Definisi Pendapatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendapatan adalah arus masuk kotor dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kotribusi penanam modal.
Pendapatan diakui ketika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi akan
mengalir kedalam perusahaan dan nilai manfaat tersebut dapat diukur dengan
andal. Beberapa jenis transaksi penjualan yang memiliki perbedaan saat
pengakuan pendapatan barang yaitu penjualan Bill and Hold, penjualan barang
dengan instalasi, penjualan dengan pembayaran dimuka, penjualan dengan retur,
penjualan dengan perjanjian membeli kembali (buyback Agreement), penjualan
menggunakan agen, penjualan barang konsinyasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendapatan ?
2. Bagaimana mengetahui pengukuran dan pengakuan pendapatan ?
3. Apa saja jenis transaksi penjualan yang memiliki perbedaan saat
pengakuan pendapatan barang ?
4. Apa yang dimaksud pendapatan jasa ?
5. Apa saja pendapatan yang timbul dari penggunaan aset dan menghasilkan
bunga, royalti, atau dividen yang diakui ?
6. Bagaimana program loyalitas pelanggan ?
7. Apa saja yang terkait dengan pengungkapan dan kontrak konstruksi jangka
panjang ?
8. Bagaimana analisis laporan keuangan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pendapatan
2. Untuk mengetahui tentang pengukuran dan pengakuan pendapatan
3. Untuk mengetahui jenis transaksi penjualan

1
4. Untuk mengetahui tentang pendapatan jasa
5. Untuk mengetahui tentang pendapatan bunga, royalti, dan dividen
6. Untuk mengetahui program loyalitas pelanggan
7. Untuk mengetahui tentang pengungkapan dan kotrak konstruksi jangka
panjang
8. Untuk mengetahui analisis laporan keuangan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PENDAPATAN
Di PSAK 23 (Revisi 2010) pendapatan adalah arus masuk kotor dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode
jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kotribusi penanam modal.
Terkadang muncul pertanyaan apa perbedaan penghasilan (income)
dengan pendapatan (revenue) dan bagaimana hubungan antara pendapatan dan
penghasilan ? Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (KDP2LK) , penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau
penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan terdiri dari pendapatan (revenue) dan
keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang berasal dari aktivitas
normal dari suatu entitas dan merujuk kepada istilah yang berbeda-beda seperti
penjualan (sales), pendapatan jasa (fees), bunga (interest), dividen (dividend), dan
royalti (royalty). Sedangkan keutungan mencerminkan pos lain yang memenuhi
definisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa.

B. PENGUKURAN DAN PENGAKUAN PENDAPATAN


1. PENGUKURAN
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga
yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur
antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran (PSAK 68 pengukuran nilai wajar).

3
 Contoh 17.1 Penjualan dengan Diskon
PT. Bigi memiliki kesepakatan dengan pelanggannya, jika dalam periode 12 bulan
yang berakhir 31 Desember, mereka membeli barang dagang paling sedikit
senilai Rp. 100.000.000, maka mereka akan menerima diskon 2%. Sejak 1 Januari
sampai 31 Oktober, mereka telah menjual kepada pelanggan tersebut senilai Rp.
90.000.000. Diperkirakan pada akhir Desember nanti, penjualan akan mencapai
nilai lebih dari Rp. 100.000.000. Berapa pendapatan yang harus diakui oleh PT.
Bigi ?
Jurnal yang dbuat oleh PT. Bigi :
Piutang Usaha Rp. 88.200.000
Penjualan Rp. 88.200.000

Jika pelanggan tersebut tidak mencapai batas pemberian diskon, sehingga diskon
batal diberikan, maka PT Bigi mencatata sebagai berikut :
Kas Rp. 90.000.000
Piutang Usaha Rp. 88.200.000
Pendapatan Lain-diskon tidak Rp. 1.800.000
diambil

 Contoh 17.2 Penjualan dengan Pembayaran Tertunda


PT. Raddin menjual barang dengan biaya Rp. 10.000.000 kepada PT. Starter
seharga Rp. 14.000.000 dengan memberikan periode kredit selama 6 bulan. Untuk
penjualan yang dilakukan secara tunai untuk jenis barang yang sama, PT. Raddin
mengenakan harga tunai sebesar Rp. 12.000.000.
Bagaimana PT. Raddin mengukur nilai pendapatan yang diakui dari transaksi
tersebut ?
Berdasarkan transaksi tersebut, PT. Raddin secara efektif telah memberikan
fasilitas pembiayaan kepada PT. Starter selama 6 bulan tenggang waktu periode
pembayaran. Diketahui bahwa harga normal/harga tunai adalah Rp. 12.000.000.
Dengan demikian, pendapatan yang diakui adalah sebesar nilai disknto dari Rp.

4
14.000.000 ke harga jual tunai yaitu sebesar Rp. 12.000.000. Selisih antara nilai
nominal imbalan sebesar Rp. 14.000.000 dan nilai diskonto Rp. 12.000.000, yaitu
sebesar Rp. 2.000.000 akan diakui sebagai pendapatan bunga selama periode

Jurnalnya adalah sebagai berikut :


Pada saat penjualan
Piutang Rp. 14.000.000
Penjualan Rp. 12.000.000
Pendapatan Bunga Ditangguhkan Rp. 2.000.000

Setiap akhir bulan (selama 6 bulan), entitas mengakui pendapatan bunga akrual
sebagai berikut :
Pendapatan Bunga Ditangguhkan Rp. 333.334
Pendapatan Bunga (1/6 x Rp. 200.000) Rp. 333.334

 Contoh 17.3 Penjualan dengan Pembayaran Cicilan


PT. Gempa menjual peralatan dengan cara pembayaran cicilan. Pelanggan
diberikan kesempatan untu menciicl sebanyak 14 kali dengan cicilan masing-
masing sebesar Rp. 1.000.000. Jika barang diserahkan kepada pelanggan saat
penjualan awal dan saat yang sama dengan pembayaran cicilan pertama, maka
jurnal untuk penjualan awal dan penerimaan cicilan pertama :
Piutang Rp. 8.103.356*
Penjualan Rp.8.103.356
Kas Rp. 1.000.000**
Piutang Rp. 1.000.000
*(Rp. 1.000.000 cicilan pertama dan nilai kini dari 13 kali cicilan berikutnya Rp.
7.103.356)
**(cicilan pertama)
Pendapatan bunga yang diakui selama periode cicilan adalah sebesar
selisih antara nilai penjualan Rp. 14.000.000 dengan Rp. 8.103.356. Pendapatan

