Ergonomi NASA-TLX

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

ERGONOMI DAN FAAL KERJA 2

PENGUKURAN BEBAN MENTAL DENGAN METODE NASA TASK


LOAD INDEX (NASA-TLX) PADA PERAWAT

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi dan Faal Kerja 2)

Oleh:

KELOMPOK 4 (KELAS MINAT K3 2018)

Naomi Cimera 101511133002

Nesya Eka Ramadhani 101511133009

Nanik Khomairoh 101511133087

Bian Shabri Putri Irwanto 101511133147

Ermita Isnaeni Putri Siswanto 101511133150

Muhammad Bagus Fachrudin 101511133187

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................. 5
2.1 Pengertian Metode NASA-TLX ................................................................ 5
2.2 Prosedur Penilaian dengan Metode NASA-TLX ....................................... 6
2.3 Tujuan Penggunaan Metode NASA-TLX .................................................. 8
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode NASA-TLX ...................................... 8
2.5 Penerapan Penggunaan Metode NASA-TLX pada Perawat ...................... 9
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 15
3.2 Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat
pengguna jasa pelayanan lebih memilih pelayanan yang praktis, pelayanan yang
bermutu, sarana dan prasarana yang lengkap dan tenaga kerja yang berkualitas dan
profesional. pelayanan dengan kualitas baik, dibutuhkan berbagai sumber daya
yang harus diatur dengan proses manajemen secara baik. Peran tenaga atau sumber
daya manusia (SDM) sangatlah penting karena tanpa adanya tenaga manusia maka
sumber daya yang lain tidak mempunyai arti. Keterlibatan SDM adalah dasar yang
paling penting dalam prinsip manajemen mutu.
Suatu pekerjaan dapat memberikan risiko terhadap dampak yang dirasakan
oleh pekerja, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Hal tersebut sering
disebut dengan beban kerja, yaitu dampak yang dirasakan karena aktivitas kerja
yang dilakukan sehari-hari. Beban kerja berdampak secara langsung berdasarkan
besarnya beban kerja yang dirasakan oleh pekerja (Manuaba, 2000). Beban kerja
yang diterima oleh pekerja harus sesuai dan seimbang dengan kemampuan fisik dan
kemampuan kognitif maupun keterbatasan masing-masing pekerja dalam
menerima beban tersebut (Nurmianto, 2004).
Dengan beban kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas kerja maka bisa
menimubulkan berbagai risiko. Sehingga setiap pekerjaan penting untuk dilakukan
penilaian risko untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta penyakit akibat
kerja. Salah satu pekerjaan yang perlu dilakukan penilaian risiko adalah perawat,
mengingat perawat bekerja dengan memberikan pelayanan kepada pasien setiap
harinya. Terdapat beberapa metode penilaian risiko, salah satunya menggunakan
metode NASA-TLX. Metode NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari
NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari san Jose State
University pada tahun 1981. Metode ini dikembangkan berdasarkan munculnya
kebutuhan pengukuran subjektif yang lebih mudah namun lebih sensitif pada
pengukuran beban kerja.

3
NASA-TLX adalah sebuah alat yang mengukur beban kerja operator secara
subjektif. NASA-TLX mengizinkan penggunanya untuk menampilkan pengukuran
beban kerja subjektif pada operator yang sedang bekerja dengan system manusia-
mesin yang beragam. NASA-TLX adalah sebuah prosedur penilaian multi-
dimensional yang memperoleh skor beban kerja secara keseluruhannya berdasarkan
kepada berat rata-rata penilaian 6 sub skala. Subskala tersebut meliputi Kebutuhan
mental (Mental Demand), kebutuhan Fisik (Physical Demand), Kebutuhan Waktu
(Temporal Demand), Performansi (Own Performance), Tingkat Stress (Frustration
level) dan Usaha (Effort).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang kami susun dalam makalah ini antara lain:
1. Apa definisi metode NASA-TLX?
2. Apa saja tujuan penggunaan metode NASA-TLX?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode NASA-TLX?
4. Bagaimana penerapan penggunaan metode NASA-TLX pada perawat?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi metode NASA-TLX.
2. Untuk mengetahui tujuan penggunaan metode NASA-TLX.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode NASA-TLX.
4. Untuk mengetahui penerapan penggunaan metode NASA-TLX pada perawat.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode NASA-TLX


