0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
188 tayangan22 halaman

Interaksi Obat

Makalah ini membahas tentang interaksi obat yang terjadi di luar tubuh, yaitu interaksi fisiko-kimia yang terjadi saat obat diformulasikan atau disiapkan sebelum diberikan kepada pasien. Interaksi ini dapat berupa perubahan kelarutan, terjadinya reaksi kimia, atau pengendapan salah satu zat obat. Makalah ini juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi obat."

Diunggah oleh

niakhanaka
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
188 tayangan22 halaman

Interaksi Obat

Makalah ini membahas tentang interaksi obat yang terjadi di luar tubuh, yaitu interaksi fisiko-kimia yang terjadi saat obat diformulasikan atau disiapkan sebelum diberikan kepada pasien. Interaksi ini dapat berupa perubahan kelarutan, terjadinya reaksi kimia, atau pengendapan salah satu zat obat. Makalah ini juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi obat."

Diunggah oleh

niakhanaka
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 22

INTERAKSI OBAT

“Interaksi Obat Di Luar Tubuh”


Dosen : Dra. Refdanita, M.Si.Apt

Disusun Oleh :
Nia Khana Kallista Alimi ( 14330007)

FAKULTAS FARMASI

JURUSAN FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2017
Kata Penghantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya tugas makalah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun mendapatkan isi berdasarkan
beberapa referensi. Selain itu dalam menyusun makalah ini pun penyusun
mendapatkan berbagai bimbingan dari beberapa pihak yang pada akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak
kekurangannya untuk itu penulis mengharapkan tegur, perbaikan yang akan
datang.

Penyusun
DAFTAR ISI

Daftar isi..............................................................................................................

Kata Penghantar................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................

Latar Belakang...................................................................................................

Perumusan Masalah...........................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................

Pengertian Interaksi Obat...................................................................................

Macam –macam Interaksi Obat........................................................................

Sasaran Interkasi Obat......................................................................................

Interaksi Obat di Luar Tubuh.............................................................................

BAB III. PENUTUP..............................................................................................

Kesimpulan..........................................................................................................

Saran....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan


terdapat interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari
lingkungan atau dengan obat lain. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntukan atau
merugikan. Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi) memudahkan
terjadinya interaksi obat.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas
atau mengurangi efeksivitas obat yang berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya
yaitu inkompibilitas ini terjadi di luar tubuh ( sebelum obat di berikan ) obat yang tidak
tercampurkan ( inkompatibel ). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya
interaksi secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukkan
endapan, perubahan warna, terjadi kelembapan bahan obat dan lain-lain , atau mungkin juga
tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.

Perumusan Masalah

Karena kebanyakkan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki , umumnya
interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga
interaksi yang sengaja dibuat, pada makalah ini di bahas interaksi fisiko-kimia yang terjadi
pada saat obat di formulasikkan / di siapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Interaksi obat adalah kejadian di aman suatu zat yang mempengaruhi aktivitas obat.
Efek- efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru
yang tidak di miliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara suatu obat
dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan
herbal , obat dengan mikronutrien dan obat injeksi dengan kandungan infus.

Karena kebanyakkan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya
interaksi obat di hindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga
interaksi yang sengaja di buat, misalnya pemberian probenesid dan penisilin sebelum
penisilin di buat dalam jumlah besar.

Interaksi obat bisa di timbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
farmakokinetika obat tersebut , seperti Absorbsi, Distribusi , Metabolisme dan Eliminasi
(ADME )obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat –sifat
farmkodinamik antara antagonis reseptor dan agonis untuk reseptor yang sama.

Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa obat sekaligus


( polifarmasi) , makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan atau dengan obat lain . Pada
interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu : obat presipitan dan objek obat.

Obat Presipitan

Obat Presipitan adalah obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi efek obat lain.
Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai berikut:

Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat sehingga akan menggusur obat dengan ikatan
protein yang lemah. Dengan demikian obat-obat yang tergusur kadarnya akan bebas dalam
darah dan meningkat sehingga menimbulkan efek toksik.

Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (Inducer) enzim-


enzim yang memetabolisir obat dalam hati.

Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehinga eliminasi obat-obat
lain dapat dimodifikasi.

Obat Objek

Obat objek adalah obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat
lain. Cirinya adalah :

Mempunyai kurva dose response yang curam

Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah


Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena
dokumentasinya masih sangat kurang, sering kali lolos dari pengamatan karena kurangnya
pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat,
sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering kali dianggap sebagai reaksi
idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunan efektifitas sering
kali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit. Selain itu terlalu banyak obat yang
saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat dan kejadian atau keparahan interaksi
dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut
usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu),
penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor-faktor lain
(dosis besar, obat ditelan bersama-sama pemberian kronik)

Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat

a. Faktor penderita

Umur (yang paling peka adalah bayi, balita dan orang lanjut usia)

Sifat keturunan

Penyakit yang sedang diderita

Fungsi hati dan ginjal

b. Faktor obat

Jumlah obat yang digunakan

Jangka waktu pengobatan

Jarak waktu penggunaan dua obat

Urutan pemberian ohat

Bentuk sediaan obat

II. 2 Macam-Macam Interaksi Obat


1.Interaksi farmasetis

Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan /disiapkan
sebelum obat di gunakan oleh penderita.Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV
yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.

Contoh lain : dua obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia atau
terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu senyawa dll.

Bentuk interaksi:
a.Interaksi secara fisik
Misalnya :
-Terjadi perubahan kelarutan
-Terjadinya turun titik beku
b.Interaksi secara kimia
Misalnya :
Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses
pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.

2. Interaksi Farmakokinetika

Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada :


-Absorbsi

Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam GI tract dipengaruhi
banyak factor antara lain, berubahnya: kecepatan aliran darah GI, motilitas GI, pH GI,
kelarutan obat, Metabolisme GI, Flora GI, atau Mucosa GI, terbentuknya komplek yang tidak
larut.

-Distribusi

Transport aktif dari beberapa obat anti hipertensi (bethanidine, Guenethidine,


debricoquine) ke pangkal syaraf simpatik yang merupakan tempat terjadinya efek terapeutik,
di inhibisi oleh antidepresan trisiklik (dan mungkin juga oleh beberapa phenothiazine)
sehingga terjadi penurunan kontrol terhadap tekanan darah.
-metildopa.Mekanisme tersebut juga menjadi dasar dari interaksi antara antidepresan
trisiklik dengan clonidine.
-Metabolisme

Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme obat. Satu
sistem yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim yang mengandung
cytochrome P450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat bermakna antara sipfofloksasin
dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat cytochrome P450 3A4 sampai sebesar 65%.
Karena ini merupakan enzim primer yang berperan untuk memetabolisme metadon, sipro bisa
meninggikan kadar metadon secara bermakna. Sistem ini dapat dipengaruhi oleh induksi
maupun inhibisi enzim, sebagaimana dibahas dalam contoh berikut

Induksi enzim - obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan lebih banyak obat
yang memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar efektif dari obat B akan berkurang,
sementara efektivitas obat A tidak berubah.

Inhibisi enzim - obat A menghambat produksi enzim yang memetabolisme obat B,


sehingga peninggian obat B terjadi dan mungkin menimbulkan overdosis.
Ketersediaan hayati – obat A mempengaruhi penyerapan obat B.

-Ekskresi
Yang disebabkan karena obat/senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dari perubahan
pada satu atau lebih parameter farmakokinetika, seperti konsentrasi serum maksimum, luas
area dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui urine,
dsb.

3. Interaksi Farmakodinamika

Adalah obat yang menyebabkan perubahan pada respon pasien disebabkan karena
berubahnya farmakokinetika dari obat tersebut karena obat lain yang terlihat sebagai
perubahan aksi obat tanpa menglami perubahan konsentrasi plasma.
Misalnya naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena pemberian secara
bersamaan dengan diuretic boros kalium misalnya furosemid.

