Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada Pit A
Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada Pit A
Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada Pit A
oleh
YUDITA RIO
2008 31 046
S A R I
I. PENDAHULUAN
Xi x 2
1
2 (X i x) 2
=
Sx ….. n 1
n 1
(3.5)
n = Jumlah data pengamatan
X = x + K . Sx ................................. (3.6) 1 n 1
P = Probabilitas= .T
( 𝑋𝑝−𝑋𝑡 )2 T m
Chi Square = ................. (3.7)
𝑋𝑡
Xp = CH Teramati
Xt = CH Teoritis (mm)
Dimana :
3. Metode Log Pearson Type III
X = Curah hujan rencana dengan
periode ulang tertentu mm Log X= Log x + K.Sx.........(3.12)
x = Curah hujan rata-rata (mm) n Σ (log X log x ) 2
G = (3.13)
K = Faktor frekuensi n 1
Sx = Standar deviasi
Y = Nilai rata-rata reduce extrem
( LogX Log X ) 2
Yn = Variasi reduksi rata-rata ( Sx ) =
n 1
Sn =Deviasi standar reduce extrem ..(3.14)
Xi = Data curah hujan
n = jumlah data ( 𝑋𝑝−𝑋𝑡 )2
Chi Square (X)2 = ……....(3.15)
𝑋𝑡
Xp = CH Teramati
Xt = CH Teoritis (mm)
Dimana :
2. Metode Distribusi Normal
Log X= Curah hujan rencana dengan
XT = x + K.Sx ....................(3.8) periode ulang tertentu mm
Xi x 2 log x = Rata-rata dari log x
1
2
Log x =
Sx
....(3.9) x
n 1 n = Jumlah data
X = x + k. Sx .................(3.10)
( 𝑋𝑝−𝑋𝑡 )2
Chi Square = .......... (3.11)
𝑋𝑡
Q = debit air limpasan maksimum Sumber :Rudy Sayoga Gautama, 1999, Sistem
(m3/detik) Penyaliran Tambang, Institut teknologi
Bandung
C = koefisien limpasan
III.3 Saluran Penyaliran
I =Intensitas curah hujan (mm/jam)
Saluran penyaliran berfungsi untuk
A = Luas daerah tangkapan hujan menampung dan mengalirkan air ketempat
(km2) pengumpulan (kolam penampungan) atau
Koefisien limpasan merupakan tempat lain. Bentuk penampung saluran
bilangan yang menunjukkan perbandingan umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe
besarnya limpasan permukaan dengan material serta kemudahan dalam
intensitas curah hujan yang terjadi pada pembuatannya.
daerah tangkapan hujan. Koefisien Dalam merancang bentuk saluran
limpasan tiap-tiap daerah berbeda (Tabel penyaliran beberapa hal yang perlu
3.2). diperhatikan antaralain:
a. Dapat mengalirkan debit yang
direncanakan
b. Kecepatan air yang tidak merusak
saluran atau erosi
c. Kecepatan air yang tidak
menyebabkan terjadinya
pengendapan
d. Kemudahan dalam pengaliran atau
pembuatan
Gambar 3.7
Bentuk Penampang Trapesium
Batu 0,012 – 0,020
Dimana :
B = Lebar atas saluran (m) Besi 0,013 – 0,017
b = Lebar dasar saluran (m)
Tanah 0,020 – 0,030
A
R = Jari-jari hidrolis (m) =
P Gravel 0,022 – 0,035
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m) Sumber :Rudy Sayoga Gautama, 1999, Sistem
D = Kedalaman saluran (m) Penyaliran Tambang,Institut teknologi
H = Kedalaman air (m) Bandung
Α = Sudut kemiringan saluran (˚)
a = Panjang sisi saluran (m)
III.3.3 Dimensi Saluran
Z = Kemiringan dinding saluran
W = Daerah jagaan (m) Untuk menentukan dimensi saluran
yang berbentuk trapesium dengan luas
III.3.2 Kapasitas Saluran penampang hidrolis optimum, digunakan
Perhitungan kapasitas pengaliran persamaan “efisiensi hidrolis” yang dinyatakan
suatu saluran air dilakukan dengan rumus dalam persamaan-persamaan sebagai berikut :
Manning sebagai berikut: Diketahui :
A = (b + zh) h ………………………….(3.20)
Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A ………….(3.19)
Keterangan : P = b + 2h 1 (z)2 ……………………(3.21)
Jumlah Pompa
jam
Kapasitas pompa m
tinggi antara muka air disisi 3
Vt = Q x t ..........................(3.39)
Do = Q . Ht . ......................(3.36) Vt
Vk =
Do ..........................(3.37) n ............................(3.40)
Di
Vk
A =
Dimana : d ...........................(3.41)
= Efektifitas pompa
Tabel 4.5
Hasil Chi Square
Sumber : Data Olahan Tahun 2012 PT Kalimantan Perbedaan head statis pompa dapat
Lestari Raharja diperolaeh dengan menggunakan rumus
pada persamaan (3.31)
Sh = 63 – 55 = 8 meter
DAFTAR PUSTAKA
3. Johan Kelana Putra Hainim, 1993, “Geoteknis Tanah”, Beta Offset, Yokyakarta.
10. Suripin, 1993. “Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan”, Penerbit Andi,
Yokyakarta.
11. Wanny Alidarma, 1991, “Mengenal Dasar – Dasar Hidrologi”, Penerbit Nova,
Surabaya.