Dokumen Ukl Upl Pecah Batu
Dokumen Ukl Upl Pecah Batu
Dokumen Ukl Upl Pecah Batu
PENDAHULUAN
1
1.3 Latar Belakang
Semakin Tingginya kebutuhan masyarakat yang akan tingkat kesejahteraanya dalam
kehidupan global sekarang ini menurut infrastruktur dan prasarana wilayah yang memadai
tidak terkecuali dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah. Oleh
karena itu, Pembangunan infrastruktur dan prasarana wilayah menjadi kebutuhan utama
dalam tujuanya untuk merencanakan pembangunan suatu daerah. Tuntutan akan
pembangunan infrastruktur dan prasarana wilayah yang semakin tinggi berimbas pada
kebutuhan akan bahan baku bangunan yang berasal dari sumber daya alam seperti
batu,pasir,tanah,semen dan lain-lain juga semakin mendesak.
Wilayah kabupaten Ponorogo memiliki potensi yang sangat besar untuk memenuhi
kebutuhan dan pemasok bahan baku bangunan khususnya sumber daya alam batu dan pasir
Potensi sumber daya alam Kabupaten Ponorogo didukung oleh wilayahnya memiliki sungai-
sungai besar dan mengandung mineral batuan alami. Dengan adanya potensi yang sangat
besar di wilayah kabupaten Ponorogo dan kebutuhan infrastruktur akan sumber daya alam
batuan dan pasir,telah membuka peluang usaha untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku
bangunan yang sangat besar kususnya golongan bau dan pasir.
CV……………………….. Berkeingingan mengoptimalkan potensi alam yang ada diwilayah
Kabupaten Ponorogo untuk dimanfaatkan secara baik dan optimal,beberapa usaha yang
cukup strategis yang ingin dijalankan adalah kegiatan pemecah batu (stoner cusher)
Usaha/kegiatan ini dilakukan Pemrakarsa didasari potensi alam akan jumlah batu dan kerikil
di Kabupaten Ponorogo yang sangat melimpah khususnya di sekitar pinggiran aliran sungai.
Dengan adanya Usaha/Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi salah satu solusi dalam
memenuhi kebutuhan bahan baku pembangunan dan dapat mendukung program
pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah sehingga kesejateraan rakyat akan
terpenuhi.
CV……………………… Telah Membangun sebuah usaha/kegiatan pecah batu (stoe
crusher) pada lahan seluas 1.400 m2 dijalan Kalimujur Nomor 18,Desa Sedarat,Kecamatan
Balong,Kabupaten Ponorogo dengan status tanah bukan kepemilikan sendiri dan telah
berdiri sekitar tahun 2000.Sesuai klasifikasi jenis kegiatanya yang mendasari pada dampak
lingkungan hidup yang ditimbulkan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang jenis Rencana
usaha dan/kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2011 Tentang jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL, maka kegiatan/usaha yang dilakukan
oleh CV……………….. tidak tergolong ke dalam usaha/kegiatan wajib AMDAL tetapi tergolong
ke dalam usaha/kegiatan wajib menyusun dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) serta diwajibkan memiliki ijin lingkungan
sebagai syarat untuk mendapatkan ijin usaha dan/atau kegiatan.
Dengan adanya hal tersebut CV……………………. Berupaya untuk mendapatkan ijin
lingkungan yang di awali dengan penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Untuk usaha/kegiatan pemecah
batu (stone crosher) di jalan Kalimujur Nomor 18,Desa Sedarat,Kecamatan
Balong,Kabupaten Ponorogo.
2
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL-UPL) Merupakan dokumen yang berisi informasi mengenai jenis dan gambaran
kegiatan usaha/kegiatan yang dilakukan oleh pemrakarsa,kajian atas dampak lingkungan
yang ditimbulkan serta upaya pengelolaan dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh
kegiatan/usaha tersebut serta artikan sebagai suatu perjanjian tertulis dan komitmen pihak
pemrakarsa dengan lingkungan di sekitar usaha/kegiatan yang terkena dampak baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menjaga dan melindungi lingkungan hidup daerah
sekitar. Pedoman Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) pemecah batu (stone crusher) oleh CV…………………
adalah peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
3
1.4 Tujuan dan Kegunaan Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tujuan Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tujuan dilakukanya penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) pemecah batu CV……………..adalah :
1. Memberikan informasi mengenai jenis dan bentuk aktifitas pemecah bau (stone crusher)
yang dilakukan CV……………..di Jalan Kalimujur Nomor 18,Desa Sedarat,Kecamatan
Balong,Kabupaten Ponorogo,serta dampak lingkungan yang ditimbulkanya.
2. Merumuskan langkah-langkah pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan pada
setiap kegiatan pemecah batu yang dilakukan CV……………. Di jalan Kalimujur Nomor
18,Dsa Sedarat ,Kecamatan Balong,Kabupaten Ponorogo.
3. Merumuskan langkah-langkah yang bisa di ambil sebagai upaya untuk memantau
pelaksana pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan agar dampak lingkungan yang
ditimbulkan oleh kegiatan/usaha pemecah batu oleh CV…………………….. di jalan Kalimujur
Nomor 18,Kecamatan Balong,Kabupaten Ponorogo,Tidak memberikan Dampak negatif
terhadap lingkungan.
Batas Ekologis
Batas Ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan menurut media
transfortasi limbah (air dan udara),dimana proses alami dalam ruang tersebut
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
4
Adapun dasar penentuan batas studi fan penetapan masing-masing aspek adalah
sebagai berikut :
1 Fisiografi
Batast studi fisiografi mencakup lahan yang berada pada areal lokasi kegiatan dan
sekitarnya,untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gabar 1.1
2 Hidrologi
Air diteliti terutama adalah saluran yang potensial sebagai badan air penerima
limbah cair kegiatan,yaitu saluran air yang bermuara ke laut,untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 1.2.
3 Kualitas Udara
Batas Studi untuk kualitas udara dilakukan dengan pengukuran emisi dan udara
ambien di luar lokasi dan dalam lokasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 1.2.
Batas Administrasi
Batas Sosial
Batas Sosial adalah ruang diskitar rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar akibat kegiatan ini. Batas Sosial yang ditetapkkan meliputi masyarakat Desa
Sedarat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1
5
Gambar 1.1 Lokasi CV……………………..
6
GAMBAR 1.2 Hidrologi dan Kualitas Udara
7
1.6 Peraturan Perundang-undangan Yang Dipergunakan
Landasan hukum yang menjadi dasar dalam penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) kegiatan ini adalah :
A. UNDANG-UNDANG
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 Tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di
Perusahaan.
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistem.
4. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
6. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
7. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
8. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
9. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
10. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
11. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan mineral dan BatuBara.
12. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.
13. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan.
14. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tenang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
B. PERATURAN PEMERINTAH
C. PERATURAN MENTERI
8
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 1985 Tentang Pesawat Angkat dan
Angkut.
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2006
Tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah Unutk Produksi Biomasa.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2008 Tentang
Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
5. Peraturan Menteru Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 Tentang
Pemanfaatan Air Hujan.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmmigrasi Nomor 13/MEN/X/2011 Tahun 2011
Tentang Nilai ambang batas faktor fisika dan saktor kimia di tempat kerja.
8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republi Indonesia Nomor 05 Tahun 2012
Tentang Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup.
9. Peraturan Menteri Negara Liankungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan.
10. Peraturan Menteri Energi dan sumber daya Mineral Repulik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Peningkatan Nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan
pemurnian mineral dalam negri.
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MenKes/PER/IX/1990
Tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
D. KEPUTUSAN MENTERI
1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Kualias Air dan pengendalian pencemaran air di Provinsi Jawa Timur.
2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku mutu air
limbah bagi industri dan/atau kegiatan Usaha Lainya.
9
F. PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR
1. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu udara
ambien dan Emisi sumber tidak bergerak di jawa timur.
2. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Jenis USAHA
DAN/Kegiatan yang wajib dilengkapi Dokumen UKL-UPL.
3. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainya.
1. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032.
1. Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Ijin Pembuangan Air Limbah.
2. Peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Perijinan dan Pengawasan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Skala Kabupaten.
3. Peraturan Bupati Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Ijin Lingkungan
1. Keputusan Bupati Ponorogo Nomor 738 Tahun 1995 Tentang Pedoman Umum
Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL).
2. Keputusan Bupati Ponorogo Nomor 334 Tahun 2005 Tentang Pembentukan Komisi
Penilai Analisi dampak lingkungan (AMDAL) dan komisi pengarah Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
10
BAB II
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
Nama rencana usaha dan atau kegiatan yang akan dilakukan CV……………. Adalah
kegiatan pemecah batu (Stone Crosher)
11
GAMBAR 2.1 LOKASI KEGIATAN CV………………..
12
2.3 Skala/Besaran Rencana Usaha dan/Atau kegiatan
13
Alat yang digunakan : Truck Molen 1 Unit Kapasitas 10 m3 ,Crusher 2 unit
kapasitas @ 5 ton/jam ,Wheel Loader 2 unit kapasitas
300kg perangkat, Back hoe 2 unit kapasitas 1 m3
DIREKTUR
CV…………… Berdiri diatas lahan seluas 1.400 m2 dengan perincian penggunaan lahan
terlihat pada tabel 2.2 dan Gambar 2.3 dibawah ini :
14
GAMBAR 2.3.LAY OUT CV……………
15
GAMBAR 2.4. LOKASI CV………………..
16
GAMBAR 2.5. PETA KECAMATAN……….
17
GAMBAR 2.6. PETA DESA………….
18
GAMBAR 2.7. Aktivitas usaha dan rona lingkungan di lokasi CV…………
19
2.4 Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau kegiatan
20
dengan pemrakarsa.Prosedur yang berkaitan dengan tenaga kerja dilakukan dengan
tetap memperhatikan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap keberlangsungan proyek dan perusahaan ke
depan. Oleh Karena itu, dalam masalah ketenagakerjaan pihak perusahaan selalu
berusaha untuk melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah setempat yang
menangani tenaga kerja.
B.Pemadatan Lahan
Tahapan Konstruksi yang pertama kali dilakukan adalah pemadatan lahan untuk
pemerataan lokasi bangunan serta pembangunan pondasi. Bentuk topografi areal
tapak proyek yang tidak rata, sebagainya akan di urug dan diratakan dengan
ketinggian tertentu menggunakan peralatan berat. Pada aktifitas
pemerataan,seluruh areal lahan yang ditetapkan harus diurug dan dipadatkan untuk
mendapatkan bentuk permukaan lahan yang rata dan tidak amblas saat dibangun
konstruksi di atasnya.Material tanah urug didatangkan dengan membeli dari
pengusaha tambang tanah urug yang telah mendapatkan ijin usaha pertambangan.
C.Mobilisasi Peralatan dan Material
Mobilisasi peralatan dan material dilakukan untuk mendukung aktifitas konstruksi
yang memerlukan peralatan dan material guna pengembangan sarana dan fasilitas
yang diperlukan dalam kegiatan oprasional perusahaan. Peralatan dan material
untuk konstruksi didatangkan oleh kontraktor pelaksana berasal dari luar desa
Sedarat,Kecamatan Balong sehingga dalam perjalananya akan melewati beberapa
jalan akses yang merupakan jalan umum.
Pengadaan Peralatan dan bahan-bahan material seperti
semen,batu,passir,besi baja,dll dipasok dari lokassi terdekat dan diangkut dengan
menggunakan truk. Pembongkaran peralatan dan bahan metrial dilakukan langsung
di lokasi proyek setiap dilakukan pembongkaran selalu dilaporkan dan diawasi oleh
petugas proyek yang bertanggung jawab dalam kegiatan tersebut.
Pada saat aktifitas konstruksi berlangsung, pengaturan jalan lalu-lintas yang
melewati lokasi proyek akan dilakukan pemrakarsa dengan cara berkoordiasi dengan
Dinas Perhubungan Kabupaten Ponorogo. Upaya koordinasi perlu dilakukan karena
banyaknya pengguna jalan umum yang melintasi lokasi proyek yang merupakan jalur
Nasional yang menghubungkan antar kecamatan di Wilayah Kab.Ponorogo. Dengan
adanya koordinasi tersebut diharapkan berbagai masalah yang mungkin timbul
dengan masyarakat sekitar sebagai akibat dari penggunaan jalan akses bisa
dikomunikasikan dan dapat dicarikan solusi yang dapat mengakomodasikan semua
kepentingan serta mobilisasi peralatan benar-benar memperhatikan jalan yang
dilalui yang telah disesuaikan dengan tonase.
D.Pembangunan Sarana dan Fasilitas
Pengembangan Sarana dan fasilitas tempat usaha/kegiatan CV……….. adalah aktifitas
utama pada tahapan konstruksi. Pada tahapan untuk membantu usaha kegiatan
stone crusher dilkukan pembangunan atas instalasi dan fasilitas penunjang lainya.
21
Pembangunan instalasi sarana dan fasilitas tempat usaha/kegiatan dilakukan dengan
menggunakan konstruksi baja beton.Pembangunan sarana dan fasilitas dilaksanakan
secara sistematis dengan pengawasan yang didasarkan pada standar teknis dan
prosedur yang telah ditetapkan.
Secara garis besar pembangunan sarana dan fasilitas tempat usaha/kegiatan
pemecahan batu CV……….. adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan pondasi yang akan menopang konstruksi berupa bangunan
kantor,tempat produksi,dan areal parkir kendaraan pengangkut,jembatan
timbang, pagar keliling, Dll.
b. Pembangunan konstruksi teknik berupa bangunan kantor,tenpat produksi dan
areal parkir kendaraan pengangkut,pagar keliling,Dll.
c. Pembangunan fasilitas penunjang lainya,seperti : pos satpam, mushola, sumur,
bengkel, drainase, septic tank, rambu-rambu lalu-lintas,Dll.
Setelah tahap pembangunan secara fisik terhadap sarana dan fasilitas tempat
usaha/kegiatan CV…………selesai dilakukan, maka dilakukan uji coba atas fasilitas dan
sarana yang ada.Pada uji coba fasilitas dan sarana ini akan dilakukan inspeksi oleh
pemrakarsa bersama dengan instansi terkait untuk mengetahui apakah fasilitas dan
sarana tersebut sudah dapat dioprasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
serta standar keamanan yang telah ditetapkan.Setelah semuanya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta siap untuk dioperasikan,maka pihak perusahaan akan
melakukan persiapan guna pelaksanaan operasional perusahaan selanjutnya.
o Hooper
Hooper Merupakan tempat penempatan batu sebelum dilakukan pengolahan
dan pemurnian yang dilakukan secara bertahap. Untuk menempatkan bahan
baku ke Hooper digunakan alat muat yang disebut wheel loader. Sebelum
22
ditempatkan pada Hooper,bahan baku berupa batu yang telah dibeli oleh
perusahaan yang akan ditimbang terlebih dahulu dengan penimbang khusus (
timbang kendaraan) untuk mengetahui beratnya dan kemudian ditempatkan
pada tempat pengumpulan bahan baku.
Crusher
Crusher atau pemecah batu digunakan untuk melakukan pemurnian bahan baku dengan
cara memecah batu berukuran besar menjadi batu berukuran lebih kecil sesuai dengan
kebutuhan.Batu yang berukuran terlalu besar akan disingkirkan sebagai bahan tidak
terpakai karena tidak dapat dipecah oleh mesin produksi yang dimiliki perusahaan.
Screening
Setelah bahan baku dipecah/dimurnikan, maka hasil produksi akan disaring dan dipisah
sesuai dengan jenis dan ukuranya masing-masing menggunakan ala yang disebut
screening. Ukuran butiran batu yang keluar dari Screening lebih kecil dari ukuran asalnya
dan ditempatkan terpisah sesuai dengan ukuran akhir masing-masing.
Hasil Produksi
Bahan Baku yang sudah dipecah selanjutnya dipisahkan sesuai dengan jenis dan
ukuranya masing-masing. Hasil produksi berupa batu split masing-masing berukuran abu
bau, 0,5-1 cm,1-2 siap dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan di
Kabupaten Ponorogo dan Daerah-daerah di sekitarnya.
23
GAMBAR 2.9 Alat Pecah batu (stone crusher)CV………………
Pencucian batu
Bahan Baku dengan kondisi
(Batu Besar) pasir berlebih (Air
sungai)
Penyemprotan (Air
Sumur)
(
Hooper
SCREENING
24
B. Kegiatan Pendukung
1.Rekrutmen Tenaga Kerja
Kegiatan Rekrutmen tenaga kerja dilakukan oleh pemrakarsa dengan memprioritaskan
tenaga kerja lokal yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Tenaga kerja yang
dibutuhkan saat tahap operasional berjumlah 7 orang (tabel 2.1) Skala/Besaran Rencana
Usaha dan/atau kegiatan)
2.Mobilisasi Kendaraan
Pengangkut bahan baku dan hasil produksi serta mobilisasi kendaraan pekerja kegiatan
ini berupa kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut bahan baku batu andesit dan batu
koral.
3.Kegiatan Domestik Karyawan
Berupa kegiatan domestik karyawan yaitu kegiatan Mandi,cuci,Kakus (MCK),Kegiatan
makan minum karyawan, berikut kebutuhan air yang dijabarkan dalam diagram alir
kebutuhan air.
Mobil
Penyedot
Karyawan 1,8
m3/hr
Septic tank
2,89 m3/hr
Air Pompa Sumur Toilet/Mushola
Permukaan 2,94 m3/hr 0,9 m3/hr D
R
Penyiraman 0,24
A
m3/hr
Selokan
I
25
5.Kegiatan Pemeliharaan mesin
Berupa kegiatan pemeliharaan mesin yang akan menghasilkan limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) seperti oli dan kaleng bekas oli yang penyimpananya sesuai dengan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
C.Sarana Penunjang
a. Penggunaan Energi
Sumber Listrik digunakan dari PT.PLN 100 KVA
b. Kegiatan penggunaan bahan bakar dan pelumas
Bahan bakar yang digunakan solar 50 liter/hari, oli 200 liter/bulan
Kegiatan operasional juga berpotensi menimbulkan limbah,baik limbah padat maupun
limbah cair.Limbah padat yang dihasilkan berupa limbah padat industri dan limbah padat
domestik.Berikut Adalah limbah yang dihasilkan dan pengelolaanya dari kegiatan yang
dilakukan :
1.Sampah Terdiri dari :
Sampah domestik yaitu sisa kegiatan domestik karyawan yaitu dari akitifitas pekerja
berupa sisa makanan,bungkus makanan,bungku rokok dan lain-lain yang berupa limbah
organik dan non-organik. Limbah organik dapat dimanfaatkan kembali menjadi kompos
dan limbah non-organik akan dibuang melalui tempat penampungan sementara (TPS).
Selain itu limbah dimanfaatkan kembali dengan prinsip reuse,reduce,dan recyle (3R) agar
sampah domestik yang dihasilkan dapat bermanfaat dan tidak mencemari lingkungan.
Sampah/Limbah padat bahan berbahaya dan beracun (B3) berupa limbah bekas lampu
TL (Tubular lamp), aki bekas pakai, cartridge dan tinta dari kegiatan administrasi
perkantoran. Selain itu dari kegiatan pemeliharaan mesin/perbengkelan juga
menghasilkan limbah padat berupa kaleng bekas pelumas serta spare part bekas.
Limbah akan dikumpulkan sesuai ketenuan teknis dan regulasi yang berlaku.
26
Sampah
Dikumpulkan di ruang/tempat
Dibuang ke bak sampah
khususnya sesuai regulasi yang
Diolah organik dan non organik
berlaku
melalui
(Reuse,
reduc dan
Diangkut oleh dinas
Kerjasama dengan pihak recyle) 3R
terkait/tempat penampungan
yang berijin sementara (TPS)
Tempat penampungan
akhir (TPA)
Gambar 2.12 alur diagram limbah padat domestik dan limbah padat (B3) CV………….
27
Limbah cair maksimal
0,0979 m3 (97,9 liter)
perbulan
Untuk mengantisipasi dan meminimalisir beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari
kegiatan pecah batu ini maka dibuat table untuk jenis penyakit dan beberap kelainan yang
ada didaerah desa Sedarat maupun balong berikut data jenis penyakit dan penderita cacat
yang digunakan untuk pembanding dokumen lingkungan.
28
Tabel 2.3 Penderita cacat
29
BAB III
Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Dampak yang ditimbulkan terhadap komponen lingkungan fisik kimia, biologi dan
sosial ekonomi budaya adalah berasal dari kegiatan pra konstruksi,kontruksi maupun
operasional baik dari kegiatan utama,kegiatan pendukung maupun kegiatan sarana
penunjang. Identifikasi dampak lingkungan yang timbul terhadap lingkungan dilakukan
dengan metide matrik interaksi dampak dan bagan alir dampak, yang dengan metode ini
diharapkan dapat dilakukan pengkajian yang lebih terarah dan komprehensif.
A.Presepsi Masyarakat
B.Proses Perijinan
Proses perijinan merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum kegiatan konstruksi
maupun operasional perusahaan dilaksanakan. Kepemilikan atas ijin atas setiap tahapan
rencana menjadi legalitas atas semua yang dilakukan oleh perusahaan sekaligus sebagai
bukti ketaatanya terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
30
Tabel 3.1
Potensi Dampak Lingkungan Yang Akan Terjadi
Pada Tahap Konstrksi
Keterangan :
1. Kegiatan Penggunaan Tenaga Kerja
2. Kegiatan Mobilisasi kendaraan pengangkut bahan baku dan hasil produksi serta
kendaraan karyawan
3. Kegiatan Domestik Karyawan
4. Kegiatan Administrasi Karyawan
5. Kegiatan Pemeliharaan Mesin/Perbengkelan
6. Kegiatan Operasional Produksi
7. Penggunaan Energi
8. Penggunaan Bahan bakar dan pelumas baik untuk produksi maupun untuk kendaraan
dan perbengkelan
31
1. Kegiatan Penggunaan Tenaga Kerja
A.Presepsi Masyarakat
B.Peningkatan Kebisingan
32
3. Kegiatan Domestik Karyawan
A. Timbulan Sampah
B. Air Permukaan
33
2. Peningkatan Kebisingan
3. Presepsi Masyarakat
Tahap Operasional
Dampak yang dapat timbul terhadap komponen lingkungan fisik kimia, biologi dan
sosial ekonomi budaya adalah berasal dari kegiatan operasional baik dari kegiatan utama,
kegiatan pendukung maupun kegiatan sarana penunjang. Identifikasi dampak yang timbul
terhadap lingkungan dilakukan dengan menggunakan metode matrik interaksi dampak dan
bagan alir dampak, yang dengan metode ini diharapkan dapat dilakukan pengkajian yang
lebih terarah dan kompherensif.
34
Keterangan :
Adapun penjelasan dari kegiatan yang dilaksanakan yang akan menimbulkan dampak adalah
sebagai brikut :
A. Presepsi masyarakat
2. Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan Hasil Produksi Serta
Kendaraan Karyawan
35
B. Peningkatan Kebisingan
C. Gangguan Lalulintas/kemacetan
B. Timbulan Sampah
36
4. Kegiatan Administrasi Perkantoran
A. Timbulan Sampah
37
Tolak Ukur Dampak : Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009
Tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dan Emisi
Sumber
Tidak Bergerak di Jawa Timur
B. Peningkatan Kebisingan
D. Presepsi Masyarkat
7. Penggunaan Energi
A. Bahaya Kebakaran
38
Tolak Ukur Dampak : Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
39
BAB IV
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pendekatan ini dilakukan untuk mencari tekhnologi yang tepat dalam upaya
pengelolaan kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap perubahan
kualitas lingkungan baik komponen fisik-kimia, biologi ataupun, sosial ekonomi dan
sosial budaya.
Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui dampak dari adanya kegiatan stone
crusher khususnya terhadap aspek sosial ekonomi dan budaya dalam upaya
terciptanya peluang kerja dan peluang usaha, perekonomian lokal, interaksi sosial,
serta kamtibmas.
1. Presepsi Masyarakat
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
40
Dampak yang ditimbulkan yaitu berupa timbulnya presepsi masyarakat
Bentuk Pengelolaan :
Lokasi Pengelolaan
Periode Pelaksanaan
Bentuk Pemantauan :
Periode Pelaksanaan :
Waktu Pelaksanaan :
2. Perizinan
41
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Jenis Dampak yang terjadi adalah penurunan kualitas udara amiben dan udara emisi di
lokasi kegiatan
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009 Tentang baku mutu udara ambien
dan emisi sumber tidak bergerak
Bentuk Pengelolaan :
Tahap Konstruksi
A. Sumber Dampak
42
Sumber Dampak penurunan kualitas udara dari kegiatan mobilisasi kendaraan, aktifitas
bongkar muat dan prose konstruksi pembangunan tambahan untuk kegiatan pemecah
batu.
B. Jenis Dampak
Jenis Dampak yang terjadi adalah penurunan kualitas udara ambien dan udara emisi di
lokasi kegiatan.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Udara
Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak.
Bentuk Pengelolaan :
1. Mempertahankan keberadaan vegetasi yang idak mengganggu proses konstruksi
2. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30 % dari total lahan yang dimiliki
3. Penyiraman areal sekitar pabrik yang menghasilkan debu secara berkala terutama
pada musim kemarau
4. Penggunaan kendaraan pengangkut yang lulus uji tes
5. Penutupan areal proyek dengan tapak pagar/seng
2. Peningkatan Kebisingan
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
43
Jenis Dampak yang terjadi yaitu peningkatann intensitas kebisingan
Bentuk Pengelolaan :
1. Pemilihan kendaraan pengangkut barang konstruksi yang telah lulus uji emisi.
2. Melakukan penambahan berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai tajuk yang
tebal dan berdaun rindang dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi
untuk mengurangi kebisingan.
Tindakan Darurat
Lokasi Pengelolaan
Periode Pengelolaan
Bentuk Pemantauan :
1. Pengukuran langsung (insitu) terhadap intensitas kebisingan di dalam ruangan
dengan menggunakan laboratorium terakreditasi. contoh alat soundlevel meter.
2. Pengukuran lagsung (insitu) terhadap intensitas kebisingan di lingkungan pabrik
(site) dengan menggunakan alat Sound Level Meter mengacu pada lampiran II
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 (metoda
pengukuran,perhitungan, dan evaluasi tingkat kebisingan lingkungan) memantau
tajuk yang tebal dan berdaun rindang.
3. Memantau terhadap pemilihan kendaraan
4. Mendokumentasikan kegiatan konstruksi (dengan foto/media audiovisual)
Lokasi Pemantauan
44
Periode Pemantauan
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk Pengelolaan :
1) Mengutamakan penggunaan tenaga kerja lokal secara proporsional sesuai jenis
pekerjaan
2) Perlindungan dan jaminan sosial serta kesehatan terhadap tenaga kerja yang
berlaku
3) Penggunaan tenaga kerja menggunakan kontrak kerja yang berlaku
4) Pemberian upah minimal sesuai Upah Minimum Kabupaten (UMK) Ponorogo
45
2) Instansi Pengawas yaitu Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Ponorogo dan
Dinas Sosial, Tenaga kerja dan transmigrasi (Dinsosnakertrans)
3) Instansi penerima laporan yaitu Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten
Ponorogo dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans)
4. Timbulan Sampah
A. Sumber Dampak
Sumber Limba Padat bersumber dari kegiatan domestik para pegawai elama masa
konstruksi.
B. Jenis Dampak
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 Tentang baku
tingkat kebauan serta tingkat kenyamanan masyarakat dan undang-undang Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah.
Bentuk Pengelolaan :
1) Penggunaan kembali sisa material yang masih bisa dipakai
2) Pemilahan sampah organik,anorganik, dan bahan berbahaya beracun (B3)
3) Limbah sampah domestik dibuang ke bak sampah yang representative yang
ditempatkan di beberapa titik di areal pabrik dalam jumlah yang proporsional
4) Pembersihan areal pabrik secara berkala oleh petugas
5) Adanya papan larangan membuang sampah secara sembarangan di areal dan di
luar areal pabrik
E. Rencana Pemantauan
46
2) Instansi pengawas yaitu Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Ponorogo dan
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bidang Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Ponorogo
3) Insntansi laporan yaitu Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Ponorogo dan
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bidang Kebersihan dan pertamanan Kabupaten
Ponorogo
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk Pengelolaan :
1) Pengturan kendaraan oleh petugas
2) Penyediaan lahan parkir yang memadai
3) Penempatan papan nama perusahaan di depan areal pabrik
4) Adanya bangkitan/rambu lalu lintas di sekitar pabrik
5) Penempatan lampu penerangan jalan yang memadai di sekitar areall pabrik
6) Penutupan bak kendaraan pengangkut dengan terpal yang memadai
E. Rencana Pemantauan
47
3. Instansi Pengawas laporan yaitu Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten
Ponorogo dan Dinas Perhubungan (Dishub)
6. Presepsi Masyarakat
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk Pengelolaan :
1) Koordinasi dengan desa setempat dalam perekrutan tenaga kerja
2) Melaksanakan dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar lokasi
3) Membina hubungan yang harmonis, berkomunikasi aktif dengan pemerintah desa
setempat
4) Melaksanakan kegiatan rekruitmen ecara transfaran dan terbuka
5) Melakukan Coorprate social responsibility (CSR) /bina lingkungan (memberikan
fsilitas kebutuhan warga sesuai dengan kemampuan dan anggaran dan
perusahaan)
Bentuk Pemantauan :
1. Memantau hubungan antara pemrakarsa dan desa
48
7. Air Permukaan
A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari penurunan kualitas air permukaan dari kegiatan domestik
karyawan, kegiatan konstruksi dan dari penggunaan bahan bakar dan pelumas
B. Jenis Dampak
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 Tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air di Jawa Timur, sebagai dasar dalam
kegiatan pengelolaan kualitas air di wilayah proyek serta Peraturan Menteri Kessehatan
Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air.
Bentuk Pengelolaan :
1) Menyalurkan air limbah dan toilet (black water) ke dalam tangki septik dengan
sistem rembesan sesuai SNI 03-2398-2002 yaitu uatu ruangan kedap air beberapa
kompartemenya berfungsi menampung & mengolah air limbah domestik dengan
kecepatan air lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan
terhadap suspense benda-benda padat & penguraian bahan organik oleh jasad
anaerobic membentuk bahan larut air & gas
2) Memiliki saluran drainase untuk pembuangan air hujan yang terintegrasi dengan
saluran di sekitarnya
3) Pembuatan tepat penegndapan agar debu yang terlarut tidak langsung terbawa ke
media air sesuai ketentuan yang berlaku
4) Penempatan pelumas yang digunakan dalam tempat yang kedap air dan dalam
bangunan khususnya penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
Lokasi Pengelolaan
Lokasi Pengelolaan lingkungan dilakukan di sumber air limbah domestik ( toilet) tangki
septic dan saluran pembuangan, area penyimpanan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) dan Bengkel
Waktu Pelaksanaan
49
Bentuk Pemantauan :
1) Memantau kelaikan fungsi tangki septic tank
2) Memantau keberadaan pelumas dalam tempatnya apakah terjadi kebocoran/tidak
3) Mendokumentasikan kegiatan pengelolaaan (dengan foto/media audiovisual)
Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan lingkungan dilakukan disaluran air limbah domestik dan badan air
penerima
Periode Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional, sampling kualitas
air bersih dilakukan setiap bulan dan pendokumentasian kegiatan pengelolaan setiap
bulan.