5
bunga diakui menggunakan metode bunga efektif. Skedul cicilan dan perhitungan
bunga adalah sebgai berikut :
 Tabel 17.1 Perhitungan Pembayaran Cicilan dan Bunga dengan Metode Bunga
Efektif
Bunga (10% Cicilan Pokok (Rp.
Jumlah dari nilai 1.000.000 – cicilan Nilai
Periode Cicilan terutang) bunga) terutang
8.103.356
1 1.000.000 1.000.000 7.103..356
2 1.000.000 710.336 289.664 6.813.692
3 1.000.000 681.369 318.631 6.495.061
4 1.000.000 649.506 350.494 6.144.567
5 1.000.000 614.457 385.543 5.759.024
6 1.000.000 575.902 424.098 5.334.926
7 1.000.000 533.493 466.507 4.868.419
8 1.000.000 486.842 513.158 4.355.261
9 1.000.000 435.526 564.474 3.790.787
10 1.000.000 379.079 620.921 3.169.865
11 1.000.000 316.987 683.013 2.486.852
12 1.000.000 248.685 751.315 1.735.537
13 1.000.000 173.554 826.446 909.091
14 1.000.000 90.909 909.091 (0)

Penerimaan cicilan kedua jurnalnya adalah sebagai berikut :


Kas Rp. 1.000.000
Piutang Rp. 289.664
Pendapatan Bunga Rp. 710.336

6
2. PENGAKUAN PENDAPATAN
Pendapatan diakui ketika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi akan
mengalir ke dalam perusahaan dan nilai manfaat tersebut dapat diukur dengan
andal. Untuk masing-masing jemis pendapatan, berikut adalah penjelasan
mengenai saat kapan umumnya kedua kondisi tersebut terpenuhi untuk dapat
diakui sebagai pendapatan.
1. Penjualan barang umumnya pendapatan diakui pada saat penjualan yaitu
saat penyerahan barang.
2. Pendapatas jasa umumnya pendapatan diakui pada saat penyerahan jasa
yang dapat ditagihkan.
3. Pendapatan yang berasal dari penggunaan aset, misalnya pendapatan
bunga, sewa atau royalti, umumnya pendapatan dapat diakui pada saat
berlalunya waktu atau pada saat aset digunakan.
4. Pendapatan yang berasal dari penjualan aset selain persediaan umumnya
pendapatan (keuntungan dari pelepasan aset) diakui pada saat penjualan
atau pertukaran.

3. PENGAKUAN PENDAPATAN SELAIN DI WAKTU PENYERAHAN


BARANG / JASA
Beberapa contoh pengakuan pendapatan selain saat penyerahan adalah sebagai
berikut :
1. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan barang/jasa
Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan, umum terjadi pada kontrak
kontribusi gedung.
2. Pengakuan pendapatan pada saat barang/jasa selesai, sebelum diserahkan
kepada pembeli
Pengakuan pendapatan pada saat barang sudah siap diantar namun belum
sampai ke tangan pembeli, banyak terjadi pada pengakuan pendapatan dari
penjualan produk hasil pertanian.

7
3. Pengakuan pendapatan setelah penyerahan barang/jasa
Pengakuan pendapatan baru dapat dilakukan setelah penyerahan barang,
misalnya terjadi pada saat penyerahan barang tersebut memerlukan proses
pemasangan atau instalasi di tempat pembeli.

 Contoh 17.4 Pengakuan Pendapatan saat Penyerahan Barang


PT. Abadi menjual beberapa peralatan dengan harga tunai senilai Rp. 10.000.000
untuk peralatannya saja atau Rp. 13.000.000 jika termasuk jasa perawatan
peralatan tersebut selama 2 tahun. Dalam kasus ini, PT. Abadi akan mengakui
pendapatan dari penjualan barang sebesar Rp. 10.000.000 pada saat penyerahan
barang. Sedangkan Rp. 3.000.000 akan diakui selama 2 tahun sebagai pendapatan
jasa.
Jurnalnya pada saat penjualan awal adalah sebagai berikut :
Kas Rp. 13.000.000
Penjualan peralatan Rp. 10.000.000
Pendapatan jasa Ditangguhkan Rp.3.000.000

Jurnal pengakuan pendapatan jasa adalah sebagai berikut :


Pendapatan jasa ditangguhkan Rp. 3.000.000
Pendapatan jasa perawatan Rp. 3.000.000

C. PENDAPATAN PENJUALAN BARANG


Menurut PSAK 23 (Revisi 2010) pendapatan, entitas mengakui pendapatan dari
penjualan barang ketika semua kondisi berikut ini terpenuhi :
1. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli.
2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang terkait dengan
kepemilikan barang tersebut atau sudah tidak lagi memiliki kendali atau
kontrol yang efektif atas barang yang dijual.
3. Jumlah pendapatan dapat dikur secara andal.

8
4. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas.
5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur dengan andal.

1. PENJUALAN BILL AND HOLD


Penjualan Bill and Hold adalah penjualan barang dengan penundaan pengiriman
barang. Penundaan pengiriman barang ini memang diminta oleh pembeli tanpa
mempengaruhi waktu penagihan dan kesepakatan harga.
Misalnya : PT. Gema menjual perlengkapan mesin cetak kepada PT. Cetak yang
berencana membuka cabang baru di kota Bandung. Dalam kesepakatan jual beli,
PT. Cetak meminta PT. Gema tetap memegang mesin tersebut dan
mengirimkannya pada satu cabang baru sudah siap. Pengakuan pendapatan untuk
kesepakatan jual beli Bill and Hold tergantung situasi. PT. Gema mengakui
pendapatan pada saat kesepakatan ditanda tangani ketika :
1. Kemungkinan besar penyerahan barang akan dilakukan.
2. Pada saat penjualan diakui, barang yang dijual teridentifikasi dengan jelas
dan dalam kondisi siap diserahkan pada saat penjualan diakui.
3. Penjual menyetujui penundaan pengiriman barang.
4. Berlaku syarat-syarat pembayaran yang biasa.

2. PENJUALAN BARANG DENGAN INSTALASI


Penjualan barang dengan instalasi adalah penjualan barang yang ketika barang
diantar ke tempat pembeli, barang tersebut masih memrlukan proses pemasangan
atau instalasi terlebih dahulu, sebelum akhirnya barang tersebut dapat digunakan
oleh pembeli.
Misalnya : penjualan barang-barang seperti peralatan teknologi yang memerlukan
proses pemasangan/instalasi pada pabrik atau di gedung pembeli.