II. 3 Sasaran Interaksi Obat

Ada 4 sasaran interaksi :


1.Interaksi Obat-obat
Tipe interaksi obat dengan obat merupakan interaksi yang paling penting
dibandingkan dengan ketiga interaksi lainnya (Walker dan Edward, 1999).
Semua pengobatan termasuk pengobatan tanpa resep atau obat bebas harus diteliti terhadap
terjadinya interaksi obat, terutama bila berarti secara klinik karena dapat membahayakan
pasien

2.Interaksi Obat – makanan

Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah parameter farmakokinetik dari
obat terutama pada proses absorpsi dan eliminasi, ataupun efikasi dari obat.
Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang mengandung tiramin (keju, daging, anggur
merah) akan menyebabkan krisis hipertensif karena tiramin memacu pelepasan norepinefrin
sehingga terjadi tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan Arronson, 1992),
makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin, (Shim dan Mason, 1993).

3.Interaksi Obat – penyakit

Acuan medis seringkali mengacu pada interaksi obat dan penyakit sebagai
kontraindikasi relatif terhadap pengobatan. Kontraindikasi mutlak merupakan resiko,
pengobatan penyakit tertentu kurang secara jelas mempertimbangkan manfaat terhadap
pasiennya (Shimp dan Mason, 1993). Pada tipe interaksi ini, ada obat-obat yang
dikontraindikasikan pada penyakit tertentu yang diderita oleh pasien. Misalnya pada kelainan
fungsi hati dan ginjal, pada wanita hamil ataupun ibu yang sedang menyusui
Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester pertama jangan diberikan obat
golongan benzodiazepin dan barbiturat karena akan menyebabkan teratogenik yang berupa
phocomelia Juga pada pemberian NSAID pada Px riwayat tukak lambung.

4.Interaksi Obat – Hasil lab

Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat mengubah akurasi diagnostik tes
sehingga dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu. Hal ini dapat terjadi karena interferensi
kimiawi. Misalnya pada pemakaian laksativ golongan antraquinon dapat menyebabkan tes
urin pada uribilinogen tidak akurat (Stockley, 1999), atau dengan perubahan zat yang dapat
diukur contohnya perubahan tes tiroid yang disesuaikan dengan terapi estrogen (Shimp dan
Mason, 1993)
Interaksi Obat di Luar Tubuh

Interaksi obat selain terjadi di dalam tubuh atau terjadi setealh obat diberikan kepada
pasien, namun dapat terjadi sebelum diberikan kepada pasien atau dengan kata lain interaksi
obat terjadi di luar tubuh. Interaksi obat di luar tubuh manusia disebut juga interaksi
inkompabilitas , karena interaksi ini terjadi sebelum obat di berikan antara obat yang tidak
dapat di campur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya
interaksi langsung secara fisika atau kimia , yang hasilnya mungkin terlihat sebagai
pembentukan endapan , perubahan warna dan lain –lain. Interaksi ini biasanya berakibat
inaktivasi obat.

Hal yang paling penting untuk diketahui oleh dokter maupun apoteker sebagai tenaga
kesehatan adalah interaksi obat di luar tubuh yaitu interaksi antara obat suntik dengan cairan
infus, dimana banyak sekali obat-obat suntuk yang inkompatibilitas dengan cairan infus .
Selain itu interaksi obat dapat terjadi pada saat formulasi atau di siapkan sebelum digunakan
oleh pasien.

Contoh interaksi obat di luar tubuh

Obat A Obat B Efek


a. Interaksi Langsung
2+¿
Kation multivalen ( C
a¿
- Tetrasiklin Terbentuk kelat yang tidak
2+¿ 3+¿ dapat diabsorpsi sehingga
, ¿ , ¿ dalam
Mg Al
- Digoksin, digitoksin absorbsi obat A menurun.
antasida.
2+¿
C ¿ dalam susu, F
a
b. Perubahan pH cairan
2+¿
saluran cerna ¿ dalam sediaan besi
e
- NaHC O3 Kelarutan obat B menurun
sehingga absorbsi obat B
menurun .
Kelarutan (kecepatan disolusi
Tetrasiklin
meningkat)sehingga absorbsi
obat meningkat.

