Laporan Pendahuluan Fistel Umbilikus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

FISTEL UMBILICUS (POST OP)

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
a. Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal atau
antara organ internal dengan tubuh bagian luar. (Smeltzer dan Bare, 2001).
b. Umbilikalis fistel atau fistel umbilikalis atau fistula vitellina adalah suatu keadaan kongenital
dimana duktus vitellinus tetap dipertahankan seluruhnya sehingga membentuk hubungan
langsung antara pusat dengan seluruh pencernaan. Dalam hal ini dapat dikeluarkan tinja
melalui pusat. (Watson, dkk, 1987).

2. Etiologi
Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari fistula belum diketahui. Beberapa teori telah
dipostulatkan, seperti :
a. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan
mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the body
stalk selama gestasi 12 minggu.
b. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan
seperti :
1) Infeksi dan penyakit pada ibu
2) Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
3) Kelainan genetik
4) Defesiensi asam folat
5) Hipoksia
6) Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
7) Asupan gizi yang tak seimbang
8) Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.

3. Manifestasi Klinis

Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari
lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih,
tergantung pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik
disertai gejala yang berhubungan.

4. Klasifikasi

Penyebab dari terbentuknya fistula pasca pembedahan sangat bervariasi tergantung pada lokasi
organ, faktor predisposisi, faktor resiko pasien dan teknik atau prosedur pembedahan.
Kompleksitas dari fistula enterokutaneus tergantung dari jumlah pengeluaran.

a. Rendah: 200 ml/24 jam


b. Moderat: 200-500 ml/24 jam
c. Tinggi: 500 ml/24 jam

Jumlah output juga dapat digunakan untuk memprediksi kematian seperti tercantum dalam seri
klasik oleh Edmunds dkk. pasien yang tinggi dengan output fistulas memiliki mortality 54%,
pasien dengan moderat output meninggal dalam 30% kasus sedangkan rendah output fistulas
meninggal dalam 16% kasus. Dalam seri yang lebih baru, Levy dkk. melaporkan kematian dari
50%, 24% dan 26% di tinggi, moderat dan rendah output fistulas, masing-masing. Kira-kira 30%
semua tipe fistula akan menutup secara spontan dalam waktu 6-7 minggu.

5. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah umbilikus, dimana ditemukan


satu atau lebih pembukaan fistula atau teraba adanya fistula. Sebuah alat penguji bisa
dimasukan untuk menentukan kedalaman dan arahnya. Ujung dalamnya bisa ditentukan
lokasinya dengan melihat melalui anoskop yang dimasukkan ke dalam rectum.

6. Penatalaksanaan

Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan. Fistulektomi
(eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah dievakuasi secara seksama
dengan enema yang diprogramkan.

Selama pembedahan, saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya atau
dengan menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan
terbuka, dan insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan kasa.

Parcel merupakan sistem kantong yang digunakan pada bentuk dan ukuran luka lebih luas
dengan menggabungkan hidrokoloid sheet dan double tape. Wound drain merupakan tindakan
yang dilakukan bertujuan untuk mengalirkan cairan yang cenderung terakumulasi pada lokasi
yang dilakukan pembedahan. Penggunaan wound drain dapat menggunakan kantong ostomi.

Parcel dressing dipakai pada luka bertujuan untuk menampung eksudat, melindungi jaringan,
mencegah infeksi silang, memonitor volume pengeluaran, meningkatkan rasa nyaman dan
mengurangi kecemasan pasien, meningkatkan mobilitas pasien. Sedangkan penggunaan wound
drain untuk mempertahankan keamanan drain, menampung pengeluaran, mencegah infeksi
silang, memonitor keefektifitasan drain dan volume pengeluaran, melindungi sekitar jaringan,
meningkatkan kenyamanan pasien dan mengontrol bau, meningkatkan mobilitas pasien dan
biaya lebih efektif. Kedua tehnik ini digunakan jika cairan yang keluar melalui luka dan fistula
terlalu banyak biasanya lebih dari 500 ml/24 jam. (Haryanto, 2009).
7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien fisula adalah :

a. Infeksi
b. Gangguan fungsi reproduksi
c. Gangguan dalam berkemih
d. Gangguan dalam defekasi
e. Ruptur/ perforasi organ yang terkait

8. Patofisiologi
a. Selama perkembangan embrio,ada suatu kelemahan yang terjadi pada dinding abdomen
semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu samping
umbilikus. Hal ini menyebabakan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan
terbungkus kantong.
b. Terjadinya penurunan kapasitas abdomen yang dianggap anomaly.
c. Gastroklisis terbentuk akibat kegagalan fungsi dalam pembentukan dinding abdomen dan
terbentuk defek.
d. Letak defek umumnya di sebelah kanan umbilikus
e. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin,akibatnya usus menjadi
tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi dari cairan as.amino,usus juga terlihat
pendek dan rongga abdomen sempit.
f. Usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen yang berhubungan dengan dunia luar
menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung,sehingga
terjadi dehidrasi dan hipotermi,kontaminasi usus dengan kuman dapat terjadi,dan distensi
usus sehingga mempersulit koreksi pemasukan kerongga abdomen pada saat pembedahan.
g. Embriogenesis pada saat janin berumur 5 -6 minggu isi abdomen terletak diluar
embrio.pada usia 10minggu terjadi pegembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra
peritoneum akan masukke rongga perut.bila proses ini terhambat maka akan terbentuk
kantong di pangkal umbilikus yang terisi usus,lambung dan kadang hati.dindingnya tipis
terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amino yang keduanya bening sehingga isi
kantong tampak keluar,keadaan ini disebut omfalokel.bila usus keluar di titik terlemah
dikanan umbilikus,usus akan berada diluar rongga perut tanpa di bungkus,peritoneum dan
amino keadaan ini disebut gastrokhisis.
B. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk
menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan
tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,


merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya


sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Aktifitas/istirahat :
kehilangan fungsi orang yang terkena
keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)
c. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
Penurunan kekuatan /dorongan aliran urin, tetesan
Feses keluar melalui fistula
e. Makanan/cairan
Anoreksia; mual dan muntah
Penurunan Berat Badan
f. Nyeri/kenyamanan
Nyeri suprapubik, daerah fistula dan nyeri punggung bawah
g. Pernapasan
napas yang tidak efektif akibat nyeri insisi, distensi abdomen dan kurangnya mobilisasi.
h. Keamanan
Demam
i. Seksualitas
Penurunan libido
j. Interaksi sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Rencana pembedahan
Rencana Pemulangan memerlukan bantuan dengan manajemen terapi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses
pembedahan
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pengeluaran sari-sari makanan dari fistula, absorbsi tidak
adekuat.
e. Gangguan pemenuhan perawatan diri b/d keterbatasan gerak akibat nyeri
f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi.
h. Gangguan kebutuhan istirahat tidur b/d nyeri

3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang

Intervensi :

1) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas.


2) Pantau tanda-tanda vital.
3) Ajarkan teknik nafas dalam
4) Berikan tindakan kenyamanan misalnya masase
5) Penatalaksanaan pemberian obat analgetik

Rasional :

1) Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan meningkatnya nyeri secara


bertahap pasca operasi,menunjukkan melambatnya penyembuhan.
2) Peningkatan TTV menandakan adanya peningkatan skala nyeri
3) Meningkatkan relaksasi, meningkatkan kenyamanan dan menurunkan nyeri.
4) Menurunkan ketegangan otot sehingga nyeri berkurang
5) Memblok lmpuls nyeri ke otak sehingga nyeri tidak dipersepsikan
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses
pembedahan

Tujuan : Klien bebas dari tanda-tanda infeksi

Intervensi :

1) Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.


2) Obeservasi penyatuan luka, adanya inflamasi
3) Pantau pernapasan, bunyi napas. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi 35-45 derajat,
bantu pasien untuk membalik, batuk, dan napas dalam.
4) Observasi terhadap tanda/ gejala peritonitis, mis, demam, peningkatan nyeri, distensi
abdomen.
5) Pertahankan perawatan luka aspetik. Pertahankan balutan kering.
6) Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.

Rasional :

1) Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik
infeksi.
2) Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan.
3) Infeksi pulmonal dapat terjadi karena depresi pernapasan, ketidakefektifan batuk, dan
distensi abdomen.
4) Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan, peritonitis dapat terjadi bila
usus terganggu, mis, ruptur praoperasi, kebocoran anastomosis.
5) Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah
bertindak sebagai retrograd, menyerap kontaminan eksternal.
6) Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.

c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi

Tujuan : Terjadi peningkatan rasa harga diri

Intervensi :

1) Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganannya.
2) Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga.
3) Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga.
4) Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan
penanganannya.

Rasional :

1) Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan dalam hidup
2) Mengindentifikasi penguatan dan dukungan terhadap pasien.
3) Pola koping yang efektif diasa lalu mungkin potensial destruktif ketika memandang
pembatasan yang ditetapkan.
4) Pasien dapat mengindentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menghadapinya.

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pengeluaran sari-sari makanan dari fistula, absorbsi tidak
adekuat.

Tujuan : menunjukkan berat badan stabil atau penigkatakan berat badan sesuai sasaran
dengan nilai normal

Intervensi :

1) Timbang berat badan tiap hari


2) Dorong tirah baring atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
3) Anjurkan istirahat sebelum makan
4) Berikan kebersihan oral
5) Catat masukan dan sintomatologi
6) Dorong pasien untuk mengatakan perasaan masalah mulai makan diet
7) Kolaborasi obat anti kolinergik sesuai indikasi
8) Kolaborasi vitamin B12 dan asam folat

Rasional :

1) Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/ keefektifan terapi.


2) Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan
energi
3) Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan
4) Mulut yang bersih dapat menambah nafsu makan
5) Memberikan rasa kontrol pada pasien dan kesempatan unutk memilih makanan yang
diingikan, dapat meningkatkan masukan.
6) Keragu-raguan untuk makan mungkin dikibatkan oleh takut makan akan menyebabkan
eksaserasi gejala.
7) Anti kolinergik diberikan 15 sampai 30 menit sebelum makan memberikan penghilangan
keram dan deare.
8) Malabsorbsi B12 akibat kehilangan fungsi ileum penggantiannya mengatasi depresi sum-
sum tulang karena proses inflamasi lama, kekurangan asam folat umumnya terjadi
sehubungan dengan penurunan masukan atau absorbsi
e. Gangguan pemenuhan perawatan diri b/d keterbatasan gerak akibat nyeri

Tujuan : Klien dapat merawat dirinya secara bertahap

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam merawat dirinya


2) Bantu klien dalam merawat dirinya
3) Berikan dorongan pada klien untuk melakukan perawatan mandiri secara bertahap.
4) Berikan motivasi pada keluarga agar membantu pemenuhan kebutuhan perawatan diri
klien.

Rasional :

1) Mengetahui kemampuan klien dalam merawat dirinya


2) Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya
3) Memberi keyakinan pada klien bahwa ia dapat merawat diri tanpa bantuan orang lain
4) Keterlibatan keluarga membantu tercapainya tujuan serta membantu dalam
mempertahankan hasil yang telah dicapai.

f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : Kecemasan berkurang atau teratasi

Intervensi :

1) Catat petunjuk perilaku mis, gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata,
perilaku menarik perhatian.
2) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan
perhatian mendengan pasien.
4) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.
5) Berikan lingkungan tenang dan istirahat.
6) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
7) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, mis teknik mengatasi stres.

Rasional :

1) Stres dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi, juga reaksi lain.
2) Membuka hubungan terapeutik. Membantu dalam meng-indentifikasi masalah yang
menyebabkan stres.
3) Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres.
4) Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan
membantu menurunkan ansietas.
5) Meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
6) Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang.
7) Meningkatkan kontrol penyakit.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi

Tujuan : Klien/ keluarga menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan


pengobatan.

Intervensi :

1) Tentukan persepsi pasien/ keluarga tentang proses penyakit.


2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab/ efek hubungan faktor yang menimbulkan faktor
pendukung.
3) Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.
4) Tekankan pentingnya perawatan kulit, mis, teknik cuci tangan dengan baik dan
perawatan perineal yang baik.
5) Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi periodik.

Rasional :

1) Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kebutuhan belajar individu.


2) Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat
keputusan informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit.
3) Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
4) Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
5) Pasien dengan inflamasi beresiko untuk kanker dan evaluasi diagnostik teratur dapat
diperlukan.

h. Gangguan kebutuhan istirahat tidur b/d nyeri

Tujuan : kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi

Intervensi :

1) Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi


2) Anjurkan beberapa aktifitas ringan selama siang hari jamin pasien berhenti beraktifitas
beberapa jam sebelum tidur
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman

Rasional :

1) Membantu dalam mengidentifikasi intervensi yang tepat


2) Aktifitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur
pada malam hari
3) Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan kualitas tidur

4. Pelaksanaan

Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi


keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.

Komponen tahap implementasi terdiri dari :

a. Tindakan keperawatan mandiri


Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan
mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang –
undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota
tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan
untuk mengatasi masalah – masalah klien.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.
Frekuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah
sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di
rencana asuhan keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan
kebijakan institusi perawatan kesehatan.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah
dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.

Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses
keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai