Laporan Pendahuluan Fistel Umbilikus
Laporan Pendahuluan Fistel Umbilikus
Laporan Pendahuluan Fistel Umbilikus
2. Etiologi
Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari fistula belum diketahui. Beberapa teori telah
dipostulatkan, seperti :
a. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan
mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the body
stalk selama gestasi 12 minggu.
b. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan
seperti :
1) Infeksi dan penyakit pada ibu
2) Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
3) Kelainan genetik
4) Defesiensi asam folat
5) Hipoksia
6) Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
7) Asupan gizi yang tak seimbang
8) Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.
3. Manifestasi Klinis
Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari
lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih,
tergantung pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik
disertai gejala yang berhubungan.
4. Klasifikasi
Penyebab dari terbentuknya fistula pasca pembedahan sangat bervariasi tergantung pada lokasi
organ, faktor predisposisi, faktor resiko pasien dan teknik atau prosedur pembedahan.
Kompleksitas dari fistula enterokutaneus tergantung dari jumlah pengeluaran.
Jumlah output juga dapat digunakan untuk memprediksi kematian seperti tercantum dalam seri
klasik oleh Edmunds dkk. pasien yang tinggi dengan output fistulas memiliki mortality 54%,
pasien dengan moderat output meninggal dalam 30% kasus sedangkan rendah output fistulas
meninggal dalam 16% kasus. Dalam seri yang lebih baru, Levy dkk. melaporkan kematian dari
50%, 24% dan 26% di tinggi, moderat dan rendah output fistulas, masing-masing. Kira-kira 30%
semua tipe fistula akan menutup secara spontan dalam waktu 6-7 minggu.
5. Diagnosis
6. Penatalaksanaan
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan. Fistulektomi
(eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah dievakuasi secara seksama
dengan enema yang diprogramkan.
Selama pembedahan, saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya atau
dengan menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan
terbuka, dan insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan kasa.
Parcel merupakan sistem kantong yang digunakan pada bentuk dan ukuran luka lebih luas
dengan menggabungkan hidrokoloid sheet dan double tape. Wound drain merupakan tindakan
yang dilakukan bertujuan untuk mengalirkan cairan yang cenderung terakumulasi pada lokasi
yang dilakukan pembedahan. Penggunaan wound drain dapat menggunakan kantong ostomi.
Parcel dressing dipakai pada luka bertujuan untuk menampung eksudat, melindungi jaringan,
mencegah infeksi silang, memonitor volume pengeluaran, meningkatkan rasa nyaman dan
mengurangi kecemasan pasien, meningkatkan mobilitas pasien. Sedangkan penggunaan wound
drain untuk mempertahankan keamanan drain, menampung pengeluaran, mencegah infeksi
silang, memonitor keefektifitasan drain dan volume pengeluaran, melindungi sekitar jaringan,
meningkatkan kenyamanan pasien dan mengontrol bau, meningkatkan mobilitas pasien dan
biaya lebih efektif. Kedua tehnik ini digunakan jika cairan yang keluar melalui luka dan fistula
terlalu banyak biasanya lebih dari 500 ml/24 jam. (Haryanto, 2009).
7. Komplikasi
a. Infeksi
b. Gangguan fungsi reproduksi
c. Gangguan dalam berkemih
d. Gangguan dalam defekasi
e. Ruptur/ perforasi organ yang terkait
8. Patofisiologi
a. Selama perkembangan embrio,ada suatu kelemahan yang terjadi pada dinding abdomen
semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu samping
umbilikus. Hal ini menyebabakan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan
terbungkus kantong.
b. Terjadinya penurunan kapasitas abdomen yang dianggap anomaly.
c. Gastroklisis terbentuk akibat kegagalan fungsi dalam pembentukan dinding abdomen dan
terbentuk defek.
d. Letak defek umumnya di sebelah kanan umbilikus
e. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin,akibatnya usus menjadi
tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi dari cairan as.amino,usus juga terlihat
pendek dan rongga abdomen sempit.
f. Usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen yang berhubungan dengan dunia luar
menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung,sehingga
terjadi dehidrasi dan hipotermi,kontaminasi usus dengan kuman dapat terjadi,dan distensi
usus sehingga mempersulit koreksi pemasukan kerongga abdomen pada saat pembedahan.
g. Embriogenesis pada saat janin berumur 5 -6 minggu isi abdomen terletak diluar
embrio.pada usia 10minggu terjadi pegembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra
peritoneum akan masukke rongga perut.bila proses ini terhambat maka akan terbentuk
kantong di pangkal umbilikus yang terisi usus,lambung dan kadang hati.dindingnya tipis
terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amino yang keduanya bening sehingga isi
kantong tampak keluar,keadaan ini disebut omfalokel.bila usus keluar di titik terlemah
dikanan umbilikus,usus akan berada diluar rongga perut tanpa di bungkus,peritoneum dan
amino keadaan ini disebut gastrokhisis.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk
menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan
tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat :
kehilangan fungsi orang yang terkena
keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)
c. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
Penurunan kekuatan /dorongan aliran urin, tetesan
Feses keluar melalui fistula
e. Makanan/cairan
Anoreksia; mual dan muntah
Penurunan Berat Badan
f. Nyeri/kenyamanan
Nyeri suprapubik, daerah fistula dan nyeri punggung bawah
g. Pernapasan
napas yang tidak efektif akibat nyeri insisi, distensi abdomen dan kurangnya mobilisasi.
h. Keamanan
Demam
i. Seksualitas
Penurunan libido
j. Interaksi sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Rencana pembedahan
Rencana Pemulangan memerlukan bantuan dengan manajemen terapi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses
pembedahan
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pengeluaran sari-sari makanan dari fistula, absorbsi tidak
adekuat.
e. Gangguan pemenuhan perawatan diri b/d keterbatasan gerak akibat nyeri
f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi.
h. Gangguan kebutuhan istirahat tidur b/d nyeri
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
Intervensi :
Rasional :
Intervensi :
Rasional :
1) Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik
infeksi.
2) Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan.
3) Infeksi pulmonal dapat terjadi karena depresi pernapasan, ketidakefektifan batuk, dan
distensi abdomen.
4) Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan, peritonitis dapat terjadi bila
usus terganggu, mis, ruptur praoperasi, kebocoran anastomosis.
5) Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah
bertindak sebagai retrograd, menyerap kontaminan eksternal.
6) Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.
Intervensi :
1) Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganannya.
2) Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga.
3) Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga.
4) Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan
penanganannya.
Rasional :
1) Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan dalam hidup
2) Mengindentifikasi penguatan dan dukungan terhadap pasien.
3) Pola koping yang efektif diasa lalu mungkin potensial destruktif ketika memandang
pembatasan yang ditetapkan.
4) Pasien dapat mengindentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menghadapinya.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pengeluaran sari-sari makanan dari fistula, absorbsi tidak
adekuat.
Tujuan : menunjukkan berat badan stabil atau penigkatakan berat badan sesuai sasaran
dengan nilai normal
Intervensi :
Rasional :
Intervensi :
Rasional :
Intervensi :
1) Catat petunjuk perilaku mis, gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata,
perilaku menarik perhatian.
2) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan
perhatian mendengan pasien.
4) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.
5) Berikan lingkungan tenang dan istirahat.
6) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
7) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, mis teknik mengatasi stres.
Rasional :
1) Stres dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi, juga reaksi lain.
2) Membuka hubungan terapeutik. Membantu dalam meng-indentifikasi masalah yang
menyebabkan stres.
3) Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres.
4) Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan
membantu menurunkan ansietas.
5) Meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
6) Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang.
7) Meningkatkan kontrol penyakit.
Intervensi :
Rasional :
Intervensi :
Rasional :
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah
dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses
keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan