Bab I.teratologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumbuh merupakan perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai jadi
bentuk kompleks dan dewasa. Mahluk asalnya terdiri dari satu sel dan hidupnya
tergantung kepada parent menjadi mahluk yang terdiri dari banyak sel yang
tersusun atas berbagai jaringan dan alat yang kompleks, dan yang dapat berdiri
sendiri dan sanggup bereproduksi. Dalam tahapan embryologi selalu sejalan
dengan perkembangan organogenesis, salah satunya adalah perkembangan organ-
organ anggota tubuh. Perkembangan ini selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor
terpenting. Faktor ini bisa saja membantu dan bahkan bisa menjadi penghambat
dalam perkermbangan organ anggota tubuh tersebut, di antaranya faktor genetik,
lingkungan dan faktor fisik pada rahim. Beberapa faktor ini perlu diperhatikan,
karena faktor-faktor ini berhubungan langsung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organ-organ anggota tubuh yaitu dalam proses perkembangan
embryo di dalam rahim.
Kurangnya perhatian sewaktu ibu hamil terhadap faktor-faktor tersebut, dapat
menimbulkan kelainan pada janin yang akan menjadi cacat atau kelainan bawaan
sampai lahir. Pengetahuan masyarkat secara umum mengenai pengaruh teratogen
terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin masih sangat terbatas, hal ini
dikarenakan masyrakat belum memahami dampak dari faktor-faktor yang
mempengaruhi perumbuhan dan perkembangan janin dimasa embryo, salah
satunya kelainan bawaan pada tangan bengkok. Sehubungan dengan hal tersebut
di atas, guna mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kelainan bawaan pada tangan bengkok, maka dilakukan studi kasus terkait
permasalahan ini melalui observasi dan pengamatan.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian di atas maka, yang menjadi permasalahan dalam makalah
ini yaitu: Faktor apakah yang memepengaruhi terjadinya tangan bengkok pada
masa pembentukan anggota tubuh manusia di dalam janin?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui Faktor yang
memepengaruhi terjadinya tangan bengkok pada masa pembentukan anggota
tubuh manusia di dalam janin.

