Kinetika Reaktor Methanol
Kinetika Reaktor Methanol
Gambar 1. Simbol Reaktor Multibed Sintesis Methanol dengan Sistem Quench Reactor
(Bell.D.A, 2011)
Konversi dari gas yang bereaksi pada sistem ini cukup tinggi, namun seringkali
keadaan umpan reaktor memiliki cukup banyak pengotor. Tekanan tinggi akan
menguntungkan dari sisi kesetimbangan namun memerlukan biaya yang lebih tinggi.
Pengaturan tekanan pada sistem ini dapat dikompromi. Seperti tekanan, suhu reaktor
dapat diompromi. Suhu rendah akan menguntungkan dari sisi kesetimbangan dan suhu
1
tinggi akan meningkatkan laju reaksi. Gas umpan reaktor dipanaskan sampai suhu
tertentu untuk mencapai laju reaksi yang diinginkan, dan reaktor didinginkan untuk
memindahkan panas eksotermis dari reaksi.
Dari bab sintesis syngas menjadi methanol, David A Bell menguraikan beberapa
persamaan kinetika reaksi yang terjadi beserta konfigurasi reaktornya. Konfigurasi
reactor yang dipakai seperti pada gambar 1. Menurut studi yang dilakukan oleh Peng Liu
dan Zhenmin Cheng yang dimuat di dalam Jurnal Material Sciences and Chemical
Engineering Volume 3, Juni, kondisi operasi reaksi sintesis methanol dari karbon
monoksida dan hidogen adalah :
Laju alir massa : 473.309 kg/jam
Densitas : 23,41 kg/m3
GHSV (Gas Hourly : 336,9705 m3/menit
Space Velocity )
(ditinjau pada kondisi STP, pada kondisi operasi, nilainya lebih rendah)
Reaktan mendifusi ke katalis dan reaksi terjadi pada permukaan katalis. Reaktor
beroperasi secara adiabatis. Reaktan masuk ke bed 1 dengan suhu 2300C, dan masuk ke
bed 2 dan 3 pada suhu 2100C dan tekanan 49.8 bar. Konversi total CO yang didapat
adalah 100% (CO bertindak sebagai pereaksi pembatas), dan konversi H2 sebesar
80,03% (keseluruhan tiga bed).
2
Laju Reaksi atau Kinetika di Permukaan
Kinetika suatu reaksi yang terjadi pada sistem heterogen memiliki beberapa hal
yang perlu diperhatikan. Laju reaksi total yang dialami suatu reaktan dipengaruhi oleh
reaksi kimia dan transfer massa yang dialami karena perbedaan konsentrasi. Beberapa
tahap yang terjadi dalam suatu reaksi heterogen, diantaranya :
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi katalitik heterogen gas-padat, dengan proses
adsorpsi, reaksi permukaan, dan desorpsi. Mekanisme proses yang terjadi adalah sebagai
berikut :
1. Difusi reaktan dari fluida ke permukaan luar katalis
2. Difusi reaktan melalui pori – pori katalis ke permukaan dalam katalis
3. Adsorpsi reaktan ke dalam permukaan katalis (sisi aktif katalis)
4. Reaksi pada permukaan katalis
5. Desorpsi produk dari permukaan
6. Difusi produk dari pemukaan dalam katalis ke permukaan luar katalis
7. Difusi produk dari permukaan luar katalis ke fluida.
( Fogler, 1999 )
Reaktan yang telah bereaksi dan produk yang dihasilkan akan mencapai
kesetimbangan di permukaan katalis dan akan mengalami desorpsi dari permukaaan
katalis. Persamaan laju reaksi yang dapat ditulis dari berbegai mekanisme reaksi yang
terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
Reaksi :
A+B ↔ R+S, K (Inert yang ada berupa senyawa U)
Jika laju adsorpsi A yang mengontrol, persamaan kinetika reaksi menjadi,
𝑝𝑅 𝑝𝑆
𝑘(𝑝𝐴 − )
𝐾𝑝𝐵
−𝑟𝐴 ′′ ∶ 𝐾𝐴 𝑝𝑅 𝑝𝑆 2 ..(1)
(1+ 𝐾𝑝𝐵 +𝐾𝐵 𝑝𝐵 +𝐾𝑅 𝑝𝑅 +𝐾𝑆 𝑝𝑆 +𝐾𝑈 𝑝𝑈 )
3
Ketika laju reaksi reaktan dengan reaktan lain di sisi aktif permukaan katalis yang
mengontrol (antara A dan B) , persamaan kinetika reaksi menjadi:
𝑝𝑅 𝑝𝑆
𝑘(𝑝𝐴 − )
𝐾
−𝑟𝐴 ′′ ∶ 2 ..(2)
(1+𝐾𝐴 𝑝𝐴 +𝐾𝐵 𝑝𝐵 +𝐾𝑅 𝑝𝑅 +𝐾𝑆 𝑝𝑆 +𝐾𝑈 𝑝𝑈 )
Ketika laju desorpsi produk yang mengontrol reaksi total, persamaan kinetika
menjadi:
𝑝
𝑘(𝑝𝐴 𝑝𝐵 /𝑝𝑆 − 𝐾𝑅 )
−𝑟𝐴 ′′ ∶ (1+𝐾𝐴 𝑝𝐴 +𝐾𝐵 𝑝𝐵 +𝐾.𝐾𝑅 𝑝𝐴 𝑝𝐵 /𝑝𝑆 +𝐾𝑆 𝑝𝑆 +𝐾𝑈 𝑝𝑈 )2
..(3)
Persamaan kinetika telah dikembangkan oleh Graaf et al. Reaksi dijalankan untuk
memperoleh data reaksi di laboratorium dengan katalis CuO/ZnO/Al2O3, Haldor Topsoe
MK 101pada berbagai suhu 215-245C, dan berbagai tekanan 15-50 bar (1,5-5 MPa).
Terdapat berbagai alternative, namun mereka memilih data terbaik. Persamaan kinetika
untuk sintesis methanol dari karbon monoksida adalah (Bell D.A,2011):
𝐶𝐻3𝑂𝐻 ] 𝑝
𝑘1𝐾𝐶𝑂 [𝑝𝑐𝑜 .𝑝𝐻2 −𝑝𝐻21
.𝐾𝑝1
2
-𝑟1 = 1 .(4)
(1+𝐾𝐶𝑂𝑃𝐶𝑂+𝐾𝐶𝑂2𝑃𝐶𝑂2)[𝑝𝐻22 +𝑘2.𝑝𝐻2𝑂]
dengan,
67.400
𝐾𝐶𝑂2 = 1,02 𝑥 10−7 exp( )
𝑅.𝑇
−109900
𝑘1 = 2,69 𝑥 107 exp( )
𝑅.𝑇
104500
𝑘2 = 4,13 𝑥 10−11 exp( )
𝑅.𝑇
4
𝑃𝐶𝐻3𝑂𝐻
Kp1=
𝑃𝐶𝑂 .(𝑃𝐻2 )2
Kp 1= Tetapan kesetimbangan untuk sintesis methanol dari ketersediaan karbon
monoksida dan persamaan untuk Kp1, bar-2. (dapat diperoleh dari gambar ,dalam
MPa-2, perlu dibagi 100 agar mendapatkan bar-2.
dan,
PCO= tekanan parsial gas CO, atm
PH2= tekanan parsial gas H2, atm
PCH3OH= tekanan parsial gas CH3OH, atm
5
Hidrogen FBo FBo-n.FAo.X
Metanol 0 FAo.X
Inerts FDo FDo
FTotal = FT = FA + FB + FC + FD
FT = FAo.(1-X) + FBo-FAo.X + FAo.X+ FDo ....... ( 5 )
FA
pA .P ....... ( 6 )
FT
FB
pB .P ....... ( 7 )
FT
FC
pC .P ....... (8)
FT
Mekanisme reaksi gas karbon monoksida dengan gas hidrogen menjadi methanol
dikontrol oleh reaksi permukaan (surface reaction controlling). Persamaan reaksi yang
terjadi adalah :
CO(g) + 2H2(g) CH3OH
A( g ) 2B ( g ) C (g)
Reaksi dengan katalis Copper Oxide ini mengikuti mekanisme Langmuir – Heinshelwood
( Smith, 1981 )
Adsorpsi :
kA
A s As …(9)
kA'
kB
2B s
kB '
2 Bs …(10)
Reaksi permukaan :
ks
As 2Bs
ks '
Cs s …(11)
Desorpsi :
kC
Cs C s …(12)
kC'
6
(3) rA kA PA V kA' A kA PA V A /KA dengan KA kA / kA'
PA V A / KA
A KA PA V …(13)
analog B KB PB V …(14)
Reaksi (5) adalah reaksi permukaan yang paling berpengaruh
rS kS A B kS' C V …(15)
rS kS A B Cv /KS dengan KS kS / kS '
PC V C /KC
C KC PC V …(17)
Analog untuk inert I KI PI V …(18)
Persamaan (7), (8), (11) dan (12) disubstitusikan ke persamaan (9)
rS kS KA PA V KB PB V KCPCV V /KS
KC PC
rS kS KA KB V 2 PA PB …(19)
KSKA KB
Konstanta kesetimbangan Kr
PC C /KC V C V KA KB
Kr
PA PB A B A B KC
KA V KB V
KA KB
Kr Ks
KC
C V
k ks KA KB dan Ks
A B
dengan penyederhanaan di atas persamaan (13) di atas menjadi :
7
V KA PA V KB PB V KC PC V KI PI V 1
V 1 KA PA KBPB KCPC KIPI 1
1
V
1 KA PA KBPB KC PC KIPI
maka persamaan (14) menjadi :
k PA PB PC /Ks
rs …(21)
1 KA PA KBPB KCPC KIPI 2
dengan :
rs = kecepatan reaksi ,lbmol/jam/lb.kat
PA = tekanan parsial gas CO,atm
T = suhu katalisator,K
k = konstanta kecepatan reaksi, lbmol/jam/lb.kat/atm2
K = konstanta kesetimbangan reaksi, atm-1
KA = konstanta kesetimbangan adsorpsi gas CO, atm-1
KB = konstanta kesetimbangan adsorpsi gas H2, atm-1
KC = konstanta kesetimbangan adsorpsi CH3OH, atm-1
KI = konstanta kesetimbangan adsorpsi inert, atm-1
8
A. NERACA MASSA
FA
XA
Elemen Volum ID2 z
4
z
A z
FA + ΔFA
XA + ΔXA
ID
Neraca massa A (CO) di fase gas pada elemen volume setebal ΔZ.
(rate of input) – (rate of output) = (rate of acc.)
FA - FA
Z Z Z
(rA ) B. ID2 z 0
4
9
FA - FA
Z Z Z
- (-rA) B. ID2
z 4
jika ∆z 0 maka diperoleh :
dFA
- (-rA ) B. ID2
dz 4
karena FA = FA0 (1 - XA)
dFA = - FA0 dXA
didapat :
dXA
(-rA ) B. ID2 …(18)
dz 4
dengan
B bulk density dari katalisator, kg/m3
Neraca massa B (H2) di fase gas pada elemen volume setebal ΔZ.
(rate of input) – (rate of output) = (rate of acc.)
FB - FB
Z Z Z
(rB) B. ID 2 z 0
4
FB - FB - (-rB) B. ID 2
Z Z Z
z 4
jika ∆z 0 maka diperoleh :
dFB
- (-rB) B. ID 2
dz 4
karena FB = FB0 (1 – XB)
dFB = - FA0 dxB
didapat :
dXB
(-rB ) B. ID 2 …(19)
dz 4
dengan
B bulk density dari katalisator, kg/m3
10
B. NERACA PANAS
Asumsi – asumsi yang diambil :
1. Aliran plug flow, tidak ada gradien suhu ke arah radial (D/Dp = 8 – 50)
(Rase, 1977)
2. Dispersi aksial diabaikan (L/Dp ≥ 100) (Rase, 1977)
3. Gradien suhu intra partikel dan interfase diabaikan
4. Steady state
5. Kapasitas panas gas (Cp) dan viskositas gas (μ) merupakan fungsi suhu dan
bukan fungsi jarak
6. Reaksi samping tidak terjadi pada gas hasil reaksi (reaksi pembentukan
dimetil eter).
Penyusunan model neraca panas dilakukan dalam sebuah pipa berisi katalisator
sepanjang Δz dengan konversi XA, suhu gas T
dXA
FAo - HR - UD OD Nt T - Ts
dT dz
…(20)
dz Fi Cpi
dengan :
T = Suhu gas , 0K
Ts = Suhu pendingin, 0K
Fi = Kecepatan aliran massa komponen i, kgmol/jam
FA0 = Kecepatan aliran massa komponen A, kgmol/jam
11
Cpi = Kapasitas panas komponen i, kcal/kgmol/0K
Nt = Jumlah pipa
UD = Koef.transfer panas overall, kcal/j/m2/0C
m Cps Ts z m Cps Ts
z z
UD OD z Nt T - Ts 0
Ts
z z
Ts z
UD OD Nt Ts - T
z m Cp
dengan :
M = Kecepatan aliran massa pendingin, kgmol/jam
Cp = Kapasitas panas pendingin, kcal/kgmol/0K
C. PRESSURE DROP
a. Pressure Drop dalam Tube
Pressure drop pada pipa berisi katalisator dapat didekati dengan persamaan Ergun (
Walas, 1959 ) :
𝑑𝑃 𝐺 (1−∅ 150 (1−∅).𝜇
= .[ + 1,75 𝐺] …(22)
𝑑𝑧 𝜌.𝑔𝑐.𝐷𝑝 ∅3 ∅
dengan :
dP = pressure drop, lbf/ft2
dz = tebal tumpukan katalisator, ft
G = kecepatan aliran massa gas dalam pipa, lbm/ (j.ft2)
= densitas gas, lbm/cuft
12
Dp = diameter partikel bed ,ft
gc = konstanta percepatan gravitasi bumi, (4,17. 10 8 lbm. ft/j2 .lbf)
dengan :
yi = fraksi mol komponen i
BMi = berat molekul komponen I
Senyawa yang terlibat dalam reaksi di reaktor adalah gas CO, H2, H2O,
CH3CO dengan berat molekul masing-masing 28 g/mol, 2 g/mol, 18 g/mol, dan 43
g/mol.Dengan proporsi dari komposisi di reaktor yang bersifat dinamis, diambil
estimasi berat molekul campuran beberapa senyawa tersebut adalah 27 g/mol.
2. Densitas Gas ( G )
𝑃.𝐵𝑀
𝜌= …(24)
𝑅.𝑇
dengan :
P = Tekanan total, Pa
BM = Berat molekul relative, kg/mol
T = Temperatur, K
R = Tetapan gas ideal, 8,314 J/mol.K
Dengan data estimasi dan kondisi operasi dalam reaktor, densitas gas dapat
diperoleh dengan persamaan (22). Densitas campuran gas terhitung sebesar 23,41
kg/m3.
13
3. Kapasitas panas
(21)
= (- 201,1 kJ/mol) - (-110,525 kJ/mol)
= - 91,575 kJ/mol
T
2. Viskositas gas
Viskositas masing – masing gas dihitung dengan persamaan berikut :
i A B.T C.T 2 ... (23)
Nilai A, B, C masing – masing komponen diperoleh dari Yaws, 1999.
Viskositas campuran gas :
(Yi i BM 0,5 )
..........
(Yi BM 0,5 )
(24)
dengan :
μi = Viskositas tiap gas, micropoise
14
μ = Viskositas campuran gas, micropoise
T = Suhu gas, K
Yi = Fraksi mol komponen
15
SPESIFIKASI VESSEL REAKTOR
16
1. Spesifikasi Vessel
Pemilihan diameter Vessel ditentukan berdasarkan jumlah spesi yang masuk ke dalam
reaktor. Selain itu, untuk tekanan operasi yang telah ditentukan, rasio diameter dan
panjang vessel dapat ditentukan. Bahan isian dari reactor yang dipakai memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
Jenis : CuO/ZnO2/Al2O3
Bentuk : Butiran
p : 3000 kg/m3
Dp : 0,0295 ft
ID vessel : 1,46 meter
OD vessel : 1,51 meter
Ketebalan vessel dihitung dengan persamaan (Coulson, 2005):
𝑃𝑖𝐷𝑖
𝑒 = 2𝑓−𝑃𝑖 …(28)
Bahan yang digunakan adalah Stainless Steel 316 dengan f=95 N/mm2 pada suhu
maksimum, sekitar 530°C. Tekanan operasi adalah 49,8 atm, dan dalam desain
tekanan vessel yang digunakan adalah 55 atm. Dengan perhitungan, kita peroleh
tebal vessel sebesar 4,0924 cm, atau 1,6112 inch.