9
3. PENJUALAN DENGAN PEMBAYARAN DI MUKA
Pembayaran yang diterima dimuka sebelum barang diserahkan tidak dapat diakui
sebagai pendapatan. Penerimaan kas diakui sebagai peningkatan liabilitas.
Contoh jurnal pada saat penerimaan uang muka, diakui sebagai liabilitas pada
akun pendapatan diterima dimuka :
Kas xxx
Pendapatan Diterima di Muka xxx
Pendapatan diakui pada saat barang telah jadi dan diserahkan kepada konsumen,
dengan jurnal sebagai berikut :
Pendapatan Diterima di Muka xxx
Pendapatan Penjualan xxx

4. PENJUALAN DENGAN RETUR


 Contoh 17.5 Penjualan dengan Retur
PT. Tugu Indah menjual peralatan pertanian senilai Rp. 4.000.000 pada 10
Agustus 2015 dan diasumsikan jumlah retur dapat diestimasi dengan andal. Pada
tanggal 30 Agustus 2015, terdapat retur senilai Rp.10.000. Pada tanggal 31
Desember 2015 berdasarkan pengalaman masa lalu, PT. Tugu Indah
mengestimasikan jumlah retur diperkirakan sebesar 2% dari penjualan. Bagaiman
PT. Tugu Indah pendapatnya ?
10 Agustus 2015 Piutang Rp. 4.000.000
Penjualan Rp. 4.000.000
30 Agustus 2015 Retur penjualan Rp.10.000
Piutang Rp. 10.000
31 Desember 2015 Retur penjualan Rp. 70.000
Penyisihan Retur Rp. 70.000
Penjualan ((Rp. 4.000.000
x 2%) – Rp. 10.000)

10
5. PENJUALAN DENGAN PERJANJIAN MEMBELI KEMBALI (BUYBACK
AGREEMENT)
 Contoh 17.6 penjualan dengan perjanjian membeli kembali (Buyback Agreement)
PT. Pianika menjual barang dagangannya berupa alat musik kepada PT. Hiburan
senilai Rp. 8.000.000. Harga pokok penjualan barang tersebut adalah Rp.
60.000.000. PT. Pianika setuju untuk membeli kembali barang tersebut dua tahun
lagi pada nilai wajarnya. PT. Hiburan membayar penuh harga jual tersebut pada
saat penyerahan barang PT. Pianika dan tidak ada pembatasan kepada PT.
Hiburan dalam menggunakan barang tersebut selama 2 tahun. Dengan demikian
penjualan dapat diakui sebagai berikut :
Kas Rp. 80.000.000
Penjualan Rp. 80.000.000

Beban Pokok Penjualan Rp. 60.00.000


Persediaan Rp. 60.000.000

6. PENJUALAN MENGGUNAKAN AGEN


Dalam hal ini agen hanya mengakui pendapatan sebesar komisi, bukan harga jual
penuh. Karena agen tidak menanggung risiko dan manfaat terkait penjualan
tersebut. Menurut PSAK 23 (Revisi 2010) pendapatan, perusahaan bertindak
sebagai prinsipal jika menanggung dampak manfaat dan risiko signifikan terkait
dengan penjualan barang.

7. PENJUALAN BARANG KONSINYASI


Dalam kesepakatan penjualan konsinyasi, consignor (produsen atau whoseler)
mengirimkan barang kepada consign (diller), yang bertindak sebagai agen dalam
menjual produk yang bertindak sebgai agen dalam menjual produk yang dimiliki
oleh consignor. Consignor mengakui pendpatan penjulualan sedangkan agen
mengakui komisi penjulan. Consignee menerima produk yang dikirm oleh
consigner dan sepakat untuk menjaga produk tersebut sampai terjual. Consigner
menyerahkan uang yang diterima dari penjulan kepada consigner setelah

11
dikurangi komisi penjualan dan biaya lainnya yang dibebankan kepada consignor
sesuai kesepkatan. Pada penjulan konsinyasi, consignor mengakui pendapatan
hanya stelah menerima pemberitahuan penjualan dan penyerahan kas dari
cnsignee. Consignor tetap mencatat barang jualan sebagai persediaan yang
dilaporkan dalam laporan posisi keuangan, sementara consignee juga tidak
mengakui persediaan konsinyasi sebgai asetnya.

 Contoh 17.7 Penjualan barang konsinyasi


PT Indah mengirimkan barang konsinyasi untyk dijual oleh PT Balada senilai Rp.
67.000.000. Ongkos kirim barang tersebut untuik sampai ke PT Balada adalah Rp.
3000.000. Sampai akhir periode diketahui bahwa 60% dari barang konsinyasi
terjual senilai Rp. 50.000.000 tunai. PT Balada mengirimkan nota pemberitahuan
penjualan barang konsinyasi dengan menyerahkan uang kas dari penjual barang
konsinyasi dengan menyerahkan uang kas dari penjual kepada PT Indah dengan
memotong komisi penjualan sebesar 10%. Bagaimana ayat jurnal terkait transaksi
konsinyasi tersebut dikedua belah pihak.
PT Indah (consignor) PT Balada (consigner)
Pengirim barang konsinyasi
Persediaan Konsinyasi 67.000.000 Tidak ada jurnal
Persediaan baarang jadi 67.000.000 (hanya memo penerimaan barang konsinyasi)
Pembayaran ongkos angkut ke consignee
Persidiaan Konsinyasi 3000.000 Tidak ada jurnal
Kas 3000.000 -
Penjualan barang konsinyasi
Tidak ada jurnal Kas 50.000.000
Utang kepada Consignor 50.000.000
Laporan penjualan dan pembayaran oleh
consignee
Kas 45.000.000 Utang kepada Consignor 50.000.000
Beban Komisi 5000.000 Pendapatan komisi 5.000.000

12
Penjualan 50.000.000 Kas 45.000.000
Jurnal penyesuaian oleh consignor
Beban Pokok Penjualan 42.000.000 Tidak ada jurnal
Persediaan Konsinyasi 42.000.000
(Rp.67.000.000 + Rp. 3000.000)

D. PENDAPATAN JASA
Pendapatan jasa dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Banyak
kontrak jasa uang pelaksanaanya mecangkup beberapa periode akuntasnsi, seperti
halnya pada kontrak jangka panjang di industri kontruksi. Pendapatan untuk
kontrak yag penyelesainnya meliputi beberapa periode akan diakui dengan
mengacu pada tingkat penyelesainnya dari jasa yang diberikan. Merode ini sering
disebut sebagai metode presentase penyelesaian. Dalam pengakuan pendapatan
jasa, titik paling kritikal berada pada pemberian jasa yang diberikan. Menurut
PSAK 23 (Revisi 2010) Pendapatan jasa dapat diakui tahap pnyelesainnya dengan
syarat bahwa hasil transaksi dapat diestimasikan dengan andal. Hasil transaksi
dapat diestimasi dengan andal ketika semua kondisi berikut ini terpenuhi.
1. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
2. Kemungkinan basar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir entitas.
3. Tingkat penyelesain dari suatu transaksi pada akhir pelaporan dapat diukur
secara andal
4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi
tersebut dan diukur dengan Andal

Pendapatan penjualan jasa diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. Transaksi dapat
ditentukan degan berbagai metode yang sesuai dengan sifat transaksi, seperti:
1. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan

13
2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai peresentase dari total
jasa yang dilakukan atau
3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total
biaya transaksi tersebut.

E. PENDAPATAN BUNGA, LOYALITI, DAN DIVIDEN


Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, loyaliti, atau dividen diakui sebgai berikut.
1. Pengakuan pendapatan bunga mengikuti konsep akrual pendpatan bunga
diakui menggunkan metode suku bunga efektif
2. Pendapatan royaliti diterima dari penggunaan aset perusahaan sperti paten,
hak cipta musik dan film, akan diakui berdasarkan garis lurus selama
periode waktu perjanjian royaliti.
3. Pendpatan dividen diakui ketika muncul hak pemegang saham untuk
menerima pembayaran dividen , yaitu tunggal pengumuman dividen.

F. PROGRAM LOYALITAS PELANGGAN


Program loyalitas pelanggan digunakan entitas untukmemberikan insentif kepada
pelanggan untuk membeli barang atau jaasa yang mereka jual. Ketika pelanggan
memebeli barang atau jasa, entitas kemudian memebrikan poin penghargaan
kepada pelanggan (seringkali disebut dengan “poin”). Penghargaan tersebut dapat
ditukar dengan braang atau jasa secara gratis atau dengan potongan harga.
Pada saat diberikan (penjual awal), poin penghargaan diidentifikasikan
secara terpisah dari transaksi penjual. Nilai wajar imbalan yang diterima atau
ditagihkan sehubungan dengan penjualan awal harus dialokasikan anatara poin
pengharggan dengan komponen lainnya dari penjualan. Jumlah pendapatan yang
diakui berdasarkan pada jumlah poin penghargaan yang telah ditukar secara relatif
terhadap jumlah keseluruhan yang diperkirakan akan diukur. Pengakuan
pendapatan terkait program loyalitas pelangganakan diuraikan dalam contoh
berikut ini.

14
 Contoh 17.8 Pengakuan Pendapatan terkait Program Loyalitas
Sebuah toko penjualan pakaian menjual satu unit pakaian seharga Rp. 100.000.
Pada saat penjualan, pelanggan akan diberikan voucher yang bernilai diskon Rp.
50.000 yang berlaku untuk pembelian berikutnya untuk pembelian pakaian jenis
yang sama. Toko ini memiliki pengalaman bahwa untuk setiap 2 voucher yang
dikeluarkan terdapat 1 voucher yang akan ditukarkan.
Dalam hal ini pelanggan membeli pakaian dan voucher, dengan demikian imbalan
yang diterima dari penjualan ini juga dialokasikan untuk voucher. Terdapat 2 cara
yaitu menggunkan metde residual dan metode nilai wajar relatif.
1. Metode Residual
Dengan menggunakan metode residual pendapataan dialokasikan ke voucher
berdasarkan nilai wajar voucher tersebut, dan sisanya dialokasikan ke penjual
pakaian. Nilai wajar vocher adalah ekspektasi ditukar (1 dari 2 voucher
diestimasikan akan ditukar adalah 50% dari nilai voucher Rp.50.000, yaitu
sebesar Rp. 25.000. Misalkan ada 10 unit pakaian terjual, maka jurnal pada
saat penjualan awal adalah sebagai berikut.

Kas 1000.000

Pendapatan 750.000

Pendapatan ditangguhkan 250.000

Voucher diakui sebagai pendapatan ditangguhkan pada saat penjualan awal,


karena pada saat penjualan awal, karena pada saat itu entitas belum dapat
mengakui pendapatan karena voucher belum ditukar dan entitas belum
melakukan kewajibaannya untuk memberi penghargaan berupa potongan
harga kepada pelanggan. Estimasi voucher yang ditukar adalah 50% yaitu 1
dari 2 yang diterbitkan diestimasikan akan ditukar pada pembelian berikutnya
dalam hal ini ada 5 voucher dari 10 voucher yang direrbitkan. Ketika
pelanggan melakukan pembelian berikutnya dengan menggunkan voucher

15
jurnal untuk mengakui penjulan i pakaian menggunkan voucher dalah sebgai
berikut.

Pendapatan ditangguhkan 50.000

Kas 50.000

Pendapatan 100.000

*(1/5 x Rp. 250.000)

Maka untuk keseluruhan estimasi penjualan berikutnya menggunkan voucher


sebanyak 5 pakaian, jurnalnya adalah sebagai berikut.

Pendapatan ditangguhkan 250.000

Kas 50.000

Pendapatan 500.000

2. Metode Nilai Wajar Relatif


Pendapatan dialokasikan ke setiap komponen menggunkan dasar nilai wajar
relatif. Berdasarkan ilustrasi seblemunya, masih dengan contoh yang sama
dengan menggunkan 10 unit pakaian yang terjual. Diketahui nilai wajar
pakaian adalah Rp100.000 dan nilai wajar vocher adalah Rp.25.000.
Pendapatan yang dialokasikan untuk penjulan pakaian per unit yaitu
Rp.80.000((Rp.100.000/Rp.125.000 x Rp.100.000) dan pendpatan yang
dialokasikan untuk voucher adalah Rp.20.000(Rp.25.000/Rp.125.000 x
Rp.100.000). Jurnal untuk mengakui pendapatan dari 10 unit pakaian yang
terjual adalah sebagai berikut.

16
Kas 1000.000

Pendapatan 800.000

Pendapatan ditangguhkan 200.000

Jurnal untuk mengakui seluruh penjualan berikutnya sesuai entimasi sebanyak


50% voucher yang ditukar (50% cx 10 unit= 5 unit) adalah sebgai berikut.

Pendapatan ditangguhkan 200.000

Kas 250.000

Pendapatan 450.000

Misalnya suatu promosi diberikan dalam bentuk buy one get one pada
saat penjualan awal untuk setiap 1 unit produk yang dibeli maka pelanggan
akan menerima gratis 100% produk kedua yang diperoleh secara langsung
pada saat penjualan awal. Dengan demikian pendapatan yang diakui adalah
sebsar imblan yang diterima untuk 1 produk, dan entitas mengakui 1 produk
gratis yang diberikan kepada pelanggan sebagai biaya pokok penjualan.
Produk gratis tersebut bukan diakui sebagai beban pemasaran atau beban
promosi.
Harga jual 1 unit produk misalnya Rp.40.000 dan beban pokok
penjualan 1 unit sebesar Rp.15.000 dengan buy one get one artinya dengan
menerima imbalan 1 unit produk sebsar Rp.40.000 maka beban pokok
penjualan yang diakui adalah 2 unit produk. Jurnalnya sebagai berikut.

Kas 40.000

Penjualan 40.000

17
Beban pokok penjualan 30.000

Persediaan 30.000

G. PENGUNGKAPAN
Terkait pendapatan yang disajikan di laporan keuangan, entitas mengungkapkan
hal berikut ini di catatan atas laporan keuangan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan
2. Jumlah pos yang signifikan dari total pendapatan periode tersebut,
termasuk pendapatan yang berasal dari :
a. Penjualan barang
b. Penjualan jasa
c. Bunga
d. Royalti
e. Dividen
3. Jumlah pendapata yang berasal dari pertukaran barang dan jasa untuk
setiap pos pendapatan yang disignifikan
Ilustrasi pengungkapan terkait pendapatan PT Undever Indonesia. Tbk
adalah sebagai berikut:

18
PT Unilever Indonesia Tbk dan Entitas Anak

Catatan atas Laporan Keuangan Konsildasian

31 Desember 2011 dan 2010

(Dalam jutaan rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Pendapatan dan beban

Penjualan bersih adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk Grup
setelah dikurangi retur biaya penjualan dan pajak pertambahan nilai. Pendapatan dari
penjualan barang diakui pada saat risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan telah berpindah barang diatas kapal di pelabuhan penirim (f.o.b shipping
point) dan penjualan lokal diakui pada saat penyerahan barang kepada
distributor/pelanggan.

Beban diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan metode akrual

Penjualan bersih

2011

Dalam negeri 22.429,297

Ekspor 1.039.927

Jumlah 23.469,218

Tidak ada pelanggan yang secara individu memiliki jumlah transaksi melebihi
10% dari penjualan bersih.

19
H. KONTRAK KONTRUKSI JANGKA PANJANG
Kontrak kontruksi adalah kontrak yang secara khusus dinegosiasikan untuk
kontruksi suatu aset tunggal seperti bangunan, jembatan, bendungan, jalan atau
beberapa aset yang berhubungan satu sama lain ataubeberapa aset yang saling
tergantung dalam rancanangannya teknologi, fungsi, atau tujuan penggunanya
seperti konstruksi kilang minyak. Kontrak kontruksi terdiri dari 2 jenis yaitu
kontrak harga tetap dan kontrak biaya plus. Kontrak harga tetep adalah kntrak
kontruksi di mana kontraktor myepekati nilai kontrak yang telah ditentukan atau
tarif tetep yang telah ditentutkan per unit output yang dalam beberapa hal tunduk
pada ketentuan ketentuan biaya. Kontrak biaya plus adalah kontrak yang
menyepakati bahwa kontraktor mendapat pergantian untuk biaya biaya yang telah
diizinkan atau telah ditentukan ditambah imbalan dengan presentase terhadap
biaya atau imbalan tetap. Pendapatan kontrak terdiri dari jumlah pendapatan yang
disetujui dala kontrak dan juga termasuk penyimpangan dalam pekerjaan
kontrak,klaim atau intensif. Klaim artinya jumlah yang diminta kontraktor kepada
pelanggan sebagai pergantian untuk biaya biaya yang tidak termasuk dalam nilai
kontrak. Intensif artinya jumlah tambahan yang dibayarkan kepada kontraktor
apabila standar pelaksanaan yang telah ditentukan telah ditempuhi atau dilampaui.

 Contoh 17.9 Penentuan nilai Pendapatan Kontrak


Suatu kontrak memuat klausul tentang eskalasi biaya (penyelesaian biaya) untuk
menyesuaikan harga kontrak terhadap inflasi yang diumumkan pemerintah. Nilai
kontrak sebesar Rp. 2000.000.000 dan tingkat inflasi yang diumumkan
pemerintah untuk periode terkait adalah 7%. Tentukan jumlah kanaikan atau
penurunan pendapatan kontrak untuk periode tersebut.
Pendapatan kontrak naik sebesar Rp.14.000.000 (Rp.2000.000.000 x 7%)
Terkadang suatu kontrak kontruksi memuat klausul tentang penalti yang
disebabkan oleh ketrelambatan penyelesaian pekerjaan oleh kontraktor. Nilai yang
disetujui dalam kontrak awal adalah Rp.3000.000.000. Penalti yang disetujui
adalah Rp.2000.000 per hari keterlambatan. Akibat suatu masalah yang dialami
kontraktor penyelesaian kontrak mengalami keterlambatan 10 hari setelah tanggal

20
yang disepakati dalam kontrak Tentukan berapa kenaikan atau penururnan
pendpatan kontraks!
Pendapatan kontrak turun sebesar Rp.20.000.000.000(Rp.2000.000 x 10
hari)

1. PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN KONTRAK


Pengakuan pendapatan dan beban kontrak dapat dilakukan dengan
memperhtikan apakah hasil dari kontrak konstruksi dapat diestimasikan
secaara andal. Berdasarkan hal tersebut pengakuan pendapatan dan beban
kontrak dapat dibedakan menjadi 2 (dua) metode yaiitu, sbgai berikut.
1. Metode presentase penyelesaian (presentase pf completion method)
Perusahaan mengakui pendapatn, beban, dan laba setiap periodenya
berdasarkan tahap penyelesaian kontrak yaitu berdasarkan presentasi
penyelesaian.
2. Metode biaya terpulihkan (cost recovery method)
Dalam beberapa kondisi ketika metode presentase penyelesaian tidak
dapat digunakan maka menurut metode ini pendapatan hanya diakui
sebesar biaya yang telah terjadi sepanjang biaya tersebut diperkirakan
dapat terpilihkan.
Perusahaan harus menggunakan metode persentase penyelesaian ketika hasil
kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal dan jika semua kondisi
berikut terpenuhi.
1. Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal
2. Kemungkinan besar manfaat ekonomis yang berhubungan dengan kontrak
tersebut akan mengalir ke perusahaan.
3. Biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak dan tahapan penyelesaian
kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal.
4. Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi
dengan jelas dan diukur secara andal sehingga biaya kontrak aktual dapat
dibandingkan dengan estimasi sebelumnya.