1.4 Manfaat
Dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Makalah ini diharapkan menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat
secara umum tentang Teratologi yaitu berupa anomali pertumbuhan dan
perkembangan pada manusia.
2. Dapat memberikan imformasi ilmiah dibidang kedokteran dan instansi terkait
tentang pengaruh teratogen terhadap cacat bawaan berupa kelainan tangan
bengkok pada manusia.
3. Sebagai bahan masukan untuk mata kuliah Perkembangan Hewan dan mata
kuliah Genetika terkait tentang Teratologi/Teratogen dalam pertumbuhan dan
perkembangan pada manusia.
4. Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Teratologi
Teratologi merupakan salah satu dari cabang embriologi yang khusus
mengenai pertumbuhan struktur abnormal yang luar biasa. Teratologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang atau sebab-sebab terjadinya kelainan
bentuk (malformasi) pada mudigah yang sedang berkembang. Terotologi atau
teratologia berasal dari kata Yunani. Teratos = monster = bayi yang lahir cacat
hebat dan logos = ilmu, biasanya pada bayi yang lahir abnormal disebut “bayi
monster” (baby monster). Kelainan bentuk dapat berupa kelainan struktur,
perilaku, faal dari metabolik yang terdapat pada waktu lahir dan biasa di
istilahkan dengan malformasi kongenital, anomali kongenital atau cacat lahir.
Secara alam keadaan cacat sulit untuk dipastikan apa penyebabnya yang
khusus, mungkin sekali diakibatkan oleh gabungan atau kerjasama berbagai faktor
dari genetik dan lingkungan. Penyebab teratogenesis disebut faktor-faktor
teratogen dan kejadian cacat ini dapat dilakukan secara eksperimental yang
disebut dengan eksperimental teratogen. Kelainan bentuk / malformasi yang
sering juga ditemukan seperti sireno melus (anggota seperti ikan duyung, anggota
belakang tidak ada, anggota depan pendek), phocomelia (anggota seperti anjing
laut, tangan dan kaki seperti sirip untuk mendayung), polydactyly (berjari
banyak), syndactyly (jari buntung, tidak berjari kaki dan tangan), ada ekor,
dwarfisme (kerdil), crehorisme (cebol) dan gigantisme (raksasa).
Era baru dalam teratologi dimulai setelah penggunaan talidomid, suatu
obat hipnotik-sedatif, dalam klinik. Menurut Adam et al (2000), obat ini
diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun 1950-an di Jerman, dan terbukti
relatif tidak toksik pada hewan coba dan manusia. Jadi, meskipun dosis terapi 100
mg, dosis sebesar 14.000 mg yang dimakan untuk bunuh diri tidak akan
mengakibatkan kematian. Obat ini digunakan, antara lain, untuk meringankan
mual-mual pada wanita hamil muda. Dalam tahun 1960, dilaporkan beberapa
kasus fekomelia. Pada tahun berikutnya, kasus ini semakin banyak ditemukan.
Fekomelia adalah suatu jenis cacat bawaan yang sangat langka berupa pendeknya
atau tiadanya anggota badan. Penelusuran penyebab fekomelia pada kasus-kasus
itu segera sampai pada penggunaan talidomid oleh ibu-ibu hamil, terutama antara
minggu ketiga dan minggu ke delapan kehamilan. Segera obat ini dilarang
beredar.
Meskipun demikian, sekitar 1.000 bayi cacat telah lahir di beberapa
negara. Karena parahnya cacat bawaan itu, dirancanglah prostese khusus dan
diadakan program rehabilitasi khusus. Namun, efek tragis yang dramatis pada
individu yang cacat dan trauma pada keluarga serta masyarakat yang demikian
besar menyebabkan diambilnya semua tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya teratogenesis akibat ulah manusia itu. Salah satu tindakan ini
adalah melakukan berbagai jenis uji pada sejumlah besar obat, zat tambahan
makanan, pestisida, zat kimia dan bahan pencemar lingkungan seperti logam berat
misalnya serta alkohol (Adam et al, 2002), dan rokok (Adam et al, 2003) untuk
menentukan potensi teratogenisitasnya.
Kejadian kelainan bentuk karena beberapa hal diantaranya :
1. Gangguan pertumbuhan ditengah jalan
2. Terhentinya pertumbuhan di tengah jalan
3. Kelebihan pertumbuhan
4.Salah arah diferensiasi
Gangguan pertumbuhan mengakibatkan mudigah yang tidak mempunyai
ginjal, tidak punya anggota, tidak ada pigmen (albino). Pertumbuhan terhenti di
tengah jalan mengakibatkan : cacat sumbing, ada celah pada langit-langit
(palattum durum), uterus duplex, dwarfisme, hernia. Kelebihan pertumbuhan
mengakibatkan : gigantisme, polydactyly, dan kembar. Differensiasi salah arah
mengakibatkan : tumor, achondroplasia, mongolisme teratoma dan lain-lain.
Makin tinggi kadar teratogen semakin parah tingkat teratogenitasnya.
Bahan yang dapat menimbulkan teratogenesis secara eksperimental ialah cortison,
insulin, progesteron, thalidomide, azathiopurine, salicylate. Cacat lahir yang tidak
diketahui penyebabnya sekitar 40 – 60%. Cacat lahir yang disebabkan oleh
genetik seperti kelainan kromosom dan gen-gen mutan sekitar 15 %. Cacat lahir
yang disebabkan oleh faktor lingkungan sekitar 10%. Cacat lahir yang disebabkan
oleh pengaruh gabungan faktor genetik dan lingkungan (keturunan multifaktorial)
sekitar 20-25%.
Pada manusia, angka kematian yang ditimbulkan diakibatkan adanya cacat
lahir hampir terjadi di seluruh dunia, baik untuk orang Asia, Amerika, Afrika,
Amerika Latin, Kaukasus dan penduduk asli Amerika (Sadler,1997). Cacat lahir
merupakan angka tertinggi dalam menduduki tingkat kematian bayi di Amerika
Serikat (tahun 1988).
Beberapa jenis anomali, yaitu:
1. Malformasi
Malformasi adalah kelainan yang terjadi selama pembentukan struktur
yaitu pada saat organogenesis. Cacat-cacat ini bisa menyebabkan hilangnya sama
sekali atau sebagian dari sebuah struktur atau perubahan-perubahan konfigurasi
normal. Kejadian ini disebabkan oleh faktor genetik dan/atau lingkungan yang
bekerja sendiri-sendiri atau bekerja sama.
2. Distrupsi
Distrupsi adalah perubahan morfologi yang terjadi setelah pembentukan
struktur organ. Disebabkan oleh proses pembentukan pembuluh darah yang
menyebabkan atresia usus, cacat-cacat yang ditimbulkan oleh pita amnion.
3. Deformasi
Deformasi adalah kelainan bentuk yang disebabkan oleh gaya-gaya
mekanik yang mencetak sebagian mudigah dalam jangka waktu yang lama.
Deformasi sering mengenai sistem kerangka otot dan biasanya bisa pulih setelah
lahir.
4. Sindrom
Sindrom adalah sekelompok cacat yang terjadi secara bersamaan, mempunyai
etiologi yang spesifik dan sama. Misalnya : heart defects (cacat jantung),
anomali genital dan telinga, retarded growth (keterlambatan pertumbuhan, atresia
choanal (atresia coona), anomali, vertebrat, anus, cardiac trakeoesofagus, renal,
limb dan coloboma.
Kejadian “Baby Monster” yang telah dilakukan penelitian oleh Goldstein dan
Murphy terhadap 106 wanita hamil yang sedang menjalani pengobatan radiasi,
dari bayi yang dilahirkan 38 mengalami cacat, 16 tidak cacat, sisanya idiot dengan
kepala kecil-kecil. Penyebab terjadinya baby monster adalah :
1. Pembuahan sperma dan ovum yang abnormal
2. Kegagalan perjalanan sel telur dari ovarium ke rahim
3. Kegagalan fungsi hormon, terutama hormon yang mempengaruhi korpus
luteum.
4. Kelainan bentuk fisik dari kandungan, seperti kesalahan posisi, perubahan
bentuk akibat kandungan
5. Infeksi kandungan
6. Infeksi pada janin
7. Toksisitas
8. Defisiensi zat gizi
9. Kelainan genetik
10. Kelainan non genetik
Hasil penelitian oleh Gregg (1941), bahwa ibu yang hamil pada tri mester
pertama menderita rubella maka bayi yang dilahirkan akan menyebabkan kelainan
pada mata (congenital catarac), otak yang kecil (micropthalmus) bisu tuli (deaf
mutism); kelainan jantung (cardiac defect), kepala kecil (micro cephaly) dan
kelainan gigi (dental defect).
Faktor-faktor yang menentukan kemampuan suatu agen untuk
menimbulkan cacat lahir telah diketahui dengan pasti melalui penelitian dan
pengamatan laboratorium yang disimpulkan dalam prinsip-prinsip teratologi.
Prinsip-prinsip teratologi menurut Wilson (1959), adalah ;
1. Kerentanan terhadap teratogenesis tergantung pada genotip konseptus dan
cara ibu yang penting dalam hal metabolisme obat, ketahan terhadap infeksi,
dan proses-proses biokimiawi serta molekuler lainnya yang akan
mempengaruhi perkembangan konseptus.
2. Kerentahan terhadap terogen berbeda-beda menurut stadium perkembangan
saat paparan, masa yang paling sensitif untuk timbulkan cacat lahir adalah
masa embriogenesis. Meskipun kebanyakan kelainan/cacat terjadi selama
masa embriogenesis, cacat bisa juga terjadi sebelum atau sesudah masa ini,
sehingga tidak ada satu masa yang benar-benar aman.
3. Manifestasi perkembangan abnormal tergantung pada dosis dan lamanya
paparan terhadap suatu teratogen.
4. Teratogen bekerja dengan cara (mekanisme) yang spesifik pada sel-sel atau
jaringan-jaringan yang sedang berkembang untuk memulai proses
embriogenesis yang abnormal.
5. Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian, malformasi,
keterlambatan pertumbuhan dan gangguan fungsi.
Secara experimental dapat di buat cacat / defect dengan mempergunakan
salah satu teratogen (penyebab teratogenesis) dan mengontrol faktor yang lainnya.
Teratogen bekerja lewat proses :
1. Mengubah kecepatan proliferasi sel.
2. Menghalangi sintesa enzim.
3. Mengubah permukaan sel sehingga terjadi agregasi secara tidak teratur.
4. Mengubah matrix yang mengganggu perpindahan sel-sel
5. Merusak organizer atau daya kompetisi yang berespon

