Teknik Mesin - Teknik Pemesinan - Teknik Pemesinan Bubut Dan Frais 3 - Kelompok Kompetensi 4 PDF
Teknik Mesin - Teknik Pemesinan - Teknik Pemesinan Bubut Dan Frais 3 - Kelompok Kompetensi 4 PDF
Teknik Mesin - Teknik Pemesinan - Teknik Pemesinan Bubut Dan Frais 3 - Kelompok Kompetensi 4 PDF
Penyusun:
Tim PPPPTK
BMTI
2015
KATA PENGANTAR
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan profesi guru secara berkelanjutan
sebagai aktualisasi dari profesi pendidik. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
dilaksanakan bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum bersertifikat.
Untuk melaksanakan PKB bagi guru, pemetaan kompetensi telah dilakukan melalui Uji
Kompetensi Guru (UKG) bagi semua guru di di Indonesia sehingga dapat diketahui kondisi
objektif guru saat ini dan kebutuhan peningkatan kompetensinya.
Modul ini disusun sebagai materi utama dalam program peningkatan kompetensi guru mulai
tahun 2016 yang diberi nama diklat PKB sesuai dengan mata pelajaran/paket keahlian yang
diampu oleh guru dan kelompok kompetensi yang diindikasi perlu untuk ditingkatkan. Untuk
setiap mata pelajaran/paket keahlian telah dikembangkan sepuluh modul kelompok
kompetensi yang mengacu pada kebijakan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan tentang pengelompokan kompetensi guru sesuai jabaran Standar Kompetensi
Guru (SKG) dan indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang ada di dalamnya. Sebelumnya,
soal UKG juga telah dikembangkan dalam sepuluh kelompok kompetensi. Sehingga diklat
PKB yang ditujukan bagi guru berdasarkan hasil UKG akan langsung dapat menjawab
kebutuhan guru dalam peningkatan kompetensinya.
Sasaran program strategi pencapaian target RPJMN tahun 2015–2019 antara lain adalah
meningkatnya kompetensi guru dilihat dari Subject Knowledge dan Pedagogical Knowledge
yang diharapkan akan berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Oleh karena itu, materi
yang ada di dalam modul ini meliputi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
Dengan menyatukan modul kompetensi pedagogik dalam kompetensi profesional
diharapkan dapat mendorong peserta diklat agar dapat langsung menerapkan kompetensi
pedagogiknya dalam proses pembelajaran sesuai dengan substansi materi yang diampunya.
Selain dalam bentuk hard-copy, modul ini dapat diperoleh juga dalam bentuk digital,
sehingga guru dapat lebih mudah mengaksesnya kapan saja dan dimana saja meskipun tidak
mengikuti diklat secara tatap muka.
Kepada semua pihak yang telah bekerja keras dalam penyusunan modul diklat PKB ini, kami
sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Gambar 4. 1 Kepala pembagi dengan pelat/piring beralur dan berlubang. ......................... 131
Gambar 4. 2 Pelat/piring pembagi dengan alur V (genap dan ganjil) ................................... 132
Gambar 4. 3 Kepala pembagi universal ................................................................................ 133
Gambar 4. 4 Kepala pembagi universal ................................................................................ 134
Gambar 4. 5 Pelat/piring pembagi dengan lengan/gunting penepat ................................... 134
Gambar 4. 6 Pembagian alur jumlah 18 ............................................................................... 136
Gambar 4. 7 Alur dengan sudut (α) sebesar 45º .................................................................. 138
Gambar 4. 8 Alur dengan sudut (α) sebesar 40º .................................................................. 138
Gambar 4. 9 Alur pembagian differensial. ........................................................................... 140
A. Deskripsi
Kegiatan pembelajaran ”Teknik Pemesinan Bubut dan Frais 2”, terdiri dari beberapa
kegiatan belajar diantaranya: mesin bubut standar/ senter (centre lathe machine),
macam-alat potong pada mesin bubut, pahat bubut, parameter pemotongan pemesinan
bubut,pengoperasian mesin bubut standar, dan teknik pembubutan benda kerja. Materi
yang akan dibahas dalam modul Ini masih bersifat dasar, sehingga masih ada bahasan
materi lanjutan terkait teknik pemesinan bubut
B. Prasyarat
Prasyarat untuk dapat mempelajari materi ini, pesertadiklat sebelumnya harus
menguasai materi diantaranya:
Kesehatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)
Teknik dasar gambar mesin
Teknik pengukuran
Teknik penanganan material
Teknik penggunaan perkakas tangan dan,
Teknik pengerjaan logam
pekerjaan Teknik
Kurikulum sebagai program pendidikan, masih bersifat umum dan sangat ideal.
Untuk merealisasikan dalam bentuk kegiatan yang lebih operasional yaitu dalam
pembelajaran, terlebih dahulu guru harus memahami tuntutan kurikulum, kemudian
secara praktis dijabarkan ke dalam bentuk perencanaan pembelajaran untuk
dijadikan pedoman operasional pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
merupakan penjabaran, pengayaan dan pengembangan dari kurikulum. Dalam
membuat perencanaan pembelajaran, selain mengacu pada tuntutan kurikulum,
guru juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada di
sekolah masing-masing. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada model atau isi
perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap guru, disesuaikan
dengan kondisi nyata yang dihadapi setiap sekolah.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kegiatan perencanaan yang baik harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
b. Rencana harus dibuat oleh para pengelola atau guru yang benar-
benar memahami tujuan pendidikan, dan tujuan organisasi pembelajaran.
g. Rencana yang dibuat tidak boleh terlalu ketat, tetapi harus fleksibel (luwes).
i. Rencana yang dibuat jangan terlalu ideal, ambisius, sebaiknya lebih praktis
pragmatis.
j. Sebaiknya rencana yang dibuat oleh guru juga memiliki jangkauan yang
lebih jauh, dapat diramalkan keadaan yang mungkin terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaraan
harus dapat mengakomodasai keragaman peserta didik, pendidik, serta
dinamika perubahan yang terjadi yang di sekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus rencana pelaksanaan pembelajaran harus mencakup
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
Meniru
2. Membiasakan Melakukan gerakan Manipulasi Melakukan suatu
gerakan mekanistik. pekerjaan dengan
(mechanism) sedikit percaya dan
V/Kelas XI
kemampuan melalui
perintah dan
berlatih.