Tahap Operasional
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Jenis Dampak yang terjadi adalah penurunan kualitas udara ambien dan udara emisi di
lokasi kegiatan
Surat Keputusan Gubernur Jatim Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Udara
Ambien Dan Emisi Sumber Tidak Bergerak
Bentuk Pengelolaan :
Upaya untuk melindungi tenaga kerja terhadap timbulnya resiko-resiko bahaya akibat
pemaparan faktor bahan fisika dan kimia, sekaligus meningkatkan derajat kesehatan
50
kerja ditempat kerja ebaga bagian dari oemenuhan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menanam vegetasi yang berdaun rindang untuk mengadorbsi debu yang dihasilkan
oleh kegiatan
2. Melakukan penghijauan di area lokasi kegiatan
3. Pengaturan Kendaraan yang keluar masuk lokasi kegiatan
4. Penggunaan cerobong disesuaikan dengan ketentuan teknis yang ada (tinggi
cerobong harus 2,5x tinggi bangunan sekitarnya, cerobong menghadap ke atas,
cerobong dilengkapi dengan dust filter dan scruber untuk menyaring debu)
5. Penggunaan masker pada pekerja yang langsung kontak dengan bagian produksi
6. Penyiraman lokasi kegiatan terutama pada musim kemarau
7. Penutupan kendaraan pengangkut material dengan terpal yang tertutup rapat
Lokasi Pengelolaan
Periode Pengelolaan
Bantuan Pemantauan :
1) Memantau keberadaan tanaman pangabsorpsi debu
2) Mendokumentasikan kegiatan pemantauan (dengn foto/audiovisual)
3) Memantau keberadaan cerobong
4) Melakukan sampling analisis kualitas ambien dan emisi cerobong setiap enam (6)
bulan sekali
Lokasi Pemantauan
Periode Pemantauan
Waktu pelaksanaan pemantauan gas dan debu dilakukan setiap enam (6) bulan
selama tahap operasional, dan pendokumentasian kegiatan pengelolaan dilakukan
setiap bulan
A. Sumber Dampak
51
Sumber dampak berasal dari kegiatan-kegiatan mobilisasi kendaraan pngangkut bahan
baku,hasil produksi, serta kendaraan karyawan dan dari kegiatan operasional produksi
B. Jenis Dampak
Bentuk Pengelolaan :
1) Pemilihan kendaraan pengangkut barang konstruksi yang telah lulus uji emisi.
2) Melakukan penambahan berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai tajuk yang
tebal dan berdaun rindang dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi
untuk mengurangi kebisingan.
Tindakan Darurat
Lokasi Pengelolaan :
Periode Pengelolaan :
Waktu Pengelolaan dilaksanakan satu kali untuk kegiatan penanaman dan setiap hari
untuk pemeliharaan mesin operasional produksi
Bentuk Pemantauan :
1) Pengukuran langsung (insitu) terhadap intensitas kebisingan di dalam ruangan
dengan menggunakan laboratorium terakreditasi. contoh alat soundlevel meter.
2) Pengukuran lagsung (insitu) terhadap intensitas kebisingan di lingkungan pabrik
(site) dengan menggunakan alat Sound Level Meter mengacu pada lampiran II
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 (metoda
pengukuran,perhitungan, dan evaluasi tingkat kebisingan lingkungan) memantau
tajuk yang tebal dan berdaun rindang.
52
3) Memantau terhadap pemilihan kendaraan
4) Mendokumentasikan kegiatan konstruksi (dengan foto/media audiovisual)
Lokasi Pemantauan
Periode Pemantauan
A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari penurunan kualitas air permukaan dari kegiatan domestik
karyawan, kegiatan pemeliharaan mesin/perbengkelan dan dari peggunaan bahan
bakar dan pelumas
B. Jenis Dampak
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 Tentang pengelolaan
kualitas air dan Pengendalian pencemaran air di Jawa Timur, sebagai dasar dalam
kegiatan pengelolaan kualitas air di wilayah proyek serta Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air
Bentuk Pengelolaan :
1) Menyalurkan air limbah dan toilet (black water) ke dalam tangki septik dengan
sistem rembesan sesuai SNI 03-2398-2002 yaitu uatu ruangan kedap air beberapa
kompartemenya berfungsi menampung & mengolah air limbah domestik dengan
kecepatan air lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan
terhadap suspense benda-benda padat & penguraian bahan organik oleh jasad
anaerobic membentuk bahan larut air & gas
53
2) Memiliki saluran drainase untuk pembuangan air hujan yang terintegrasi dengan
saluran di sekitarnya
3) Pembuatan tepat penegndapan agar debu yang terlarut tidak langsung terbawa ke
media air sesuai ketentuan yang berlaku
4) Penempatan pelumas yang digunakan dalam tempat yang kedap air dan dalam
bangunan khususnya penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
Lokasi Pengelolaan
Lokasi Pengelolaan lingkungan dilakukan di sumber air limbah domestik ( toilet) tangki
septic dan saluran pembuangan, area penyimpanan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) dan Bengkel
Waktu Pelaksanaan
Bentuk Pemantauan :
1) Memantau kelaikan fungsi tangki septic tank
2) Memantau keberadaan pelumas dalam tempatnya apakah terjadi
kebocoran/tidak
3) Mendokumentasikan kegiatan pengelolaaan (dengan foto/media audiovisual)
Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan lingkungan dilakukan di saluran air limbah domestik dan badan air
penerima
Periode Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional, sampling kualitas
air bersih dilakukan setiap bulan dan pendokumentasian kegiatan pengelolaan setiap
bulan.