2.2 Mekanisme Kerja Teratogen


Kerentanan terhadap teratogen berbeda-beda menurut stadium
perkembangan saat paparan. Masa yang paling sensitif untuk menimbulkan cacat
lahir pada manusia adalah masa kehamilan minggu ketiga hingga kedelapan.
Masing-masing sistem organ mempunyai satu atau beberapa stadium kerentanan.
Manifestasi perkembangan abnormal tergantung pada dosis dan lamanya paparan
terhadap suatu teratogen. Teratogen bekerja dengan cara spesifik pada sel-sel dan
jaringan ringan yang sedang berkembang untuk memulai patogenesis yang
abnormal. Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian, malformasi,
keterlambatan perkembangan, dan gangguan fungsi (Anonimus, 200311).
Aksi suatu zat yang berakibat pada kecacatan selama kebuntingan
berhubungan erat dengan perkembangan fetus. Perkembangan fetus dibagi
menjadi blastogenesis, organogenesis, histogenesis dan pematangan fungsional (
Rang et al., 1999). Pada fase blastogenesis merupakan proses utama dalam
pembelahan sel sehingga zat teratogen dapat mengakibatkan kematian embrio
dengan menghambat proses pembelahan sel. Pada organogenesis, terjadi proses
pembentukan organ sehingga zat teratogen akan menyebabkan malformasi organ,
jenis malformasi tergantung dari jenis teratogen. Histogenesis dan pematangan
fungsional tergantung pada suplai nutrisi dan diatur berbagai sistem hormon
(Kalant and Roschlau, 1989).
Banyak zat-zat kimia terbukti bersifat teratogen pada hewan coba tetapi
tidak pada manusia yang mungkin disebabkan manusia kurang rentan dan tingkat
pajanan yang tinggi pada manusia. Efek teratogenik suatu zat kimia dapat muncul
berupa tingkat kebuntingan yang rendah, jumlah anak per induk yang berkurang
dan ketahanan hidup janin yang rendah (Frank, 1995).
Perkembangan tidak normal dapat disebabkan oleh faktor genetik seperti
mutasi dan aberasi serta faktor lingkungan baik yang berasal dari obat, radiasi,
infeksi, defisiensi dan emosi. Banyak zat kimia mempengaruhi replikasi dan
transkripsi asam nukleat atau translasi RNA. Teratogen tertentu dapat
mempengaruhi pasokan energi yang digunakan untuk metabolisme dengan cara
langsung mengurangi persediaan substrat dan analog seperti glukosa, asam amino
dan vitamin. Kondisi hipoksia juga bersifat teratogen dengan mengurangi oksigen
dalam proses metabolisme yang membutuhkan oksigen yang dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan osmolaritas. Ketidakseimbangan ini
meyebabkan odema yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelainan bentuk
dan iskemia jaringan (Yatim, 1982; Poernomo, 1999).
Kelainan teratogenik yang timbul ditentukan oleh tempat kerja (site of
action) dan tahap kerja (stage of action) dari perkembangan organ yang
dipengaruhi. Terdapat empat tingkatan aksi zat teratogen yaitu aksi primer yang
terjadi pada kompartemen intraseluler (intracellular compartement) pada
rangkaian interaksi antara inti dan sitoplasma pada produksi metabolit yang khas
dari sel tersebut. Kedua, aksi primer terjadi karena kelainan dalam struktur dan
fungsi dari permukaan sel (cell surface). Ketiga, terjadi karena ketidaknormalan
pada matriks ekstraseluler (celluler matrix). Keempat, pada lingkungan janin
(fetus environment) ketidaknormalan pada tingkat organisme atau dalam
hubungan feto-maternal.
Tahap kerja (Stage of Action) pada perkembangan organ tubuh, tahap ini
merupakan tahap perkembangan organ selama embriogenesis berupa rangkaian
tingkat yang berbeda-beda yang dikontrol dengan tepat. Pada tahap ini akan
terbentuk susunan jaringan yang teratur dengan bentuk dan ukuran yang spesifik
serta stadium pertumbuhan ini sangat peka terhadap faktor genetik maupun faktor
lingkungan. Perubahan pada tiap tahap pertumbuhan mempunyai kepekaan
terhadap teratogen yang berbeda. Perkembangan suatu organ meliputi kejadian-
kejadian yang dapat dibedakan menjadi : determinasi, proliferasi, organisasi
seluler, migrasi dan kematian morfologik sel (Yatim, 1982).
Faktor-faktor teratogen, Sampai saat ini faktor yang menyebabkan
teratogenik adalah :
A. Faktor Genetik
Banyak cacat kongenital terutama pada manusia yang di turunkan, dan
beberapa diantaranya jelas mengikuti pola Hukum Mendel. Pada banyak kasus,
kelainan dapat langsung disebabkan oleh perubahan pada satu buah gen saja.
Karena itu dinamakan mutasi gen tunggal yang dimaksud mutasi yaitu perubahan
pada susunan mukletida gen.
Beberapa kelainan yan disebabkan oleh faktor genetik yaitu :
1. Mutasi
Mutasi menimbulkan alel cacat yang mungkin dominan atau resefif. Pada
manusia jenis cacat yang disebabkan oleh mutasi gen tunggal diperkirakan
mendekati 8% dari seluruh malformasi.
Gen-gen membentuk pasangan-pasangan disebut alel, ada alel cacat yang
diturunkan bersama-sama dengan karakter jenis kelamin contohnya cacat karena
mutasi adalah polydactily, syndactily, hemophylia, musculor dystrophy, albino
2. Aberasi
Aberasi adalah kelainan kromosom bisa merupakan kelainan jumlah atau
kelainan susunan. Aberasi merupakan penyebab penting malformasi kongenital
dan abortus spontan. Diperkirakan bahwa 50 % dari semua konsepsi berakhir
dengan abortus spontan dan bahwa 50 % dari abortus ini mempunyai kelainan
kromosom berat. Jadi kira-kira 25% dari semua konsepsi mengalami
kelainan/cacat kromosom utama. Contoh catat karena sindromo, seperti Sindroma
Down, Sindroma Turner, Sindroma Klinefelter, Triploidi, Trisomi.

