Evaluasi Program Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 82

EVALUASI PROGRAM

PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR MELALUI UPAYA


POS PEMBINAAN TERPADU DI WILAYAH PUSKESMAS
KELURAHAN CIGANJUR

Disusun Oleh:
Elfa Satri (030.13.221)
Mia Soraya (030.13.238)

Pembimbing:
Evi Susanti Sinaga S.KM M.PH
dr. Finda Reyani

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 05 NOVEMBER 2018 – 12 JANUARI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala nikmat yang tercurah serta keberkahan dan rahmat yang diberikan kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengendalian
penyakit tidak menular melalui upaya pos pembinaan terpadu di wilayah
puskesmas kelurahan Ciganjur”.
Evaluasi Program ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Kelurahan Ciganjur Periode 05 November 2018 – 12 Januari 2019.
Dalam pembuatan tugas ini, penyusun memperoleh bimbingan dan masukan
dari banyak pihak, dan dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
 Evi Susanti Sinaga S.KM M.PH selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, masukan dan motivasi
kepada kami.
 Dr. Finda Reyani selaku Kepala Puskesmas Kelurahan Ciganjur dan
pembimbing kami yang telah memberikan masukan yang membangun selama
kami berkegiatan di Puskesmas Kelurahan Ciganjur.
 Dr. Demak Vera R selaku penanggung jawab program posbindu di puskesmas
kelurahan Ciganjur.
 Dr. Nurul selaku penanggung jawab program posbindu di kecamatan Jagakarsa.
 Kepada semua pihak di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan Puskesmas
Kelurahan Ciganjur yang telah membantu dan membimbing dalam
menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena
itu penyusun sangat menerima saran dan kritikan yang membangun.

Jakarta, November 2018

Penyusun
i
LEMBAR PENGESAHAN

PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR MELALUI UPAYA


POS PEMBINAAN TERPADU DI WILAYAH PUSKESMAS
KELURAHAN CIGANJUR

Diajukan untuk memenuhi tugas


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Trisakti
Periode 05 November 2018 – 12 Januari 2018
Di Puskesmas Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan

Disusun Oleh:
Elfa Satri (030.13.221)
Mia Soraya (030.13.238)

Pembimbing Fakultas, Pembimbing Puskesmas,

Evi Susanti Sinaga S.KM M.PH dr. Finda Reyani

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…..………………………………………………………………...... iii
DAFTAR GAMBAR……….…….……………………………………...................... v
DAFTAR TABEL…..……….………………………………………................ vi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………................................... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………….................. 1
1.2 Perumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian.………………………………………………….............. 2
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………......... 5
2.1 Pengertian Posbindu PTM……..……………….………..................................... 4
2.2 tujuan dan sarana Posbindu................................................................................ 4
2.3 wadah dan pelaku posbindu................................................................................. 4
2.4 Program Posbbindu PTM……..………….……………............................ 5
2.5 pengelompokan tipe posbinndu..........................……………......................... 8
2.6 kemitraan ................................................... ………....……………………… 8
2.7 langkah langkah penyelenggaraan posbindu ptm ............................................. 9
2.8 Penlaksanaan Posbindu PTM............................................................................ 14
BAB III DATA UMUM DAN DATA KHUSUS ……………………….…......... 25
3.1 Data Umum Puskesmas……………………………………………............... 25
3.1.1 keadaan geografis dan lingkungan......…………………….………… 25
3.1.2 Data Demografi …………………………………………….…………... 26
3.1.3 Gambaran Umum Puskesmas ……………………………….................. 31
3.1.4 Program Pokok Puskesmas ………………………………….................. 45
3.1.5 Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan…………………............... 51
3.1.6 Data 10 Besar Penyakit Terbanyak………………....…………………... 57
3.2 Data Khusus Posbindu PTM…….………………………………….. 58

iii
BAB IV EVALUASI PROGRAM ………………………………………............ 59
4.1 Alur Pemecahan Masalah ………………………………………………..…. 59
1.1 Identifikasi Cakupan Program .……………………….................................... 61
1.2 Penentuan Prioritas Masalah berdasarkan Hanlon Kuantitatif......................... 62
4.4 Kerangka Pikir Masalah................................................................................... 67
4.5 penentuan Prioritas Masalah ...……….....………………………………………....... 68
4.6 Urutan Prioritas Masalah 69
4.7 Analisis Penyebab Masalah 69
4.8 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah .............................................. 69
4.9 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah ….…….…………………........... 72
4.10 penentuan Prioritas pemecahan masalah kriteria matrix 72
4.11 Plan of Action 73

iv
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1. Siklus Pemecahan Masalah Kesehatan oleh Masyarakat........ ....... 20


Gambar 2. Peta Wilayah Kelurahan Kebon Baru ............................................. 28
Gambar 3. Alur Program .................................................................................. 35
Gambar 4. Alur Pemecahan Masalah .............................................................. 64
Gambar 5. Diagram Fish-Bone ........................................................................ 73

v
DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. jenis layanan posbindu ........................................................................... 12


Tabel 2. Peran kader dalam posbindu .................................................................. 14
Tabel 3. Kriteria pengendalian faktor risiko ptm ................................................. 20
Tabel 4. Frekeunsi dan jangka waktu faktor risiko ptm ....................................... 21
Tabel 5. penduduk di wilayah kerja puskesmas ................................................... 27
Tabel 6. Penduduk di wilayah kerja Puskesmas menurut usia ............................. 28
Tabel 7. data penduduk menurut mata pencaharian ............................................. 29
Tabel 8. data penduduk menurut agama ............................................................... 30
Tabel 9. fasilitas Pendidikan ................................................................................. 30
Tabel 10. fasilitas Kesehatan ................................................................................ 31
Tabel 11. jumlah tenaga kerja............................................................................... 48
Tabel 12. sarana dan prasarana ............................................................................. 49
Tabel 13. Data Program Puskesmas .................................................................... 49
Tabel 14. Data 10 Penyakit Terbanyak Imunisasi di Puskesmas ......................... 57
Tabel 15. Kunjungan Posbindu ............................................................................ 58
Tabel 16. Daftar Pencapaian Program .................................................................. 61
Tabel 17. Besar Masalah Program Puskemas Kelurahan Kebon Baru................. 62
Tabel 18. Pembagian Interval Kelas .................................................................... 63
Tabel 19. Nilai Masalah Sesuai Kelas ................................................................. 64
Tabel 20. Kriteria B ............................................................................................. 65
Tabel 21. Kriteria C: Kemudahan dalam Penanggulangan .................................. 66
Tabel 22. Kriteria D PEARL Faktor ..................................................................... 66
Tabel 23. Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif ............ 63
Tabel 24. urutan prioritas masalah ....................................................................... 69
Tabel 25. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah .......................................... 69

vi
Tabel 26. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah .......................................... 70
Tabel 27. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah .......................................... 72
Tabel 28. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah .............................................. 73
Tabel 29. Plan of Action ....................................................................................... 74

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian
utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh
dunia, di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang
berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa
mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian)
dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat
perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama
pada negara-negara berkembang. 1
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak
menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau
pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang
terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa
69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum
terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi
komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. 1
Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan
kesehatan yang harus ditanggung Negara dan masyarakat. Penyandang PTM
memerlukan biaya yang relatif mahal, terlebih bila kondisinya berkembang
menjadi kronik dan terjadi komplikasi. 1
PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu
merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman
beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM. 1

1
Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar
tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan
kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya
PTM bagi yang mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah
menyandang PTM, pengendalian bertujuan untuk mencegah komplikasi,
kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup. 1
Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan
fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko
PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi
dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut
dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM. 1
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak
lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan
Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat
terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah.
Sikap mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat
yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada
saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat. 1
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak
menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan
tidak sehat dan masih banyak hal lainnya. 2

2
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya program Pos
Pembinaan Terpadu di wilayah cakupan Puskesmas Kelurahan Ciganjur?
2. Apa saja solusi untuk masalah yang sesuai dengan penyebab masalah
tersebut?

1.3 Tujuan Diagnostik Komunitas


1.3.1 Tujuan umum
Meningkatkan jumlah masyarakat yang terskrining faktor resiko penyakit
tidak menular pada Posbindu di area Puskesmas Kelurahan Ciganjur.

1.3.2 Tujuan khusus


1. Mengidentifikasi masalah pelaksanaan program posbindu yang terjadi
pada puskesmas kelurahan Ciganjur.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan
masyarakat yang hadir di Posbindu di wilayah cakupan Puskesmas
Kelurahan Ciganjur, melalui pendekatan sistem, berupa input, proses dan
output.
3. Membuat rencana kegiatan untuk meningkatkan cakupan masyarakat
yang hadir di Posbindu di wilayah cakupan Puskesmas kelurahan
Ciganjur.

1.4 Manfaat Evaluasi Program


 Bagi penulis
1. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan didalam program puskesmas.
3. Menambah pemahaman pentingnya data untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat.

3
 Bagi Puskesmas
1 Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum
maksimal.
2 Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
Puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
3 Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah tersebut.

 Bagi Masyarakat
Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan
mengenai penyakit tidak menular dan cara mengatasinya di dalam upaya
Posbindu demi meningkatkan kesehatan masyarakat dan menurunkan angka
kejadian penyakit tidak menular pada masyarakat di area puskesmas
Kelurahan Ciganjur.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Posbindu PTM

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam


kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM
secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai
bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko
PTM tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya.

Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat


(UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam
pengendalian PTM dengan melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran
kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya.
Dalam pelaksanaan selanjutnya kegiatan Posbindu PTM menjadi Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), di mana kegiatan ini
diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya, kemampuan, dan
kebutuhan masyarakat

Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok,


konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,
obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti
secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan
segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama
adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah
(PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan.3

4
2.2 Tujuan dan sasaran Posbindu
Tujuan utama kegiatan Posbindu PTM adalah untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko
PTM. Oleh karena itu sasaran Posbindu PTM cukup luas mencakup semua
masyarakat usia 15 tahun ke atas baik itu dengan kondisi sehat, masyarakat
beresiko maupun masyarakat dengan kasus PTM. Bagi sasaran masyarakat
dengan kondisi sehat, Posbindu PTM bertujuan untuk memberikan penyuluhan
dan upaya agar tidak sampai menjadi masyarakat yang beresiko terkena
penyakit PTM. Bagi masyarakat beresiko, Posbindu PTM bertujuan untuk
mengenali faktor resiko PTM yang ada dan upaya mengurangi jumlah maupun
intensitas faktor resiko tersebut agar tidak menjadi penyakit PTM. Dan untuk
masyarakat dengan penyakit PTM, Posbindu PTM bertujuan untuk mengontrol
dan menjaga kesehatan secara optimal baik dengan upaya preventif seperti
penyuluhan dan kuratif melalui sistem rujukan Posbindu PTM ke Puskesmas.3

2.3 Wadah dan Pelaku Posbindu PTM


Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya
kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik
perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam
jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja,
klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun
kemasyarakatan. Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan
pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi
kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah
ada atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/ organisasi/ lembaga/
tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih
secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor

5
risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader
Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu
melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.3

2.4 Program Posbindu PTM


Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:4

1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana


tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok,
kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam
rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi
masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan
saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT),
lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan
pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan
ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali
bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan
paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi
dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi
paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko
PTM atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk
pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).

