Kegiatan Belajar 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

MODUL 10

POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

KB 1 : POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

A. SARANA DAN PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN DAERAH


Selain terbatasnya guru, kendala proses belajar mengajar yang selama ini ditemukan
adalah kurang memadainya sarana dan prasarana penunjang yang ada. Beberapa indikator
yang menjadi sumber terbatasnya sarana dan prasarana bagi suatu sekolah, antara lain:
1. Letak geografis yang jauh sehingga untuk menjangkaunya diperlukan waktu dan alat
transportasi yang memadai.
2. Kurangsinkronan informasi antarintansi yang terkait.
3. Peristiwa bencana alam.
4. Sarana yang ada tidak mampu menampung banyaknya jumlah siswa.
5. Kurangnya motivasi usia produktif untuk bersekolah karena kombinasi keterbatasan
sarana, dukungan keluarga dan keramahan alam.

B. METODE PEMBELAJARAN
Ada beberapa alasan banyak guru belum kompeten, antara lain: guru belum
menguasai bahan ketika belajar atau kuliah dan guru mengajarkan yang bukan bidangnya.
Selain kurang menguasai bidangnya, masih banyak guru yang dalam mengajar hanya
menggunakan model yang sama. Mereka kurang menguasai berbagai model pembelajaran
yang sesuai perkembangan anak didik dan sesuai teori pendidikan yang baru.

C. KETIDAKMERATAAN JUMLAH GURU


Salah satu persoalan guru, selain kesejahteraan adalah ketidakmerataan jumlah
mereka. Perbandingan antara guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru yang
mengajar di kota sangat jauh. Dari segi kuantitas, jumlah guru sebetulnya telah memadai,
tetapi sisi pemerataan dan kualitasnya belum sesuai.

KB 2 : PEMBAHARUAN PEMEBELAJARAN YANG DITERAPKAN DI SD


A. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran secara kontekstual merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
berhubungan dengan fenomena kehidupan sosial masyarakat, fenomena dunia pengalaman
dan pengetahuan murid dan kelas sebagai fenomena sosial.
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungann antara pengatahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Dalam pembelajran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana
kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang
akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan authentic assessmennya.

B. PAKEM
PAKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif,
efektifdan menyenangkan. Dalam konteks ini, sebuah pembelajaran semestinya membuat
anak merasa nyaman, tidak takut untuk bertanya, tidak tegang dalam menyimak guru dan
tidak merasa kesulitan untuk menyerap materi yang diajarkan. Fungsi pembelajaran yang
ditekankan adalah bagaimana menggali dan mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam
diri siswa serta media yang digunakan untuk menggali pengetahuan dan menanamkan nilai
kehidupan sehari-hari.
PAKEM dalam perspektif guru adalah guru Aktif memantau kegiatan belajar siswa;
memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mempertanyakan
gagasan siswa; Kreatif mengmbangkan kegiatan yang beragam dan membuat alat bantu
belajar sederhana; Efektif sehingga pembelajaran mencapai tujuan; Menyenangkan
sehingga anak tidak takut salah, tidak takut ditertawakan, dan tidak dianggap sepele.
sementara PAKEM dalam perspektif siswa adalah siswa Aktif bertanya, mengemukakan
gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain serta gagasannya; Kreatif merancang/
membuat sesuatu dan menulis/ mengarang; Efektif menguasai keterampilan yang
diperlukan; Menyenangkan sehingga siswa berani mencoba/ membuat, berani bertanya,
berani mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain.

C. PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KOLABORATIF


Pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok, mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran ini, siswa diajak untuk mencoba menyelami karakteristik kehidupan
yang heterogen dengan berbagai macam perbedaan karakter yang ada. Dalam melakukan
pembelajaran ini, ada lima langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pembelajaran berbasis masalah
2. Pemanfaatan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
3. Pemberian aktifitas kelompok
4. Pembuatan aktifitas belajar mandiri
5. Penerapan penilaian autentik
MODUL 12
SUMBER DAYA SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
POTRET SUMBER DAYA DI SEKOLAH DASAR

Sumber daya yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di SD dapat


dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan dapat pula berdasarkan asalnya. Berdasarkan
jenisnya, sumber daya dapat dipilah menjadi:
a. Sarana dan prasarana di SD
b. Sumber daya manusia di SD
c. Sumber dana di SD
Berdasarkan asalnya, sumber daya dapat dikelompokkan menjadi sumber daya yang
berada di SD sendiri dan sumber daya yang berasal dari luar SD.

A. POTRET SARANA DAN PRASARANA SD


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pasal 42 menetapkan bahwa sarana dan prasarana yang harus ada pada
setiap satuan pendidikan, termasuk SD meliputi :
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai
dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
2. Sedangkan prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan/kepala sekolah,
ruang guru, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di SD sangat


bervariasi, dari yang paling lengkap dan ideal sampai yang paling minimal. Banyak SD yang
memiliki sarana dan prasarana belajar seadanya, bahkan ada yang sangat mengkhawatirkan,
sehingga menimbulkan keluhan dari masyarakat karena keterbatasan sarana dan prasarana ini
membuat kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan rendah.
Pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan sangat tergantung dari
kemampuan dan kreativitas guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, tidak mengherankan
jika terdapat sarana dan prasaranayang tidak dimanfaatkan secara maksimal, disamping ada
sarana dan prasarana yang terbatas yang dapat dimanfaatkan secara optimal.

B. POTRET SUBER DAYA MANUSIA DI SD


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 35 menetapkan bahwa : “tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi,
tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.” Pada kenyataannya, banyak
SD yang tidak memiliki tenaga administrasi dan tenaga perpustakaan. Guru atau pendidik dan
kepala sekolah dapat dikatakan merupakan motor berputarnya roda pendidikan di SD.
Idealnya, pada satu SD yang memiliki 6 kelas ( kelas 1 s.d 6) terdapat 6 orang guru kelas,
guru pendidikan agama, guru Pendidikan Jasmani dan Kepala Sekolah. Namun pada
kenyataannya, penyebaran guru SD ini tidak merata. Ada SD yang mempunyai guru yang
melimpah, terutama di kota. Adapula SD yang mempunyai guru terbatas, terutama daerah-
daerah terpencil.
Jika kondisi SDM di SD seperti itu, tentu kita akan berpikir keras bagaimana
mungkin kita menyamakan kualitas lulusan SD di kota besar dengan kualitas lulusan di
daerah terpencil. Bukan rahasia umum lagi, bahwa lulusan SD di daerah tertentu belum
dapat membaca, menulis, dan berhitung, bahkan lulusan SMA pun ada yang belum lancar
menulis dan membaca.
Sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, “ Guru
adalah pendidik professional yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas professional tersebut sangat tergantung dari kualifikasi dan
kompetensi yang dimiliki guru. Kualifikasi dan kompetensi guru yang bervariasi akan
bermuara pada variasi kualitas layanan ahli yang dapat diberikan guru.
Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 38
Ayat 2, kriteria untuk menjadi Kepala SD/MI adalah :
1. Berstatus sebagai guru SD/MI
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
ketentuan perundang undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di SD/MI
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang kependidikan

C. POTRET SUMBER DAYA DI SD


Sesuai dengan Standar Pembiayaan Pasal 62 PP No. 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan mencantumkan ketentuan-ketentuan :
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal
2. Biaya investasi satuan pendidikan pada ayat 1 meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap
3. Biaya personal sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bias mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan
4. Biaya operasi satuan pendidikan pada ayat 1 meliputi :
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat
pada gaji
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa biaya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
trasportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan sebagainya.
Ketersediaan dana pendidikan sering digunakan sebagai alasan lancar tidaknya
penyelenggaraan suatu usaha, termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketersediaan
dana pendidikan di SD juga sangat bervariasi, dari yang melimpah sampai yang hanya
mampu beroperasi seadanya.
Banyaknya pungutan yang harus dibayar orang tua siswa merupakan masalah
yang ditemukan dalam satu survei, dan dikeluhkan oleh orang tua siswa yang berdomisili di
kota karena kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan masih rendah.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa potret srana dan prasarana, SDM, dan
dana diberbagai SD sangat bervariasi atau beragam. Kesenjangan yang besar tedapat antara
SD unggulan atau SD favorit dengan SD yang berada di daerah terpencil. Sebagai
implikasinya, pelayanan pendidikan yang diberikan pun sangat bervariasi. Dampak dari
semua ini adalah kualitas lulusan SD yang sangat bervariasi pula.

Kegiatan Belajar 2
SUMBER DAYA YANG BERASAL DARI LUAR SEKOLAH DASAR
A. SARANA DAN PRASARANA DRI LUAR SD
Keterbatasan sarana dan prasarana di SD dapat diatasi dengan berbagai cara,
antara lain dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, yang
dapat dijangkau oleh SD. Sarana dan prasarana tersebut antara lain sumber belajar yang ada
di lingkungan seperti gejala alam, sanggar seni, balai budaya, perpustakaan, lapangan olah
raga, ruang pertemuan/ruang kelas, atau tempat ibadah. Agar dapat memanfaatkan sarana dan
prasarana tersebut, sekolah harus menjalin komunikasi professional dengan pihak-pihak
yang memiliki atau bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana yang akan
dimanfaatkan.

B. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)


Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di SD, SDM dan lembaga yang sangat
berperan dalam penyelenggaraan pendidikan SD meliputi :
a. Pengawas SD
b. Kepala Dinas Pendidikan
c. Menteri Pendidikan Nasional
Yang semuanya merupakan pejabat pemerintah, serta Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah yang anggota-anggotanya merupakan representasi dari masyarakat yang peduli
pendidikan.
a. Pengawas SD
Adalah “Tenaga Kependidikan Profesional berstatus PNS yang diberi tugas,
tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan pada sekolah/satuan
pendidikan”. Seorang pengawas SD harus berpengalaman sebagai guru SD
minimal selama 8 tahun atau kepala SD selama minimal 4 tahun. Tugas utama
pengawas SD adalah sebagai supervisor akademik manajerial bagi guru dan
kepala sekolah. Kenyamanan di lapangan menunjukkan bahwa kualifikasi dan
kompetensi Pengawas Satuan Pendidikan, termasuk Pengawas SD.
Pembinaan yang disediakan bagi para pengawas dianggap belum memadai,
sehingga para pengawas banyak yang merasa ketinggalan dari para guru yang
harus di supervisinya. Oleh karena itu, pengawasan yang dilakukan lebih
banyak bersifat teknis administratif.
b. Kepala Dinas Pendidikan
Di tingkat provinsi maupun kabupaten bertugas menjabarkan dan
melaksanakan kebijakan nasional sesuai dengan kondisi daerah masing-
masing. Jabaran kegiatan tersebut tercermin dalam rencana tahunan
pemerintah daerah. Menteri Pendidikan Nasional bertanggung jawab atas
pengelolaan system pendidikan nasional, pemirintah pusat menentukan
kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan.
c. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Merupakan lembaga mandiri yang beranggotakan unsur masyarakat yang
peduli pendidikan. Kedua lembaga ini dibentuk dan berperan dalam
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Dalam menjalankan perannya,
Dewan Pendidikan memberikan pertimbangan, arahan, dukungan tenaga,
sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis.

Anda mungkin juga menyukai