Dalam menganalisis beban kerja pekerja terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan oleh suatu perusahaan, salah satunya yaitu metode NASA-TLX. Metode
NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index)
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis beban kerja
mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai aktivitas dalam
pekerjaannya. Metode ini dikembangkan oleh Sandra G. dari NASA-Ames
Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun
1981. Dalam mengukur beban mental pekerja menggunakan metode NASA-TLX
dikembangkan berdasarkan oleh munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang
terdiri dari skala sembilan faktor yaitu :
a. Kesulitan tugas
b. Tekanan waktu
c. Jenis aktivitas
d. Usaha fisik
e. Usaha mental
f. Performansi
g. Frustasi
h. Stress
i. Kelelahan
Namun, dari sembilan faktor tersebut disederhanakan kembali menjadi 6 faktor
yaitu :
a. Kebutuhan Mental demand (MD)
b. Physical demand (PD)
c. Temporal demand (TD)
d. Performance (P)
e. Frustation level (FR)
f. Effort (EF)

5
Pada kuesioner NASA-TLX tersebut, responden diminta untuk memberikan
rating dan pembobotan atau penilaian di setiap indikator. Adapun jika
menggunakan metode ini, terdapat kelebihannya yaitu lebih sensitif terhadap
berbagai kondisi pekerjaan, setiap indikator penilaian mampu memberikan
sumbangan informasi mengenai struktur tugas, proses penentuan keputusan lebih
cepat dan sederhana, dan lebih praktis diterapkan dalam lingkungan operasional.

2.2 Prosedur Penilaian dengan Metode NASA-TLX


Dalam memberikan penilaian beban kerja menggunakan metode NASA-TLX
pada pekerja, terdapat beberapa urutan penilaian. Adapun langkah-langkah
pengukuran dengan menggunakan NASA TLX adalah sebagai berikut (Hancock
dan Meshkati, 1988):
1. Penjelasan indikator beban mental yang akan diukur dalam tabel berikut :
Skala Keterangan
Kebutuhan Seberapa besar aktivitas mental dan perseptual yang dibutuhkan
Mental demand untuk melihat, mengingat,dan mencari. Menkategorikan
(MD) pekerjaan tersebut sulit, sederhana atau kompleks serta longgar
atau ketat.
Physical demand Menilai jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan pekerja
(PD) (misalnya mendorong, menarik, dan mengontrol putaran)

Temporal Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan


demand (TD) selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan
perlahan atau santai atau cepat dan melelahkan
Performance (P) Untuk menilai seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam
pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya
Frustation level Menilai seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu,
(FR) dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman,dan
kepuasaan diri yang dirasakan oleh pekerja
Effort (EF) Hal ini untuk menilai seberapa keras kerja mental dan fisik yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

6
2. Pembobotan
Pada tahap ini responden atau pekerja diminta untuk melingkari salah satu dari
dua indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental
terhadap pekerjaan tertentu. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berbentuk
perbandingan berpasangan yang terdiri dari 15 perbandingan berpasangan. Dari
kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling
berpengaruh. Jumlah tally ini kemudian akan menjadi bobot untuk setiap indikator
beban mental yang dialami pekerja.
3. Pemberian Rating
Pada tahap ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator
beban mental. Rating yang diberikanadalah subjektif, karena tergantung pada beban
mental yang dirasakan oleh responden tersebut.Untuk mendapatkan skor beban
mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian
dijumlahkan dan dibagi 15 (hal ini sesuai dengan jumlah perbandingan
berpasangan). Menurut Hancock dan Meshkati dalam Astuty (2013) data dari tahap
pemberian (rating) untuk memperoleh beban kerja (mean weighted workload)
adalah sebagai berikut:
a. Menghitung nilai indikator.
Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-
masing indikator. Dengan demikian didapatkan nilai keenam indikator
tersebut
b. Menghitung Weighted Workload (WWL)
Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai indikator tersebut.
c. Menghitung rata-rata WWL
Diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total. Rumus
menghitung rata-rata WWL dapa dilihat dibawah ini:
Skor = ∑ WWL
15
Skor yang didapat dalam perhitungan dapat digolongkan menjadi lima
golongan. Berikut tabel penggolongan skor dalam NASA-TLX:
Nilai Golongan Beban Kerja Mental
0–9 Rendah