21
Perusahaan menggunakan metode biaya terpulihkan hanya ketika perusahaan
tidak dapat memenuhi kondisi yang disyaratkan untuk menggunakan metode
persentase penyelesaian.

2. METODE PERSENTASE PENYELESAIAN


 Perhitungan Pesentase Penyelesaian
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa menurut PSAK
23 (Revisi 2010) Pendapatan, tingkat penyelesaian transaksi dapat ditentukan
dengan berbagai cara. Perusahaan menggunakan dasar yang andal dalam
mengukur pekerjaan yang dilakukan. Tergantung dari sifat kontraknya, dasar
yang dapat digunakan, yaitu:
1. Proporsi biaya kontrak yang terjadi dibandingkan estimasi total biaya
kontrak;
2. Hasil survei pekerjaan yang telah dilakukan;
3. Penyelesaian berdasarkan proporsi fisik dari pekerjaan kontrak.
Salah satu dasar penentuan yang paling populer untuk digunakan yaitu
berdasarkan proporsi biaya yang timbul atau cost to cost basis. Caranya
adalah persentase penyelesaian pekerjaan kontrak dihitung berdasarkan rasio
antara akumulasi biaya yang terjadi dengan total estimasi biaya terakhir untuk
penyelesaian kontrak. Formulanya adalah sebagai berikut.
𝐀𝐤𝐮𝐦𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐚𝐝𝐢 𝐒𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐀𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞
Persentase Penyelesaian = 𝑬𝒔𝒕𝒊𝒎𝒂𝒔𝒊 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑷𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑴𝒖𝒕𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓

Persentase penyelesaian tersebut akan menjadi dasar perhitungan berapa total


pendapatan dan laba yang diakui sampai akhir periode. Formulanya adalah
sebagai berikut.
Akumulasi Pendapatan (atau Laba) = Persentase x Estimasi Total
Padapatan
Yang diakui sampai Akhir Periode Penyelesaian (atau Laba)

22
3. PENGUKURAN PENDAPATAN
Untuk menghitung berapa pendapatan dan laba yang diakui setiap periode,
maka perusahaan dapat mengurangkannya dengan total pendapatan atau laba
yang sudah diakui sampai periode sebelumnya, seperti ditunjukkan pada
formula berikut ini.

Pendapatan Periode = Akumulasi Pendapatan - Estimasi Total


Pendapatan berjalan (atau Laba) (atau Laba) yang Diakui (atau Laba)
yang Sudah
Sampai Akhir Perioda Diakui Sampai Periode
Sebelumnya

Berikut adalah contoh untuk metode persentase penyelesaian dengan


perhitungan cost to cost basis.
PT Buana Karya merupakan kontraktor yang berspesialisasi dalam
pembangunan jalan, saat ini mempunyai kontrak untuk membangun jalan
senilai Rp 18.000.000.000. Estimasi biaya kontrak adalah Rp 16.000.000.0m.
Periode pekerjaan akan memakan waktu selama 3 tahun. Pada akhir tahun
kedua, estimasi biaya kontrak meningkat dari Rp 16.000.000.000 menjadi
total Rp 16.200.000.000.

Data-data lainnya adalah sebagai berikut (dalam ribuan rupiah).


Tabel 17.2 Data-Data PT Buana Karya
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Biaya kontrak 4.000.000 11.664.000 16.200.000
yang terjadi
Biaya kontrak 12.000.000 4.536.000
untuk
menyelesaikan
Tagihan termin 3.600.000 9.600.000 4.800.000

23
Penerimaan kas 3.000.000 7.000.000 8.000.000

Tabel 17.3 Perhitungan Penyelesaian Pekeriaan Konstruksi


Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Harga kontrak 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Dikurangi estimasi biaya
Biaya kontrak yang 4.000.000 11.664.000 16.200.000
terjadi
Biaya kontrak untuk 12.000.000 4.536.000 -
menyelesaikan
Estimasi total biaya 16.000.000 16.200.000 16.200.000
kontrak
Estimasi Laba Kotor 2.000.000 1.800.000 1.800.000
Persentase penyelesaian 25% 75% 100%
4.000.000 11.664.000 16.200.000
16.000.000 16.200.000 16.200.000
Dapat dilihat pada tabel bahwa persentase penyelesaian dihitung
berdasarkan proporsi biaya yang terjadi dibandingkan total estimasi biaya kontrak
yang paling mutakhir. Pada tahun pertama, 25% persentase penyelesaian
diperoleh dari perhitungan biaya yang terjadi Rp 4.000.000.000 dibagi dengan
estimasi total biaya kontrak sebesar Rp 16.000.000.000. Namun, pada tahun
kedua ketika terdapat revisi estimasi total biaya menjadi sebesar Rp
16.200.000.000, maka persentase penyelesaian pada akhir tahun kedua sebesar
72% diperoleh dari proporsi antara akumulasi biaya yang terjadi Rp
11.664.000.000 dibagi dengan estimasi total biaya terbaru sebesar Rp
16.200.000.000. Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas, maka perusahaan
dapat mencatat transaksi sepanjang periode berjalan dengan ringkasan jurnal
sebagai berikut (dalam ribuan rupiah).

24
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1. Untuk mencatat biaya
kontruksi

Pekerjaan dalam proses 4.000.0000 7.664.000 4.536.000


Material Kas,
Utang, lainnya 4.000.000 7.664.000 4.536.000
2. Untuk mencatat tagihan
termin

Piutang Usaha 3.600.000 9.600.000 4.800.000


Termin 3.600.000 9.600.000 4.800.000
3. Untuk mencatat
pengiriman tagihan

Kas 3.000.000 7.000.000 8.000.000


Piutang Usaha 3.000.000 7.000.000 8.000.000

Tabel 17.4 Estimasi Pendapatan, Beban, dan laba yang Diakui PT Buana Karya
Akumulasi Diakui diperiode Diakui di periode
lalu berjalan
Tahun 1
Pendapatan (Rp 4.500.000 4.500.000
18.000.000.000 x
25%)
Beban 4.000.000 4.000.000
Laba kotor 500.000 500.000

Tahun 2
Pendapatan (Rp 12.960.000 4.500.000 8.460.000

25
18.000.000.000 x
72%)
Beban 11.664.000 4.000.000 7.664.000
Laba kotor 1.296.000 500.000 796.000

Tahun 3
Pendapatan (Rp 18.000.000 12.960.000 5.040.000
18.000.000.000 x
100%)
Beban 16.200.000 11.664.000 4.536.000
Laba kotor 1.800.000 1.296.000 504.000

Jurnal pengakuan pendapatan, beban, dan laba adalah sebagai berikut (


dalam satuan rupiah )
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Mengakui pendapatan
& laba kotor
Pekerjaan dalam 500.000 796.000 504.000
proses laba kotor
Beban kontrak 4.000.000 7.664.000 4.536.000
Pendapatan 4.500.000 8.460.000 5.040.000
kontrak

Mengakui
penyelesaian kontrak
Termin 18.000.0000
Pekerjaan dalam 18.000.000
proses

26
PT Buana Karya mencatat pendapatan kontrak yang dapat diakui setiap
periode berjalan seperti pada jurnal nomor 4 dengan mengkredit akun Pendapatan
Kontrak, kemudian mendebit Beban Kontrak seperti halnya BPP pada
perusahaan manufaktur. Selisihnya merupakan laba/ rugi kotor yang diakui pada
akun “Pekerjaan dalam Proses”. Yang dilaporkan pada Laporan Laba Rugi
Komprehensif adalah sebesar pendapatan dan beban kontrak yang aktual terjadi,
misalnya pada tahun pertama adalah Rp4.000.000.000, dengan pendapatan
kontrak sebesar porsi 25% penyelesaian sebesar Rp4.500.000.000, maka laba
kotor yang diakui pada tahun pertama adalah Rp500.000.000.
PT Buana Karya terus mengakumulasi biaya kontrak yang terjadi
ditambah dengan laba yang diakui pada akun “Pekerjaan dalam Proses” untuk
memonitor catatan akumulasi total biaya yang terjadi (ditambah laba) pada akhir
periode. Sedangkan tagihan termin diakumulasi dan dicatat pada akun “Termin”.
Setelah pekerjaan konstruksi selesai dan diserahterimakan kepada pelanggan,
maka akun “Pekerjaan dalam Proses” dan akun “Termin” akan dibalik, seperti
terlihat pada jurnal nomor 5.

Tabel 17.5 Mutasi akun Pekerjaan dalam Proses


Pekerjaan Dalam Proses ( dalam satuan rupiah)
Tahun Biaya 4.000.000 Akhir tahun
pertama kontruksi ketiga
Menutup 18.000.000
proyek yang
sudah selesai
Tahun Laba diakui 500.000
pertama
Tahun kedua Biaya 7.664.000
kontruksi
Tahun kedua Laba diakui 769.000
Tahun ketiga Biaya 4.536.000

27
kontruksi
Tahun ketiga labadiakui 504.000
Total 18.000.000 Total 18.000.000

4. PENYAJIAN PADA LAPORAN KEUANGAN


Perusahaan menyajikan pada Laporan Posisi Keuangan yaitu:
1. Jumlah tagihan bruto kepada pelanggan disajikan sebagai aset
2. Jumlah utang bruto kepada pelanggan disajikan sebagai liabilitas.
Untuk semua pekerjaan dalam proses di mana akun “pekerjaan dalam
proses” melebihi “termin” dalam periode berjalan, maka perusahaan
menyajikan jumlah tagihan bruto kepada pelanggan sebesar selisih antara
biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dalam akun pekerjaan dengan
tagihan termin yang diakui (dalam akun termin ) .
Sedangkan untuk pekerjaan dalam proses dengan jumlah “termin” yang
melebihi “pekerjaan dalam proses” maka perusahaan menyajikan di jumlah
laba yang diakui jumlah utang bruto dari pelanggan sebesar selisih antara
tagihan termin (dalam akun “'termin) dengan biaya yang terjadi ditambah laba
yang diakui (dalam akun “pekerjaan dalam proses”).

Tabel 17.6 Laporan Laba Rugi Komprehensif PT Buana Karya ( dalam satuan Rp)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Pendapatan kontrak 4.500.000 8.460.000 5.040.000
Beban kontrak 4.000.000 7.664.000 4.536.000
Laba kotor 500.000 796.000 504.000

Tabel 17.7 Laporan Posisi Keuangan PT Buana Karya ( dalam satuan Rp)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Asset lancar
Kas Xxxxx

28
Tagihan kotor 900.000* 0 0***)
Piutang termin 600.000 3.200.000 0
Liabilitas lancar
Xxx
Utang bruto 0 240.000**
*(4.500 – 3.600.000)
**(900.000 + 8.460.000 –
9.600.000)
***(-240.000 + 5.040.000 -
4.800.000)

5. PENGUNGKAPAN PADA LAPORAN KEUANGAN


Pada Catatan atas Laporan Keuangan, perusahaan mengungkapkan hal hal
sebagai berikut :
1. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada periode
2. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang
diakui pada periode
3. Metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak.
Berikut ini adalah ilustrasi pengungkapan kebijakan akuntansi terkait Pengakuan
pendapatan kontrak konstruksi.
“Pengakuan Pendapatan dan Beban Pendapatan bidang usaha konstruksi diakui
berdasarkan metode persentase penyelesaian. Persentase penyelesaian ; konstruksi
ditetapkan berdasarkan kemajuan fisik proyek yang dinyatakan dalam bentuk
Berita Acara Opname Proyek (BAOP) yang ditandatangani kedua belah pihak.
Terhadap pendapatan usaha konstruksi yang telah diterbitkan fakturnya diakui
sebagai piutang usaha, sedangkan yang belum diterbitkan fakturnya diakui
sebagai tagihan bruto pemberi kerja”.
Ilustrasi 17.3 Pengungkapan Kebiiakan Akuntansi Kontrak Konstruksi Sumber:
Laporan keuangan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, tahun 2011.
Selain dari itu, untuk pekerjaan dalam proses, perusahaan juga
mengungkapkan jumlah agregat biaya yang terjadi dan laba yang diakui, uang

29
muka yang diterima dan jumlah retensi. Retensi adalah jumlah termin yang tidak
dibayar hingga pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk
pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah diperbaiki.

