Makalah Hukum Pengangkutan Darat Dan Laut
Makalah Hukum Pengangkutan Darat Dan Laut
Makalah Hukum Pengangkutan Darat Dan Laut
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Ana Muslichatun (1505010009)
Bayu Pamungkas (1505010015)
Sekar Wulan (1505010033)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Bank Tabungan
Negara” penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan. Dalam penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Hudaya Lachtuconsina M.M selaku Ketua Yayasan Universitas
Islam Syekh Yusuf – Tangerang.
2. Bapak Prof. DR. H. Mustafa Kamil, RSL.,M.Pd. selaku Rektor Universitas
Islam Syekh Yusuf – Tangerang.
3. Bapak Dr. Khusaini, S.Pd., M.SE selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Universitas Islam Syekh Yusuf – Tangerang.
4. Ibu Hiqma Nur Agustina, SS. M.Hum. MSI selaku Wakil Dekan I Bid.
Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Syekh
Yusuf – Tangerang.
5. Ibu Heni C. Ramdani S.Pd., M.Si.M selaku Wakil Dekan II Bid. Non
Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Syekh
Yusuf – Tangerang.
6. Ibu Estu Niana Syamsiya, S.Pd., M.Pd selaku Kaprodi Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan Ekonomi Universitas Islam Syekh Yusuf – Tangerang.
7. Bapak Yusuf Budiana Tanu.,S.H.,MH selaku Dosen Mata Kuliah Hukum
Perdata.
8. Teman – teman kelas 7A Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Ekonomi
Universitas Islam Syekh Yusuf – Tangerang.
i
Kelompok 5
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3. Tujuan Makalah.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
ii
2.1. Hukum Pengangkutan
2.2. Perjanjian Pengangkutan
2.3. Undang-undang Pengangkutan Darat
2.4. Hukum Pengangkutan Laut
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian Hukum Pengangkutan
2. Untuk mengetahui apa saja Perjanjian Pengangkutan
3. Untuk mengetahui apa saja Undang-undang Pengangkutan Darat
4. Untuk mengetahui Pengertian Hukum Pengangkutan Laut
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum
2
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku
manusia dalam masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan tadi berakibat
diambilnya tindakan yaitu dengan hukum tertentu.
B. Pengertian Pengangkutan
Pengangkutan merupakan perbuatan hukum yang ada landasan
atau dasarnya dan menimbulkan akibat hukum.Pengangkutan adalah
perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana
pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan
barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan
selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar angkutan.
[1]Menurut Soekardono, pengangkutan adalah perpindahan tempat
mengenai benda-benda atau orang-orang, karena perpindahan itu mutlak
diperlukan untuk mencapai dan meningkatkan manfaat serta
efisiensi.Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad pengangkutan
adalah proses kegiatan memuat barang/penumpang ke dalam alat
pengangkutan, membawa barang/penumpang dari tempat pemuatan
ketempat tujuan, dan menurunkan barang/penumpang dari alat
pengangkutan ke tempat yang ditentukan.
D. Unsur-unsur Pengangkutan
1. Alat angkutnya itu sendiri
2. Fasilitas yang akan dilalui oleh alat pengangkutan
3. Tempat persiapan pengangkutan.
E. Aspek-Aspek Pengangkutan
1. Pelaku, yaitu orang yang melakukan pengangkutan;
2. Alat pengangkutan, yaitu alat yang digunakan untuk
menyelenggarakan pengangkutan;
3. Objek pengangkutan, yaitu muatan yang diangkut baik barang
ataupun penumpang/orang.
3
2.2. Perjanjian Pengangkutan
A. Pengertian Perjanjian Pengangkutan
4
5. Kewajiban pengirim dan/atau penumpang membayar biaya
pengangkutan
1. Pengangkut
2. Pengirim
3. Penerima
Ad. 1 Menurut Purwosutjpto, pengangkut adalah orang yang mengikatkan
diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari
suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat. Sedangkan
menurut Sri Rejeki Hartono, pengangkut adalah mereka yang
mempunyai wewenang mengadakan perjanjian pengangkutan dan
memikul beban resiko tentang keselamatan barang-barang yang
diangkut.
Menurut Achmad Ichsan, pengangkut aadalah yang bertugas dan
berkewajiban mengangkut dan yang bertanggungjawab terhadap
semua kerugian yang diderita dalam pengangkutan.
Ad. 2 Pengirim adalah pihak yang membuat perjanjian pengangkutan
dengan pihak pengangkut untuk menyelenggarakan pengangkutan
dengan selamat, sesuai dengan perjanjian, dan sebagai kontra
prestasinya pengirim membayar biaya pengangkutan.
Ad. 3 Penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan terhadap
diterimanya barang kiriman. Penerima disini mungkin si pengirim
yang telah mengadakan perjanjian pengangkutan deagn pengangkut,
mungkin juga pihak ketiga yang tidak ikut di dalam perjanjian.
Kedudukan penerima:
1. Bisa sekaligus pengirim, yaitu pihak yang mengadakan perjanjian
pengangkutan dengan pengangkut atau
5
2. Orang lain yang ditunjuk oleh pengirim untuk menerima barang-
barang yang dikirimnya.
Beberapa pendapat tentang kedudukan penerima:
1. Penerima sebagai pihak ketiga yang berkepentingan seperti yang
dimaksud dalam Pasal 1317 KUHPerdata yang berbunyi: “ Lagi pula
diperbolehkan untuk minta ditetapkan janji khusus, yang dibuat guna
kepentingan pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji yang dibuat
oleh seseorang untuk dirinya sendiri atau suatu pemberian yang
dilakukan kepada orang lain mengandung suatu janji seperti itu.”
Pasal 1317 ayat (2) “Orang Yang membuat janji khusus itu tidak boleh
mencabut janji nya, kalau pihak ketiga sudah menyatakan akan
memanfaatkan janji khusus itu”.
2. Penerima sebagai cessionaris diam-diam.
3. Penerima sebagai pemegang kuasa atau penyelenggara urusan si
pengirim.
Hukum transportasi laut terdiri dari dua kata yakni hukum dan laut.
Jadi hukum laut adalah hukum yang mengenai laut, baik bersifat publik,
maupun bersifat ke perdataan . Hukum laut bersifat publik kalau menyangkut
masalah umum, sebaliknya hukum laut bersifat perdata apabila menyangkut
6
perseorangan. Khusus mengenai pengangkutan laut tidak di jumpai
definisinya dalam KUHD. Namun dalam PP No. 17 tahun 1988 di jumpai
mengenai pengangkutan laut.
“Setiap kegiatan pelayaran yang menggunakan kapal laut untuk mengangkut
penumpang, barang dan atau hewan untuk satu perjalanan atau lebih dari satu
pelabuhan ke pelabuhan lain antara beberapa pelabuhan”. (Pasal 1 angka 1 PP
No. 17 tahun 1988)
Berkaitan dengan pengaturan pengangkutan laut, pada awalnya hanya di atur
dalam KUHD buku II, Bab V karena KUHD ini merupakan warisan dari
Hindia Belanda, namun kemudian di ganti menjadi I dan di sempurnakan
pada tanggal 17 september 1992 dengan UU No. 21 tahun 1992 tentang
pelayaran .
a. Sejarah perundang-undangan laut
Sejarah perundang-undangan laut dan peraian darat, sebagai yang
telah di atur dalam buku kedua KUHD, I mulai sebelum berlakunya S.
1933-47 jis 38- dan 2 yang mulai berlaku pada 1 april 1938. Sebelum
berlakunya undang-undang tersebut, perkembangan perundang-undangan
pelayaran laut dan perairan mengikuti jalannya sejarah perundang-
undangan tentang pelayaran laut dan darat di negeri belanda.
Sebab menurut pasal 131 I.S.perundang-undangan hukum dagang itu
selalu konkordans dengan perundang-undangan di negeri Belanda, sejarah
perundang-undangan tersebut berhenti pada saat di undangkannya 1848-
23, tanggal 30 april 1847 yang mulai belaku pada 1 mei 1848.
Perundangan tersebut berlaku di indonesia, yaitu kitab undang-undang
hukum dagang (KUHD ).
b. Jenis- jenis Pengangkutan Laut
Ada empat macam pelayelenggaraan pengangkutan laut, baik
menurut PP 17 tahun 1988 tentang penyelenggaraan Pengangkutan Laut
maupun menurut UU No. 21 tahun 1992 tentang pelayaran.
1. Pelayaran Dalam Negeri
Menurut PP No. 17 tahun 1988, pelayaran dalam negeri merupakan
kegitan angkutan laut antar pelabuhan di indonesia yang di lakukan secara
tetap dan teratur dan / atau dengan pelayaran yang tidak tetap dan tidak
teratur dengan menggunakan jenis kapal.
7
Selanjutnya, pasal 73 UU no. 21 tahun 1992 menyatakan bahwa
penyelenggaraan pelayaran laut dalam negeri ini di lakukan dengan
menggunakan kapal berbendera Indonesia dan kapal berbendera asing
yang di operasikan oleh badan hukum Indonesia dalam keadaan tertentu
dalam memenuhi persyaratan yang di tetapkan oleh pemerintah.
2. Pelayaran Rakyat
Menurut PP No. 17 tahun 1988, pelayaran rakyat merupakan
kegiatan angkutan laut khusus untuk barang atau hewan antar pelabuhan di
Indonesia dengan menggunakan kapal layar motor sesuai dengan
persyaratan diantaranya :
· Dilakukan oleh perusahaan dalam salah satu badan usaha, termasuk
koprasi.
· Memiliki unit usaha perahu layar atau kapal motor dengan ukuran
sampai dengan 850 M3 isi kotor atau kapal motor dengan ukuran sampai
100 M3.
Sementara itu, pasal 77 UU No. 21 tahun 1992 mengatakan bahwa
pelayaran rakyat sebagai usaha rakyat yang bersifat tradisional merupakan
bagian dari usaha angkutan perairan, mempunyai peranan yang penting
dan karakteristik sendiri.
3. Pelayaran Perintis
Menurut pasa 84 UU No. 21 1992 pelayaran perintis ini berupa
angkutan perairan yang menghubungkan daerah – daerah terpencil dan
belum berkembang. Adapun sebagai penyelenggara adalah pemerintah.
Mengenai pelayaran perintis ini, PP No. 17 tahun 1988 menyatakan bahwa
perlayaran perintis merupakan kegiatan angkutan laut yang dilakukan
secara tetap dan teratur.
4. Pelayaran Luar Negeri
Pelayaran luar negeri merupakan pelayaran samudera sebagai
kegiatan angkutan laut dari negeri yang di lakukan secara tetap dan teratur
atau dengan pelayaran tidak tetap dan tidak menggunakan semua jenis
kapal (pasal 9 ayat (5) PP No. 17 tahun 1988). Pelayaran luar negeri ini,
menurut UU No. 21 tahun 1992, dilakukan oleh badan hukum Indonesia
yang menurut UU No. 1 tahun 1985 berbentuk perseroan terbatas dan atau
perusahaan asing .
c. Pihak-pihak dalam Pengangkutan Laut
8
1. Pengangkutan
Mengenai pengangkutan tidak di jumpai definisinya dalam kitab
undang-undang hukum dagang (KUHD). Namun, menurut HMN.
Poerwosutjipto (1985 : 4), pengangkutan adalah orang yang mengikat
diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang
dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.
2. Pengiriman Barang
Pengirim belum tentu pemilik barang, sering kali dalam praktek
pengirim adalah ekspiditur atau perantara lain dalam bidang
pengangkutan. Pasal 86 ayat (1) menyatakan bahwa ekspeditur adalah
orang yang pekerjaannya menyuruh orang lain untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang-barang.
Karena merupakan perantara, ada dua jenis perjanjian yang perlu di
buat oleh ekspeditur, yaitu sebagai berikut ;
a. Perjanjian yang di buat oleh ekspeitur dengan pengirim tersebut
dengan perjanjian ekspedisi, yaitu perjanjian timbal balik antara
ekpeditur dengan pengirim, dimana ekspeditur mengikatkan diri
untuk mencari pengangkut yang baik bagi si pengirim, sedangkan
si pengirim mengikat diri untuk membayar profesi kepada
ekpeditur.
b. Perjanjian antara ekpeditur atas nama pengirim dengan pengangkut
di sebut perjanjian pengangkutan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengangkutan merupakan perbuatan hukum yang ada landasan atau
dasarnya dan menimbulkan akibat hukum.Pengangkutan adalah perjanjian
timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut
mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau
orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan
pengirim mengikatkan diri untuk membayar angkutan. [1]Menurut
Soekardono, pengangkutan adalah perpindahan tempat mengenai benda-
benda atau orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk
9
mencapai dan meningkatkan manfaat serta efisiensi.Sedangkan menurut
Abdulkadir Muhammad pengangkutan adalah proses kegiatan memuat
barang/penumpang ke dalam alat pengangkutan, membawa
barang/penumpang dari tempat pemuatan ketempat tujuan, dan menurunkan
barang/penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.
3.2. Saran
Dalam pembahasan makalah diatas saya menyadari sepenuh hati
bahwasanya masih sangat jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan masukan yang berupa kritikan dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3/Chapter%2011.podf
http://prezi.com/nm5zbsku6l6w/pengangkutan -darat-b/
12