6
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat
disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6
bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3
bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya
minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif
dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh
bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter
terlatih di Puskesmas.
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tesamfemin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/ bidan/ analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan
rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana
dalam penanganan pra-rujukan.3

2.5 Pengelompokkan Tipe Posbindu


Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut
yang dapat dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dibagi menjadi 2
kelompok Tipe Posbindu PTM, yaitu;4
7
a. Posbindu PTM Dasar

meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana, yang


dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrumen untuk
mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah
diderita sebelumnya, perilaku berisiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan
dalam rumah tangga, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut,
Indeks massa tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran tekanan dara,
pemeriksaan uji fungsi paru sederhana serta penyuluhan mengenai pemeriksaan
payudara sendiri.4

b. Posbindu PTM Utama

yang meliputi pelayanan Posbindu PTM Dasar ditambah pemeriksaan


gula darah, kolesterol total dan trigliserida, pemeriksaan klinis payudara,
pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), pemeriksaan kadar alkohol
pernafasan dan tes amfetamin urin bagi kelompok pengemudi umum, dengan
pelaksana tenaga kesehatan terlatih (Dokter, Bidan, perawat kesehatan/tenaga
analis laboratorium/lainnya) di desa/kelurahan, kelompok masyarakat,
lembaga/institusi. Untuk penyelenggaraan Posbindu PTM Utama dapat
dipadukan dengan Pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif, maupun di
kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga kesehatan tersebut
sesuai dengan kompetensinya.4

2.6 Kemitraan
Dalam penyelenggaraan Posbindu PTM pada tatanan desa/kelurahan
perlu dilakukan kemitraan dengan forum desa/kelurahan Siaga, industri, dan
klinik swasta untuk mendukung implementasi dan pengembangan kegiatan. 5
Kemitraan dengan forum desa/kelurahan siaga aktif, pos kesehatan
desa/kelurahan serta klinik swasta bermanfaat bagi Posbindu PTM untuk

8
komunikasi dan koordinasi dalam mendapatkan dukungan dari pemerintah
daerah.
Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif
untuk menjalankan pola hidup sehat misalnya fasilitas olah raga atau sarana
pejalan kaki yang aman dan sehat. Melalui klinik desa siaga (jika sudah ada)
dapat dikembangkan sistim rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis medis
untuk pelayanan kesehatan. Sebaliknya bagi forum Desa Siaga
penyelenggaraan Posbindu PTM merupakan akselerasi pencapaian Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.
Kemitraan dengan industri khususnya industri farmasi bermanfaat
dalam pendanaan dan fasilitasi alat. Misalnya pemberian alat glukometer,
tensimeter sangat bermanfaat untuk pelaksanaan Posbindu PTM dengan standar
lengkap. Sedangkan kemitraan dengan klinik swasta, bagi Posbindu PTM
bermanfaat untuk memperoleh bantuan tenaga untuk pelayanan medis atau alat
kesehatan lainnya. Bagi klinik swasta, kontribusinya dalam penyelenggaraan
Posbindu PTM dapat meningkatkan citra dan fungsi sosialnya. 4

2.7 Langkah-langkah penyelenggaraan Posbindu PTM

a. Persiapan
1. Kabupaten /Kota berperan untuk melakukan inisiasi dengan berbagai
rangkaian kegiatan.

 Langkah persiapan diawali dengan pengumpulan data dan informasi besaran


masalah PTM, sarana-prasarana pendukung dan sumber daya manusia. Hal ini
dapat diambil dari data RS Kabupaten/Kota, Puskesmas, Profil Kesehatan
Daerah, Riskesdas, atau hasil survei lainnya. Informasi tersebut dipergunakan
oleh fasilitator sebagai bahan advokasi untuk mendapatkan dukungan kebijakan

9
maupun dukungan pendanaan sebagai dasar perencanaan kegiatan Posbindu
PTM.
 Selanjutnya dilakukan identifikasi kelompok potensial baik ditingkat
kabupaten/kota maupun dilingkup Puskesmas. Kelompok potensial antara lain
kelompok/organisasi masyarakat,tempat kerja, sekolah, koperasi, klub olah
raga, karang taruna dan kelompok lainnya. Kepada kelompok masyarakat
potensial terpilih dilakukan sosialisasi tentang besarnya masalah PTM,
dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha, strategi pengendalian serta tujuan
dan manfaat Posbindu PTM. Hal ini dilakukan sebagai advokasi agar diperoleh
dukungan dan komitmen dalam menyelenggarakan Posbindu PTM. Apabila
jumlah kelompok potensial terlalu besar pertemuan sosialisasi dan advokasi
dapat dilakukan beberapa kali. Dari pertemuan sosialisasi tersebut diharapkan
telah teridentifikasi kelompok/lembaga/organisasi yang bersedia
menyelenggarakan posbindu PTM.
 Tindak lanjut yang dilakukan oleh pengelola program di Kabupaten/Kota
adalah melakukan pertemuan koordinasi dengan kelompok potensial yang
bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM. Pertemuan ini diharapkan
menghasilkan kesepakatan bersama berupa kegiatan penyelenggaraan Posbindu
PTM, yaitu :

 Kesepakatan menyelenggarakan Posbindu PTM.


 Menetapkan kader dan pembagian peran, fungsinya sebagai tenaga
pelaksana Posbindu PTM.
 Menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu PTM.
 Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan.
 Melengkapi sarana dan prasarana.
 Menetapkan tipe Posbindu PTM sesuai kesepakatan dan kebutuhan.

10
 mekanisme kerja antara kelompok potensial dengan petugas kesehatan
pembinanya.

2. Puskesmas berperan untuk;

 Memberikan informasi dan sosialisasi tentang PTM, upaya


pengendalian serta manfaatnya bagi masyarakat, kepada pimpinan
wilayah misalnya camat, kepala desa/lurah.
 Mempersiapkan sarana dan tenaga di Puskesmas dalam menerima
rujukan dari Posbindu PTM.
 Memastikan ketersediaan sarana, buku pencatatan hasil kegiatan dan
lainnya untuk kegiatan posbindu PTM di kelompok potensial yang
telah bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.
 Mempersiapkan pelatihan tenaga pelaksana Posbindu PTM,
Menyelenggarakan pelatihan bersama pengelola program di
Kabupaten/kota.
 Mempersiapkan mekanisme pembinaan.
 Mengidentifikasi kelompok potensial untuk menyelenggarakan
Posbindu PTM serta kelompok yang mendukung terselenggarakannya
Posbindu PTM, misalnya swasta/dunia usaha, PKK, LPM, Koperasi
Desa, Yayasan Kanker, Yayasan Jantung Indonesia, organisasi profesi
seperti PPNI, PPPKMI, PGRI, serta lembaga pendidikan misalnya
Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Psikologi, Fakultas Keperawatan dan lainnya.

11
b. Pelatihan PTM tenaga pelaksana/ Kader Posbindu PTM

 Tujuan :

1. Memberikan pengetahuan tentang PTM, faktor risiko, dampak, dan


pengendalian PTM.
2. Memberikan pengetahuan tentang Posbindu PTM.
3. Memberikan kemampuan dan ketrampilan dalam memantau faktor risiko
PTM.
4. Memberikan ketrampilan dalam melakukan konseling serta tindak lanjut
lainnya.

 Materi Pelatihan Kader/ Pelaksana Posbindu PTM


 Peserta pelatihan: Jumlah peserta maksimal 30 orang agar pelatihan
berlangsung efektif.
 Waktu pelaksanaan pelatihan selama 3 hari atau disesuaikan dengan kondisi
setempat dengan modul yang telah dipersiapkan.
 Standar Sarana Posbindu PTM Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan Posbindu PTM adalah sebagai berikut :

a. Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi badan,


timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter serta
buku pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan berat
badan, pengukuran lingkar perut, alat ukur analisa lemak tubuh dan
pengukuran tekanan darah dengan ukuran manset dewasa dan anak, alat
uji fungsi paru sederhana (peakflowmeter) dan media bantu edukasi.
b. Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat ukur
kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan
alkohol,tes amfetamin urin kit,dan IVA kit.

12
c. Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan
ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
(Dokter ataupun Bidan di kelompok masyarakat/lembaga/institusi) yang
telah terlatih dan tersertifikasi.
d. Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu PTM
diperlukan kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
(KMS FR-PTM) dan buku pencatatan.
e. Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai, seperti serial
buku pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model makanan (food
model) dan lainnya.4

Tabel 1. Jenis layanan Posbindu

Tipe Peralatan Deteksi dini dan Media KIE dan


Posbindu
monitoring Penunjang
PTM

Posbindu Alat ukur lingkar perut : 1 buah Lembar balik : 1 buah


PTM Dasar Alat ukur tinggi badan : 1 buah Leaflet/brosur : 1 buah
Alat analisa lemak tubuh: 1 buah Buku panduan : 1 buah
Tensimeter digital : 1 buah Buku pencatatan : 1 buah
Peakflowmeter : 1 buah Formulir rujukan : 1 buah
KMS FR-PTM : sesuai
Posbindu Alat ukur gula darah : 1 buah kebutuhan
PTM Utama Kolesterol total dan trigliserida : 1 buah Kursi dan Meja : sesuai
Peralatan posbindu PTM plus : 1 buah kebutuhan
Alat ukur kadar alkohol pernapasan : 1 Kamar khusus : 1 (IVA)
buah Alat tulis kantor : 1 paket
Tes amfetamin urin : 1 buah
Bahan IVA alat kesehatan dan
penunjang : 1 set

13
c. Kegiatan Kader Pelaksana Posbindu PTM

Setelah Kader Pelaksana dilatih langkah yang dilakukan : 3

 Melaporkan kepada pimpinan organisasi/lembaga atau 
pimpinan wilayah. 



 Mempersiapkan dan melengkapi sarana yang dibutuhkan. 

 Menyusun rencana kerja. 

 Memberikan informasi kepada sasaran. 

 Melaksanakan wawancara, pemeriksaan, pencatatan dan 
rujukan bila
diperlukan setiap bulan. 

 Melaksanakan konseling. 

 Melaksanakan penyuluhan berkala. 

 Melaksanakan kegiatan aktifitas fisik bersama. 

 Membangun jejaring kerja 

 Melakukan konsultasi dengan petugas bila diperlukan. 


2.7 Pelaksanaan Posbindu PTM


A. Waktu Penyelenggaraan
Posbindu PTM dapat diselenggarakan dalam sebulan sekali, bila
diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk kegiatan
pengendalian faktor risiko PTM lainnya, misalnya olahraga bersama, sarasehan
dan lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan serta dapat
saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. 4

B. Tempat
Tempat pelaksanaan sebaiknya berada pada lokasi yang mudah
dijangkau dan nyaman bagi peserta. Posbindu PTM dapat dilaksanakan di salah
satu rumah warga, balai desa/kelurahan, salah satu kios di pasar, salah satu
ruang perkantoran/klinik perusahaan, ruangan khusus di sekolah, salah satu
14
ruangan di dalam lingkungan tempat ibadah, atau tempat tertentu yang
disediakan oleh masyarakat secara swadaya. 4

C. Pelaksanaan Kegiatan
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut
sistem 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan
deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor risiko
penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke Puskesmas. Dalam
pelaksanaannya pada setiap langkah secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut;

Gambar 1. Alur meja Posbindu

15
Pembagian peran kader Posbindu PTM idealnya sebagai berikut,
namun sebaiknya setiap kader memahami semua peranan tersebut,
pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kesepakatan. Dari sejumlah Kader
yang telah dilatih ditetapkan Koordinator dan Penanggung Jawab untuk
Penggerak, Pemantau, Konselor/ Edukator serta Pencatat.4

1. Tugas yang dilakukan oleh Kader

Tabel 2. Peran Kader dalam Posbindu

Pada H-1, Tahap Persiapan:

 Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal kegiatan.


 Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.
c. Membuat dan
menyebarkan pengumuman mengenai waktu pelaksanaan.

16
Pada hari H, Tahap Pelaksanaan

 Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi sesuai dengan


kebutuhan dan kesepakatan bersama.
 Aktifitas bersama seperti berolahraga bersama, demo masak, penyuluhan,
konseling, sarasehan atau peningkatan keterampilan bagi para anggotanya
termasuk rujukan ke Puskesmas/klinik swasta/RS.
Pada H+1, Tahap evaluasi

 Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan undangan lainnya). 



 Mengisi catatan pelaksanaan kegiatan.
 Mengindentifikasi masalah yang dihadapi. 

 Mencatat hasil penyelesaian masalah. 

 Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan rumah bila 
diperlukan. 

 Melakukan konsultasi teknis dengan pembina Posbindu PTM

2. Petugas Puskesmas

Puskesmas memiliki tanggung jawab pembinaan Posbindu PTM di


wilayah kerjanya sehingga kehadiran petugas Puskesmas dalam kegiatan
Posbindu PTM sangat diperlukan dalam wujud peran : 8

a. Memberikan bimbingan teknis kepada para kader posbindu PTM dalam


penyelenggaraannya.
b. Memberikan materi kesehatan terkait dengan permasalahan faktor risiko
PTM dalam penyuluhan maupun kegiatan lainnya.
c. Mengambil dan menganalisa hasil kegiatan Posbindu PTM.

d. Menerima, menangani dan memberi umpan balik kasus rujukan dari
Posbindu PTM

e. Melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan lain terkait.
17
3. Para Pemangku Kepentingan (Para Pembina terkait)

Camat 
Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut


Posbindu PTM di wilayah kerjanya selaku penanggung jawab wilayah
kecamatan serta melakukan pembinaan dalam mendukung kelestarian kegiatan
Posbindu PTM.

Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain
Mengkoordinasikan hasil


kegiatan dan tindak lanjut Posbindu PTM di wilayah kerjanya selaku
penanggung jawab wilayah desa/kelurahan serta melakukan pembinaan dalam
mendukung kelestarian kegiatan Posbindu PTM. Para pimpinan
Kelompok/lembaga/instansi/organisasi Mendukung dan berperan aktif dalam
kegiatan Posbindu PTM sesuai dengan minat dan misi Kelompok/
lembaga/instansi/ organisasi tersebut.

Tokoh/Penggerak Masyarakat
 Menggerakkan masyarakat untuk


berpartisipasi secara aktif dan mendukung dengan sumber daya yang dimiliki
terhadap penyelenggaran Posbindu PTM. Dunia Usaha 
Mendukung
penyelenggaraan Posbindu PTM dalam bentuk sarana dan pembiayaan
termasuk berperan aktif sebagai sukarelawan sosial. 


D. Pembiayaan

Dalam mendukung terselengggaranya Posbindu PTM, diperlukan


pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok
masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak lain yang peduli terhadap
persoalan penyakit tidak menular di wilayah masing-masing. 4

Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan


yang potensial. Pembiayaan ini untuk mendukung dan memfasilitasi Posbindu
PTM, salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan.
18
Pembiayaan bersumber daya dari masyarakat dapat melalui Dana
Sehat atau mekanisme pendanaan lainnya. Dana juga bisa didapat dari lembaga
donor yang umumnya didapat dengan mengajukan proposal/usulan kegiatan.
Pihak swasta dapat menyelanggarakan Posbindu PTM di lingkungan kerja
sendiri maupun dapat berperan serta dalam Posbindu PTM di wilayah
sekitarnya dalam bentuk kemitraan melalui CSR (Corporate Social
Responsibility)/ Tanggung jawab Sosial Perusahaan.

Pemerintah Daerah setempat berkewajiban melakukan pembinaan agar


Posbindu PTM tetap tumbuh dan berkembang melalui dukungan kebijakan
termasuk pembiayaan secara berkesinambungan. Dana yang terkumpul dari
berbagai sumber dapat dipergunakan untuk mendukung kegiatan Posbindu
PTM seperti;

- Biaya operasional PosbinduPTM. 



- Pengganti biaya perjalanan kader. 

- Biaya penyediaan bahan habis pakai. 

- Biaya pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan ( PMT). 

- Biaya penyelenggaraan pertemuan. 

- Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan.
- Bantuan biaya duka bila ada anggota yang mengalami kecelakaan 
atau
kematian. 


E. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan oleh kader.


Petugas Puskesmas mengambil data hasil kegiatan posbindu PTM yang
digunakan untuk pembinaan, dan melaporkan ke instansi terkait secara
berjenjang. Untuk pencatatan digunakan:

19
1. Kartu Menuju Sehat (KMS) FR-PTM


Pada pelaksanaan pemantauan, kondisi faktor risiko PTM harus


diketahui oleh yang diperiksa maupun yang memeriksa. Masing- masing
peserta harus mempunyai alat pantau individu berupa Kartu Menuju Sehat
(KMS) FR-PTM. Untuk mencatat kondisi faktor risiko PTM. Kartu ini
disimpan oleh masing-masing peserta, dan harus selalu dibawa ketika
berkunjung ke tempat pelaksanaan Posbindu PTM. Tujuannya agar setiap
individu dapat melakukan mawas diri dan melakukan tindak lanjut, sesuai saran
Kader/Petugas. Sedangkan bagi Petugas dapat digunakan untuk melakukan
tindakan dan memberi saran tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan
kondisi peserta Posbindu.
Format KMS FR-PTM mencakup nomor identitas,
data demografi, waktu kunjungan, jenis faktor risiko PTM dan tindak lanjut.
Pada KMS FR-PTM ditambahkan keterangan golongan darah dan status
penyandang PTM yang berguna sebagai informasi medis jika pemegang kartu
mengalami kondisi darurat di perjalanan. Hasil dari setiap jenis
pengukuran/pemeriksaan faktor risiko PTM pada setiap kunjungan peserta ke
Posbindu dicatat pada KMS FR-PTM oleh masing-masing kader faktor risiko.
Demikian pula tindak lanjut yang dilakukan oleh kader. 5

2. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM


 Buku pencatatan diperlukan untuk mencatat identitas dan


keterangan lain mencakup nomor, No KTP/ kartu identitas lainnya, nama,
umur, dan jenis kelamin. Buku ini merupakan dokumen/file data pribadi peserta
yang berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat diperlukan. Melalui
buku ini, dapat diketahui karakteristik peserta secara umum. Buku Pencatatan
Faktor Risiko PTM diperlukan untuk mencatat semua kondisi faktor risiko
PTM dari setiap anggota/peserta. Buku ini merupakan alat bantu mawas diri
bagi koordinator dan seluruh petugas Posbindu dalam mengevaluasi kondisi
20
faktor risiko PTM seluruh peserta.
Hasil pengukuran/pemeriksaan faktor
risiko yang masuk dalam kategori buruk diberi tanda warna yang menyolok.
Melalui buku ini kondisi kesehatan seluruh peserta dapat terpantau secara
langsung, sehingga koordinator maupun petugas dapat mengetahui dan
mengingatnya serta memberikan motivasi lebih lanjut. Selain itu buku tersebut
merupakan file data kesehatan peserta yang sangat berguna untuk laporan
secara khusus misalnya ketika diperlukan data kesehatan untuk kelompok usia
lanjut atau data jumlah penderita PTM, dan juga merupakan sumber data
surveilens atau riset/penelitian secara khusus jika suatu saat diperlukan. 5

Tabel 3. Kriteria pengendalian faktor risiko PTM

F. Tindak Lanjut Hasil Posbindu PTM

Tujuan dari penyelenggaran Posbindu PTM , yaitu agar faktor risiko


PTM dapat dicegah dan dikendalikan lebih dini. Faktor risiko PTM yang telah
terpantau secara rutin dapat selalu terjaga pada kondisi normal atau tidak masuk
dalam kategori buruk, namun jika sudah berada dalam kondisi buruk, faktor
risiko tersebut harus dikembalikan pada kondisi normal. Tidak semua cara

21
pengendalian faktor risiko PTM, harus dilakukan dengan obat-obatan. 6

Pada tahap dini, kondisi faktor risiko PTM dapat dicegah dan
dikendalikan melalui diet yang sehat, aktifitas fisik yang cukup dan gaya hidup
yang sehat seperti berhenti merokok, pengelolaan stres dan lain-lain. Melalui
konseling dan/atau edukasi dengan kader konselor/edukator, pengetahuan dan
keterampilan masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko
PTM dapat ditingkatkan. Dengan proses pembelajaran diatas secara bertahap,
maka setiap individu yang mempunyai faktor risiko akan menerapkan gaya
hidup yang lebih sehat secara mandiri. 6

Tabel 4. Frekuensi dan Jangka Waktu Pemantauan Faktor Risiko PTM

Keterangan :

Pada kunjungan pertama, semua Faktor Risiko peserta diperiksa.


Untuk pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dilakukan pada
perempuan telah berhubungan seksual/menikah usia > 35 th/ riwayat
pernikahan > 1 kali dan dilakukan oleh bidan terlatih.

22
Pada kunjungan berikutnya bagi peserta yang tidak berisiko dan
berisiko Faktor Risiko PTM dilakukan pemantauan pada Faktor risiko perilaku,
BB, Lingkar Perut, IMT, Analisa Lemak Tubuh, Tekanan Darah setiap bulan.

Untuk peserta yang berisiko merokok dan gejala batuk dilakukan


pemeriksaan arus puncak respirasi setiap 3 bulan. 
Untuk peserta yang
mempunyai faktor risiko dislipidemia, pemeriksaan kolesterol total dan
trigliserida diperiksa setiap 6 bulan sekali. 
Untuk peserta yang berisiko
kegemukan, adanya riwayat keluarga dengan DM kadar gula darah diperiksa
setiap tahun. 
Untuk penyandang PTM, semua faktor risiko dipantau setiap
bulan serta pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida diperiksa setiap 3
bulan.

Pemantauan faktor risiko cedera dan tindak kekerasan dalam rumah


tangga dilakukan setiap bulan, sementara untuk pemeriksaan kadar alkohol
pernafasan dan tes amfetamin urin bagikelompok pengemudi umum dilakukan
setiap bulan bagi yang bernilai positif dan 6 bulan sekali yang berisiko. 


G. Rujukan Posbindu PTM

Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 3 bulan) kondisi faktor


risiko tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk), atau sesuai
dengan kriteria rujukan, maka untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik
harus dirujuk ke Puskesmas atau Klinik Swasta sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan yang bersangkutan. Meskipun telah mendapatkan pengobatan yang
diperlukan, kasus yang telah dirujuk tetap dianjurkan untuk melakukan
pemantauan faktor risiko PTM di Posbindu PTM.6

23
Gambar 2. Alur rujukan Posbindu

Keterangan alur:


Pelaksanaan Posbindu PTM dimulai dengan layanan pendaftaran


dilanjutkan dengan wawancara dan pengukuran faktor risiko PTM. Kader
Posbindu PTM akan melakukan konseling dan edukasi terhadap permasalahan
kesehatan yang dijumpai pada peserta posbindu PTM termasuk melaksanakan
sistem rujukan ke Puskesmas bila diperlukan sesuai dengan kriteria. Hasil
pelaksanaan Posbindu PTM tercatat secara tertib dan diberikan kepada Petugas
Puskesmas atau Unsur Pembina lainnya yang memerlukan sebagai bahan
informasi.

ditentukan tindakan apa yang dibutuhkan dalam penanganan faktor


risiko PTM tersebut. Untuk dapat merujuk ke Puskesmas/Klinik Swasta
lainnya, perlu ditentukan sesuai dengan kriteria sebagai berikut; 7
24
1. Bila terdapat 1 atau lebih faktor risiko yang ditangani masuk dalam kriteria
buruk sesuai dengan tabel 1. 

2. Bila penanganan faktor risiko kriteria sedang (hasil pengukuran padatabel 1.)
tidak berhasil pada kunjungan 3 bulan berikutnya. 

3. Bila dari hasil pemeriksaan/pengukuran faktor risiko diperlukan konfirmasi
lanjutan dari tenaga kesehatan. 

4. Pada penyandang faktor risiko yang memerlukan obat-obatan atau yang
dalam pengobatan memerlukan konsultasi dengan dokternya. 

5. Bila pada pemeriksaan uji fungsi paru sederhana terdapat nilai APE (Arus
Pernafasan Ekspirasi) kurang dari nilai prediksi atau peserta yang berisiko
dengan hasil nilai pengukuran APE sama dengan nilai prediksi. 

6. Ditemukan pemeriksaan IVA (+) pada perempuan yang telah diperiksa (yang
dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih) 

7. Dicurigai kelainan organ reproduksi berdasarkan hasil wawancara kader
Posbindu PTM (Dokter atau Bidan terlatih). 

8. Ditemukan benjolan dan kelainan lainnya pada pemeriksaan payudara. 

9. Ditemukan potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga
serta kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin (+). 

10. Kondisi-kondisi gawat yang memerlukan penanganan cepat dari tenaga
kesehatan, seperti serangan jantung dan stroke, serta terjadi penurunan kadar
gula darah yang cepat berakibat dengan penurunan kesadaran, serangan
sesak nafas pada penderita penyakit paru yang menahun maupun cidera
akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. 

11. Pada saat merujuk, sertakan KMS dan lembar rujukan (lampiran 6) ke Puskesmas
sebagai media informasi Petugas Puskesmas dalam menerima rujukan dari
masyarakat dan pada kondisi tertentu bila memerlukan pendamping rujukan dari
kader Posbindu PTM agar dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.7,8

25
BAB III

DATA UMUM DAN KHUSUS PUSKESMAS KELURAHAN CIGANJUR

3.1 Data Umum Puskesmas


3.1.1 Data Wilayah Kerja Puskesmas

Kelurahan Ciganjur merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah


kecamatan Jagakarsa dalam lingkungan Kota Madya Jakarta Selatan. Dengan luas
Wilayah 337.6 Ha yang terdiri dari 6 RW dan 63 RT. Puskesmas Kelurahan
Ciganjur merupakan salah satu puskesmas dari total 6 puskesmas kelurahan di
Kecamatan Jagakarsa. Dengan batas wilayah:

 Sebelah Utara : Jl. Jagakarsa Raya


 Sebelah Selatan : Jl. Warung Silah / (Kel. Cipedak)
 Sebelah Barat : Kali Krukut Kelurahan Gandul Depok
 Sebelah Timur : Jl. R. M. Kahfi II/ Kel. Srengseng Sawah

Gambar 2. Peta Wilayah Kelurahan Ciganjur

26
Wilayah Kelurahan Ciganjur terdiri dari 6 RW yang memiliki luas
wilayah masing-masing:
1. RW 01 : 76,4 Ha (Kepadatan penduduk: 7417 jiwa/km2)
2. RW 02 : 59,6 Ha (Kepadatan penduduk: 7424 jiwa/km2)
3. RW 03 : 27,3 Ha (Kepadatan penduduk: 4972 jiwa/km2)
4. RW 04 : 63,9 Ha (Kepadatan penduduk: 6573 jiwa/km2)
5. RW 05 : 50,6 Ha (Kepadatan penduduk: 7589 jiwa/km2)
6. RW 06 : 59,8 Ha (Kepadatan penduduk: 8451 jiwa/km2)

Kondisi wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, membina


warga yang tinggal di Kelurahan Ciganjur. Wilayah puskesmas lebih
strategis dibanding kan dengan gedung Puskesmas sebelumnya yang
mengontrak rumah warga sekitar dan bekerja sama dengan Sudin. Dengan
kondisi puskesmas sudah menjalankan pelayanan di gedung baru yang
permanen, dinilai lebih efektif dan hadir tepat ditengah pemukiman warga
Kelurahan Ciganjur dengan akses yang lebih baik. Daerah puskesmas jauh
dari permukiman kumuh dan berdiri diantara rumah-rumah yang cukup
mampu.

 Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Ciganjur:


Tabel 5. Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Ciganjur
Jenis Jumlah
Puskesmas Kelurahan 1
Klinik KIA Swasta 1
RB Swasta 3
Apotik 1
Praktek dokter umum 3
Praktek dokter gigi 3
Praktek dokter spesialis -
Praktek bidan swasta 3
Klinik praktek bersama 1

27
 Fasilitas Umum Sehat di Kelurahan Ciganjur yang diperiksa:
Tabel 6. Fasilitas Umum di Kelurahan Ciganjur
Jenis Jumlah
Hotel -
Terminal/ Stasiun -
Tempat Ibadah 4
Panti Pijat 1
Supermarket/mini 3
Pasar -
Lain-lain 7

 Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Ciganjur:


Tabel 7. Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Ciganjur
Jenis Jumlah
TK 10
SD/Mi 9
SLTP/MTs 3
SMU/ Aliyah 1

 Fasilitas Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat di Kelurahan Ciganjur:


Tabel 8. Fasilitas Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat di Kelurahan Ciganjur
Jenis Jumlah
Posyandu balita 23
Posyandu Lansia 6
Posbindu 6

3.1.2 Data Demografi Puskesmas

Berdasarkan data seksi Kependudukan dan Catatan Sipil yang ada,


jumlah penduduk wilayah Kelurahan Ciganjur adalah sebanyak 42.426 orang
yang terdiri dari 21.693 laki-laki dan 20.733 perempuan.

28
Tabel 9. Perincian Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Kelurahan Ciganjur Tahun 2018

Golongan
Umur Laki – laki Perempuan Total
(Tahun)
0–4 4816 4.247 9.063
5–9 1.662 1.237 2.899
10 – 14 1.352 1.314 2.666
15 – 19 1.743 1.752 3.495
20 – 24 1.925 1.986 3.911
25 – 29 2.105 2.240 4.345
30 – 34 2.098 2.029 4.127
35 – 39 1.721 1.685 3.406
40 – 44 1.390 1.218 2.608
45 – 49 875 836 1.771
50 – 54 660 676 1.336
55 – 59 439 471 910
60 – 64 412 322 734
65 – 69 241 215 456
70 – 74 148 386 534
75 – keatas 106 119 225
Jumlah 21.693 20.733 42.426

29
Dilhat dari tabel diatas penduduk menurut golongan umur sebagai berikut:

a. Usia balita ( 0 – 4 tahun ) : 9.063 orang ( 21,3 % )


b. Usia sekolah ( 5 – 14 tahun ) : 5.565 orang (13,1% )
c. Usia kerja/produktif ( 15 – 59 tahun ) : 25.909 orang ( 61,06% )
d. Usia Lanjut ( 60 tahun ) : 1.949 orang ( 4,5 %)

Gambar 3. Piramida Pendudukan Kelurahan Ciganjur

Golongan umur yang tertinggi adalah golongan umur usia kerja/


produktif 15 – 59 tahun (61,06%) dan terendah adalah golongan usia lanjut
60 tahun (4,5%). Pengelompokan usia ini menjadi penting untuk
kebutuhan kelompok prioritas sasaran intervensi kesehatan.

Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) di wilayah kerja


Puskesmas Kelurahan Ciganjur adalah (jumlah penduduk usia non produktif

30
/ jumlah penduduk usia produktif) x 100% = (16.517/25.909) x 100% =
63,75%. Sehingga disimpulkan bahwa setiap 100 orang usia produktif
menanggung 64 orang usia tidak produktif.
Sex Ratio di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Ciganjur adalah
(jumlah penduduk laki-laki / jumlah penduduk perempuan) x 100% =
(21.693/ 20.733) x 100%= 104,6%, sehingga disimpulkan bahwa setiap 100
penduduk wanita terdapat 105 orang penduduk laki-laki di Kelurahan
Ciganjur.

Tabel 9. Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas


Kelurahan Ciganjur Tahun 2017

Keterangan Jumlah Persentase (%)

Tidak tamat SD 382 4,2


Tamat SD 1.810 19,8
Tamat SLTP 3.000 32,8
Tamat SLTA 3.230 35,3
Perguruan Tinggi 115 1,3
Akademi 600 6,6
Total 9137 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk yang berpendidikan


tamat SLTA paling banyak yaitu sebanyak 3.230 orang dan yang paling
sedikit adalah penduduk yang berpendidikan perguruan tinggi hanya 115
orang.

31
Tabel 10. Data Pemeluk Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Ciganjur Tahun 2018
Agama Islam Protestan Katolik Hindu Budha Jumlah
RW 01 7.096 206 102 5 8 7.417
RW 02 7.211 144 58 0 11 7.424
RW 03 4.798 114 55 3 2 4.972
RW 04 6.395 102 73 3 - 6.573
RW 05 7.333 157 90 1 8 7.589
RW 06 8.229 159 61 - 2 8.451
Total 41.062 882 439 12 31 42.426

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Ciganjur


mayoritas memeluk agama Islam yaitu sebanyak 41.062 dan yang paling
rendah adalah penduduk yang memeluk agama Hindu yaitu 12 orang.

Tabel 11. Data Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas


Kelurahan Ciganjur Tahun 2017

Keterangan Jumlah Persentase (%)

Pegawai Negeri Sipil


2.220 12,39
(PNS)
Wiraswasta 6.365 35,5
ABRI / POLRI 550 3,06
Pedagang 2.730 15,2
Buruh 3.640 20,3
Pensiunan 1.111 6,2
Lain-lain 1.300 7,2
Total 17.916 100

Dapat dilihat dari data mata pencaharian penduduk, total penduduk


yang memiliki pencaharian adalah 17.916 penduduk. Dilihat dari sudut

32
lapangan kerja penduduk di Kelurahan Ciganjur sebagian besar bekerja
sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 6.365orang (35%) dan hanya sebagian
kecil sebagai ABRI/POLRI yaitu hanya 550 orang (3%).

3.1.3 Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas Kelurahan Ciganjur baru saja memiliki gedung permanen


mandiri yang beroperasi sejak bulan Agustus 2017 di Jl. Pasir RT 001/006
Kelurahan Ciganjur Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Adapun sarana
prasarana yang dimiliki adalah:

Puskesmas Kelurahan Ciganjur memiliki gedung yang terdiri dari :

a) Luas bangunan : 204 m2


b) Dibangun tahun : 1976
c) Daya listrik : 7.700 watt
d) Jaringan telepon : 1 line (7196578)
e) Televisi : 3 unit
f) Pompa air listrik : Jet pump
g) Bangunan tahun : 2017
h) Bangunan terdiri dari :
 1 ruang loket atau Tata Usaha (TU)
 2 ruang tunggu pasien
 1 ruang periksa Balai Pengobatan Umum
(BPU)
 1 ruang poli TB
 1 ruang suntik atau tindakan
 1 ruang Keluarga Berencana (KB),
 1 ruang poli KIA
 1 ruang poli Imunisasi

33
 1 ruang periksa gigi
 1 ruang Kesehatan Lingkungan
 1 ruang obat
 1 ruang dapur
 7 kamar mandi
 4 ruang gudang
 1 ruang aula
 1 ruang Ka Puskesmas

Kualifikasi Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Ciganjur tahun 2017:

 Dokter umum :2
 Dokter gigi :1
 Bidan :2
 Perawat :2
 Perawat gigi :1
 Asisten Apoteker :1
 Tenaga kesehatan lingkungan : 1
 Tenaga gizi (Nutrisionis) :1
 Administrasi :2
 Cleaning service :2
 Security :2

Struktur Organisasi:
a. Kepala Puskesmas : dr. Finda Reyani
b. Tata Usaha : Ary Rachmansyah
c. Administrasi : Ika Puspitasari
d. Penanggung Jawab BPU : dr. Demak Vera R

34
e. Penanggung Jawab BPG : drg. Asido Pudjianto
f. Perawat : Tiolina Tamba
Tri Suratiningsih
Risang Cahyo

g. Bidan : Warta Traigan


Rahayu Wulandari

h. Apotik : Iie Sumiasih


i. Kesehatan Lingkungan : Chika Gilan Sasqia
j. Gizi : Hajar Mufidah

3.1.4 Program Pokok Puskesmas


Program pokok di Puskesmas Kelurahan Ciganjur dilakukan
berdasarkan prosedur tetap, sesuai dengan bidang masing-masing.
Puskesmas Kelurahan Ciganjur mengadakan pelayanan kesehatan 5 hari
dalam seminggu dimulai pukul 07.30 WIB, sedangkan hari Sabtu hanya
setengah hari dan melayani pasien yang mengalami gangguan darurat saja.
Pelayanan terhadap individu yang bersifat pelayanan kuratif umumnya
dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas Kelurahan Ciganjur sedangkan
pelayanan terhadap masyarakat yang bersifat promotif dan preventif
dilaksanakan di luar gedung Puskesmas Kelurahan Ciganjur, namun juga
terdapat kegiatan yang dilaksanakan di dalam gedung.

Pelayanan kesehatan dalam gedung dimulai dari pendaftaran pada


loket dengan pencatatan nomor register menurut wilayah rukun warga, jenis
pembayaran, nama, umur, alamat dan jenis kunjungan seperti BPU, BPG,
KIA, KB, dan lain-lain. Kemudian pasien dianamnesis, diperiksa, di
diagnosis, bila perlu dengan memakai peralatan sederhana seperti senter,
stetoskop, sphygmomanometer dan segenap peralatan yang tersedia.
35
Pemberian terapi yang tepat dilakukan setelahnya dan ada kalanya pasien
dirujuk untuk pemeriksaan laboratorium sederhana. Setelah mendapat terapi,
pasien langsung ke ruang apotek untuk mendapatkan obat sesuai dengan
penyakit yang diderita. Pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Kelurahan Ciganjur dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan
puskesmas lain, SudinYankes dan lintas sektoral.

3.1.5 Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan


1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai
daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut meliputi :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana
(KB)
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
(P2PM)
e. Promosi Kesehatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang
telah ada. Pada Puskesmas Kelurahan Ciganjur upaya kesehatan
pengambangan meliputi :
36
 Upaya Kesehatan Sekolah
 Upaya Pengobatan Gigi dan Mulut
 Upaya Kesehatan Jiwa
 Upaya Pengobatan Penyakit Tidak Menular
 Upaya Kesehatan Usia Lanjut

3.1.6 Data 10 Penyakit Terbanyak

Sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Kelurahan Ciganjur


digambarkan pada tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 12. Diagnosis tersering di Puskesmas Kelurahan Ciganjur Bulan Januari –


Oktober 2018

Jumlah
No Nama Penyakit
Penderita

1 Infeksi Saluran Pernafasan Bagian


4356
Atas
2 Penyakit pulpa dan perupikal 2349
3 Hipertensi esensial 2339
4 Gastritis 2033
5 Gastroenteritis 652
6 Karies dentis 549
7 Diabetes mellitus tipe II 507
8 Rheumatoid Arthritis 502
9 Penyakit gusi dan jaringan
458
periodontal
10 Dermatitis atopik 398

37
Dari data yang didapatkan, penyakit terbanyak yang ditemukan adalah
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas dengan 3.856 kasus. Berdasarkan
teori Bloom, ISPA didapat karena adanya masalah perilaku dimana
masyarakat belum mengerti sepenuhya mengenai ISPA baik dari penyebab,
gejala, pengobatan, cara penularan maupun pencegahannya. Faktor perilaku
hidup sehat yang tidak diterapkan seperti makanan dengan menu seimbang,
olahraga yang teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, serta
istirahat yang cukup berperan sebagai penyebab ISPA.

3.1 Data Khusus Puskesmas


a.) Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Puskesmas Kelurahan Ciganjur mempunyai tugas pokok melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya Jakarta sehat.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas Kelurahan Ciganjur
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama
di wilayah Kelurahan Ciganjur; dan
b. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) Tingkat pertama
di wilayah Kelurahan Ciganjur.

b.) Visi Puskesmas


“Tercapainya Kecamatan Jagakarsa yang sehat menuju terwujudnya Jakarta
Sehat Tahun 2019”.

38
c.) Misi Puskesmas
1. Peningkatan kualitas pelayanan puskesmas
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
3. Pemberdayaan peran serta masyarakat
4. Menyediakan informasi kesehatan yang bermutu aktual serta manajemen
kesehatan yang bermutu
5. Meningkatkan kemitran lintas sektor dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan

d.) Manajemen Puskesmas


Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien
(Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/MENKES/SK/2004).
Puskesmas Kelurahan Ciganjur sebagai sarana pelayanan kesehatan di
wilayah Kecamatan Jagakarsa bertanggung jawab untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan masyarakat maupun pelayanan kesehatan medis.
Puskesmas Kelurahan Ciganjur sebagai organisasi melaksanakan
pengelolaan kegiatan melalui proses managemen dengan tujuan mencapai
efektifitas dan sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta keuangan
yang tersedia dalam rangka pencapai tujuan dalam organisasi.
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilakukan oleh puskesmas-
puskesmas dalam membentuk fungsi dari managemen dibagi menjadi Proses
P1, P2 dan P3.