3. Mahir (complex Melakukan gerakan Presisi Melakukan suatu
or overt kompleks dan termodifikasi. tugas atau aktivitas
response) dengan keahlian dan
kualitas yang tinggi
dengan unjuk kerja
yang cepat, halus,
dan akurat serta
VI/Kelas XII
efisien tanpa
bantuan atau
instruksi.
4. Menjadi Menjadi gerakan alami yang Artikulasi Keterampilan
gerakan alami diciptakan sendiri atas dasar berkembang dengan
(adaptation) gerakan yang sudah dikuasai baik sehingga
sebelumnya. seseorang dapat
TINGKAT
NO TINGKAT KELAS
KOMPETENSI
1. Tingkat 0 TK/ RA
2. Tingkat 1 Kelas I SD/MI/SDLB/PAKET A Kelas II SD/MI/SDLB/PAKET A
5) Kompetensi Inti pada ranah sikap (KI-1 dan KI-2) merupakan kombinasi
reaksi afektif, kognitif, dan konatif (perilaku). Gradasi kompetensi sikap
8) Kompetensi Inti sikap religius dan sosial (KI-1 dan KI-2) memberi arah
tentang tingkat kompetensi sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik,
dibentuk melalui pembelajaran KI-3 dan KI-4.
9) Kompetensi Inti pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4) memberi
arah tentang tingkat kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal
yang harus dicapai peserta didik.
10) Kompetensi Dasar dari KI-3 merupakan dasar pengembangan materi
pembelajaran pengetahuan, sedangkan Kompetensi Dasar dari KI-4 berisi
keterampilan dan pengalaman belajar yang perlu dilakukan peserta didik.
Berdasarkan KD dari KI-3 dan KI-4, pendidik dapat mengembangkan proses
pembelajaran dan cara penilaian yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran langsung, sekaligus memberikan dampak pengiring
(nurturant effect) terhadap pencapaian tujuan pembelajaran tidak langsung
yaitu KI-1 dan KI-2.
KD 2.4 Menunjukan
memiliki gradasi
yang lebih rendah
dengan tuntutan KI-2
yaitu termasuk A2
(merespon)
sedangkan
*) Diisi dengan taksonomi dan gradasi hasil belajar, jika KD tidak terkait dengan KI maka
dikembangkan melalui tujuan pembelajaran dan atau indikator pencapaian kompetensi.
*) Hasil analisis digunakan untuk mengerjakan pemaduan model pembelajaran dan
pendekatan saintifik.
*) Analisis dilakukan pada tingkat mata pelajaran.
Keterangan:
1. SKL dikutip dari Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dikutip dari Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014
tentang Kurikulum SMK/MAK dan lampirannya.
LK1: Buatlah analisis keterkaitan SKL, KI, dan KD untuk mata pelajaran yang
Saudara ampu.
Materi
KI Kelas X Kompetensi Dasar IPK
Pembelajaran
1. Menghayati dan 1.1. Lingkungan hidup
mengamalkan dan sumber daya
ajaran agama yang alam sebagai
dianutnya. anugrah Tuhan
yang maha Esa
harus dijaga
kelestarian dan
kelangsungan
hidupnya.
1.2. Pengembangan
dan penggunaan
teknologi dalam
kegiatan belajar
harus selaras dan
tidak merusak
dan mencemari
lingkungan, alam
dan manusia
2. Menghayati dan 2.1. Menunjukkan
mengamalkan sikap cermat dan
Penilaian hasil belajar oleh pendidik untuk ranah sikap, ranah pengetahuan, dan
ranah keterampilan menggunakan skala penilaian. Skala penilaian untuk ranah
sikap menggunakan rentang predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan
Kurang (K). Sedangkan skala penilaian untuk ranah pengetahuan dan ranah
keterampilan menggunakan rentang angka dan huruf 4,00 (A) - 1,00 (D) dengan
rincian sebagai berikut:
Keterangan:
Penjelasan lebih rinci tentang penilaian dapat merujuk pada Standar Kompetensi Inti Guru Grade
8.
A. Kompetensi Inti
1. _______________
2. _______________
3. _______________
4. _______________
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
(rincian dari Materi Pokok)
E. Model, Pendekatan, dan Metode
F. Alat, Bahan, Media, dan Sumber Belajar
G. Kegiatan Pembelajaran/Rancangan Pertemuan
1. Pertemuan Kesatu:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti Menerapkan 5M (...menit) **)
c. Penutup (…menit)
2. Pertemuan Kedua:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup (…menit),
dan pertemuan seterusnya.
H. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
2. Bentuk penilaian dan instrumen
3. Pedoman penskoran
NIP NIP
*) Pada setiap KD dikembangkan indikator atau penanda. Indikator untuk KD yang diturunkan
dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap
yang gejalanya dapat diamati sebagai dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4.
Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku
spesifik yang dapat diamati dan terukur.
**) Pada kegiatan inti, kelima pengalaman belajar tidak harus muncul seluruhnya dalam satu
pertemuan tetapi dapat dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, tergantung cakupan
muatan pembelajaran. Setiap langkah pembelajaran dapat digunakan berbagai metode
dan teknik pembelajaran.
Contoh:
Indikator Tujuan
3.1.1. Mengilustrasika 1. Melalui diskusi peserta didik
n proses mengilustrasikan proses terbentuknya
terbentuknya muatan dan besaran muatan listrik pada
muatan dan suatu bahan secara faktual dan konseptual
besaran muatan menurut kaidah kelistrikan dengan jujur
listrik pada suatu dan bertanggung jawab
bahan penghantar 2. Melalui eksperimen peserta didik
menentukan formulasi besaran arus listrik
pada suatu bahan penghantar secara
konseptual dengan jujur dan ber tanggung
jawab.
Rumusan tujuan pembelajaran tersebut akan menggambarkan:
Condition Audience
Catatan:
Penilaian dan evaluasi hasil belajar diuraikan lebih rinci pada
Kompetensi Inti Guru Grade 8.
Tugas:
LK4: Susunlah RPP berdasarkan hasil “Analisis KD Pengetahuan dan
Keterampilan” serta “Pemaduan Sintaks Model Pembelajaran dan Pendekatan
Saintifik”.
LK5: Lakukan telaah RPP yang sudah disiapkan teman sejawat Anda dalam
kelompok lain!
