Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada Pit A

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BATUBARA PADA PIT A

PT KALIMANTAN LESTARI RAHARJA (KLR)


JOBSITE SAMBOJA, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
KALIMANTAN TIMUR

oleh
YUDITA RIO
2008 31 046

S A R I

PT Kalimantan Lestari Raharja terletak di Muara Jawa-Teluk Dalam, kecamatan


Samboja, kab. Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merupakan sebuah perusahaan tambang
batubara yang ada di Indonesia. Sistem penambangan batubara yang dilakukan adalah sistem
penambangan terbuka dengan metode open pit.
Masalah yang sering dihadapi dalam kegiatan penambangan batubara pada daerah
penelitian adalah tingginya debit air limpasan pada musim hujan sehingga menghambat
aktivitas penambangan, seperti : kerja alat-alat mekanis terganggu, jam kerja berkurang, dan
juga sering terjadi kelongsoran dikarenakan sistem penyaliran yang ada kurang berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan tinjauan ulang
tentang teknis sistem penyaliran untuk dapat memberikan masukan pada perusahaan
mengenai bentuk teknis sistem penyaliran yang layak dan aman guna kelancaran produksi
pada lokasi penambangan Pit A. Tinjauan yang dilakukan adalah dengan membuat bentuk
sistem penyaliran dengan cara membuat saluran terbuka berbentuk trapesium. Dari hasil
pengamatan dan perhitungan diperoleh dimensi saluran n = 0,03; Debit (Q) = 0,266 m³/detik;
Lebar atas saluran (B) (m) = 1,108; Lebar dasar saluaran (b) (m) = 0,380; Tinggi air (h) (m) =
0,33, Kedalaman (d) (m) = 0,629 ; Sudut kemiringan (α)(°) = 60; Tinggi jagaan (w) (m) =
0,299 dan total debit air yang masuk ke sump sekitar 0,266 m3/dtk dengan luas daerah
pengaruh 383250 m2 dan volume air 10932,5 m3 . Untuk dapat memindahkan volume sump ke
luar tambang digunakan pompa Flygt 150 kw elektrik yang berkapasitas nyata pompa 348
m3/jam.

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Batubara merupakan energi konsumen yang terus meningkat. Batubara


alternatif sebagai pengganti dari minyak sangat potensial untuk dikembangkan
bumi dimana cadangan minyak bumi dalam pengelolaannya dan pemanfaatannya
semakin menipis karena permintaan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 1


negeri maupun untuk keperluan ekspor I.2 Perumusan Masalah
guna menambah devisa negara. Agar
kebutuhan dalam negeri maupun ekspor 1.2.1 Identifiksi Masalah
dapat terpenuhi maka pemerintah memberi Sehubungan dengan hasil penelitian
peluang yang sebesar-besarnya kepada yang dilakukan pada PT Kalimantan Lestari
pengusaha swasta dalam negeri maupun Raharja(KLR), maka dapat diidentifikasi
pengusaha swasta asing untuk ikut berusaha beberapa masalah sebagai berikut
di bidang pertambangan batubara. 1. Tingginya curah hujan yang masuk di
PT Kalimantan Lestari Raharja area pit PT Kalimantan Lestari Raharja
terletak di Muara Jawa-Teluk Dalam, (KLR) yang mengakibatkan adanya
Kecamatan Samboja, Kab. Kutai genangan air di lantai dasar tambang.
Kertanegara, Kalimantan Timur merupakan 2. Saluran air yang ada tidak berfungsi
sebuah perusahaan tambang batubara yang secara optimal
ada di Indonesia. Penambangan di daerah 3. Masalah kemampuan sump dan pompa
ini dilakukan dengan sistem tambang untuk menanggulangi air limpasan
terbuka. Besarnya debit air yang masuk ke dalam tambang
dalam front penambangan merupakan 1.2.2 Masalah Penelitian
kendala yang harus dihadapi pada musim Adapun masalah yang menjadi
hujan, karena dapat mengakibatkan perhatian penulis dari penelitian yang
genangan air pada lantai dasar tambang dilakukan pada PT Kalimantan Lestari
sehingga produksi terhambat.Agar kegiatan Raharja (KLR) adalah
penambangan dapat berjalan sesuai dengan 1. Metode apa yang digunakan untuk
yang direncanakan,maka dibutuhkan menghitung intensitas curah hujan?
kondisi kerja yang baik, diantaranya tidak 2. Berapa dimensi saluran, sump dan
terdapat genangan air atau endapan sedimen kolam pengendapan agar mampu
di lokasi kerja dan jalan tambang. mengatasi debit air limpasan yang masuk
Untuk mencegah terjadinya pada area penambangan ?
pencemaran dan dampak lanjutan terhadap 3. Berapa jumlah pompa yang dibutuhkan
kelestarian alam maka perlu dicari cara atau di area penambangan?
metode untuk mengantisipasi genangan air 1.2.3 Batasan Masalah
tersebut, salah satunya adalah dengan Dengan membuat sistem penyaliran
membuat saluran dan kolam pengendapan tambang pada PT Kalimantan Lestari
(settling pond) sebagai tempat partikel- Raharja, banyak dijumpai permasalahan
partikel lumpur yang ikut bersama air yang yang mempengaruhi produktifitas
bisa terendapkan sebelum dialirkan ke pekerjaan, maka penulis membatasi
sungai. masalah agar penulisan skripsi ini tidak
Untuk mengatur aliran air yang akan keluar dari pokok permasalahan dan
mempengaruhi kegiatan penambangan, penulisannya serta hasil peneitian tetap
maka perlu dilakukan penelitian untuk pada fungsinya. Batasan masalahnya adalah
mengetahui seberapa besar debit air sebagai berikut
tambang yang akan mempengaruhi kegiatan 1. Membahas mengenai sistem penyaliran
penambangan di daerah tersebut serta perlu pada daerah penambangan
dikaji sarana pengaliran dan pengolahan air 2. Membahas pengaruh air limpasan
seperti apa yang dapat dibangun di daerah permukaan terhadap daerah
tersebut. penambangan
3. Daerah pemompaan ditempatkan pada
. daerah pit D

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 2


I.3 Tujuan Penelitian : KW.KTN 2006 022 Er, yang selanjutnya
di tingkatkan ke tahap Ekspoitasi.
Tujuan dari penelitian yang
dilakukan pada PT Kalimantan Lestari II.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Raharja (KLR) adalah untuk mengetahui : Secara administratif daerah penelitian
1. Intensitas curah hujan termasuk di Desa Bukit Raya, Beringin
2. Dimensi saluran, sump dan kolam Agung dan Bukit Merdeka Kecamatan
pengendapan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara
3. Jumlah pompa yang dibutuhkan Provinsi KalimantanTimur. Secara
geografis terletak antara koordinat 117o 00’
I.4 Metode Penelitian 12,69’’ BT – 117o 03’ 06,00’’ BT dan 0o
56’ 42,12” LS – 0o 59’ 11,10” LS. Luas
1. Pengambilan data di lapangan area KP adalah 1851 Ha seluruhnya akan
dilakukan berdasarkan kebutuhan data ditingkatkan ke tahap eksploitasi. Daerah
penelitian. Data-data yang dibutuhkan penelitian dapat dicapai melalui jalan raya
antara lain : dari bandar udara Balikpapan ke Samboja
a. Pengambilan data primer meliputi selama kurang lebih 120 menit dengan
kapasitas pompa,luas penampang menggunakan kendaraan roda empat. Pada
saluran,dimensi sump dan dimensi kilometer 48 di Kecamatan Samboja,
kolam pengendapan terdapat persimpangan jalan dan menuju ke
b. Data sekunder meliputi Keadaan arah timur sejauh kurang lebih 5 km daerah
geologi dan geografis daerah penelitian dapat dicapai dengan waktu
penelitian, Kondisi tambang serta tempuh selama kurang lebih 15 menit.
system penyaliran (drainase), Data
curah hujan dengan periode 10 II.3 Keadaan Lingkungan
tahun mulai dari 2003 -2012 dan
Data siklus alat muat exacapator II.3.1 Penduduk
(Tabel 4.1) untuk pembuatan system Penduduk yang bermukim pada
penyaliran. daerah penelitian (desa Bukit
2. Wawancara atau konsultasi langsung Raya,Beringin Agung dan Bukit Merdeka)
dan tak langsung dengan pihak dan sebagian besar berasal dari Suku
perusahaan dalam hal pengumpulan Banjar, Suku Sunda, Suku Bugis, Suku
data tentang kondisi daerah penelitian. Toraja, Suku Jawa, Suku Kutai dan Suku
Madura
II. TINJAUAN UMUM II.3.2 Flora dan Fauna
 Flora
II.1 Sekilas Tentang PT Kalimantan Sebagian besar tumbuh-tumbuhannya
Lestari Raharja merupakan semak belukar yang terdapat
PT Kalimantan Lestari Raharja yang pada daerah bantaran sungai dan hutan
memiliki surat keputusan Kuasa sekunder terdapat pada daerah dataran
Pertambangan (KP) eksplorasi yang tinggi.
ditanda tangani oleh Bupati Kutai Jenis-jenis pohon yang tumbuh adalah
Kartanegara tanggal 22 Februari 2006 No. jenis pioneer seperti Mahang
(Macarangatriloba, M.gigantea) dan
540/22/KP-Er/DPE-IV/II/2006 seluas
anggerung (Tremaorientalis). Tumbuhan
1.851 Ha berada di Kecamatan Samboja, bawah dari semak belukar berupa rumput –
Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi rumputan (Paspalumconjugatum), pakis –
Kalimantan Timur, dengan Kode Wilayah pakisan atau paku – pakuan (Acrosticumsp),

