34 322 1 PB
34 322 1 PB
34 322 1 PB
AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2), 3)
Staf pengajar Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Abstract
The purpose of this research was to know the abundance heterotrophic bacteria in Cage-
cum-pond aquaculture system, that are feeding with pellet contained 18 % Protein, 32 %
protein, and no feeding with pellet but given by plankton that rised by chicken manure. In
the pellet feeding treatments, the water was added with palm sugar to add Carbon
availablity in order to trigger the bio-floc. The result of the tratment showed that there was
no significantly different between bacterial abundance in according to the protein level in
feed or in manure fertilizing teratment. In the 18 % protein in pellet treatment show a
degree of 7,48 log CFU/mL of bacterial abundance cultured in TSA medium, and 7,37 log
CFU/mL in 1/20 PYBG medium. While in 32 % protein in pellet was shown in 7,89 log
CFU/mL in TSA, and 7,51 log CFU/mL in 1/20 PYBG. The manure treatment showed bacterial
abundance of 7,46 log CFU/mL (TSA), and 7,62 log CFU/mL (1/20 PYBG).
54
J. Aquawarman. Vol. 3 (2) : 54- 62. Oktober 2017 ISSN : 2460-9226
55
J. Aquawarman. Vol. 3 (2) : 54- 62. Oktober 2017 ISSN : 2460-9226
Kelimpahan Bakteri
7,48
Desain percobaan yang digunakan
(log CFU/ml)
7,46
pada penelitian ini adalah uji-t dengan 7,48
membandingkan tiga perlakuan sehingga 7,44 7,46
perlakuan yang digunakan yaitu, P1 = Pakan 7,42
protein 18% dan P2 = Pakan protein 32% dan P1 (18 %) P3 (Pupuk kandang)
P3 = Pupuk Kandang Perlakuan
Gambar 3. Rata-rata kelimpahan bakteri heterotrof
3. Hasil dan Pembahasan P1 dan P3 pada TSA selama penelitian
8,00
(log CFU/ml)
b. Perlakuan P1 dan P3
7,50
Data hasil pengamatan dan 7,89
perhitungan menunjukkan rata-rata 7,00 7,46
kelimpahan bakteri heterotrof pada P1 dan 6,50
P3 selama 30 hari, dapat dilihat pada gambar P2 (32 %) P3 (Pupuk kandang)
berikut : Perlakuan
Gambar 4. Grafik kelimpahan bakteri heterotrof P2
8,20 dan P3 pada TSA selama penelitian
Kelimpahan Bakteri
8,00
(log CFU/ml)
56
J. Aquawarman. Vol. 3 (2) : 54- 62. Oktober 2017 ISSN : 2460-9226
kelimpahan bakteri
pemeliharaan selama 30 hari, dapat dilihat 7,60
(log CFU/ml)
pada gambar berikut : 7,40 7,62
7,20 7,37
7,00
7,60
7,55 P1 (18 %) P3 (Pupuk
7,50 Kandang)
kelimpahan bakteri
7,45
(log CFU/ml)
7,40 Perlakuan
7,35
7,51
…
7,30
7,25 7,37 Gambar 5. Rata-rata kelimpahan bakteri
7,20 heterotrof P1 dan P3 pada 1/20 PYBG selama
7,15 penelitian.
P1 (18 %) P2 (32 %)
7,60
18 % (P1) dengan pemberian pakan dengan
(log CFU/ml)
7,55
kandungan protein 32 % (P2) terhadap 7,50
kelimpahan bakteri heterotrof karena nilai t- 7,45 7,62
hitung 0,0206< t-tabel 2,2622. 7,40 7,51
7,35
b. Perlakuan P1 dan P3 7,30
Berdasarkan hasil pengamatan dan P2 (32 %) P3 (Pupuk
perhitungan diperoleh data yang menunjukan Perlakuan Kandang)
rata-rata kelimpahan bakteri heterotrof pada Gambar 7. Rata-rata kelimpahan bakteri heterotrof
P1 dan P3 selama 30 hari, seperti disajikan P2 dan P3 pada 1/20 PYBG selama
dalam gambar berikut :Hasil analisis uji-t penelitian
terhadap kelimpahan bakteri heterotof pada
perlakuan P1 diberi pakan dengan kadar Hasil yang diperoleh menunjukan
protein 18% sedangkan pada perlakuan P3 bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
menggunakan pupuk kandang selama 30 hari antara perlakuan P2 dan P3 terhadap
dapat dilihat pada lampiran 1 tabel 5. Hasil kelimpahan bakteri heterotrof, karena nilai t
yang diperoleh menunjukan bahwa tidak ada hitung = 0,0189 terletak diantara nilai t tabel
perbedaan yang nyata antara perlakuan P1 = 2,262 dan 2,262.
dan P3 terhadap kelimpahan bakteri
heterotrof, karena nilai t hitung = -0,443
terletak diantara nilai t tabel = -2,262 dan 4. PEMBAHASAN
2,262.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
terdapat fluktuasi kelimpahan bakteri pada
masing-masing perlakuan. Setiap perlakuan
menunjukan bahwa kelimpahan populasi
bakteri tertinggi terjadi pada hari ke-21,
seperti yang terlihat pada grafik berikut.
57
J. Aquawarman. Vol. 3 (2) : 54- 62. Oktober 2017 ISSN : 2460-9226
58
J. Aquawarman. Vol. 3 (2) : 54- 62. Oktober 2017 ISSN : 2460-9226
59
J. Aquawarman. Vol. 3 (2) : 54- 62. Oktober 2017 ISSN : 2460-9226
7,46 log CFU/ml (TSA) dan 7,62 log CFU/ml penelitian ini, sampel hanya dicuplik pada air
(1/20 PYBG). Rata-rata kelimpahan bakteri wadah akuakultur.
tertinggi yang diperoleh pada P2 (TSA) dan P3
(1/20 PYBG) tersebut kemungkinan karena DAFTAR PUSTAKA
bahan organik dari perlakuan lebih tinggi
dibandingkan penelitian tersebut, sehingga Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit
diperoleh kelimpahan bakteri yang lebih Andi Jogjakarta. 171 hal.
tinggi pada perlakuan dengan menggunakan Anonim, 2013. Budidaya Ikan Lele Tekbologi
budidaya sistem tumpang sari. Perolehan Bioflok : Efisiensi Pakan. Direktorat Usaha
kelimpahan bakteri yang diperoleh dari Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan
penelitian dengan menggunakan budidaya Budidaya. 4 hal.
sistem tumpang sari sudah dapat memicu
APHA. 1998. Standar Methods for the
kelimpahan pertumbuhan bakteri heterotrof,
Examination of water and wastewater
sehingga kelimpahan bakteri yang lebih tinggi
American Public Health association,
pada hasil penelitian dapat dianggap bahwa
Washington.-hlm.
kelimpahan bakteri dari perlakuan pemberian
pakan protein 18%, pakan Protein 32% dan Asaduzzaman, M., Shah, M. K., Begum, A.,
pemberian pupuk serta air sari gula lontar Wahab, M. A., dan Yi, Y., 2006. Integrated
sudah dapat memenuhi untuk terbentuknya cage-cum-pond culture systems with high-
bioflok dan tumbuhnya bakteri heterotrof. valued climbing perch (Anabas
testudineus) in cages and low-valued carps
4. KESIMPULAN DAN SARAN in open ponds. Depanmen t of Fisheries
Management, Bangladesh Agricultural
a. Kesimpulan University, Mymensingh 2202,
Bangladesh. Caritas Fisheries Program,
1. Sistem akuakultur tumpang sari yang Prokalpa Bhaban, Mirpur 12, Dhaka,
diberi pakan protein 18%, pakan protein Bangladesh. Aquaculture and Aquatic
32% dan pemberian pupuk kandang Resources Management, Asian Institute of
memiliki kelimpahan bakteri heterotrof Technology, Pathumthani, Thailand. 10
yang tidak berbeda secara nyata. hal.
2. Rata-rata kelimpahan bakteri heterotrof Avnimelech, Y., 2007 Feeding with Mikrobial
yang tertinggi dari semua perlakuan Flocs by Tilapia in Minimal Discharge Bio-
adalah 7, 89 log CFU/mL (media TSA) Flocs Technology Ponds. Aquaculture, 264,
terdapat pada perlakuan bak ikan yang 140-147.
diberi pakan 32% sedangkan untuk media
Boyd CE. 1982. Water quality managemen for
1/20 PYBG, Kelimpahan bakteri tertinggi
pond fish culture. Elsevier Scientific Publ.
(7, 62 log CFU/mL) terdapat pada
Co. Amsterdam. 319 hal.
perlakuan dengan pemberian pupuk
kandang Buford, M., A Thompson, P., Mclntosh, R., P.
3. Kelimpahan populasi bakteri berbanding Bauman, R., H. Pearson, D., C. 2014 The
lurus sebelum hari ke-21 dengan contribution of flocculated material to
akumulasi total amonia nitrogen dalam shrimp (Litopenaeus vannamei) nutrition
wadah akuakultur pada semua perlakuan, in a high-intensity, zero exchange system
kemudian berbanding terbalik setelah Aquaculture vol 232.
hari ke-21 Colt, J. 2006 Water Qulity Requiremetns for
reuse Systems Aquaculture Engineering
A. Saran 34:143-156.
Perlu pengamatan kelimpahan bakteri Crab, R., Avnimelech Y, Defordt T, Bossier P,
heterotrof pada suspensi bioflok, karena pada Verstraete W. 2007. Nitrogen removal
60
J. Aquawarman. Vol. 3 (2) : 54- 62. Oktober 2017 ISSN : 2460-9226
technisques in Aquaculture for a Husain, N., Putri, B., dan Supono, 2014.
sustainable production Aquaculture 270, Perbandingan Karbon dan Nitrogen pada
1-14. sistem bioflok terhadap pertumbuhan nila
Effendie, M. I., 1997. Metode Biologi merah (Oreochromis niloticus). e-Jurnal
Perikanan, Yayasan Dwi Sri, Bogor. 112 hal. Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan, Volume III No 1 Oktober 2014
Effendi H. 2003. Telaah kualitas air. Bagi
ISSN: 2302-3600. 8 hal.
pengelolaan sumberdaya dan lingkungan
perairan. Gramedia. Jakarta. 257 hal. Imron, A., Sudaryono, A., dan Harwanto, D.,
2014. Pengaruh Rasio C/N Berbeda
Ekasari, J. 2008. Bio-flocs Technology : The
Terhadap Rasio Konversi Pakan dan
effect of different csrbon source, salinity
Pertumbuhan Benih Lele (Clarias sp.)
and the addition of probiotik on the
dalam Media Bioflok. Program Studi
primari nutrirtional value of the bio-flocs
Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan,
(Thesis). Gent : Fculaty of Bioscince
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Enginerring, Ghent University. Garbutt J.
Universitas Diponegoro, Semarang. 9 hal.
1997. Essentials of Food Mikrobiology.
London: Arnold. Kawai, S., H Sugita dan Y.Dequchi. 1988.
Metode Penelitian Lingkungan Perairan
Forteath N., L. Wee, and M. Frith. 1993.
(dalam Baleri Jepang). Koscisha Koscikalum
Water Quality. In: P. Hart and D. O’
Kyoto.
sullivan (eds.). Recirculation systems:
Design, Construction and Launceston, Losordo, T. M., and A. O. Hobbs. 2000. Using
Australia. Management. University of Computer Spreadsheets for Water Flow
Tasmania at and Biofilter Sizing in Recirculating
Aquaculture Systems. Aquaculture
Gunadi, B., Harris, E., Supriyini, E., Sukenda,
Engineering 23:59-102.
Budiardi, T., 2013. Ketercernaan protein
dan ekskresi amonia pada pemeliharaan Masser MP, James R and Thomas ML. 1999.
ikan lele (Clarias gariepinus). Balai Recirculating Aquaculture Tank Production
Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi, Systems, Management of Recirculating
Subang. Departemen Budidaya Perairan, Systems. Southern Regional Aquaculture
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Center. No. 452.
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mondal, M. N., Shahin, J., Wahab, M. A.,
Gunarto dan Suwoyo, H. S., 2011. Produksi Asaduzzaman, M., dan Yang, Y., 2010.
Bioflok dan Nilai Nutrisinya dalam Skala Comparison between cage and pond
Laboratorium. Balai Riset Perikanan production of Thai Climbing Perch (Anabas
Budidaya Air Payau, Maros. 10 hal. testudineus) and Tilapia (Oreochromis
niloticus) under three management
Hargareaves, J. A,. 2013. Biofloc Production
systems. Department of Fisheries
Systems for Aquaculture. Shouthern
Management, Bangladesh Agricultural
Regonal aqoaculture Center Publication
University, Mymensingh-2202,
no. 4503
Bangladesh. Aquaculture and Aquatic
Haryadi, S., Suryodiputro, I. N. N., dan B. Resources Management, Asian Institute of
Widigdo, 1992. Limnologi. Penuntun Technology, Pathumthani, Thailand. 10
Praktikum dan metode analisa air. Institut hal.
Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan, 57
Musdalifah, 2013. Distribusi Dan Kelimpahan
hlm.
Bakteri Enterococcus Spp. Di Perairan
Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial fish Terumbu Karang Kepulauan Spermonde
farming: with special reference to fish Makassar. [Skripsi]. Jurusan Ilmu Kelautan.
culture in Israel. John Wiley and Son. New Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan.
York. 216 hal. Universitas Hasanuddin. Makassar
61
J. Aquawarman. Vol. 3 (2) : 54- 62. Oktober 2017 ISSN : 2460-9226
Najamuddin, M., 2008. Pengaruh Yi, Y. and Lin, C. K., 2001. Integrated
Penambahan Dosis Karbon yang Berbeda Aquaculture Systems Recycle Wastes.
Terhadap Produksi Benih Ikan Patin Aquaculture and Aquatic Resources
(Pengasius sp.) pada Sistem Pendederan Management School of Environment,
Intensif. Program Studi Teknologi Resources and Development Asian
Manajemen Akuakultur, Departemen Institute of Technology, Klong Luang,
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Thailand. 2 hal
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor. 65 hal
N.B. Buller, Bacteria from Fish and other
aquatik Animals : a Praktical Identifikasi
manual. CABI Publishing
Odum EP. 1971. Fundamental of ecology 3rd
ed. W.B Saunders. Philadelphia.574 hal.
Popma TJ, and Lovshin LL. 1996. World
prospect for commercial production of
tilapia. Research and Development Series
No. 41. International Center for
Aquaculture and Aquatic Environmens.
Departement of Fisheries And Allied
Aquaculrures Auburn University. Alabama.
23 hal.
Prasetia, I. N. D., Yudasmara, G. A., Wisnawa,
I. G. Y., dan Windari, R. A., 2014. Budidaya
Lele dengan Teknologi Bioflok. Jurusan
Budidaya Kelautan, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Pendidikan Ganesha. 26 hal.
Putra, S.J. W., Nitisupardjo. M., and
Widyorini. N,. 2014. Analisis Hubungan
Bahan Organik Dengan Total Bakteri Pada
Tambak Udang Intensif Sistem Semibioflok
di BBPBAP Jepara. Diponegoro Journal Of
Maquares Volume 3. Hal 121-129.
Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem
Sumberdaya Hayati, Di Wilayah Pesisir dan
Laut Tropis. Pustaka Pelajar, Jogjakarta.
Suryaningrum, F. M., 2014. Aplikasi Teknologi
Bioflok pada Pemeliharaan Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Program
Pascasarjana Universitas Terbuka. 11 hal
Setyati dan Subagiyo. 2008. Seleksi Potensial
Bakteri Laut dari Perairan Pulau Panjang
Sebagai Agen Pengendali Hayati Penyakit
Vibriosis pada Budidaya ikan dan Udang.
Indonesian Journal of Marine Science Vol.
13(1): 57-60. ISSN 0853-7291.
62