D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran yang dilakukan untuk mempelajari modul ini adalah sebagai
berikut:
Aktivitas 1: Membaca isi materi (Mengamati)
Bacalah materi pembelajaran yang terdapat dalam modul ini, kemudian catatlah hal-
hal yang belum Anda pahami dari hasil membaca tersebut.
Aktivitas 2 : Tanya Jawab tentang materi (Menanya)
Dari hasil membaca materi pada kegiatan sebelumnya lakukan tanya jawab dengan
teman sekelompok ataupun dengan isntruktur/widyaiswara dari hal-hal yang belum
Anda mengerti dari konsep yang sudah dipelajari
Aktivitas 3 : Mengumpulkan informasi tentang materi (Mencoba)
Carilah informasi berkenaan dengan materi yang dipelajari. Informasi bisa didapat
dari sumber lain selain modul misalnya dari internet atau dari hasil wawancara
dengan narasumber yang dianggap mampu menjawab persoalan pada aktivitas 2
Aktivitas 4: Menganalisis informasi berkaitan dengan materi (Menalar)
E. Rangkuman
1. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, RPP
adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau
lebih.
2. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
3. Rincian tentang RPP dijelaskan pada lampiran Permendikbud Nomor 103 Tahun
2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
4. Pelaksanaan pembelajaran harus memenuhi beberapa unsur ilmiah, relevan,
sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan
menyeluruh.
5. Komponen RPP mencakup : (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan
kelas/ semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD indikator pencapaian kompetensi;
(4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; dan (7)
media/alat, bahan dan sumber belajar
F. Tes Formatif
1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus sistematis, jelaskan
maksudnya!
2. Jelaskan hubungan SKL, KI, dan KD!
3. IPK adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi terhadap
kompetensi dasar (KD). Apakah IPK yang dicantumkan pada RPP diturunkan dari
seluruh kompetensi inti? bagaimana perulisannya pada RPP?
4. Buat rumusan tujuan pembelajaran yang mengandung unsur A-B-C-D !
LK2: Buat analisis keterkaitan antara KI, KD dengan materi dan Indikator Pencapaian
Kompetensi dengan menggunakan format di bawah ini.
Gradasi IPK
Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Materi
IPK dan Materi
Kelas .. Dasar (KD) Pembelajaran
Pembelajaran
1. 1.
2. 2.
Gradasi IPK
Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Materi
IPK dan Materi
Kelas ... Dasar (KD) Pembelajaran
Pembelajaran
3. 3.
4. 4.
LK3: Buat analisis integrasi materi KD Mata Pelajaran yang Saudara ampu dengan
Muatan Lokal/nilai-nilai kontekstual dan Ekstrakurikuler Kepramukaan.
SatuanPendidikan :
Kelas/Semester :
Mata Pelajaran :
Topik :
AlokasiWaktu :
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
E. Pendekatan. Model dan Metode Pembelajaran
F. Alat, Bahan, Media, dan Sumber Belajar
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Inti
Penutup
Mengetahui, ....................,..................
Kepala SMK .... Guru Mapel,
.............................. ..............................
LK5: Lakukan telaah RPP yang sudah disiapkan teman sejawat Anda dalam kelompok
lain! Gunakan instrument berikut untuk proses telaah.
Petunjuk Kerja:
1) Kerjakan tugas ini secara kelompok. Kelompok pada tugas ini sama dengan
kelompok penyusun RPP.
2) Siapkan RPP dari kelompok lain yang akan ditelaah.
Sesuai
Sesuai
I. Metode Pembelajaran Tidak Sesuai Seluruhny
Sebagian
a
1 Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran
2 Kesesuaian dengan
karakteristik materi
3 Kesesuaian dengan
karakteristik peserta didik
Sesuai
Sesuai
J. SkenarioPembelajaran Tidak Sesuai Seluruhny
Sebagian
a
Jumlah Skor
PERINGKAT NILAI
Amat Baik (AB) 3,51<AB≤4,00
Baik (B) 2,85<B≤3,50
Cukup (C) 1,85<C≤2,84
Kurang (K) ≤1,8
Petunjuk:
Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang benar.
1. Kompetensi Inti pada ranah pengetahuan (KI-3) memiliki dua dimensi dengan
batasan-batasan yang telah ditentukan pada setiap tingkatnya.
1. Pada dimensi perkembangan kognitif kelas X dan kelas XI dimulai dari
memahami (C2), menerapkan (C3) dan kemampuan menganalisis (C4), untuk
kelas XII ditambah hingga kemampuan evaluasi (C5).
2. Pada dimensi perkembangan kognitif kelas X dimulai dari memahami (C2),
menerapkan (C3) dan kemampuan menganalisis (C4), untuk kelas XI dan kelas XII
ditambah hingga kemampuan evaluasi (C5).
3. Pada dimensi pengetahuan (knowledge) kelas X berupa pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural, sedangkan untuk kelas XI dilanjutkan sampai
metakognitif.
4. Pada dimensi pengetahuan (knowledge) kelas X berupa pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural, sedangkan untuk kelas XII dilanjutkan sampai
metakognitif.
5. Pada dimensi pengetahuan (knowledge) kelas X dan kelas XI berupa
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural, sedangkan untuk kelas XII
dilanjutkan sampai metakognitif.
2. Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014, komponen dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran memuat ....
A. Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) tujuan
pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4)metode pembelajaran, (5)kegiatan
pembelajaran, (6) sumber belajar, dan (7) penilaian.
5. Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan perumuskan indikator pencapaian
kompetensi, kecuali...