39
P1 P3
P2
Perencanaan Pengendalian,
Pengorganisasian
tingkat Pengawasan dan
dan Pelaksanaan
puskesmas Pelaporan

Gambar 4. Fungsi Manajemen Puskesmas

Managemen Puskesmas Kelurahan Ciganjur dijalankan dengan


menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:

P.O.A.C. Puskesmas Kelurahan Ciganjur

1. Perencanaan (Planing)
- Menyusun program kegiatan untuk 1 tahun
- Mini Lokakarya minimal 1 bulan sekali
- Pertemuan bulanan lintas Sektoral setiap bulan
- Membuat Laporan Kegiatan Program setiap bulan
2. Pengorganisasian (Organizing)
Di dalam organisasi yang ada staf Puskesmas Kelurahan bertanggung
jawab langsung dengan Kepala Puskesmas Kelurahan Ciganjur.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Dalam pelaksanaan kegiatan di puskesmas diatur melalui uraian tugas
(Job Description) masing-masing petugas tanggung jawab diberikan
sesuai program puskesmas dan rencana kerja yang dibuat saat
lokakarya mini.

40
4. Pengawasan (Controling)
- Pencatatan dan Pelaporan (Tiap bulan, triwulan dan setiap tahun)
- Evaluasi menyeluruh hasil kegiatan tahunan
Evaluasi kinerja pegawai/ organisasi dilakukan untuk meningkatkan
produktifitas dan kinerja pegawai sesuai dengan tugas pokok yang diemban
masing-masing, untuk menciptakan pegawai yang profesional, akuntabel,
dan berorientasi terhadap pelayanan prima kepada masyarakat. Evaluasi
kinerja bertolak ukur pada adanya keseimbangan proporsi antara hasil kerja
dengan perilaku kerja dalam periode bulanan dan tahunan.

e.) Deskripsi Kerja


1. Kepala Puskesmas
Tugas Pokok : Penanggung jawab Puskesmas
a. Memeriksa semua laporan
b. Membuat penilaian kerja pegawai
c. Membuat laporan BPG, UKGS, dan UKGM
d. Membuat laporan setiap bulan
Tugas Tambahan :

a. Rakor bulanan/eksternal
b. PSN
c. Penyuluhan kader Posyandu dan Jumantik

2. Dokter Gigi
Tugas Pokok :
i. Melakukan pelayanan di BPG
i. Pemeriksaan pasien
ii. Melakukan penambalan gigi

41
iii. Melakukan pencabutan gigi
iv. Membersihkan karang gigi
v. Pengobatan gigi lainnya
ii. Melakukan UKGS/UKGM
a. Memeriksa murid
b. Perawatan gigi murid
c. Mencabut gigi
d. Memberi penyuluhan

3. Dokter Umum
Tugas Pokok :
- Sebagai indikator dan penanggungjawab pelayanan BP
Umum
- Melakukan kegiatan pelayanan kesehatan
a. Pemeriksaan fisik pasien
b. Menerima dan melakukan rujukan kasus
- Melakukan pembinaan yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan
Tugas Tambahan : Pelayanan di luar gedung
 Melakukan penyuluhan kesehatan Posyandu dan
Posbindu
 Pembinaan hubungan lintas program dan lintas sektoral

4. Pelaksana Keperawatan 1
Tugas Pokok :
a. Pelayanan dalam gedung
b. Petugas penyakit menular
c. Petugas surveilans

42
d. Petugas kematian
e. Petugas kesling
f. Pengelola BOK
g. Petugas Puskesmas
h. Membuat laporan bulanan
i. Pelayanan luar gedung
j. PSN 30 menit (setiap hari Jumat)
Tugas Tambahan :

 Membantu pelayanan di BPU

5. Pelaksana Keperawatan 2
Tugas Pokok :
a. Pelayanan BPU
 Melakukan pengukuran tekanan darah terhadap pasien
 Menimbang pasien
 Membantu tindakan medis
b. UKS
 Pendataan anak sekolah
 Screening kesehatan
 BIAS anak sekolah
 Membuat laporan bulanan
c. SDIDTK
 Melakukan screening SDIDTK
 Membuat laporan SDIDTK
d. Lansia
 Penyuluhan kesehatan
 Mengadakan posyandu Lansia
Tugas Tambahan : Membantu pelayanan pasien di BPG
43
6. Bidan
Tugas Pokok :
a. Koordinator poli KIA
 Melakukan pemeriksaan ibu hamil
 Mengisi laporan ibu hamil
 Membuat laporan KIA
b. Koordinator poli KB
 Melakukan pelayanan KB
 Mengisi register KB
 Membuat laporan bulanan KB
c. Koordinator poli Imunisasi
 Melakukan pelayanan imunisasi
 Menghitung stok masuk keluar vaksin
 Membuat laporan imunisasi
Tugas Tambahan : Posyandu

7. Petugas Loket
Tugas Pokok :
a. Koordinator loket
 Mendaftarkan pasien
 Pencatatan administrasi
b. Petugas SP2TP
 Membuat laporan harian
 Membuat laporan bulanan
 Mengantar/mengirim laporan bulanan
c. Petugas SIK
 Menginput data pasien
 Membuat laporan bulanan

44
8. Apoteker
Tugas Pokok : Koordinator Apotik
a. Mengelola kamar obat
b. Merencanakan pengadaan obat untuk 1 bulan
c. Melakukan permintaan barang/obat ke PKM Kelurahan
Ciganjur
d. Pelayanan Farmasi
e. Memberikan informasi obat
f. Membuat laporan bulanan obat

9. Petugas Gizi
Tugas Pokok :
a. Pemegang program gizi
 Membuat laporan gizi
 Melakukan penyuluhan gizi pada masyarakat
 Melakukan antropometri terhadap balita BGM
 Melakukan konsultasi gizi pada pasien
 Pelacakan gizi buruk
b. Melaksanakan pembinaan Posyandu
 Melakukan kunjungan ke setiap Posyandu
 Membuat laporan Posyandu

10. Tata Usaha


Tugas Pokok :
a. Tata Usaha
 Pencatatan administrasi
 Pengurus barang
 Mengantar dan mengirim laporan

45
 Membuat laporan bulanan

b. Petugas KJS
 Penginputan data peserta
 Pendistribusian Kartu Jakarta Sehat
 Menerima permohonan pembuatan KJS

11. Cleaning Service


Tugas Pokok :
a. Membersihkan seluruh ruangan dan halaman kantor
Puskesmas
b. Mengantar/mengirim laporan
c. Membantu menyusun kartu
d. Membantu mengantar ke Posyandu

3.2.6 Struktur Organisasi


Kepala Puskesmas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
Kasubag Tata Usaha dan 1 Kepala Urusan untuk pelayanan dan urusan
kesehatan masyarakat. Diketahui terdapat beberapa pegawai Puskesmas dan
perawat Kelurahan Ciganjur (SDM) yang merangkap menjalankan program,
dikarenakan kurangnya tenaga kerja untuk menjalankan program puskesmas.

46
Kepala Puskesmas Kel.
Ciganjur

dr. Finda Reyani

Wakil Manajemen
Mutu

Tri Suratiningsih

Penanggungjawab Tata
Usaha

Ary Rachmansyah

Kebersihan Kepegawaian Pemeliharaan Keamanan

Penanggungjawab UKP Penanggungjawab UKM

dr. Demak Vera Hajar Mufidah

Poli Umum Poli gigi Gizi Kesehatan Posbindu PTM


Ling
Tiolina Drg. Asido Hajar M dr. Demak
Tamba Chika Gilan Vera

Poli KI Poli KB KI KB Surveilans

Rahayu W Warta Rahayu Warta Chika Gilan

Poli Poli TB Promkes Imunisasi UKS


Imunisasi
Tri S Chika Gilan Rahayu drg. Asido
Tri S

Pendaftaran Farmasi P2P Lansia UKGS/UKGM

Ika P Iie Tri S Risang drg. Asido


Cahyo

Gambar 5. Struktur Organisasi Puskesmas Kelurahan Ciganjur Tahun 2018

47
3.2.7 Sarana Pelayanan Puskesmas
I. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai
daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga
Berencana (KB)
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
e. Promosi Kesehatan

II. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
yang disesuaikan dengan kemmapuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang
telah ada yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Jiwa
c. Upaya Perawatan Kesehatan masyarakat
d. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
e. Upaya Kesehatan Olah Raga
f. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

48
III. Jenis Pelayanan Dalam Gedung
Jenis pelayanan dalam gedung yang ada di Puskesmas Kelurahan Ciganjur
adalah:

a. Balai Pengobatan Umum


b. Balai Pengobatan Gigi
c. Poli KI
d. Poli KB
e. Poli Imunisasi
f. Poli Gizi
g. Poli TB
h. Kesehatan Lingkungan
i. Farmasi

3.2.8 Fasilitas Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat di Kelurahan Ciganjur

I. Posbindu
a. Jumlah
Posbindu kelurahan Ciganjur terdiri dari 6 posbindu di masing-masing RW.

b. Pelaksana
Pelaksana kegiatan posbindu terdiri dari 5 kader. 5 kader tersebut ialah 3
kader khusus posbindu, 1 kader jumantik dan 1 ketua RW. Kegiatan posbindu juga
dipantau atau dimonitoring oleh penanggung jawab program posbindu di puskesmas.

c. Waktu Penyelenggaraan
Posbindu PTM dapat diselenggarakan secara rutin tiap satu bulan sekali, Hari dan
waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan serta dapat saja disesuaikan dengan

49
situasi dan kondisi setempat. Biasanya posbindu dilakukan pada hari kerja antara hari
senin – jumat dan waktu dimulai kegiatan posbindu biasanya mulai pukul 08.00 –
12.00 wib.

d. Tempat
Tempat pelaksanaan Posbindu PTM kelurahan Ciganjur biasanya
dilaksanakan di sekretariat RW, aula, RPTRA, maupun salah satu rumah warga pada
RW terkait.

e. Kegiatan
Posbindu PTM kelurahan Ciganjur dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan
yang disebut sistem 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan
deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor risiko
penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke Puskesmas.

