jakarta : EGC
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning
and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999.
Laban Y, Yoannes,2008.TBC.Yogjakarta: Kanisius
Mansjoer,Arif.1999.Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 1.Jakarta : FKUI Nelson.1999.Ilmu
Kesehatan Anak Nelson,Edisi 15,Volume 2.Jakarta : EGC
Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC
Price,Sylvia.1994.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,Edisi 4,Buku 2.Jakarta :
EGC
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta:
Salemba Medika; 2001.
Sloane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing. 8th
Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000.
Staf Pengajar FKUI.1985.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : FKUI
Suriadi & Rita Yuliani.2006.Asuhan Keperawatan pada Anak,Edisi 2.Jakarta: SAGUNG SETO
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2001.
Syaifudin,B.Ac.1997.Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat,Edisi 2.Jakarta : EGC
Wong,Donna L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,Edisi 4.Jakarta : EGC
29