A. Indikator merupakan penanda perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi
untuk pengetahuan (KD dari KI-3) dan perilaku keterampilan (KD dari KI-4);
perilaku yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan sikap (KD
dari KI-1 dan KI-2) yang semuanya menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
B. Indikator perilaku sikap spiritual (KD dari KI-1) dan sikap sosial (KD dari KI-2)
dapat atau tidak perlu dirumuskan sebagai indikator pada RPP, tapi perilaku
sikap spiritual dan sikap sosial harus dikaitkan pada perumusan Tujuan
Pembelajaran
C. Rumusan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) menggunakan dimensi proses
kognitif (the cognitive process of dimention) dan dimensi pengetahuan
(knowledge of dimention) untuk kompetensi pengetahuan, dan dimensi
keterampilan abstrak atau konkret untuk kompetensi keterampilan
D. Pengembangan Indikator bersumber pada materi pokok dalam silabus dan
materi buku teks, serta rumusan Kompetensi Dasar yang termuat dalam KI-3
(pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan) sesuai dengan karakteristik peserta didik
E. Gradasi perumusan indikator sesuai dengan kedudukan KD, namun tidak
menutup kemungkinan perumusan indikator dimulai dari kedudukan KD yang
setingkat lebih rendah sampai memenuhi tuntutan Kompetensi Inti
No. A B C D E
1 V
2 V
3 V
4 V
5 V
B. Uraian Materi
Teknik Pembubutan Benda Kerja
Yang dimaksud teknik pembubutan benda kerja adalah, bagaimana cara melakukan
berbagai macam proses pembubutan yang dilakukan dengan menggunakan prosedur
dan tata cara yang dibenarkan oleh dasar-dasar teori pendukung yang disertai
penerapan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan (K3L) pada saat melaksanakan
proses pembubutan. Banyak teknik pembubutan yang harus diterapkan dalam proses
pembubutan diantaranya, bagaimana teknik pemasangan pahat bubut, meratakan
permukaan ujung benda kerja (facing), membuat lubang senter, membubut rata/ lurus,
mengalur, mengulir, memotong, menchamper, mengkartel, merimer dll.
.
Gambar 2. 3 Ulir tunggal kiri dan arah ulir
Selain itu ulir juga memiliki standar nama ukuran yang baku, diantaranya
diameter terbesar atau nomilal (mayor diameter), diameter tusuk (pitch
diameter) dan diameter terkecil atau diameter kaki (minor diameter). Nama ulir
bagian luar dan ulir bagian dalam dapat dilihat pada (Gambar 2.4). Sedangkan
mama-nama bagian ulir luar secara lengkap dapat dilihat pada (Gambar 2.5).
Batres Tread
Jenis ulir Batres Treadatau biasa disebut ulir gergaji terdapat dua jenis yaitu,
pertama: ulir gergaji dengan sudut total ulirnya 45º dan kedalaman ulirnya 0,75
P (Gambar 2.12a), kedua: ulir gergaji dengan sudut total ulirnya 50º dan
kedalaman ulirnya sama yaitu 0,75 P (Gambar 2.12b).
- Pemotongan Zig-zag
Yang dimaksud pemotongan ulir dengan cara zig-zag adalah, proses
pembubutan ulir dilakukan dengan cara pemakanan bervariasi yaitu
pemakanan sampai pada kedalaman ulir tidak hanya tegak lurus
menggunakan eretan lintang saja, melainkan pemakanan divariasi dengan
menggeser eretan atas sebagai dudukan pahat ulir arah kekanan atau kekiri.
(Gambar 2.17). Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini adalah hasil
pembubutan dan beban pahat ringan. Sedangkan kekurangannya adalah
prosesnya lebih lama dan prosesnya memerlukan ketrampilan khusus. Cara
pemotongan seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan ulir
yang memiliki ukuran gang/kisar besar.
Persiapan Mesin
Persiapan mesin sebelum melaksanakanpembubutan ulir diantaranya:
- Chek kondisi mesin dan yakinkan bahwa mesin siap digunakan
- Aktifkan sumber listrik dari posisi OF kearah ON
- Tetapkan besarnya putaran mesin dan arah pemakananan
- Persiapkan susunan roda gigi dalam kotak gigi (gear box) dan atur handel-
handelnya sesuai dengan jenis dan kisar ulir/gang yang akan dibuat
berdasarkan tabel yang tersedia pada mesin.
- Apabila pengepasan ulir sudah standar sesuai ketentuan, benda kerja baru
boleh dilepas dari pencekamnya.
Pelaksaan Pengeboran
- Siapkan benda kerja yang akan dilakukan pengeboran dan cekam benda
kerja dengan kuat. Untuk benda kerja yang berukuran pendek, pemasangan
benda kerjanya diusahakan tidak terlalu menonjol keluar dari mulut rahang
mesin bubut agar tidak bergetar.
- Ratakan permukaan ujung benda kerja sebelum membuat lubang senter bor.
Pembubutan diameter dalam dapat dilakukan untuk menghasilkan diameter dalam yang
lurus atautirus (Gambar. 2.24). Untuk diameter yang lurus, pemotongannya dapat
dilakukan secara manual dan otomatis. Sedangkan untuk diameter yang tirus, hanya
dapat dilakukan secara manual dengan menggeser eretan atas kecuali menggunakan
perlengkapan tirus (taper attachment) baru dapat dilakukan pemotongan secara
otomatis.
Untuk mendapatkan hasil lubang sesuai toleransi dan suaian yang diinginkan, garis
sumbu rimer harus benar-benar sepusat dengan garis sumbu lubang yang akan direamer
(Gambar 2.44). Untuk merimer lubang lurus yang tembus, sebaiknya kedalamannya
dilebihkan kurang lebih 1/3 dari mata sayatnya (Gambar 1.45), hal ini dilakukan agar
lubang benar-benar lurus. Untuk mereamer lubang tirus, disarankan lubang yang akan
direamer sebelumnya dibuat bertingkat terlebih dahulu dengan tujuan agar rimer tidak
menerima beban yang berat (Gambar 2.46).
Selain itu agar mendapatkan hasil yang maksimal (suaian dan kehalusan tercapai) dan
reamer yang digunakan awet, pada saat meramer harus menggunakan putaran mesin
yang sesuai dan selalu menggunakan air pendingin atau oli. Contoh pemasangan rimer
tangkai tirus pada kepala lepas dan penggunaan pada mesin bubut, dapat dilihat pada
(Gambar 2.47)
Gambar 2. 28 Contoh pemasangan rimer tangkai tirus pada kepala lepas dan penggunaan
pada mesin bubut
1.
2.
3.
...
b. Menanya
Dari hasil kegiatan pembubutan yang telah dilakukan pada mesin bubut, apakah
ada teknik pengoperasian yang masih belum dipahami?. Catat dan diskusikan
segala sesuatu yang belum dipahami dengan teman. Buatlah identifikasi dari
masalah yang belum dipahami.
Saudara dapat menggunakan bantuan format untuk identifikasi masalah
menggunakan format 3.6b. berikut.
1.
2.
3.
...
c. Mengumpulkan Informasi
Kumpulkan informasi-informasi tentang permasalahan teknik pembuatan benda kerja
pada mesin bubut. Informasi yang akan diperoleh berupa beberapa alternatif
jawaban dari masalah-masalah yang telah diajukan sebagaimana identifikasi masalah.
Informasi dikumpulkan dengan melalui diskusi, buku-buku referensi lainnya,
pembuktian, atau melalui internet yang layak dipercaya. Saudara dapat
menggunakan bantuan mengumpulkan informasi menggunakan format 3.6c. berikut.
No. Uraian Identifikasi Masalah Inventarisasi Informarmasi /Solusi
d. Mengolah Informasi
Lakukan pengidentifikasian dari hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan
sebagaimana pada kegiatan pembelajaran 3.6. sehingga akan dimunculkan hasil
informasi yang paling cocok untuk menjawab permasalahan-permasalahan
sebagaimana yang telah dimunculkan. Pengolahan informasi dlakukan dengan
berdasarkan hasil diskusi, pencarian referensi, hasil uji coba praktik, atau informasi
dari sumber internet yang layak dipercaya. Hasil olahan informasi sudah berbentuk
simpulan-simpulan yang berisi tentang jawaban dari permasalahan. Pada tahap ini,
seluruh tujuan pembelajaran yang dicanangkan sudah diperoleh sesuai dengan
e. Mengkomunikasikan
Demonstrasikan /presentasikan dari hasil yang telah diperoleh selama kegiatan
pembelajaran dihadapan instruktur /widyaiswara. Buatlah laporan secara tertulis,
serta bahan presentasi yang dapat disampaikan kepada instruktur /widyaiswara. Isi
dari laporan adalah menjawab seluruh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya, sekaligus menjelaskan tentang permasalahan dan solusi dari materi
yang telah dibahas. Dalam laporan, minimal terdiri atas tiga Bab, yaitu: Bab I.
Pendahuluan, Bab II. Pembahasan, dan Bab III. Kesimpulan.
Khusus untuk demonstrasi sebagai bentuk mengkomunikasikan, dilakukan dihadapan
instruktur /widyaiswara untuk melakukan praktik pembuatan benda kerja pada mesin
bubut berikut penggunaan perlengkapannya.
Nama :
Kelas :
Aktivitas Peserta didik
Rubrik Petunjuk:
Lingkarilah 1 bila aspek karakter belum terlihat (BT)
Lembar Observasi
Skor
No. Aspek-aspek yang dinilai
BT MT MB MK
( )
b. Penilaian Pengetahuan
Nama :
Kelas :
Pada soal 1 s.d. 10, apabila soal dijawab dengan benar, maka mendapatkan skor
masing-masing 10.
( )
B. Uraian Materi
Teknik Pengefraisan Benda Kerja
Yang dimaksud teknik pengefraisan benda adalah, bagaimana cara melakukan berbagai
macam proses pengefraisan benda kerja yang dilakukan dengan menggunakan prosedur
dan tata cara yang dibenarkan oleh dasar-dasar teori pendukung yang disertai
penerapan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan (K3L). Pada saat melaksanakan
proses pengefarisan berbagai macam bentuk benda kerja, banyak teknik-teknik
pengfraisan yang harus diterapkan diantaranya, metoda pemotongandan berbagai
teknik pengefraisannya.
d. Pengefraisan Alur - T
Proses pengefraisan alur-T (Gambar 3.7), hanya dapat dilakukan jika bidang yang
akan dibuat alur-T sebelumnya sudah terdapat alur lurus pada jalur sumbu yang
sama. Hal ini harus dilakukan karena, pisau alur-T hanya memiliki mata sayat pada
bagian bawah,atas dan sisinya (pada bagian batangnya tidak ada mata sayat).
- Fungsi alur-T
Pembuatan alur - T pada sebuah komponen mesin, pada umumnya
berfungsi untuk menempatkan mur –T yang akan digunakan untuk
melakukan pengikatan sebuah alat atau benda kerja (Gambar 3.8).
Persiapan:
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pengefraisan alur - T
dapat mengacu pada proses-proses pengefraisan sebelumnya yaitu mulai
dari: persiapan mesin, pemasangan alat pencekam/ ragum, pemasangan
benda kerja, menagatur putaran dan feeding mesin.
Jika sudah selesai melakukan pengefarisan alur-T, lepas benda kerja dan
lakukan finising pada bagian atau bidang yang tajam menggunakan kikir
halus. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, sebelum meninggalkan ruang
praktek, bersihkan mesin, peralatan dan lingkungan kerja dari beram hasil
pemotongan, air pendingin dan kotoran lainnya. Jangan lupa memberi oli
pelumas pada bagian yang mudah berkarat.
Persiapan:
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pengefraisan alur ekor
burung dapat mengacu pada proses- proses pengefraisan sebelumnya yaitu
mulai dari: persiapan mesin,pemasangan alat pencekam/ ragum,
pemasangan benda kerja, mengatur putaran dan feeding mesin.
Gambar 3. 14 Pengefraisan alur ekor burung dengan dove tail milling cutter
Sebuah benda kerja dapat dilakukan perimeran, jika benda kerja tersebut
sebelumnya sudah terdapat sebuah lubang yang diameternya lebih kecil dari
diameter rimer yang digunakan. Dari berbagai sumber menginformasikan bahwa,
untuk merimer sampai dengan maksimal Ø 10 mm, pengurangan diameter
lubangnya adalah sebesar: 0,15 ÷ 0,25 mm dan untuk merimer lebih besar dari Ø
10 penggurangan diameter lubangnya sebesar: 0,25 ÷ 0,60 mm.
Jika sudah selesai melakukan perimeran pada mesin frais, lepas benda kerja
dan lakukan finishing pada bagian atau bidang yang tajam menggunakan kikir
halus. hal lain yang perlu diperhatikan adalah, sebelum meninggalkan ruang
praktek, bersihkan mesin, peralatan dan lingkungan kerja dari beram hasil
pemotongan, air pendingin dan kotoran lainnya. Jangan lupa memberi oli
pelumas pada bagian yang mudah berkarat.
Proses memperbesar lubang pada sebuah benda kerja dengan mesin frais, pada
umumnya dilakukan karena diameter alat potong untuk membuat lubang berupa
mata bor ukurannya tidak dapat mencapai ukuran diameter lubang yang
diinginkan, sehingga perlu dilakukan pembesaran lobang dengan alat potong
pembesar lubang (boring head).
- Alat potong untuk memperbesar lubang pada mesin frais
Untuk memperbesar lubang pada msin frais, terdapat beberapa alat potong
yang digunakan diantaranya: senter bor (drill centre) digunakan untuk
membuat lubang senter bor yang berfungsi sebagai pengarah pembuatan
lubang bor, mata bor (twist drill) digunakan untuk membuat lubang awal
sebelum diperbesar, dan boring head digunakan untuk memperbesar lubang.
- Proses memperbesar lubang pada mesin frais
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan pada
proses memperbesar lubang dengan mesin frais sloting, disamping kondisi
Jika sudah selesai memperbesar lubang pada mesin frais, lepas benda kerja
dan lakukan finising pada bagian atau bidang yang tajam menggunakan kikir
halus. hal lain yang perlu diperhatikan adalah, sebelum meninggalkan ruang
paraktek, bersihkan mesin, peralatan dan lingkungan kerja dari beram hasil
pemotongan, air pendingin dan kotoran lainnya. Jangan lupa memberi oli
pelumas pada bagian yang mudah berkarat
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik dapat:
a. Menjelaskan system pembagian langsung dengan kepala pembagi.
b. Menjelaskan system pembagian sederhana dengan kepala pembagi.
c. Menjelaskan system pembagian sudut dengan kepala pembagi.
d. Menjelaskan system pembagian diferensial dengan kepala pembagi.
e. Menerapkan system pembagian langsung dengan kepala pembagi.
f. Menerapkan system pembagian sederhana dengan kepala pembagi.
g. Menerapkan system pembagian sudut dengan kepala pembagi.
h. Menerapkan system pembagian diferensial dengan kepala pembagi.
B. Uraian Materi
System Pembagian Dengan Kepala Pembagi
Sebagaimana telah dijelaskan pada materi sebelumya, mesin frais (milling machine)
adalah salah satu jenis mesin perkakas yang dapat digunakan untuk mengerjakan benda
kerja dengan berbagai bentuk termasuk benda kerja yang memiliki bentuk beberapa
bidang/sudut/alur beraturan, misalnya bidang berbentuk segi banyak beraturan, batang
dengan beberapa alur/lubang dan beberapa jenis roda gigi.
Untuk dapat mengerjakan benda-benda kerja tersebut diatas, mesin frais dilengkapi
dengan kepala pembagi dan kelengkapannya. Kepala pembagi ini berfungsi untuk
melakukan pembagian atau mengerjakan benda kerja yang berbidang-bidang tadi dalam
sekali pencekaman
b. Sistem Pembagian
Untuk mendapatkan hasil pembagian yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan,
diperlukan adanya system atau cara pembagian yang dapat digunakan untuk
melaksanakan pembagian bidang tersebut. Terdapat beberapa cara pembagian yang
dapat digunakan untuk melakukan pembagian sebuah bidang diantarnya:
1) Pembagian Langsung
Yang dimaksud dengan pembagian langsung adalah, salahsatu cara membentuk
atau membagi benda kerja menjadi beberapa bagian atau bidang dengan cara
membagi secara langsung yang dilakukan dengan memutar spindel kepala pembagi
yang mengacu pada alur-alur atau lubang-lubang yang terdapat pada pelat/piring
pembagi.
Untuk dapat mengingat kembali materi tentang kepala pembagi dengan
pelat/piring beralur – V dan berlubang yang telah dibahas pada materi
sebelumnya, alat tersebut dapat dilihat pada (Gambar 4.1).
Contoh:
Sebuah benda kerja bulat akan dibuat menjadi 8 (enam) bidang segi beraturan,
dengan kepala pembagi langsung yang pelat pembaginya mempunyai alur 32.
Hitung agar supaya mendapatkan pembagian yang sama.
Jadi untuk mengerjakan setiap bidang, maka spindel kepala pembagi (benda kerja)
diputar sebanyak 4 alur, dan pengunci indeks dimasukkan pada alur keempat bila
dihitung dari tempat semula. Atau sebaiknya, pengunci indeks ditempatkan pada
angka yang sesuai dengan pembagian yang dikehendaki.
2) Pembagian Sederhana
Melakukan pembagian dengan pembagi dengan pelat/piring beralur – V dan
berlubang, jumlah pembagian dan sudut putarnya sangat terbatas. Untuk jumlah
pembagian dan sudut putar banyak, digunakan kepala pembagi universal
sebagimana terlihat pada (Gambar 4.3).
Apabila diketahui perbandingan antara jumlah gigi cacing dengan ulir cacing
(rationya) = 40 : 1 atau i = 40 : 1, berarti 40 putaran ulir cacing atau putaran engkol
pembagi, membuat satu putaran roda gigi cacing atau benda kerja. Untuk T
pembagian yang sama dari benda kerja, setiap satu bagian memerlukan:
Keterangan:
Nc = putaran indeks
i = angka pemindahan (ratio)
T = pembagian benda kerja
Perlu diketahuai bahwa, apabila pembagian yang dikehendaki lebih dari 40, ulir
cacing diputar kurang dari satu putaran, dan bila pembagian kurang dari 40, ulir
cacing diputar lebih dari satu putaran.
Contoh :
Sebuah benda kerja akan dibuat alur berjumlah 18 bagian yang sama (Gambar
4.6). Hitung nc , apabila i = 40 : 1
3) Pembagian Sudut
Pembagian sudut adalah salah satu cara pembagian bidang yang ditentukan oleh
sudut dari pusat lingkaran sampai dengan sudut yang dikehendaki.
Untuk kepala pembagi dengan ί = 40 : 1, maka setiap putaran ulir cacing akan
memutar benda kerja 1/40 putaran, atau :
360
Nc 9
40
Bila kepala pembagi dengan ί = 60 : 1, maka setiap putaran ulir cacing akan
memutar benda kerja 1/60 putaran, atau :
360
Nc 6
60
sudut yang diminta x ratio
Jadi Nc
1 putaran benda kerja dalam derajat
α .i
Nc
360
Keterangan:
i = angka pemindahan
α = sudut yang diminta
Contoh soal 1 :
Sebuah pelat akan dibuat alur dengan sudut (α) sebesar 45º sebagaimana terlihat
pada (Gambar 4.7). Hitung putaran kepala pembagi untuk mendapatkan sudut
teresebut!.
