0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan7 halaman

Penambahan Mikromineral MN Dan Cu Dalam Ransum Terhadap Aktivitas Biofermentasi Rumen Domba Secara in Vitro

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 7

FATHUL dan WAJIZAH.

Penambahan mikromineral Mn dan Cu dalam ransum terhadap aktivitas biofermentasi rumen domba

Penambahan Mikromineral Mn dan Cu dalam Ransum terhadap Aktivitas


Biofermentasi Rumen Domba Secara In Vitro
FARIDA FATHUL1 dan SITTI WAJIZAH2
1
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung. Email: [email protected]
2
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Banda Aceh

(Diterima Dewan redaksi 30 November 2009)

ABSTRACT

FATHUL, F. and S. WAJIZAH. 2010. Additional micromineral Mn and Cu in ration to rumen biofermentation activities of sheep in
vitro method. JITV 15(1): 9-15.
Ruminants need micro mineral for both their own requirements and rumen microbe activities. The objective of this research
was to study the effect of Mn, Cu, and its combination addition in ration on the activity of in vitro fermentation using sheep
rumen liquid. This research was conducted at Laboratory of Ruminant Nutrition Faculty of Animal Science Bogor Agricultural
Institute. The rations were R0 = basal ration; R1 = basal ration + 40 ppm Mn; R2 = basal ration + 10 ppm Cu; dan R3 = basal
ration + 40 ppm Mn + 10 ppm Cu. The result indicated that addition of Mn, Cu, or Mn+Cu did not significantly influence
(P>0.05) pH, NH3, bacteria and VFA; but they significantly increased (P<0.01) dry matter digestibility (DMD) and organic
matter digestibility (OMD). The average: pH was 4.78 ± 0.07 – 4.89 ± 0.06; NH3 was 6.77 ± 2.07 – 7.47±0,67 mM, and VFA
was 93.19 ± 55.79 – 136.61±15.31 mM. R1 gave the highest value of DMD (57.63%) and OMD (70.32%). The VFA related
positively to NH3 (r = 0.86); with the equation Ý = -266.9 + 54.182 X and R2 = 0.74. It was concluded that additional of Mn,
Cu, or Mn+Cu did not alter pH, NH3, and VFA. The additional of Mn altered DMD, but additional of Mn+Cu reduced DMD and
OMD.
Key Words: pH, NH3, VFA, DMD, OMD
ABSTRAK

FATHUL, F. dan S. WAJIZAH .2010. Penambahan mikromineral Mn dan Cu dalam ransum terhadap aktivitas biofermentasi rumen
domba secara in vitro. JITV 15(1): 9-15.
Pada ruminansia, mikronutrien dibutuhkan oleh hewan inang maupun mikroba rumen untuk pertumbuhan dan aktivitasnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penambahan mikromineral Mn, Cu, dan M+Cu terhadap hasil fermentasi rumen domba
secara in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia Fakultas Peternakan IPB.
Perlakuannya, yaitu: R0 = ransum basal; R1 = ransum basal + 40 ppm Mn; R2 = ransum basal + 10 ppm Cu; dan R3 = ransum
basal + 40 ppm Mn + 10 ppm Cu. Penambahan mikromineral Mn, Cu, dan M+Cu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
keasaman (pH), amoniak (NH3), jumlah bakteri dan volatile fatty acid (VFA); berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
koefisien cerna bahan kering (KCBK) maupun koefisien cerna bahan organik (KCBO) ransum. Rata-rata pH 4,78±0,07 –
4,89±0,06; NH3 6,77±2,07 – 7,47±0,67 mM, dan VFA 93,19±55,79 – 136,61±15,31 mM. Perlakuan R1 menghasilkan nilai
KCBK dan KCBO tertinggi, masing-masing sebesar 57,63±1,80 dan 70,32±1,73%. Kandungan VFA berhubungan positif erat
dengan NH3 (r=0,86) dengan persamaannya Ý = -266,9 + 54,182 X dan R2 = 0,74. Kesimpulan penelitian ini, yaitu bahwa
penambahan mikromineral Mn, Cu, dan M+Cu tidak mempengaruhi pH, NH3, maupun VFA secara in vitro. Hanya pada
penambahan mikromineral Mn meningkatkan nilai KCBK, sedangkan penambahan mikromineral Mn+Cu menurunkan nilai
KCBK maupun KCBO.
Kata Kunci: pH, NH3, VFA, KCBK, KCBO