2. Head Vessel
Head yang digunakan pada vessel reaktor ini adalah ellipsoidal head. Perhitungan
tebal head reactor dilakukan dengan menerapkan persamaan berikut (Coulson,
2005):
𝑃𝑖𝐷𝑖
𝑒 = 2𝐽𝑓−0,2𝑃𝑖 …..(29)
Diambil nilai Joint factor sebesar 0.9, diperoleh ketebalan head sebesar 4,4526
cm atau 1,7530 inch.
17
3. Karakteristik Fisis Katalis
Katalis yang digunakan pada reaktor sintesis methanol memiliki karakteristik
fisis:
Katalis dari BASF/ICI (Couper, J.R, 2012)
Ukuran partikel (diameter) : 7 mm
Luas spesifik : 87.3 m2/g
Fraksi kosong : 0,45
Diameter pori : 10 μm
4. Penyokong Katalis
Bed dalam katalis memerlukan kestabilan tertentu agar dapat beroperasi
dengan baik. Sokongan katalis sangat diperlukan untuk menjaga katalis berada
dalam posisi yang tetap. Pengaruh gaya gravitasi dan tekanan fluida membuat
suatu bed dalam reaktor menjadi penting untuk diperhatikan.
5. Tebal Grid Support
Grid support dirancang untuk menyangga tumpukan katalisator dan
mencegah kelebihan pressure drop. Bahan yang biasa digunakan adalah piringan
berlubang-lubang (perforated plate) atau piringan bergelombang (slotted plate). Di
atas grid support, ditempatkan bola-bola keramik atau alumina dengan tebal 4 - 6
in. Grid support dibuat dari bahan yang anti korosi, seperti carbon steel, alloy
steel, cast iron, atau cast ceramic. (Rase, 1977)
Karena reaktor harus beroperasi pada suhu 230 - 530oC maka grid support
dipilih terbuat dari Stainless Steel SA - 167 Grade 3 Type 304 yang dapat
melayani operasi pada suhu ≤ 1000oF dengan tekanan maksimum yang diijinkan
(f) 14800 psi. Grid support dipilih berbentuk piringan berlubang-lubang
(perforated plate).
Asumsi : Ap = 0,5.Atotal = 0,5.π/4.ID2
= 0,5.π/4.(2737,6930)2 = 2941772,91 in2
Berat katalisator = ρb.A.Lkatalisator
= 7948,125 kg
Bola-bola inert (inert ballast) diletakkan di atas dan di bawah tumpukan
katalisator. Bola-bola inert berfungsi untuk membantu distribusi aliran fluida dan
mencegah kontaminasi bed dari bahan yang tidak diinginkan. Tinggi lapisan bola-
18
bola inert atas dan bawah masing-masing adalah 12 in. (Rase, 1977) Dipilih bola-
bola inert yang terbuat dari keramik. Bola-bola inert disusun dengan sistem cubic.
Porositas susunan sistem cubic adalah 0,466 (Brown, 1951) Densitas keramik 3000
- 4000 kg/m3. Dipilih densitas keramik 2500 kg/m3.