Contoh 3 :
Untuk membuat sudut 61˚ 20’ dengan ί = 40 : 1, maka engkol kepala pembagi
diputar :
α . i 61 20'
Nc
360 90
(61 x 60' ) 20' 3680'
540' 540'
184
6 22 27 putaran
27
Pengertiannya adalah: Untuk mendapatkan sudut sebesar 61˚ 20’, maka engkol
kepala pembagi diputar 6 putaran penuh ditambah 22 lubang (bagian) pada
lingkaran lubang berjumlah 27.
4) Pembagian Differensial
Cara pembagian differensial ini dilakukan bila pembagian dengan cara yang sudah
dibicarakan diatas tidak dapat dilakukan, sehingga ditempuh dengan cara
pembagian differensial. Pada cara ini, pelat index tidak dimatikan pada waktu
memutar engkol kepala pembagi. Jadi pelat index bergerak berputar melalui roda
gigi payung atau roda gigi helix ke pelat index. Akan tetapi hal ini tidak dapat
dilaksanakan pada pengefraisan dengan kepala pembagi pada posisi vertikal dan
pengefraisan helic.
Catatan :
Alasan piring pembagi harus ikut berputar adalah:
Jika engkol kepala pembagi diputar makin jauh, maka pembagian yang dibuat akan
semakin sedikit. Sebaliknya jila engkol kepala pembagi diputar makin dekat, maka
pembagian yang dibuat makin banyak. Jadi dengan ikut berputarnya piring
pembagi, maka akan menambah atau mengurangi sudut putar engkol kepala
pembagi yang berarti juga akan menambah atau mengurangi pembagian.
Contoh:
Akan dibuat roda gigi dengan jumlah gigi (T) = 49, dengan kepala pembagi : ί = 40 :
1 dan ίk = 40 : 1
- Roda gigi yang tersedia: 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 56, 64, 72, 86, 100, dan 127
- Jumlah lubang pada pelat index yang tersedia: 15,17, 18, 19, 20, 21, 23, 27, 29,
31, 33, 37, 39, 41, 43, 47, dan 49.
i ik 1
R (T T )
T1
40.1 40
(48 49)
48 48
Jadi driver (Z1) = 40, dipasang pada poros yang satu sumbu dengan benda kerja.
Driven (Z2) = 48, dipasang pada poros yang satu sumbu dengan roda gigi
payung.
Arah putaran piring pembagi :
Karena T1 < T atau T1 – T adalah negatif (-) maka piring pembagi akan berputar
berlawanan dengan putaran engkol kepala pembagi.
Jadi antara Z1 dan Z2 harus dipasang roda gigi antara untuk membalik arah. Bila
piring pembagi berputar berlawanan arah berarti akan menambah sudut putar
1
sebesar putaran, sehingga gigi yang akan terjadi adalah :
48
1
48 ( 48) 48 1 49 gigi.
48 \
5) Pembagian Differensial Sudut
Pembagian differensial sudut dilakukan bila dengan cara pembagian sudut seperti
yang telah dibicarakan diatas tidak dapat dilaksanakan.
Contoh :
Sebuah benda kerja akan dibagi hingga setiap bagian membentuk sudut = 32˚50’.
Mesin frais diketahui i = 40:1 dan ik= 1:1.
System Pembagian:
Untuk mendapatkan hasil pembagian yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan,
diperlukan adanya system atau cara pembagian yang dapat digunakan untuk
melaksanakan pembagian bidang tersebut. Terdapat beberapa system/cara
pembagian yang dapat digunakan untuk melakukan pembagian sebuah bidang
diantarnya: pembagian langsung (direct indexing), pembagian sederhana (simple
indexing), pembagian sudut (angel indexing), pembagian differensial (differential
indexing), dan pembagian sudut differensial (differential angel indexing).
Pembagian Langsung
Yang dimaksud dengan pembagian langsung adalah, salahsatu cara membentuk
atau membagi benda kerja menjadi beberapa bagian atau bidang dengan cara
membagi secara langsung yang dilakukan dengan memutar spindel kepala pembagi
yang mengacu pada alur-alur atau lubang-lubang yang terdapat pada pelat/piring
pembagi.
Pelat/piring pembagi dengan alur V pada umumnya memiliki jumlah alur
bervariasi dengan jumlah alur genap maupun ganjil (Gambar 2.3). Dalam
menetapkan pelat pembagi berjumlah alur tertentu, tergantung dari jumlah
pembagian yang akan dilakukan.
Pembagian Sederhana
Melakukan pembagian dengan pembagi dengan pelat/piring beralur – V dan
berlubang, jumlah pembagian dan sudut putarnya sangat terbatas. Untuk jumlah
pembagian dan sudut putar banyak, digunakan kepala pembagi universal
sebagimana terlihat pada.
Kepala pembagi jenis ini terdiri dari dua bagian utama yaitu, roda gigi cacing dan
ulir cacing. Perbandingan antara jumlah gigi cacing dengan ulir cacing disebut ratio.
Ratio kepala pembagi pada umumnya 1:40 dan 1:60, akan tetapi yang paling
banyak digunakan adalah yang rationya 1 : 40. Artinya, satu putaran roda gigi
cacing memerlukan 40 putaran ulir cacing.
Dalam pelaksanaannya untuk membuat bidang atau segi beraturan, kepala
pembagi universal dapat digunakan untuk pembagian langsung. Namun apabila
pembagian tidak dapat dilakukan dengan system pembagian langsung,
pembagiannya dapat dilakukan menggunakan bantuan pelat/piring pembagi
(Indexsing plate) yang diputar dengan engkol kepala pembagi (Indexs Crank) dan
dibatasi dengan lengan/gunting penepat.
Kepala pembagi universal biasanya dilengkapi dengan 3 buah pelat pembagi, tetapi
ada juga yang hanya mempunyai 2 buah. Jumlah lubang setiap lingkaran harus
Keterangan:
Nc = putaran indeks
i = angka pemindahan (ratio)
T = pembagian benda kerja
Pembagian Sudut
Pembagian sudut adalah salah satu cara pembagian bidang yang ditentukan oleh
sudut dari pusat lingkaran sampai dengan sudut yang dikehendaki.