6. PENGAKUAN TAKSIRAN RUGI


Terdapat dua jenis kerugian yang mungkin terjadi terkait dengan kontrak
konstruksi, yaitu sebagai berikut.
1. Rugi pada periode berjalan dalam suatu nilai kontrak yang secara total
masih memberikan keuntungan. Hal ini mungkin terjadi ketika ada
kenaikan signifikan pada biaya kontrak pada suatu periode tertentu, namun
tidak menyebabkan biaya kontrak melebihi nilai atau harga kontrak. Jika
hal ini terjadi maka rugi diakui pada periode berjalan dengan
memperhatikan persentase penyelesaian.
2. Rugi dalam suatu kontrak yang secara keseluruhan mengalami kerugian.
Hal ini terjadi ketika kemungkinan besar total biaya kontrak akan melebihi
total pendapatan kontrak. Jika demikian, maka taksiran total rugi yang
akan terjadi diakui seluruhnya sebagai beban pada periode berjalan.

Contoh 17.11 Perlakuan Akuntansi untuk Kontrak Konstruksi yang mengalami


kerugian
PTAmbarawa membangun jembatan untuk pelanggannya. Di tahun kedua,
estimasi biaya penyelesaian kontrak adalah sebesar Rp 3.250.000.000 (revisi) dan
biaya yang terjadi tahun kedua adalah Rp 2.000.000.000. Nilai kontrak adalah Rp
5.500.000.000. Data tahun pertama adalah sebagai berikut.

Harga kontrak Rp 5.500.000.000


Beban periode berjalan Rp 1.000.000.000
Estimasi biaya penyelesaian Rp 4.000.000.000
Persentase penyelesaian 25%

30
Pendapatan yang diakui Rp 1.375.000.000
Laba kotor tahun pertama Rp 375.000.000
Persentase penyelesaian tahun kedua adalah 57,14% (( Rp – 2.000.000.000 + Rp
1.000.000.000) / Rp 5.250.000.000)) Pendapatan yang dapat diakui sampai tahun
kedua adalah 57.14% dari Rp 5.500.000.000 atau sebesar Rp 3.142.587.000.
Pendapatan diakui pada tahun kedua sebesar Rp 1.767.587.000 (diperoleh dari Rp
3.142.587.000 dikurangi Pendapatan yang sudah diakui tahun Pertama Rp
1.375.000.000). Dengan demikian, pada tahun kedua PT Ambarawa mengalami
rugi sebesar:
Pendapatan kontrak Beban kontrak Rp 1.767.587.000
Beban Kontrak Rp 2.000.000.000
Rugi Rp 232.413.000
Ayat iurnal yang dibuat ketika mengakui Pendapatan dan beban kontrak adalah
sebagai berikut.
Beban Kontrak 2.000.000.000
Pendapatan Kontrak 1.767.587.000
Pekerlaan dalam Proses Rugi 232.413.000
PT Ambarawa akan melaporkan rugi sebesar Rp 232.413.000 pada periode
berjalan (tahun kedua). Total nilai kontrak masih memberikan laba sebesar Rp
250.000.000 (Rp5.500.000.000 harga kontrak dikurangi estimasi biaya terakhir
total sebesar Rp5.250.000.000).

7. METODE BIAYA TERPULIHKAN


Jika kondisi untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak
terpenuhi, mah perusahaan menggunakan metode biaya terpulihkan dalam
mengakui pendapatan dan beban kontrak

Contoh 17.13 Pengakuan Pendapatan dan Beban dengan Metode Baya


Terpulihkan
Dengan menggunakan ilustrasi yang sama pada PT Buana Karya dengan asumsi
perusahaan menggunakan metode biaya terpulihkan karena hasil pekerjaan

31
kontrak tidak dapat diukur dengan andal, maka PT Buana Karya mengakui
pendapatan hanya sebesar biaya yang terjadi yang diharapkan dapat terpulihkan.
Setelah semua biaya kontrak diakui, maka perusahaan baru dapat mengakui laba
Jika demikian, maka PT Buana Karya akan melaporkan pendapatan dan beban
selama ahun pertama sampai tahun ketiga seperti pada tabel berikut (dalam ribuan
rupiah).
Tabel 17.8 Pendapatan dan Beban Pt Buana Karya brdasarkan metode
terpulihkan
Akumulasi Diakui diperiode Diakui di periode
lalu berjalan
Tahun 1
Pendapatan 4.000.000 4.000.000
Beban 4.000.000 4.000.000
Laba kotor - -

Tahun 2
Pendapatan 11.664.000 4.000.000 7.664.000
Beban 11.664.000 4.000.000 7.664.000
Laba kotor - - -

Tahun 3
Pendapatan (Rp 18.000.000 11.664.000 6.336.000
18.000.000.000 x
100%)
Beban 16.200.000 11.664.000 4.536.000
Laba kotor 1.800.000 - 1.800.000

Jurnal untuk mengakui pendapatan dan beban kontrak selama periode


Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3

32
Mengakui pendapatan
& beban terkai:
Pekerjaan dalam - - 1.800.000
proses laba kotor
Beban kontrak 4.000.000 7.664.000 4.536.000
Pendapatan 4.000.000 7.664.000 6.336.000
kontrak

Mengakui
penyelesaian kontrak
Termin 18.000.0000
Pekerjaan dalam 18.000.000
proses

Tabel17.9 Perbandingan Laba yang diakui PT Buana Karya


Presentase Penyelesaian Biaya Terpulihkan
Tahun 1 500.000 0
Tahun 2 796.000 0
Tahun 3 504.000 1.800.000

I. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Rasio keuangan yang biasa digunakan untuk menganalisis penjualan
adalah Return on Sales (ROS), biasa dikenal juga dengan istilah Operating Profit
Margin. Rasio ini mengevaluasi efisiensi operasional perusahaan yang
menunjukkan berapa laba yang dihasilkan dari tiap rupiah penjualan. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Laba Sebelum Pa′ak dan Bunga
Operating Profit Margin = Penjualan

33
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat
diterima. Pendapatan diakui ketika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi
akan mengalir ke dalam perusahaan dan nilai manfaat tersebut dapat diukur
dengan andal. Penjualan dengan kesepakatan bill and hold diakui pada saat
penjualan ketika risiko dan manfaat signifikan sudah beraih kepada pembeli,
Sedangkan pendapatan penjualan jasa diakui hanya jika kemungkinan
besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke
entitas. Untuk mengalokasikan pendapatan untuk voucher ada 2 metode yaitu
metode residual dan metode nilai wajar relatif sedangkan pengakuan pendapatan
dan beban kontrak terdapat 2 metode yaitu metode persentase penyelesaian dan
metode biaya terpulihkan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Martani, Dwi , dkk . 2018 . Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis


PSAK (Buku 2) . Jakarta : Salemba Empat

35

Anda mungkin juga menyukai