PENDAHULUAN utama mineral pada ruminansia, yaitu mempengaruhi


simbiotik mikroflora di saluran pencernaan.
Mineral sangat diperlukan oleh tubuh dalam proses Bioproses dalam rumen dan pascarumen harus
kehidupan. Hal ini karena mineral berfungsi sebagai didukung akan kecukupan mineral baik makro, mikro,
katalisator untuk mengaktifkan kerja enzim, menjaga maupun trace mineral. Mineral-mineral ini berperan
keseimbangan asam-basa, menjaga keseimbangan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan
membran sel, dan ikut berperan dalam aktivitas mikroba metabolisme zat-zat makanan. Mineral makro, mikro,
rumen selama fermentasi di dalam rumen. dan trace mineral di dalam saluran pencernaan ternak
GEORGIEVSKII et al. (1982) menyatakan bahwa fungsi dapat berinteraksi positif atau negatif dengan faktor

9
JITV Vol. 15 No. 1 Th. 2010: 9-15

lainnya seperti asam fitat dan serat kasar yang memisahkan antara supernatan dan endapan. Pada
mengakibatkan ketersediaan mineral menurun. bagian supernatan dilakukan analisis pH cairan rumen,
Pada ruminansia, mikromineral selain dibutuhkan NH3, jumlah bakteri, dan VFA. Sisanya, pada bagian
oleh hewan inang, juga dibutuhkan oleh mikroba rumen endapan untuk menganalisis KCBK dan KCBO.
dalam jumlah tertentu untuk pertumbuhan dan Pengukuran pH cairan rumen dengan cara
aktivitasnya, diantaranya mikromineral Mn dan Cu. mencelupkan alat detektor pH-meter ke dalam
GEORGIEVSKII et al. (1982) menyatakan bahwa supernatan, kemudian dibaca dimonitor angka yang
penambahan mikromineral Mn akan merangsang menunjukkan nilai pH tersebut.
pertumbuhan mikroba rumen dan mempengaruhi Pengukuran NH3 dengan cara supernatan dan
fermentasi karbohidrat, tetapi tidak mempengaruhi Na2CO3 (terpisah) dimasukkan ke bagian tepi dalam
sintesis protein; sedangkan penambahan mikromineral cawan Conway; dan bagian tengah lingkaran cawan
Cu akan mempengaruhi pembentukan volatile fatty Conway diisi asam borat. Kemudian cawan Conway
acids (VFA) dan sintesis mikroba rumen. Rekomendasi ditutup rapat dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah itu,
menurut NRC (1985), suplementasi mikromineral Mn bagian tengah lingkaran cawan Conway dititrasi dengan
dan Cu masing-masing sebanyak 40 dan 10 ppm dalam 0,00143 N H2SO4 sampai warna kembali ke warna asal
ransum domba. asam borat. Perhitungan kadar NH3 dengan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penambahan menggunakan rumus: kadar NH3 (mM) = (ml H2SO4 x
mikromineral Mn, Cu, dan M+Cu terhadap aktivitas n H2SO4 x 1000) mM.
fermentasi mikroba rumen domba secara in vitro. Penghitungan bakteri dengan cara mengambil 1 ml
Hipotesis penelitian ini, yaitu bahwa penambahan cairan rumen (supernatan), kemudian diencerkan
mikromineral Mn dan Cu secara bersamaan akan dengan air steril 9 ml. Kemudian dilakukan
menghasilkan pH, NH3, asam lemak terbang (volatile pengenceran 101, 102, dan 103. Pipet 0,01 ml dari
fatty acid/VFA), koefisien cerna bahan kering (KCBK), pengenceran 103 dan diletakkan pada tutup gelas obyek
dan koefisien cerna bahan organik (KCBO) yang yang kotak dengan ukuran 1 x 1 cm2. Dilanjutkan
tertinggi. dengan pewarnaan Gram dan menghitung bakteri pada
tiga sudut pandang dalam satu garis diagonal dengan
menggunakan mikroskop berlensa obyektif pada
MATERI DAN METODE pembesaran 100x; kemudian menghitung total bakteri
berdasarkan rumus : total bakteri (x 106 sel/ml cairan
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu rumen) = n x 4167 x 106 sel/ml cairan rumen; n =
Nutrisi Ternak Ruminansia Fakultas Peternakan Institut jumlah bakteri hasil menghitung dengan menggunakan
Pertanian Bogor, Bogor. mikroskop berlensa obyektif.
Bahan yang digunakan, yaitu cairan rumen domba Analisis VFA dengan cara mendestilasi supernatan
yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan, Ciampea hasil fermentasi, kemudian terjadi kondensasi dan
Bogor. Bahan pakan penyusun ransum basal yang ditampung ke dalam gelas Erlenmeyer yang berisi 5 ml
digunakan terdiri atas: 25% rumput lapang, 5% bagas 0,5 N NaOH sampai menjadi 300 ml. Kemudian,
tebu teramoniasi, 22% onggok, 25% bungkil kelapa, menambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalin dan
21% jagung giling, 1% urea, dan 1% premiks. Ransum dilanjutkan titrasi menggunakan larutan 0,5 N HCl
basal ini mengandung 5,86% abu, 13,44% protein kasar sampai terjadi perubahan warna dari merah jambu
(PK), 14,11% serat kasar (SK), 5,96% lemak kasar menjadi tidak berwarna. Kemudian, menghitung
(LK), dan 60,63% bahan ekstrak tanpa nitrogen konsentrasi VFA berdasarkan rumus: konsentrasi VFA
(BETN). Mikromineral yang digunakan berdasarkan (mM) = (a-b) x N HCl x 1000/5; a = ml HCl yang
NRC 1985, yaitu Mn berasal dari garam MnCl2.4H2O diutuhkan untuk titrasi blanko (5 ml Na OH); b = ml
sebanyak 143,273 mg/kg ransum setara dengan 40 ppm HCl yang dibutuhkan untuk titrasi hasil destilasi ransum
Mn. Selain itu, mikromineral Cu berasal dari garam perlakuan; N = normalitas larutan HCl.
CuSO4 sebanyak 24,769 mg/kg ransum setara dengan Analisis KCBK dan KCBO menggunakan prosedur
10 ppm Cu. Sebanyak empat ransum perlakuan yang TILLEY and TERRY (1963). Ransum basal serta bagian
telah dicobakan, yaitu: endapan hasil fermentasi dianalisis kadar air dan kadar
R0 = ransum basal + 0 ppm Mn + 0 ppm Cu abu. Kemudian, menghitung kadar bahan kering (BK)
R1 = ransum basal + 40 ppm Mn + 0 ppm Cu dengan cara mengurangi 100% dengan kadar air (%);
R2 = ransum basal + 0 ppm Mn + 10 ppm Cu dan menghitung kadar bahan organik (BO) dengan cara
R3 = ransum basal + 40 ppm Mn + 10 ppm Cu mengurangi BK (%) dengan kadar abu (%). Dilanjutkan
Metoda penelitian ini melakukan fermentasi pada dengan menghitung KCBK dan KCBO sebagai berikut:
setiap ransum perlakuan dengan inokulum cairan rumen BKA – (BKS – BKB)
domba selama 48 jam. Kemudian, cairan rumen KCBK (%) = x 100%
BKA
disaring dengan menggunakan kain puring untuk