B. Faktor Lingkungan
Banyak faktor dapat berkaitan dengan deferensiasi dan pertumbuhan
mudigah akan tetapi, hasilnya tidak harus berupa suatu kelainan nyata. Pada
beberapa contoh bahan-bahan teratogenik sedemikian toksis sampai dapat
mengenai sistem organ mudigah yang sangat penting, sehingga mengakibatkan
kematian pada kasus lain pengaruh lingkungan dapat sedemikian ringannya
sehingga mudigah dapat bertahan hidup, tetapi beberapa sistem organnya
terganggu. Hal ini dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan atau gangguan
fungsi baik sebagian ataupun total.
Hingga awal 1940-an diduga bahwa cacat kongenital terutama disebabkan
oleh faktor genetik. Setelah Gregg menemukan penyakit campak Jermantersebut
yang menyerang seorang ibu selama awal kehamilan menyebabkan kelainan pada
mudigah, tiba-tiba menjadi jelas bahwa kelainan kongenital juga dapat disebabkan
oleh faktor lingkungan. Pengamatan oleh Lenz yang mengaitkan cacat pada
tungkai dengan obat sedative, thalidomide pada turun 1961, memperjelas bahwa
obat-batan dapat melintasi plasenta dan menimbulkan cacat lahir. Sejak saat itu
banyak bahan-bahn diketahui sebagai terotogen.
Tragedi Minamata Disease di Jepang (1972), disebabkan konsentrasi
pencemaran senyawa merkuri di daerah Teluk Minamata sehingga terjadi
akumulasi pada ikan dan binatang laut lainnya, kemudian melalui rantai makanan
senyawa merkuri ini akan sampai dalam tubuh manusia, akhirnya mengakibatnya
keracunan (Clarke, 75)
Beberapa kelainan yang disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu :
A. Agen-Agen Infektif
1. Rubella (Campak Jerman)
Gregg adalah orang Jerman pertama yang menduga bahwa campak Jerman
yang menyerang wanita hamil pada awal kehamilan dapat menimbulkan
kelainan-kelainan kongenital. Dapat di pastikan virus rubella mengakibatkan
malformasi pada mata (katarak dan microflalmia), telinga bagian dalam (tuli
kongenital karena kerusakan alat konti), jangkung (duktus arteriosus persisten)
cacat otak, keterbelakangan mental, keterlambatan pertumbuhan pada rahim,
kerusakan miokardium dan cacat-cacat vascular. Jenis cacat ditentukan oleh
tingkat perkembangan mudigah pada saat terjadinya infeksi.
2. Sitomegalovirus
Menyebabkan malformasi dan infeksi janin kronis yang berlangsung sampai
lahir dengan gejala utama infeksi virus ini adalah mikrocephalus, perkapuran otak,
kebutaan karioretinitis dan hepatosplenomegali.

3. Virus Herpes Simpleks


Infeksi ini ditularkan pada saat kelahiran, dengan gejala utama microsefali,
microftalmus, displasia retina, hepatomegali, splenomegali dan keterbelakangan
jiwa. Ciri-ciri penyakit virus ini adalh reaksi-reaksi keradangan.
4. Varisela (Cacar Air)
Kira-kira ada 20% kesempatan kelainan korgenital yang terjadi kalau ibu-ibu
terinfeksi varisela pada trimester pertama kehamilan dengan gejala ; hipoplasia
tungkai, keterbelakangan jiwa dan atrofi otot.
5. Toxoplasmosis
Infeksi parasit protozoa toxoplasma gondii pada ibu yang didapatkan pada
daging yang kurang matang. Binatang pemeliharaan (kucing) dan tanah yang
tercemar oleh tinja, telah terbukti menimbulkan cacat kongenital, dengan gejala
adalah hidrosefalus, keterbelakangan jiwa, khorioretinitis, mikroftalmos dan
cacat mata lainnya. Penyakit ini biasanya tidak dikenali pada wanita-wanita
hamil.
6. Virus Herpes Simpleks
Infeksi ini ditularkan pada saat kelahiran, dengan gejala utama adalah
microcephali, microfthalmus, displasia retina, hepatomegali, splenomegali dan
keterbelakangan jiwa.
7. Varicela (cacar air)
Kelainan kongenital yang terjadi kalau induk terinfeksi varicela adalah 20%
pada kebuntingan awal, dengan gejala: hipoplasia tungkai, keterbelakangan jiwa,
atrofi otot.
8. Infeksi Virus Lainnya dan Hipertermia
Malformasi yang terjadi setelah ibu mengalami infeksi campak, hepatistis,
parotitis, poliomielitis dan virus echo. Sebuah cacat yang disebabkan oleh agen-
agen infektif adalah pirogenik dan hypertermia (peninggian temperatur tubuh).
Penderita hipertermia yang sedang hamil pada saat lipatan-lipatan saraf sedang
menutup dan selama masa embriogenesis maka akan lahir anak anensefali.
9. HIV
Adanya sistem kekebalan yang berkeruang atau bahkan tidak ada akibat dari
Virus ini adalah mikrocephali, keterbelakangan pertumbuhan.
10. Sifilis
Merupakan penyakit kelamin yang harus diwaspadai dan pada janin
menyebabakan kelaian jiwa serta tuli.

B. Agen-agen fisik
Efek teratogen dari pengaruh radiasi yang berasal sinar X adalah
mikrocephali spina bifida, cacat ekstremitas, palatoskisis (cacat celah palatum)
dan kebutaan. Pada janin manusia belum diketahui dosis aman maksimum, namun
pada embrio mencit dapat terjadi kerusakan dengan dosis 5 rad.
Pengaruh radiasi dengan dosis kecil pada mencit terbukti menyebabkan
mutasi dan lebih lanjut terjadi kelainan kongenital pada generasi berikutnya.
Wanita Jepang yang hamil pada saat bom atom Hirosima dan Nagasaki, terbukti
28% mengalami keguguran, 25% melahirkan anak yang mati, 25% mengalami
kelainan susunan saraf pusat.
C. Agen-agen kimiawi
1. Merkuri organik dan timah hitam
Pengaruh bahan kimia yang secara tidak langsung dihirup melaui
pernafasan tanpa disadari akan memicu timbulnya teratogenik. Mercury
(Methylmercury), racunnya secara akut dapat menyebabkan pharyngitis,
gastroentritis, vomiting, nephritis, hepatitus dan kolaps, sedangkan secara kronis
dapat menyebabkan kerusakan hepar, neural dan teratogenesis. Lead, karena
ukuran dan serbuannya yang secara bersamaan, lead dapat menggantikan calsium
masuk dalam tulang. Sehingga keracunan Lead dapat menyebabkan
nephrotoxicity, neurotoxicity dan hypertensi. Arsenic, jika terhisap perinhalasi
dari makanan dan minuman yang tercemar dapat menyebabkan vomiting, diarrhea
dan kelainan jantung. Cadmium, cadmium yang tercampur metallothionein jika
terikat zinc dan copper dalam tubuh dapat menggaggu level homeostasis.
2. Bahan makanan dan minuman
Mengkonsumsi minuman yang berakohol pun dengan kadar tinggi akan
berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Alkohol akan menyebabkan sindrom
alkohol janin, fisura palpebrae pendek, hiploplasia rahang atas, cacat jantung,
keterbelakangan jiwa. Pada perokok berat bagi wanita hamil, nikotin yang
terkandung dalam rokok menyebabkan kelainan berupa keterlambatan
pertumbuhan, mikrocephali, kelainan perilaku dan gastroskisis.

D. Hormon
1. Agen-agen androgenik
Progestin sintetik sering digunakan selama proses kehamilan untuk
mencegah abortus. Progestin etisteron dan non etisteron mempunyai kegiatan
androgenik yang besar dan banyak menyebabkan kasus maskulinisasi alat kelamin
pada mudigah wanita. Kelainan yang ditimbulkan yaitu pembesaran klitoris ada
hubungan dengan dengan penyatuan lipatan labioskrotal.
2. Dietilstilbestrol
Estrogen sintetik yang sering digunakan untuk mencegah abortus ini sudah
digunakan sejak tahun 1940-an. Pada tahun 1971 obat ini digunakan untuk
kontraindikasi, ketika dipastikan banyak wanita muda yang terkena karsinoma
vagina dan serviks akibat adanya obat ini dalam uterusnya,Kelainan kongenital
yang timbul pada embrio wanita yaitu pada tuba uteri, uterus dan vagina bagian
atas. Pada mudigah pria dari induk yang terpapar obat ini adalah kelainan pada
testis dan analisis sperma abnormal. Pada manusia akibat yang terjadi tidak sama
antara wanita dan pria, pada pria tidak menunjukkan peningkatan resiko
perkembangan karsinoma sistem kelamin.
3.Kortison
Percoban telah berulang kali dilakukan pada keliinci dan mencit pada
tingkat kehamilan tertentu dapat menyebabkan palatoskisis pada keturunannya,
akan tetapi jumlah pada manusia masih belum dapat dipastikan.

E. Defisiensi Nutrisi
Terutama akibat kekurangan vitamin A (isotretionin) dapat menyebabakan
hiplopasia mandibula, celah langit-langit, cacat jantung. Defisiensi asam valproat
akan menyebabkan kelainan jantung dan cacat tubaneuralis.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1. Jenis kasus
Penderita tangan bengkok
3.2. Lokasi Dan Waktu Pengamatan
1. Lokasi: kelurahan dulmayo, kecamatan bongomeme, kab.gorontalo.
2. Waktu: Pengamatan ini dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2011.
3.3. Identitas Penderita

Nama: fikri
Nama orang tua
- Ayah : koja akase
- Ibu : rusmini
Alamat : Kelurahan
Dulamayo.
Kecamatan
Bongomeme.
Kab.Gorontalo

3.4. Deskripsi Kehidupan Penderita Kelainan


Fikri merupakan anak ke-1 dari pasangan suami-istri Koja Akase dan
Rusmin. Lahir pada 7 Januari 2001. Saat ini Ilham telah berumur 11 tahun dan
duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Dari lahir Fikri telah menderita kelainan
bawaan tangan bengkok yaitu berupa kelainan. Kelainan ini merupakan kelainan
yang telah terjadi semasa masih dalam kandungan ibunya. Dalam wawancara
yang diakuan kepada kedua orang tua Fikri, mengatakan bahwa mereka tidak
mengetahui apa penyebab sehingga Fikri lahir dengan tangan yang bengkok.
Namun seingat ibu fikri bahwa ia mengalami sakit saat mengandung fikri dan
disaat itu pula ibu fikri sering mengkonsumsi obat-obatan yang dijual di warung
tanpa konsultasi dari dokter. Hal ini mengingat kehidupan ekonomi keluarga
orang tua fikri sangat terbatas, sehingga tidak mampu berkonsultasi ke Dokter.
Dari pernyataan ibi fikri juga bahwa ia adalah seorang pembantu, jadi saat
hamil ibu fikri mengalami kecapeaan karena kerja keras yang tidak henti-
hentinya. Berdasarkan pengamatan dapat dilihat bahwa orang tua fikri menikah
pada usia 30 ke atas, karena dilihat dari raut wajah orang tua fikri mereka
tampaknya sudah berumur 40 lebih.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Konsumsi obat-obatan pada masa kehamilan


Mengonsumsi obat-obatan tidak boleh sembarangan karena kandungannya
mungkin saja membahayakan kehamilan. Beberapa jenis obat dan jejamuan yang
diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada janin. Inilah alasan
mengapa selama kehamilan, khususnya trimester pertama, ibu hamil amat
dianjurkan untuk menghindari pemakaian obat-obatan tanpa berkonsultasi terlebih
dulu dengan dokter kebidanan dan kandungan yang menanganinya.
Pemakaian obat pada wanita hamil dapat menimbulkan masalah bukan
saja akibat reaksi obat yang tidak diharapkan pada ibu, akan tetapi fetus juga
harus dipertimbangkan sebagai target potensial. Tipe reaksi yang timbul pada
fetus bergantung pada tahap perkembangan pada saat pemaparan obat yang
bersangkutan. Ada 4 tahap utama gestasi pada manusia yaitu :
1. Preimplantasi yang berlangsung 12 hari sejak konsepsi sampai implantasi.
2. Organogenesis selama hari ke-13 sampai ke-56 kehamilan.
3. Triwulan kedua dan ketiga-perkembangan fungsional dan pertumbuhan nyata
terjadi pada gigi, sistem syaraf pusat, endokrin, genital dan sistem imun. .
4. Tahap kelahiran yang relatif singkat yang mengakhiri kemungkinan pengaruh
pemakaian obat ibu pada fetus.
Obat dapat memberikan dampak utama pada sistem saraf pusat janin yang
sedang berkembang. Dua mekanisme yang penting adalah efek teratogenik dan
timbulnya adiksi pasif yaitu sifat ketergantungan fisik yang timbul pada janin
akibat pemaparan obat melalui ibunya. Teratogenik berasal dari bahasa Yunani
yang berarti menghasilkan monster, lebih tepat disebut dismorfogenik. Obat dapat
menimbulkan respon teratogen bila diberikan selama periode organogenesis yang
berlangsung dari hari ke-13 sampai hari ke-56 masa kehamilan. Pemaparan lebih
dini dapat memberikan efek embriosida (membunuh embrio). Pemaparan fetus
terhadap obat terjadi karena obat melewati jalur plasenta ibu-fetus. Suatu bahan
teratogen tunggal dapat menimbulkan berbagai malformasi dan suatu malformasi
tunggal dapat diinduksi oleh sejumlah teratogen. Gangguan yang terkenal adalah
akibat thalidomid; 10–40% ibu hamil yang memakainya selama masa kritis
kehamilan melahirkan bayi cacad. Sesungguhnya hanya se-jumlah kecil obat yang
secara pasti menyebabkan deformitas fetus bila diberikan pada ibu hamil.

4.2 pengaruh hamill diusia tua


Menurut penelitian telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada
seorang wanita berkisar antara 20-30 tahun, artinya ; melahirkan setelah umur 20
tahun jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur
30 tahun. Berarti anak cukup 2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran ke
empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin.
Dari hasil wawancara terlihat bahwa ibu fikri hamil diusia tua. Hal ini juga
berpengaruh terhadap perkembangan janin yang ada dalam kadungan, tidak
hanya itu saja nutrisi dan istrahat yang cukup yang dibutuhkan oleh seorang ibu
yang sedang hamil akan mempengaruhi keadaan janin di dalam rahim. Faktor-
faktor yang telah dijelaskan diatas sangat mendukung sehingga anak dari ibu
rusmini mengalami cacat bawaan sejak lahir. Ini juga diakibatkan oleh kurangnya
biaya dalam memenuhi kebutuhan seorang ibu hamil. Pada masa kehamlan
sangat dibutuh pemenuhan gizi yang baik untuk kepentingan janin yang ada
dalam rahim seorang ibu.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan


terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun
nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.
Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada
keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam
darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang
cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan
berjalan baik.
Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat respiratorik,
metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari
tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di
atas terganggu, maka janin seperti “tercekik”, dan pertumbuhannya akan
terganggu.
Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa
kelainan bawaan ataupun kelainan karena pengaruh lingkungan, maka
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan dapat mengalami
gangguan.
Menurut penelitian telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada
seorang wanita berkisar antara 20-30 tahun, artinya ; melahirkan setelah umur 20
tahun jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur
30 tahun. Berarti anak cukup 2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran ke
empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin.
Abortus ( keguguran ), prematuritas dan dismaturitas ( bayi kecil untuk
masa kehamilan ) dan postdatisme ( kehamilan lewat waktu ) kadang-kadang
masih sulit di deteksi dengan baik. Dengan pengenalan dan penanganan dini,
gangguan dan penyulit kehamilan dapat dikurangi.
Penyakit yang diderita ibu baik sejak sebelum hamil ataupun sesudah
kehamilan, seperti : penyakit paru, penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal dan
hipertensi, penyakit kelenjar endokrin ( gondok , diabetes mellitus, penyakit hati ),
penyakit infeksi ( virus, bakteri parasit ), kelainan darah ibu-janin ataupun
keracunan obat dan bahan-bahan toksis, juga merupakan penyabab yang
mengakibatkan terjadinya gangguan dan penyulit pada kehamilan.
Disamping itu, kehamilan sendiri dapat menyebabkan terjadinya penyakit
pad ibu hamil. Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini antara lain : toksemia
gravidarum ( keracunan hamil ), perdarahan hamil tua yang disebabkan karena
plasenta previa ( plasenta menutupi jalan lahir ), dan solusio plasenta ( plasenta
terlepas sebelum anak lahir ). Penyebab kematian ibu bersalin di Indonesia masih
di dominasi oleh perdarahan, infeksi dan toksemia gravidarum.
Seperti diuraikan sebelumnya, lingkungan dimana ibu hamil bertempat
tinggal secara tidak langsung juga berperan dalam timbulnya penyulit pada
kehamilan. Tempat tinggal yang pengap, kurang udara segar, lingkungan yang
kotor, ibu yang tidak dapat beristirahat cukup dan gizi yang jelek dapat
merupakan faktor penyebab.

5.2. Saran
Dalam kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin sebaiknya harus
dapat diikuti dengan baik. Adanya kelainan pertumbuhan janin seperti KMK (
kecil untuk masa kehamilan ), BMK ( besar untuk masa kehamilan ), kelainan
bawaan seperti hidrosefalus, hidramnion, kehamilan ganda ataupun adanya
kelainan letak janin sedini mungkin harus segera dapat di deteksi. Bila keadaan ini
baru di diagnosa pada kehamilan lanjut, maka penyulit pada kehamilan dan
persalinan akan sering dijumpai.
Kemiskinan, kebodohan, ketidaktahuan, dan budaya diam wanita
Indonesia, ditambah lagi oleh transportasi yang sulit dan ketidakmampuan
membayar pelayanan yang baik akan menyebabkan pelayanan antenatal di
Indonesia masih kecil cakupannya.
Daftar pustaka

Volpe JJ. Neurology of th Newborn, 2nd ed., Philadelphia: WB Saunders


Company, 1987;hal.664-91.

Girwood RH. Clinical Pharmacology, 25thed., Londong: Bailliere Tindall, 1984;


Hal. 561-5.

Avery GS. Drug Treatment, 2nd ed., Sydney, New York: Adis Press, 1980; hal.
65, 86-7.

American Medical Association, AMA Drug Evaluations, 5th ed., Philadelphia:


WB Saunders Company, 1983;hal.31-42.

Osol. A. Remington’s Pharmaceutical Sciences, Pennsylvania:Mack Publishing


Co., 1980;hal. 1278.

Tropical Disease Research Foundation, Inc. Guidelines on Anti-microbial


Therapy, 1st ed.,Manila, 1988;hal 88-9.

Anda mungkin juga menyukai