Tebal perforated plate (grid support) dicari dengan persamaan (Brownell, 1959) :
3 𝑃
𝑡𝑝 = 𝑑. √16 𝑓 . . . (16)
= 0,6445 inch
Tebal plate standar = 0,75 in
6. Tinggi Reaktor
Tinggi reaktor = tinggi shell + 2.tinggi head
= 2,8 + 2.0,4
= 3,6 m
7. Volume Reaktor
𝜋
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 = . 𝐼𝐷2 . 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙
4
= 4,7497 m3 . . . (17)
19
KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS
20
Program Perhitungan dengan MATLAB R2014
1. Program fungsi (Perhitungan Neraca Massa, Neraca Panas, dan Pressure Drop)
2. function dydt=Multibed(z,y)
3. global Tr T0 deltacp To T1 T2 Fco Fco2 Fh2 Fh2o Fmet Fo2 Fh2s
X0 zf W0 Kp1 rho ID OD Hr Cpco Cpco2 Cph2 Cpo2 Cph2s Cph2o
Cpmet Ts Ud eps rhog myu G dp g Fch4 Cpch4
4. %NERACA PANAS
5. Tr=298; %K
6. Ts=303; %K 30C
7. Hr=-91575 % J/gmol
8. Cpco=30.255 %J/mol.K
9. Cpco2=46.5; %J/mol.K
10. Cph2=29.3; %J/mol.K
11. Cpmet=50.293; %J/mol.K
12. Cpch4=50.9; %J/mol.K
13. Cpo2=32.7 %J/mol.K
14. Cph2s=40.3 %J/mol.K
15. Cph2o=37.18%J/mol.K
16. eps=0.45; %void fraction
17. deltacp=Cpmet-Cpco-2*Cph2
18. %NERACA MASSA
19. X=y(1);
20. T=y(2);
21. P=y(3);
22. %Asumsi Gas Ideal
23. %Ptot=49.8 bar
24. pch4=49.8*Fch4/(Fco+Fco2+Fh2o+Fh2+Fmet+Fch4)
25. pco20=49.8*Fco2/(Fco+Fco2+Fh2o+Fh2+Fmet+Fch4);
26. ph20=49.8*Fh2/(Fco+Fco2+Fh2o+Fh2+Fmet+Fch4);
27. ph2o0=49.8*Fh2o/(Fco+Fco2+Fh2o+Fh2+Fmet+Fch4);
28. pco0=49.8*Fco/(Fco+Fco2+Fh2o+Fh2+Fmet+Fch4);
29. pmet=49.8*Fmet/(Fco+Fco2+Fh2o+Fh2+Fmet+Fch4);
30. Kco1=8*10^(-7)*exp(-58000/8.314./T1);
31. Kco2=1.02*10^(-7)*exp(67400/8.314/T1);
32. Kh2o=8*10^(-7)*exp(-58000/8.314/T1);
33. Kh2=8*10^(-7)*exp(-58000/8.314/T1);
34. k1=2.69*10^7*exp(-110/8.314./T1);
35. k2=4.13*10^(-11)*exp(104500/8.314/T1);
36. %k2=2.69*10^7*exp(-110/8.314/T2);
37. ID=1.45; %m = 4,92 ft
38. OD=1.5;
39. Ud=401000; %90*1055/0.0929 joule/hr/m2/K
40.
41. %PRESSURE DROP
42. G= (1311423.2930)/(pi*(4.92/2)^2) %lb/jam. ft2 untuk
43. dp=0.0295 %ft % %
21
44. rhog= 2.15; % densitas gas, lb/cuft
45. myu=1.174%lb/jam ft
46. g=416690000 %ft/j2 = 9.8 m/s2
47. r1=(k1*Kco1.*pco0*(1-X).*(ph20*(1-2*X*Fco/Fh2))^1.5-
pmet./((ph20*(1-2*X*Fco/Fh2))^0.5*Kp1))/((1+Kco1.*(pco0*(1-
X))+Kco2*pco20)*(ph20.*(1-2*X*Fco/Fh2))^0.5+ph2o0*k2);
48. dXdz=-r1*rho/Fco*pi/4*ID^2;
49. dTdz=(Fco*dXdz*(-(Hr+deltacp*(T-Tr)))-Ud*pi*OD*(T-
Ts))./(Fh2s*Cph2s+Fo2*Cpo2+Fco*Cpco+Fco2*Cpco2+Cph2*Fh2+Cph2o*F
h2o+Cpmet*Fmet+Fch4*Cpch4);
50. dPdz=G/rhog/g/dp*(1-eps)/(eps^3)*(150*(1-
eps)*myu/dp+1.75*G)
51. dydt=[dXdz;dTdz;dPdz];
%Kondisi keluar
Fmet=(7532.978*0.2*0.4); %kmol/jam