10
FATHUL dan WAJIZAH. Penambahan mikromineral Mn dan Cu dalam ransum terhadap aktivitas biofermentasi rumen domba

KCBK = koefisien cerna bahan kering energi tercerna dan sekitar 60% dari kebutuhan
BKA = bahan kering awal energinya berasal dari VFA.Nilai rata-rata pH cairan
BKS = bahan kering sisa rumen, NH3, jumlah bakteri, VFA, KCBK, dan KCBO
BKB = bahan kering blanko hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

BOA – (BOS – BOB) Derajat keasaman (pH)


KCBO (%) = x 100%
BOA
Derajat keasaman (pH) cairan rumen merupakan
KCBO = koefisien cerna bahan organik salah satu indikator yang menunjukkan berlangsungnya
BOA = bahan organik awal kegiatan bioproses di dalam rumen. Penambahan
BOS = bahan organik sisa mikromineral Mn, Cu, dan M+Cu tidak berpengaruh
BOB = bahan organik blanko nyata (P>0,05) terhadap pH cairan rumen setelah
dilakukan fermentasi selama 48 jam. Rata-rata pH
Pada penelitian ini menggunakan rancangan acak
cairan rumen hasil penelitian ini berkisar antara 4,78 ±
lengkap dengan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh
0,07 – 4,89 ± 0,06 (Tabel 1), yaitu termasuk rendah.
dianalissis dengan menggunakan SAS for Windows
Rendahnya pH cairan rumen (jika <6) menurut
6.12 dengan menggunakan analisis keragaman varians
CERRATO et al. (2007) karena ruminansia
(Anova), kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Beda
mengkonsumsi konsentrat dalam jumlah yang banyak.
Nyata Terkecil (BNT) (MATTJIK dan SUMERTAJAYA,
Pada penelitian ini, ransum basal terdiri atas persentase
2006).
konsentrat (70%) lebih tinggi daripada hijauan (30%).
Selain itu, bahan penyusun konsentrat itu sendiri berasal
HASIL DAN PEMBAHASAN dari bahan pakan yang berenergi tinggi dengan
persentase yang cukup besar, yaitu sebanyak 25%
Rumen membutuhkan kondisi optimum agar bakteri bungkil kelapa dan 21% jagung dari total ransum.
dapat melakukan aktivitas fermentasi dengan baik dan CALSAMIGLIA et al. (2008) menjelaskan bahwa
akan meningkatkan kecernaan, baik bahan kering terjadinya pH rumen rendah karena terbentuk asam-
maupun organik ransum yang dikonsumsi. Kondisi ini asam lemak hasil fermentasi ransum yang kaya
diharapkan dapat menghasilkan asam lemak terbang konsentrat secara cepat. SCOTT (1972) juga menyatakan
(VFA) dalam jumlah yang normal. Induk semang bahwa pakan biji-bijian akan meningkatkan kandungan
memanfaatkan VFA melalui dinding rumen sebagai VFA

Tabel 1. Penambahan mikromineral Mn, Cu, dan Mn+Cu terhadap pH cairan rumen, NH3, jumlah bakteri, VFA, KCBK, dan
KCBO

Peubah R0 R1 R2 R3
a a a
pH cairan rumen 4,89 ± 0,06 4,78 ± 0,07 4,81 ± 0,06 4,84 ± 0,03a
NH3 (mM) 7,47 ± 0,67a 6,83 ± 2,20a 6,77 ± 2,07a 6,87 ± 1,40a
Bakteri (x 109 sel/ml) 358,36 179,18 129,18 354,19
VFA (mM) 136,61 ± 15,31a 93,19 ± 55,79a 96,53 ± 41,72a 119,91 ± 23,14a
Rasio VFA/NH3 18,38 ± 2,41a 13,15 ± 5,42a 15,46 ± 7,80a 17,51 ± 1,41a
KCBK (%) 55,66 ± 0,40ab 57,53 ± 1,80a 55,10 ± 1,67b 51,33 ± 0,63c
KCBO (%) 69,42 ± 0,44a 70,32 ± 1,73a 68,55 ± 1,27a 66,02 ± 0,28b

Keterangan:
R0 = ransum basal + 0 ppm Mn + 0 ppm Cu
R1 = ransum basal + 40 ppm Mn + 0 ppm Cu
R2 = ransum basal + 0 ppm Mn + 10 ppm Cu
R3 = ransum basal + 40 ppm Mn + 10 ppm Cu
KCBK = koefisien cerna bahan kering
KCBO = koefisien cerna bahan organik
Nilai yang disertai dengan huruf superskrip yang sama dalam baris yang sama menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata berdasarkan
uji lanjut BNT (P>0,05)

11
JITV Vol. 15 No. 1 Th. 2010: 9-15

dan mengurangi aliran saliva sebagai bufer yang akan sedangkan 40% akan diteruskan ke abomasum dan usus
menimbulkan penebalan keratin mukosa rumen, halus untuk dicerna dan diabsorbsi dan sebagian lagi
sehingga terjadi aciduria phosphoturia. Salah satu cara dibuang ke feses. KHORASANI dan KENNELLY (2001)
untuk meningkatkan pH cairan rumen dengan menyatakan bahwa puncak kandungan NH3 rumen di
menginfuskan Na bicarbonat ke dalam rumen. pagi dan malam hari masing-masing terjadi sekitar 1 – 2
Nilai pH optimal cairan rumen sebesar 6,4; dan 6 – 7 jam sesudah sapi mengkonsumsi ransum baik
sedangkan pH suboptimal sebesar 5,5 (CARDOSO et al., dengan imbangan konsentrat:hijauan sebesar 50:50
2000); dan menurut CERRATO et al. (2007), nilai pH tanpa buffer, 50 : 50 dengan bufer; 75:25 tanpa buffer;
tinggi sebesar 7,0; pH rendah sebesar 5,1; sedangkan maupun 75 : 25 dengan bufer.
pH suboptimal pada kisaran 5,4 - 5,5 selama 4 jam/hari.
Ditambahkan oleh COOPER et al. (1999) dan Jumlah bakteri
BEAUCHEMIN et al. (2003) bahwa nilai pH cairan rumen
di bawah 5,6-5,8 kemungkinan menimbulkan rumen Penambahan mikromineral Mn, Cu, dan M+Cu
acidosis. Menurut HOOVER dan MILLER (1992), pH tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap jumlah
cairan rumen yang baik untuk pertumbuhan, bakteri rumen setelah dilakukan fermentasi selama 48
perkembangbiakan, dan aktivitas bakteri rumen jam. Akan tetapi, jika dihubungkan dengan pH cairan
terutama pencerna serat kasar adalah pada pH 5,5 - 7,3 rumen ternyata terdapat hubungan yang erat (r = 0,81)
dengan suhu 38° - 41°C. antara pH cairan rumen dan jumlah bakteri dengan
persamaan Ý (x109 sel/ml) = -9625 + 2045,6 X dan R2
Kandungan NH3 = 0,66. Berarti setiap kenaikan pH cairan rumen sebesar
satu satuan, akan meningkatkan jumlah bakteri
Amoniak sebagai hasil biofermentasi protein di sebanyak 2045 x 109 sel/ml. Jumlah bakteri tersebut
dalam rumen, akan digunakan untuk membentuk dipengaruhi oleh pH cairan rumen sebesar 66% dan
protein mikroba. Kadar amoniak dalam cairan rumen 34% oleh faktor lain. WALES et al. (2004) melaporkan
merupakan petunjuk adanya proses degradasi bahwa berubah-ubahnya pH cairan rumen dari 5,1
(perombakan) protein yang masuk dalam rumen dan menjadi 6,0 selama empat jam/hari akan sangat
proses sintesis protein oleh mikroba rumen. Protein mempengaruhi kehidupan bakteri di dalam rumen jika
yang masuk ke dalam rumen, sebagian akan mengalami dibandingkan dengan keadaan pH 5,6 yang stabil.
perombakan oleh enzim proteolitik yang dikandungan Selain itu, jumlah bakteri berhubungan cukup erat (r
oleh mikroba rumen. = 0,67) dengan kandungan NH3 cairan rumen. Seperti
Penambahan mikromineral Mn, Cu, dan M+Cu yang telah dijelaskan di atas bahwa produk NH3 akan
tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap konsentrasi dimanfaatkan kembali oleh mikroba rumen untuk
NH3 dalam cairan rumen setelah dilakukan fermentasi pertumbuhannya, sehingga pertumbuhan dan
selama 48 jam. Produk NH3 cairan rumen pada pertambahan mikroba rumen bergantung pada
penelitian berkisar 6,77 ± 2,07 – 7,47 ± 0,67 mM yang ketersediaan NH3 dalam rumen. Rumus persamaan
diperkirakan optimum, karena berada dalam kisaran 4- antara kadar NH3 dan jumlah bakteri pada penelitian
12 mM untuk pertumbuhan mikroba rumen. ini, yaitu Ý = -1443,9 + 243,25 X dan R2 = 0,45. Hal ini
Ransum perlakuan pada penelitian ini mengandung menunjukkan setiap kenaikan NH3 cairan rumen
protein kasar sebesar 13,44% dan serat kasar 14,11%. sebesar mM, akan meningkatkan jumlah bakteri
Berdasarkan kandungan zat-zat makanan tersebut, maka sebanyak 243 x 109 sel/ml. Jumlah bakteri tersebut
ransum perlakuan tersebut termasuk ransum tinggi dipengaruhi oleh konsentrasi NH3 sebesar 45% dan
kandungan protein dan rendah kandungan serat kasar, 55% oleh faktor lain. Peningkatan populasi mikroba
sehingga akan terjadi perombakan protein yang cukup disebabkan oleh meningkatnya ketersediaan sumber
besar di dalam rumen. Konsentrasi NH3 mencerminkan nitrogen yang berasal baik dari protein murni maupun
tingkat fermentabilitas protein di dalam rumen. dari nitrogen nonprotein (NPN). ARORA (1995)
Peningkatan protein (termasuk NPN) dalam ransum menyatakan bahwa mikroba rumen akan memanfaatkan
akan mengakibatkan protease yang berasal dari mikroba kembali amoniak yang terbentuk untuk membangun sel
rumen menjadi meningkat, sehingga akan tubuhnya.
meningkatkan proses perombakan protein menjadi asam
amino dan amoniak (NH3). Kemudian, produk NH3 ini Kandungan VFA
akan digunakan kembali oleh mikroba rumen, sehingga
perkembangan mikroba rumen juga menjadi meningkat. Asam lemak terbang (VFA) merupakan produk
SOEPRANIANONDO (2005) menyatakan bahwa akhir fermentasi oleh mikroba rumen. Penambahan
kandungan protein yang meningkat dalam ransum akan mikromineral Mn, Cu, dan M+Cu tidak berpengaruh
meningkatkan kandungan NH3 rumen karena 60% nyata (P > 0,05) terhadap VFA rumen setelah dilakukan
protein pakan akan diubah menjadi amonia N, fermentasi selama 48 jam. Produk VFA rumen pada

12
FATHUL dan WAJIZAH. Penambahan mikromineral Mn dan Cu dalam ransum terhadap aktivitas biofermentasi rumen domba

penelitian berkisar 93,19 ± 55,79 – 136,61 ± 15,31 mM. = 0,74. Adanya peningkatan NH3 sebanyak satu mM
Konsentrasi VFA pada penelitian ini termasuk optimum akan meningkatkan VFA sebanyak 54,182 mM. Produk
untuk mikroba rumen. Artinya, ketersediaan VFA dipengaruhi oleh NH3 sebanyak 86 dan 14% oleh
mikromineral di dalam ransum telah mencukupi faktor lain. Terjadinya peningkatan produk VFA
kebutuhan mikroorganisme rumen untuk melaksanakan disebabkan oleh terjadinya peningkatan populasi
aktivitasnya. Konsentrasi VFA yang mencukupi untuk mikroba rumen karena VFA tersebut hasil dari aktivitas
pertumbuhan mikroba rumen sebesar 80 – 180 mM. mikroba rumen yang telah melakukan fermentasi.
Penambahan Mn atau Cu maupun M+Cu, relatif CHURCH dan POND (1988) menjelaskan bahwa pada
menurunkan produk VFA rumen daripada tanpa fermentasi di dalam rumen terjadi proses pencernaan
penambahan mikromineral. Kandungan VFA hidrolitik zat monomer-monomer fermentatif
merupakan hasil aktivitas bakteri pada waktu (fermentasi karbohidrat) yang dilanjutkan dengan
melakukan fermentasi di dalam rumen, sehingga jika proses katabolisme menjadi VFA. TILLMAN et al.
bakteri semakin banyak akan menghasilkan VFA yang (1998) menyatakan bahwa kandungan VFA akan
semakin banyak pula. Banyaknya bakteri rumen setelah meningkat seiring dengan meningkatnya protein pakan
pemberian ransum tanpa penambahan mineral (358,36 x dan sumber NPN. HARTATI (1998) menyatakan bahwa
109 sel/ml) relatif lebih banyak daripada ransum yang konsentrasi VFA total meningkat secara linear apabila
mendapat penambahan Mn atau Cu maupun M+Cu ransum mendapat penambahan minyak lemuru.
(masing-masing sebanyak 179,18 x 109; 129,18 x 109; Rasio antara VFA dan NH3 pada penelitian ini tidak
dan 354 x 109 sel/ml)). Oleh karena itu, produk VFA berbeda nyata (P > 0,05) dengan nilai berkisar 13,64 ±
setelah pemberian ransum tanpa penambahan mineral 5,42 – 18,29 ± 2,41. PRAYUWIDAYATI dan WIDODO
(136,61 ± 15,31 mM) relatif lebih tinggi daripada (2007) menyatakan bahwa meningkatnya rasio antara
ransum yang mendapat penambahan Mn atau Cu VFA dan NH3 mengindikasikan adanya pertambahan
maupun Mn + Cu (masing-masing sebanyak 93,19 ± bobot hidup (PBH); rasio VFA/ NH3 sebesar 9,75 –
55,79; 96,53 ± 41,72; dan 119,91 ± 23,14 mM). 14,55 diperoleh PBH sebesar 0,50 – 1,25 kg ekor1
Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat minggu1 pada domba.
GEORGIEVSKII et al. (1982) yang menyatakan bahwa
penambahan Mn akan merangsang pertumbuhan Kecernaan
mikroba dan mempengaruhi fermentasi karbohidrat,
sedangkan penambahan Cu akan mempengaruhi Penambahan mikromineral Mn, Cu, dan M+Cu
pembentukan VFA dan sintesis mikroba rumen. Hal ini berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap KCBK
kemungkinan karena terdapatnya perbedaan dosis maupun KCBO ransum setelah dilakukan fermentasi
mikromineral yang ditambahkan dalam ransum. selama 48 jam. Nilai KCBK pada ransum dengan
GEORGIEVSKII et al. (1982) menyarankan penambahan penambahan mikromineral Mn tidak berbeda nyata (P >
Mn yang optimal sebesar 60 mg/kg bahan kering 0,05) dengan ransum basal, masing-masing sebesar
ransum (60 ppm) dan Cu sebesar 5 – 10 mg/kg bahan 57,53 ± 1,80 dan 55,66 ± 0,40%. Akan tetapi,
kering ransum (5-10 ppm) untuk merangsang penambahan mikromineral Cu menghasilkan nilai
pertumbuhan mikroba rumen. Pada penelitian ini KCBK yang lebih rendah (55,10 ± 1,67%) dan begitu
mengikuti saran NRC (1985), yaitu penambahan Mn pula pada penambahan Mn+Cu mengakibatkan nilai
sebanyak 40 ppm dan Cu sebanyak 10 ppm. KCBK lebih rendah lagi (51,33 ± 0,63%) daripada
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penambahan Cu penambahan mikromineral Cu. Hal ini, berarti bahwa
pada penelitian ini sesuai juga dengan dosis yang penambahan mikromineral Mn memperbaiki nilai
optimal yang disarankan oleh GEORGIEVSKII et al. KCBK, sedangkan penambahan Mn+Cu menurunkan
(1982). MUHTARUDIN (2007) melaporkan bahwa nilai KCBK. Pada ransum yang mendapat penambahan
penambahan mineral baik makro (Ca dan Mg) maupun mikromineral Mn+Cu akan mengakibatkan kandungan
mikro (Zn, Cu, Cr, dan Se) dalam bentuk organik akan abu lebih tinggi daripada perlakuan ransum lainnya,
meningkatkan kandungan VFA maupun NH3 rumen. sedangkan kadar abu merupakan salah satu faktor yang
Antara jumlah bakteri dan produk VFA pada menurunkan kecernaan zat-zat makanan lainnya. Nilai
penelitian ini terdapat hubungan positif yang sangat erat KCBK pada semua ransum perlakuan menunjukkan
(r = 0,92) dengan persamaan Ý = 70,936 + 0,1592 X bahwa kualitas ransum masih kurang baik, karena
dan R2 = 0,85. Bertambahnya jumlah bakteri rumen ransum yang baik apabila mempunyai nilai KCBK ≥
sebanyak satu milyar sel/ml akan meningkatkan produk 60%. MUHTARUDIN dan LIMAN (2006) melaporkan
VFA sebanyak 0,1592 mM. Jumlah bakteri bahwa dengan penambahan mineral makro organik
mempengaruhi produk VFA sebanyak 85%, sedangkan sebanyak 1,5 kali saran NRC (1988) menghasilkan nilai
sebanyak 15% oleh faktor lain. Selain itu, juga terdapat KCBK sebesar 67,08 %.
hubungan yang erat (r = 0,86) antara jumlah NH3 dan Nilai KCBO pada ransum dengan penambahan
VFA dengan persamaan Ý = -266,9 + 54,182 X dan R2 mikromineral Mn atau Cu tidak berbeda nyata (P >

13
JITV Vol. 15 No. 1 Th. 2010: 9-15

0,05) dengan ransum basal. Akan tetapi, penambahan DAFTAR PUSTAKA


mikromineral Mn+Cu akan menurunkan nilai KCBO (P
< 0,05), sebagaimana pada nilai KCBK. Pada ransum ARORA, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia.
yang mendapat penambahan mikromineral Mn+Cu Diterjemahkan oleh R. MURWANI dan SRIGANDONO.
akan mengakibatkan kandungan abu lebih tinggi UGM Press, Yogyakarta.
daripada perlakuan ransum lainnya, sedangkan kadar BEAUCHEMIN, K.A., W.Z. YANG, D.P. MORGAVI, G.R.
abu salah satu faktor akan menurunkan kecernaan zat- GHORBANI, W. KAUTZ and J.A.Z. LEEDLE. 2003. Effects
zat makanan lainnya. MUHTARUDIN dan LIMAN (2006) of bacterial direct-fed microbes and yeast on site and
melaporkan bahwa penambahan mikromineral ke dalam extent of digestion, blood chemistry, and subclinical
ransum dengan dosis sebesar 1,0 kali dari rekomendasi ruminal acidosis in feedlot cattle. J. Anim. Sci. 81:
1628-1640.
NRC (1988) akan menghasilkan nilai KCBK dan
KCBO yang tertinggi. Sebaliknya, apabila dosis CALSAMIGLIA, S., P.W. CARDOSO, A. FERRET and A. BACH.
ditingkatkan menjadi 1,5 kali maka hasil yang terbaik 2008. Changes in rumen microbial fermentation are due
hanya pada KCBO. to a combined effect of type of diet and pH. J. Anim.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai KCBO relatif lebih Sci. 86: 702-711.
tinggi daripada KCBK pada semua ransum perlakuan. CARDOSO, P.W., S. CALSAMIGLIA and A. FERRET. 2000.
Hal ini karena pada bahan kering masih mengandung Effects of pH on microbial fermentation and nutrient
abu, sedangkan bahan organik tidak mengandung abu, flow in a dual flow continuous culture system. J. Dairy
sehingga bahan tanpa kandungan abu relatif lebih Sci. 83 (Suppl.1) (Abstr.): 265.
mudah dicerna. Kandungan abu memperlambat atau CERRATO, M., S. CALSAMIGLIA and A. FERRET. 2007. Effect of
menghambat tercernanya bahan kering ransum. time at suboptimal pH on nutrient digestion and rumen
Hubungan antara nilai KCBK dan KCBO ransum microbial fermentation on a dual flow continuous
terdapat hubungan positif yang sangat erat (r = 0,99) culture system. J. Dairy Sci. 90: 1486-1492.
dengan persaman Ý = 29,732 + 0,7075 X dan R2 = 0,98. CERRATO, M., S. CALSAMIGLIA, and A. FERRET. 2008. Effect
Berarti meningkatnya nilai KCBK sebesar satu persen of the magnitude of the decrease of rumen pH on rumen
akan meningkatkan KCBO sebanyak 0,7075%. Nilai fermentation in a dual-flow continuous culture system.
KCBO sebanyak 98% dipengaruhi oleh KCBK dan 1% J. Anim. Sci. 86: 378-383.
oleh faktor lain. Bahan organik merupakan bagian dari
CHURCH, D.C. and W.G. POND. 1988. Basic Animal Nutrition
bahan kering, sehingga apabila bahan kering meningkat and Feeding. 3th Ed. John Wiley and Sons. New York,
akan meningkatkan bahan organik, begitu juga Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore.
sebaliknya. Oleh karena itu, hal tersebut juga akan
berlaku pada nilai kecernaannya; apabila KCBK COOPER, R.J., T.J. KLOPFENSTEIN, R.A. STOCK, C.T. MILTON,
D.W. HEROLD and J.C. PARROT. 1999. Effects of
meningkat tentu KCBO juga akan meningkat. SUTARDI
imposed feed intake variation on acidosis and
(2001) menyatakan bahwa peningkatan KCBK ransum performance of finishing steers. J. Anim. Sci. 77: 1093-
sejalan dengan meningkatnya KCBO ransum, karena 1099.
sebagian besar komponen BK terdiri atas BO. Oleh
karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi GEORGIEVSKII, V.I., B.N. ANNENKOV and V.T. SAMOKHIN.
rendahnya KCBK akan mempengaruhi juga tinggi 1982. Mineral Nutrition of Animals. Butterworths.
London Boston Sydney Durban Wellington Toronto.
rendahnya KCBO ransum.
Nilai KCBK dan KCBO tidak ada hubungannya HARTATI, E. 1998. Suplementasi Minyak Lemuru dan Seng ke
dengan pH cairan rumen (masing-masing mempunyai dalam Ransum yang Mengandung Silase Pod Coklat
nilai r sebesar 0,34 dan 0,23). Hasil penelitian ini dan Urea untuk Memacu Pertumbuhan Sapi Holstein.
berbeda dengan penemuan CERRATO et al. (2008) yang Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
melaporkan bahwa pH rumen yang menurun dari 5,1
menjadi 4,0 maka akan menurunkan nilai kecernaan HOOVER, W.H. and T.K. MILLER. 1992. Rumen digestive
bahan organik dam neutral digestible fiber (NDF). physiology and microbial ecology. Bull. 708T. Agric.
Forestry Exp. Stn., W.V. Univ., Morgantown, WV.

KESIMPULAN KHORASANI, G.R. and J.J. KENNELLY. 2001. Influence of


carbohydrate source and buffer on rumen fermentation
characteristics, milk yield, and milk composition in late-
Ransum dengan penambahan mikromineral Mn, Cu, lactation Holstein cows. J. Dairy Sci. 84: 1707–1716.
dan Mn+Cu tidak mempengaruhi pH, NH3, dan VFA
secara in vitro. Penambahan mikromineral Mn MATTJIK, A.A. dan I.M. SUMERTAJAYA. 2006. Perancangan
meningkatkan nilai KCBK, sedangkan penambahan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. IPB
Press, Bogor.
mikromineral Mn+Cu justru menurunkan nilai KCBK
maupun KCBO.

14
FATHUL dan WAJIZAH. Penambahan mikromineral Mn dan Cu dalam ransum terhadap aktivitas biofermentasi rumen domba

MCDONALD, P., R.A. EDWARDS, J.F.D. GREENHALGH and C.A. SCOTT, D. 1972. Excretion of phosphorus and acid in the urine
MORGAN, 1995. Animal Nutrition. 5th Ed. Library of of sheep and calves fed roughage on concentrate diets.
Conggress Cataloging Publication. London. Q. J. Exp. Physiol. 57: 379-392.
MUHTARUDIN. 2007. Penggunaan mineral organik dalam SOEPRANIANONDO, K. 2005. Dampak isi rumen sapi sebagai
upaya meningkatkan bioproses rumen, pertumbuhan, substitusi rumput raja terhadap produk metabolik pada
serta kualitas daging kambing dan sapi. Bul. Pemb. kambing Peranakan Etawa. Media Kedok. Hewan. 21:
Prov. Lampung. 2 (2): 108-116. 94-96.
MUHTARUDIN dan LIMAN. 2006. Penentuan Tingkat TILLEY, J.M. and R.A. TERRY. 1963. A two stage technique
Penggunaan Mineral Organik untuk Memperbaiki for in vitro digestion of forage crops. J. Br. Grassland
Bioproses Rumen pada Kambing secara in vitro. J. Soc. 18: 104–111.
Ilmu-ilmu Pertan. Indon., Fak. Pertanian Univ.
Bengkulu. 8: 132-140. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S.
PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSOEKOJO. 1989. Ilmu
NRC. (NATIONAL RESEARCH COUNCIL). 1985. Nutrient Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.
Requirements of Sheep. 6th Ed. National Academy Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada,
Science. Washington D.C. Yogyakarta.
PRAYUWIDAYATI, M. dan Y. WIDODO. 2007. Penggunaan WALES, W.J., E.S. KOLVER, P.L. THORNE and A.R. EGAN.
bagas tebu teramoniasi dan terfermentasi dalam ransum 2004. Diurnal variation in ruminal pH on the
ternak domba. Maj. Ilmu Petern., Fak. Peternakan Univ. digestibility of highly digestible perennial ryegrass
Udayana, Denpasar. 10 (1):9 - 12 during continuous culture fermentation. J. Dairy Sci. 87:
1864–1871.

15

Anda mungkin juga menyukai