7
10 – 29 Sedang
30 – 49 Agak Tinggi
50 – 79 Tinggi
80 – 100 Sangat Tinggi

2.3 Tujuan Penggunaan Metode NASA-TLX


Metode NASA-TLX merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis
beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja dalam mengerjakan aktivitas atau
pekerjaannya. Dengan mengetahui tingkat beban kerja mental pegawai, maka dapat
dijadikan pertimbangan untuk pengambilan keputusan selanjutnya terutama oleh
pihak manajemen, apakah perlu penambahan karyawan jika beban mental terlalu
besar atau perlu perubahan strategi dalam melaksanakan pekerjaan. Dapat
mengetahui pekerjaan yang memiliki beban mental yang tinggi. Selain itu, dapat
diketahui juga faktor yang paling berpengaruh terhadap beban kerja mental
sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan untuk mengurangi beban mental
pegawai.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode NASA-TLX


Kelebihan dari pengukuran dengan metode NASA-TLX, antara lain:
1. Lebih sensitif dari berbagai kondisi
2. Setiap faktor penilaian mampu memberikan sumbangan informasi mengenai
struktur tugas
3. Proses penentuan keputusan lebih cepat dan sederhana
4. Lebih praktis diterapkan dalam lingkungan operasional
5. Biaya lebih murah dibandingkan dengan pengukuran secara obyektif.
Kekurangan dari pengukuran dengan metode NASA-TLX, antara lain:
1. Hanya dapat mengukur beban mental dari suatu jenis pekerjaan bukan masing-
masing pekerja
2. Karena bersifat subyektif, data yang diambil harus lebih dari satu sumber untuk
meminimalisasi subyektifitas.
3. Pada proses pengolahan kuesioner harus memperhatikan kevalidan data yang
digunakan.

8
2.5 Penerapan Penggunaan Metode NASA-TLX pada Perawat
Berdasarkan data kunjungan pasien Rumah Sakit XYZ diketahui tiap tahunnya
terjadi peningkatan jumlah pasien, sedangkan jumlah perawat pada rumah sakit ini
pada tiap tahunnya tetap, akibat tidak adanya penambahan perawat yang dilakukan
oleh pihak rumah sakit maka perawat akan semakin banyak melayani pasien.
Dampak psikis yang terjadi akibat perawat harus melayani pasien yang berlebih
yaitu perawat menjadi gampang marah kepada pasien dan bekerja dengan tergesa-
gesa. Hal ini akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan perawat
kepada para pasien menjadi tidak sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditetapkan pihak manajemen rumah sakit. Maka dari permasalahan ini akan
dilakukan pengukuran beban kerja pada perawat instalasi rawat jalan Rumah Sakit
XYZ agar tidak akan merugikan para pasien pada saat mendapatkan pelayanan
pengobatan.
Penelitian pada artikel “Pengukuran Beban Kerja Perawat Menggunakan
Metode NASA-TLX di Rumah Sakit XYZ” oleh Fariz Hidayat, dkk tahun 2013 ini
difokuskan pada pengukuran beban kerja mental dari perawat instalasi rawat jalan.
Data yang dikumpulkan berupa data hasil penyusunan kuesioner beban kerja mental
berdasarkan ke 6 indikator NASA-TLX. Objek dalam penelitian ini adalah 8 orang
perawat yang bekerja pada poliklinik bedah, mata, fisioterapi, internist dan
neurologi.
2.5.1 Langkah Pengukuran Beban Kerja Mental pada Perawat
Langkah-langkah pengukuran beban kerja mental pada perawat dengan
menggunakan NASA-TLX di Rumah Sakit XYZ adalah sebagai berikut:
1. Pembobotan Hasil Kuesioner
Kuesioner disebar ke perawat pada poliklinik bedah, mata,
fisioterapi, internist dan neurologi sebanyak 8 responden. Data beban
kerja mental dengan menggunakan metode NASA-TLX menggunakan
enam indikator yang diukur untuk mengetahui seberapa besar beban kerja
mental yang dialami oleh perawat. Indikator tersebut adalah Mental
demand (MD), Physical demand (PD), Temporal demand (TD),
Performance (P), Frustation level (FR) dan Effort (EF). Sedangkan
pembobotan merupakan tahap pemberian bobot yang menyajikan 15

9
pasangan indikator kemudian diisi oleh responden dengan cara
melingkari salah satu pasangan indikator yang mana menurut mereka
lebih dominan. Hasil pembobotan dapat dilihat pada Tabel 1.

2. Pemberian Rating
Peringkat (rating), merupakan tahap lanjutan setelah dilakukannya
tahap pembobotan. Pada tahap ini peringkat atau rating pada skala 1-100
diberikan untuk setiap indikator sesuai dengan keadaan yang dialami oleh
sang perawat. Hasil dari pemberian rating dapat dilihat pada Tabel 2.

3. Perhitungan nilai WWL


Menghitung weighted workload (WWL) bertujuan untuk
mendapatkan nilai dari beban kerja mental tiap indikator. Berikut
rekapitulasi dari perhitungan nilai WWL.

10
4. Pengkategorian Penilaian Beban Kerja
Kategori penilaian beban kerja terdiri dari tiga tingkatan, yaitu
rendah dengan skala interval 0 – 9, sedang dengan skala interval 10 – 29,
agak tinggi dengan skala interval 30 – 49, tinggi dengan skala interval 50
– 79 dan sangat tinggi dengan skala interval 80 – 100.

2.5.2 Pembahasan Beban Kerja Mental pada Perawat


Berdasarkan perhitungan beban kerja pada perawat yang telah dilakukan,
berikut merupakan pembahasan beban kerja mental pada perawat bedah 1, bedah 2,
mata, fisioterapi 1, fisioterapi 2, fisioterapi 3, internist dan neurologi pada Rumah
Sakit XYZ.
1. Beban Kerja Mental Perawat Bedah 1
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan, beban
kerja mental pada perawat bedah 1 sebesar 56,7. Maka berdasarkan nilai
tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat bedah 1 termasuk
dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor dominan

11
dalam penentuan beban kerja perawat bedah 1. Dari hasil pengamatan,
dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam
hal kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam
melayani pasien dalam persiapan perlengkapan untuk operasi. Sehingga
disini perawat dituntut untuk bekerja secara cepat dan terorganisir.
2. Beban Kerja mental Perawat Bedah 2
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan, beban
kerja mental pada perawat bedah 2 sebesar 60,1. Maka berdasarkan nilai
tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat bedah 2 termasuk
dalam beban kerja tinggi. Hal ini dikarenakan faktor performansi yang
menjadi faktor dominan dalam tingginya beban kerja pada perawat bedah
2. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat
perawat terbebani dalam hal performansi (P) yaitu perawat dituntut untuk
bekerja secara cepat agar semua pasien dapat dilayani.
3. Beban Kerja mental Perawat Mata
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan, beban
kerja mental pada perawat mata sebesar 50,1. Maka berdasarkan nilai
tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat mata termasuk
dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor dominan
dalam penentuan beban kerja perawat mata. Dari hasil pengamatan, dapat
dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal
kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam
kebersihan poliklinik dan administrasi para pasien.
4. Beban Kerja mental Perawat Fisioterapi 1
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan, beban
kerja mental pada perawat fisioterapi 1 sebesar 76. Maka berdasarkan
nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat fisioterapi 1
termasuk dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor
dominan dalam penentuan beban kerja perawat fisioterapi 1. Dari hasil
pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat
terbebani dalam hal kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus
bertanggung jawab dalam menterapi para pasien, dalam melakukan terapi

12
rata-rata perawat pada bagian fisioterapi harus melakukan secara manual
sehingga sangat membutuhkan tenaga yang lebih dalam melayani pasien.
5. Beban Kerja mental Perawat Fisioterapi 2
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan, beban
kerja mental pada perawat fisioterapi 2 sebesar 74,33. Maka berdasarkan
nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat fisioterapi 2
termasuk dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor
dominan dalam penentuan beban kerja perawat fisioterapi 2. Dari hasil
pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat
terbebani dalam hal kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus
bertanggung jawab dalam menterapi para pasien, dalam melakukan terapi
ratarata perawat pada bagian fisioterapi harus melakukan secara manual
sehingga sangat membutuhkan tenaga yang lebih dalam melayani pasien.
6. Beban Kerja mental Perawat Fisioterapi 3
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan, beban
kerja mental pada perawat fisioterapi 3 sebesar 75,33. Maka berdasarkan
nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat fisioterapi 3
termasuk dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor
dominan dalam penentuan beban kerja perawat fisioterapi 3. Dari hasil
pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat
terbebani dalam hal kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus
bertanggung jawab dalam menterapi para pasien, dalam melakukan terapi
ratarata perawat pada bagian fisioterapi harus melakukan secara manual
sehingga sangat membutuhkan tenaga yang lebih dalam melayani pasien.
7. Beban Kerja mental Perawat Internist
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan, beban
kerja mental pada perawat internist sebesar 75. Maka berdasarkan nilai
tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat internist termasuk
dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor dominan
dalam penentuan beban kerja perawat internist. Dari hasil pengamatan,
dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam

13
hal Kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam
kebersihan ruangan poliklinik dan administrasi dari para pasien.
8. Pembahasan Beban Kerja mental Perawat Neurologi
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan, beban
kerja mental pada perawat neurologi sebesar 54,67. Maka berdasarkan
nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat neurologi
termasuk dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor
dominan dalam penentuan beban kerja perawat neurologi. Dari hasil
pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat
terbebani dalam hal Kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus
bertanggung jawab dalam kebersihan ruangan poliklinik dan administrasi
dari para pasien.

14
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
NASA-TLX merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis
beban kerja kerja mental pada pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu
dengan mengetahui tingkat beban kerja maka dapat dikakukan pertimbangan
pengambilan keputusan selanjutnya. Metode pengukuran ini dikembangkan dari
beberapa faktor beban mental pada pekerja seperti kebutuhan mental dan fisik,
kebutuhan temporal, performansi, tingkat frustasi, dan besar usaha. Tahapan
penilaian dengan metode ini dimulai dari menjelaskan indikator beban mental yang
akan diukur, dilakukan pembobotan kemudian memberikan rating terhadap beban
mental yang dirasakan responden. Metode NASA-TLX ini memiliki kelebihan
lebih sensitif pada beragam kondsi, dapat memberi informasi tentang struktur tugas,
penentuan keputusan lebih cepat dan sederhana, lebih praktis dan lebih murah.
Selain itu juga memiliki kelemahan hanya dapat mengukur beban mental suatu jenis
pekerjaan bukan masing-masing pekerja, bersifat subyektif dan pada proses
pengolahan kuesioner harus memperhatikan kevalidan data yang digunakan. Salah
satu contoh penerapan metode ini yaitu pada perawat, karena perawat dinilai
memiliki beban mental yang cukup tinggi karena jumlah perawat yang tetap
sedangkan jumlah pasien mengalami peningkatan, sehingga perawat semakin
banyak melayani pasien.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, banyak
kelemahan maupun kekeliruan baik dalam penulisan maupun penyajian, maka dari
itu kami mengharapkan adanya masukan dari pembaca untuk kesempurnaan
penulisan makalah di kemudian hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afma,Vera Methalina. 2016. Analisa Beban Kerja Operator Inspeksi dengan


Metode Nasa-Tlx (Task Load Index) Di Pt. Xyz. Profisiensi, Vol.4 No.2 :
118-122 Desember, 2016 Issn Cetak: 2301-7244
Amri dan Herizal. 2017. Analisis Beban Kerja Psikologis dengan Menggunakan
Metode Nasa-TLX pada Operator Departemen Fiber Line di PT. Toba Pulp
Lestari. Industrial Engineering Journal Vol. 6 No.1. Diakses pada 30 April
2018
Anizar,dkk. 2013. Pengukuran Beban Kerja Perawat Menggunakan Metode Nasa-
Tlx di Rumah Sakit Xyz. e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 2, No. 1, Mei
2013 pp. 42-47
Hidayat, T.Fariz., dkk. 2013. Pengukuran Beban Kerja Perawat Menggunakan
Metode NASA-TLX di Rumah Sakit XYZ. e-Jurnal Teknik Industri FT USU
Vol 2, No. 1, Mei 2013 pp. 42-47
Putri, Ulfa Liani dan Naniek Utami Handayani._. Analisis Beban Kerja Mental
dengan Metode NASA TLX pada Departemen Logistik PT ABC.
media.neliti.com. Diakses pada 30 April 2018

16

Anda mungkin juga menyukai