50
BAB IV
EVALUASI PROGRAM

4.1 Alur Pemecahan Masalah

1.
Identifikasi
Masalah
8. 2.
Monitoring Penentuan
dan proritas
evaluasi masalah

7. 3.
Penentuan Penentuan
rencana penyebab
penerapan masalah

6.
4. Memilih
Penetapan
penyebab
pemecahan
yang paling
masalah
5. mungkin
terpilih
Menentuka
n alternatif
pemecahan
masalah

Gambar 6. Alur Pemecahan Masalah

Siklus pemecahan masalah diawali dengan identifikasi atau


inventarisasi masalah yang ada, setelah itu ditentukan masalah apa saja yang
ada juga berbagai penyebabnya, setelah ditemukan penyebab yang paling
mungkin baru ditentukan dan ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya,
51
selanjutnya ditetapkan rencana penerapan, dan yang terakhir baru dilakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala.

Siklus pemecahan masalah adalah seperti berikut :


1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai,
kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja.
Untuk hal ini digunakan format atau blanko SPM. Setelah itu adalah
membandingkan antara hasil kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan
dengan sasaran dan target yang sudah ditentukan.
2. Penentuan prioritas masalah
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara. Diantaranya
melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan para ahli.
Namun dalam penentuan masalah ini, metode yang kami gunakan adalah
metode Hanlon.
3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan masalah
dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisis
penyebab masalah antara lain fish bone analysis system (diagram tulang ikan),
analisis sistem, pendekatan H.L. Bloem, analisis epidemiologi, dan pohon
masalah. Dalam hal ini, kami menggunakan metode fish bone analysis untuk
menentukan penyebab masalahnya.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain
dengan cara:
a. menetapkan tujuan dan sasaran
b. mencari alternatif pemecahan masalah

52
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab
yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung
pada alternatif pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan).
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.

4.2 Identifikasi Cakupan Program

Berdasarkan yang diperoleh dari hasil analisis data Standar Pelayanan


Minimal (SPM) Triwulan III Puskesmas Kelurahan Ciganjur tahun 2018,
didapatkan beberapa belum mencapai hasil yang di targetkan. Komponen-
komponen program tersebut yaitu:

53
Tabel 13. Daftar Pencapaian Program Pelayanan Puskesmas Kelurahan Ciganjur
Bulan Juli – September tahun 2018
Indikator Target (%) Sasaran Cakupan Pencapaian
(%)
Kegiatan %
Kesehatan Ibu
Screening kesehatan 100% 22595 x x 21,58%
PTM pada usia
produktif (15-59th) di
Posbindu
Kesehatan Anak
Persentase balita 74% 2091 x x 24%
ditimbang yang naik berat
badannya (N)
P2P
Penemuan kasus baru TB 100% 50%
76 x x
BTA positif
Screening Ca Cervix 40% 5472 x x 4,48%
Pelayanan kesehatan pada 100% 33%
8240 x x
penderita hipertensi
Pelayanan kesehatan pada 100% 43%
2221 x x
penderita DM
Imunisasi HPV di sekolah 100% 629 x x 86,49%
Promkes
Penyuluhan perilaku 100% 83,70%
hidup bersih dan sehat 10028 x x
pada rumah tangga
Kesehatan Lansia
Pelayanan kesehatan lansia 100% 1949 x x 50,59%
sesuai dengan standar
Kesehatan Jiwa
Pelayanan kesehatan orang 100% 72 x x 60%
dengan gangguan jiwa berat

4. 3 Penentuan Prioritas Masalah (berdasarkan Hanlon Kuantitatif)

Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon


Kuantitatif. Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut :

54
a. Kriteria A: Besarnya masalah
b. Kriteria B: Kegawatan masalah
c. Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
d. Kriteria D: Faktor PEARL

Kriteria A: Besarnya masalah

Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut


Langkah 1:

Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi


pencapaian dengan target 100%.

Tabel 14. Besarnya Masalah

Target Pencapaia Besarnya


No Program (%) n (%) masalah (%)
1 Screening kesehatan PTM pada usia 100 21,58 78,42
produktif (15-59th) di Posbindu
2 Persentase balita ditimbang yang 74 50 24
naik berat badannya (N)
3 Penemuan kasus baru TB BTA 100 50 50
positif
4 Screening Ca Cervix 40 4,48 35,52
5 Pelayanan kesehatan pada penderita 100 33 67
hipertensi
6 Pelayanan kesehatan pada penderita 100 43 57
DM
7 Imunisasi HPV di sekolah 100 86,49 13,51
8 Penyuluhan perilaku hidup bersih 100 83,70 16,30
dan sehat pada rumah tangga
9 Pelayanan kesehatan lansia sesuai 100 50,59 49,41
dengan standar
10 Pelayanan kesehatan orang dengan 100 60 40
gangguan jiwa berat

55
Langkah 2:

Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :


k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus
k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 10
= 1+ 3,3 (1) = 4,3 dibulatkan jadi 4

Langkah 3:

Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah


terbesar dengan terkecil kemudian di bagi kelas atau kolom.

Nilai besar masalah : terbesar 78,42%


terkecil 13,51%

Interval : Nilai terbesar – nilai terkecil


K
: 78,42 – 13,51
4
: 16,22 dibulatkan jadi 16
Langkah 4:

Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom atau
kelas:

Tabel 15. Pembagian Interval Kelas

Kolom/Kelas Skala Interval Nilai


Skala 1 13-29 1
Skala 2 30-46 2
Skala 3 47-63 3
Skala 4 64-80 4

56
Langkah 5:

Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya

Tabel 16. Masalah Berdasarkan Kelas

No Program 13-29 30-46 47-63 64-80 Nilai


Screening kesehatan
PTM pada usia
1 X 4
produktif (15-59th) di
Posbindu
Persentase balita
2 ditimbang yang naik X 1
berat badannya (N)
Penemuan kasus baru
3 X 3
TB BTA positif
4 Screening Ca Cervix X 2
Pelayanan kesehatan
5 pada penderita X 4
hipertensi
Pelayanan kesehatan
6 X 3
pada penderita DM
Imunisasi HPV di
7 X 1
sekolah
Penyuluhan perilaku
8 hidup bersih dan sehat X 1
pada rumah tangga
Pelayanan kesehatan
9 lansia sesuai dengan X 3
standar
Pelayanan kesehatan
10 orang dengan gangguan X 3
jiwa berat

Kriteria B: Kegawatan masalah

Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U), besarnya
masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G), dan sumber daya (P) yang
dimiliki untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-5.

57
1. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut :
a. Sangat mendesak :5
b. Mendesak :4
c. Cukup mendesak :3
d. Kurang mendesak :2
e. Tidak mendesak :1
2. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :
a. Sangat gawat :5
b. Gawat :4
c. Cukup gawat :3
d. Kurang gawat :2
e. Tidak gawat :1
3. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth)dinilai sebagai berikut :
a. Sangat mudah menyebar/meluas :5
b. Mudah menyebar/meluas :4
c. Cukup menyebar/meluas :3
d. Sulit menyebar/meluas :2
e. Tidak menyebar/meluas :1
4. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency)
dinilai sebagai berikut :
a. Sangat banyak :5
b. Banyak :4
c. Cukup banyak :3
d. Kurang banyak :2
e. Tidak banyak :1

58
Tabel 17. Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan

N
MASALAH U S G P JUMLAH
o
1 Screening kesehatan PTM pada usia 4 3 3 4 14
produktif (15-59th) di Posbindu
2 Persentase balita ditimbang yang naik 3 3 2 3 11
berat badannya (N)
3 Penemuan kasus baru TB BTA positif 3 3 4 2 12
4 Screening Ca Cervix 3 4 3 2 12
5 Pelayanan kesehatan pada penderita 4 3 2 13
hipertensi 4
6 Pelayanan kesehatan pada penderita DM 4 4 3 2 13
7 Imunisasi HPV di sekolah 2 2 2 3 9

8 Penyuluhan perilaku hidup bersih dan 2 2 2 3 9


sehat pada rumah tangga
9 Pelayanan kesehatan lansia sesuai dengan 2 2 2 3 9
standar
1 Pelayanan kesehatan orang dengan 3 3 3 3 12
0 gangguan jiwa berat

Kriteria C: Kemudahan dalam Penanggulangan

Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring dengan nilai 1


– 5 dimana:
1. Sangat mudah :5
2. Mudah :4
3. Cukup mudah :3
4. Sulit :2
5. Sangat sulit :1

59
Tabel 18. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam Penanggulangan

NO MASALAH Nilai
Screening kesehatan PTM pada usia produktif (15-59th) di
1 4
Posbindu
2 Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya (N) 2
3 Penemuan kasus baru TB BTA positif 3
4 Screening Ca Cervix 3
5 Pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi 4
6 Pelayanan kesehatan pada penderita DM 4
7 Imunisasi HPV di sekolah 4
8 Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada rumah tangga 4
9 Pelayanan kesehatan lansia sesuai dengan standar 3
10 Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat 3

Kriteria D: PEARL Faktor

Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan


dapat atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut
adalah:
1. Kesesuaian (Propriety)
2. Secara Ekonomis murah (Economic)
3. Dapat diterima (Acceptability)
4. Tersedianya sumber (Resources availability)
5. Legalitas terjamin (Legality)

60
Tabel 19. PEARL Faktor
N
MASALAH P E A R L
o
1 Pelayanan kesehatan pada usia produktif (15-59th) di
1 1 1 1 1
Posbindu
2 Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya (N) 1 1 1 1 1
3 Penemuan kasus baru TB BTA positif 1 1 1 1 1
4 Screening Ca Cervix 1 1 1 1 1
5 Pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi 1 1 1 1 1
6 Pelayanan kesehatan pada penderita DM 1 1 1 1 1
7 Imunisasi HPV di sekolah 1 1 1 1 1
8 Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada rumah
1 1 1 1 1
tangga
9 Pelayanan kesehatan lansia sesuai dengan standar
1 1 1 1 1
10 Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat 1 1 1 1 1

4. 4 Kerangka Pikir Masalah

OUTCOME
OUTPUT

PROSES
• P1
• P2
INPUT
• Man
• Money
• Method
• Material

LINGKUNGAN
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi,

Gambar 7. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem

61
Masalah yang didapatkan di Puskesmas Kelurahan Ciganjur adalah
rendahnya cakupan posbindu yang diadakan yang perlu dicari pemecahannya.
Untuk memecahkan masalah tersebut digunakan kerangka pendekatan sistem
yang terdiri dari input, proses, output dan lingkungan yang mempengaruhi input
dan proses. Input terdiri dari Man (Tenaga Kerja), Money (Pembiayaan),
Material (Perlengkapan), Method (Metode). Sedangkan dari proses terdiri dari
P1(perencanaan), P2 (Penggerakan & Pelaksanaan.), P3 (Penilaian, Pengawasan
Pengendalian).

Setelah ditentukan penyebab masalah, maka selanjutnya menentukan


alternatif pemecahan masalah dan menentukan prioritas pemecahan masalah
yang terbaik melalui rumus M x I x V/C. Kemudian membuat rencana penerapan
pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk POA (plan of action). Kegiatan
tersebut dipantau apakah penerapannya sudah baik dan apakah masalah tersebut
sudah dapat dipecahkan.

4.5 Penentuan prioritas masalah

Setelah didapatkan nilai dari kriteria A, B, C, dan D, hasil tersebut


dimasukkan dalam formula Nilai Prioritas Dasar (NPD) serta Nilai Prioritas
Total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A + B) x C

NPT = (A + B) x C x D

62
Tabel 20. Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif

Urutan
NP
No MASALAH A B C D NPD Priorit
T
as
1 Screening kesehatan PTM pada usia 1
4 4 1 72 72 I
produktif (15-59th) di Posbindu 4
2 Persentase balita ditimbang yang 1
1 3 1 24 36 IX
naik berat badannya (N) 1
3 Penemuan kasus baru TB BTA 1
2 3 1 42 42 IV
positif 2
4 Screening Ca Cervix 1
2 3 1 42 42 V
2
5 Pelayanan kesehatan pada penderita 1
3 4 1 64 64 II
hipertensi 3
6 Pelayanan kesehatan pada penderita 1
3 4 1 64 64 III
DM 3
7 Imunisasi HPV di sekolah 1 9 4 1 40 40 VII
8 Penyuluhan perilaku hidup bersih
1 9 4 1 40 40 VIII
dan sehat pada rumah tangga
9 Pelayanan kesehatan lansia sesuai
dengan standar 2 9 3 1 33 33 X
10 Pelayanan kesehatan orang dengan 1
gangguan jiwa berat 2 3 1 42 42 VI
2

63
4.6 Urutan Prioritas Masalah

Tabel 21. Urutan Prioritas Masalah

Masalah Urutan Prioritas


Masalah

Screening kesehatan PTM pada usia produktif (15-59th) di I


Posbindu
Pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi II

Pelayanan kesehatan pada penderita DM III


Penemuan kasus baru TB BTA positif IV
Screening Ca Cervix V
Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat VI
munisasi HPV di sekolah VII
Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada rumah VIII
tangga
Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya (N) IX
Pelayanan kesehatan lansia sesuai dengan standar X

4.7 Analisis Penyebab Masalah

Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan antara target yang
ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Untuk memudahkan menentukan kemungkinan
penyebab masalah dapat digunakan diagram fishbone yang berdasarkan pada
kerangka pendekatan sistem meliputi input, proses, output, outcome dan lingkungan,
sehingga dapat ditemukan hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya suatu
masalah.

64
Tabel 22. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dari faktor Input.

Input Kelebihan Kekurangan


 Kader PTM sudah  Pemegang program
terbentuk tiap RW memegang beberapa program
 Pemegang program lainnya
Man
sudah terlatih pada  Pengetahuan kader mengenai
(Petugas,
pelaksanaan posbindu PTM masih kurang
Masyarakat)
 Kesadaran masyarakat untuk
datang ke posbindu masih
rendah
 Pendanaan masih secara
Money
mandiri, tidak semua posbindu
(Pembiayaan)
di danai oleh CSR
 Posbindu sudah  Belum ada cara untuk
memiliki tempat dan meningkatkan minat
jadwal yang rutin tiap masyarakat khususnya
bulan di setiap RW masyarakat usia >15 - 40
Method
tahun untuk datang ke
(Metode)
posbindu
 Penyebaran informasi tentang
pentingnya posbindu yang
masih kurang
 Peralatan pemeriksaan
gula darah, kolesterol
Material  Belum ada media promosi dan
dan asam urat sudah
(Perlengkapan) informasi mengenai posbindu
tersedia di semua
posbindu

65
Tabel 23. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dari faktor proses dan
lingkungan

Proses Kelebihan Kekurangan


P1 (Perencanaan) Koordinasi pelaksanaan
posbindu antara
pemegang program di
puskesmas, kader dan
kelurahan sudah berjalan
baik
P2 (Penggerakan Pelaksanaan posbindu  Pelaksanaan sistem 5
dan pelaksanaan) telah dilaksanakan sesuai meja belum berjalan
dengan jadwal secara maksimal

P3 (penilaian, Metode pencatatan  Pencatatan dan pelaporan


pengawasan, dan kegiatan posbindu sudah kegiatan posbindu belum
pengendalian) ada lengkap
 Belum dilakukan survey
mengenai minat
masyarakat khususnya
kaum masyarakat dewasa
muda terhadap kegiatan
posbindu
Adanya kader untuk  Lokasi pelaksanaan
melaksanakan posbindu posbindu cukup jauh
setiap bulan di setiap RW untuk beberapa RT
bekerja sama dengan
Lingkungan
lintas sektor terkait.

66
INPUT
 Pemegang
program
Tidak ada
memegang
 Belum ada cara untuk
banyak
menggala minat masyarakat
program yang Pendanaa
lain n masih  Penyebaran informasi belum
secara maksimal Belum ada
mandiri. media promosi Tidak ada

MAN MONEY METHOD MATERIAL MACHINE MARKET

Kunjungan ke
posbindu tidak
mencapai target

P1 P2 P3

Tidak ada sistem 5 meja Pencatatan dan pelaporan kegiatan


belum maksimal posbindu belum lengkap Lokasi pelaksanaan posbindu cukup
jauh untuk beberapa RT

LINGKUNGAN
PROSES

67
4.8 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah dilakukan konfirmasi kepada pihak puskesmas (koordinator


program) mengenai program yang belum mencapai target, dari kemungkinan
penyebab masalah di atas maka didapatkan penyebab masalah yang paling
mungkin yaitu:
 Belum adanya media promosi mengenai posbindu kepada masyarakat
 Belum dilakukan survey mengenai minat masyarakat terhadapa
posbindu
 Sistem pembinaan yang belum dilakukan secara berkala kepada
posbindu dari tenaga kesehatan kepada kader posbindu

4.9 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 24. Alternatif pemecahan masalah

no Penyebab Masalah Alternatif pemecahan


masalah
input
Man 1  Pemegang program  Diskusi dengan rekan
memegang banyak sekerja dan kader untuk
program yang lain pembagian kerja dan
pendelegasian
 Pengetahuan kader
 Pemberian penyuluhan dan
mengenai PTM masih
pelatihan mengenai
kurang
posbindu
 Kesadaran masyarakat
 Dilakukan survey kepada
untuk datang ke posbindu masyarakat mengenai
masih rendah pentingnya posbindu untuk
mencari penyebabnya
Money Pendanaan masih secara  Mencari dukungan dana
mandiri, tidak semua dari donatur dalam
posbindu didanai oleh pelaksanaan posbindu
CSR
Method 2  Belum ada cara untuk  melakukan penyuluhan
meningkatkan minat kepada tokoh masyarakat
masyarakat khususnya usia usia 15 – 59 tahun
68
>15 – 59 tahun untuk mengenai bahaya Penyakit
datang k posbindu tidak menular dan
 Penyebaran informasi pentingnya Posbindu
 Melakukan penyuluhan dan
tentang pentingnya
pengarahan peran serta
posbindu yang masih masyarakat dalam
kurang penyebaran informasi
posbindu secara rutin
Material  Belum ada media promosi Memberikan media
dan informasi mengenai promosi dan informasi
posbindu kepada masyarakat.

Proses

P1  Tidak ada

P2  Pelaksanaan sistem 5 Melaksanakan pembinaan


meja belum berjalan kepada kader mengenai
secara maksimal sistem 5 meja

P3 5  Pencatatan dan pelaporan  Membuat buku pencatatan


kegiatan posbindu belum hasil kegiatan posbindu
lengkap yang ditujukan untuk
 Belum dilakukan survey petugas dan masyarakat
mengenai minat
perorangan
masyarakat khususnya
kaum masyarakat dewasa
 Melakukan survey dengan
muda terhadap kegiatan
posbindu pemberian kuesioner pada
sekolah maupun tempat
kerja tentang pentingnya
kegiatan posbindu

Lingkungan 6  Lokasi pelaksanaan  Melakukan posbindu


posbindu cukup jauh untuk bayangan secara bersamaan
beberapa RT dengan pelaksanaan
posbindu yang sebenarnya
pada lokasi-lokasi yang
cukup jauh jangkauan,

69
melakukan kegiatan
posbindu di beberapa
kegiatan kelurahan seperti
gotong royong, arisan,
pengajian, dsb.

4.10 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Kriteria Matriks

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya


dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria matriks dengan rumus (M x I x V)/C.

Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:

1 Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan


Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat
diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.

2 Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah


Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.

3 Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah


Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah
maka nilainya mendekati angka 5.

4 Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan


Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.

70
Tabel 25. Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah

Penyelesaian Nilai Kriteria Hasil Uruta


Masalah M I V C akhir n
(MxIxV)
/C
A 3 4 3 3 12 VI
B 3 3 4 2 18 II
C 5 4 3 1 60 I
D 3 5 3 3 15 V
E 2 3 3 1 18 III
F 3 4 3 2 18 IV

71
INPUT
Kader PTM
sudah
Tidak ada
terbentuk tiap
RW Belum ada cara untuk
meningkatkan minat
Tidak
ada masyarakat khusus masy usia
>15 - 40 tahun untuk datang Peralatan
ke posbindu tersedia Tidak ada

MAN MONEY METHOD MATERIAL MACHINE MARKET

Kunjungan ke
posbindu belum
dapat dievaluasi

P1 P2 P3

Koordinasi Sesuai Metode pencatatan kegiatan


jadwal posbindu sudah ada Ada kader untuk posbindu tiap
bulan kerja sama dg lintas sektor

LINGKUNGAN
PROSES 72
REFERENSI

1. Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pos Pembinaan Terpadu Penyakit


Tidak Menular. Ed-1. 2014. Jakarta
2. Kementrian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. 2011. Rencana
Operasional Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian Penyakit Tidak
Menular Tahun 2010-2014. Jakarta.

73

Anda mungkin juga menyukai