Bahasa Dan Kekuasaan
Bahasa Dan Kekuasaan
Bahasa Dan Kekuasaan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa merupakan praktik kekuasaan. Wacana dapat digunakan untuk memperbesar
pengaruh kekuasaan. Wacana dapat menjadi sarana untuk memarjinalkan dan merendahkan
kelompok yang tidak dominan dalam wacana. Melalui bahasa seseorang dapat ditampilkan
secara baik ataupun buruk kepada khalayak. Bahasa tidak dimaknai sebagai sesuatu yang netral
yang dapat mentransmisikan dan menghadirkan realitas seperti keadaan aslinya, melainkan ia
sudah bermuatan kekuasaan.
Kesenjangan yang besar antara teks yang sangat mikro dan sempit dengan masyarakat
yang luas dan besar. Di antara keduanya terdapat jarak atau celah untuk menghadirkan kekuatan-
kekuatan dalam teks. Bahasa dijadikan alat untuk mendeteksi ideologi dalam teks.
Bagi kebanyakan orang, bahasa dan kekuasaan adalah dua bidang yang tidak
berhubungan. Pengamatan ini hampir benar manakala bahasa hanya direduksi sebagai
tatabahasa dan kekuasaan hanya direduksi sebagai teori politik belaka. Dalam praktik sosial,
semua itu akan kelihatan transparan.
Kekuasaan (power) itu pada intinya adalah pengaruh. Yakni proses mempengaruhi pihak
lain agar sesuai dengan tujuan dari si pelaku (actor). Bila perlu upaya mempengaruhi itu dilakukan
dengan paksaan, selain dengan usaha-usaha persuasive. Semakin kuat posisi seseorang dalam
struktur kekuasaan, lebih-lebih kekuasaan formal dalam strkutur kenegaraan,maka kian kuatlah
pengaruh itu untuk dimainkan sehingga setiap pihak akan berada dalam dominasi kekuasaannya.
Dalam kehidupan poltik kenegaraan, kekuasaan seseorang atau mereka yang berkuasa,
menyebar bukan sekadar melalui alat-alat politik termasuk di dalamnya birokrasi. Lebih jauh lagi
kekuasaan itu menyebar dan diaktualisasikan melalui bahasa. Bahasa yang dipakai seringkali
mencerminkan bangunan dan proses kekuasaan yang dominant. Sepert kata Habermas-tokoh
teori kritik dan postmodernisme- bahwa bahasa adalah kepentingan. Kepentingan dari siapa yang
memakainya. Dan mereka yang memiliki kekuasaan juga menguasai bahasa, yakni bahasa yang
membawa kepentingan kekuasaannya.
Anda dapat mengatakan mundur dari kekuasaan politik dan kemudian meralatnya secara
halus ataupun terang-terangan tanpa merasa perlu menggugat soal kejujuran, hanya karena
memiliki kekuasaan. Anda juga dapat mengatakan pernyataan-pernyataan politik yang penuh
parody atau pertentangan isi, hanya karena memiliki kekuasaan. Anda dapat mempermainkan
seribu satu kosakata politik karena demikian kuat kekuasaan yang dimiliki. Bahasa dapat menjadi
permainan kekuasaan yang efektif.
Melalui bahasa, kekuasaan dapat semakin akumulasi atau semakin berpengaruh segala
arah. Anda dapat mengatakan kata-kata mundur untuk sebuah tujuan yang sesungguhnya maju
terus, atau sebaliknya. Anda dapat mengatakan X untuk maksud yang sesungguhnya Z. Pelaku
dapat diubah menjadi objek dan objek diubah menjadi subjek. Sesuatu yang secara subtansi
inkonstitusional dapat berubah menjadi konstitusional dan begitu pula sebaliknya. Semua itu
dapat terjadi karena kekuasaan, kekuasaan yang menemukan saluran melalui bahasa.
Kekuasaan dan politik juga seringkali bermain dengan dalam tataran klaim atau
pengakuan. Atas nama pembangunan, atas nama umat Islam, atas nama konstitusi, atas nama
bangsa, atas nama Negara, dan sebangsanya. Klaim-klaim atas nama muncul hanya melalui
bahasa, yakni bahasa yang membawa muatan kepentingan kekuasaan. Melalui bahasa suatu
kekuasaan dapat menciptakan citra pihak-pihak lain sebagai subversi, inkonstitusional dan
sebagainya, yang menggambarkan perlawanan terhadap bangsa dan Negara. Pada saat yang
sama, bahasa juga dapat memeberikan citra serba mulia dan positif bagi yang memegang
kekuasaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
a. Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Kajian
ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik. Perkiraan jumlah bahasa di dunia beragam
antara 6.000–7.000bahasa.
b. Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan,
kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh[1] [2] atau
kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau
Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
https://muhbusro.wordpress.com/2013/01/30/bahasa-dan-kekuasaan/
https://hasrulharahap.wordpress.com/2013/11/14/bahasa-dan-kekuasaan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa
https://jepridinpascaumblog.wordpress.com/2013/02/13/bahasa-dan-politik/