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 3


jahe – jahean (Zingibersp), alang – alang Formasi yang berkembang di
(Imerata cylindrical), predang Cekungan Kutai pada dasarnya hampir
(Cryperussp), sirih hutan (Piper aduncum), mirip satu dengan yang lainnya yaitu
ptenandra (Ptenandraazuare) dan mengandung kuarsa, lanau, lempung dan
karamunting (Melastomemalabarium). batubara. Untuk membedakan Formasi satu
 Fauna dengan yang lainnya harus diperhatikan
Hasil pengamatan dilapangan gabungan batuan, tingkat kepadatan dan
menunjukkan jenis satwa yang kandungan fosilnya.
masih ditemukan antara lain adalah Formasi batuan pengisi Cekungan
ikan sungai, anjing, dan ular. Kutai meliputi daerah penelitian dan
II.3.3 Iklim dan Curah Hujan sekitarnya (Geologi Lembar Samarinda,
1. Iklim PPG 1995) tertua adalah Formasi Pamaluan
Keadaan iklim di sekitar lokasi dan termuda adalah Endapan Alluvium.
penambangan batubara PT. Kalimantan a) Formasi Pamaluan yang terdiri dari
Lestari Raharja, pada umumnya pasirkuarsa dengan sisipan batulempung,
dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim serpih, batugampingan dan batulanau.
hujan dan musim kemarau, musim hujan Umurnya Miosen Awal - Miosen Tengah
berlangsung antara bulan November – April lingkungan pengendapan neritik.
dan musim kemarau antara bulan Mei – b) Formasi Bebeluh yang menjemari
Oktober. Iklim secara umum yaitu iklim dengan Formasi Pamaluan, batuannya
tropis basah dengan suhu rata-rata 37,1oC. terdiri dari batugamping pasaran dan
2. Curah Hujan serpih. Formasi ini ditindih secara
Seperti yang diketahui bahwa lokasi selaras oleh Formasi Pulau Balang yang
penambangan batubara PT Kalimantan terdiri dari perulangan grewake (ukuran),
Lestari Raharja terletak di Kecamatan batu pasirkaursa dengan sisipan
Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, batulempung, batugamping, tuvadit,
Provinsi Kalimantan Timur merupakan serpih dan batubara umurnya Miosen
daerah yang dekat dengan garis Tengah
khatulistiwa yang beriklim tropis. c) Bagian atas Formasi Pulau Balang
menjemari dengan Formasi Balikpapan
II.4 Kondisi geologi yang berumur Miosen Tengah - Miosen
II.4.1 Geologi Regional Atas, terdiri dari persilangan batupasir
Geologi regional daerah penelitian kuarsa dengan batulempung, dengan
termasuk dalam Cekungan Kutai yang sisipan batulanau, serpih, batugamping
secara tektonik yang terpisah dari dan batubara.
Cekungan Tarakan dan dibatasi oleh d) Formasi Balikpapan tertindih batupasir
Pegunungan Mangkalihatdi bagian Utara, di lepas dengan sisipan batulempung,
bagian Barat dibatasi Tinggian Kuching batulanau, serpih, batubara muda,
berumur pra-tersier, yang merupakan inti gambut yang membentuk Formasi
Benua Pulau Kalimantan, cekungan ini Kampung Baru. Lingkungan
dibagian Selatan terpisah dengan Barisan pengendapannya adalah delta umurnya
Barito oleh Punggungan Patermoster, di diduga Miosen-Pleo-Pleistosen.
bagian Timur Cekungan terbuka sampai e) Endapan Alluvium berupa material
Selat Makassar. Cekungan Kutai ditafsirkan lepas yang terdiri dari pasir, lumpur,
terjadi karena adanya gerak pemisahan kerikil yang diendapkan dalam
antara Kalimantan dengan Sulawesi pada lingkungan rawa, sungai, delta dan
akhir Kapur - Paleogen awal (Samuel dan pantai.
Muchsin 1975).

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 4


Struktur geologi yang ada didaerah daerah penelitian secara detail sebagai
Cekungan Kutai yaitu struktur berikut:
lipatan(antiklonorium) dan sesar. Batuan a.Perilangan batupasir kuarsa: warna
yang berumur tua seperti Formasi kuning keputihan, sebagian lepas, berbutir
Pamaluan, Formasi Babuluh, Formasi halus sampai kasar, terpilah baik,
Balikpapan dan Formasi Pulau Balang membulat sampai membulat tanggung,
umumnya terlipat kuat yang mengakibatkan porositas baik, pada ketebalan lapisan
lapisan menjadi miring sekitar 40o dan hingga lebih dari 14 meter.
bahkan ada yang mencapai 75o.Batuan yang b.Batu lempung: warna abu-abu,padat,
menjadi lebih muda seperti Formasi mineral lempung dengan ketebalan
Balikpapan umumnya terlipat lemah,tetapi lapisan hingga lebih dari 5 meter.
beberapa tempat juga terlipat kuat seperti c.Sisipan serpih : warna abu-abu kecoklatan
Utara Samarinda atau dengan struktur sesar. hingga kehitaman, berlapis tipis,
Arah sumbu lipatan lebih kurang Timur padatkarbonan, ketebalan lapisan antara
Laut - Barat Daya. Antiklin umumnya 0,1 m – 0,20 m.
asimetris dengan sayap curam disebelah d.Batu lempung karbon: warna abu – abu
Barat. Beberapa nama antiklin diantaranya kehitaman, struktur laminasi, berlapis
semoi, Embalut, Loaaaaa haur. Jemayon, tipis, karbonan, ketebalan lapisan antara
Loa Kulu, Pulau Baling-Tengin, Sebuluh, 0,1 m – 0,2 m.
Muara Gitan, Tenggarong, Benua Baru, e.Sisipan batubara: warna hitam, pecahan
Busang, Kota Baru, Sanga-Sanga, Samboja brittle, belahan baik 2 – 3 arah, ketebalan
dan Palaran. Struktur sesar yang terdapat di 0,1 m – 9,21 m. Perlapisan batubara di
Cekungan ada 3(tiga) jenis yaitu sesar naik, daerah penelitian mempunyai strike/dip
sesar turun dan sesar geser yang terjadi antara N 32o E dan N 209o E samapai N
pada akhir Miosen Atas sedangkan sesar 215o E dengan kemiringan lapisan 11o –
turun terjadi pada Kala Pleosen. 25o
II.4.2 Geologi Daerah Penelitian II.4.3 Stratigrafi Daerah Penelitian
Daerah penelitian bagian Timur Berdasarkan data singkapan,
terdiri dari perselingan batupasir kuarsa dan pemboran dan data eksplorasi detail yang
batulempung dengan sisipan batulanau, dilakukan, diketahui bahwa satuan batuan
serpih, batugamping dan batubara umurnya pembawa batubara di wilayah penelitian
Miosen Tengah – sampai Miosen Atas. adalah Formasi Bailikpapan dan Formasi
Berdasarkan variasi dan ciri Kampung Baru, pada Cekungan Kutai yang
lithologi/batuan secara geologi regional disusun oleh batupasir kuarsa lepas dengan
termasuk dalam Formasi Balikpapan dan sisipan batulempung, batulanau,serpih,
sumberdaya yang terkandung adalah batugamping dan batubara, umurnya diduga
batubara. Daerah penelitian bagian Barat antara Miosen Tengah – Miosen Atas.
terdiri dari batupasir kuarsa lepas dengan II.4.4 Topografi dan Morfologi
sisipan batulempung, atau lanau, serpih, Secara umum morfologi daerah
batubara muda dan gambut. Lingkungan penelitian dapat digolongkan menjadi
pengendapan adalah delta umurnya diduga satuan geomorfologi perbaikan
Miosen Atas-Plio-Pleistosen. Berdasarkan bergelombang redah sampai sedang, yang
variasi dan ciri lithologi/batuan, secara menempati seluruh luas daerah penelitian
geologi regional termasuk dalam Formasi dan arah umum perbukitan memanjang
Balikpapan dan sumberdaya yang hampir Utara Timur - Barat
terkandung adalah batubara. Berdasarkan Daya.Kemiringan lereng berkisar antara 10o
hasil pemboran dengan hasil pemetaan - 40o , tertinggi + 70 m dan terendah +12
permukaan, lithologi yang terdapat di m.

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 5


aktivitas penambangan akibat adanya air dalam
II.5 Penambangan jumlah yang berlebihan, terutama pada musim
Penambangan batubara dilakukan hujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini
dengan sistem tambang terbuka (surface juga dimaksudkan untuk memperlambat
mining) menggunakan peralatan mekanis kerusakan alat, sehingga alat-alat mekanis yang
digunakan pada daerah tersebut mempunyai
meliputi kegiatan pengupasan lapisan tanah umur yang lama.
penutup, pembersihan lahan, pemuatan, dan
pengangkutan. Sumber air yang masuk ke lokasi
II.5.1 Pembersihan Lahan (Land Clearing) penambangan dapat berasal dari air permukaan
maupun air tanah. Air permukaan merupakan
Sebelum dilakukan pengupasan
air yang terdapat dan mengalir di permukaan
tanah penutup (overburden) pembersihan tanah. Jenis air ini meliputi, air limpasan
lahan merupakan kegiatan awal dari permukaan, air sungai, rawa atau danau yang
penambangan yaitu membersihkan pohon – terdapat di daerah tersebut, air buangan
pohon, baik yang besar maupun yang kecil (limbah), dan mata air. Sedangkan air tanah
dengan menggunakan buldozer. merupakan air yang terdapat di bawah
II.5.2 Pembongkaran (Loosening) permukaan tanah. Secara hidrologis air tanah
Pembongkaran tanah penutup dapat dibedakan menjadi air pada daerah jenuh
(overburden) dengan dua cara, yaitu : dan air pada daerah tak jenuh. Daerah tak jenuh
 Pembongkaran tanah penutup yang pada umumnya terdapat pada bagian teratas dari
lapisan tanah dicirikan oleh gabungan antara
lunak dengan menggunakan excavator
material padatan, air dalam bentuk air adsorpsi,
yang sekaligus sebagai alat muat. air kapiler, dan air infiltrasi serta gas/udara.
 Penggaruan terhadap batuan yang relatif Daerah ini dipisahkan dari daerah jenuh oleh
keras dengan menggunakan buldozer jaringan kapiler. Air yang berada pada daerah
yang di lengkapi dengan alat garu jenuh disebut air tanah.
(riiper). Penanganan masalah air, dalam suatu
II.5.3 Pemuatan dan Pengangkutan tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua
 Untuk lapisan tanah penutup yang telah yaitu :
terbongkar menggunakan alat gali – III.1.1 Mine drainage
muat excavator Komatsu PC 300 Merupakan upaya untuk mencegah
kemudian dimuat dengan menggunakan masuknya air ke daerah penambangan. Hal
dump trcuk Scania P 420 dari front ini umumnya dilakukan untuk penanganan
penambangan menuju ke disposal area. air tanah dan air yang berasal dari sumber
 Untuk lapisan batubara, kegiatan gali air permukaan. Beberapa metode penyaliran
dan muat dilakukan dengan mine drainage
menggunakan excavator Komatsu PC a. Siemen Method
300 kemudian dimuat dengan alat Pada metode ini, jenjang dari kegiatan
angkut dump truck Scania P 420 untuk penambangan dibuat lubang bor dengan
mengangkut batubara dari front diameter 30 cm, ke dalam lubang bor
penambangan ke stockpile. dimasukkan pipa berukuran 20 cm. Ujung
bawah pipa tersebut dibuat lubang-lubang
III. LANDASAN TEORI (perporasi) dan bagian ujung pipa tadi
III.1 Sistem Penyaliran Tambang masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga
Pengertian dari sistem penyaliran air yang ada pada bagian bawah pipa dapat
tambang adalah suatu usaha yang diterapkan dipompa ke atas secara seri, kemudian
pada daerah penambangan untuk mencegah, dibuang ke kolam pengendapan.
mengeringkan, atau mengeluarkan air yang
masuk ke daerah penambangan. Upaya ini
dimaksudkan untuk mencegah terganggunya

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 6


Sumber : Dewatering Section PT
Kalimantan Lestari Raharja
Sumber : Dewatering Section PT Kalimantan
Gambar 3.1 Lestari Raharja
Siemen Method
Gambar 3.3
a. Small Pipe Sistem With Vacuum Pump Deep Well Pump Method Drainage
Drainage c. Electro Osmosis Sistem Drainage
Metode ini diterapkan untuk lapisan Apabila lapisan tanah terdiri dari
batuan yang sedikit mengandung air, tanah lempungan, maka pekerjaan
caranya dengan membuat lubang bor pemompaan akan sulit dilakukan karena
berdiameter 15 cm. Pada lubang bor adanya sifat kapiler yang terdapat pada
tersebut dimasukkan pipa dengan diameter jenis tanah lempungan. Untuk mengatasi
5-6 cm. Pada ujung pipa dibuat lubang- keadaan ini, maka digunakan cara electro
lubang (perporasi). Antara pipa dengan osmosis. Pada metode ini digunakan batang
dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil anoda dan katoda. Bila elemen-elemen
kasar yang fungsinya sebagai penyaring dialiri arus listrik, maka air (H2O) akan
kotoran. Di bagian atas antara pipa dan terurai, H+ menuju ke katoda dan OH- ke
lubang bor disumbat, sehingga saat ada anoda. H+ pada katoda (di sumur besar)
isapan pompa, rongga antara pipa dan dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada
lubang bor menjadi vacuum udara, sumur lalu dihisap dengan pompa.
sehingga air dapat terhisap ke dalam lubang III.1.2 Mine dewatering
bor. Secara sederhana istilah dewatering
adalah merupakan suatu teknik atau cara
dalam pengeringan sejumlah air pada suatu
tempat atau lokasi, dalam hal ini erat sekali
kaitannya dengan sistem drainage. Bahkan
kalau kita menyimak sejumlah informasi
dan berita, dibeberapa tempat level
permukaan air laut pada garis pantai dari
Sumber : Dewatering Section PT Kalimantan tahun ke tahun semakin meningkat, atau
Lestari Raharja dengan kata lain saat ini ada sejumlah
Gambar 3.2 daratan mengalami penurunan. Melihat hal
Small Pipe Sistem With Vacuum Pump Drainage di atas, sistem dewatering sangat berguna
sekali dalam kehidupan manusia, baik itu
b. Deep Well Pump Method Drainage dalam dunia sipil maupun dunia
Metode ini digunakan untuk material pertambangan.
yang mempunyai permeabilitas rendah dan Dalam dunia pertambangan baik itu pada
jenjang yang tinggi. Dalam metode ini tambang sistem terbuka (open pit) ataupun
dibuat lubang bor dengan diameter 15 cm, tambang dengan sistem bawah tanah
pompa dimasukkan ke dalam lubang bor (underground mining), terdapatnya sejumlah air
(submersible pump), yang digerakkan dalam jumlah yang relatif besar pada lokasi
penambangan merupakan salah satu
dengan listrik.

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 7


permasalahan yang perlu dipikirkan secara permukaan yang masuk pada lokasi
mendalam. Karena keberadaan sejumlah air penambangan.
yang cukup besar ini secara tidak langsung akan
 Air Keluar
berpengaruh sekali pada kegiatan penambangan
Setelah kita mengetahui seberapa
yang sedang dilakukan. Bahkan pada akhirnya
besar jumlah air yang masuk pada lokasi
hal tersebut akan mengganggu sekali pada
tambang, langkah selanjutnya adalah
jumlah produksi yang akan dihasilkan atau
bagaimana kita merencanakan teknik dan
target produksi yang ingin dicapai. Untuk
seberapa besar jumlah air yang akan kita
menghadapi masalah tersebut, maka sistem
keluarkan. Secara umum dalam dunia
dewatering sangat dibutuhkan sekali. Dengan
pertambangan, teknik yang digunakan
mempelajari dan menerapkan sistem
adalah dengan menggunakan mesin pompa.
dewatering dan drainage yang cermat, maka
Apabila jumlah air yang akan dikeluarkan
masalah diatas semaksimal mungkin akan
atau dipindahkan dalam jumlah besar,
teratasi, dan tidak menutup kemungkinan akan
maka kapasitas dari mesin pompa pun harus
meningkatkan angka produksi dari usaha
besar pula. Satu hal yang sangat penting
penambangan tersebut.
sekali diperhatikan disini adalah pemilihan
Pokok utama dalam sistem dewatering mesin pompa dan penginstalan rangkaian
pada lokasi penambangan adalah dengan pemompaan. Karena dengan kesalahan
meneliti dan menganalisis debit air yang masuk dalam pemilihan mesin pompa yang tidak
dan debit air yang akan dikeluarkan. Karena sesuai dengan kondisi dan penginstalan
tujuan utama dari sistem dewatering pada dunia rangkaian pemompaan yang sembarangan
pertambangan adalah mengendalikan jumlah air akan berakibat fatal bagi perusahaan.
yang ada pada lokasi penambangan.
Jadi sistem dewatering disini merupakan
 Air Masuk upaya untuk mengeluarkan air yang telah
Faktor utama dalam sistem masuk ke daerah penambangan. Terutama
dewatering adalah menghitung jumlah air untuk menangani air yang berasal dari air hujan.
yang masuk kedalam lokasi penambangan. Beberapa metode penyaliran mine dewatering
Mengetahui seberapa besar jumlah air yang adalah sebagai berikut:
masuk, maka kita bisa menentukan a. Cara Paritan
seberapa besar jumlah air yang perlu kita Penyaliran dengan cara paritan ini
keluarkan untuk mengimbangi jumlah air merupakan cara yang paling mudah, yaitu
yang masuk tadi. dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi
Untuk menghitung jumlah air yang penambangan. Pembuatan parit ini bertujuan
masuk pada lokasi penambangan tentu untuk menampung air limpasan yang menuju
terlebih dahulu kita harus mengetahui dari lokasi penambangan. Air limpasan akan masuk
mana saja air tersebut masuk pada lokasi ke saluran–saluran yang kemudian dialirkan ke
penambangan. Khusus pada sistem tambang dalam sump atau di buang langsung ke tempat
bawah tanah (underground mining), semua pembuangan dengan memanfaatkan gaya
air yang ada pada lokasi tambang adalah gravitasi.
berasal dari air tanah. Sebagian air yang b. Sistem Kolam Terbuka
berasal dari air permukaan, namun bila Semua genangan air yang ada pada jenjang
dibandingkan dengan jumlah air yang dialirkan melalui parit-parit atau saluran
berasal dari air tanah, persentasenya sangat menuju jenjang terbawah dan ditampung pada
kecil sekali. sumuran. Setelah tertampung, air tersebut
Pada sistem tambang terbuka (open dipompa untuk selanjutnya dibuang ke luar
pit) selain berasal dari air tanah, air yang areal tambang. Jumlah pompa yang digunakan
berada pada lokasi penambangan sebagian disesuaikan dengan volume air yang
besar berasal dari air permukaan termasuk terakumulasi.
air hujan. Dalam hal ini perencanaan
sistem drainage yang cermat, sangat
membantu sekali dalam mengurangi air

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 8


sebelum diterapkan dalam rencana
kelua pomp pengendalian air permukaan harus diolah
pomp
terlebih dahulu. Data curah hujan yang akan
r a
dianalisis adalah curah hujan harian
a pipa
maksimum dalam satu tahun dinyatakan
dalam mm/24 jam.
A. Periode Ulang Hujan (T)
Sump / Curah hujan biasanya terjadi
Sumber: Dasar Perencanaan Tambang, Ir. penampungan
Irwandy menurut pola tertentu dimana curah hujan
Arif, 1995
Gambar 3.4 akan berulang pada periode tertentu yang
Kolam Terbuka dikenal dengan periode ulang hujan.
Periode ulang hujan didefenisikan sebagai
c. Sistem Adit waktu dimana curah hujan dengan besaran
Cara ini biasanya digunakan untuk tertentu akan disamai atau dilampaui sekali
pembuangan air pada tambang terbuka yang dalam jangka waktu tertentu. Misalnya
mempunyai banyak jenjang. Saluran periode ulang hujan (T) 10 tahun, maka
horisontal yang dibuat dari tempat kerja hujan akan terjadi rata-rata sekali setiap
menembus ke shaft yang dibuat di sisi bukit periode 10 tahun, berarti 10 kali dalam
untuk pembuangan air yang masuk ke periode 100 tahun, 25 kali dalam periode
dalam tempat kerja. Pembuangan dengan 250 tahun dan seterusnya. Periode ulang
sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh hujan ini memberi gambaran bahwa
biaya pembuatan saluran horisontal tersebut semakin besar periode ulang hujan semakin
dan shaft. besar pula hujan rencananya,dalam hal ini
III.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi tidak terkandung pengertian bahwa kejadian
Sistem Penyaliran tersebut akan berulang secara teratur setiap
kali ulang tersebut.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam merancang sistem penyaliran pada Untuk menetukan periode ulang
tambang terbuka adalah : dapat digunakan persamaan sebagai berikut:
III.2.1 Curah Hujan n 1
T = .................................................(3.1)
Curah hujan adalah banyaknya air m
hujan yang jatuh ke bumi persatu satuan
Luas permukaan pada suatu jangka waktu Dimana :
tertentu. Curah hujan merupakan salah satu n = jumlah data pengamatan (tahun)
faktor penting dalam suatu sistem
penyaliran dan sangat berpotensi terjadi m = nomor rangking terbesar data
erosi, Karena besar kecilnya curah hujan pengamatan dicapai selama
jangka pengamatan.
akan mempengaruhi besar kecilnya air
limpasan. Besar kecilnya curah hujan dapat B. Curah Hujan Rencana
dinyatakan sebagai volume air hujan yang Dalam perencanaan sistem drainase
jatuh pada suatu areal tertentu dalam jangka untuk air permukaan pada suatu tambang, hujan
waktu yang relatif lama, oleh karena itu rencana merupakan suatu kriteria utama. Curah
besarnya curah hujan dapat dinyatakan hujan rencana adalah maksimum yang mungkin
dalam m3/satuan luas, secara umum terjadi selama umur dari sarana penyaliran
dinyatakan dalam tinggi air (mm). curah tersebut. Curah hujan rencana dapat ditentukan
hujan 10 mm berarti tinggi hujan yang jatuh dari hasil analisa frekuensi data curah hujan dan
dinyatakan dalam curah hujan dengan periode
pada areal seluas 1 m2 adalah 10 liter.
ulang hujan tertentu. Dalam menganalisa data
Angkah-angkah curah hujan yang diperoleh

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 9


curah hujan ada beberapa metode distribusi Dimana :
yang sering digunakan seperti. XT = Perkiraan harga untuk periode
1.Metode Gumbel ulang T
X= x + K.Sx ..........................(3.2)
X
K= Y-Yn ……………. 3.3 x = Rata-rata variasi =
n
Sn K = Faktor frekuensi untuk periode
  T  ulang
Y= - 0,834  2,303 Log Log   (3.4)
  T  1 
Sx = Standar deviasi dari X

  Xi  x 2 
1
2 (X i  x) 2
=
Sx    ….. n 1
 n 1 
(3.5)
n = Jumlah data pengamatan
X = x + K . Sx ................................. (3.6) 1 n 1
P = Probabilitas= .T 
( 𝑋𝑝−𝑋𝑡 )2 T m
Chi Square = ................. (3.7)
𝑋𝑡
Xp = CH Teramati
Xt = CH Teoritis (mm)
Dimana :
3. Metode Log Pearson Type III
X = Curah hujan rencana dengan
periode ulang tertentu mm Log X= Log x + K.Sx.........(3.12)
x = Curah hujan rata-rata (mm) n Σ (log X  log x ) 2
G = (3.13)
K = Faktor frekuensi n 1
Sx = Standar deviasi
Y = Nilai rata-rata reduce extrem
 ( LogX  Log X ) 2
Yn = Variasi reduksi rata-rata ( Sx ) =
n  1
Sn =Deviasi standar reduce extrem ..(3.14)
Xi = Data curah hujan
n = jumlah data ( 𝑋𝑝−𝑋𝑡 )2
Chi Square (X)2 = ……....(3.15)
𝑋𝑡
Xp = CH Teramati
Xt = CH Teoritis (mm)

Dimana :
2. Metode Distribusi Normal
Log X= Curah hujan rencana dengan
XT = x + K.Sx ....................(3.8) periode ulang tertentu mm
  Xi  x 2   log x = Rata-rata dari log x
1
2
Log x =
Sx   
....(3.9) x
 n 1  n = Jumlah data
X = x + k. Sx .................(3.10)

( 𝑋𝑝−𝑋𝑡 )2
Chi Square = .......... (3.11)
𝑋𝑡

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 10


K = Faktor frekuensi Tabel 3.1
G = Koefisien Skewness Keadaan curah hujan dan Intensitas curah hujan
Xp = CH Teramati Intensitas curah hujan (mm/jam)
Xt = CH Teoritis (mm) Keadaan curah hujan
1 jam 24 jam
C. Chi Square
Diperlukan pengujian dimaksudkan Hujan sangat ringan <5 <5
untuk menguji kecocokan distribusi sampel data
yang telah dipilih dapat mewakili distribusi Hujan ringan 1–5 5 – 20
statistik yang dianalisis. Pengujian yang
Hujan normal 5 – 10 20 – 50
digunakan pada penelitian ini dengan
menggunakan persamaan Chi Square tes yang
Hujan lebat 10 – 20 50 – 100
dihitung dengan persamaan :
(xp  xt) Hujan sangat lebat > 20 >100
Chi Square (X)2 = .....(3.16)
xt Sumber : Rudy Sayoga Gautama, 1999, Sistem
Dimana: Penyaliran Tambang, Institut teknologi Bandung
Xp = Nilai pengamatam
Xt =Nilai teoritis (perhitungan = rencana) III.2.2 Daerah tangkapan hujan (catchment
area)
Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah Pengertian daerah tangkapan hujan
hujan per satuan waktu yang relatif singkat, adalah daerah yang diperkirakan berpotensi
dinyatakan dalam mm/jam, mm/menit, untuk mengalirkan air limpasan menuju
mm/detik. Intensitas curah hujan biasanya suatu daerah kerja, dengan kata lain curah
dinotasikan dengan huruf ”I” dengan satuan hujan yang jatuh dalam daerah tersebut
mm/jam, yang artinya tinggi atau kedalaman dapat berkumpul dalam suatu tempat
yang terjadi dalam waktu satu jam adalah terendah dari daerah tersebut. Penentuan
sekian mm. Besarnya curah hujan 1 (satu) jam daerah tangkapan hujan didasarkan pada
dihitung dengan cara Partial Series, yaitu data peta topografi daerah yang akan diteliti,
curah hujan dalam satu jam maka perhitungan daerah tangkapan hujan dibatasi oleh
intensitas curah hujan satu jam dilakukan punggung bukit. Setelah ditentukan maka
dengan menggunakan rumus Mononobe
diukur luasnya. Luas daerah tangkapan
sebagai berikut:
hujan diukur dengan menggunakan
2/3
R  24  planimeter.
I  24   ...................(3.17)
24  t  Air hujan (air permukaan) yang
mengalir ke areal penambangan tergantung
Dimana :
pada kondisi daerah tangkapan hujan yang
R24 = Curah hujan rencana dalam 24 jam dipengaruhi oleh daerah sekitarnya.
(mm)
III.2.3 Air limpasan
t = Lamanya curah hujan (jam)
Bila curah hujan melampaui kapasitas
penyerapan (infiltrasi), maka besarnya
Keadaan curah hujan dan intensitas dapat limpasan permukaan akan segera meningkat
diklasifikasikan sebagai berikut (pada tabel 3.1) sesuai dengan peningkatan intensitas curah
hujan, akan tetapi besarnya air limpasan ini
tidak sebanding dengan peningkatan curah
hujan karena disebabkan oleh efek
penggenangan di permukaan tanah. Air

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 11


limpasan disebut juga dengan air Tabel 3.2
permukaan tanah. Besarnya air limpasan Beberapa harga koefisien limpasan
adalah besarnya curah hujan dikurangi
Nilai
besarnya penyerapan dan penguapan. Kemiringan Kegunaan Lahan
C
Besarnya air limpasan tergantung
pada banyak faktor. Dari sekian banyak - Persawahan, Rawa-rawa 0.2
faktor yang paling banyak atau besar
< 3% - Hutan, Perkebunan 0.3
pengaruhnya adalah kondisi penggunaan
lahan dan kemiringan atau perbedaan - Perumahan 0.4
ketinggian daerah
- Hutan, Perkebunan 0.4
faktor-faktor tersebut di atas
digabungkan dan dinyatakan oleh suatu - Perumahan 0.5
angka yang disebut koefisien limpasan 3% - 15% - Vegetasi ringan 0.6
(Tabel 3.2). Penentuan besar debit air
limpasan maksimum ditentukan dengan - Tanpa tumbuhan, daerah
0.7
metode “Rasional”. Metode ini hanya penimbunan
berlaku untuk menghitung limpasan curah
- Hutan, Perkebunan 0.6
hujan yang dinyatakan dalam rumus :
- Perumahan 0.7

Q  0,275 x C x I x A …………(3.18) > 15% - Vegetasi ringan 0.8

- Tanpa tumbuhan, daerah


0.9
Dimana : penimbunan

Q = debit air limpasan maksimum Sumber :Rudy Sayoga Gautama, 1999, Sistem
(m3/detik) Penyaliran Tambang, Institut teknologi
Bandung
C = koefisien limpasan
III.3 Saluran Penyaliran
I =Intensitas curah hujan (mm/jam)
Saluran penyaliran berfungsi untuk
A = Luas daerah tangkapan hujan menampung dan mengalirkan air ketempat
(km2) pengumpulan (kolam penampungan) atau
Koefisien limpasan merupakan tempat lain. Bentuk penampung saluran
bilangan yang menunjukkan perbandingan umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe
besarnya limpasan permukaan dengan material serta kemudahan dalam
intensitas curah hujan yang terjadi pada pembuatannya.
daerah tangkapan hujan. Koefisien Dalam merancang bentuk saluran
limpasan tiap-tiap daerah berbeda (Tabel penyaliran beberapa hal yang perlu
3.2). diperhatikan antaralain:
a. Dapat mengalirkan debit yang
direncanakan
b. Kecepatan air yang tidak merusak
saluran atau erosi
c. Kecepatan air yang tidak
menyebabkan terjadinya
pengendapan
d. Kemudahan dalam pengaliran atau
pembuatan

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 12


e. Kemudahan dalam pemeliharaan  Bentuk Penampang Segi Empat
III.3.1 Bentuk-Bentuk Penampang Saluran Saluran dengan bentuk penampang
Dalam sistem penyaliran itu sendiri segi empat umumnya digunakan untuk
terdapat beberapa bentuk penampang saluran dengan debit air yang besar dan
penyaliran yang dapat digunakan, bentuk kondisi tanah yang tidak mudah lepas,
penampang penyaliran diantaranya bentuk saluran ini mempunyai kelebihan yaitu
segitiga,bentuk segiempat, dan bentuk mudah dalam pembuatan atau penggalian.
trapesium. Bentuk penampang segi empat, mempunyai
 Bentuk Penampang Segitiga sisi tegak, biasanya dipakai untuk saluran
Bentuk saluran ini mulanya yang dibangun pada lokasi yang stabil
digunakan untuk jenis saluran yang dangkal seperti batu, tanah yang diperkuat dengan
dengan jumlah debit air yang kecil. turap kayu dan lain-lain. Kelemahan saluran
Keuntungan saluran ini adalah tidak mudah segi empat ini yaitu mudah terjadi
terjadi penggendapan, kelemahannya yaitu pengikisan (erosi), yang memudahkan
dalam hal pembuatan karena membutuhkan terjadinya pengendapan pada dasar saluran.
waktu yang cukup lama dibandingkan
dengan bentuk penampang saluran lainnya.

Sumber: Diklat perencanaan tambang terbuka


Unisba, 12-22 juli 2004
Sumber: Diklat perencanaan tambang terbuka
Unisba, 12-22 juli 2004
Gambar 3.6
Gambar 3.5
Bentuk Penampang Segi Empat
Bentuk Penampang Segi Tiga
Dimana :
Dimana :
B = Lebar atas saluran (m)
B = Lebar atas saluran ( m )
h = Kedalaman air (m)
d = Kedalaman saluran (m) b = Lebar dasar saluran ( m )
a = Panjang sisi saluran (m) d = Kedalaman saluran ( m )
A R = Jari – jari hidrolis ( m )
R = Jari-jari hidrolis (m) = bh
P =
b  2h
A = Luas penampang basah
saluran (m2) h = Kedalaman air ( m )
P = Keliling basah saluran (m)  Bentuk Penampang Trapesium
Z = Kemiringan dinding
saluran Bentuk penampang trapesium
adalah bentuk kombinasi antara bentuk
penampang segitiga dan bentuk penampang
segi empat yang paling umum digunakan
untuk saluran yang berdinding tanah dan

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 13


tidak dilapisi konstruksi dari bahan tertentu A = Luas penampang basah (m2)
sebab kemiringan dindingnya dapat
n = koefisien kekasaran manning
disesuaikan dengan kondisi tanah setempat.
Tabel 3.3
Koefisien kekasaran dinding saluran untuk
persamaan manning (n)

Tipe dinding saluran Harga n

Semen 0,010 – 0,014


Sumber: Diklat perencanaan tambang terbuka
Unisba, 12-22 juli 2004 Beton 0,011 – 0,016

Gambar 3.7
Bentuk Penampang Trapesium
Batu 0,012 – 0,020
Dimana :
B = Lebar atas saluran (m) Besi 0,013 – 0,017
b = Lebar dasar saluran (m)
Tanah 0,020 – 0,030
A
R = Jari-jari hidrolis (m) =
P Gravel 0,022 – 0,035
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m) Sumber :Rudy Sayoga Gautama, 1999, Sistem
D = Kedalaman saluran (m) Penyaliran Tambang,Institut teknologi
H = Kedalaman air (m) Bandung
Α = Sudut kemiringan saluran (˚)
a = Panjang sisi saluran (m)
III.3.3 Dimensi Saluran
Z = Kemiringan dinding saluran
W = Daerah jagaan (m) Untuk menentukan dimensi saluran
yang berbentuk trapesium dengan luas
III.3.2 Kapasitas Saluran penampang hidrolis optimum, digunakan
Perhitungan kapasitas pengaliran persamaan “efisiensi hidrolis” yang dinyatakan
suatu saluran air dilakukan dengan rumus dalam persamaan-persamaan sebagai berikut :
Manning sebagai berikut: Diketahui :
A = (b + zh) h ………………………….(3.20)
Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A ………….(3.19)
Keterangan : P = b + 2h 1  (z)2 ……………………(3.21)

Q = debit (m3/detik) Atau

R = jari-jari hidrolik (m) b = P – 2h z 2  1 ………….…...... (3.22)

S = kemiringan saluran (%) Nilai b pada persamaan (3.20) disubstitusikan


ke dalam persamaan (3.22), maka diperoleh
persamaan berikut :

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 14


A = P  2h 
z 2  1 h + zh2 III.4 Sump
Sump berfungsi sebagai tempat
Atau penampungan air sebelum dipompa keluar
tambang. Dengan demikian dimensi sump ini
A = Ph – 2h2 z 2  1 + zh2 ……….(3.23)
sangat tergantung dari jumlah air yang masuk
Untuk memperoleh kondisi P minimum maka serta keluar dari dalam sump. Dalam
persamaan (3.24) dapat dideferensialkan pelaksanaan kegiatan penambangan biasanya
terhadap h dan dibuat sama dengan nol. dibuat sump sementara yang disesuaikan
dengan keadaan kemajuan medan kerja (front)
dA
= P – 4h z 2  1 + 2zh = 0 ……(3.25) penambangan. Jumlah air yang masuk ke
dh dalam sump merupakan jumlah air yang
Atau dialirkan oleh saluran-saluran, jumlah air
limpasan permukaan langsung mengalir ke
P = 4h z 2  1 - 2zh ……………(3.26) dalam sump serta curah hujan yang langsung
jatuh ke dalam sump. Sedangkan jumlah air
Dengan menganggap h konstan, yang keluar dapat dianggap sebagai yang
mendeferensialkan persamaan (3.25) dan berhasil dipompa, karena penguapan dianggap
membuat sama dengan nol, maka diperoleh tidak terlalu berarti. Dengan melakukan
persamaan berikut : optimalisasi antara masukan (input) dan
keluaran (output), maka dapat ditentukan
dP 1  2 z  volume dari sump.
= 4h - 2h = 0….(3.27)
dz 2  2
1 
 z  Perhitungan dimensi sump dilakukan
dengan cara pengukuran dipeta pada tiga
Atau rancangan areal sump
2z untuk dapat menampung air limpasan
=1
z 1
2 pada sump maka terlebih dahulu mengetahui
ukuran daripada sump sebagai berikut :
1 1  panjang permukaan sump
4z2 = 1 + z2 ; z = = .. (3.28)
3 3  lebar permukaan sump
 panjang dasar sump
 lebar dasar sump
Jadi penampang trapesium yang paling efisien  kedalaman sump
adalah jika kemiringan dindingnya,  kemiringan
Maka Volume dapat dihitung dengan rumus :
1
z = , atau α = 60o volume =(luas atas + luas bawah) x ½
3 tinggi.........(3.30)
R = A/P…......................(3.29) III.5 Pompa
Dimana : Pompa merupakan sebuah mesin atau alat
b = Lebar dasar saluran (m) yang berfungsi untuk memindahkan massa zat
cair atau fluida dari suatu tempat (inlet) ke
A = Luas penampang basah saluran (m2) tempat lain (outlet) dengan menggunakan
P = Keliling basah saluran (m) prinsip mengubah tekanan dari zat cair tersebut.
R = Jari-jari hidrolis saluran (m) Dimana zat cair atau fluida akan berpindah
tempat atau mengalir dari tempat yang memiliki
Α = Sudut kemiringan saluran (˚) tekanan yang tinggi ketempat yang tekanannya
W = Daerah jagaan (m) lebih rendah. Prinsip inilah yang menjadi dasar
kerja dari suatu mesin pompa.

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 15


III.5.1 Pompa flygt 150 kw elektrik dewatering pump yang mana mesin pompa
Pada masa ini, sebagian besar dewatering yang digunakan berjumlah satu.
pump menggunakan pompa jenis ini
dikarenakan beberapa hal :
a. Pengoperasian mesin yang mudah
b. Mobilitas tinggi
c. Harga yang relatif murah atau rendah
d. Perawatan yang mudah

Sumber : Dewatering Section PT Adaro Indonesia


Gambar 3.9
Single Stage
b. Multi Stage
Pada jenis rangkaian ini, jumlah mesin pompa
yang digunakan dalam sistem pemompaan
berjumlah lebih dari satu (multi). Dalam
rangkaian multi stage mesin pompa yang
dipasang adalah dalam bentuk rangkaian seri.
Artinya, mesin pompa yang pertama terletak
Sumber : PT Kalimantan Lestari Raharja dibawah baru kemudian pada instalasi pipa
buang (discharge) ditambahkan mesin pompa
Gambar 3.8 demikian seterusnya.
Water pump

Bagian – bagian dari mesin flygt 150 kw


elektrik adalah:
a. Bagian Utama, antara lain :
1. Impeller
2. Shaft
Sumber : Dewatering Section PT Kalimantan
3. Bearing hose Lestari Raharja
4. Casing
5. Sealing Gambar 3.10
b. Bagian Pendukung, antara lain : Multi Stage
1. Shaft seal Yang menjadi dasar utama dalam
2. Electric motor penentuan rangkaian mana yang akan
3. Coupling digunakan dalam dewatering pump adalah
4. Coupling guard dilihat dari jumlah debit air yang akan
5. Base plate dipindahkan. Semakin besar debit air yang
III.5.2 Rangkaian Dewatering Pump Pada ingin dipindahkan maka semakin besar peluang
Sump untuk memilih rangkaian multi stage.
Pada dewatering pump, penginstalan rangkaian Selain itu juga, kemampuan dari mesin
pemompaan terbagi menjadi dua macam yaitu : pompa menjadi faktor penentu dalam pemilihan
a. Single Stage rangkaian mana yang akan digunakan.
Single stage merupakan salah satu Pemilihan rangkaian multi stage pada
rangkaian dalam sistem pemompaan pada dewatering pump bisa disebabkan karena
perbedaan elevasi antara inlet dan outlet sangat
besar sekali. Sehingga mesin pompa tidak

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 16


cukup kuat untuk mendorong air keatas (outlet),
maka untuk bisa memindahkan air dalam
kondisi tersebut digunakanlah rangkaian multi Tabel 3.4
stage. Kondisi pipa dan harga C
III.6 Static Head
Jenis dan kondisi pipa C
Salah satu faktor pertama yang
menjadi salah satu bagian dari perhitungan Pipa besi cor baru 130
nilai total head dalam suatu rangkaian
pemompaan adalah Static head. Static head Pipa besi cor tua 100
adalah merupakan besarnya nilai hambatan
dari debit air yang dipompa akibat dari Pipa baja baru 120 – 130
perbedaan elevasi antara inlet dengan
outlet. Pipa baja tua 80 – 100
Persamaan untuk menghitung static head
Pipa dengan lapisan 130 – 140
adalah :
Sh = Eo – Ei……….(3.31) semen
Dimana :
Pipa dengan lapisan ter 140
Sh = Static head (meter)
arang batu
Eo = elevasi outlet (meter)
Ei = Elevasi inlet (meter) Sumber : Rudy Sayoga Gautama, 1999, Sistem
Penyaliran Tambang Institut teknologi
III.7 Hf gesekan pipa Bandung.
untuk menentukan julang pada pipa
lurus digunakan persamaan Hazzen III.8 Head kecepatan ke luar
William yaitu : Head kecepatan ditentukan dengan rumus
V2
headkecepa tan  .................(3.33)
2g
10,666 . Q 1,85 Dimana : V = Kecepatan (m/s)
hf  x L ..........(3.32)
C 1,85 . D 4,85 G = Gravitasi (9,81)
III.9 Head Total Pompa
Dimana : Head total pompa yaitu head yang harus
disediakan untuk mengalirkan sejumlah air
Q = Debit air yang keluar dari pompa dengan kapasitas tertentu. Head pompa tersebut
(m3/detik) dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang
C = Koefisien gesekan akan dilayani oleh pompa. Persamaan yang
digunakan untuk menentukan head total pompa
D = Diameter pipa (m) adalah sebagai berikut:
L = Panjang pipa (m)
V2
 H = hs + hf + .................(3.34)
2g

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 17


Dimana : H = head total pompa III.12 jumlah pompa yang akan digunakan.
HS = head statis (m)
Head ini adalah perbedaan Total air yang dipompa m 
3

Jumlah Pompa 
jam

Kapasitas pompa m 
tinggi antara muka air disisi 3

keluar dan di sisi isap; tanda jam

positif (+) dipakai apabila


………………….(3.38)
muka air disisi keluar lebih
tinggi dari pada sisi isap. III.13 Kolam Pengendapan (Settling Pond)
hf =kehilangan tekanan gesek dalam
pipa, (m) Air yang dialirkan dari areal
V2 penambangan pada umumnya mengandung
= head kecepatan keluar, (m) lumpur, untuk itu diperlukan settling pond yang
2g dapat digunakan untuk mengendapkan partikel-
g = percepatan gravitasi (9,8 m/det2). partikel lumpur yang ikut bersama air hasil
pengaliran dari saluran-saluran tambang, hal ini
dilakukan agar partikel padat tidak mencemari
III.10 kemampuan pompa yang dibutuhkan. lingkungan sekitar tambang, terutama
Pompa yang akan digunakan pada sistem pendangkalan pada sungai.
pemompaan harus mampu mengatasi sejumlah Bentuk dan dimensi kolam
air yang akan masuk pada daerah sump. pengendapan disesuaikan dengan keperluan
Estimasi maksimal lama pemompaan rencana penirisan atau drainase tambang serta
selama satu hari adalah 24 jam atau 86400 kondisi tambang itu sendiri. Bentuk yang paling
detik, maka pompa yang akan digunakan harus sederhana adalah persegi panjang, akan tetapi,
mampu mengalirkan air (Q) bentuk yang lebih memenuhi syarat secara
teknis adalah bentuk zig-zag dengan ukuran
Dengan rumus : disesuaikan dengan debit air yang akan
ditampung.
Volume air total pada sump
Q Dimensi kolam pengendapan dapat
Estimasi maksimal lama pemompaan dihitung dengan mempergunakan persamaan
......................................(3.35)
sebagai berikut :
III.11 kemampuan Daya Pompa Dimensi kolam pengendapan dapat
Untuk menghitung kemampuan daya dihitung dengan mempergunakan persamaan
pompa dapat dihitung dengan sebagai berikut
menggunakan rumus

Vt = Q x t ..........................(3.39)
Do = Q . Ht .  ......................(3.36) Vt
Vk =
Do ..........................(3.37) n ............................(3.40)
Di 

Vk
A =
Dimana : d ...........................(3.41)

Do = Daya output Pompa A


P =
Di = Daya input Pompa L .................................(3.42)
Q = Debit Air
Ht = Head total
 = Berat Jenis zat cair

 = Efektifitas pompa

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 18


Dimana : (Tabel 4.1) untuk pembuatan
Vt = Total volume Settling Pond system penyaliran.
Vk = Volume tiap kolam Settling Pond 4. Wawancara atau konsultasi langsung
A = Luas Settling Pond dan tak langsung dengan pihak
P = Panjang Settling Pond perusahaan dalam hal pengumpulan
Q = Debit air limpasan data tentang kondisi daerah penelitian.
d = Kedalaman yang direncanakan
n = Jumlah kolam
T = Waktu Pengendapan material IV.2 HASIL PENELITIAN
L = Lebar Data-data yang diperoleh berupa
dapa primer dan data sekunder harus
diolah terlebih dahulu sebelum digunakan
IV. HASIL PENYELIDIKAN untuk merencanakan bentuk sistem drainase
DAN PEMBAHASAN pada Pit A PT Kalimantan Lestari.
IV.2.1 Daerah Tangkapan Air Hujan
IV.1 PROSEDUR PENELITIAN (Cacthment Area)
Berdasarkan pengukuran pada peta
dengan mengunakan MineScape maka
Faktor utama dalam pemecahan penelitian untuk daerah tangkapan hujan (DTH). Luas
ini, diperlukan sejumlah data dan informasi daerah tangkapan hujan secara keseluruhan
yang berkaitan dengan persoalan yang sebesar 547500 m2 atau 54,75 ha. Di mana
dihadapi, data tersebut diolah dan kemudian daerah tangkapan hujan dibagi menjadi 2
disusun agar dapat menjadi suatu informasi bagian yaitu
yang akan memberikan kemudahan - 1. Daerah pengaruh 1 (out pit)
kemudahan dalam usaha pemecahan 2. Daerah bukaan
masalah selanjutnya. Pengumpulan data
yang dilakukan dengan maksud untuk IV.2.2 Curah Hujan
mencari informasi pada objek penelitian Hujan sebagai salah satu komponen
agar dapat memberikan suatu gambaran cuaca yang sangat mempengaruhi kegiatan
secara rinci. Sumber data berasal dari penambangan dan sistem penirisan. Untuk
penelitian langsung dan tidak langsung di menentukan frekuensi maksimum curah
tempat penelitian. Adapun prosedur hujan harian didasarkan pada data-data
pengamatan yang dilakukan sebagai berikut hujan harian tertinggi yang terjadi pada
3. Pengambilan data di lapangan daerah pengamatan selama periode 10
dilakukan berdasarkan kebutuhan data tahun (Lampiran 2).
penelitian. Data-data yang dibutuhkan Hasil pengamatan curah hujan pada
antara lain : daerah penelitian selama sepuluh tahun
a. Pengambilan data primer meliputi 2003 – 2012 . Dari data tersebut diketahui
kapasitas pompa,luas penampang bahwa curah hujan terendah terjadi pada
saluran,dimensi sump dan dimensi tahun 2011 sebesar 190 mm/tahun dengan
kolam pengendapan jumlah hari hujan 103 hari/tahun ,
b. Data sekunder meliputi Keadaan sedangkan curah hujan tertinggi terjadi
geologi dan geografis daerah pada tahun 2008 sebesar 472 mm/tahun
penelitian, Kondisi tambang serta dengan jumlah hari hujan 199 hari/tahun
system penyaliran (drainase), Data dan curah hujan maksimum sebesar 472
curah hujan dengan periode 10 mm/bulan.
tahun mulai dari 2003 -2012 dan
Data siklus alat muat exacapator

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 19


IV.2.3 Frekuensi Maksimum Curah Hujan digunakan secara langsung untuk
Periode 2003 - 2012 perencanaan.
Penetuan frekuensi maksimum curah Untuk itu data curah hujan tersebut
hujan harian didasarkan pada data-data harus diolah terlebih dahulu menggunakan
curah hujan harian tertinggi yang terjadi kaidah statistik mengingat kumpulan data
pada daerah pengamatan selama periode 10 adalah kumpulan yang tidak tergantung satu
(sepuluh) tahun mulai tahun 2003 – 2012 sama lain, maka untuk proses
yang dapat dilihat pada table 4.1. pengolahannya digunakan analisis regresi
Data ini diolah dengan metode statistik. Sebelum itu kita dapat
menggunakan tiga metode statistik yaitu : menentukan periode ulang dengan
Metode Gumbel, Metode Distribusi menggunakan persamaan 3.1 sebagai
Normal, dan Metode Log Pearson Type III berikut :
dari ketiga metode tersebut didapat curah Periode ulang ( T ) = 11 Tahun
hujan harian untuk periode ulang (T) = 10 Selanjutnya untuk menentukan curah hujan
tahun. Dengan curah hujan tersebut maka rencana di gunakan 3 (tiga) metode yaitu
dapat dihitung intensitas curah hujannya metode gumbel, metode distrubusi normal
yang selanjutnya dapat dipakai untuk dan metode log pearson III.
menentukan debit air limpasan di daerah
tersebut. 1. Metode Gumbel
Analisa Gumbel diuraikan dalam
Tabel 4.1 persamaan (3.2), (3.3), (3.4), (3.5), (3.6),
(3.7) sebagai berikut
Data Curah Hujan Maksimum periode
2003-2012 Curah hujan rata-rata=317,9204mm/bln
Standar deviasi (Sx) = 91,08
Curah Hujan Max Faktor frekuensi (K) = 1.85
No Tahun
(mm/jam) Yn = 0.50
1 2008 472 Sn = 1.00
2 2004 410,6 X t = 486,4184 mm/bln
3 2009 395,5 Chi Square (X)2 = 0,427
4 2005 339,604 Selanjutnya perhitungan curah hujan
5 2007 316 rencana dengan Metode Gumbel dapat
6 2006 306,5 dilihat pada tabel 4.2.
7 2010 279
8 2003 273,8
9 2012 196,2
10 2011 190
Sumber : Data Olahan Tahun 2012 PT Kalimantan
Lestari Raharja

IV.2.4. Analisis Data Curah Hujan


Penentuan data curah hujan
didasarkan pada data curah hujan
maksimum pada daerah pengamatan dalam
satu tahun selama 10 tahun pengamatan.
Angka – angka data curah hujan tersebut
merupakan data mentah yang tidak dapat

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 20


Tabel 4.2
Perhitungan Curah Rencana Dengan Metode Gumbel
CH Periode CH
No Tahun Probabilitas
Teramati X^2 K Teoritis Chis Quare
Rengking Terjadi Ulang (%)
(mm) (mm)

1 2008 472 222784 11 9,09 1,85 486,418 0,427


2 2004 410,6 168592 5,5 18,18 1,11 4,190,192 0,169
3 2009 395,5 156420 3,7 27,27 0,64 376,211 0,988
4 2005 339,604 115331 2,7 36,36 0,29 344,333 0,064
5 2007 316 93942 2,2 45,45 0 317,928 0,011
6 2006 306,5 93942 1,8 54,54 -0,3 293,328 0,59
7 2010 279 77841 1,5 63,63 -0,5 271,469 0,208
8 2003 273,8 74966 1,4 72,72 -0,8 248,699 2,533
9 2012 196,2 38494 1,2 81,81 -1 224,108 3,475
10 2011 190 36100 1,1 90,9 -1,4 193,14 0,051

Jumlah 3,179,204 1078413,87 3174,65 8,522

Sumber:Data Olahan 2012 ,PT Kalimantan Lestari Raharja

2. Metode Distribusi Normal


Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Curah Hujan RencanDengan Metode Distribusi Normal
No Tahun CH Periode CH Chi
x-x^2 Probabilitas K Y
Rengking Teramati Teramati Ulang Teoritis Square
1 2008 472 2343961 11 9,09 1,34 439,97 2,332 2,35
2 2004 410,6 2535738 5,5 18,18 0,91 400,8 0,239 1,61
3 2009 395,5 2584056 3,7 27,27 0,59 371,66 1,529 1,14
4 2005 339,6 2766900 2,7 36,36 0,3 345,24 0,092 0,79
5 2007 316 2845969 2,2 45,45 0,01 318,83 0,025 0,5
-
6 2006 306,5 2878112 1,8 54,54 303,35 0,032 0,24
0,16
-
7 2010 279 2972176 1,5 63,63 297,88 1,196 -0,01
0,22
-
8 2003 273,8 2990133 1,4 72,72 288,77 0,776 -0,26
0,32
-
9 2012 196,2 3264526 1,2 81,81 271,47 20,87 -0,53
0,51
-
10 2011 190 3286969 1,1 90,9 242,32 11,3 -0,87
0,83
Jumlah 3179,2 28468539 38,39

Sumber:Data Olahan 2012 ,PT Kalimantan Lestari Raharja

Analisa probabilitas dengan Metode Distribusi Probabilitas ( P ) = 9,09091


Normal dinyatakan dalam persamaan (3.8), XT =2125,0472 mm/bln
(3.9), (3.10), (3.11) sebagai berikut Chi Square (X)2 = 1285,8844
Selanjutnya perhitungan curah hujan
Curah hujan rata-rata=317,204 mm/bln rencana dengan Metode Distribusi Normal
Standar deviasi (Sx) = 91,08 dapat dilihat pada (Tabel 4.3)
Periode ulang ( T ) = 11 Tahun

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 21


Tabel 4.4
Perhitungan Curah Hujan Rencana Dengan Metode Log Pearson Type III
CH
No Tahun Teramati Lg CH Teoritis
(logX-log x)^2 (log X-logx)^3 Probabilitas (%) K Chi Square
Rengking Teramati X (mm)
(mm)

1 2008 472 2,67 0,053 0,01 9,09 1,4096 460,5 0,286


2 2004 410,6 2,61 0,029 0 18,2 0,9123 535,3 29,05
3 2009 395,5 2,59 0,023 0 27,3 0,672 475,7 13,53
4 2005 339,6 2,53 0,008 0 36,4 0,3805 379,7 4,239
5 2007 2,44 2,49 0,003 0 45,5 0,1247 320,8 0,071
6 2006 306,5 2,48 0,002 0 54,5 -0,125 290,9 0,833
7 2010 279 2,44 0 0 63,6 -0,738 220,8 15,32
8 2003 273,8 2,43 0,0001 0 72,7 -0,625 223,2 11,46
9 2012 196,2 2,29 0,023 0 81,8 -0,906 148,7 15,19
10 2011 190 2,27 0,029 -0,004 90,9 -1,346 124,5 34,52
3179,2 24,8 0,168 0,005 3180 124,5
Sumber:Data Olahan 2012 ,PT Kalimantan Lestari Raharja

3. Metode Log Pearson Type III


Berdasarkan hasil yang didapat dari
Metode Log Pearson Type III pengetesan Chi Square dimana hasil yang
diuraikan dalam persamaan (3.12), (3.13), terkecil didapat dari Metode Gumbel yang
(3.14), (3.15) Sebagai berikut digunakan untuk menghitung intensitas
curah hujan, maka digunakan curah hujan
Standar deviasi ( Sx ) = 0,136 rencana dengan periode ulang 10 tahun dari
Koefisien Aritmatika(G) = 0,27 hasil perhitungan dengan Metode Gumbel
Log Xt = 2,579 yaitu sebesar 478,221 mm/bln. Lihat
Xt = 379,315 mm table 4.6
Chi Square (X)2 = 0,2862
Selanjutnya perhitungan curah hujan
rencana dengan Metode Log Pearson Type
III dapat dilihat pada tabel 4.4