Untuk kepala pembagi dengan ί = 40 : 1, maka setiap putaran ulir cacing akan
memutar benda kerja 1/40 putaran, atau :
360
Nc 9
40
Bila kepala pembagi dengan ί = 60 : 1, maka setiap putaran ulir cacing akan
memutar benda kerja 1/60 putaran, atau :
360
Nc 6
60
sudut yang diminta x ratio
Jadi Nc
1 putaran benda kerja dalam derajat
α .i
Nc
360
Keterangan:
i = angka pemindahan
α = sudut yang diminta
E. Test Formatif
a. Jelaskan dengan singkat fungsi alur-T pada sebuah komponen mesin!.
b. Sebutkan dua jenis alat potong yang digunakan untuk membuat alur-T pada mesin
frais dan jelaskan fungsinya.
c. Jelaskan dengan singkat langkah-langkah membuat alur-T pada mesin frais
d. Jelaskan dengan singkat fungsi alur ekor burung pada sebuah komponen mesin!.
e. Sebutkan dua jenis alat potong yang digunakan untuk membuat alur ekor burung
pada mesin frais dan jelaskan fungsinya.
f. Jelaskan dengan singkat langkah-langkah membuat alur ekor burung pada mesin
frais
g. Jelaskan dengan singkat fungsi alur pasak pada sebuah komponen mesin!.
h. Sebutkan dua jenis bahan alat potong yang digunakan untuk membuat alur pasak
pada mesin frais sloting dan jelaskan cara pengikatannya
i. Jelaskan dengan singkat langkah-langkah membuat alur pasak pada mesin frais
sloting
j. Jelaskan dengan singkat pengertian merimer pada mesin frais!.
k. Terdapat beberapa jenis alat potong yang digunakan untuk merimer pada mesin
frais dan jelaskan fungsinya.
l. Jelaskan dengan singkat langkah-langkah merimer pada mesin Frais
m. Jelaskan dengan singkat pengertian memperbesar lubang pada mesin frais!.
n. Terdapat beberapa jenis alat potong yang digunakan untuk memperbesar lubang
pada mesin frais dan jelaskan fungsinya.
o. Jelaskan dengan singkat langkah-langkah memperbesar lubang pada mesin Frais!.
1. Peralatan:
a. Mesin bubut dan perlengkapanya
b. Pahat bubut rata
c. Mistar sorong
d. Kikir halus
2. Bahan:
3. Keselamatan Kerja
Periksa alat-alat sebelum digunakan
Simpan peralatan pada tempat yang aman dan rapih selama dan sesudah
digunakan
Gunakan alat-alat keselamatan kerja pada sat praktikum
Operasikan mesin sesuai SOP
Pelajari gambar kerja, sbelum melaksanakan praktikum
Laksanakan pengecekan ukuran secara berulang sebelum benda kerja
dinilaikan
Menerpakan prinsip-prinsip K3
3. Keselamatan Kerja
a. Periksa alat-alat sebelum digunakan
b. Simpan peralatan pada tempat yang aman dan rapih selama dan
sesudah digunakan
c. Gunakan alat-alat keselamatan kerja pada sat praktikum
d. Operasikan mesin sesuai SOP
e. Pelajari gambar kerja, sbelum melaksanakan praktikum
f. Laksanakan pengecekan ukuran secara berulang sebelum benda kerja
dinilaikan
Hasil Penilaian
Tahapan Uraian Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
Persiapan Memahami SOP
Menerpakan prinsip-prinsip K3
Membaca dan memahami gambr kerja
Menyimpan perlengkapan mesin sesuai SOP
Menyimpan alat potong sesuai SOP
Menyimpan alat ukur sesuai SOP
Memasang dan menggunakan perlengkapan
mesin sesuai SOP
Menggunakan alat potong sesuai SOP
Menggunakan alat ukur sesuai SOP
Menggunakan putaran mesin sesuai SOP
Menggunakan feding mesin sesuai SOP
Mengopersikan mesin sesuai SOP
Akhir Membersihkan dan merawat alat ukur
Kegiatan
Membersihkan mesin dan perlengkapannya
Membersikan merawat alat potong
Membersih lingkungan kerja dan sekitarya
Memberi pelumas pada bagian mesin sesuai
SOP
SISWA: GURU PEMBIMBING:
Nama : Nama :
Tanda Tangan : Tanda Tangan :
``
c. Peralatan:
Mesin bubut dan perlengkapanya
Senter bor
Pahat bubut rata dan Champer
Bor Ø 12, Ø 16 dan Ø 20
Mistar sorong
Cekam bor
Kartel
Kikir halus
d. Bahan:
e. Keselamatan Kerja
Periksa alat-alat sebelum digunakan
Simpan peralatan pada tempat yang aman dan rapih selama dan sesudah
digunakan
Gunakan alat-alat keselamatan kerja pada sat praktikum
Operasikan mesin sesuai SOP
Pelajari gambar kerja, sbelum melaksanakan praktikum
Laksanakan pengecekan ukuran secara berulang sebelum benda kerja
dinilaikan
Ya Tidak
Menerpakan prinsip-prinsip K3
Nama : Nama :
1. Peralatan:
1) Mesin bubut dan perlengkapanya
2) Pahat bubut rata, alur, champer dan ulir
3) Bor diamter 20
4) Mistar sorong
5) Bor diameter 14
2. Bahan:
3. Keselamatan Kerja
Periksa alat-alat sebelum digunakan
Simpan peralatan pada tempat yang aman dan rapih selama dan sesudah
digunakan
Gunakan alat-alat keselamatan kerja pada sat praktikum
Operasikan mesin sesuai SOP
Pelajari gambar kerja, sbelum melaksanakan praktikum
Laksanakan pengecekan ukuran secara berulang sebelum benda kerja dinilaikan
Ya Tidak
Menerpakan prinsip-prinsip K3
Nama : Nama :
DiameterNominal DiameterDasar
Ulir Metris Kisar Ulir (mm)
(mm) Ulir(mm)
M3 3 2,29 0,5
M4 4 3,14 0,7
M5 5 4,02 0,8
M6 6 4,77 1
M8 8 6,47 1,25
M16 16 13,55 2
M24 24 20,32 3
M36 36 31,09 4
M48 48 41,87 5
M60 60 65,31 6
M64 64 56,61 6
M68 68 59,61 6
LAMPIRAN 4.
Kecepatan Pemakanan
Diameter Mata Bor (mm)
(mm/putaran)
0,1 ÷ 0,2 6 ÷ 12
0,2 ÷ 0,4 12 ÷ 25