A. Sumber Dampak
54
Sumber dampak dari penurunan kualitas air tanah dari kegiatan domestik karyawan,
kegiatan pemeliharaan mesin/perbengkelan dan dari penggunaan bahan bakar dan
pelumas
B. Jenis Dampak
Peraturan Daerah Porpinsi Jawa Timur Nomor 2 Taun 2008 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Jawa Timur, sebagai dasar dalm
kegiatan pengelolaan kualitas air di wilayah proyek serta Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Bentuk Pengelolaan :
1) Menyalurkan air limbah dan toilet (black water) ke dalam tangki septik dengan
sistem rembesan sesuai SNI 03-2398-2002 yaitu uatu ruangan kedap air
beberapa kompartemenya berfungsi menampung & mengolah air limbah
domestik dengan kecepatan air lambat, sehingga memberi kesempatan untuk
terjadi pengendapan terhadap suspense benda-benda padat & penguraian bahan
organik oleh jasad anaerobic membentuk bahan larut air & gas
2) Penempatan pelumas yang digunakan dalam tempat yang kedap air dan dalam
bangunan khusus penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
3) Melakukan pengecekan secara berkala terhadap penyimpanan pelumas agar
tidak terjadi kebocoran
4) Pembuatan sumur resapan dan lubang biopori
Lokasi Pengelolaan :
Waktu Pemeliharaan
Bentuk Pemantauan :
1) Memantau kelaikan fungsi tangki septic tank
2) Memantau keberadaan pelumas dalam tempatnya apakah terjadi kebocoran/tidak
3) Mendokumentasikan kegiatan pengelolaaan (dengan foto/media audiovisual)
55
Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan Lingkungan dilakukan di saluran air limbah domestik dan badan air
penerima
Periode Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional, sampling kualitas
air bersih dilakukan setiap bulan dan pendokumentasian kegiatan pengelolaan setiap
bulan.
A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari penurunan kualitas air tanah dari kegiatan domestik karyawan,
kegiatan pemeliharaan mesin/perbengkelan dan dari penggunaan bahan bakar dan
pelumas
B. Jenis Dampak
Bentuk Pemantauan :
1) Menyalurkan air limbah dan toilet (black water) ke dalam tangki septik dengan
sistem rembesan sesuai SNI 03-2398-2002 yaitu uatu ruangan kedap air
beberapa kompartemenya berfungsi menampung & mengolah air limbah
domestik dengan kecepatan air lambat, sehingga memberi kesempatan untuk
terjadi pengendapan terhadap suspense benda-benda padat & penguraian bahan
organik oleh jasad anaerobic membentuk bahan larut air & gas
2) Penempatan pelumas yang digunakan dalam tempat yang kedap air dan dalam
bangunan khusus penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
3) Melakukan pengecekan secara berkala terhadap penyimpanan pelumas agar
tidak terjadi kebocoran
56
Lokasi Pengelolaan
Waktu Pelaksanaan
Bentuk Pemantauan :
1) Memantau keberadaan pelumas dalam tempatnya apakah terjadi
kebocoran/tidak
2) Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengn foto/video audiovisual)
Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan lingkungan di lakkan di saluran air limbah domestik dan badan
air penerima
Periode Pelaksanaan
A. Sumber Dampak
57
Sumber Dampak berasal dari kegiatan domestik karyawan dan kegiatan administrasi
perkantoran
B. Jenis Dampak
Dampak Yang ditimbulkan yaitu volume sampah terutama dimes dan di kantor
Bentuk Pengelolaan :
1) Penyediaan bak-bak sampah yang memadai di lokasi kegiatan
2) Memasang rambu larangan untuk membuang sampah sembarangan
3) Memberikan area kegiatan ecara berkala terutama area mess
4) Pemilihan sampah organic dan non organik
5) Memiliki petugas khusus untuk menjaga kebersihan area kerja dan lingkungan
sekitarnya setiap hari.
Tindakan darurat:-
Lokasi Pengelolaan
Periode Pengelolaan
Bentuk Pemantauan :
1) Memantau terhadap timbulan sampah
2) Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/ media audiovisual)
Lokasi Pemantauan
Periode Pemantauan
58
2) Instansi pengawas yaitu Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Ponorogo
dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bidang Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Ponorogo
3) Insntansi laporan yaitu Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Ponorogo dan
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bidang Kebersihan dan pertamanan Kabupaten
Ponorogo
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Jenis Dampak yang terjadi adalah pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3)
Bentuk Pengelolaan :
1) Mencatat limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dihasilkan dan yang
diangkut pihak ke tiga dalam neraca limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
2) Mengemas limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan jenisnya
dalam kemasan khusus yang diberi symbol dan label ini
59
Gambar 4.3 Kemasan drum untuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
Gambar 2.5 Contoh lay out tempat penampungan semenara limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3)
Keterangan Gambar
: Drum Kosong
: Tembok pembatas
Kelompok Keterangan Limbah
Limbah
2B : Limbah bahan berbahaya dan beracun(B3). Contoh : lateks
60
(konvektor bekas)
3B : Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).Contoh : Accu, Lampu
bekas
6B : Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).Contoh : Oli bekas
Sumber : Pengelompokan Limbah berdasarkan Law, Regulation and Guidelines for Handling
of Hazardous Waste, California Depatemen Of Healt 1975
Lokasi Pengelolaan
Periode Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasi selama timbulnya
bahan berbahaya dan beracun (B3)
Bentuk Pemantauan :
1) Memantau kegiatan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun(B3)
(pencatatan,pengemasan,pelabelan,penyimpanan sementara)
2) Memantau volume dan penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
3) Memantau kegiatan pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
dan dokumen limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) (manifest)
61
4) Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/media audiovisual)
Lokasi Pemantauan
Periode Pelaksanaan
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Tolak ukur peningkatan resiko kebakaran ini yaitu undang-undang Nomor 30 Tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan
Bentuk Pemantauan :
1. Melakukan latian pencegahan dan penanggulangan kebakaran, sekurang-