X0=0;
T0=493; %K //didapat dari neraca panas antar Bed
P0=0 % nilai tekanan awal 102406.35 %lb/ft2
%pmet=50*Fco*Xa/(Fco+Fco2+Fh2o+Fh2+Fmet)
[z,y]=ode45(@Multibed,[0 zf],[X0 T0 P0]);
figure(1)
subplot(2,2,1);
plot(z,y(:,1),'--b');
ylabel('Konversi CO')
xlabel('Panjang reaktor')
legend('Konversi Reaktor')
title(' REAKTOR MULTIBED : Sintesis Methanol Bed I')
subplot(2,2,2);
22
plot(z,y(:,2),'--y');
ylabel('Suhu Reaktor, K')
xlabel('Panjang reaktor')
%legend('Suhu Reaktor')
subplot(2,2,3);
plot(z,y(:,3),'--r');
ylabel('Pressure Drop,lb/ft2')
xlabel('Panjang reaktor,m')
legend('Tekanan Reaktor')
%pmet=50*Fco*Xa/(Fco+Fco2+Fh2o+Fh2+Fmet)
[z,y]=ode45(@Multibed,[0 zf],[X0 T0 P0]);
figure(1)
subplot(2,2,1);
plot(z,y(:,1),'--b');
ylabel('Konversi CO')
xlabel('Panjang reaktor')
legend('Konversi Reaktor')
title(' REAKTOR MULTIBED : Sintesis Methanol Bed II')
subplot(2,2,2);
plot(z,y(:,2),'--y');
23
ylabel('Suhu Reaktor, K')
xlabel('Panjang reaktor')
%legend('Suhu Reaktor')
subplot(2,2,3);
plot(z,y(:,3),'--r');
ylabel('Pressure Drop,lb/ft2')
xlabel('Panjang reaktor,m')
legend('Tekanan Reaktor')
%pmet=50*Fco*Xa/(Fco+Fco2+Fh2o+Fh2+Fmet)
[z,y]=ode45(@Multibed,[0 zf],[X0 T0 P0]);
figure(1)
subplot(2,2,1);
plot(z,y(:,1),'--b');
ylabel('Konversi CO')
xlabel('Panjang reaktor')
legend('Konversi Reaktor')
title(' REAKTOR MULTIBED : Sintesis Methanol Bed III')
subplot(2,2,2);
plot(z,y(:,2),'--y');
ylabel('Suhu Reaktor, K')
xlabel('Panjang reaktor')
legend('Suhu Reaktor')
subplot(2,2,3);
24
plot(z,y(:,3),'--r');
ylabel('Pressure Drop,lb/ft2')
xlabel('Panjang reaktor,m')
legend('Tekanan Reaktor')
Hasil Program
Untuk bed 1
Untuk bed 2
25
Untuk bed 3
26
Kesimpulan
1 CO 7532.978 0
3 H2 18823.6322 3757,6762
5 CH3OH 0 7532,978
7 O2 0,6318 0,6318
Massa total (kg/jam) 473.309 473.309
27
DAFTAR PUSTAKA
Bell.D.A, Towler. B.F, Fan. M., 2011., “Coal Gasification and Its Application”, Elsevier, Oxford.
Couper.J.R, Penney.W.R, Fair.J.R, Walas.S.M, 2012, “Chemical Process Equipment”: Selection and
Design, 3ed., Elsevier, Oxford.
Levenspiel. O, 1999, “Chemical Reaction Engineering”, 3ed, John Wiley& Sons, New York.
Liu.P, Cheng.Z, 2015, “Absorption Enhanced Methanol Synthesis in a Trickle Bed Reactor Over
Cu/Zn/Al2O3 Catalyst”, Journal of Material Science and Chemical Engineering, 27-32.
Rase, H.F., Barrow, M.H 1977, “ Chemical Reactor Design for Process Plants, John Wiley and
Sons, Inc
28
Lampiran
ALGORITMA PERHITUNGAN
Perancangan Reaktor Multibed
29
Adjust besaran pendingin untuk mencapai
batasan dalam reaksi (autoignition temp)
Penarikan kesimpulan
30