Hasil pengetesan Chi Square dari ketiga


metode statistik diatas dapat dilihat pada
Tabel 4.5 berikut ini

Tabel 4.5
Hasil Chi Square

Metode Gumbel Distribusi Log Pearson Type


Normal
Chi Square 8.522 38,392 124,499

Sumber : Data olahan PT Kalimantan Lestari Raharja

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 22


Tabel 4.6 Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Intensitas Curah Hujan
Metode Gumbel
Untuk Periode Ulang Tertentu
No Daerah Intensitas
Tangkapan (mm/jam)
Periode Ulang CH Rencana Hujan
(Tahun)
305,715 1 Daerah 13,02
2 Pengaruh 1
409,000
5
478,221
10 2 Daerah 9,992
565,202 bukaan
25
629,596
50
Sumber: Data olahan 2012 PT Kalimantan
692,350 Lestari Raharja
100
IV.2.6 Daerah tangkapan hujan (catchment
area)
Sumber : Data olahan 2012 PT Kalimantan Lestari
Adalah daerah yang diperkirakan
Raharja berpotensi untuk mengalirkan air limpasan
menuju suatu sistem penyaliran.
Pengukuran daerah tangkapan hujan diukur
IV.2.5 Intensitas Curah Hujan (I) dengan menggunakan program minescape
Intensitas curah hujan merupakan dan dari pengukuran daerah tangkapan
perbandingan kenaikan limpasan air hujan hujan diperoleh hasil :
terhadap lamanya waktu hujan pada suatu  Daerah Catchment area 1 = 164250 m2
daerah dan berpengaruh besar terhadap  Daerah Catchment area 2 = 383250 m2
perencanaan sistem penirisan pada lokasi IV.2.7 Air Limpasan
disekitar tambang. Dimana curah hujan Perhitungan debit air limpasan pada
rencana untuk periode 10 tahun di daerah daerah cathment area untuk pit PT.
penyelidikan adalah sebesar Kalimantan Lestari Raharja dapat
478,221mm/bulan dengan waktu hujan rata- ditentukan setelah diketahui harga dari
rata 16 hari, maka curah hujan rencana = intensitas curah hujan.
478,221/16 = 28,88 mm/hari. Selanjutnya Dengan menggunakan rumus rasional
intensitas curah hujan (I) dihitung dapat dihitung debit air limpasan pada suatu
berdasarkan rumus Mononobe (persamaan daerah, Setelah dilakukan perhitungan
3.17) diperoleh debit air pada daerah
Berdasarkan hasil perhitungan penambangan, seperti pada tabel 4.8 di
(lampiran 3) intensitas curah hujan bawah ini (Lampiran 4)
maksimum (I) daerah pengaruh di dapat
dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 23


Tabel 4.8 IV.2.9 Sump
Debit air daerah penambangan a. Letak sump
Sump terletak di bagian tengah dari
Daerah tangkapan pada pit, karena daerah tersebut merupakan
Area 1 area 2
hujan tempat terkonsentrasinya air limpasan di
dalam pit. Daerah ini mempunyai elevasi
Debit air limpasan (Q) 0,148 m3/dtk 0,266 m3/dtk paling rendah yaitu 14 meter dari
permukaan laut (dpl).
b. Dimensi sump
Sumber: Data olahan 2012 PT Kalimantan Lestari
Raharja Sump harus mampu menampung sejumlah
air limpasan dalam waktu tertentu ditambah
debit air tanah dan banyaknya jumlah
IV.2.8 Data Perhitungan Kemiringan material yang masuk ke dalam sump,
Saluran dan Panjang Saluran sehingga air limpasan tidak mengganggu
Sebenarnya aktivitas penambangan.
Panjang saluran dan kemiringan Besarnya air limpasan yang masuk ke
dasar saluran sebenarnya ditentukan dengan dalam sump adalah sama dengan debit air
perhitungan suatu aliran mengalir secara limpasan yang harus ditampung selama satu
alamiah tanpa adanya proses pengendapan. hari adalah (Lampiran 6):
Harga kemiringan dasar saluran sebenarnya  (Areal2) = 597,6 m3/hari
ditentukan dengan rumus seperti yang
dijelaskan pada persamaan 3.19 Perhitungan dimensi sump dilakukan
Dengan pembahasan yang ada dengan cara pengukuran dipeta pada tiga
pada persamaan 3.19 tersebut, maka rancangan areal sump , untuk mempunyai
hubungan tentang penentuan kemiringan ukuran sebagai berikut (Lampiran 6) dapat
dasar saluran dan panjang saluran menampung air limpasan maka sump

sebenarnya untuk lokasi tambang PT volume maksimum air yang dapat
Kalimantan Lestari Raharja diperoleh hasil ditampung dengan bentuk trapesium
pada (Tabel 4.9) sebagai berikut adalah : 10932,5 m3/hari
IV.2.10 Pompa
Tabel 4.9 1. Head Kecepatan dapat diperoleh
Hasil Perhitungan Kemiringan Saluran dan dengan menggunakan rumus
Panjang Saluran Sebenarnya Q
Kecepatan =
Nomor
Saluran
Q
W(m)
h D
b(m) B(m)
S A(m) R(m) L (m) α
0,25 x ( D) 2
Urut (m3) (m) (m) (%)
0,0967m 3 / det ik
0,188 0,165 1627,392
Kecepatan=
600 0,25 x3,14(0,16m) 2
= 17316,878 m/jam
1 DP 0,148 0,299 0,33 0,629 0,380 1,108 0,571
= 4,810 m/s
2. Perbedaan Head Statis

Sumber : Data Olahan Tahun 2012 PT Kalimantan Perbedaan head statis pompa dapat
Lestari Raharja diperolaeh dengan menggunakan rumus
pada persamaan (3.31)
Sh = 63 – 55 = 8 meter

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 24


3. Menentukan Hf gesekan pipa V. KESIMPULAN DAN SARAN
untuk menentukan julang pada pipa lurus
digunakan persamaan Hazzen William A. KESIMPULAN
persamaan (3.32)
hf = 20,565 m Dari hasil penelitian, perhitungan dan
4.Head kecepatan keluar pembahasan pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan:
Head kecepatan diperoleh 1,179 m/s 1. Intensitas Cuarah hujan diperoleh dari
5.Menentukan total head = 34,554 m tiap daerah pengaruh yaitu :
- Daerah pengaruh 1=13,02 mm/jam
6.Menentukan kemampuan pompa yang
- Daerah pengaruh 2= 9,992 mm/jam
dibutuhkan.
2. a.Dimensi saluran Daerah Pengaruh 1
Estimasi maksimal lama
diperoleh
pemompaan selama satu hari adalah 24
- n = 0,03
jam atau 86400 detik, maka pompa yang
- Debit (Q) (m³/detik) = 0,266
akan digunakan harus mampu
- Lebar atas saluran (B) (m) =1,108
mengalirkan air (Q) sebesar 7,56
- Lebar dasar saluaran (b) (m)=0,380
m3/menit
- Tinggi air (h) (m) = 0,33
7. Menentukan kemampuan Daya Pompa
- Kedalaman (d) (m) = 0,629
Do = 3,7477 Tm/dtk - Sudut kemiringan (α)(°) = 60
3,7477 - Panjang sisi saluran (a) (m) = 1627,392
Do =  49,9699 hp - Tinggi jagaan (w) (m) = 0,299
0,075
- Jari2 hidrolis (R)(m) = 0,165
49,9699 - Kemiringan Saluran (%) = 0,571
Di =  66,626 hp
0,75 b. Dimensi Sump
8.Menentukan jumlah pompa yang akan - Q (m3/hari) = 957,6
digunakan. - V (m3) = 10932,5
Jumlah pompa yang dibutuhkan pada PT c. Dimensi kolam pengendapan
Kalimantan Lestari Raharja adalah 2 unit -Total volume settling pond=1001,55 m3
agar mampu mengeluarkan air yang ada -Volume tiap kolam = 333,85 m3
papa sump. -Luas kolam = 111,28 m2
-Panjang kolam = 5,29 m
IV.2.11Settling Pond (Kolam Pengendapan) d. Jumlah pompa yang akan digunakan
Kapasitas settling pond pada PT adalah sebanyak 2 (dua) unit
Kalimantan Lestari Raharja. B. SARAN
Sehingga diperoleh : 1. Hendaknya dimensi saluran
o Total volume settling pond=1001,55 m3 diperkecil untuk mengurangi biaya
o Volume tiap kolam = 333,85 m3 yang dikeluarkan dengan dimensi
o Luas kolam = 111,28 m2 sebagai berikut:
o Panjang kolam = 5,29 m - Lebar atas saluran (B) (m) = 1,108
- Lebar dasar saluaran (b) (m)=0,380
- Tinggi air (h) (m) = 0,33
- Kedalaman (d) (m) = 0,629
- Tinggi jagaan (w) (m) = 0,299
2. Hendaknya melakukan pemeliharaan
rutin terhadap saluran agar tidak

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 25


terjadi pendangkalan dan 4. Melihat kondisi air yang ada pada
penyumbatan sump hendaknya memakai pompa
3. Pada saat musim hujan, harus yang siap bekerja tanpa adanya
dilakukan pengontrolan terhadap reparasi atau bila perlu disiapkan
saluran dan sump sehingga sistem satu pompa cadangan untuk
penyaliran yang telah ada dapat mengantisipasi pompa yang rusak.
berfungsi sesuai dengan yang
direncanakan

DAFTAR PUSTAKA

1. Awang Suwandhi, 2003, “Penirisan Tambang Terbuka”, Pusdiklat Teknologi Mineral


Dan Batubara, Bandung.

2. Gautama Yudi Sayoga, 1993, “Pengantar Penirisan Tambang”, Institut Teknologi


Bandung, Bandung.

3. Johan Kelana Putra Hainim, 1993, “Geoteknis Tanah”, Beta Offset, Yokyakarta.

4. Pfleider, 1972. “Surface Water Hidrology”, The American Institude of Mining,


Metallurgical and Petroleum Inc. New York,

5. Projosumarto Partanto, Ir., 1996, “Perpindahan Tanah Mekanis”, Departemen


Tambang Institut Teknologi Bandung, Bandung.

6. Robet, Kodoatie, 1991, “Pengantar Hidrologi Teknik”, Penerbit Andi, Yokyakarta.

7. Sasrodarsono Suyono, Takeda Kensaku, 1993, “Hidrolika Untuk Pengairan”, Pradnya


Paramita, Jakarta.

8. Sujana, 1981, “Methode Statistik”, Penerbit Tarsito, Bandung.

9. Supriatna S, 1995, “Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi”, Institut Teknologi


Bandung, Bandung.

10. Suripin, 1993. “Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan”, Penerbit Andi,
Yokyakarta.

11. Wanny Alidarma, 1991, “Mengenal Dasar – Dasar Hidrologi”, Penerbit Nova,
Surabaya.

12. Yandi Hermawan,1996, “Hidrologi Untuk Insinyur”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 26


Jurnal Penelitian Teknik Pertambangan UVRI Makassar 27 April 2013 23

Anda mungkin juga menyukai