Laporan Kasus
Laporan Kasus
Laporan Kasus
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
Effitra Febrina H2A013030P
Laporan Kasus
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis
Disusun Oleh:
Effitra Febrina
H2A013030P
A. Identitas Pasien
Pasien rawat jalan (Poliklinik Mata)
1. Nama : Ny. D
2. No. RM : 002504
3. Umur : 75 tahun
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat : Losari sawahan
7. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
8. Tanggal periksa : 28 Februari 2018
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Mata berair
2. Riwayat penyakit sekarang
Mata kiri berair sejak 1 bulan yang lalu. Mata kiri nerocos,
mengeluarkan air bening seperti air mata. Nerocos terjadi terus-
menerus. Keluhan semakin dirasakan jika pasien menatap terlalu
lama. Keluhan tidak dirasakan pada mata kanan. Keluhan disertai
dengan lodok berwarna kehijauan di mata kiri dan mata terasa
lengket saat bangun tidur pagi. Mata kiri juga terasa pegal jika
melihat cahaya. Tidak ada keluhan penglihatan kabur, mata merah,
gatal pada mata, maupun perasaan mengganjal pada mata. Keluhan
tidak didahului dengan riwayat peradangan pada saluran pernafasan.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat keluhan sama : Diakui
b. Riwayat hipertensi : Diakui
c. Riwayat DM : Disangkal
d. Riwayat alergi obat : Disangkal
e. Riwayat trauma pada mata : Disangkal
f. Riwayat operasi mata : Disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat hipertensi : Disangkal
b. Riwayat DM : Disangkal
c. Riwayat keluhan sama : Disangkal
5. Riwayat sosial ekonomi
Pasien sudah tidak bekerja. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 11.00
WIB di poli mata RSUD Ambarawa.
1. Keadaan umum : cukup
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital
a. Tekanan darah : 160/70 mmHg
b. Frek. Nadi : 82 x/menit
c. Frek. Nafas : 22 x/menit
d. Suhu : 36.5 °C
4. Status generalisata
a. Kepala
1) Bentuk : normocephal
2) Hidung : septum deviasi (-), sekret (-)
3) Mulut : bibir kering (-), dinding faring hiperemis (-
)
4) Telinga : normotia, tanda radang (-)
b. Leher : deviasi (-), pembesaran KGB (-)
c. Thoraks : dalam batas normal
d. Abdomen : dalam batas normal
e. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-)
5. Status oftalmologi
Oculus Dexter (OD) Pemeriksaan Oculus Sinister (OS)
6/15 Visus Natural 6/12
6/10 Visus Kacamata 6/15
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Baik ke segala arah Gerakan bola mata Baik ke segala arah
Normal Suprasilia Normal
Hiperemis (-) Palpebra Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Hiperemis (-) Konjungtiva Hiperemis (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Bulat (+) Kornea Bulat (+)
Jernih (+) Jernih (+)
Mengkilat (+) Mengkilat (+)
Edema (-) Edema (-)
Presipitat (-) Presipitat (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Kedalaman normal COA Kedalaman normal
Hipopion (-) Hipopion (-)
Hifema (-) Hifema (-)
Kripte (+) Iris Kripte (+)
Sinekia (-) Sinekia (-)
Bulat Pupil Bulat
Letak di sentral Letak di sentral
Regular Regular
Jernih (+) Lensa Jernih (+)
D. Diagnosis Banding
1. Obstruksi duktus nasolakrimalis OS
2. Dakriosistitis OS
3. Lakrimasi
E. Diagnosis Klinis
OS obstruksi duktus nasolakrimalis
F. Penatalaksanaan
- Levofloxacin eyedrop 3 x 1
- Rujuk RS Kariadi untuk dilakukan pembedahan
G. Edukasi
1. Menjelaskan pada penderita bahwa penyebab dari mata kiri sering
nerocos adalah dikarenakan adanya sumbatan di saluran
pembuangan kelenjar air mata.
2. Bila adanya sumbatan dikarenakan adanya benda kecil dapat
dikeluarkan dengan mengalirkan cairan ke saluran kelenjar air
mata. Bila sumbatan bersifat besar dapat dilakukan tindakan
operatif untuk memperlancar saluran pembuangan kelenjar air
mata.
3. Bila keluhan dibiarkan lama dapat menimbulkan komplikasi lebih
lanjut seperti adanya infeksi pada saluran pembuangan kelenjar air
mata
H. Prognosis
Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam
Quo ad sanationam Ad bonam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam Ad bonam
Quo ad functionam Ad bonam Ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi 5
Kompleks lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kelenjar
lakrimal aksesorius, kanalikuli, saccus lakrimalis, dan ductus
nasolakrimalis. Kelenjar lakrimal terdiri atas struktur-struktur berikut ini:
1. Bagian orbita berbentuk kenari, terletak di dalam fossa glandulae
lacrimalis di segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan
dari bagian palpebral oleh kornu lateralis musculus levator palpebrae.
Untuk mencapai bagian kelenjar ini dengan pembedahan, harus diiris
kulit, musculus orbicularis oculi, dan septum orbitale.
2. Bagian palpebral yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen
temporal forniks, konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimal,
yang bermuara pada sekitar sepuluh lubang kecil, menghubungkan
bagian orbita dan bagian palpebral kelenjar lakrimal dengan forniks
konjungtiva superior. Pengangkatan bagian palpebral kelenjar akan
memutus semua saluran penghubung dan mencegah seluruh kelenjar
bersekresi.
Kelenjar lakrimal aksesorius (glandula Krause dan Wolfring)
terletak di dalam substansia propria di konjungtiva palpebra.
Air mata mengalir dari lacus lacrimalis melalui punctum superius
dan inferius dan kanalikuli ke saccus lacrimalis, yang terletak di dalam
fossa glandulae lacrimalis. Ductus nasolacrimalis berlanjut ke bawah dari
saccus dan bermuara ke meatus inferior rongga hidung, lateral terhadap
turbinatus inferior. Air mata diarahkan ke dalam punctum oleh isapan
kapiler, gravitasi, dan kedipan palpebrae. Kombinasi kekuatan isapan
kapiler dalam kanalikuli, gravitasi, dan aktivitas memompa otot Horner –
perluasan musculus orbicularis oculi ke belakang saccus lacrimalis akan
meneruskan aliran air mata ke bawah melalui ductus nasolacrimalis ke
dalam hidung.
B. Fisiologi 5
Sistem ekskresi air mata terdiri atas punctum, kanalikuli, saccus
lacrimalis, dan ductus nasolacrimalis. Setiap kali berkedip, palpebral
menutup seperti ritsleting – mulai dari lateral, menyebarkan air mata
secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem
ekskresi pada aspek medial palpebra. Pada kondisi normal, air mata
dihasilkan dengan kecepatan yang kira-kira sesuai dengan kecepatan
penguapannya. Dengan demikian, hanya sedikit yang sampai ke sistem
ekskresi. Bila sudah memenuhi saccus konjungtivalis, air mata akan
memasuki puncta sebagian karena sedotan kapiler. Dengan menutup mata,
bagian khusus orbicularis pratarsal yang mengelilingi ampula akan
mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan dengan itu, palpebra
ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia yang
mengelilingi saccus lacrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan
menimbulkan tekanan negatif di dalam saccus. Kerja pompa dinamik ini
menarik air mata ke dalam saccus, yang kemudian berjalan melalui ductus
nasolacrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan, ke
dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan serupa katup milik epitel
pelapis saccus cenderung menghambat aliran balik udara dan air mata.
Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah “katup” Hasner di
ujung distal ductus nasolacrimalis. Struktur ini penting karena bila tidak
berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan
dakriosistitis menahun.