Aspirin
Contoh – contoh yang berinteraksi di luar tubuh manusia

No Obat A Obat B Interaksi yang terjadi


1. Oksitetrasiklin Hcl Diphenhidramin Terbentuknya endapan
2. Aspirin Na-bikarbonat Aspirin terhidrolisis
3. Oksitetrasiklin Hcl MgSO4 Terbentuk ikatan komplektak
larut oksitetrasiklin Ca
4. Oksitetrasiklin Hcl Ca-glukonat Terbentuk ikatan komplek
tak larut
5. Phenitoin-Na Infus Terbentuk endapan
6. Inj. Aminophilin Inj. Diphenhidramin Terbentuk endapan
7. Inj. Oksitetrasiklin Inj.Diphenhidramin Terbentuk endapan
8. Inj. Thiopenton Inj. Suxamethonium Terbentuk endapan
9. Diazepam Cairan infus Terbentuk endapan
10. Phenitoin Cairan infus Terbentuk endapan
11. Soluble Insulin Protamin Zinc insulin Efek soluble insulin
berkurang
12. Heparin Hidrokortison Heparin tidak aktif
13. Kanamicin Hidrokortison Kanamicin tidak aktif
14. Penicilin Hidrokortison Penicilin tidak aktif
15. Karbenicilin Gentamicin Gentamicin tidak aktif
Karbenicilin rusak
16. Penisilin G Vitamin C Penicilin tidak aktif
17. Amfoterisin B Larutan garam fisiologis atau Amfoterisin B mengendap
larutan ringer
18. Ceftazidime Aminoglikosida Inaktivasi pada Ceftazidime
19. Ceftazidime Vankomisin Terbentuk endapan pada
larutan Ceftazidime
20. Ceftazidime Larutan injeksi Na-bikarbonat Ceftazidime kurang stabil

Inkompatibilitas obat IV

Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa


berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika harus mencampur suatu obat, selalu ikuti
petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa
ditambahkan ke pemberian "piggy back"; dan larutan “bilas” apa yang harus digunakan di
antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti
pengendapan di dalam selang infus (sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke
dalam infus juga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan
normal saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal.
kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika ingin
mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini kompatibel di
dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat, kontak apoteker.

Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak
dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin,
midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV. Ada obat
injeksi yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. Contoh khas adalah natrium
bikarbonat dengan Ringer laktat atau Ringer asetat.

Contoh Sediaan Injeksi yang Inkompatibilitas dengan Cairan Infus

KOMPOSISI :

Sulbacef Serbuk steril untuk injeksi, tiap vial mengandung :

Sefoperazon Natrium 500 mg dan

Sulbaktam Natrium 500 mg(setara dengan Sefoperazon dan Sulbaktam 1 g)

INDIKASI :
Sulbacef diindikasikan untuk :
- Monoterapi
Untuk pengobatan infeksi berikut ini yang disebabkan oleh organisme yang sensitif : Infeksi
saluran pernafasan (atas dan bawah); infeksi saluran kemih (atas dan bawah); peritonitis,
kolesistitis, kolangitis dan infeksi intra-abdomen yang lain; infeksi kulit dan jaringan
penyangga kulit.
- Terapi kombinasi
Dapat dikombinasikan dengan antibiotik lain apabila memang ada indikasi.

DOSIS :
Dosis Sulbacef :
- Dewasa : Dosis sehari yang dianjurkan 2-4 g. Dosis harus diberikan setiap 12 jam dalam
dosis terbagi. Pada infeksi yang berat atau sukar disembuhkan, dosis sehari dapat
ditingkatkan sampai 8 g.

- Anak-anak : Dosis sehari yang dianjurkan 40 - 80 mg/kg/hari. Dosis harus diberikan setiap
6-12 jam dalam dosis terbagi. Pada infeksi serius atau sukar disembuhkan, dosis dapat
ditingkatkan sampai 160 mg/kg/hari.

- Usia lanjut : Modifikasi dosis mungkin diperlukan dan dosis disesuaikan sesuai
kebutuhan.

- Pada gangguan fungsi hati : Dosis Sefoperazon tidak boleh lebih dari 2 g/hari.

- Pada gangguan fungsi ginjal :

Klirens kreatinin 15-30 ml/menit : Dosis maksimal Sulbaktam tiap pemberian 12 jam adalah
1 g (Dosis maksimal Sulbaktam sehari adalah 2 g).

Klirens kreatinin <15 ml/menit : Dosis maksimal Sulbaktam tiap pemberian 12 jam adalah
500 mg (Dosis maksimum Sulbaktam sehari adalah 1 g).

Pada infeksi yang berat, mungkin diperlukan tambahan Sefoperazon. Gambaran


farmakokinetik Sulbaktam secara bermakna dipengaruhi oleh hemodialisis. Waktu paruh
serum Sefoperazon juga berkurang secara bermakna selama hemodialisis. Oleh karena itu,
dosis harus diberikan terjadwal mengikuti periode dialisa.

Pemberian Sulbacef :

- Pemberian IV

Infus berkala :

1 g Sulbacef direkonstitusi dengan 3,4 ml Dekstrosa 5% dalam air atau NaCl 0,9% atau Aqua
pro Injeksi, kemudian dilarutkan dalam 20 ml cairan infus, diberikan dalam 15 sampai 60
menit.

Injeksi IV :

1 g Sulbacef direkonstitusi dengan 3,4 ml dekstrosa 5% dalam air atau NaCl 0,9% atau Aqua
pro Injeksi dan diberikan minimum dalam 3 menit.

- Pemberian IM
Volume pelarut adalah 3,4 ml untuk 1 g Sulbacef.

Kompatibilitas :

Sulbacef dapat digunakan dengan Air Steril untuk Injeksi, Dekstrosa 5%, Normal Saline,
Dekstrosa 5% dalam 0,225% Saline, dan Dekstrosa 5% dalam Normal Saline.

Inkompatibilitas: :
Sulbacef tidak dapat dicampur secara langsung dengan Aminoglikosida, Larutan Ringer
Laktat atau 2% larutan Lidokain HCl.

Larutan Sulbacef dan Aminoglikosida tidak dapat dicampur secara langsung, karena ada
inkompatibilitas fisik diantara keduanya. Bila kombinasi kedua obat ini diperlukan, maka
obat-obat ini dapat diberikan melalui infus intravena berkala secara berurutan dan terpisah
dimana saluran infus harus dibilas dengan pelarut terlebih dahulu pada saat pergantian obat.

Rekonstitusi awal dengan larutan Ringer’s Laktat atau larutan Lidokain 2% harus dihindari
karena campuran ini inkompatibel. Sehingga harus dilakukan dua langkah pelarutan, yaitu
pada awalnya dicampur dengan air untuk injeksi dimana akan menghasilkan larutan yang
kompatibel, kemudian dilarutkan dengan larutan Ringer’s Laktat atau larutan Lidokain 2%.

Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida)

Di samping kompatibilitas obat-obat IV, klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah
bisa timbul bila menggunakan PVC sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized polyvinyl
Klorida (PVC) merupakan bahan polimer yang digunakan secara luas di bidang kedokteran
dan yang terkait. Di bidang kedokteran, PVC yang lentur digunakan untuk kantong
penyimpan darah, selang transfusi, hemodialisis, pipa endotrakea, infuse set, serta kemasan
obat. Ester asam ftalat, terutama di-(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan pelentur
yang paling disukai di bidang kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan kovalen
dengan polimerm ada kemungkinan memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari kantong
PVC ke dalam larutan sudah bertahun-tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP
dan PVC telah mencetuskan pertanyaan serius mengapa produk ini masih digunakan.
Pemisahan DEHP dari PVC disebut leaching. Leaching terjadi bila beberapa obat seperti
paclitaxel atau tamoxifen diberikan dalam kantong PVC. Kekhawatiran lain dari penggunaan
kantong PVC adalah penyerapan atau “hilang”nya obat dari kantong PVC:
1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus Viaflex
(PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding lurus dengan
konsentrasi obat.

2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di bawah
kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.

Reaksi Maillard

Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino dengan gula pereduksi.
Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya karamelisasi, ini merupakan bentuk
diskolorasi coklat yang bersifat non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula
bereaksi dengan gugus amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai
molekul yang menimbulkan berbagai warna dan aroma.Reaksi Maillard terjadi bila asam
amino dan glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa intravena
perlu diberikan sekaligus, dilakukan pemisahan di mana glukosa dan asam amino dipisah.
Asam amino dan glukosa dicampur dulu sebelum diberikan ke pasien.