kurangnya sati kali dalam satu tahun yang meliputi materi antara lain :
Pengetahuan dan penggunaan alat pemadam api ringan;
Pengetahuan dan penggunaan sistem hydrant;
Evakuasi penghuni dan penyelamatan;
Fire safety management;
Rencana operasi dan protap pemadam kebakaran;
2. Menyediakan akses pemadam kebakaran untuk memudahkan kendaraan
pemadam api menuju lokasi
3. Pemasangan rambu dilarang merokok
62
4. Melengkapi sarana penyelamat jiwa dan sistem proteksi kebakaran, antara lain :
SARANA PENYELAMAT JIWA BERUPA :
Sarana jalan keluar;
Pencahayaan darurat tanda jalan keluar;
Petunjuk arah jalan keluar;
Komunikasi darurat;
Pengendali asap;
Tempat berhimpun sementara,dan
Tempat evakuasi
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN BERUPA :
Alat pemadam api ringan;
Sistem deteksi dan alarm kebakaran;
Petunjuk darurat;
Lokasi Pengelolaan
Periode Pengelolaan
63
Pelaksanaan pengelolaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional
Tindakan darurat bila tidak berfungsi :
Segera mengevakuasi karyawan melalui jalur evakuasi yang telah disediakan
dan berkumpul pada area aman kebakaran (assembly point)
Melakukan upaya awal pemadam kebakaran dengan sumber air yang ada di
sekitar lokasi
Segera menghubungi pemadam kebakaran
Bentuk Pemantauan :
1) Memantau kegiatan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
2) Memantau kelaikan fungsi sarana penyelamat jiwa (srana jalan keluar,
pencahayaan darurat tanda jalan keluar, komunikasi darurat, pengendali asap,
tempat berhimpun sementara, dan tempat evakuasi)
3) Memantau kelancaran akses untuk pemaadam kebakaran
4) Memantau kelaikan fungsi sistem proteksi kebakaran (alat pemadam api ringan,
sistem deteksi dan alarm kebakaran, hidran halaman, petunjuk arah darurat)
5) Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/video audiovisual)
Lokasi Pemantauan
Periode Pemantauan
A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut bahan baku dan
hasil produksi erta kendaraan karyawan
B. Jenis Dampak
64
Jenis Dampak yang terjadi yaitu terjadinya gangguan lalu lintas/ kemacetan pada
ruas jalan utama yaitu jalan Desa………
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
angkutan jalan
Bentuk Pengelolaan :
1) Pengaturan lalu lintas pada saat masuk dan pulang kerja yang dilakukan oleh
satpam internal
2) Memasang rambu peringatan hati-hati
3) Pemasangan papan nama perusahaan yang jelas di depan pintu masuk
4) Memasang lampu penerangan yang cukup
5) Kegiatan pengangkutan material di sesuaikan dengan tonase dan kelas jalan yang
dilalui
Tindakan Darurat
Lokasi Pengelolaan
Periode Pengelolaan
Pemasangan rambu lalu lintas dan kelengkapanya dilakukan satu kali dan
pemeliharaanya dilakukan setiap hari selama tahap operasional
Bentuk Pemantauan :
1) Memantau kegiatan pengaturan lalu lintas yang mengendalikan kendaraan
keluar-masuk
2) Memastikan kelancaran di ruas jalan umum
3) Memantau kelaikan fungsi rambu-rambu lalu lintas
4) Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/ video audiovisual)
Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di akses jalan keluar masuk lokasi kegiatan
Periode Pemantauan
65
F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Instansi pelaksana yaitu (CV) ……. Selaku pemrakarsa
2) Instansi Pengawas yaitu Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Ponorogo
dan Dinas Perhubungan (Dishub)
3) Instansi Penerima laporan yaitu kantor lingkungan hidup(KLH) Kabupaten
Ponorogo dan Dinas Perhubungan (Dishub)
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk Pengelolaan :
1) Menerapkan sistem keselamatan kerja dan kesehatan,kerja (K3) terhadap tenaga
kerja.
2) Memprioritaskan fasilitas Asuransi Kerja, bekerjasama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) regional setempat untuk karyawan yang
bekerja.
3) Penyediaan kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
4) Melengkapi karyawan dengan Alat Pelindung Diri (APD) seperti :masker, helm, ,
earplug,sepatu boot, sarung tangan.
5) Pekerjaan dilaksanakan dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang
berlaku
Lokasi Pengelolaan
Periode Pelaksanaan
Periode Pelaksanaan penerapan sistem Keselamatan dan Keehatan Kerja (K3) yaitu
setiap hari
Bentuk Pemntauan :
66
1) Memantau penerapan sistem Keselamtan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap
karyawan
2) Memantau Kesehatan Tenaga Kerja yang bekerja sama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Regional Setempat.
Lokasi Pemantauan
Waktu Pelaksanaan
A. Sumber Dampak
Sumber Dampak dari kegiatan operasional produksi dan penggunaan tenaga kerja
B. Jenis Dampak
Bentuk Pengelolaan :
1) Koordinasi dengan desa setempat dalam perekrutan tenaga kerja
2) Melaksanakan dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar lokasi
3) Membina hubungan yang harmonis, berkomunikasi aktif dengan perintah desa
setempat
4) Melaksanakan kegiatan rekruitmen secara transfaran dan terbuka
5) Melakukan Coorporate Social Responsibility (CSR) /bina lingkungan (memberikan
fasilitas kebutuhan warga sesuai dengan kemampuan dan anggaran dari
perusahaan)
67
Lokasi Pengelolaan
Lokasi Pelaksanaan
Bentuk Pemantauan :
1. Memantau hubungan antara pemrakarsa dan desa
Lokasi Pemantauan
Waktu Pelaksanaan
A. Sumber Dampak
Sumber dampak berasal dari kegiatan penggunaan tenaga kerja sejumlah 7 orang
B. Jenis Dampak
Jenis Dampak yang terjadi yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi penduduk
setempat sehingga dapat meningkatkan pendapatan
Tolak Ukur Dampak yang digunakan adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Kep-20/MEN/III/2004 Tentang Jumlah Tenaga Kerja Lokal yang
Terserap
68
Bentuk Pengelolaan :
1) Memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja, sesuai dengan
keahlian dan kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan
2) Gaji Karyawan Disesuaikan Dengan Upah Minimum Kabuaten (UMK)
3) Melaksanakan wajib lapor ketenagakerjaan melalui dinas terkait
4) Mengikut sertakan pekerja dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan
Tindakan Darurat
Lokasi Pengelolaan
Periode Pengelolaan
Bentuk Pemantauan
1. Memantau jumlah penduduk setempat yang bekerja di (CV)….
Lokasi Pemantauan
Waktu Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan yaitu dilaksanakan setiap tahun untuk fluktuasi jumlah tenaga
kerja
69
70