Interaksi obat -Mikronutrien

Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh obat-obat
tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.
Lampiran 1 Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien

↓ Kalsium aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor


antagonists, loop diuretics ; amphotericin B, antacids, carbamazepine,
cholestyramine, cisplatin, colchicines, digoxin, doxycycline,
ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate, minocycline, oxcarbazepine,
oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital, phenytoin, primidone, Na
phosphate, sucralfate, zelodronic acid, zonisamide

↑ Kalsium antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication,


aminoiphylline, Ca carbonate, lithium

↓Magnesium aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral


contraceptives, tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B,
cholestyramine, cisplatin, cyclosporine, digoxin, foscarnet, hydralazine,
methsuximide, pamidronate, penicillamine, raloxifene, Na phosphate,
tacrolimus, zoledronic acid

↑Magnesium Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas

↓ Fosfor Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing),


cholestyramine, digoxin, foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate,
sucralfate, theophylline, zoledronic acid

↑ Fosfor Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema

↓Kalium Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide


diuretics, acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine,
cyclosporine, enoxacin, foscarnet, hydralazine, levodopa, mannitol,
pamidronate, Na bicarbonate & phosphates

↑ Kalium ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers,


NSAIDs, Kalium sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic
solutions, lithium, pentamidine, succinylcholine

↓ Natrium Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide


diuretics, salicylates ; acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl,
captopril, colchicine, foscarnet

↑ Natrium Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative


& enemas

↓ Zink ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives,


H2 receptor antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine,
ethambutol, hydralazine, penicillamine

↓ Klorida Thiazide diuretics, loop diuretics

↑ Klorida Spironolactone, triamterene

Lampiran 2 Deplesi Nutrien karena Obat

Kelas Obat Deplesi Nutrien

5-aminosalacylic acid derivatives Asam folat

ACE inhibitors Zink

Aminoglycosides Mg, K, Ca, Na

Barbiturates Biotin, Ca, Asam folat, Vitamin D & K


Corticosteroids Ca, Asam folat, Mg, K, Selenium, Vit C & D, Zink

Estrogens Mg, vitamin B2/B6 & C, Zink

H2 receptor antagonists Ca, Asam folat, Iron, Vitamin B12 & D, Zink

Loop diuretics Ca, Mg, K, Na, Vitamin B1/B6 & C, Zink

Magnesium and aluminium Ca, P


antacids

NSAIDs Asam folat

Oral contraceptives Asam folat, Mg, Tryptophan, Tyrosine, Vitamin


B2/B3/B6/B12 & C, Zink

Proton pump inhibitors Vitamin B12

Reverse transcript inhibitors Carnitine, Copper, Vitamin B12, Zink

Thiazides diuretics Mg, P, K, Na, Zink

Tricyclic antidepressants Vitamin B2

Macam-macam obat Deplesi nutrien

Acetaminophen Glutathione

Amphotericin B Ca, Mg, K, Na

Aspirin Asam folat, Iron, K, Na, Vitamin C

Bisacodyl K, Na

Chlorpromazine Vitamine B2

Cholestyramine Beta-carotene, Ca, Asam folat, Iron, Mg, P,

Vitamin A/B12/D/E/K, Zink

Cisplatin Ca, Mg, K

Clonidine Zink

Colchicine Beta-carotene, Ca, K, Na, Vitamin B12

Colestipol Beta-carotene, Asam folat, Iron, Vitamin A/B12/D/E

Cyclosporine Mg, K

Digoxin Ca, Mg, P, Vitamin B1


Fenofibrate Vitamin E

Foscarnet Ca, Mg, P, K

Gemfibrozil Vitamin E

Hydralazine Vitamin B6

Indomethacin Asam folat, Iron

Levodopa K

Metformin Asam folat, Vitamin B12

Methotrexate Asam folat

Methyldopa Zink

Orlistat Beta-carotene, Vitamin D & E

Penicillamine Copper, Mg, Vitamin B6, Zink

Kalium Klorida (timed-release) Vitamin B12

Primidone Biotin, Asam folat, Vitamin D & K

Raloxifene Mg, Vitamin B2/B6/C, Zink

Salsalate Asam folat

Theophylline P, Vitamin B1/B6

Thioridazine Vitamin B2

Triamterene Ca, Asam folat, Zink

Asam valproat Carnitine, Asam folat

Zonisamide Biotin, Inositol, Vitamin B1/B2/B3/B6/B12 & K

Lampiran 3 Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis

Obat Interaksi Akibat klinis yang mungkin

Tetrasiklin Penurunan ketersediaanhayati dengan Gagal terapi


susu dan produk susu

Siprofloksasin Penurunan ketersediaanhayati dengan Gagal terapi


susu dan produk susu

Azitromisin Penurunan ketersediaanhayati dg Gagal terapi


makanan
Itrakonazol Penurunan ketersediaanhayati dg Mungkin Gagal terapi
makanan

Penisilamin Penurunan ketersediaanhayati dg Gagal terapi


makanan

Didanosin Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

Indinavir Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

Saquinavir Garlic (allicin) mengurangi Aktivitas antiviral berkurang


ketersediaanhayati

Atiovaquone Makanan meningkatkan Khasiat bertambah bila


ketersediaanhayati bersama makan

Lovodopa Protein mengurangi transpor ke otak Menurunkan khasiat

Teofilin Makanan lemak meningkatkan Kemungkinan toksisitas


penyerapan

Warfarin Makanan kaya Vitamin K melawan efek menurunkan efek antikoagulasi


antikoagulans

Siklosporin Makanan dan sari grapefruit mungkin toksisitas


meningkatkan kadar plasma

Alendronate Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

Penghambat Meningkatkan kadar tiramin Krisis hipertensi


MAO

Terfanadin Sari Grapefruit meningkatkan Kadar plasma bertahan lebih


ketersediaanhayati lama

Felodipin Makanan meningkatkan Efek samping lebih besar


ketersediaanhayati

Diuretik Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

Spironolakton Makanan mengurangi Khasiat bertambah bila


ketersediaanhayati bersama makan

Propranolol Makanan menambah ketersediaanhayati Efek samping bertambah

BAB III

PENUTUP
III.1 Kesimpulan

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-
efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang
tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat
dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas
atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya
yaitu inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak
tercampurkan (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya
menyebebkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin
terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, terjadi kelembapan bahan obat dan
lain – lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.

III.2 Saran

Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya
interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga
interaksi yang sengaja dibuat, sebaiknya dalam penggunaan obat yang akan dikombinasikan
dokter harus lebih memahami reaksi kimia atau inkompatibilitas dari pada obat yang akan
diberikan, terutama untuk obat injeksi dan infus.

DAFTAR PUSTAKA
1. Center for Drug Evaluation and Research (CDER). In Vivo Drug Metabolism/Drug
Interaction Studies - Study Design, Data Analysis, and Recommendations for Dosing and
Labeling. 1999

2. Brazier NC, Levine MA. Drug-herb interaction among commonly used conventional
medicines: a compendium for health care professionalsAmerican Journal of Therapeutics
2003; 10(3): 163-169

3. Soo An Choi. The role of pharmacist in NST. Proceedings of 11th PENSA Congress. pp256-
258.

4. Kowaluk EA, Roberts MS, Blackburn HD, Polack AE. Interactions between drugs and
polyvinyl chloride infusion bags. Am J Hosp Pharm.1981;38(9):1308-14

5. Larry K. Fry and Lewis D. Stegink Formation of Maillard Reaction Products in Parenteral
Alimentation Solutions J. Nutr. 1982 112: 1631-1637

6. Stadler RH, Blank I, Varga N, Robert F, Hau J, Guy PA, Robert MC, Riediker S. Acrylamide
from Maillard reaction products. Nature. 2002 Oct 3;419(6906):449-50.

7. Fakultas Kedoteran UI.1995 ”Farmakologi dan Terapi Ed-4 hal 545-559”. UI-Press. Jakarta

8. http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-anda-ketahui-
untukku.html

9. http://www.drugs.com/drug_interaction.html

10. http://www.drugs.com/drug_information.html

Anda mungkin juga menyukai